SKRIPSI
PENGARUH ETIKA PERIKLANAN KARTU XL TERHADAP
PERSEPSI KONSUMEN PADA MAHASISWA JURUSAN
MANAJEMEN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OLEH
VERA KASIA DEWANTY GULTOM 080502218
PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Vera Kasia Dewanty Gultom
NIM : 080502218
Program Studi : Strata 1 Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Judul Skripsi : Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi
Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 21 Maret 2012 Peneliti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : Vera Kasia Dewanty Gultom
NIM : 080502218
Program Studi : Strata 1 Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Judul Skripsi : Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi
Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen
Universitas Sumatera Utara.
Tanggal, 2012 Ketua Program Studi
Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP: 196205131992032001
Tanggal, 2012 Dekan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
BERITA ACARA UJIAN
Hari : Rabu
Tanggal : 21 Maret 2012
Nama : Vera Kasia Dewanty Gultom
NIM : 080502218
Program Studi : Strata 1 Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Judul Skripsi : Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi
Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen
Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi S1 Pembimbing Skripsi Manajemen
Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si Dra. Friska Sipayung, M.Si NIP: 196205131992032001 NIP: 19621171986032002
Penguji I Penguji II
SURAT PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PENGARUH ETIKA PERIKLANAN KARTU XL TERHADAP PERSEPSI
KONSUMEN PADA MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara Medan. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, 21 Maret 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika periklanan kartu XL terhadap persepsi konsumen. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Ekonomi jurusan Manajemen USU yang pernah mengamati iklan kartu XL.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara Medan angkatan 2008 sampai 2011 yang pernah mengamati iklan kartu XL yang jumlahnya sebanyak 968 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan rumus untuk populasi yang tidak diketahui jumlahnya. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi sederhana. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS 17.00 for windows, yaitu model uji t dan identifikasi determinan (R2).
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan etika periklanan (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi konsumen (Y) pada mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara. Nilai R Square = 0,410 , berarti 41,0% faktor-faktor dapat dijelaskan oleh variabel bebas (etika periklanan) sedangkan sisanya 59,0% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of advertising ethics XL cards on consumer perceptions. The study was conducted at USU student majoring in Management Economics has ever observed the XL card ads.
The population in this study is the Student Department of Management University of North Sumatra, Medan of 2008 to 2011 who had observed a number of ad XL card as much as 968 people. The technique of determining the sample using the formula for the population an unditified. Sampling technique using an accidental sampling method.
The analytical method used is descriptive analysis method and the method of simple regression analysis. This type of research study is associative, and the data used are the primary data and secondary data obtained through the documentation and study questionnaires used Likert scale of measurement and statistically processed with SPSS program for Windows 17:00, the t test model and the identification of determinants (R2).
The results of this study indicate that simultaneous advertising ethics (X) has positive and significant impact on consumer perceptions (Y) on a student majoring in Management University of North Sumatra. Value R Square = 0.410, meaning 41.0% factors can be explained by the independent variable (ethics of advertising) while the remaining 59.0% is explained by other factors not examined in this study.
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat yang
melimpah, dan cinta-Nya yang tidak berkesudahan penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik yang berjudul “Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara ”.
Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak
mendapat bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Terimakasih
untuk motivasiku ayahanda Elekson Gultom dan ibundaku tersayang Hetdy Sirait, Spd. Begitu juga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen S1
Manajemen dan Ibu Dra. Marhayanie, MSi, selaku sekretaris Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakulas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi selaku Dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Prihatin Lumban Raja, MSi selaku Dosen Penguji I yang telah
6. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, MSi selaku Dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staff pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara atas didikan dan bantuan selama masa perkuliahan.
8. Abangku Unggal/K’Berta, abangku Jontra/K’Yana, abangku sipudan Jefri, dan kakakku Natalia/B’James. Terimakasih atas doa, kasih sayang, dukungan moril dan materiil yang selalu diberikan padaku (love my
Gultoms family).
9. Sahabat terbaikku dari semester satu (Dwi, Fitri, Irma, Indri, dan Yetti)
ada saat suka dan duka, Aku padamu teman (Best Friend Forever).
Terimakasih juga untuk bu Enti, appiriku Yulin, frans wg, Irut, Leo, Della
(kenangan bersama kalian indah) dan seluruh teman-teman stambuk 2008
Manajemen.
10.Darlingku Icha (Vegirica Genk), Wati, Rikiku dan Sikawan Jees.
Trimakasih atas semangat dan kasih sayangmu temanku (miss you).
Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
memberikan berkat-Nya kepada berbagai pihak yang membantu.
Medan, Maret 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
2.1.12 Karasteristik Stimulus Mempengaruhi Persepsi... . 29
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... . 44
3.10 Teknik Analisis Data ... . 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... . 48
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... . 48
4.1.1 Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan... . 48
4.1.2 Produk Perusahaan ... . 51
4.1.3 Logo Perusahaan ... . 53
4.1.4 Penghargaan Yang Diterima XL ... . 53
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... . 55
4.2.1 Uji Validitas ... 55
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 58
4.3 Metode Analisis Deskriptif ... . 59
4.3.1 Analisis Deskriptif Responden ... . 59
4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel ... . 61
4.4 Metode Analisis Regresi Sederhana ... . 64
4.6 Uji Hipotesis ... . 65
4.6.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 65
4.6.2 Pengujian koefisien Determinan (R2) ... 66
4.7 Pembahasan ... . 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... . 70
5.1 Kesimpulan ... . 70
5.2 Saran ... . 70
DAFTAR PUSTAKA ... . 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Perbandingan Tarif Operator SIM Card ... . 3
Tabel 2.1 Profil Tipe Media Utama ... . 11
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... . 39
Tabel 3.2 Skala Likert ... . 40
Tabel 4.1 Item Total Statistic ... . 56
Tabel 4.2 Validitas Instrumen ... . 57
Tabel 4.3 Reliabilitas Instrumen... . 58
Tabel 4.4 Reliability Statistics ... . 59
Tabel 4.5 Karasteristik Berdasarkan Jenis Kelamin... . 59
Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Usia ... . 60
Tabel 4.7 Karakteristik Berdasarkan stambuk ... . 60
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Etika Periklanan ... . 61
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Persepsi Konsumen ... . 62
Tabel 4.10 Variables Entered/Removed ... . 64
Tabel 4.11 Coefficients ... . 65
Tabel 4.12 Hasil Uji-t ... . 66
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian... 74
2 Output Uji Validitas dan Reliabilitas... 76
3 Output Analisis Regresi Sederhana... 77
6 Data Responden (Uji Validitas)... 78
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika periklanan kartu XL terhadap persepsi konsumen. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Ekonomi jurusan Manajemen USU yang pernah mengamati iklan kartu XL.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara Medan angkatan 2008 sampai 2011 yang pernah mengamati iklan kartu XL yang jumlahnya sebanyak 968 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan rumus untuk populasi yang tidak diketahui jumlahnya. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi sederhana. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS 17.00 for windows, yaitu model uji t dan identifikasi determinan (R2).
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan etika periklanan (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi konsumen (Y) pada mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara. Nilai R Square = 0,410 , berarti 41,0% faktor-faktor dapat dijelaskan oleh variabel bebas (etika periklanan) sedangkan sisanya 59,0% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of advertising ethics XL cards on consumer perceptions. The study was conducted at USU student majoring in Management Economics has ever observed the XL card ads.
The population in this study is the Student Department of Management University of North Sumatra, Medan of 2008 to 2011 who had observed a number of ad XL card as much as 968 people. The technique of determining the sample using the formula for the population an unditified. Sampling technique using an accidental sampling method.
The analytical method used is descriptive analysis method and the method of simple regression analysis. This type of research study is associative, and the data used are the primary data and secondary data obtained through the documentation and study questionnaires used Likert scale of measurement and statistically processed with SPSS program for Windows 17:00, the t test model and the identification of determinants (R2).
The results of this study indicate that simultaneous advertising ethics (X) has positive and significant impact on consumer perceptions (Y) on a student majoring in Management University of North Sumatra. Value R Square = 0.410, meaning 41.0% factors can be explained by the independent variable (ethics of advertising) while the remaining 59.0% is explained by other factors not examined in this study.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam menghadapi dinamika persaingan bisnis, sekarang ini para pelaku
bisnis harus mampu merancang dan menciptakan strategi-strategi baru yang tepat.
Perusahaan harus memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan produknya
secara tepat untuk menarik perhatian publik sebagai pembeli sasaran. Salah satu
cara yang dapat dipilih untuk mengkomunikasikan produk kepada publik adalah
melalui iklan.
Iklan (advertising) merupakan komunikasi langsung yang didesain khusus
untuk pelanggan antar bisnis dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Karena merupakan bentuk komunikasi, maka keberhasilannya dalam mendukung
program pemasaran merupakan pencerminan dari keberhasilan komunikasi. Agar
komunikasi efektif dapat mencapai sasaran, terdapat tiga hal yang harus
diperhatikan yaitu pengaruh iklan terhadap perubahan perilaku pembelian, proses
komunikasi dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi perilaku, serta target
audiensnya (www.elmurobbie.wordpress).
Beranekaragam iklan disetiap media komunikasi, baik itu media elektronik
ataupun media cetak yang menimbulkan persepsi mengenai penampilan iklan
pada setiap media oleh konsumen. persepsi merupakan proses dimana orang
memilih, mengatur, dan menginterprestasikan informasi untuk membentuk suatu
merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi
tanggapan individu (Setiadi, 2003:160).
Iklan yang menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dipengaruhi oleh
karasteristik media yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya
adalah media televisi, televisi merupakan salah satu media elektronik yang paling
efektif dalam penyampaian berbagai pesan-pesan kepada publik. Meskipun
biayanya sangat mahal dan penayangan atau durasinya yang terlalu cepat, namun
televisi memiliki jangkauan yang sangat luas, prestisius, fleksibel, sangat menarik
perhatian, menimbulkan dampak yang kuat, dan memiliki kemampuan yang kuat
untuk mempengaruhi persepsi khalayak (Tjiptono, 2001:244).
Melalui tayangan iklan di televisi, konsumen dapat melihat dan
mengetahui keberadaan produk yang ditawarkan. Setiap perusahaan akan selalu
berusaha memberikan informasi yang tepat dan menarik tentang produk yang
ditawarkannya untuk dapat mempengaruhi konsumen sehingga akhirnya
konsumen dapat melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Oleh
karena itu, operator seluler berlomba-lomba membuat iklan di televisi dengan
seunik mungkin dalam menawarkan produknya, yang terkadang tidak
memperhatikan etika-etika yang berlaku di masyarakat. Padahal iklan sangatlah
berdampak besar bagi masyarakat luas, yang pada akhirnya dapat menciptakan
dampak positif ataupun negatif terhadap citra perusahaan. Pada dasarnya
periklanan dilatarbelakangi oleh suatu ideologi tersembunyi yang tidak sehat,
dengan kebenarannya dan tidak termanipulasi. Hal ini merupakan salah satu
kewajiban etis yang penting (Bertens, 2000:263).
Kartu XL merupakan kartu prabayar yang lebih hemat dibandingkan kartu
prabayar lainnya. Karena kartu XL memberikan solusi komunikasi yang murah
untuk menunjang segala kegiatan komunitas. Hal tersebut terjadi karena begitu
gencarnya kartu XL dalam mengembangkan ataupun mempromosikan lewat
periklanan khususnya pada media elektronik. Iklan (advertising) adalah penyajian
informasi non personal tentang suatu produk, merek, perusahaan atau toko yang
dilakukan dengan bayaran tertentu (Peter & Olson, 2000:181).
PT XL Axiata Tbk dalam mengembangkan kartu XL memahami bahwa
pelanggan adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam kelangsungan hidup
perusahaan, oleh karena itu PT XL Axiata Tbk selalu meningkatkan kualitas,
pelayanan kepada pelanggan, minimalisasi harga seperti: tarif nelpon, tarif sms,
tarif akses internet, serta promosi guna mempertahankan dan meningkatkan
jumlah pelanggannya. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel1.1. berikut ini :
Tabel 1.1
Perbandingan Tarif Operator SIM Card
Deskripsi Tarif Dasar
XL Simpati Halo IM3 Mentari Tarif
Panggilan/Detik
Kesesama 10 20 20 12 23
Keoperator lain 20 30 22 20 30
Tarif SMS /SMS
Deskripsi Tarif Dasar
XL Simpati Halo IM3 Mentari Keoperator lain 150 150 188 150 149 SMS Internasional 500 500 500 500 500
Tarif Data /kb
Akses GPRS 1 5 7.5 3 5
Sumber: (www.xl.ac.id, www.telkomsel.com, www.indosat.com), diolah
Pada tabel 1.1. dapat dijelaskan bahwa tarif yang dikenakan kartu XL lebih
murah dibandingkan kartu Simpati, kartu Halo, kartu Im3 dan kartu Mentari.
Selain tarif telepon kartu XL yang murah, tarif yang lainnya juga murah yaitu tarif
SMS dan tarif GPRS dibandingkan kartu provider lainnya. Informasi tarif ini
adalah salah satu strategi kartu XL yang diinformasikan kepada konsumen lewat
iklan, sehingga konsumen akan lebih tertarik untuk menggunakan kartu XL
sebagai provider telepon mereka.
Untuk membuat konsumen tertarik, iklan harus dibuat menarik bahkan
kadang dramatis. Tetapi iklan belum tentu dapat diterima oleh semua orang baik
itu berdasarkan usia, golongan, dan suku, sehingga iklan harus memiliki etika
maupun moral dalam bisnis. Pada saat ini iklan yang sedang ramai
diperbincangkan adalah iklan kartu XL yang mengundang perhatian banyak
orang. XL mempromosikan produknya dengan iklan-iklan yang unik, contohnya
model yang terlihat seperti hantu menggunakan kartu XL, orang utan yang
disamakan dengan model Luna Maya, pengemis yang menggunakan kartu XL,
sampai kepada Tukul Arwana sebagai endorser dalam iklan kartu XL tersebut.
Hal ini menimbulkan persepsi yang berbeda-beda diingatan masyarakat mengenai
Penelitian pada iklan kartu telepon seluler XL ini didasari juga oleh
kerapnya fenomena yang terjadi dalam dunia periklanan, salah satunya perang
iklan kartu XL dengan kartu Telkomsel. Dimana pada iklan tersebut terjadi
sahut-sahutan iklan. Hal itu dapat kita perhatikan pada iklan yang menghadirkan
pelawak Sule Sutisna dengan produk Kartu As yang menggunakan selebritis cilik
Baim di iklan XL. Dalam sebuah iklan kartu As Sule mengatakan “Saya kapok
dibohongin anak kecil!” kalimat ini jelas sekali ditujukan kepada iklan Sule
sebelumnya di provider seluler XL. Sebelum menjadi bintang iklan kartu As, Sule adalah bintang iklan XL, bersama dengan Baim Halil Al Khatiri atau yang akrab
dikenal sebagai Baim cilik. Sule dan Baim tampil bersama dalam iklan XL,
dengan isi cerita bahwa Sule selalu dibohongi oleh baim. Dalam iklan tersebut,
ada kalimat terakhir yang diucapkan Baim yang berbunyi “Dari pertama, Om sule
itu jelek, Dan dari pertama kalau 25 rupiah Xl beneran! Tarif Xl itu murah!”.
Untuk menanggapi iklan kartu XL tersebut kartu Telkomsel As menayangkan
iklan dengan menghadirkan sule dengan isi kalimat pada iklan tersebut sule
mengatakan “Saya sudah tobat, ternyata kartu As yang paling murah. Langsung
dari menit pertama, pagi siang, malam. Gak dibates-batesin. OK!” lalu ditutup
dengan kalimat “Saya kapok dibohongin anak kecil!”. Dari cerita iklan tersebut,
hal yang terjadi adalah rivalitas dua operator provider seluler yaitu Telkomsel AS
dengan XL Axiata. Hal ini juga merupakan bentuk persaingan tidak sehat yang
akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda diingatan masyarakat yang
Mahasiswa dapat dikategorikan sebagai kelompok konsumen yang senang
memberikan perhatian terhadap hal-hal yang ditampilkan melalui berbagai media
komunikasi. Salah satunya iklan produk kartu XL yang ditayangkan di televisi
yang selalu berhasil menarik perhatian konsumen, dimana iklannya selalu lucu,
unik, dan membuat penasaran konsumen, sehingga iklan terekam diingatan
konsumen dan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda disetiap benak
konsumen.
Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Sumatera (USU) merupakan salah satu pasar potensial untuk menjadi objek dalam
riset pemasaran karena kebanyakan mahasiswa menggunakan kartu XL sebagai
provider telepon seluler. Menurut pra survei yang dilakukan pada beberapa
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara diperoleh bahwa
banyak mahasiswa menggunakan Kartu XL karena tarif kartu XL yang lebih
murah dibandingkan kartu provider lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “ Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang penelitian,
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh etika periklanan kartu XL terhadap persepsi konsumen.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik bagi penulis, perusahaan yang
bersangkutan, juga bagi peneliti lain. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi peneliti untuk melihat
penerapan teori-teori dan literatur yang diperoleh di bangku perkuliahan,
dan mencoba membandingkannya dengan praktek yang ada di lapangan.
Dengan demikian akan menambah pemahaman dalam bidang manajemen
khususnya dibidang pemasaran yaitu promosi.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi
dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama di
masa yang akan datang maupun untuk penelitian lainnya.
c. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan informasi bagi
perusahaan untuk mengetahui keefektifan etika periklanan kartu XL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1. Bauran Promosi
Bauran promosi adalah kombinasi alat-alat yang digunakan untuk
mempromosikan suatu produk. Komponen bauran pemasaran yang paling
terlihat adalah promosi, yang mengacu pada teknik-teknik mengkomunikasikan
informasi mengenai suatu produk. Alat-alat promosi adalah sebagai berikut:
1. Iklan adalah bentuk komunikasi nonpersonal yang digunakan untuk
membujuk atau memberi informasi pembeli potensial mengenai
produk yang pihak yang bersangkutan.
2. Penjualan langsung banyak dilakukan untuk barang industri. Banyak
produk (seperti asuransi, pakaian, dan perumahan) lebih baik
dipromosikan melalui penjualan langsung kepada pembelinya (person
to person sales).
3. Promosi penjualan. Biasanya barang yang relatif murahsering klai
digunakan melalui promosi penjualan, yang biasanya berupa bujukan
langsung kepada pembelinya.
4. Hubungan Masyarakat. Semua bentuk komunikasi bertujuan untuk
membentuk citra yang baik sebuah perusahaan termasuk ke dalam
hubungan masyarakat.
Bauran promosi bergantung pada banyak faktor. Faktor yang paling
keputusan pembelian. Dalam memantapkan bauran promosi, para pemasar harus
mencocokkan alat promosi dengan lima tahapan dalam keputusan pembelian:
1. Pertama-tama pembeli harus mengenal kebutuhannya untuk melakukan
pembelian.
2. Pembeli juga ingin lebih banyak mempelajari produk yang tersedia.
3. Pembeli mengevaluasi dan membandingkan produk yang bersaing.
4. Pembeli menentukan produk tertentu dan membelinya.
5. Pembeli mengevaluasi produk setelah membelinya.
2.1.2. Periklanan
Periklanan atau reklame adalah bagian yang tak terpisahkan dari bisnis
modern. Hal ini berkaitan erat dengan cara berproduksi industri modern yang
menghasilkan produk-produk dalam kuantitas besar, sehingga harus mencari
pembeli. Kotler dan Keller (2006:496) mendefinisikan periklanan (advertising)
sebagai bentuk presentasi dan promosi nonpersonal yang dibayar mengenai
ide-ide, barang-barang atau jasa oleh sebuah sponsor yang dikenal. Kemudian
membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang
disebut lima M ( Kotler, 2004: 235) Sebagai berikut:
1. Mission (misi): apakah tujuan periklanan ?
2. Money (uang): berapa banyak yang dapat di belanjakan ?
3. Message (pesan): pesan apa yang harus disampaikan ?
4. Media (media): media apa yang digunakan ?
Keputusan keputusan ini akan dijelaskan dalam gambar berikut ini :
Sumber : Jain (2001:132), diolah
Gambar 2.1
Lima M dalam periklanan
Periklanan di butuhkan karena iklan membutuhkan komitmen dana yang
besar, biaya iklan yang efektif dan tidak efektif tidak banyak berbeda (Jain,
2001:133).
Kotler (2004:139) Sebuah perusahaan harus menggunakan media, jika
perusahaan tidak menggunakan media, maka semua tujuan perusahaan anda tidak
tercapai. Media harus dipilih berdasarkan kemampuannya menggapai target pasar
yang efektif tanpa mengabaikan segi biayanya. Dalam perkembangan periklanan,
media komunikasi modern yaitu media cetak maupun elektronik, khususnya
televisi memegang peranan yang dominan. Televisi adalah medium iklan yang
banyak digunakan oleh para produsen karena jangkauannya yang luas dan
kemampuan audio dan visualnya dalam menyampaikan iklan (Sumarwan,
2004:184). Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personal
dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab
ketidakteraturan (clutter) dalam persaingan (shimp, 2003:530). Berikut ini tabel MISSIO
N
MONEY
MESSAGE
MEDIA
profil tipe media utama yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Profil Tipe Media Utama
Media KEUNTUNGAN KETERBATASAN
Surat Kabar Fleksibilitas, ketepatan¸ peliputan pasar lokal,
Televisi Peliputan pasar massal bagus, biaya rendah pertayangan,
Pos Langsung Selektivitas pemirsa tinggi, fleksibilitas; tidak ada kompetisi dan personalisasi
Harga perpaparannya relatif
mahal. Citra “junk mail”
Radio Penerimaan lokal bagus; selektivitas geografis dan
Majalah Selektivitas gegrafus dan demografis tinggi; iklan lama; harga mahal; tidak ada jaminan posisi
Alam Terbuka Fleksibilitas; paparan yang kerap berulang; biaya rendah; kompetisi pesan rendah; selektivitas posisi bagus
Selektivitas audiens kecil; pemmbatasan kreatif
Internet Selektivitas tinggi; harga murah; segera; kemampuan
2.1.3. Fungsi dan Tujuan Periklanan
Langkah pertama dalam membuat program periklanan adalah menetapkan
tujuan periklanan. Tujuan perikanan adalah membujuk konsumen untuk
melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli suatu produk (Lee & Johnson,
2007:108). Tujuan utama dari sebuah iklan bukanlah untuk menyebarkan
fakta-fakta yang dimiliki suatu produk melainkan untuk menjual solusi atau mimpi
(Kotler, 2004:2).
Adapun fungsi periklanan menurut Shimp (2003:157) sebagai berikut:
a. Informing (memberi informasi)
Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru,
membidik mereka tentang berbagai fitur dan mamfaat merek, serta
memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif
b. Persuading (mempersuasi)
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan
untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi
membentuk dan mempengaruhi permintaan primer yakni menciptakan
permintaan bagi keseluruhan kategori produk.
c. Reminding (mengingatkan)
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para
konsumen.
d. Adding Value (memberikan nilai tambah)
Terdapat tiga cara dimana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi
mengubah persepsi konsumen. Periklanan memberi nilai tambah pada
merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen
2.1.4. Periklanan dan Kebenaran
Pada umunya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung
atau pejuang kebenaran. Sebaliknya, kerap sekali iklan terkesan suka
membohongi, menyesatkan, dan bahkan menipu publik. Periklanan hampir apriori
disamakan dengan tidak bisa di percaya. Tentu saja pembohongan, penyesatan,
dan penipuan merupakan perbuatan yang sekurang-kurangnya tidak etis.
Jika kita ingin menyelidiki moralitas periklanan, perlu kita perhatikan
secara khusus unsur “maksud” dalam perbuatan berbohong. Bisa saja iklan mengatakan maksud yang tidak benar, tetapi dalam hal ini tidak ada kesengajaan.
Misalnya, tentang obat baru dikatakan dalam iklan bahwa produk itu aman,
padahal kemudian tampak efek samping yang tidak terduga sebelumnya. Iklan itu
tidak berbohong, karena tidak dengan sengaja mengatakan sesuatu yang tidak
benar.
Disamping itu iklan juga mengandung unsur promosi. Iklan merayu
konsumen. Iklan ingin mengiming-iming calon pembeli. Karena itu bahasa
periklanan mempergunakan retorika tersendiri. Ia menandaskan bahwa produknya
adalah yang terbaik atau nomor satu dibidangnya. mereknya adalah “bintang segala bir”, “detergent ini membersihkan paling bersih”, dan contoh lainnya. Disini si pengiklan tidak bermaksud agar publik percaya begitu saja. Dan publik
Maksudnya bukan memberi informasi yang belum diketahui, melainkan menarik
perhatian supaya dapat memikat calon pembeli.
Iklan tidak hanya menyesatkan dan berbohong, tetapi juga dengan tidak
mengatakan seluruh kebenaran, misalnya karena mendiamkan sesuatu yang
sebenarnya penting untuk diketahui. Selain karena berbohong, iklan bisa bersifat
tidak etis juga karena menipu. Dalam konteks ini berbohong dan menipu itu
berbeda. Berbohong selalu berlangsung dalam rangka bahasa, entah lisan maupun
tulisan. Cakupan penipuan lebih luas. Penipuan bisa berlangsung dalam rangka
bahasa, tetapi juga bisa dilakukan dengan cara lain, yaitu perbuatan.
Setelah menyelediki masalah sekitar periklanan dan kebenaran, perlu kita
simpulkan, sulit sekali dibedakan dengan jelas anatra iklan yang etis dan tidak
etis. Sulit untuk ditarik garis perbatasan yang tajam antar “melebih-lebihkan” dan
“berbohong”. Masalah kebenaran dalam periklanan tidak bisa di pecahkan dengan
cara hitam putih. Tergantung pada situasi konkret dan kesediaan publik untuk
menerima atau tidak.
2.1.5. Defenisi Etika
Menurut Bertens (2000:33) etika dibedakan menjadi dua arti yaitu etika
sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis adalah apa yang
dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
Sedangkan etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral dimana kita berpikir
tentang apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Etika memiliki beberapa
1. Punya nilai moral (baik buruk, benar salah).
2. Punya nilai sosial (melindungi kepentingan orang yang lebih banyak).
3. Bersifat relatif (sesuatu yang dianggap baik/benar pada kelompok/era
tertentu belum tentu baik/benar pada kelompok/era lainnya).
4. Buatan manusia (dibuat karena suatu kebutuhan untuk mengatur perilaku
sesama demi kepentingan masyarakat banyak).
5. Melestarikan tujuan bersama (kelanggengan eksistensi kebersamaan untuk
mencapai tujuan kelompok).
Etika adalah suatu studi mengenai apa yang benar dan yang salah serta
pilihan moral yang dilakukan seseorang (Saiman, 2009:293). Etika (ethics) adalah
studi penilaian normatif tentang apa yang benar dan apa yang salah serta apa yang
baik dan apa yang buruk secara moral (Mowen & Minor, 2002:22).
2.1.6. Penilaian Etis Terhadap Iklan
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai
refleksi kita berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang
harus dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau
mengambil praksis etis sebagai objeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan
menilai baik buruknya perilaku orang. Etika dalam arti ini dapat dijalankan dalam
taraf populer maupun ilmiah.
Refleksi tentang masalah-masalah etis di sekitar praktek periklanan
merupakan contoh bagus mengenai kompleksitas pemikiran moral, disini
cukup menilai moralitas sebuah iklan. Dalam penerapannya banyak faktor lain
yang ikut berperan. Refleksi tentang etika periklanan ini mengingatkan bahwa
penalaran moral selalu harus bernuansa dengan menyimak dan menilai situasi
konkret.
Prinsip-prinsip etis dalam periklanan yakni tidak berbohong dan otonomi
manusia harus dihormati. Etika Periklanan adalah Suatu ketentuan normatif yang
menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah di sepakati untuk di hormati,
ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pegembannya
(www.pppi.com). Untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut, jika kita ingin
membentuk penilaian etis yang seimbang tentang iklan, maka yang perlu kita
perhatikan (Bertens, 2000:277) adalah sebagai berikut :
1. Maksud si pengiklan
Yaitu apa yang menjadi maksud sipengiklan. Jika maksud si pengiklan
tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu tidak baik juga. Jika si
pengiklan tahu bahwa produk yang diiklankan merugikan konsumen atau
dengan sengaja ia menjelekkan produk dari pesaing, iklan menjadi tidak
etis. Sebaliknya juga demikian, jika si pengiklan mengeluarkan iklan yang
menyesatkan, tetapi maksudnya tidak demikian, iklan itu barangkali tidak
profesional tetapi tidak bisa dinyatakan kurang etis.
2. Isi iklan
Menurut isinya iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur
yang menyesatkan. Misalnya iklan tentang obat di televisi yang pura-pura
Iklan menjadi tidak etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang sebenarnya
penting. Namun demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa iklan
diadakan dalam rangka promosi. Karena itu informasinya tidak perlu
selengkap dan subyektif seperti laporan dari instansi netral. Bisa
dibenarkan, jika sebuah produk dalam iklan dipresentasikan dari segi
yang paling menguntungkan.
3. Keadaan publik yang tertuju
Dalam uraian tentang etika konsumen kita sudah berkenalan dengan
pepatah caveat emptor, “Hendaklah si pembeli berhati-hati”. Sikap berhati-hati sebelum membeli memang merupakan sikap dasar bagi calon
pembeli. Demikian juga dalam konteks periklanan. Publik sebaliknya
mempunyai skepsis yang sehat terhadap persuasi dari periklanan.
Keganasan periklanan harus diimbangi dengan sikap kritis publik. Publik
dalam hal ini adalah orang dewasa yang normal yang mempunyai
informasi yang cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan. Dalam
setiap masyarakat terdapat orang naif, tetapi janganlah mereka diambil
sebagai patokan untuk menilai moralitas periklanan. Namun demikian,
perlu diakui juga bahwa mutu publik sebagai keseluruhan bisa sangat
berbeda. Dalam masyarakat dimana taraf pendidikan rendah terdapat
banyak orang sederhana yang mudah tertipu, tentu harus dipakai standard
lebih ketat daripada dalam masyarakat dimana mutu pendidikan rata-rata
4. Kebiasaan dibidang periklanan
Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi
itu orang sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Sudah ada
aturan main yang disepakati secara implisit atau eksplisit dan seringkali
tidak dapat dipisahkan dari etos yang menandai masyarakat itu. Seperti
halnya juga di bidang bidang lain, tradisi itu menentukan apa yang boleh
dan apa yang tidak boleh dilakukan.
2.1.7. Masalah Etika Dalam Periklanan
Berbagai kritik mengenai iklan telah diarahkan pada periklanan. Seperti
kritik kritik yang dijelaskan dalam buku Shimp (2003:99) berikut ini:
1. Iklan dianggap tidak jujur dan menipu.
Iklan bersifat manipulatif bahwa kritik mengenai manipulasi
menunjukkann bahwa iklan mempunyai kekuatan mempengaruhi untuk
tidak berperilaku tidak umum, atau melakukan sesuatu yang tidak akan
mereka lakukan jika tidak ditunjukkan oleh iklan.
2. Iklan bersifat otensif dan berselara buruk. Beberapa alasan yang menjadi
dasar kritik tersebut : iklan dengan ide-ide yang bodoh, tema seks dalam
bentuk eksplisit atau implisit yang digunakan dalam iklan dan iklan
televisi uang mengiklankan produk-produk yang kurang menyenangkan.
3. Iklan menciptakan dan mempertahankan stereotip. Akar dari kritik ini
adalah bahwa iklan cenderung menggambarkan kelompok tertentu dengan
4. Orang-orang membeli barang yang tidak begitu diperlukan. Kritik yang
kerap dilemparkan bahwa iklan menyebabkan orang-orang membeli
produk dan jasa yang tidak mereka butuhkan.
5. Iklan memamfaatkan rasa takut dan ketidaknyamanan. Beberapa iklan
dapat memperlihatkan konsekuensi negatif dari keputusan tidak membeli
suatu produk, penolakan dari lawan jenis, nafas tidak sedap, kegagalan
memberikan asuransi yang cukup bagi keluarga jika seseorang telah
meninggal dan sebagainya.
2.1.8. Etika Pariwara Indonesia (EPI)
Berikut ini kutipan beberapa etika periklanan yang terdapat dalam kitab
EPI (Disepakati Organisasi Periklanan dan Media Massa, 2005). Tata Krama Isi
Iklan sebagai berikut:
1. Hak Cipta: Penggunaan materi yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik atau pemegang merek yang sah.
2. Bahasa:
a. Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak
sasarannya, dan tidak menggunakan persandian yang dapat menimbulkan
penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan
tersebut.
b. Tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor
c. Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas
terkait atau sumber yang otentik.
d. Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk -produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama
Indonesia, atau lembaga yang berwenang.
3. Tanda Asteris (*)
a. Tanda asteris tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan,
menyesatkan, membingungkan atau membohongi khalayak tentang
kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk yang diiklankan,
ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu produk.
b. Tanda asteris hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih rinci
atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.
4. Penggunaan Kata ”Satu-satunya”: Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata
“satusatunya” atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut
harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
5. Pemakaian Kata “Gratis”: Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen harus
membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada konsumen
6. Pencantum Harga: Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang
akan diperolehnya dengan harga tersebut.
7. Garansi: Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggung- jawabkan.
8. Janji Pengembalian Uang (warranty):
a. Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas
dan lengkap, antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin,
dan jangka waktu berlakunya pengembalian uang.
b. Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah
diiklankannya.
9. Rasa Takut dan Takhayul: Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan kepercayaan orang
terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.
10. Kekerasan: Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung -menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan
membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.
11. Keselamatan: Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan
segi-segi keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang
diiklankan.
12. Perlindungan Hak-hak Pribadi: Iklan tidak boleh menampilkan atau
melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari
sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang
bersangkutan.
13. Hiperbolisasi: Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan
sebagai penarik perhatian atau humor yang secara sangat jelas berlebihan atau
tidak masuk akal, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dari khalayak
yang disasarnya.
14. Waktu Tenggang (elapse time): Iklan yang menampilkan adegan hasil atau
efek dari penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu, harus jelas
mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.
15. Penampilan Pangan: Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan,
pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan atau
minuman.
16. Penampilan Uang:
a. Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai
dengan norma-norma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan
pemujaan ataupun pelecehan yang berlebihan.
b. Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga
merangsang orang untuk memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah.
c. Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam format
frontal dan skala 1:1, berwarna ataupun hitam-putih.
d. Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda
17. Kesaksian Konsumen (testimony):
a. Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan
mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
b. Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami,
tanpa maksud untuk melebih-lebihkannya.
c. Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis
yang ditanda tangani oleh konsumen tersebut.
d. Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak
etika, harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus
dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa.
18. Anjuran (endorsement):
a. Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan
kompetensi yang dimiliki oleh penganjur.
b. Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak
diperbolehkan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat
luas.
19. Perbandingan:
a. Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap
aspek-aspek teknis produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
b. Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi,
sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas.
Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau
c. Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak
menyesatkan khalayak.
20. Perbandingan Harga: Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan
kemanfaatan penggunaan produk, dan harus diserta dengan penjelasan atau
penalaran yang memadai.
21. Merendahkan: Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara
langsung maupun tidak langsung.
22. Peniruan:
a. Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian
rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan
atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar,
konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam
pengertian eksekusi termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul
atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik
melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti.
b. Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu
digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga
kurun dua tahun terakhir.
23. Istilah Ilmiah dan Statistik: Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah
ilmiah dan statistik untuk menyesatkan khalayak, atau menciptakan kesan
yang berlebihan.
24. Ketiadaan Produk: Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian
25. Ketaktersediaan Hadiah: Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan
masih ada” atau kata-kata lain yang bermakna sama.
26. Pornografi dan Pornoaksi: Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau
seksualitas dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun.
27. Khalayak Anak-anak:
a. Iklan yang ditujukan kepada khalayak anak-anak tidak boleh menampilkan
hal-hal yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka,
memanfaatkan kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan
mereka.
b. Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran
khalayak anakanak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual,
bahasa yang tidak pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan
kata-kata “BimbinganOrangtua” atau simbol yang bermakna sama.
Selain mengatur Tata Krama Isi Iklan EPI juga mengatur hal-hal sebagai
berikut:
1. Tata Krama Ragam Iklan
Contoh: Iklan minuman keras maupun gerainya hanya boleh disiarkan di
media nonmassa, iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang
sasaran utama khalayaknya berusia di bawah 17 tahun, dll.
2. Tata Krama Pemeran Iklan
Contoh: Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-adegan
mengobyekkan, atau mengornamenkan perempuansehingga memberi kesan
yang merendahkan kodrat, harkat, dan martabat mereka,dll.
3. Tata Krama Wahana Iklan
Contoh: Iklan untuk berlangganan apa pun melalui SMS harus juga
mencantumkan cara untuk berhenti berlangganan secara jelas, mudah dan
cepat; Iklan-iklan rokok dan produk khusus dewasa hanya boleh disiarkan
mulai pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat, dll.
2.1.9. Pemilihan Media Iklan
Pemilihan media iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam
iklan dapat efektif mencapai dan diterima konsumen sasaran. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001:120), seorang perencana diantara berbagai kategori media harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kebiasaan media dari konsumen sasaran, dimana melihat faktor demografi
serta jangkauan media terhadap konsumen sasaran.
b. Produk. Merek produk tertentu disesuaikan dengan kebutuhan akan
peragaan produk ataupun hanya melalui audio, sehingga ditinjau apakah
suatu media tertentu sudah bisa menjangkau dan membawa dampak yang
cukup baik.
c. Pesan. Pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut apakah berupa
pemberitahuan atau pengumuman maka media televisi bisa digunakan
namun berisi banyak data teknis maka membutuhkan media surat kabar
d. Biaya. Pertimbangan biaya sangatlah penting untuk menilai efektifitas
iklan dimana dengan biaya tertentu dapat mencapai keberhasilan.
Media televisi merupakan salah satu media iklan yang efektif
untuk menyampaikan pesan iklan kepada konsumen potensial. Media televisi
merupakan media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan iklan produk,
positioning iklan tersebut dalam sela-sela program siaran televisi. Maka semakin
banyak waktu yang dihabiskan pemirsa untuk melihat iklan dalam media tersebut.
Bentuk siaran dalam media televisi sangat tergantung dari berbagai bentuk
siarannya, apakah merupakan bagian dari suatu sindikat, jaringan lokal, kabel atau
bentuk lainnya. Bentuk iklan ditelevisi yaitu: Pensponsoran, partisipasi,
pengumuman maupun announcement. Media televisi menimbulkan dampak yang
kuat terhadap konsumen dalam hal menciptakan kelenturan dengan
mengkombinasikan audio visual sehingga iklan dapat dikemas dalam bentuk yang
menarik. Iklan media televisi dapat mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen
sasaran dimana banyak konsumen potensial meluangkan waktu didepan televisi
sebagai sumber berita dan informasi.
2.1.10.Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah dinamis, yang berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas akan selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu (Setiadi, 2003:3).
Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, demikian
bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu
tertentu, produk, individu atau grup tertentu.
Strategi pemasaran terdiri atas unsur-unsur pemasaran yang terpadu yang
selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan
lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Hal ini disebabkan
karena strategi pemasaran menyangkut dua kegiatan pemasaran yang pokok yaitu
pemilihan pasar-pasar yang akan dijadikan sasaran pemasaran, merumuskan dan
menyusun suatu kombinasi yang tepat dari bauran pemasaran agar kebutuhan para
konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.
2.1.11.Persepsi Konsumen
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:174) persepsi (perception) adalah
proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterprestasikan informasi
untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. Stimuli adalah sebuah unit input
yang merangsang satu atau lebih dari (lima) panca indera: penglihatan,
penciuman, rasa, sentuhan, dan pendengaran (Setiadi, 2003:159). Sodik
(2003:138) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu
sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta
komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang
mencerminkan produk melalui latar, kata-kata, gambar dan simbolisasi atau
melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan,
dampak dari negara pejualan). Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen
akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya
akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen
akan membeli suatu produk atau tidak.
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena
itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang
dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu
diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat
berbeda dengan realitas. Gambar berikut ini menjelaskan bagaimana stimuli
ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian diproses oleh penerima stimulus
(persepsi).
2.1.12.Karasteristik Stimulus Yang Mempengaruhi Persepsi
Beberapa karasteristik iklan dan stimuli pemasaran lainnya akan membuat
pesan lebih dirasakan konsumen seperti yang diharapkan oleh pemasar.
Karasteristik-karasteristik itu dibagi kedalam dua kelompok, yaitu elemen
inderawi (sensory element) seperti bau, rasa, penglihatan, dan pendengaran.
STIMULI Sensasi Pemberi Arti
Indera Penerima
Perhatian Interpretasi
Kelompok kedua yaitu elemen struktural (strucktural element) seperti ukuran,
bentuk dan posisi (Setiadi, 2003:163).
Kotler dan Amstrong (2008:174) menyebutkan bahwa orang dapat
membentuk persepsi yang berbeda dari ransangan yang sama karena tiga proses
perseptual yaitu atensi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif yang
dijelaskan sebagai berikut :
1. Atensi Selektif (perhatian yang selektif)
Orang pada umumnya dihadapkan pada sejumlah rangsangan (stimuli)
yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat
diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian
konsumen, dimana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan
orang yang berada dalam pasar untuk produk tersebut, kecuali untuk pesan
yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar
tersebut.
2. Distorsi Selektif (gangguan yang selektif)
Rangsangan (stimuli) yang diperhatikan konsumen pun tidak selalu seperti
apa yang dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan informasi yang
masuk dengan pandangannya. Distorsi selektif menggambarkan
kecenderungann orang untuk meramu informasi kedalam pengertian
pribadi. Orang cenderung menafsirkan informasi dengan cara yang lebih
mendukung daripada menentang konsepsi-konsepsi yang telah
3. Retensi Selektif (mengingat kembali yang selektif)
Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan
informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Mengingat
yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai
keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing.
Konsumen akan mengingat pada saat ia akan mengingat tentang pemilihan
suatu produk.
Faktor – faktor sensori mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan. hal itu sangat penting dalam desain produk. Adapun faktor-faktor sensori adalah
sebagai berikut :
1. Warna
Tanggapan yang berbeda atas penggunaan warna kemasan memungkinkan
pemasar memperhatikan warna kemasan produk sedemikian rupa agar
konsumen mempunyai persepsi yang baik terhadap produk itu.
2. Bau
Bau suatu produk turut menentukan persepsi konsumen terhadap produk
tersebut.
3. Rasa
Selain itu juga faktor-faktor struktural dari iklan cetak, mempengaruhi
persepsi konsumen. Beberapa hasil penelitian dalam buku Setiadi (2003:162)
yang menunjukkan hal itu sebagai berikut :
1. Ukuran
Ukuran iklan cetak yang lebih besar, lebih memungkinkan untuk
diperhatikan.
2. Posisi
Akan ada perhatian yang lebih besar pada iklan 10% pertama halaman
majalah. Melewati batas 10% posisi mempunyai pengaruh yang kecil.
3. Warna
Warna dalam iklan cetak telah diteliti sebagai faktor struktural. Secara
umum iklan berwarna menghasilkan perhatian lebih daripada iklan
cetak hitam putih.
4. Kontras
Kontras memungkinkan untuk mendapatkan perhatian. Gambar sebuah
produk diatas latar belakang yang putih mungkin akan dapat perhatian,
tetapi tidak menjamin pemahaman dan ingatan.
Karasteristik konsumen juga mempengaruhi persepsi. Persepsi seorang
konsumen atas berbagai stimulus yang diterimanya dipengaruhi oleh karasteristik
yang diterimanya.
Beberapa karasteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi adalah
1. Membedakan Stimulus
Satu hal yang sangat penting bagi pemasar adalah mengetahui bagaimana
konsumen bisa membedakan perbedaan antara dua stimuli atau lebih.
Apakah konsumen merasakan perbedaan merek berdasarkan rasa,
perabaan, harga, dan bentuk kemasan produk. Pada kenyataanya, terdapat
banyak konsumen yang bisa membedakan merek produk berdasarkan rasa.
Tetapi terdapat juga konsumen yang agak sulit membedakan merek
berdasarkan rasa atau bau. Oleh karena itu, pemasar sering menggunakan
iklan sebagai cara agar konsumen mampu membedakan merek. Mereka
berusaha menciptakan merek yang lebih baik dari yang lain.
2. Tingkat Ambang Batas (Threshold Level)
Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya,
bau atau stimuli lainnya, ditentukan oleh tingkat ambang batasnya
(Threshold Level). Ada dua jenis threshold level yaitu absolute threshold
dan differential threshold level. Absolute threshold merupakan jumlah
rangsangan minimum yang dapat dideteksi oleh chanel inderawi.
Sedangkan diferential threshold merupakan kemampuan sistem inderawi
untuk mendeteksi dan membedakan antara dua stimuli. Itu berarti bahwa
differential threshold menentukan tingkat ambang batas dua stimuli yang
bisa ditangkap oleh konsumen.
3. Subliminal Perception (Persepsi bawah sadar)
Usaha-usaha para pemasar sampai saat ini selalu menekankan pada
konsumen. Artinya, pemasar selalu berusaha menciptakan iklan atau pesan
diatas tingkat ambang batas kesadaran konsumen (costumer level
threshold). Hal itu bisa dimengerti karena para pemasar tidak ingin
berspekulasi dengan biaya yang dikeluarkan. Namun demikian, para
peneliti menemukan bahwa konsumen sebenarnya mampu memberikan
respon atas informasi atau pesan yang datang pada bawah sadarnya.
Artinya ketika konsumen dirangsang oleh iklan atau pesan, sebenarnya
konsumen tidak menyadari akan keberadaan iklan atau pesan itu, namun
alam bawah sadarnya mampu menangkap iklan atau pesan tersebut.
4. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi ini merupakan salah satu konsep yang berkaitan dengan
ambang batas absolut (absolute threshold). Dimana konsumen sudah
merasa terbiasa dan tidak lagi mampu memperhatikan stimulus maka
ketika itu pula absolute theresholdnya berubah. Tingkat adaptasi terjadi
ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang.
5. Generalisasi Stimulus.
Proses persepsi yang terjadi pada konsumen sebenarnya tidak hanya
membedakan satu stimulus dengan stimulus yang lainnya, tetapi
konsumen juga berusaha menggeneralisasikan stimulus. Jadi generalisasi
terjadi ketika konsumen melihat dua stimulus atau lebih mempunyai
kesamaan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya, oleh karena itu
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang etika dalam periklanan sudah pernah di lakukan,
diantaranya Nony (2011) dengan judul “Pengaruh Etika Dalam Periklanan Kartu As Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen
Manajemen fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”. Sampel dalam
penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan kartu AS pada mahasiswa
departemen manajemen fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang
meneliti sebanyak 96 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan rata-rata hitung (mean
score). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara variabel etika dalam periklanan kartu As terhadap variabel
persepsi konsumen, karena berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa
pandangan konsumen akan iklan tersebut positif (baik).
Ritonga (2007) dengan judul “(Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Brand Equity Nokia dan Sony Ericson (studi kasus pada mahasiswa/I fakultas
Ekonomi Universitas Islam sumatera Utara)”. Teknik analisis data yang
menggunakan rata-rata hitung (mean aritmathic). Hasil penelitian diperoleh
dimensi brand equity Nokia memiliki nilai yang lebih positif. Dimensi brand
equity Nokia berupa brand awareness, brand association, dan brand royalty
mendapat persepsi yang sangat baik, sedangkan dimensi brand equity Sony
ericson hanya berupa brand awareness, dan brand royalty mendapat persepsi
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang
hubungan beberapa variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang di
deskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar dalam pembuatan hipotesis
(Sugiyono, 2005:49).
Melihat perkembangan jaman sekarang ini perusahaan harus terus
mempromosikan produknya dengan ide-ide baru yang mendukung perusahaannya
untuk dapat bertahan. Salah satunya adalah melakukan peningkatan promosi
khususnya periklanan. Tetapi agar pesan yang disampaikan melalui iklan dapat
diingat oleh konsumen, maka perusahaan harus mematuhi etika periklanan yang
berlaku.
Selain harus berdasarkan etika yang ada, sebuah iklan juga harus di buat
sedemikian rupa agar dapat menimbulkan persepsi yang positif dari setiap
kalangan. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:174) orang dapat membentuk
persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses perseptual
seperti atensi selektif (perhatian yang selektif), distorsi selektif (gangguan yang
selektif), dan retensi selektif (mengingat kembali yang selektif). Disamping itu,
terdapat juga pedoman dalam etika periklanan (www.pppi.or.id) seperti tata krama
isi iklan, dan maksud si pengiklan.
Etis tidaknya sebuah iklan akan menentukan dan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap iklan tersebut yaitu iklan kartu XL yang menawarkan produk
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada maka dapat
digambarkan model kerangka konseptual etika periklanan kartu XL terhadap
persepsi konsumen sebagai berikut:
Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:174)
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Peneliti tidak hanya
bertahan kepada hipotesis yang telah disusun melainkan mengumpulkan data
untuk mendukung atau justru menolak hipotesis tersebut. Dengan kata lain,
hipotesis merupakan jawaban sementara yang telah disusun Peneliti, yang
kemudian akan diuji kebenarannya melalui peneliti yang dilakukan (Kuncoro,
2009:48).
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka hipotesis
penelitian ini adalah “Etika Periklanan Kartu XL Berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Persepsi Konsumen pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara.”
Etika Periklanan Kartu XL (X)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah desain asosiatif. Desain
asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
untuk melihat pengaruh, yaitu etika periklanan kartu XL (X) berpengaruh
terhadap persepsi konsumen (Y).
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Jurusan Manajemen yang berlokasi di Jalan Prof. Dr.
T. Hanafiah, SH No. 1. Waktu penelitian ini dimulai dari Bulan Desember 2011
sampai februari 2012.
3.3. Batasan Operasional
Batasan Operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independen (X), yaitu seberapa besar pengaruh Etika
Periklanan kartu XL.
b. Variabel dependen (Y), yaitu persepsi konsumen terhadap orang yang
pernah mengamati iklan kartu XL pada Mahasiswa Manajemen