EFEK ANALGETIK EKSTRAK LERAK (SAPINDUS RARAK
DC) PADA GIGI-GIGI KELINCI JANTAN
(PENELITIAN IN VIVO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
FITRAH UTARI BAKTI NIM : 060600013
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2010
Fitrah Utari Bakti
Efek Analgetik Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) pada Gigi-gigi
Kelinci Jantan (Penelitian In Vivo)
x + 56 halaman
Nyeri atau pembengkakan sering dialami pasien baik sebelum, selama,
maupun setelah perawatan saluran akar. Eugenol merupakan bahan pereda nyeri
topikal yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Namun, sitotoksisnya
menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya,
sehingga perlu dicari bahan alami alternatif sebagai pereda nyeri gigi. Lerak dipilih
karena diduga memiliki efek analgetik, hal ini kemungkinan karena flavonoid,
alkaloid, saponin yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan.
Penelitian dimulai dengan memperoleh bahan coba, yaitu ekstraksi 940 gram
buah lerak dengan pelarut etanol sehingga diperoleh ekstrak kental. 24 kelinci jantan
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5%, dan kontrol negatif
(CMC 0,5%), kemudian kelinci dianastesi, gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci
dipreparasi hingga mencapai ruang pulpa dan bahan coba diaplikasikan sebanyak 10
mikroliter ke masing-masing kavitas gigi, elektroda dimasukkan ke dalam ruang
hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (menjilat), pencatatan
nilai voltase dilakukan pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek analgetik
pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Uji statistik Analisis Varians dua arah
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara CMC 0,5% (kontrol
negatif), ekstrak lerak konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%, namun tidak berbeda
nyata antara ekstrak lerak 2,5% dengan 5%, dan 5% dengan 7,5%.
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 6 SEPTEMBER 2010
OLEH :
Pembimbing
NIP : 19631117 199203 2 004 Nevi Yanti, drg., M.Kes
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
NIP : 19500828 197902 2 001
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul
EFEK ANALGETIK EKSTRAK LERAK (SAPINDUS RARAK DC) PADA GIGI-GIGI KELINCI JANTAN
(PENELITIAN IN VIVO)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
NIM : 060600013 FITRAH UTARI BAKTI
Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 6 September 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Tim Penguji Skripsi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, H. Drs. Bakri dan Yetti Murni S.Pd
yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk membesarkan, mendidik,
memberikan kasih sayang, cinta, bimbingan dan semangat yang tidak akan
terbalaskan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk adik-adikku dan tanteku
yaitu Mardhatilla Bakti, Puji Rahimah Bakti dan Gita Amanda Bakti , dan tante
Yusmayanti yang telah memberi banyak dukungan.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen
Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
3. Nevi Yanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan
semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Mimi Marina Lubis, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama
Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan
bimbingan kepada penulis.
6. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt, Imam Bagus Sumantri, S.Farm, Puji
Lestari S.Farm, Muhammad Alfarouq dan seluruh staf laboratorium Farmasi
Universitas Sumatera Utara yang turut membantu mengerjakan penelitian ini.
7. Prof. Dr. Dwi Suryanto, drs., B.Sc., M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi
Fakultas MIPA USU atas pemikirannya dalam pelaksanaan skripsi ini
8. Joko krismanto harianja S.Si atas bantuan modifikasi alat
9. Teman-teman terbaikku Ratih, Nadia, Ina, Rani, Uul, Regi, Boy, Tia atas
dukungan, semangat, doa, harapan dan kebersamaan kita selama saya
mendapat pendidikan di FKG USU ini.
10. Ica, Tiwi, Lusi, Mita, Yumi, Manda, Swastika, Tika, Halida, dan Willi atas
bantuan, dukungan, saran dan kebersamaan selama penelitian ini berlangsung.
11. Teman-teman angkatan 2006 dan senior-senior yang telah memberikan
12. Kak Fania, Kak Lia, dan Kak Roza, Bang Adi yang selalu meluangkan
waktunya dan memberikan masukan, motivasi dan bimbingan yang sangat
berguna selama saya mengerjakan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil
karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 6 September 2010
Penulis,
Fitrah Utari Bakti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
2.3 Kelinci sebagai Hewan Coba... 11
2.4 Kymograph sebagai alat pencatat respon nyeri... 12
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep……….……...………. 13
4.1 Rancangan Penelitian……….... 16
4.2 Populasi, Sampel, dan Besar sampel...……... 16
4.3 Variabel Penelitian ………..………...……... 18
4.4 Definisi Operasional……….………... 20
4.5 Bahan dan Alat Penelitian... ………...………... 21
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian... 23
4.7 Prosedur Penelitian... 23
4.8 Perhitungan persen proteksi (efek analgetik)... 34
4.8 Analisa Data... 34
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Ekstrak kental lerak... 35
5.2 Uji efektifitas analgetik………... 35
BAB 6 PEMBAHASAN... 39
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 43
7.2 Saran... 43
DAFTAR PUSTAKA... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil uji Analsisis Varians dua arah (ANOVA)... 34
2. Hasil uji LSD antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
dengan suspensi esktrak lerak 2,5%, 5%, dan 7,5%... 35
3. Hasil uji LSD antara kelompok kontrol perlakuan pada menit
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Buah lerak yang berasal dari Desa Maga, Kecamatan Panyabungan
Tapanuli Selatan... 7
16. Ektrak lerak ditimbang... 27
17. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan larutan CMC... 28
18. Penggerusan ……….………..…………... 28
20. Ekstrak lerak konsentrasi 7,5%... 28
21. Ekstrak lerak konsentrasi 5%... 28
22. Ekstrak lerak konsentrasi 2,5%... 28
23. Kelinci dipasung………. 31
24. Telinga kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%... 32
25. Bulu telinga kelinci digunting……….... 32
26. Anastesi Intraven melalui pembuluh marginal ear vein………... 32
27. Pengeburan gigi kelinci sampai ruang pulpa……...……..…. 32
28. Daerah kerja dibersihkan dengan 2 ml aquades………. 32
29. Gigi kelinci dikeringkan dengan kapas……….…. 32
30. Gigi kelinci dikeringkan paper point... 32
31. Elektroda dimasukkan ke ruang pulpa gigi……….… 33
32. Voltase dinaikkan dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking……… 33
33. Reaksi licking (menjilat) pada kelinci... 33
34. Injeksi suspensi CMC / ektrak lerak………...….... 33
35. Elektroda dimasukkan ke ruang pulpa gigi……… 33
36. Voltase dinaikkan dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking……… 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) ... 48
2. Alur pengujian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC)
terhadap gigi-gigi kelinci jantan... 49
3. Data penelitian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC)
pada gigi-gigi kelinci jantan………... 51
4. Hasil uji statistika efek analgetik ekstrak buah lerak
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Rata-rata nilai voltase CMC 0,5% ( kontrol negatif), ekstrak lerak
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2010
Fitrah Utari Bakti
Efek Analgetik Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) pada Gigi-gigi
Kelinci Jantan (Penelitian In Vivo)
x + 56 halaman
Nyeri atau pembengkakan sering dialami pasien baik sebelum, selama,
maupun setelah perawatan saluran akar. Eugenol merupakan bahan pereda nyeri
topikal yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Namun, sitotoksisnya
menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya,
sehingga perlu dicari bahan alami alternatif sebagai pereda nyeri gigi. Lerak dipilih
karena diduga memiliki efek analgetik, hal ini kemungkinan karena flavonoid,
alkaloid, saponin yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan.
Penelitian dimulai dengan memperoleh bahan coba, yaitu ekstraksi 940 gram
buah lerak dengan pelarut etanol sehingga diperoleh ekstrak kental. 24 kelinci jantan
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5%, dan kontrol negatif
(CMC 0,5%), kemudian kelinci dianastesi, gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci
dipreparasi hingga mencapai ruang pulpa dan bahan coba diaplikasikan sebanyak 10
mikroliter ke masing-masing kavitas gigi, elektroda dimasukkan ke dalam ruang
hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (menjilat), pencatatan
nilai voltase dilakukan pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek analgetik
pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Uji statistik Analisis Varians dua arah
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara CMC 0,5% (kontrol
negatif), ekstrak lerak konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%, namun tidak berbeda
nyata antara ekstrak lerak 2,5% dengan 5%, dan 5% dengan 7,5%.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kedaruratan endodonsia merupakan tantangan baik bagi penegak diagnosis
maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam
beberapa aspek endodonsia karena ketidakberhasilan dalam pengaplikasiannya akan
menimbulkan akibat serius bagi pasien. Nyeri, misalnya, tetap tidak akan hilang jika
diagnosisnya tidak tepat atau perawatannya tidak benar, dan sesungguhya keadaan ini
bisa memperparah keadaan.
Nyeri atau pembengkakan sering dialami pasien baik sebelum, selama,
maupun setelah perawatan saluran akar. Penyebab kedaruratan seperti ini adalah
kombinasi iritan yang menginduksi inflamasi hebat di dalam pulpa dan atau jaringan
periradikuler. Nyeri timbul akibat dua faktor yang terkait inflamasi yakni, mediator
kimia dan tekanan.1
Eugenol merupakan bahan pereda nyeri topikal yang paling banyak digunakan
di praktek dokter gigi,2-4 bahan ini digunakan untuk meredakan rasa sakit dari
berbagai macam sumber, termasuk pulpitis.3 Selain memiliki sifat pereda nyeri,
eugenol juga bersifat antiinflamasi, antimikrobial, antifungal, antiviral, dan
antiseptik.3,4 Namun, sitotoksisnya dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada
jaringan pulpa yang terletak dibawahnya.1
Dalam dua dasa warsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari
berkembang maupun di negara-negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju telah menggunakan
pengobatan tradisional dimana didalamnya termasuk penggunaan obat-obat bahan
alam. Menurut data Secretariat Convention on Biological Diversity, pasar global obat
alam mencakup bahan baku pada tahun 2000 mencapai nilai US$ 43 miliar.Indonesia
merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya dua
di dunia setelah Brazilia. Di antara 30.000 spesies tumbuhan yang hidup di kepulauan
Indonesia, diketahui sekurang-kurangnya 9600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai
obat, dan kurang dari 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh
industri obat tradisional.5
Untuk mendukung Keputusan Mentri Kesehatan RI, Nomor
381/MENKES/SK/III/2007 tentang Kebijakan obat tradisional diatas, maka perlu
dicari bahan alternatif pereda nyeri yang berasal dai bahan alam. Buah lerak
(Sapindus rarak DC) dapat menjadi salah satu alternatif bahan alami yang dapat
dikembangkan sebagai bahan pereda nyeri. Pada umumnya buah ini digunakan untuk
mencuci kain batik supaya awet, warnanya tetap bagus dan tidak luntur. Secara
tradisional, lerak juga digunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat,
obat eksim dan kudis.6,7 Penelitian Fadhilna I membuktikan bahwa ekstrak lerak
komersil dan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antibakteri terhadap
Streptococcus mutans lebih baik dari NaOCl 5%,8 Sementara pada penelitian Sanny
dibuktikan bahwa 0,25% ekstrak buah lerak dan 0,01% saponin buah lerak
dibuktikan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antifungal terhadap Candida
albicans lebih baik dari NaOCl 5%.10
Buah lerak diduga memiliki efek analgetik. Hal ini kemungkinan karena
kandungan flavonoid, alkaloid, saponin yang terdapat pada buah lerak.11 Alkaloid
bekerja dengan mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di
Sistem Saraf Pusat.11 Sementara saponin dan flavonoid dapat menghambat enzim
siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel
radang pada area radang akan menurun.12
Dari uraian diatas, belum ada penelitian efek analgetik ekstrak buah lerak
yang dapat berguna untuk membantu mengatasi rasa nyeri pada kasus kedaruratan
endodonsia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian efek analgetik ekstrak buah
lerak. Pada penelitian ini digunakan tiga rentang konsentrasi yang didapat dari hasil
penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu ekstrak buah lerak
dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% yang diujikan pada gigi-gigi kelinci jantan.
Pada penelitian ini pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode stimulasi
pulpa gigi. Stimulasi yang diberikan berupa rangsangan listrik menggunakan
frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, nilai
ambang nyeri dinyatakan dalam nilai voltase, nilai ini yang kemudian dijadikan
sebagai indikator untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik., dimana
voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan?
2. Apakah ada perbedaan efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci
jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%?
3. Berapakah durasi efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan
pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%?
4. Pada menit keberapakah puncak efek analgetik ekstrak lerak pada
gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk melihat efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan
2. Untuk mengetahui perbedaan efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi
kelinci jantan pada konsentrasi yang berbeda.
3. Untuk mengetahui durasi efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi
kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%
4. Untuk mengetahui waktu puncak efek analgetik ekstrak lerak pada
gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut apakah ekstrak lerak dapat
2. Sebagai informasi bagi dokter gigi tentang manfaat dan efek analgetik
ekstrak buah lerak
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dengan
menggunakan bahan alami, mudah didapat, dengan harga yang terjangkau
4. Meningkatkan pengembangan material kedokteran gigi yang berasal dari
bahan alam dan bersifat biokompatibel tinggi dengan cara kerja yang
berbeda dengan bahan yang terdahulu
5. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat
mengembangkan pembudidayaan bahan tradisional buah lerak sehingga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstrak lerak diharapkan dapat dikembangkan menjadi bahan pereda nyeri
gigi yang bersifat biokompatibel terhadap jaringan dan memiliki efek analgetik. Pada
bab ini akan dibahas secara lengkap mengenai buah lerak (Sapindus rarak DC) dan
nyeri intradental.
4.1Buah lerak (Sapindus rarak DC)
Menurut taksonominya, Sapindus rarak dikalsifikasikan dalam :
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Dycotyledonae
• Bangsa : Sapindales
• Suku : Sapindaceae
• Marga : Sapindus
• Spesies : Sapindus rarak
Nama umumnya adalah lerak. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama
Rerek, penduduk Jambi menyebutnya Kalikea, masyarakat Minang menyebutnya
Kanikia. Di Palembang tanaman ini dikenal dengan nama Lamuran, di Jawa tanaman
ini dikenal dengan nama Lerak atau Werak dan Tapanuli Selatan dikenal dengan
Sapindus rarak merupakan tanaman rimba yang tingginya mencapai 42 m dan
batangnya 1 m. Tanaman ini tumbuh liar di Jawa pada ketinggian antara 450 dan
1500 m diatas permukaan laut. Tanaman ini mempunyai batang berwarna putih kotor.
Daun tanaman ini majemuk menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset. Bunga
tanaman ini melekat di pangkal, kuning, dan daun mahkotanya empat. Tanaman ini
mempunyai buah yang keras, bulat, diameter + 1,5 cm dan berwarna kuning
kecoklatan (Gambar 1). Biji tanaman ini tunggang dan kuning kecoklatan. Buah lerak
terdiri dari 73% daging buah dan 27% biji.6
Gambar 1. Buah lerak yang berasal dari Desa Maga, Kecamatan Panyabungan, Tapanuli Selatan (skala = 1 cm).
Secara tradisional, lerak juga digunakan sebagai sabun wajah untuk
mengurangi jerawat, obat eksim dan kudis.6,7 Sementara khasiat farmakologiknya
antara lain adalah sebagai antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik,
peluruh dahak, dan diuretik.14
Pada penelitian Nunik SA disebutkan bahwa senyawa saponin, alkaloid,
1%, 0,036%, dan 0,029%.14 Kandungan utama lerak adalah saponin yang berfungsi
sebagai detergen.6 Hal ini dibuktikan pada penelitian Dyatmiko W, dkk yang
mendapatkan saponin 20% dari buah lerak.7 Saponin buah lerak pada konsentrasi
0,008% dapat membersihkan dinding saluran akar gigi lebih baik dari NaOCl 5%.
Berbagai khasiat farmakologik dari saponin adalah antiinflamasi, antimikroba,
antijamur, antivirus, ekspektoran, antiulser, perbaikan sintesa protein, stimulasi dan
depresi susunan saraf pusat dan molusida serta sebagai ekspektoran.15
Disamping itu, ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri dan dan antifungal
yang telah dibuktikan dengan beberapa penelitian. Penelitian Fadhilna I membuktikan
bahwa ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antibakteri
terhadap Streptococcus mutans lebih baik dari NaOCl 5%,8 Sementara pada penelitian
Sanny dibuktikan bahwa 0,25% ekstrak buah lerak dan 0,01% saponin buah lerak
mempunyai efek antibakteri terhadap F.Nucleatum.9 Selain itu pada penelitian Juni F
dibuktikan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antifungal terhadap Candida
albicans lebih baik dari NaOCl 5%.10
2.2. Nyeri intradental
Menurut The International Association for the study of pain (IASP), nyeri
didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan.16,17 Reseptor neurologik yang dapat membedakan antara rangsang
sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan,
infeksi jasad renik, dan kejang otot.18
Mekanisme nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa
dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus
noksius pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor
dimana disini stimulus noksius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi. Proses
ini disebut transduksi atau aktivasi neuron susunan saraf pusat yang berhubungan
dengan nyeri. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medula spinalis
menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan
afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptif tidak selalu
menimbulkan reaksi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi
nosiseptif. Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses
modulasi sinyal tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada
kornu dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri
relai menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan
Gambar 2. Skema proses terjadinya nyeri nosiseptif 16
Penelitian menunjukkan bahwa nyeri orofasial yang paling sering terjadi pada
gigi,18 yang disebabkan oleh penyakit inflamasi pada jaringan pulpa, maupun daerah
penyangganya.1 Jaringan pulpa gigi terdiri dari perivaskuler dan perineural yang
dikelilingi oleh jaringan keras yaitu dentin dan email. Saraf sensorik gigi berasal dari
cabang nervi kranialis yaitu N.Trigeminus (N.V.). Hasil penelitian hitopatologis yang
dilakukan Fearhead, Dahl dan Myor, Holland menunjukkan bahwa saraf sensorik gigi
terdiri dari serabut-serabut saraf tipe A-δ (bermielin) dan serabut-serabut saraf tipe-C
daerah batas dentin (inner dentin) dan pulpa, sehingga dengan lokasi ujung saraf serta
adanya cairan tubulus dentin menyebabkan ujung saraf intradental sangat ideal
menerima rangsang eksternal dan diteruskan ke susunan saraf pusat.19
Pada proses inflamasi, proses nyeri terjadi akibat pembebasan berbagai
mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Mediator nyeri (autacoids)
terdiri atas histamine, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin.17 Mediator ini akan
menyebabkan nyeri baik secara langsung dengan jalan menurunkan ambang rangsang
serabut saraf sensoris, atau secara tidak langsung dengan jalan menigkatkan
permeabilitas vaskuler yang akan menimbulkan edema, edema ini kemudian akan
menyebabkan meningkatnya tekanan cairan yang secara langsung akan menstimulasi
reseptor nyeri.1
2.3 Kelinci sebagai hewan coba
Hewan coba memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan biomedis khususnya. Terlebih lagi, hasil penelitian pada hewan coba
dapat menjadi dasar untuk percobaan-percobaan klinis dan pengobatan masa depan.20
Kelinci telah banyak digunakan pada penelitian biomedis. Hewan ini memilki
kedekatan secara genetik dan psikis dengan manusia. Untuk beberapa penelitian
penggunaan kelinci dinilai lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tikus karena
ukurannya yang lebih besar dan lebih mudah dalam melakukan manipulasi bedah.21
Penggunaan kelinci semakin diperluas, karena kemudahan dalam menanganinya dan
Terdapat 3 jenis kelinci yang sering digunakan pada penelitian biomedis,
yaitu : New Zealand White, Dutch Belted, dan Flernish Giant. 22 Kelinci memiliki 6
gigi insisivus. Terdapat 4 gigi insisivus maksila, 2 pada sisi labial, yang memiliki
groove vertical pada garis tengahnya, dan 2 gigi rudimenter pada sisi palatal.
Terdapat diastema yang besar diantara gigi insisivus dengan gigi premolar. Gigi
premolar memiliki bentuk yang mirip dengan gigi molar, keduanya sering disebut
gigi pipi.23
2.4. Kymograph sebagai alat pencatat respon nyeri
Elektroda pencatat menurut jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Elektroda pencatat dengan dua elektroda yang berfungsi sebagai anoda
dan katoda (bipolar)
b. Elektroda pencatat dengan satu elektroda (monopolar).19
Teknik pencatatan aktivitas sensorik intra dental pada hewan coba dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Pencatatan yang dilakukan dari saraf sensorik dalam hubungannya dengan
sistem saraf pusat sesudah saraf meninggalkan foramen apikal
b. Pencatatan yang dilakukan sebelum saraf meninggalkan gigi, dengan
meletakkan elektroda pencatat pada saraf yang terdapat pada daerah dentin
atau pulpa. 19
Pada penelitian ini alat pencatat yang digunakan adalah kymograph, dengan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Inflamasi pada pulpa Obat pereda nyeri gigi
Ekstrak buah lerak
Perhitungan nilai ambang nyeri dilihat dari nilai voltase ketika kelinci memberikan respon licking,
pada waktu menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40 50, 60,
frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus 0,2 mA Rangsangan pada saraf sensorik gigi
Pada proses inflamasi pulpa, proses nyeri terjadi akibat pembebasan berbagai
mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Mediator nyeri (autacoid)
terdiri atas histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin.20 Pembebasan
mediator tersebut merangsang saraf sensorik gigi. Saraf sensorik gigi terdiri dari
serabut-serabut saraf tipe A-δ (bermielin) yang menimbulkan sensasi nyeri yang
terputus-putus dan menusuk dengan intensitas tinggi, dan serabut-serabut saraf tipe-C
(nonmielin) yang menimbulkan sensasi nyeri terus-menenus dengan intensitas
rendah.22 Untuk mengatasi nyeri tersebut diperlukan obat pereda nyeri, bahan pereda
nyeri yang digunakan adalah ekstrak lerak. Kandungan kimia ekstrak lerak adalah
saponin, alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Mekanisme analgetik (pereda nyeri)
ekstrak lerak kemungkinan berasal dari senyawa aktif yang dikandungnya seperti
saponin, alkaloid, dan flavoniod. Alkaloid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri
dengan meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf pusat.11 Sementara Saponin dan
flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis
prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran
darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun.12
Perhitungan nilai ambang nyeri dilihat dari nilai voltase ketika kelinci memberikan
respon licking, pada waktu menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40 50, 60, frekuensi 50 Hz,
3.2Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konsep di atas dapat ditarik hipotesa bahwa:
1. Ada efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan
2. Ada perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan
pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%
3. Ada durasi efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%
4. Ada waktu puncak efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian : Rancangan Acak Lengkap
Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium
4.2 Populasi, Sampel, dan Besar sampel
4.2.1 Populasi : Kelinci Dutch jantan
4.2.2 Sampel : Kelinci Dutch jantan
Kriteria inklusi kelompok sampel :
• Kelinci Dutch jantan dengan berat badan 1,5-1,8 kg
• Kelinci Dutch jantan dengan rentang umur 3-4 bulan
• Kelinci Dutch jantan yang memiliki gigi insisivus atas kanan dan kiri
Kriteria eksklusi kelompok sampel
• Kelinci Dutch jantan yang memiliki gigi insisivus atas kanan dan kiri
yang mengalami maloklusi
4.2.3 Besar sampel
Penelitian ini menggunakan 4 kelompok, yaitu
• Kelompok 1 : diberi suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%
• Kelompok 2 : diberi suspensi lerak 2,5%
• Kelompok 3 : diberi suspensi lerak 5%
Jumlah kelinci (ulangan) untuk setiap kelompok (perlakuan) ditentukan
berdasarkan rumus Federer 24, yaitu :
(t-1) (r-1) ≥ 15
(4-1) (r-1) > 15
r > 6
Jadi besar sampel yang dipakai dari setiapkelompok perlakuan adalah 6.
Keterangan : t = jumlah perlakuan
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel bebas: Suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%,
suspensi ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5%.
Variabel tidak terkendali
• Jenis kelamin kelinci jantan
• Umur kelinci 3-4 bulan
• Berat kelinci 1,5-1,8 kg
• Lama waktu adaptasi kelinci didalam kandang 1 minggu
• Kondisi kandang kelinci
• Kondisi kymograph
• Jenis dan bentuk mata bur (bur silindris)
• Kecepatan putar dari bur (sedang)
• Jumlah larutan yang
diaplikasikan ke ruang pulpa gigi (20 mikro liter)
• Keterampilan operator
4.3.2 Variabel tergantung: Efek analgetik, dinyatakan dengan nilai voltase
yang diukur dengan menggunakan kymograph (Universal model,
Harvard, USA) pada frekuensi 50 Hz, lamanya rangsangan 1 detik,
dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA.
4.3.3 Variabel terkendali
a. Asal buah lerak
b. Suhu (50°C) penguapan dengan rotavapor
c. Waktu penguapan rotavapor
d. Jenis kelinci Dutch
e. Jenis kelamin kelinci jantan
f. Umur kelinci 3-4 bulan
g. Berat kelinci 1,5-1,8 kg
h. Lama waktu adaptasi kelinci didalam kandang 1 minggu
i. Kondisi kandang kelinci
j. Kondisi kymograph
k. Jenis dan bentuk mata bur (bu silindris)
l. Kecepatan putar dari turbin bur (sedang)
m. Jumlah larutan yang diaplikasikan ke ruang pulpa gigi (20 mikro liter)
n. Keterampilan operator
4.3.4 Variabel tidak terkendali
a. Perlakuan terhadap lerak selama tumbuh
b. Lingkungan (kondisi tanah dan iklim) tempat tumbuh buah lerak
c. Lamanya penyimpanan buah lerak setelah dipetik dipohon sampai
ekstraksi buah lerak
d. Perlakuan terhadap kelinci dari lahir sampai usia dilakukannya
percobaan
e. Struktur anatomis gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci.
4.4 Definisi Operasional
a. Ekstrak lerak adalah ekstrak yang diperoleh dengan melarutkan 520
gr serbuk simplisia dalam pelarut etanol 96% dan diperoleh ekstrak
kental
b. Suspensi ekstrak lerak konsentrasi 2,5% adalah ekstrak sebanyak
2,5 gr (2,5%) yang ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit
sambil digerus, ditambahkan air suling sampai volume 100 ml.
c. Suspensi ekstrak lerak konsentrasi 5% adalah ekstrak sebanyak 5 gr
(5%) yang ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil
digerus, ditambahkan air suling sampai volume 100 ml.
d. Suspensi ekstrak lerak konsentrasi 7,5% adalah ekstrak sebanyak
7,5 gr (7,5%) yang ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit
e. Kelinci percobaan adalah kelinci jantan jenis dutch, berat 1,5-1,8 kg,
umur 3-4 bulan, yang diberikan ektrak lerak dengan konsentrasi
2,5%, 5%, dan 7,5% dengan cara menginjeksikannya kedalam
kavitas pulpa gigi insisivus kanan dan kiri atas yang dicapai dengan
jalan pengeboran gigi kelinci.
f. Efek analgetik adalah nilai voltase yang dicatat dengan menggunakan
kymograph (frekuensi 50 Hz, lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat
arus dimulai dari 0,2 mA, pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan
60 setelah ekstak lerak diaplikasikan ke kavitas pulpa kelinci) pada
saat kelinci memberikan reaksi licking (menjilat) yang merupakan
respon kelinci ketika merasakan nyeri.
4.5 Bahan dan Alat Penelitian
4.5.1 Bahan Penelitian
1. Buah lerak
2. Etanol 96 % destilasi 4 liter (Kimia farma, Indonesia)
3. CMC (Carboxy Methil Cellulose)
4. Aquabidest 1 liter (Kimia farma, Indonesia)
5. Anastesi : Ketamin + diazepam (Kimia farma, Indonesia)
6. Cavit (Dentroit fluor, Prancis)
7. Calxyl (Ivoclar vivadeni, Liechtenstein)
4.5.2 Alat Penelitian
1. Timbangan (Vibra, Jepang)
2. Blender (Panasonic, Indonesia)
3. Vacum rotavapor (Heidolp WB 2000)
4. Kymograph (Universal model, Harvard, USA)
5. Lumpang (Pyrex, USA)
6. Timbangan hewan (Presica geniweighet, Indonesia)
7. Spuit 1 ml (Terumo, Japan)
8. Spuit 5 ml (Terumo, Japan)
9. Mikromotor (HNSY, Jerman)
10. Bur diamond silindris (Intensive, Switzerland)
11. Pinset, sonde, spatula semen, instrument plastis (Smick, China)
12. Alat destilasi pelarut (Electrothermal, England)
13. Kertas saring (Whatman no.42, England)
14. Vaccum rotavapor (Antriebs ATB, England)
15. Erlenmeyer (Pyrex, USA)
16. Alat destilasi pelarut (Electrothermal, England)
17. Perkolator
18. Pasungan Kelinci
19. Kandang kelinci
4.6. Tempat dan Waktu Penelitian
4.6.1 Tempat Penelitian
Laboratorium Obat Tradisional dan Laboratorium Farmakologi Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah 6 bulan
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Pembuatan Bahan Coba
4.7.1.1 Ekstraksi buah lerak
Buah lerak dicuci bersih dengan air mengalir lalu ditimbang sebanyak 940 gr
(Gambar 3) kemudian diambil bijinya dan daging buah dipotong kecil dengan lebar ±
3 mm (Gambar 4) lalu dikeringkan dalam lemari pengering (Gambar 5) pada
temperatur ± 40°C sampai dapat diremas rapuh (Gambar 6). Potongan daging buah
yang telah kering ditimbang sebanyak 600 gr (Gambar 7), kemudian diblender
(Gambar 8), diayak dan didapat serbuk seberat 520 gr (Gambar 9) lalu disimpan
dalam wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol destilasi sebanyak 800 ml untuk
maserasi (Gambar 10) lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 3
jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-hati
sambil sesekali ditekan, kemudian tuangkan etanol destilasi sebanyak 200 ml dan
disaring dengan selapis kertas saring. Biarkan sampai cairan mulai menetes,
perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes dengan
hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia (Depkes RI,2000).
Perkolat diuapkan dengan alat vacuum rotavapor pada suhu tidak lebih 50°C hingga
diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi seperti madu (Gambar 11). Ekstrak lerak
dimasukkan ke dalam botol kaca lalu disimpan di tempat yang sejuk. (Lampiran 1)
Gambar 3. Penimbangan buah lerak
Gambar 6. Potongan lerak di lemari pengering. Gambar 7. Potongan lerak yang sudah kering.
Gambar 8. Potongan lerak diblender. Gambar 9. Simplisia lerak.
4.7.1.2 Pembuatan Suspensi CMC (Carboxy Methil Cellulose) 0,5% (b/v)
Sebagai Kontrol Negatif
Pembuatan suspensi CMC 0,5% (b/v) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
sebanyak 500 mg CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas
sebanyak 20 ml (Gambar 12). Didiamkan selama 20 menit hingga diperoleh masa
yang transparan, digerus (Gambar 13) hingga bebentuk gel atau masa yang kental dan
homogen (Gambar 14). Kemudian disimpan dalam pot (Gambar 15).
Gambar 12. CMC ditaburkan ke dalam Gambar 13. Penggerusan lumpang yang berisi air CMC
suling panas
4.7.1.3 Pembuatan suspensi lerak konsentrasi 2,5%
Timbang ekstrak sebanyak 2,5 gr (2,5%) (Gambar 16) ditambahkan larutan
CMC sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling
sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar
20).
4.7.1.4 Pembuatan suspensi lerak konsentrasi 5%
Timbang ekstrak sebanyak 5 gr (5%) (Gambar 16) ditambahkan larutan CMC
sedikit demi sedikit (Gambar 19) sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling
sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar
21).
4.7.1.5 Pembuatan suspensi lerak konsentrasi 7,5%
Timbang ekstrak sebanyak 7,5 gr (7,5%) (Gambar 16) ditambahkan larutan
CMC sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling
sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar
22).
Gambar 16. Ektrak lerak ditimbang Gambar 17. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan larutan
Gambar 18. Penggerusan Gambar 19. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan air suling hingga volume 100 ml
4.7.2 Penyiapan Hewan Coba
Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan Dutch dengan berat 1,5-1,8 kg,
umur 3-4 bulan, dibagi menjadi 4 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6
kelinci.
Hewan percobaan dipelihara pada kandang yang memiliki ventilasi yang baik
yaitu mecakup pergantian udara dan kandang dibersihkan setiap hari dari sisa
makanan dan kotoran. Hewan yang sehat ditandai dengan kenaikan berat badan yang
teratur dan memperlihatkan gerakan yang lincah.25
4.7.3 Pengujian efek analgetika ekstrak lerak dengan menggunakan
metode Stimulasi pulpa
Uji efek analgetik dilakukan terhadap 24 hewan coba yang di kelompokkan
sebagai berikut :
Kelompok 1 : diberi suspensi CMC 0,5% sebagayak 6 kelinci
Kelompok 2 : diberi suspensi lerak 2,5% sebanyak 6 kelinci
Kelompok 3 : diberi suspensi lerak 5% sebanyak 6 kelinci
Kelompok 4 : diberi suspensi lerak 7,5% sebanyak 6 kelinci
Cara kerja uji efek analgetik ekstrak lerak dengan menggunakan metode
stimulasi pulpa13, yaitu:
1. Kelinci dimasukkan kedalam tempat pasungan kelinci (Gambar 23)
2. Telinga kanan kelinci dibersihkan dengan alkohol 70% (Gambar 24)
3. Bulu pada telinga kanan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena
4. Anastesi intravena 20 mg/kg ketamin( kimia farma) + 0,5 mg/kg diazepam
(kimia farma) melalui pembuluh darah vena yang terdapat pada pada telinga
kelinci (marginal ear vein), dengan menggunakan spuit 1 ml.22 (Gambar 26)
5.
intravena, yang ditandai dengan kehilang refleks, yaitu kelinci tidak
memberikan reaksi ketika telinganya di jentik (ear pinch reaction)23
6. Preparasi gigi insisvus atas kanan dan kiri kelinci dengan bur silindris
(diameter 1 mm) dengan cara membuang struktur gigi kelinci pada sisi labial
sampai daerah sedikit dibawah gingiva, hingga ruang pulpa terbuka (Gambar
27)
7. Gunakan sonde untuk memastikan pulpa sudah terbuka
8. Daerah kerja dibersihkan dengan menyemprotkan aquades 2 ml (Gambar 28)
dengan menggunakan spuit 5 ml, dan di bersihkan dengan kapas (Gambar 29),
dan paper point dengan batuan pinset (Gambar 30)
9. Kymograph dihidupkan, frekuensi dan arus listrik kymograph diatur dengan
frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA, dan tekan tombol repetition (arus
listrik akan mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap
pengulangannya)
10. Elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada
ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci
(Gambar 31)
(Gambar 33), sehingga didapat nilai voltase awal yang merupakan nilai
normal intensitas nyeri kelinci (Gambar 32)
12. Suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%, suspensi ekstrak lerak 2,5%,
5%, 7,5% diinjeksikan ke kavitas pulpa sebanyak 20 mikroliter dengan
menggunakan spuit 1ml (10 mikroliter pada gigi kanan atas dan 10 mikroliter
pada gigi kiri atas) (Gambar 34)
13. Pada menit ke-5, elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci,
yaitu katoda pada ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa
gigi kiri kelinci (Gambar 35), voltase kembali dinaikkan dengan cara memutar
tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan
reaksi licking (Gambar 36), pencatatan nilai voltase ini dilakukan pada menit
ke 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.
14. Setelah perhitungan selesai, kavitas dibersihkan, di diberi calxyl dan tambalan
sementara cavit. (Lampiran 2)
Gambar 25. Bulu telinga kelinci diatas Gambar 26. Anastesi Intravena
marginal ear vein dicukur melalui pembuluh
dengan gunting marginal ear vein
Gambar 27. Pengeburan gigi kelinci Gambar 28. Daerah kerja sampai ruang pulpa terbuka dibersihkan
dengan 2ml aquades
Gambar 31. Elektroda dimasukkan ke Gambar 32. Voltase dinaikkan dari ruang pulpa gigi posisi 0 hingga mencapai
nilai voltase yang
menimbulkan reaksi licking
Gambar 33. Reaksi licking (menjilat) Gambar 34. Injeksi suspensi CMC / pada kelinci ektrak lerak 10 mikroliter
pada gigi insisivus kanan, dan 10 mikroliter pada gigi insisivus kiri
Gambar 35. Setelah 5 menit elektroda Gambar 36. Voltase dinaikkan dari dimasukkan ke ruang pulpa posisi 0 hingga mencapai gigi nilai voltase yang
menimbulkan reaksi licking
Gambar 37. Reaksi licking (menjilat) pada kelinci
4.8 Analisa Data
Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisa varians dua arah (ANOVA)
dengan α= 0,05 untuk mengetahui perbedaan pengaruh efek analetik ekstrak lerak
dalam berbagai konsentrasi dan waktu. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Ekstrak kental Lerak
Daging buah lerak yang telah dikeringkan dan dihaluskan (520 gram)
diekstraksi, diperoleh ekstrak kental berwarna coklat kehitaman (Gambar 15),
disimpan dalam wadah kaca tertutup dan diletakkan di tempat yang sejuk.
Gambar 38. Ekstrak kental lerak
5.2Uji Efektifitas Analgetik
Hasil pencatatan nilai voltase yang dihitung pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40,
50, dan 60 dengan menggunakan kymograph menunjukkan puncak efek analgetik
ekstrak lerak 2,5% dan 7,5% terjadi pada menit ke-10 dengan nilai rata-rata voltase
masing-masingnya adalah 11,33 volt dan 14,17 volt, sementrara puncak efek
analgetik ekstrak lerak 5% terjadi pada menit ke-30 dengan nilai rata-rata 14,33 volt.
menit ke-20, dengan nilai rata-rata voltase 6,50 volt. Hal ini dapat dilihat pada grafik
rata-rata nilai voltase dibawah ini.
Grafik 1. Rata-rata nilai voltase kelompok CMC 0,5% (kontrol negatif), ekstrak lerak 2,5%, ekstrak lerak 5%, dan ekstrak lerak 7,5% pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60
Tabel 1. HASIL UJI ANALISIS VARIANS DUA ARAH
Source df F P
Konsentrasi 3 38,813 0,000
Waktu 7 14,756 0,000
Konsentrasi * Waktu 21 2,867 0,000
Keterangan : df : Derajat bebas F : Frekuensi P : Signifikansi
Uji Analisa Varians dua arah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antar kelompok konsentrasi, yaitu kelompok CMC 0,5% (kontrol
negatif), ekstrak lerak 2,5%, 5%, dan 7,5%. Terdapat pula perbedaan yang signifikan
60 dan. Serta terdapat perbedaan signifikan (P<0,05) antara kelompok waktu dengan
kelompok kosentrasi (tabel 1).
Tabel 2. HASIL UJI LSD KELOMPOK KONSENTRASI (CMC 0,5% (KONTROL NEGATIF), EKSTRAK LERAK 2,5%, 5%, DAN 7,5 %)
Uji statistik dengan LSD menunjukkan bahwa kelompok CMC 0,5% (kontrol
negatif) berbeda secara signifikan (P<0,05) dengan ekstrak lerak 2,5%, 5% dan 7,5%.
Ekstrak lerak 2,5% dengan 5% tidak berbeda nyata namun berbeda secara signifikan
(P<0,05) dengan 7,5 %. Dan ekstrak lerak 5% dan 7,5% tidak berbeda nyata (tabel
2).
Tabel 3. HASIL UJI LSD KELOMPOK WAKTU (KELOMPOK MENIT KE-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60)
0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
Menit
Uji statistik dengan LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antara menit ke-0, dengan menit ke-5, menit ke-10, menit ke-20,
menit ke-30, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antara menit ke-5, dengan menit ke-0, menit ke-10, menit ke-20
dan menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-40, menit ke-50, dan
menit ke-60.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-10 dengan
menit ke-0, menit ke-5, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak
berbeda nyata dengan menit ke-20, dan menit ke-30. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antara menit ke-20 dengan menit ke-0, menit ke-5, menit ke-50,
dan menit ke-60, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-10, menit ke-30, dan
menit ke-40.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-30 dengan
menit ke-0, menit ke-5, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak berbeda nyata
dengan menit ke-10, menit ke-20, dan menit ke-40. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P<0,05) antara menit ke-40 dengan menit ke-0 dan menit ke-10, namun
tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-20, menit ke-30, menit ke-40, menit
ke-50, dan menit ke-60.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-50 dengan
menit ke-0, menit ke-10, menit ke-20, menit ke-30, namun tidak berbeda nyata
dengan, menit ke-5, menit ke-40, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang
dan menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan, menit ke-5, menit ke-40, dan
menit ke-50 (tabel 3).
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian tentang efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci
jantan adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak buah lerak mempunyai efek untuk
meredakan nyeri gigi. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak lerak. Daging
buah lerak dipotong kecil-kecil dengan lebar ± 3 mm, dimasukkan ke dalam lemari
pengering selama ± 7 hari hingga konsistensinya rapuh ketika digenggam, dihaluskan
dengan blender, kemudian dilakukan maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
dan dimasukkan ke dalam perkolator. Setelah didapat ekstrak cair, masukkan ke
dalam vaccum rotavapor untuk memisahkan ekstrak dan pelarut sehingga diperoleh
ekstrak kental.
Buah lerak dimasukkan ke dalam lemari pengering untuk mencegah proses
pembusukkan. Proses ini tidak mempengaruhi efek analgetik karena saponin,
flavonoid, alkaloid dan fenol merupakan senyawa yang tahan terhadap pemanasan,
sedangkan etanol dipilih sebagai pelarut karena tidak bersifat toksik dan merupakan
pelarut yang telah memenuhi syarat kefarmasian atau “pharmaceutical grade”.27
Ekstrak lerak tersebut kemudian di buat dalam bentuk suspensi dengan 3
konsentrasi yang berbeda yaitu konsentrasi 2,5%, 5% dan, 7,5%. Ekstrak lerak dalam
pelarut etanol disuspensikan dengan suspending agent CMC, penggunaan CMC
dikarenakan bahan ini paling banyak digunakan pada produk-produk topikal, dapat
suspensi ekstrak lerak yang diaplikasikan ke kavitas pulpa gigi tidak tumpah keluar
dari kavitas tersebut.
Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode stimulasi pulpa gigi.
Stimulasi yang diberikan berupa ransangan listrik menggunakan frekuensi 50 Hz,
lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, nilai ambang nyeri
dinyatakan dalam nilai voltase, nilai ini yang kemudian dijadikan sebagai indikator
untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik. Metode ini digunakan karena
perhitungannya yang mudah, yaitu dengan melihat respon licking (menjilat) oleh
kelinci.13
Hewan coba yang digunakan adalah kelinci jantan, dengan rentang umur 3-4
bulan, dan berat badan antara 1,5-1,8 kg. Penggunaan kelinci dikarenakan hewan ini
memilki kedekatan secara genetik dan psikis dengan manusia. Untuk beberapa
penelitian penggunaan kelinci dinilai lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan
tikus karena ukurannya yang lebih besar dan lebih mudah dalam melakukan
manipulasi bedah.21 Penggunaan kelinci semakin diperluas, karena kemudahan dalam
menanganinya dan harganya yang efektif.22 Jenis kelamin jantan dipilih karena
kestabilan dalam hormon, proses menstruasi ataupun kehamilan pada kelinci betina
dapat mempengaruhi jumlah hormon, sehingga dapat menambah variable tak
terkendali pada penelitian ini. Pemilihan gigi insisivus kanan dan kiri atas kelinci
sesuai dengan penelitian Baoshan dan Shiquan.13
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan diantara
seluruh kelompok perlakuan (P < 0,05), baik antar kelompok konsentrasi, antar
ekstrak lerak pada konsentrasi 2,5 %, 5% dan 7,5% menunjukkan efek analgetik jika
dibandingkan dengan CMC 0,5% sebagai kontrol (tabel1).
Ekstrak lerak konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% berbeda secara signifikan
terhadap kelompok kontrol, sementara tidak terdapat perbedaan signifikan antara
kelompok konsentrasi, kecuali antara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%. Hal ini
dimungkinkan karena rentang konsentrasi yang terlalu dekat (tabel 2).
Perhitungan dilakukan selama 60 menit, hal ini sesuai dengan lama kerja
anastesi ketamin dan diazepam yaitu 2 jam,28 60 menit pertama digunakan untuk
pengeburan gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci, dan 60 menit berikutnya
digunakan untuk perhitungan nilai voltase. Efek analgetik ekstrak lerak mulai bekerja
pada menit 5, hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang signifikan antara menit
ke-0 (nilai voltase selelum ekstrak lerak dan kontrol negatif diaplikasikan) dengan menit
ke-5, dan efek ini terus bertahan sampai menit ke-60. Dapat disimpulkan durasi efek
analgetik yang dihasilkan oleh ekstrak lerak 2,5%, 5%, dan adalah 5-60 menit.
Namun pada ekstrak lerak 7,5% efek analgetik mengalami penurunan pada menit
ke-30, dan kembali naik pada menit ke-40 (tabel 3).
Dari ketiga konsentrasi yang diuji, konsentrasi yang paling baik adalah
ekstrak lerak 2,5%, karena telah mencapai puncak efek analgetik pada menit ke-10
dan memiliki efek yang cukup stabil hingga menit ke-60. Sementara ekstrak lerak
5%, efek analgetik baru mencapai puncak pada menit ke-30. Ekstrak lerak 7,5% juga
telah mencapai puncak efek analgetik pada menit ke-10, namun konsentrasi ini cukup
Efek analgetik yang ditimbulkan ekstrak lerak diduga karena ekstrak lerak
punya banyak senyawa aktif. Ekstrak lerak memiliki kandungan berupa saponin,
flavonoida, dan alkaloida yang memiliki sifat analgetik. Alkaloid bekerja dengan
mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di Sistem Saraf
Pusat.11 Saponin dan flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase yang dapat
menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang
akan menurun.12 dan nyeri reda.
Selain memiliki efek analgetik, lerak memiliki sifat-sifat yang mendukung
untuk dikembangkan menjadi bahan irigan yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak buah lerak memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans,8
Fusobacterium nucleatum,9 dan efek antijamur terhadap Candida albicans.10
Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara celah mikro
dan kekuatan tarik resin komposit dengan dentin yang dihasilkan ekstrak lerak dalam
pelarut etanol 0,01 % dengan kombinasi NaOCl 5 % dan EDTA 18 %.29,30 Meskipun
uji efek analgetik ekstrak lerak telah dilakukan secara in vivo masih perlu dilakukan
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek
analgetik pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%
(P<0,05). Terdapat perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi
kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Namun perbedaan yang
signifikan (P<0,05) hanya terdapat diantara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%.
Durasi efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% adalah 5-60 menit. Waktu puncak efek
analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan berbeda-beda pada
setiap konsentrasi. Ekstrak lerak 2,5% dan 7,5% mencapai puncak efek pada
menit ke-10, sementara ekstrak lerak konsentrasi 5% mencapai puncak efek
pada menit ke-30.
Ekstrak lerak 2,5% memiliki efek analgetik paling baik, pada
konsentrasi ini efek analgetik cukup stabil dengan durasi 60 menit, dan telah
mencapai puncak efek pada menit ke-10.
7.2 Saran
1. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat aktif
2. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut menenai efek ekstrak lerak terhadap
penurunan mediator biokimiawi penyebab nyeri pada inflamasi jaringan pulpa
secara in vitro sebagai lanjutan penelitian ini sehingga bahan ini dapat
digunakan secara klinis.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan besar konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa: Narlan S, Winiati S, Bambang N. ed ke-3. Jakarta: EGC, 2008: 33, 331-2
2. Lee MH, Yeon KY, Park CK. et al. Eugenol inhibits calcium currents in dental afferent neurons. JDR. 2005; 84(9): 848-51
3. Kurian R, Arulmozhi DK, Veeranjaneyulu A. et al. Effect of eugenol on animal models of nociception. Indian Journal of Pharmacology. 2006; 38(5): 341-45
4. Jirovetz L. Medicinal value of clove
2010)
5. Keputusan Mentri Kesehatan RI, Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 tentang Kebijakan obat tradisional
6. Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia. Alih bahasa : Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jilid III. Jakarta: Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, 1987: 1250-1
7. Dyatmiko W, Soeharto S, Moegijanto L, dkk. Aktivitas biologic zat kandungan buah Sapindus rarak DC sebagai anti mikroba dan mulloscuide. Surabaya: Lembaga Penelitian UNAIR, 1983 : 1-18
8. Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri berbagai sedian buah lerak terhadap Streptococcus mutans. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 2009; 14(1): 53-8
9. Nevi Y, Sanny. The antimicrobial effect of Lerak properties as intracanal irrigants on Fusobacterium nucleatum. Faculty of Dentistry Trisakti University, Proceedings of the 9th Scientific Forum, 2008: 84
10. Juni F. Efek antibakteri berbagai sedian buah lerak terhadap Candida albicans. Skripsi. Medan: FKG USU, 2006: 41
11. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. ed ke-6. Jakarta: EGC, 1998 : 486
13. Baoshan K, Shiquan Q. Method of local anesthesia and analgesia. United state: Patent, 2003 : 8
14. Nunik SA. Penggunaan buah lerak Sapindus rarak De Candole sebagai insektisida. <http://www.digilib.litbang.depkes.co.id/php?id=jkpkbppk-gdl-res-1998-nunik-1127-lerak> (12 Agustus 2009)
15. Nevi Y. Sitotoksisitas larutan saponin dari buah Sapindus rarak DC. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 1999.: 32(2).45-8
16. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam 4 th Eds. Jakarta: Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran UI, 2007: 1167
17. Tjay TH, Kirana R. Obat – Obat Penting : Khasiat, Efek Samping dan Penggunaanya. Edisi kelima. Cetakan ke tiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2003: 295
18. Nyerere JM, Matee MI, Simon EN, Emergency pulpotomy in relieving acute dental pain among Tanzanian patients <http://www.biomedcentral.com/1472-6831/6/1> (21 Januari 2006)
19. Abidin T. Pengaruh rangsang listrik, panas dan dingin terhadap gambaran elektro fisiologis sensasi nyeri intradental. Tesis, Yogyakarta :Universitas Gajah Mada, 1993 : 1-3,39,41
20. Hau J, Hoosier GLV. Handbook of laboratory animal science. ed ke-2. London New York: CRC Press, 2003: 23
21. Houdebine LM, Fan J. Rabbit biotechnology. London New York: Springer, 2009: 32
22. Conn PM. Source book of models for biomedical research. New Jersey: Humana Press, 2008 : 35
23. Meredith A. Rabbit dentistry. EJCAP. 2007; 17: 55
24. Hanafiah KA. Rancangan percobaan teori & aplikasi. Ed-3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003: 9-10
26. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000: 1-12
27. Dhawale SC, Wadodkan SG, Dorle AK. Behavior suspending and wetting agents in aqueous environment. Asian J Pharm. 2009: 9
28. Martin M, Kirsipu V. Care 103.01 rabbit anesthesia. Cornell University Cornell center for animal resources and education, 2006: 7
29. Nevi Y, Elvia R. Pengaruh larutan ekstrak buah lerak terhadap pembentukan celah mikro di apikal saluran akar. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 2009 : 14(2).203-7
LAMPIRAN 1
Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC)
Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).
Potongan daging buah dimasukkan ke dalam lemari pengering hingga rapuh.
Lerak kering seberat 600 gram diblender dan diayak.
520 gram simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol destilasi (3jam).
Pindahkan simplisia ke dalam perkolator dan tambahkan etanol destilasi.
Diamkan selama 24 jam, kemudian biarkan menetes.
Disaring dengan kertas Whatman.
Ekstrak cair.
Diuapkan sampai kental dengan vaccum rotavapor selama 5 jam.
Ektrak kental berwarna cokelat kehitaman.
Disimpan dalam botol kaca tertutup, simpan di tempat sejuk.
LAMPIRAN 2
Alur pengujian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC) pada gigi-gigi kelinci jantan
24 kelinci jantan dengan berat 1,5-1,8 kg dan umur 3-4 bulan
Kelinci dimasukkan kedalam tempat pasungan kelinci
Telinga kanan kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%
Bulu pada telinga kanan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena (marginal
ear vein) dicukur dengan gunting
Anastesi intravena 20 mg/kg ketamin( kimia farma) + 0,5 mg/kg diazepam (kimia
farma) melalui pembuluh darah vena yang terdapat pada pada telinga kelinci, dengan
menggunakan spuit 1 ml
dinjeksikan secara intravena, yang ditandai dengan kehilang refleks, yaitu kelinci
tidak memerikan reaksi ketika telinganya di jentik (ear pinch reaction)
Preparasi gigi insisvus atas kanan dan kiri kelinci dengan bur silindris (diameter 1
mm) dengan cara membuang struktur gigi kelinci pada sisi labial sampai daerah
sedikit dibawah gingiva, hingga ruang pulpa terbuka
Gunakan sonde untuk memastikan pulpa sudah terbuka
Daerah kerja dibersihkan dengan menyemprotkan aquades 2 ml dengan menggunakan
Kymograph di hidupkan, frekuensi dan arus listrik kymograph diatur dengan
frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA, dan tekan tombol repetition (arus listrik akan
mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap pengulangannya)
Elekroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang
pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci
Pada menit ke-0 voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0
hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking
(PRE)
Diinjeksikan ke kavitas pulpa sebanyak 20 mikroliter dengan menggunakan spuit 1ml
(10 mikroliter pada gigi kanan atas dan 10 mikroliter pada gigi kiri atas)
Pada menit ke-5 , elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu
katoda pada ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri
kelinci
Voltase kembali dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga
mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (Gambar 36), pencatatan
nilai voltase seperti diatas dilakukan pada menit ke-5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60
(POST)
Setelah perhitungan selesai, kavitas dibersihkan, di diberi calxyl dan tambalan
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
Hasil uji statistika efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC) pada gigi-gigi kelinci jantan
Two way
ANOVA Between-Subjects Factors
Value Label N
waktu perlakuan konsentrasi perlakuan Mean Std. Deviation N
30 menit CMC 0.5 % 6.17 .753 6
Intercept 13567.687 1 13567.687 3147.651 .000
Post Hoc Tests
Upper Bound Lower Bound
10 menit -1.75(*) .599 .004 -2.93 -.57
* The mean difference is significant at the .05 level.
Kelompok konsentrasi
(I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Upper Bound Lower Bound