• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pemasaran produk wisata syariah: sudi kasus pada PT Cheria Tour and Travel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pemasaran produk wisata syariah: sudi kasus pada PT Cheria Tour and Travel"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh: MAULANA HAITAMI

1110046100082

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telahs saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November 2014

(5)

ii

(Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435/ 2014M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui SWOT dari produk wisata syariah, Peran PT. Cheria Tour and Travel dalam pengembangan produk wisata syariah, dan mengetahui efektivitas pemasaran yang dilakukan PT. Cheria Tour and Travel.

Penelitian ini digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Yaitu menjelaskan tentang pemasaran produk wisata syariah pada PT. Cheria Tour and Travel. Menggunakan pengumpulan data primer berupa hasil wawancara dengan narasumber terkait dan data sekunder berupa pustaka dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi produk wisata syariah sangat besar di Indoensia, namun respon masyarakat masih kurang dikarenakan kurangnya pemasaran produk tersebut. Selain itu masih banyaknya masyarakat yang ke luar negeri daripada ke dalam negeri dikarenakan belum lengkapnya paket perjalanan yang di sediakan untuk dalam negeri.

(6)

iii

memberikan nikmat, karunia, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis tak lupa panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Dan penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis, pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. JM. Muslim, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, M.H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris prodi Muamalat (Ekonomi Islam).

3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

(7)

iv data-data di penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan petunjuk dan bekal ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.

7. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

8. Keluarga besar (alm) H. Muhammad Nuh bin H. Abdurrahman dan H. Bachtiar bin H. Muhammad yang selalu memberikan semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Perbankan Syariah 2010 khususnya kelas B, yang sudah memberikan semangat dan masukan dalam penulisan skirpsi ini. Dan juga teman-teman KKN KOPI terima kasih untuk dukungan semangat yang diberikan.

10. Teman-teman DPR (Dibawah Pohon Rindang), Dio Al-haddad, Listio Biji, Kharis Cahyadi, Putra Kalbuadi, Willy Fahmi Aziz, Abdul Aziz Muslim, Abdul Hakim, Abdul Razzak, Faniditya Ramadhan, Kahfi Aditya, Syarifah Aquila, Tri Puji Lestari yang sudah membantu dan menyumbangkan ide-ide penulisan. Terima kasih untuk persahabatan yang terjalin dalam suka dan duka selama ini. 11. Orang terdekat penulis, Ayudhia Harumi Pawestri. Terima kasih untuk kesediaan

(8)

v lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, November 2014

(9)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Efektivitas ... 15

B. Pemasaran ... 17

C. Strategi Pemasaran ... 20

D. Produk Wisata Syariah ... 22

E. Review Studi Terdahulu ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 49

B. Jenis Penelitian ... 50

C. Sumber Data Penelitian ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Metode Analisis ... 53

(10)

vii

a. Sejarah singkat PT. Cheria Tour and Travel ... 55 b. Visi, Misi PT. Cheria Tour and Travel ... 56 c. Produk-produk PT. Cheria Tour and Travel ... 57 B. Analisis SWOT Terhadap Perkembangan Produk Wisata Syariah di PT.

Cheria Tour and Travel ... 60 C. Pengembangan Produk Wisata Syariah di PT. Cheria Tour and Travel

... 72 D. Efektivitas Pemasaran Produk Wisata Syariah di PT. Cheria Tour and Travel

... 77 BAB V PENUTUP

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sektor yang dapat diandalkan sebagai sumber daya devisa negara adalah pariwisata. Pada tahun 2009, pariwisata di Indonesia menjadi kontributor terbesar ketiga devisa negara setelah minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Peringkat tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2006 yang hanya menempati peringkat ke-6 dari 11 komoditi sumber devisa negara.

(12)

bangsa yang dilakukan melalui hubungan timbal balik dari kegiatan angkutan dan telekomunikasi ke dan dari luar negeri.1

Pembangunan pariwisata, seperti halnya pembangunan pertambangan, pabrik-pabrik, pertanian atau jenis pembangunan ekonomi lainnya, akan menimbulkan bermacam macam pengaruh terhadap suatu daerah, tempat pembangunan itu berlangsung. Tentu saja, dampak atau pengaruh berbagai macam pembanguna itu akan berbeda beda namun ada yang kerap kali sangat terasa. Semua itu akan kelihatan sekali dampaknya terhadap perekonomian, masyarakat, pemerintah dan atau lingkungannya.

Di Indonesia ada UU No. 10 tahun 2009 yang mengatur tentang kepariwisataan dan menjelaskan perbedaan pariwisata dan wisata. Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009, wisata itu adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginnya dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Wisata dibagi menjadi dua, yaitu wisata domestik (dalam negeri) dan wisata internasional (luar negeri). Disamping untuk tujuan mencari kesenangan

(13)

dan pengalaman baru, berwisata juga dianggap dapat memperkuat rasa bangga pada negara, dan ini terjadi pada jenis wisatawan domestik (dalam negeri).

Bentuk perjalanan wisata domestik ini tidak saja memberikan keuntungan dalam memperbesar rasa nasionalisme dan memperkuat pembentukan karakter bangsa, namun juga memberi manfaat besar dari beberapa sisi lain. Pertama, bagi negara-negara dengan jumlah populasi penduduk yang besar seperti Indonesia, besarnya wisatawan domestik ini sangat signifikan dalam mendorong perekonomian nasional dan lokal. Kedua, belanja langsung wisatawan domestik dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal. Ketiga, sifat wisatawan domestik ini lebih stabil dibanding wisatawan internasional.

Tujuan berwisata tidak harus selalu dikaitkan dengan keuntungan fisik. Sebuah perjalanan wisata juga akan dapat menstimulasi pikiran seseorang secara unik. Perjalanan itu akan dapat membuat seseorang menjadi lebih kreatif dan disamping itu, lingkungan baru yang didapatkannya juga akan menyebabkan sinyal-sinyal baru yang diterima dari lingkungan barunya.2

Pada tahap selanjutnya, ketika wisatawan ingin menjadi konsumen sekaligus produsen, pola kegiatan berwisata menjadi lebih berbasis pada pengembangan diri dan ini menghasilkan pola kegiatan wisata yang berbasis kreatifitas. Jadi, hasil kunjungan menjadi tidak hanya sekedar berupa foto, berupa cerita, namun akan lebih berupa pemahaman (knowledge) yang akan memperkaya

(14)

diri wisatawan itu sendiri, dan bahkan mereka akan dapat mengembangkan pengetahuan tersebut.3

Tak bisa dipungkiri Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Tak hanya memiliki keindahan alam yang tersebar di seluruh 17 ribu gugusan pulau. Indonesia juga memiliki kebudayaan, bahasa, dan kearifan lokal yang begitu menarik serta beragam. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun 2014 mencapai 753 ribu kunjungan. Angka ini naik 22,59 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada januari 2013, yaitu sebanyak 614 ribu kunjungan. Sepanjang 2013, jumlah wisman yang mampir ke Indonesia mencapai 8,6 juta orang. Dan untuk tahun berikutnya ditargetkan mencapai 9,5 juta wisman.

Sektor pariwisata ini juga memberikan kontribusi hingga sembilan persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, menyerap tenaga kerja hingga 10,18 juta orang pada 2013. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada 2012 yang hanya 9,14 juta orang.4

Dari 140 negara yang di survey, Indonesia menduduki peringkat 70 dalam daya saing wisatanya. Lebih baik apabila dibandingkan dengan Filipina pada peringkat 82 dan Vietnam diurutan 80. Namun, Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga yaitu Singapura pada peringkat 10, Malaysia pada peringkat 34,

3 Henky Hermantoro. Creative-Based Tourism, h. 50

(15)

dan Thailand pada peringkat 43. Padahal dibanding dengan negara-negara tersebut, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan wisata. Salah satunya penduduk yang mayoritas besar adalah muslim, luas negara yang lebih besar, banyaknya gugusan pulau, gunung, laut, dan pantai. Jadi, apapun destinasi wisata yang diinginkan ada di Indonesia.

Peningkatan devisa di Indonesia dari aspek pariwisata membuat pariwisata semakin mengembangkan industrinya untuk menarik lebih banyak wisatawan baik domestik atau asing. Salah satu caranya adalah dengan adanya wisata syariah. Mode ekonomi ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak krisis keuangan serta meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Apalagi, Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk Islam terbesar dunia dan memiliki pertumbuhan yang sangat signifikan, khususnya dalam bidang ekonomi syariah. Mengacu pada kurun waktu 9 tahun terakhir bahwa pariwisata menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar Negara ini menjadikan wisata syariah adalah prospek bisnis yang sangat menjanjikan.

(16)

mancanegara, Sapta menyebut bahwa pasar wisata syariah tidak hanya menyasar negara-negara Timur Tengah tetapi juga negara seperti China dan Australia.5

Istilah syariah sudah sering terdengar sebelumnya seperti bank syariah, hotel syariah, dan perumahan syariah. Namun, wisata syariah masih lebih jarang terdengar dan diketahui oleh masyarakat muslim Indonesia. Hal ini disebabkan pemerintah baru mengembangkan produk ini melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENKRAF) bertepatan dengan kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 dengan tema “Wonderful Indonesia as Moslem Friendly

Destination“.

Wisata syariah memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam., sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk. Wisata syariah ini juga diharapkan dapat menarik Muslim dari negara lain. Saat ini populasi umat muslim di dunia berjumlah lebih dari 1,8 Milyar jiwa atau sekitar 28 persen dari total penduduk dunia, yaitu 6,4 miliar dan tersebar di 148 negara. Setiap tahun penduduk muslim mencapai 1,8 persen atau 60 persen di atas tingkat pertumbuhan penduduk non-muslim yang hanya 1,12 persen.

Sebanyak 50 persen dari penduduk Muslim di dunia berusia kurang dari 25 tahun yang berarti mereka berada pada usia produktif dan potensial berpergian

5Li a. I do esia e iliki pote si besar ke ba gka wisata syariah . Poskota ew. o .

(17)

sebagai wisatawan. Mereka tersebar di Asia sebanyak 879 juta orang, Timur Tengah sebanyak 190 juta orang, Afrika 443 juta orang, Eropa 51 juta orang, Amerika 7 juta orang, dan Amerika Selatan sebanyak 3 juta orang.6

Berwisata merupakan salah satu kegiatan yang bisa dipilih seseorang untuk mendapatkan suatu hiburan. Saat ini sudah semakin banyak orang yang memilih untuk melakukan perjalanan wisata untuk melepas sejenak beban kewajiban dari aktivitas sehari-hari. Apalagi untuk warga Jakarta yang memiliki tingkat aktivitas tinggi, mereka seperti sudah menjadikan wisata sebagai gaya hidup mereka. Hal ini didukung juga dengan banyaknya pilihan pariwisata di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Kitab-Kitab sejarah Islam mencatat dengan sangat rapi bahwa ulama-ulama Islam tempo dulu sering melakukan perjalanan jauh dan melelahkan guna menimba ilmu dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu negeri ke negeri yang lain. Bahkan Imam Asy-Syafi’I, salah seorang imam madzhab yang sangat masyhur dan popular, beliau pernah mengubah banyak fatwa/pendapatnya mengenai masalah hukum fiqih setelah melakukan perjalanannya ke negeri Mesir. Artinya setelah beliau sampai di negara Mesir, beliau banyak mendapat ilmu dan wawasan, teman, dan guru baru.7 Jadi, melakukan perjalanan jauh sangatlah memberikan manfaat yang luar biasa. Tentu, kalau kita pandai memanfaatkan

6 Hery Sucipto & Fitria Andayani, Wisata Syariah, (Jakarta: Grafindo Books Media, 2014) h. 65-66

(18)

perjalanan itu sendiri, karena lautan ilmu bisa kita dapatkan, bahwa kearifan berpikir dan tidak kaku dalam bertindak pun dapat kita peroleh karena hasil dari perjalanan kita sendiri.

Sebagian besar orang menghabiskan waktunya seharian penuh apabila sudah sampai di tempat tujuan wisatanya, kadang-kadang lupa untuk menjalankan perintah agama yaitu sholat 5 waktu karena pikirannya hanya fokus untuk bersenang-senang. Padahal sangat disayangkan bergembira tapi melalaikan perintah agama.

Selain itu, banyak orang hanya ingin berwisata ke tempat yang memang sudah sering dikunjungi, contohnya ke pantai, gunung, dan taman rekreasi. Karenanya banyak yang tidak mengetahui tempat wisata islami yang bisa menjadi referensi perjalanan mereka. Kita bisa berwisata sekaligus mengetahui sejarah perkembangan islam di Indonesia. Wisata islam bisa menyegarkan pikiran dari rutinitas sehari-hari dengan cara menikmati dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT dalam beragam sumber daya di alam ini. Namun, jarang masyarakat yang mau mengunjungi tempat wisata seperti itu, padahal akan banyak manfaat yang diterima apabila mengunjungi tempat tersebut.

(19)

Pada waktu transaksi juga, sebenarnya wisatawan membayar untuk pelayanan yang ditunda, karena apa yang diinginkan belum menjadi kenyataan. Semuanya ini dapat terjadi karena adanya kepercayaan pada travel agent yang bersangkutan. Oleh karena itu kepercayaan pelanggan perlu dijaga agar jangan terjadi keragu-raguan bagi orang yang melakukan perjalanan melalui travel agent.8

Sekarang semakin banyak bermunculan paket wisata yang ditawarkan, bahkan dengan hanya mengeluarkan Rp. 100.000 kita sudah bisa menikmati paket wisata yang diadakan satu hari full. Ini membuat persaingan semakin ketat dalam menawarkan jasa paket wisata, sehingga kalangan yang mempunyai paket wisata harus memiliki strategi yang jitu untuk lebih menarik minat masyarakat untuk menggunakan jasa mereka.

Dengan menggunakan teknik pemasaran produk yang baik diharapkan perusahaan dapat mengatasi persaingan dengan perusahaan sejenis, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan perusahaan. Untuk memasarkan produk dengan baik, harus dimulai dari visi, misi, dan tujuan yang jelas. Visi, misi, dan tujuan ini biasanya harus dimulai dari manajemen kemudian baru disampaikan kepada karyawan.

Kondisi sekarang lebih berorientasi kepada buyers market sehingga perusahaan harus berbenah diri dalam menghadapi persaingan yang semakin

(20)

ketat. Harus lebih menggencarkan dalam promosi, tdak menunggu buyers untuk mencari tahu sendiri, sehingga pemasaran produk tersebut akan lebih efektif.

PT. Cheria Tour and Travel merupakan badan usaha yang membuka perjalanan wisata syariah, dengan mengutamakan destinasi tempat sesuai dengan hukum-hukum Islam yang berlaku. Mulai dari tujuan yang akan dikunjungi, makanan yang akan disantap, tempat untuk menginap, dan acara-acara yang akan diselenggarakan di tempat tujuan. Semuanya mengutamakan kehalalan dan keteraturan jadwal perjalanan yang disesuaikan dengan waktu sholat. Jadi wisatawan akan berwisata dengan tenang dan aman tanpa meninggalkan kewajiban sholat 5 waktu. Pemandu wisatanya pun juga berpakaian rapi dan islami, jadi tidak khawatir dan takut apabila wisatanya melanggar hukum Islam yang berlaku.

(21)

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Seiring dengan berkembangnya dunia pariwisata di Indonesia. Maka semakin banyak biro perjalanan, tour and travel selalu berinovasi dari segi produk dan cara pemasaran yang ditawarkan agar dapat menarik minat masyarakat dalam maupun luar negeri, salah satu produk yang makin berkembang adalah wisata syariah yang disediakan oleh PT Cheria Tour and Travel.

Karena masih kurangnya minat masyarakat untuk berwisata didalam negeri dikarenakan belum banyaknya produk wisata syariah didalam negeri. Lalu kurangnya pemasaran terhadap produk wisata syariah, menyebabkan belum banyak masyarakat yang mengetahuinya dan juga menyebabkan lambat berkembangnya produk ini, di penelitian ini penulis hanya membahas efektivitas pemasaran produk wisata syariah

2. Pembatasan Masalah

(22)

3. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi EFEKTIVITAS PEMASARAN PRODUK WISATA SYARIAH (Studi Kasus Pada PT Cheria Tour and Travel) maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana analisis SWOT terhadap perkembangan produk wisata syariah pada PT Cheria Tour and Travel ?

b. Bagaimana PT Cheria Tour and Travel dalam mengembangkan produk wisata syariah ?

c. Sejauh mana efektivitas pemasaran produk wisata syariah pada PT Cheria Tour and Travel ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui SWOT terhadap perkembangan produk wisata syariah pada PT Cheria Tour and Travel.

b. Untuk mengetahui Bagaimana PT Cheria Tour and Travel dalam mengembangkan produk wisata syariah.

(23)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai produk-produk yang berbasis syariah. Penulis berharap tulisan ini memberi kontribusi positif untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Bagi akademisi untuk menambah literatur produk wisata syariah supaya dapat lebih dikembangkan sebaik mungkin.

c. Bagi masyarakat agar lebih mengetahui dan memahami dan menjadikan produk wisata syariah sebagai alternatif dalam melakukan wisata.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan kejelasan arah dalam pembahasan masalah maka disusun sistematika yang terdiri dari 5 (lima) bab.

BAB I Pendahuluan, di dalam bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.

(24)

BAB III Berisi mengenai metode penelitian, jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan subjek objek penelitian.

BAB IV Pembahasan mengenai profil PT Cheria Tour and Travel, analisis SWOT terhadap perkembangan wisata syariah, bagaimana cara mengembangkan produk wisata syariah, dan efektivitas pemasaran produk wisata syariah

(25)

15 A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja adalah efektivitas. Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan kata lain seorang manajer memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode atau cara yang tepat untuk mencapai tujuan.9

Menurut Amin Widjaya, efektivitas adalah hubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah tercapai.10 Sedangkan menurut Hasan Sadili, efektivitas bermakna menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.11

9

T. Tani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), h.7.

10 Amin Widjaya,

Ensiklopedi Bahasa Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru-van Hpeve, 1980), h. 134.

11Amin Widjaya.

(26)

Efektivitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasional.12

Efektivitas yaitu hasil-hasil yang dicapai oleh suatu organisasi secara keseluruhan dalam periode tertentu, dapat berupa rencana, kebijaksanaan, dan sarana-sarana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Efektivitas penting dalam suatu kinerja kerja, karena dalam melakukan pekerjaan agar mencapai tingkat yang optimal kita harus melakukan tugas dengan benar sesuai dengan cara yang ditetapkan.

2. Kriteria Penilaian Efektivitas

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa strategi atau perencanaan tersebut berjalan efektif, yaitu:

a. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

b. Ekonomis, yaitu untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.

12 Amirullah dan Haris Budiyon,

(27)

c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yaitu untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya harus dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

d. Pembagian kerja nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan bahan kerja, ukuran kemampuan kerja, dan waktu yang tersedia. e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus

seimbang dengan tanggung jawab. Dan harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.

f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.13

Jadi, efektivitas dapat dilihat dari perencanaan yang telah di buat dengan hasil pencapaian yang telah ditetapkan secara tepat.

B. Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Menurut Indriyo pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar14. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

13 Sujadi F.X,

O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen (Jakarta: CV. Masagung, 1990), 36-39

14 Indriyo Gitosudarmo,

(28)

barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.15

Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang m ampu memuaskan kebutuhan individu dan organisasi16.

Menurut pendapat Philip Khotler17 menyatakan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang dengannya individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan nilai satu sama lain.

Dalam syariah marketing, perusahaan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, namun turut pula berorientasi pada tujuan lainnya yaitu keberkahan. Perpaduan konsep keuntungan dan keberkahan ini melahirkan konsep maslahah, yaitu suatu perusahaan syariah akan berorientasi pada pencapaian maslahah yang optimal. Konsep keberkahan bagi sebagian pihak merupakan konsep yang abstrak karena secara keilmuan tidak dapat

15

Basu swastha DH dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Moderen, edisi III, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998), h. 179.

16

Charles W. Lamb, dkk, Marketing (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 6.

17

(29)

dibuktikan secara ilmiah, namun inilah salah satu konsep inti daripada syariah marketing yang menjadi landasan pada suatu perusahaan berorientasi syariah.

Menurut Hermawan Kertajaya, nilai inti dari pemasaran syariah adalah integritas dan transparansi, sehingga marketer tidak boleh bohong dan orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keingina dan kebutuhan, bukan karena diskonnya atau iming-iming belaka.18

Pemasaran bukan hanya kegiatan menjual saja, tetapi suatu rangkaian kegiatan yang terus menerus, dari mengidentifikasi produk atau jasa apa saja yang sedang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, menentukan harga yang sesuai dan terjangkau, menentukan cara promosi, sampai dengan menyalurkannya kepada konsumen.

2. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran yang diterapkan dan dijalankan perusahaan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Menetapkan basis konsumen secara strategis, rasional dan lengkap dengan informasinya.

b. Mengidentifikasikan kebutuhan yang sekarang dan yang akan datang dari konsumen dan calon konsumen.

18

(30)

c. Menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen dengan tepat dan menguntungkan, serta mampu membedakan perusahaan dari pesaing.

d. Mengkomunikasikan dan mengantarkan produk tersebut kepada pasar sasaran. e. Memimpin seluruh personel bidang pemasaran untuk menjadi sekumpulan tenaga kerja yang disiplin, potensial, berpengalaman, berdedikasi pada perusahaan dalam mencapai tujuan.19

C. Strategi Pemasaran

1. Pengertian Strategi Pemasaran

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani, starageta (stratus= militer, dan ad = memimpin), artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang, dimana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang.20

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo, menjelaskan bahwa strategi adalah tujuan organisasi dalam hal “agribisnis” strategi yang digariskan adalah ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, dan disersivikasi.21

Menurut Onong Uchayana Efendi, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut,

19

Alex S Nitisemito, kalau Ingin Mendirikan Perusahaan (Jakarta: Gihalia Indonesia, 1995), h. 27.

20 Fandy Tjiptono,

Pemasaran Jasa (Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2005), h.5.

21 Sukanto Reksohadiprodjo,

(31)

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.22

Strategi Pemasaran adalah kegiatan menyeleksi dan penjelasan satu atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara suatu bauran pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar yang dituju.23

Strategi Pemasaran Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang terencana yang mengaruh pada proses penciptaan, penawaran, dan perubahan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.24

Strategi dalam marketing bertujuan untuk mencapai atau menciptakan kondisi paling menguntungkan untuk menjual produk. Beberapa komponen dalam strategi marketing antara lain:25

a. Menentukan segmen pasar, yaitu menentukan siapa yang paling mungkin dan memastikan menjadi pangsa pasar dari produk yang kita jual.

b. Menetapkan target penjualan, yaitu merencanakan berapa jumlah produk yang paling optimal masuk ke segmen pasar.

22 Onong Uchayana,

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, cet. V,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), h. 32.

23

Charles W. Lamb, dkk, Marketing, h. 54.

24 Hermawan Kanjaya dan Muhammad Syakir Sula,

Syariah Marketing (Bandung: Mijan, 2006), h.28.

25 Firdaus,

(32)

c. Memberikan pemahaman pasar terhadap produk, yaitu upaya agar sedapat mungkin keunggulan produk kita mampu membentuk imej di masyarakat, sehingga produk kita mudah dikenang dan dikenal.

D. Produk Wisata Syariah 1. Pengertian Wisata

Secara harfiah wisata berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti perjalanan, berpergian.26 Jadi dapat disimpulkan bahwa wisata adalah perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat yang ingin dikunjungi, yang menurut bahasa inggris disebut tour.

Dalam bahasa Arab, perjalanan wisata atau pariwisata sering diistilahkan dengan kata as-siyahah yang diambil dari ungkapan saha al-maa siyahah (air mengalir, mencair, meleleh), ungkapan tersebut digunakan menyebut air yang mengalir dan berjalan di atas permukaan tanah, kemudian digunakan untuk konteks manusia, yang berarti berpergian di ats permukaan bumi dalam rangka beribadah, meningkatkan kesalehan atau tanpa tujuan apapun. 27 Dapat disimpulkan bahwa istilah as-siyahah adalah melancong. Berpergian atau wisata adalah sebuah sarana yang hukumnya berdasarkan tujuannya, antara lain adalah:

a. Berpergian merupakan sebuah kewajiban, apabila dilakukan untuk sebuah kewajiban, seperti menunaikan ibadah haji.

26 Inu Kencana,

Pengantar Ilmu Pariwisata (jakarta: Mandar Maju, 2009), h. 15.

27 Fahad Salim Bahammam.

(33)

b. Berpergian menjadi sunnah, semisal berpergian untuk melaksanakan umrah atau melaksanakan ibadah haji untuk kedua kalinya.

c. Berpergian bisa menjadi makruh (dibenci), contohnya berpergian ke negara-negara yang didalamnya tersebar berbagai kerusakan dan sulit untuk dihindari.

d. Dan bisa juga menjadi mubah (diperbolehkan), seperti berpergian untuk melakukan perniagaan demi memperbanyak harta. 28

Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari berbagai pendekatan. Dalam Undang-Undang RI no 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai macam fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang tertarik dengan pariwisata yang bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

28 Fahad Salim Bahammam.

(34)

kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatwan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

f. Pengusaha pariwisata adalah orang atau kelompok yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

g. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Industri yang menyediakan jasa dan daya tarik dan sarana wisata.29

2. Pengertian Syariah

Kata syariah (syariat) biasa disebut juga asy-syari’ah (ةعيرشلا) secara

harfiah berarti “jalan ke sumber air“ dan “tempat orang-orang minum“. Orang–orang arab menggunakan istilah ini khusus pada jalan setapak menuju palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Kata ini dikeluarkan dari kata syara’a syai (عس عرش) yang artinya, “menjelaskan dan

menyatakan sesuatu“ atau dikeluarkan dari kata asy-syir’atu (ةعرشلا) dan

asy-syari’atu (ةعيرشلا) yang artinya “suatu tempat yang menghubungkan sesuatu

29 Ismayanti,

(35)

untuk sampai pada sumber air yang tidak ada habis-habisnya, sehingga orang

yang membutuhkannya tidak lagi butuh alat untuk mengambilnya“.

Secara bahasa, syariah berarti jalan yang dilewati untuk menuju sumber air. Kata syariah juga digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran agama. Dengan lebih ringkas, syariah berarti aturan dan undang-undang. Aturan disebut syariah/syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. Ada pula yang mengatakan, aturan ini disebut syariah, karena dia menjadi sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.30

Secara Istilah, syariah adalah semua aturan yang diturunkan Allah untuk para hamba-Nya, baik terkait masalah akidah, ibadah, muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait hubungan makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk. 31

Adapun kata “ syara’a “ baik dalam bentuk ism (kata benda) atau bentuk fi’il (kata kerja), disebut dalam Alquran sebanyak lima kali. Dalam bentuk ism (kata benda) seperti firman Allah:

إ

اًعرش م تبس م م ات ح م تأت إ تبسلا ف

ع

Di waktu datang kepada mereka ikan – ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air”.(QS. Al-A’raf : 163)

30 Hery Sucipto dan Fitria Andayani,

Wisata Syariah ( Jakarta: Grafindo, 2014 ), h.38

31 Hery Sucipto dan Fitria Andayani,

(36)

Berbentuk fi’il madhi (kata kerja lampau) ada dalam ayat:

هب ا ص ام ك لإ ا ح أ لا اًح هب ٰ ص ام لا م مكل عرش

ۚ ه ف ا قرفتت ال لا ا قأ أۖ ٰ س ع ٰ س م م هاربإ

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”,(QS. Asy-Syura : 13)

Adapun yang dimaksud agama ialah meng-Esakan Allah SWT, beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta menaati segala perintah dan larangan-Nya.

Dengan demikian, penggunaan kata-kata syara’, syir’ah, dan syari’ah dalam Al-Qur’an tidak memiliki arti hukum, tetapi mengandung arti tata aturan agama, jalan terang, dan nyata yang ditunjukan Tuhan kepada manusia. Menurut Mahmoud M.Ayoub32, beliau berpendapat bahwa kata syariah seringkali dipahami sebagai dasar hukum. Ini hanya merupakan sebagian pengertiannya saja. Syariah bukan hukum dalam pengertian kita sebagai huukum sekuler. Bahkan pada dasarnya, syariah merupakan serangkaian kewajiban moral yang pertama kali diabadikan dalam Al-Qur’an, kemudian diuraikan dan diterapkan melalui teladan kehidupan sunnah Nabi, dan akhirnya dibenarkan dan dapat dipercaya secara nalar pada umat.

32 A.Kadir,

(37)

Singkatnya, tujuan syariah adalah menjamin keselamatan umat manusia secara fisik, moral dan spiritual di dunia ini dan untuk menyiapkan perjumpaan dengan Allah di hari yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum syariah adalah semata–mata untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemashlahatan umat manusia. 33

3. Keistimewaan Syariah Islam

Syariah Islam memiliki keistimewaan, antara lain : Bersumber dari sang pencipta, Tuhan semesta alam. Sehingga mutlak benar ; Terjaga dari perubahan, karena Allah menjaga sumbernya; Mencakup semua aspek kehidupan; Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus sengketa manusia; Layak diterapkan di setiap zman dan tempat.

Orang yang tidak mengikuti syariah Allah, berarti dia sedang mengikuti syariat hawa nafsunya. Karena hidup tidak akan pernah lepas dari aturan dan syariah, semua akan dipertanggung jawabkan.34

4. Ciri-ciri Umum Syariah a. Ketuhanan

Hukum syariah diturunkan oleh Allah dan bukan dari hasil pikiran manusia yang terbatas. Allah Maha Mengetahui semua kebutuhan setiap makhluk, sampai daun yang terjatuh pun adalah ketetapannya. Maka tidak

33 A.Kadir,

Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Qur’an, h.23. 34 Hery Sucipto & Fitria Andayani.

(38)

mungkin syariah yang diturunkan tidak sesuai dengan kemaslahatan makhluk-Nya.

Karena hukum syariah berasal dari Allah, maka tidak ada khiyar

(pilihan) bagi sorang Muslim untuk menghindar dari hukum yang telah ditetapkan Allah, baik dia seorang hakim atau yang dihakimi. Firman Allah dalam surat Al-Maidah:44 “Barang siapa yang tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir” b. Moralitas

Hukum syariah lebih menitikberatkan pada pendidikan akhlak (moral), memperbaiki dan mengembangkan sumber daya manusia dengan akhlak yang mulia. Rasulullah pernah bersabda:

اْخأا

م كم

مِّتأ

تْثعب

مَّإ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.” (HR. Ahmad)

(39)

c. Realitas

Syariah Islam adalah hukum yang realistis yang selalu memperhatikan keutamaan akhlak yang luhur. Syariah Islam bukanlah omong kosong belaka seperti khayalan orang-orang komunis tentang masyarakat yang tidak mengenal perbedaan dan kepemilikan individu, masyarakat yang tidak membutuhkan negara, hukum, polisi, dan perangkat lainnya.

Diantara realitas hukum Islam adalah dalam keadaan darurat, diperbolehkan melakukan sesuatu yang diharamkan, untuk menyelamatkan nyawa dan kehidupan manusia.

d. Kemanusiaan

Hukum Islam disyariatkan di antaranya untuk memelihara kemuliaan manusia itu sendiri. Karena kemuliaan manusia bukanlah pemberian raja, pemimpin ataupun parlemen, tapi merupakan pemberian Allah SWT, dzat yang telah menjadikan manusia sebagai khalifah di atas bumi. Syariat Islam datang dengan membawa misi persamaan di antara manusia, tanpa memandang perbedaan warna kulit, jenis ataupun bahasa. Yang membedakan adalah amal saleh dan ukuran kebaikan yang dilakukannya.

“Orang yang mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa, tanpa

(40)

e. Ketertiban

Penerapan beberapa bagian dari keseluruhan aturan secara teratur dan saling bahu-membahu dalam melaksanakan tujuan bersama sekiranya tidak terjadi benturan antara bagian satu dengan lainnya. Syariat Islam mengangkat derajat wanita dan memelihara nilai kemanusiaan (harkat dan martabat) dan menjadikannya saudara kandung laki-laki dan saudaranya dalam ketaatan hukum (taklif).

f. Komprehensif

Syariah Islamiyah adalah suatu aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, syariah Islamiyah menetapkan jalan keimanan bagi manusia, juga menjelaskan tentang pokok-pokok akidah dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Syariat Islam juga memerintahkan kepada manusia untuk membersihkan jiwanya, dan mengatur hubungan antarsesama.35

5. Wisata Syariah

a. Pengertian Wisata Syariah

Wisata Syariah adalah perjalanan wisata yang semua prosesnya sejalan dengan nilai-nilai syariah Islam, baik dimulai dari niatnya semata-mata untuk ibadah dan mengagumi ciptaan Allah SWT, selama dalam perjalanannya dapat melakukan ibadah dengan lancar dan setelah sampai tujuan wisata, tidak

35 Hery Sucipto & Fitria Andayani.

(41)

mengarah ke hal-hal yang bertentangan dengan syariah, makan dan minum yang halalan thayyibah, hingga kepulangannya pun dapat menambah rasa syukur kita kepada Allah SWT. 36

Wisata syariah didefinisikan sebagai upaya perjalanan untuk mencari kebahagiaan yang tidak bertentangan dan menyalahi prinsip-prinsip ajaran Islam, serta sejak awal diniatkan untuk mengagumi kebesaran ciptaan Allah.37

b. Dasar agama tentang wisata

Wisata dalam Islam adalah sebuah safar atau traveling untuk merenungi keindahan ciptaan Allah SWT, menikmati keindahan alam untuk menguatkan keimanan dan memotivasi diri untuk terus menunaikan kewajiban hidup.

Intinya, wisata syariah harus dipahami sebagai konsep keagamaan dan kebudayaan, dimana tujuan-tujuan Islami, ajaran-ajaran Islam, serta kaidah dan akidah islamiyah harus dimasukan dan dijadikan program-program yang ditawarkan dalam aktivitas wisata syariah tersebut. Artinya, wisata syariah tidak sekedar untuk memindahkan aktivitas para turis ke area kita, melainkan

36 Tohir Bawazir,

Panduan Praktis Wisata Syariah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), h.22.

37 Hery Sucipto & Fitria Andayani.

(42)

juga kita bisa menawarkan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan kita pada mereka.38

6. Hukum Wisata dalam Islam

Hukum asal perjalanan wisata adalah mubah alias diperbolehkan. Namun, asal ini dapat berubah karena adanya faktor lain yang menghalanginya. Disebut mubah (diperbolehkan), jika wisata hanya semata-mata hanya untuk mencari hiburan dan kesenangan jiwa, selama di tempat wisata tidak terjadi kemaksiatan dan dekadensi moral secara terang-terangan. Namun, perlu diingat hukum mubah ini dapat berubah karenan ada sebab hal yang terjadi. Hukum wisata dalam Islam adalah sebagai berikut:

a. Wajib

Perjalanan menjadi wajib apabila:

1) Tujuan berpergian dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah haji wajib (ibadah haji pertama kali bagi yang mampu).

2) Untuk menuntut ilmu pengetahuan.

3) Menengok/menjenguk keluarga yang membutuhkan kunjungan seperti, sakit dan semisalnya.

4) Memenuhi undangan (selama mampu dan sehat) dan tidak ada kemaksiatan didalamnya.

38 Hery Sucipto & Fitria Andayani.

(43)

b. Sunnah

Dapat pula status mubah menjadi sunnah (Dianjurkan) apabila memenuhi beberapa syarat di antaranya:

1) Untuk menjalankan ibadah haji sunnah (haji kedua dan seterusnya) maupun ibadah umroh.

2) Dilakukan dalam rangka berdakwah kepada Allah SWT.

3) Dilakukan dalam rangka mengambil perjalanan dengan merenungkan segala ciptaan Allah. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an: (QS Al-Ankabut : 20)

4) Untuk mengambil ibroh (pelajaran) terhadap nasib umat-umat terdahulu dan apa yang pernah menimpa mereka akibat dosa-dosa mereka. Hal ini telah Allah jelaskan dalam berbagai ayar Al-Qur’an, di antaranya, (QS Ali Imran: 137)

c. Makruh

Perjalanan wisata dapat menjadi makruh (tercela/dibenci Allah) apabila memenuhi kondisi seperti berikut:

1) Wisata yang diniatkan semata-mata hanya untuk mencari kesenangan, dimana di daerah yang dituju sudah dikenal dengan bebagai aktivitas yang merusak moral, seperti kehidupan free sex, mabuk-mabukan, judi, dsb. Ia menjadi makruh karena dikhawatirkan kita ikut tercebur ke dalamnya. 2) Wisata ke negeri yang memusuhi umat Islam dan dikhawatirkan

(44)

yang bersamaan digunakan untuk menimbulkan kerugian bagi umat Islam lainnya.

3) Wisata yang dilakukan ketika melihat ada tetangga atau orang sekitar yang sedang membutuhkan, namun kita tidak simpati dan empati kepada mereka, namun dananya dihabiskan hanya untuk berwisata untuk diri kita sendiri.

d. Haram

Bahkan perjalanan wisata dapat menjadi haram apabila terjadi hal-hal berikut ini:

1) Perjalanan wisata yang dilakukan dengan niat untuk bermaksiat kepada Allah baik secara terang-terangan maupun tersembunyi.

2) Perjalanan wisata yang dilakukan untuk berpartisipasi dalam acara-acara kemusyrikan maupun perayaan-perayaan keagamaan kaum di luar sana. 3) Perjalanan wisata yang mempersempit hak-hak Allah SWT, seperti

seseorang yang menyengaja berpergian pada musim haji, namun dirinya justru enggan pergi berhaji, padahal dia termasuk golongan orang yang mampu menunaikan ibadah haji.

(45)

5) Perjalanan wisata yang dilakukan dengan melanggar perintah kedua orangtua, atau istri yang pergi tanpa seizin suaminya.39

7. Hukum-hukum Ibadah Ketika Berpergian

Mayoritas ulama dari empat mazhab fiqih yang diakui (Hanafi, Maliki,

Syafi’i, Hambali), berpendapat bahwa seseorang yang sedang melakukan perjalanan/bepergian, mendapat berbagai keringanan dan kemudahan dalam menjalankan ibadahnya, berbeda halnya ketika dalam keadaan normal. Terutama terkait dalam kegiatan shalat wajib maupun puasa.

Seseorang yang berpergian (musafir) diperkenankan untuk meringkas (mengqashar) shalat dalam perjalanannya, jika dianggap melakukan perjalanan yang cukup jauh. Mayoritas ulama berpendapat bahwa batas minimal jarak, sehingga seseorang mendapat keringanan dalam shalat dan puasa, adalah berjarak 4 Burd atau lebih (berjarak sekitar 85km).

Syariat Islam dihadirkan untuk emngangkat kesulitan-kesulitan seorang hamba yang sedang melakukan perjalanan (musafir). Iantaranya adalah sebagai berikut:

a. Seseorang musafir dianjurkan untuk meringkas shalat Dzuhur, Ashar, dan Isya, menjadi masing-masingnya dua rakaat saja. Namun jika kita bermakmum kepada imam yang bermukim (bukan musafir) maka kita wajib mengikutinya dengan menyempurnakan rakaat shalat.

39 Tohir Bawazir.

(46)

b. Diperbolehkan untuk menjama’ (menggabungkan) antara shalat Dzuhur dan ashar, atau Maghrib dengan Isya. Jika penggabungannya di awal

waktu (Dikerjakan diwaktu Dzuhur atau Maghrib maka dinamakan Jama’

Takdim), atau ketika masih berada dalam kesulitan perjalanan, shalat dapat dikerjakan di akhir waktu. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar dikerjakan di waktu Ashar atau untuk Maghrib dan Isya dikerjakan di

waktu Isya, hal ini disebut Jama’ Akhir.

c. Diperbolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan, namun wajib menggantinya di hari-hari lain ketika sudah keluar status dari musafir. Sebagai tambahan info, untuk shalat Subuh,baik dalam keadaan musafir

atau mukim tidak bisa di jama’ atau dikurangi jumlah rakaatnya, Shubuh

berjumlah dua rakaat dan tidak boleh digabungkan dengan Shalat lain, begitu pula dengan shalat Maghrib tetap berjumlah tiga rakaat, ia tidak boleh diringkas menjadi dua rakaat saja.40

Wisata syariah mempunyai kriteria umum sebagai berikut: a. Berorientasi pada kemaslahatan umat.

b. Berorientasi pada pencerahan, penyegaran, dan ketenangan. c. Menghindari kemusyrikan dan khurafat.

d. Menghindari maksiat seperti; zina, prnografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba, dan judi.

40 Tohir Bawazir.

(47)

e. Menjaga prilaku, etika, dan nilai luhur kemanusiaan seperti menghindari perilaku hedonis dan asusila.

f. Menjaga amanah, keamanan, dan kenyamanan. g. Bersifat universal dan inklusif.

h. Menjaga kelestarian lingkungan.

i. Menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan kearifan lokal. 8. Panduan Umum Dalam Wisata Syariah

a.Objek Wisata

Kriteria objek wisata syariah aadalah:

1) Objek wisata meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan. 2) Tersedia fasilitas ibadah yang layak dan suci.

3) Tersedia makanan dan minuman halal.

4) Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang tidak bertentangan dengan kriteria umum pariwisata syariah.

5) Terjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan. b.Akomodasi

Kriteria akomodasi syariah adalah:

a) Tersedia fasilitas yang layak untuk bersuci

b) Tersedia fasilitas yang memudahkan untuk beribadah. c) Tersedia makanan dan minuman yang halal.

(48)

e) Terjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan.41 c.Biro perjalanan wisata dan Pramuwisata

Kriteria biro perjalanan wisata adalah:

1) Menyelenggarakan paket perjalanan atau wisata yang sesuai dengan kriteria umum pariwisata syariah.

2) Memiliki daftar akomodasi yang sesuai dengan panduan umum akomodasi pariwisata syariah.

3) Memiliki daftar usaha penyedia makanan dan minuman yang sesuai dengan panduan umum usaha penyedia makanan dan minuman pariwisata syariah. d.Pramuwisata Syariah

Kriteria pramuwisata syariah:

1) Memahami dan mampu melaksanakan nilai-nilai syariah dalam menjalankan tugas.

2) Berakhlak baik, komunikatif, ramah, jujur, dan bertanggung jawab. 3) Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan nilai dan etika Islam. 4) Memiliki kompetensi kerja sesuai dengan profesi yang berlaku.42

e.Pusat Perbelanjaan dan Tempat Persinggahan

Kriteria pusat perbelanjaan dan tempat persinggahan syariah: 1) Menyediakan masjid atau mushala yang layak.

41 Hery Sucipto dan Fitria Andayani.

Wisata Syariah, h.103- 104.

42 Hery Sucipto dan Fitria Andayani.

(49)

2) Lokasi masjid tidak berada di tempat yang tersembunyi. 3) Menjaga kebersihan bangunan.43

f. Fashion Syariah

Karakteristik pakaian muslim:

1) Pakaian panjang longgar tanpa jilbab seperti Shalwar, Kameez, dan Abaya.

2) Pakaian yang menutup seluruh tubuh termasuk kepala dengan jilbab, namun dalam tampilan casual.

3) Pakaian renang bagi muslimah.

4) Pakaian yang menuutp seluruh tubuh dan muka yaitu cadar, burqa, dan niqab.44

9. Persiapan Yang Diperlukan Ketika Hendak Berpergian

Ketika sudah memastikan bahwa tujuan wisata adalah baik dan bukan untuk hal–hal yang bertentangan dengan syariat, maka tugas selanjutnya adalah mempersiapkan segala sesuatu untuk berpergian.

Berikut adalah beberapa persiapan yang harus dimiliki seseorang sebelum berpergian, diantaranya:

43 Hery Sucipto dan Fitria Andayani.

Wisata Syariah, h. 142.

44 Hery Sucipto dan Fitria Andayani.

(50)

a. Bekal

Seseorang muslim yang baik dan bijak, tidak akan melakukan perjalanan jauh yang menguras dana, jika tidak memili bekal/dana yang mencukupi selama diperjalanan. Hal ini juga berlaku bagi orang–orang yang menjadi tanggungannya dirumah, walaupun itu diniatkan perjalanan ibadah sekalipun. Karena masing–masing orang memiliki hak yang sama untuk dilindungi. Jangan sampai seseorang berpergian tapi malah meninggalkan masalah dan beban kepada anak dan istri dirumah, sekalipun itu untuk urusan ibadah haji dan umrah, kecuali telah dipastikan ada yang bertanggung jawab atau mengurus keluarganya selama berpergian.

b. Kesiapan Mental

Setiap peerjalana wisata, pasti memiliki persoalan dan kesulitan yang berbeda. Tidak semua perjalanan akan berjalan sesuai dengan yang kita kehendaki dan harapkan. Untuk itu, dibutuhkan sikap mental yang positif, tidak gampang menyerah dan mengeluh, karena masing–masing perjalanan memiliki kekhasan dan problema yang berbeda. Rasulullah SAW mengingatkan dalam haditsnya. 45

ا عْلا نم ٌةعْطق َّلا

Berpergian itu sepotong dari siksaan.“ (HR. Al-Bukhari)

45 Tohir Bawazir.

(51)

c. Kesehatan Fisik

Mengingat perjalanan wisata itu merupakan aktifitas fisik yang melelahkan, maka dibutuhkan kesehatan yang prima sebelum berangkat. Tidak ada salahnya, jika seseorang memeriksakan kesehatannya ke dokter sebelum melakukan perjalanan jauh, karena perjalanan akan sangat menguras tenaga dan pikiran. Juga, tidak salah jika sebelum berpergian, seseorang membawa obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengantisipasi kalau ada gangguan kesehatan selama dalam perjalanan atau perantauan.

d. Memahami Daerah yang dituju

Sebelum melakukan perjalanan jauh, seseorang harus memiliki wawasan mengenai daerah yang hendak dituju, entah itu pengetahuan tentang budaya, adat istiadat, iklim/budaya, makanan, bahasa,dsb. Misalnya, jangan sampai seseorang melakukan ibadah umrah ke tanah sucimdi bulan Juli misalnya, namun tidak mempersiapkan diri di suhu yang sangat panas, yang terkadang mencapai 45 derajat celcius. Atau melakukan perjalanan ke Eropa pada bulan Januari yang sedang mengalami musim salju, yang suhu udara dapat mencapai dibawah 0 derajat celcius. Dalam kondisi seperti ini, tentu tidak boleh lupa membawa baju tebal dan mantel.

(52)

sampai merasakan masalah setelah sampai di tujuan karena kelengahan kita sebelumnya yang kurang mempersiapkan diri.

e. Mengangkat Seseorang Sebagai Pemimpin

Apabila perjalana dilakukan secara rombongan (tiga orang), maka hendaklah mereka mengangkat seseorang yang paling kapabel (mampu) untuk menjadi pemimpin perjalanan. Hal ini dipesankan oleh junjungan Nabi kita Muhammad SAW dalam sebuah hadits,

“ Apabila ada tiga orang (keluar) dalam perjalanan, hendaklah mereka

mengangkat salah seorang sebagai pimpinan bagi mereka.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah)

Pemimpin diangkat uuntuk ditaati dan didengar arahan–arahan serta informasinya tentang perjalanan, sehingga rombongan terhindar dari perselisihan yang tidak diperlukan dan tidak penting. Walaupun ada pemimpin, namun seyogyanya untuk menyelesaikan masalah–masalah yang dihadapi selama dalam perjalanan, dianjurkan terjadi musyawarah di antara mereka sendiri.46

46 Tohir Bawazir.

(53)

10.Akomodasi Wisata Syariah

Objek wisata syariah harus memiliki akomodasi penginapan yang sesuai dengan standart syariah. Tentu saja yang terbaik adalah losmen atau hotel yang sudah mendapat sertifikat dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

a. Hotel Syariah

Hotel syariah yang dimaksud disini adalah Hotel dengan konsep syariah Islam, yaitu Hotel yang menerapkan syariah dalam Agama Islam ke dalam operasional hotel. Hotel syariah ini dapat dikatakan dapat membuat baik pandangan masyarakat mengenai hotel yang biasanya dipandang sebagai tempat berkumpulnya maksiat, baik itu perzinahan, narkoba, dan perbuatan negatif lainnya.

Hal-hal yang harus dipenuhi oleh Hotel Syariah secara umum adalah: (1) Fasilitas mushola atau masjid harus ada.

(2) Wajib ada kumandang adzan di setiap sudut atau lantai jika hotel tersebut luas atau bertingkat, dipasang speaker untuk meneruskan kumandang adzan disetiap waktu-waktu sholat.

(3) Mencantumkan didalam anggaran dasar/rumah tangga hotel sebagai hotel syariah.

(54)

(5) Tidak menyediakan minuman ataupun makanan beralkohol sebagai konsumsi tamu.

(6) Tidak mengizinkan hotel sebagai sarana penggunaan narkoba.

(7) Untuk urusan perbankan, hotel syariah harus memiliki rekening sesuai dengan syariah sebagai contoh dengan menggunakan bank syariah.

(8) Tidak menempatkan ornament/hiasan ataupun lukisan dari makhluk bernyawa di area luar dan dalam hotel.

(9) Memiliki sertifikat halal dari MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) 47 b. Makanan dan Minuman

Seluruh restoran, cafe dan jasa di objek wisata syariah harus terjamin kehalalan makanan yang disajikan, mulai dari bahan baku hingga proses penyediaannya bahan baku dan proses memasaknya. Paling baik adalah yang sudah mendapat sertifikat dari MUI. Kalau cara tersebut belum dapat dilakukan mengingat berbagai kendala maka minimal hal-hal yang harus diperhatikan adalah: 48

(1) Terjamin kehalalan makanan dan minuman dengan sertifikat halal dari MUI.

47

Budyarto, Hotel Management dan Financial Konsultan, Hotel Syariah”, diakses dari http://hotel-konsultan.blogspot.com/2011/11/hotel-syariah.html pada 9 oktober 2014 pukul 13.15 WIB

48 Ke e tria Pariwisata da Eko o i Kreatif da Majelis Ula a I do esia ,

(55)

(2) Ada jaminan halal dari MUI setempat, tokoh muslim atau pihak terpercaya, dengan memenuhi ketentuan yang akan ditetapkan selanjutnya (apabila poin satu tidak terpenuhi)

(3) Terjaga lingkungan yang sehat dan bersih. c. Spa, Sauna dan massage

Terdapat sejumlah hal khusus yang harus diperhatikan bagi fasilitas spa dan sauna bila hendak melayan wisatawan dengan konsep wisata syariah ini, diantaranya:

(1) Terapis pria untuk pelanggan pria dan terapis wanita untuk pelanggan wanita.

(2) Tidak megandung unsur pornoaksi dan pornografi.

(3) Menggunakan bahan yang halal dan tidak terkontaminasi babi dan produk turunannya.

(4) Tersedia sarana yang memudahkan untuk beribadah.49 d. Pramuwisata (Pemandu Wisata)

Pramuwisata memegang peranan sangat penting dalam penerapan prinsip syariah di dunia wisata, karena lewat mereka eksekusi berbagai aturan syariah yang diterapkan dalam pariwisata syariah. Maka kriteria yang harus dipenuhi adalah:

49

(56)

(1) Memahami dan mampu melaksanakan nilai syariah dalam menjalankan tugas.

(2) Berakhlak baik, komunikatif, ramah, jujur, dan bertanggung jawab. (3) Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan nilai dan etika Islam. (4) Memiliki kompetensi kerja sesuai dengan standar profesi yang berlaku.50

Pengembangan wisata syariah ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkungjung ke Indonesia, dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia akan meningkatkan pendapatan negara. Pengembangan ini akan dilakukan pada seluruh sektor pariwisata, baik itu SDA (Sumber Daya Alam) maupun SDM (Sumber Daya Manusia). Partisipasi, kepedulian dan tanggung jawab masyarakat Indonesia sangat diharapkan demi pengembangan kepariwisataan Indonesia. Maka dari itu tanpa terkecuali umat beragama khususnya umat Islam paham akan fungsi pariwisata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya bagaimana pandangan agam terhadap pariwisata.

50

(57)

11.Review Studi Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, adapun kajian pustaka yang digunakan adalah:

1. Penelitian dilakukan Dewi Kusuma Sari 2011 dengan judul

“Pengembangan Pariwisata Objek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang“ Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Fakultas Ekonomi Diponegoro Semarang. Skripsi ini lebih membahas tentang bagaimana cara mengembangkan objek wisata, bagaimana agar cara menarik minat masyarakat untuk berwisata, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pantai sigandu.

2. Penelitian dilakukan Ibnu Halim 2006 dengan judul “Strategi Pemasaran Pembiayaan Musyarakah Dalam Upaya Menarik Minat Nasabah (Studi Pada BMT AL-FATH Pamulang)“ Jurusan Perbankan Syariah Studi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. Skripsi ini lebih menekankan kepada tingkat bagi hasil dan berapa besar nilai pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat, dan melihat hasil perkembangan pembiayan tersebut.

3. Penelitian dilakukan Atep Misbahudin 2008 dengan judul “Strategi Pemasaran Gadai Emas Pada BPRS PNM Al-Ma’some Dalam

(58)

kepada teknis organisasi dan pertumbuhan peningkatan profit penyelesaian gadai.

4. Penelitian dilakukan Winda Dwi Astuti Zebua 1434H/2013 M dengan

judul “Kontruksi Pemberitaan Wisata Syariah Pada Republika Online“ Jurusan Jurnalistik Komunikasi dan Penyiaran Islam Studi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Skripsi ini lebih menekankan Pembahasan tentang respon masyarakat terhadap wisata syariah, dan menjelaskan bahwa wisata syariah bukan hanya sekedar mengunjungi makam saja.

(59)

49 A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Indriarto, studi kasus merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari objek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Objek yang diteliti dapat berupa individu, kelompok, lembaga atau komunitas tertentu. Tujuan studi kasus adalah melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu. Lingkup penelitian kemungkinan terkait dengan suatu siklus kehidupan atau hanya mencakup bagian tertentu yang memfokuskan pada faktor-faktor tertentu atau unsur-unsur dan kejadian secara keseluruhan.51 Ruang lingkup dari penelitian ini akan membahas efektivitas pemasaran produk wisata syariah yang dilakukan oleh PT Cheria Tour and Travel.

(60)

B. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.52

Riset kualitatif merupakan suatu penelitian yang mendalam (in-depth), berorientasi pada kasus dari sejumlah kecil kasus, termasuk dari satu studi kasus. Riset kualitatif berupaya menemukan data secara terperinci dari kasus tertentu, seringkali dengan tujuan menemukan bagaimana sesuatu terjadi.53

Kemudian penelitian kualitatif ini merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian.54 Maka penulis melakukan penelitian dengan terjun langsung di lapangan mengenai efektivitas pemasaran produk wisata syariah di PT Cheria Tour and Travel.

52

Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. VI, h. 166.

53 Morissan. Metode Penelitian Survei (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012) h.22.

(61)

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah subjek dimana data didalam skripsi ini didapatkan. Dalam skripsi ini penulis menggunakan sumber data berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.55 Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dari hasil wawancara dengan pihak yang terkait dengan pemasaran produk wisata syariah di PT. Cheria Tour and Travel.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.56 Dalam hal ini diperoleh adalah catatan-catatan dan literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta symber lainnya yang berkaitan dengan produk

55

Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, cet.VI). h. 42.

(62)

wisata syariah, dan juga berupa data arsip dokumen tentang prosuk wisata syariah.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka (Library Research)

Studi kepustakaan yang digunakan untuk mencapai pemahaman yang lebih jelas tentang konsep-konsep yang dikaji. Dengan menggunakan bahan seperti buku-buku, artikel, media cetak atau elektronik, skripsi, jurnal serta kepustakaan lainnya yang mendukung serta berkaitan dengan penelitian ini.

b. Studi Lapangan (Field Research)

(63)

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, pwawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (Interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.57

E. Metode Analisis

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar dan sebagainya.58

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Bogolan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada utama dan hipotesis itu. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

57 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 158.

(64)

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data.59

Dalam mengolah dan menganalisis data, digunakan metode yang bersifat deskriptif, yaitu dengan menggambarkan tentang produk wisata syariah dan efektivitas pemasaran produk wisata syariah.

F. Subjek Objek Penelitian

Subjek Penelitian adalah narasumber yang diberikan kewenangan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis). Sedangkan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT CHERIA TOUR AND TRAVEL : Adapun lokasi penelitiann ini di Gedung Twink Lt. 3. Jl. Kapten p. Tendean no. 82 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12790. Telp : 021-7900216 (Hunting) dan mobile: 021 444 610 74. Penelitian hanya diarahkan kepada efektivitas pemasaran pada produk wisata syariah.

G. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan laporan penelitian skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan skripsi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 M.

Gambar

Tabel 1.0. Sumber: PT. Cheria Tour and Travel
Tabel 1.1. Sumber: PT. Cheria Tour and Travel
Tabel 1.2. Sumber: PT. Cheria Tour and Travel
tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saluran primer membawa air hujan dari jaringan utama ke saluran sekunder dan petak-petak tersier yang dialiri. atas ujung saluran primer adalah pada bangunan, petak-petak tersier

Adapun langkah yang paling utama adalah dengan membuat gambar serta spesifikasi dari proyek tersebut (gambar dan spesifikasi terlampir). Setelah mendapatkan gambar dan

Dengan dukungan semesta penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul Dinamika Sikap Politik Pers di Media Massa Lokal Berbahasa Jawa (Analisis Isi Tajuk Rencana

(2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang

Objek formal dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan judul dan permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan, yaitu mengungkapkan aspek- aspek kelisanan yang ditinjau dari

pembinaan yang dilakukan pada sebuah klub sepakbola maupun sekolah sepakbola (SSB). Sekolah Sepakbola Selabora FIK UNY, merupakan salah satu sekolah sepakbola yang berada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh dari pasien gangguan jiwa yang menjalani rawat jalan di RSU Wahidin Sudiro Husodo mengalami harga diri rendah, hal ini

Pada tampilan ini, pengguna akan melengkapi seluruh data prestasi yang pengguna miliki, yang termasuk data prestasi ini yaitu, nama prestasi, jenis prestasi, tingkat