• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN CITRA MEREK PADA MIE INSTAN ANTARA INDOMIE DAN MIE SEDAAP (Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN CITRA MEREK PADA MIE INSTAN ANTARA INDOMIE DAN MIE SEDAAP (Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN CITRA MEREK PADA MIE INSTAN ANTARA INDOMIE DAN MIE SEDAAP

(Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Dwi Kartikasari 07220375

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Dwi Kartikasari NIM : 07220375 Kosentrasi : Public Relations

Judul Skripsi : Perbandingan Citra Merek pada Mie Instan Antara Indomie dan Mie Sedaap (Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Malang)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS

Pada : Jumat

Tanggal : 08 April 2011 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : DWI KARTIKASARI NIM : 07220375

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Perbandingan Citra Merek pada Mie Instan Antara Indomie dan Mie Sedaap (Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Frida Kusumastuti, M. Si Dra. Su’adah, M. Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(4)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : DWI KARTIKASARI 2. NIM : 07220375

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi 5. Kosentrasi : Public Relations

6. Judul Skripsi : Perbandingan Citra Merek pada Mie Instan Antara Indomie dan Mie Sedaap (Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

7. Pembimbing : 1. Dra. Frida Kusumastuti, M. Si 2. Dra. Su’adah, M. Si

8. Kronologi Bimbingan

Tanggal

Paraf Pembimbing

Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

23 November 11 Acc Judul

26 Januari 11 Seminar Proposal

31 Januari 11 Acc. BAB I

21 Februari 11 Acc. BAB II

22 Maret 11 Acc. BAB III dan BAB IV

28 Maret 11 Acc. Abstraksi

29 Maret 11 Acc.SeluruhNaskah

Malang, 30 Maret 2011

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(5)

PERNYATAAN ORSINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dwi Kartikasari

Tempat, tangga lahir : Magetan, 22 April 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 07220375

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

PERBANDINGAN CITRA MEREK PADA MIE INSTAN ANTARA INDOMIE DAN MIE SEDAAP

Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yanng berlaku.

Malang, 30 Maret 2011

Yang Menyatakan,

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi semua umatnya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi berjudul “PERBEDAAN CITRA MEREK PADA MIE INSTAN ANTARA INDOMIE DAN MIE SEDAAP (STUDI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG)” ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik Konsentrasi Public Relations Universitas Muhammadiyah Malang. Semoga seiring bertambahnya ilmu yang diperoleh menjadikan tambahan ilmu bagi penulis.

Dalam proses penulisan skripsi ini, tentu masih banyak hal yang harus direvisi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan komentar yang diberikan sehingga menjadikan suatu tambahan ilmu bagi penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Wahyudi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

(7)

4. Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMM, terima kasih atas semua ilmu yang diberikan sehingga memberikan banyak pengetahuan bagi saya.

5. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Slamet dan Ibu Suratmi), terima kasih atas teladannya selama ini. Makasih semangat, nasehat dan do’a yang kalian berikan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Tetap do’akan saya agar selalu berhasil dalam meraih cita-cita.

6. Mbakku tersayang Siti Nuryani, nasehat dan dukungan yang membuatku selalu optimis serta menjadi panutanku selama ini.

7. Keluarga besar Kasim dan Syawal dukungan dan do’a kalian menjadi semangat bagiku.

8. Mas Yudi, seseorang yang selalu mengerti aku, pemberi semangat dan kasih sayang. Makasih pengertian, perhatian, kedewasaan dan kesabaran kamu mendampingi aku saat suka dan duka.

9. Temen-temen seperjuangan Betty kapan lagi ya kita hunting tugas pake Supra X AE 6288 kamu,hehehehehe. Dewi kangen kuliah bareng ma kamu.Vita, makasih kebersamaannya, bakalan kangen banget ma kamu nduk selalu buat rame kita kalau ngumpul. Nina, sahabat yang pendiem tapi ternyata rame juga.

(8)

11. Temen-temen Ilmu Komunikasi FISIP UMM Angkatan 2007, sebuah kebersamaan menuntut ilmu yang tak pernah terlupakan.

12. Crew 39, Mbak Wati, Mbak Lilik, Mbak Nunung, Mbak Rendy, Mbak Nina, Mbak Fenty, Anik, Jumrayana, Dilla, Lilis, Izza, Dista, Indah, Ulfa makasih udah mewarnai hari-hariku. Kebersamaan di 39 yang tak terlupakan.

13. Temen-temen yang selalu memberi dukungan, Eka makasih persahabatannya, Aini selalu buat rame dengan nyanyianmu, Mbak Garnis banyak hal yang aku pelajari dari kamu, Mbak Ula sosok kakak yang terlihat tenang tapi ternyata rame juga, Mas Hani maaf selalu merepotkan.

14. Semua teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Semoga ikatan silaturahmi kita senantiasa terjaga.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf sebesar-besarnya bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Malang, 30 Maret 2011

(9)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi...ii

Lembar Pengesahan ...iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi... v

Abstraksi... vi

Abstract...viii

Kata Pengantar... x

Daftar isi ...xiii

Daftar Bagan... xv

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Grafik...xvii

Daftar Lampiran ...xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Tinjauan Pustaka... 6

1. Pengertian Citra... 6

2. Macam-macam Citra... 7

3. Publik Sasaran Pembentukan Citra ... 10

4. Model Pembentukan Citra ... 10

5. Tahap Pembentuk Citra... 13

a. Persepsi... 13

1)

Pengertian Persepsi ... 13

2)

Tahap-tahap Persepsi... 14

3)

Persepsi dan Budaya... 15

4)

Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi... 17

b. Tahap-tahap Proses Terbentuknya Citra ... 19

c. Lahirnya Sebuah Citra... 22

F. Metode Penelitian ... 22

1. Definisi Konseptual... 22

2. Definisi Operasional ... 23

3. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

4. Hipotesis... 24

5. Populasi dan Sampel ... 24

6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 26

8. Teknik Pengumpulan Data... 28

9. Teknik Analisis Data... 29

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Profil Lokasi Penelitian ... 31

1. Sejarah Universitas Muhammadiyah Malang ... 31

(10)

xiv

3. Jurusan dan Fakultas Universitas Muhammadiyah Malang ... 32

4. Visi dan Misi Universitas Muhammadiyah Malang ... 34

5.

Prestasi Universitas Muhammadiyah Malang... 35

B. Indomie ... 36

1. Profil Indomie ... 36

2. Prestasi Indomie... 36

3. Kasus yang Pernah Dialami Indomie... 37

C. Profil Mie Sedaap ... 38

1. Profil Mie Sedaap... 38

2. Prestasi Mie Sedaap ... 39

3. Kasus yang Pernah Dialami Mie Sedaap ... 40

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden... 42

1. Karakteristik Jenis Kelamin Responden ... 42

2. Karakteristik Usia Responden... 43

3. Karakteristik Kota Asal Responden... 44

4. Karakteristik Tingkat Ekonomi Responden... 44

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Mie Instan

Per Minggu... 46

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengetahui

Mie Instan ... 47

B. Uji Validitas dan Reliabilitas... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 50

C. Analisa Hasil Jawaban Responden ... 51

D. Analisa Data ... 63

1. Uji T-test ... 63

2. Grafik Komparasi... 64

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan... 68

B.

Saran ... 69

1. Bagi Indomie... 69

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Model Pembentukan Citra

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Fakultas dan Jurusan di Universitas Muhammadiyah Malang Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kota Asal

Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi

Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Mie Instan Per Minggu

Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengetahui Mie Instan

Tabel 8 : Uji Validitas Tabel 9 : Uji Reliabilitas

Tabel 10 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Standar Nilai Gizi Mie Instan Sesuai Standar Nilai Gizi Nasional

Tabel 11 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Cita Rasa Mie Instan Tabel 12 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Harga Mie Instan yang

Terjangkau

Tabel 13 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kemasan Mie Instan yang Menarik

Tabel 14 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Konsumen Mie Instan yang Bergengsi dari Mie Instan

Tabel 15 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Tekstur Mie Instan yang Kenyal

Tabel 16 : Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kualitas Mie Instan yang Tinggi

Tabel 17 : Uji T-test

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Standar Nilai Gizi Mie Instan Sesuai Standar Nilai Gizi Nasional Grafik 2 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Cita

Rasa Mie Instan

Grafik 3 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Harga Mie Instan yang Terjangkau

Grafik 4 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Kemasan Mie Instan yang Menarik

Grafik 5 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Konsumen Mie Instan yang Bergengsi.

Grafik 6 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Tekstur Mie Instan yang Kenyal

Grafik 7 : Skor Perbandingan Antara Indomie dan Mie Sedaap Tentang Kualitas Mie Instan yang Tinggi

(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabel Identitas Responden Lampiran 3 : Jawaban Responden

Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 : Frekuensi Jawaban Responden

Lampiran 6 : Skor Perbandingan Antara Indomei dan Mie Sedaap Lampiran 7 : Uji T-test

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Data Buku

Anggoro, M. Linggar. 2001. Teori dan Profesi Kehumasan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azwar, Saifuddin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Cetakan X. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burhin, Bungan. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Cetakan Ketiga. Malang: UMM Press.

Jefkins, Frank. 1994. Public Relations untuk Bisnis. Penerj. Frans Kowa. Jakarta: Pustaka Binaman.

Malhotra, Naresh K. 1996. Marketing Research An Applied Orientation. Prentice-Hall International, Inc.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan Ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslimin. 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press.

Oliver, Sandra. 2007. Strategi Public Relations. Penerj. Sigit Purwanto. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Cetakan Keduapuluhempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2004. Dasar Public Relations. Cetakan Ketiga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Keduabelas. Bandung: CV Alfabeta.

(16)

Tandjung, Jenu Widjaja. 2003. Marketing Management Pendekatan pada Nilai-Nilai Pelanggan. Cetakan Pertama. Malang: Bayumedia Publishing.

Data Internet

http://hotlinenow.blogspot.com/2010/10/kasus-indomie.html diakses 9 November 2010 jam 12.17 WIB.

http://www.tribunnews.com/2010/10/11/kasus-indomie-diduga-karena-perang-dagang diakses 9 November 2010 jam 13.05 WIB.

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/10/13/brk,20101013-284368,id.html diakses 10 November 2010 jam 08.06 WIB.

http://marketingclinics.blogspot.com/2009/09/persaingan-mie-instant.html diakses 7 Februari 2011 jam 20:19 WIB.

http://www.datacon.co.id/MieInstan2-2009.htm diakses 20 Februari 2011 jam 14:38 WIB.

http://beritabatavia.com/berita-6087-warga-protes-perluasan-pabrik-mie-sedap-.html diakses pada 26 Februari 2011 jam 15.41 WIB.

http://www.indomie.com/news_detail.aspx?id=7 diakses pada 10 April 2011 pukul 08.43 WIB.

www.indofood,com/product.aspx diakses pada 10 April 2011 pukul 08.56 WIB. http://www.detikfinance.com/read/2010/10/12/105237/1462129/4/indomie-dan-mie-sedaap-bikin-produsen-besar-taiwan-was-was?f9911013 diakses pada 10 April 2011 pukul 09.27 WIB.

(17)

 

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Citra sebuah perusahaan sangat mempengaruhi keberadaan perusahaan dan

produk yang diproduksinya. Pondasi utama suatu perusahaan yaitu bila

perusahaan tersebut dipandang baik di masyarakat termasuk produk yang

dihasilkannya. Produk yang sudah dikenal masyarakat akan menyebabkan

pencitraan yang positif di hati masyarakat. Citra positif mengenai suatu produk

akan banyak menguntungkan perusahaan dan produknya. Akibatnya, kepercayaan

masyarakat pun akan muncul dengan sendirinya.

Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi

yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public

relations (Muslimin, 2004: 93). Citra bisa saja redup bila suatu produk mengalami

krisis dan dapat berimbas pada perusahaannya. Krisis yang dialami akan

menyebabkan nilai kepercayaan masyarakat ikut menurun sehingga membawa

dampak negatif terhadap citranya. Menurut Soemirat dan Ardianto (2004: 183),

dampak atau efek dari krisis adalah kemelut yang juga merupakan malapetaka

atau bencana yang dapat merugikan baik perusahaan maupun masyarakat. Lebih

jauh lagi dapat meresahkan masyarakat, bahkan secara tidak langsung dapat

mengancam citra perusahaan.

Dalam mempertahankan citranya, suatu perusahaan juga harus

mempertimbangkan keberadaan perusahaan lain yang memproduksi barang

(18)

 

pasaran. Mie instan adalah makanan cepat saji favorit masyarakat Indonesia.

Apalagi banyak masyarakat yang menganggap mie instan sebagai pengganti nasi.

Harganya yang murah, praktis dan enak menjadi faktor utama mie instan banyak

disukai. Hampir tiap orang sudah penah mencicipi mie instan, bahkan tiap rumah

dimungkinkan memiliki persediaan mie instan. Selain itu, banyaknya bencana

alam yang terjadi di Indonesia tidak pernah meninggalkan mie instan sebagai

salah satu bantuan. Mie instan selalu ada bagi korban bencana alam. Ini berarti

mie instan menjadi makanan yang bisa dibilang populer. Berbagai merek mie

instan yang muncul di pasaran membuktikan bahwa mie instan memang menjadi

idola masyarakat. Setiap merek mie instan memiliki citra yang berbeda di mata

masyarakat. Sebagai contoh merek mie instan yang cukup terkenal di pasaran

yaitu Indomie dan Mie Sedaap.

Indomie dan Mie Sedaap meupakan merek mie instan yang memiliki

persaingan ketat di pasaran. Hal ini terbukti dari pemberitaan di

marketingclinics.blogspot.com pada 21 September 2009, penguasaan pasar mie

instan oleh Grup Indoofood melalui PT. Indofood Sukses Makmur dengan merek

Indomie berkurang menjadi sekitar 77% dari sebelumnya 90%. Hal ini terutama

disebabkan munculnya pesaing terbesarnya yaitu PT. Prakarsa Alam Segar

(Group Wingsfood) dengan produknya Mie Sedaap yang berhasil merebut

sebagian pasar Indofood. Wingsfood kini menguasai sekitar 12% pangsa pasar.

Indomie adalah salah satu produk mie instan yang diproduksi oleh PT

Indofood CBP Sukses Makmur dari perusahaan Unilever. Indomie pertama kali

(19)

 

rasa dan jenis mulai dari Indomie rebus sampai Indomie goreng. Harganya pun

juga terjangkau mualai dari Rp 1.400,00 sampai Rp 1.500,00. Harga yang cukup

murah bagi seluruh lapisan masyarakat. Ketua Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) Kustantinah dalam hotlinenow/blogspot.com menyebutkan

bahwa Indomie merupakan anggota CAC (Codex Alimentarius Commiesion).

CODEX didirikan oleh Food & Agriculture Organization (FAO) dan Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) sebagai inisiatif global bersama untuk mengembangkan

standar pangan untuk melindungi kesehatan konsumen dan untuk memfasilitasi

Praktek yang Baik Perdagangan Internasional (www.indomie.com). Produk

Indomie sudah mengacu pada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu,

gizi serta keamanan produk pangan. CAC merupakan suatu badan yang didirikan

oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO). Indomie juga mendapat sertifikat Standar

Nasional Indonesia (SNI).

Indomie juga pernah mengalami krisis pada Jumat, 8 Oktober 2010.

Indomie diberitakan oleh televisi lokal Taiwan mengandung bahan pengawet yang

membahayakan manusia methyl parahdroxybenzoate (E218) (berdasarkan

pemberitaan di tempointeraktif.com). Akibatnya Indomie ditarik dari pasaran

Taiwan dan pamornya di Indonesia juga ikut terganggu. Dari pemberitaan tersebut

PT Indofood Sukses Makmur Tbk CBP ("ICBP" atau "Perseroan") memperjelas

bahwa produk mie Perusahaan ekspor ke Taiwan yang sepenuhnya sesuai dengan

peraturan Departemen Kesehatan Taiwan Biro Keamanan Pangan. ICBP telah

mengekspor produk mie instan ke negara-negara di seluruh dunia selama lebih

(20)

 

memastikan bahwa produk-produknya sesuai dengan peraturan keselamatan

makanan di seluruh pasar (www.indomie.com).

Sedangkan Mie Sedaap merupakan produk mie instan yang diproduksi

oleh PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings.

Wingsfood memiliki dua anak perusahaan yaitu PT. Karunia Alam Segar

(KAS)dan PT. Prakarsa Alam Segar (PAS). KAS berlokasi di Gresik (Jawa

Timur) sebagai basis produksi Mie Sedaap di wilayah Indonesia Timur sedangkan

PAS berlokasi di Bekasi (Jawa Barat) untuk pemasaran wilayah barat. Namun,

semua distribusi produk Mie Sedaap memiliki Wingsfood ditangani oleh PT.

Sayap Mas Utama. Produk Mie Sedaap diluncurkan pada Mei 2003, merupakan

produk baru dibanding Indomie, menurut indorating.com, harga Mie Sedaap yaitu

sekitar Rp 1.400,00 hampir seimbang dengan harga Indomie. Mie Sedaap sendiri

juga memiliki berbagai pilihan rasa dan jenis, mulai dari mie rebus sampai mie

goreng.

Namun, walaupun banyak merek mie instan yang beredar di pasaran ada

beberapa pihak yang menghimbau masyarakat dalam menkonsumsi mie instan.

Menurut YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), masyarakat harus

kurangi konsumsi mie instan. Hal tersebut bukan semata-mata karena alasan

Indomie ditarik oleh Taiwan tetapi mie instan tidak baik jika sering dikonsumsi

(detikfinance.com).

Dari pemberitaan Indomie yang ditolak Taiwan sudah tentu berpengaruh

pada citra Indomie. Sedangkan Mie Sedaap yang belum pernah mengalami kasus

(21)

 

Indomie. Dilihat dari kasus yang dialami Indomie peneliti ingin membandingkan

Indomie dengan merek mie instan lain yang belum mengalami kasus serius seperti

Indomie yaitu Mie Sedaap. Hal ini untuk mengetahui citra merek mie instan yang

dipandang positif oleh masyarakat. Citra ini terbentuk karena adanya persepsi dari

tiap individu. Kemampuan mempersepsi akan dapat melanjutkan proses

pembentukan citra (Soemirat dan Ardianto, 2004: 116).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, perumusan

masalah yang dimunculkan dalam penelitian skripsi ini sebagai berikut:

1. Adakah perbandingan citra merek pada mie instan antara Indomie dan Mie

Sedaap?

2. Bagaimana perbandingan citra merek pada mie instan antara Indomie dan

Mie Sedaap?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan

citra merek pada mie instan antara Indomie dan Mie Sedaap. Agar dapat diketahui

perbandingan citra merek mie instan yang mengalami pernah kasus dan belum

(22)

 

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

a) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan

memberikan masukan bagi Ilmu Komunikasi khususnya pada

konsentrasi Public Relations. Karena kelak dapat berguna saat terjun

ke dunia kerja yaitu untuk mengetahui citra perusahaan dan

produknya.

b) Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi

peneliti selanjutnya tentang perbandingan citra merek pada mie instan

antara Indomie dan Mie Sedaap.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perbandingan citra

merek dari dari masyarakat terhadap suatu produk dengan produk lainnya

yang sejenis.

E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Citra

Citra merupakan suatu gambaran tentang mental, ide yang

dihasilkan oleh imaginasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada

publik oleh seseorang, organisasi dan sebagainya (Oliver, 2007: 50).

Mengutip dari Soemirat dan Ardianto (2004: 114), Frank Jefkins

dalam bukunya Public Relations Technique menyimpulkan bahwa secara

(23)

 

sesuatu yang muncul sebagai hasil dari penegetahuan dan pengalamannya.

Sedangkan dalam buku Essential of Public Relations, Jefkins menyebut

bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan

pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Selain itu, masih

dari sumber yang sama, Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi

Komunikasi menyebutkan citra adalah penggambaran tentang realitas dan

tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.

Menurut Muslimin (2004: 92), citra lebih bersifat abstraksi

mengenai suatu pandangan, persepsi, opini, penilaian secara umum yang

mengandung pengertian positif. Kepercayaan tersebut lebih konkret

sifatnya, lebih mengarah kepada pendapat atau penilaian positif, yang

bersifat pandangan pribadi atau individu yang bersangkutan terhadap suatu

perusahaan atau organisasi. Kalau kepercayaan individu-individu itu

terhimpun dalam jumlah publik atau masyarakat yang lebih luas akan

tercipta suatu citra.

2. Macam-macam Citra

Macam-macam citra menurut Soemirat dan Anggoro (2001: 59 –

69) adalah sebagai berikut:

1) Citra bayangan (mierror image)

Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam

mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra bayangan sring

tidak tepat dan hanya ilusi sebagai akibat dari tidak memadainya

(24)

 

dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.

Citra ini cenderung positif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang

sesungguhnya.

2) Citra yang berlaku (current image)

Citra yang berlaku merupakan suatu citra atau pandangan yang

melekat pada pihak-pihak luar mengenai organisasi. Citra yang berlaku ini

tidak selamanya bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena

semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang

bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Citra ini cenderung negatif

serta ditentukan banyak sedikitnya informasi yang dimiliki oleh penganut

atau mereka yang mempercayainya.

3) Citra harapan (wish image)

Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak

manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra sebenarnya. Biasanya

citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada

walaupun dalam kondisi tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa

merepotkan. Namun, citra harapan secara umum merupakan sesuatu yang

berkonotasi lebih baik. Citra harapan itu biasanya dirumuskan dan

diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika

(25)

 

4) Citra perusahaan (corporate image)

Citra perusahaan yang juga disebut citra lembaga adalah citra dari

suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan

pelayanannya saja. Citra ini terbentuk oleh banyak hal.

Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan

antara lain adalah:

a) Sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang.

b) Keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah

diraihnya.

c) Sukses ekspor.

d) Hubungan industri yang baik.

e) Reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar.

f) Kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial.

g) Komitmen mengadakan riset.

5) Citra majemuk (multiple image)

Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan

pegawai (anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki

perangai perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak mereka

pasti memunculkan suatu citra organisasi atau perusahaan secara

keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan

sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk

(26)

10 

 

ditekan seminim mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus

ditegakkan.

3. Publik Sasaran Pembentukan Citra

Mengutip dari Muslimin (2004: 91 – 92), untuk membentuk citra

perusahaan dibagi beberapa publik sasaran sebagai objeknya, antara lain:

1) Terhadap pemerintah karena sebagai pengelola negara yang sangat

menentukan eksistensi setiap perusahaan.

2) Opinion leader yang juga sebagai penentu atau panutan bagi

masyarakat lainnya mengenai tanggapan positif atau negatif tentang

aktivitas dan operasional perusahaan.

3) Konsumen atau pengguna jasa yang harus mendapat pelayanan terbaik

dan merasa nyaman dan puas.

4) Mitra kerja dan rekan kerja perusahaan sebagai penunjang berhasil

atau tidaknya bisnis dan usaha perusahaan.

5) Para generasi muda sebagai penerus pemimpin bangsa di kemudian

hari yang perlu mendapatkan pembinaan yang positif.

6) Publik internal, karyawan, pemilik dan pemegang saham sebagai

pengelola atau pekerja perlu diperhatikan sebagai penunjang kekuatan

dari dalam perusahaan.

4. Model Pembentukan Citra

Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2004: 115), membuat

(27)

11 

 

Bagan 1.1

Model Pembentukan Citra Pengalaman Melalui Stimulus

Stimulus Respon

Rangsangan Perilaku

Model pembentukan citra tersebut menunjukkan bagaimana

stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi

respons. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima

atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan,

hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam

mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut.

Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat

komunikasi dan tersapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses

selanjutnya dapat berjalan. Persepsi, kognisi, motivasi dan sikap diartikan

sebagai citra individu terhadap rangsang. Jika stimulus mendapat

perhatian, individu akan beusaha untuk mengeti tentang rangsang tersebut.

Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan

yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Kemampuan

 

Kognisi

Persepsi Sikap

(28)

12 

 

mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.

Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang

diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

Selain model pembentukan citra di atas, Soleh Soemirat dan

Elvinaro Ardianto (2004: 118) membuat bagan cara membangun citra

yang disebut model komunikasi dalam public relations yaitu sebagai

berikut:

Bagan 1. 2 Model Komunikasi dalam Public Relations

Bagan tersebut menunjukkan proses pembentukan citra.

Perusahaan, lembaga dan organisasi merupakan sumber dari informasi

yang mempunyai divisi public relations sebagai komunikatornya. Pesan

yang disampaikan kepada komunikan yaitu publik-publik PR berupa

kegiatan-kegitan divisi PR dalam perusahaan, lembaga atau organisasi.

Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek

(29)

13 

 

Kemudian setelah itu terjadilah efek yang mengakibatkan munculnya citra

terhadap perusahaan, lembaga atau organisasi.

5. Tahap Pembentuk Citra a. Persepsi

1) Pengertian Persepsi

Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur

lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan (Soemirat

dan ardianto, 2004: 116). Menurut Deddy Mulyana (2005: 167),

persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita,

dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.

Mengutip dari Deddy Mulyana (2005: 168), beberapa

pengertian lain menegenai persepsi adalah sebagai berikut:

a) Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme

menerima dan menganalisis informasi (Brian Fellows).

b) Persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh

kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita (Kenneth A. Sereno

dan Edward M. Bodaken).

c) Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali

rangsangan (Philip Goodacre dan Jennifer Follers).

d) Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan

banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Joseph A.

(30)

14 

 

Sedangkan menurut Jalaluddin Rakmat (2007: 51), persepsi

adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan.

2) Tahap-tahap Persepsi

Tahap-tahap persepsi menurut Deddy Mulyana (2005: 168 –

170) antara lain sebagai berikut:

a) Penginderaan (sensasi)

Persepsi melalui penginderaan meliputi alat-alat indera kita yakni:

- Indera peraba (kulit)

- Indera penglihat (mata)

- Indera pencium (hidung)

- Indera pengecap (lidah)

- Indera pendengar (telinga)

Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat

penglihatan, pendengran, sentuhan, penciuman dan pengecap.

Indera-indera tersebut merupakan penghubung antara otak manusia dengan

lingkungan sekitar. Melalui inderalah manusia dapat mengetahui dunia

sehingga bisa mempersepsinya.

b) Atensi

Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau

menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, terlebih dulu harus

(31)

15 

 

mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang

lain dan juga diri sendiri.

c) Interpretasi

Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas

informasi yang yang diperoleh melalui salah satu atau lebih dari alat

indera. Namun, manusia tidak dapat menginterpretasikan makna setiap

objek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi

yang dipercayai mewakili objek tersebut.

3) Pesepsi dan Budaya

Faktor-faktor internal bukan hanya mempengaruhi atensi

sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi

kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan.

Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan dan

cita rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi

seseorang terhadap suatu realitas. Dengan demikian persepsi itu terikat

oleh budaya (culture-bound). Dalam memaknai suatu pesan, objek atau

lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Budaya dapat

dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut sekelompok

orang.

Mengutip dari Deddy Mulyana (2005: 197 – 211), Larry A.

Samovar dan Richard E. Perter, mengemukakan enam unsur budaya

yang secara langsung memepengaruhi persepsi kita ketika

(32)

16 

 

a) Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)

Kepercayaan adalah pandangan subjektif bahwa suatu objek

atau peristiwa punya ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti.

Nilai adalah komponen evaluatif dari kepercayaan kita, mencakup

kegunaan, kebaikan, estetika dan kepuasan.

b) Pandangan dunia (worldview)

Pandangan dunia mencakup agama dan ideologi. Pandangan

dunia merupakan unsur penting yang mempengaruhi persepsi seseorang

ketika berkomunikasi dengan orang lain, khususnya yang berbeda

budaya. Selain itu, pandangan dunia akan mewarnai persepsi kita atas

realitas di sekeliling kita.

c) Organisasi sosial (social organozation)

Organisasi-organisasi yang kita masuki, apakah formal atau

informal, juga mempengaruhi kita dalam mempersepsi dunia dan

kehidupan ini, yang pada gilirannnya mempengaruhi perilaku kita.

d) Tabiat manusia (human nature)

Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat dan watak

kita, juga mempengaruhi cara kita mempersepsi lingkungan fisik dan

sosial kita.

e) Orientasi kegiatan (activity orientation)

Aspek lain yang mempengaruhi persepsi kita adalah

pandangan kita tentang aktivitas. Orientasi ini paling baik dianggap

(33)

17 

 

yang dilakukan seseorang). Dalam suatu budaya mungkin terdapat dua

kecenderungan ini, namun salah satu baisanya dominan.

f) Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others)

Perilaku individu sangat dipengaruhi kelompoknya. Individu

tidak dianjurkan untuk menonjol sendiri. Keberhasilan individu adalah

keberhasilan kelompok dan kegagalan individu adalah kegagalan

kelompok..

4) Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi

Beberapa bentuk dan kekeliruan persepsi menurut Deddy

Mulyana (2005: 211 – 230), adalah sebagai berikut:

a) Kesalahan atribusi

Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami

penyebab perilaku orang lain. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita

salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku dari pembicara.

Atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang

disebabkan oleh faktor internal, padahal justru faktor eksternallah yang

menyebabkannya, begitu juga sebaliknya. Salah satu sumber kesalahan

atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak

lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan

menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi sendiri kesenjangan

dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu menjadi

(34)

18 

 

b) Efek halo

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects)

merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan

menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung

menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang

spesifik. Efek halo ini lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita

dalam menilai orang-orang yang bersangkutan.

c) Stereotip

Kesulitan komunikasi akan muncul dari perstereotipan

(stereotyping) yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasar sedikit

informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan

keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Stereotip adalah proses

menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori

mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek

berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai. Selain itu,

stereotip merupakan kategorisasi atas suatu kelompok secara

serempangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual.

d) Prasangka

Sesuatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah

prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengna stereotip. Richard

W. Brislin mendefinisikan prasangkan sebagai suatu sikap tidak adil,

menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang. Prasangka

(35)

19 

 

e) Gegar budaya

Menurut Kalvero Oberg gegar budaya ditimbulkan oleh

kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan

simbol-simbol hubungan sosial. Sedangkan menurut Lundstedt

mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan

menyesuaikan diri yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya

sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

orang-orang baru. Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah

fenomena yang alamiah saja.

Kemampuan individu dalam mempersepsi sesuatu dapat

melanjutkan proses pembentukan citra. Karena suatu citra terbentuk

dari beberapa hal salah satu diantaranya adalah pengamatan/interpretasi

terhadap suatu objek.

b. Tahap-tahap Proses Terbentuknya Citra

Citra itu terbentuk karena adanya persepsi, kognisi, motivasi,

sikap, perhatian serta kesan (impresi) terhadap sesuatu yang diamatinya.

Semua tahap-tahap tersebut berawal dari rangsang yang mempengaruhi

individu. Persepsi ini merupakan tahap saat individu mendapatkan

rangsang kemudian memberikan pengamatan terhadap objek yang

dilihatnya.

Setelah individu mampu mempersepsi objek yang dilihatnya

kemudian proses selanjutnya yaitu kognisi. Kognisi merupakan suatu

(36)

20 

 

(Soemirat dan Ardianto, 2007: 116). Tahap kognisi ini akan muncul

apabila individu mengerti dan mampu memahami akan rangsang yang

telah diperolehnya dari proses pengamatan. Sehingga individu harusnya

diberi rangsangan yang cukup agar dapat mempengaruhi perkembangan

kognisinya. Oleh karena itu, suatu perusahaan harus mampu memberikan

rangsang terhadap kognisi publiknya agar citra terhadap perusahaan dan

produknya dapat tercipta secara positif.

Apabila seorang individu telah memberikan persepsi dan

melakukan kognisi maka tahap selanjutnya dalam proses pembentukan

citra adalah motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Soemirat dan Ardianto,

2007: 116). Hubungan dengan proses pembentukan citra adalah apabila

seseorang telah dapat mempersepsi sesuatu hal maka motivasi untuk

menumbuhkan citra terhadap hal tersebut akan muncul.

Tahap selanjutnya dalam proses terbentuknya citra yaitu sikap.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku

tetapi kecenderungan untuk berperilaku (Soemirat dan Ardianto, 2007:

116). Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Tahap ini

menentukan seseorang harus bisa menentukan sikap apakah orang tersebut

harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,

(37)

21 

 

mengandung nilai yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap

ini juga dapat diperteguh atau diubah.

Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan

sikap, pendapat tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui

bagaimana citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya

dibutuhkan adanya suatu penelitian. Pentingnya penelitian citra menurut

H. Frazier Moore, dalam Danusaputra, menentukan sosok institusional dan

citra perusahaan dalam pikiran publik dengan mengetahui secara pasti

sikap masyarakat terhadap suatu organisasi, bagaimana mereka memahami

dengan baik, dan apa yang mereka sukai dan tidak sukai tentang organisasi

tersebut (Soemirat dan Ardianto, 2007: 116 – 117).

Perhatian (attenttion) adalah proses mental ketika stimuli atau

rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli

lainnya melemah (Rakhmat, 2007: 52). Tahap ini menjelaskan bahwa

ketika seseorang telah mampu mempersepsi suatu hal maka orang tersebut

akan memberikan perhatian terhadap objek yang diamatinya. Kemampuan

memperhatikan objek ini akan dapat memunculkan citra terhadap sesuatu

yang diamatinya.

Kesan (impresi) dapat menentukan kategori. Menurut Erving

Goffman dalam Rakhmat (2007: 96), kesulitan persepsi juga timbul karena

stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk

menimbulkan kesan (impresi) tertentu pada diri penganggap. Kemampuan

(38)

22 

 

(impresi) ini terletak pada tahap saat memperhatikan suatu objek. Apabila

kesan (impresi) yang diberikan terhadap sesuatu yang diamatinya positif

maka citranya juga positif, sebaliknya apabila kesan (impresi) yang

diberikan negative maka citra yang dimunculkan juga negatif.

c. Lahirnya Sebuah Citra

Banyak citra yang didapat karena kebetulan, namun banyak juga

citra yang diperoleh melalui pengalaman (Jefkins, 1987: 14). Perusahaan

tak harus memperdaya masyarakat tentang citra perusahaan mereka.

Dengan segenap ketulusan hati, perusahaan harus puas dan yakin bahwa

setiap orang menyukai dan mengetahui kebaikan perusahaan tersebut

(Jefkins, 1987: 14). Hal yang harus dilakukan untuk melahirkan sebuah

citra yaitu suatu perusahaan harus mengupayakan citra tersebut. Menurut

Jefkins (1987: 13), suatu citra perusahaan berbasis pada pengetahuan dan

pengalaman orang. Pengalaman itu mungkinsaja baik, buruk atau tak

membawa pengaruh apapun. Suatu perusahaan lebih mengetahui yang ada

dalam perusahaannya, orang lain kurang tahu atau mungkin sama sekali

tidak mengetahuinya. Orang lain tersebut tahu apabila suatu perusahaan

member tahunya. Hal itulah merupakan tugas Public Relations untuk

membentuk suatu citra yang positif dari perusahaan.

F. Metode Penelitian 1. Definisi Koseptual

Definisi konseptual adalah batasan tentang pengertian yang

(39)

23 

 

diteliti dan digali datanya (Hamidi, 2010: 141). Definisi konseptual dari

penelitian ini adalah citra merek.

Citra merek (brand image) adalah kumpulan asosiasi nama merek

yang membentuk suatu persepsi tertentu terhadap nama merek tersebut

(Tandjung, 2003: 48).

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel

diukur (Hamidi, 2010: 142). Dalam penelitian ini definisi operasionalnya

adalah kesan dan gambaran masyarakat tentang mie instan antara Indomie dan

Mie Sedaap.

Indikator:

a. Standar nilai gizi

b. Cita rasa

c. Harga

d. Kemasan

e. Konsumen orang bergengsi

f. Tekstur

g. Kualitas

3. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian yang

(40)

24 

 

4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru pada teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 2009: 64). Dari rumusan masalah yang telah

dikemukakan, hipotesis yang dikehendaki peneliti adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbandingan citra merek pada mie instan antara

Indomie dan Mie Sedaap.

Ha : Ada perbandingan citra merek pada mie instan antara Indomie dan

Mie Sedaap.

5. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 80). Populasi dari penelitian adalah

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang masih aktif

selama penelitian berlangsung. Pengambilan populasi dari mahasiswa

UMM karena petimbangan bahwa mahasiswa merupakan bagian dari

masyarakat yang mengkonsumsi mie instan, dimana mereka bisa

mengambil keputusan yang bijak, mana yang baik untuk dikonsumsi

(41)

25 

 

mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah yang sudah pasti

mempunyai persepsi yang berbeda-beda karena latar belakang mereka

pun berbeda-beda pula. Jumlah seluruh mahasiswa UMM yaitu 20.126

orang (umm.ac.id). Data diperoleh pada awal bulan Februari 2011

yaitu mulai penelitian dilaksanakan.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009: 81). Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan teknik sampling insidental. Sampling

insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009:

85).

Menurut Malhotra (1996: 355) terdapat beberapa kriteria

dalam penentuan sampel yaitu sebagai berikut:

“Sampel size is influenced by the average size of samples, in similar studies national of consumers or households typically have sampel ranging from 1,000 to 2,500 or more; regional studies, 200 to 1,000 or more. If the sampling unit consist of institutions, national sampels range in size from 200 to 1000 or more: and regional or special sampels, from 50 to 500 or more. Sampel size for innstituton tend to be smaller because the population is smaller”.

(42)

26 

 

dan sampel untuk regional atau khusus, 50 - 500 atau lebih. Ukuran sampel untuk institusi cenderung lebih kecil karena populasi lebih kecil.

Karena peneliti mengambil sampel secara insidental maka peneliti

bisa mengambil siapa saja yang dijadikan sampel dari populasi yang

telah ditentukan. Dan berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan

maka peneliti menentukan jumlah sampel sebanyak 150 orang. Sebab

sampel yang diambil dari studi regional atau khusus, yaitu khusus

wilayah Universitas Muhammadiyah Malang saja.

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang. Alasasan pemilihan lokasi ini karena di

Universitas Muhammadiyah Malang terdapat karakteristik mahasiswa

yang berbeda-beda yang berasal dari berbagai wilayah. Sehingga sudah

pasti mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda pula.

Waktu penelitian : 23 November – 29 Maret 2011

7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1) Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun, 1989: 124). Interpretasi

terhadap koefisien korelasi untuk menyatakan validitas sebuah item, jika

koefisien korelasi menunjuk pada angka minimal 0,3 (Hamidi, 2010: 150).

(43)

27 

 

dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total

menggunakan rumus pearson moment sebagai berikut:

      

Keterangan:

r = koefisien korelasi pearson moment

N = jumlah subjek

X = skor pernyataan tiap butir

Y = skor total

XY = skor pernyataan tiap butir dikalikan skor total

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989:

140). Pengujian reliabilitas ini dilakukan secara internal concistency.

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara

mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang diperoleh dianalisis

dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2007: 359). Pengujian reliabilitas

internal concistency menggunakan teknik belah dua. Mengutip dari

Maholtra (1996: 307), menyatakan bahwa:

(44)

28 

 

Koefisien alpha, atau Cronbach's alpha, adalah rata-rata semua koefisien belah dua yang dihasilkan dari cara yang berbeda dari pemecahan item skala. Koefisien ini bervariasi dari 0 ke 1, dan nilai 0,6 atau kurang menunjukkan konsistensi reliabilitas internal yang tidak memuaskan.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai reliabilitas ≤ 0,6

dikatakan tidak reliabel. Sehingga suatu item dikatakan reliabel apabila

nilai Cronbach's alpha > 0,6. Pengujian reliabilitas ini menggunakan spss

versi 15. Rumus koefisien alpha atau Cronbach's alpha menurut Azwar

(2010: 78), adalah sebagai berikut:

α = [ ][ ]

Keterangan:

k = banyaknya belahan tes

sj2 = varians belahan j; j=1,2,...k

sx2 = varians skor tes

8. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner. Kuesioner juga disebut sebagai angket. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2009: 142). Dalam penelitian ini kuesioner merupakan alat

pengumpulan data utama dari responden. Kuesioner atau angket yang

digunakan adalah kuesioner atau angket langsung tertutup. Kuesioner atau

angket tertutup adalah kuesioner atau angket yang dirancang sedemiekian rupa

untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden telah tertera

(45)

29 

 

Jawaban yang terdapat dalam kuesioner berdasarkan skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009:

92). Jawaban dari setiap item instrument yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi sebagai berikut:

a. Sangat setuju (SS) dengan skor 5

b. Setuju (S) dengan skor 4

c. Ragu-ragu (R) dengan skor 3

d. Tidak setuju (TS) dengan skor 2

e. Sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1

9. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan t-test yang digunakan untuk menguji

perbandingan dua rata-rata dari dua sampel pada suatu variabel. Dengan tujuan

untuk mengetahui apakah perbandingan yang terdapat pada dua sampel

tersebut benar-benar meyakinkan atau karena semata-mata kesalahan dalam

pengambilan sampel atau kesalahan menggunakan teknik sampling semata

(Bungin, 2010: 188), dengan rumus sebagai berikut:

Rumus untuk uji beda (t-test) adalah

t-test =

=

(46)

30 

 

Keterangan:

M1 = rata-rata dari sampel 1

M2 = rata-rata dari sampel 2

SDbm = standar kesalahan perbandingan rata-rata

SD2M1 = Kuadrat standar kesalahan rata-rata sampel 1

SD2M2 = Kuadrat standar kesalahan rata-rata sampel 2

Sedangkan untuk mengjitung nilai rata-rata tiap sampel menggunakan

rumus sebagai berikut:

Mı = dan M2 =

Keterangan :

M = rata-rata

n = jumlah responden

Setelah penghitungan uji beda maka untuk mengetahui perbandingan

citra merek pada mie instan antara Indomie dan Mie Sedaap diberikan grafik

sebagai penjelasnya. Grafik yang disajikan merupakan grafik komparasi antara

Referensi

Dokumen terkait

Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa.. 2.1.9

kromoszóma CDKN2A/B, PTCH, DBC1 és TSC1 géneket érintő elváltozásai az UC minden típusára jellemző „primér” genetikai elváltozások, vagy csak a papilláris

Schumpeter (1954) mengatakan, terdapat suatu great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun, yaitu pada masa yang dikenal dengan dark ages oleh

perempuan dan anak yang menjadi penghuni Magdalene’s Laundry telah terabaikan hak sipilnya. dimana justru hanya tinggal diam bahkan turut campur dalam melakukan

Kesimpulan penelitian ini adalah sebanyak 26 responden (68,4%) mengekspresikan respon nyeri dengan mengerutkan dahi, mengatupkan rahang dan dagu gemetar, sebanyak

Penulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Pelita III Bidang Pertanian untuk Produksi Beras: Studi Kasus Pada Masyarakat Konsumen Thiwul di Gunungkidul (1979-1984)” ini

Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh baik dari suplementasi mineral esensial dalam ransum induk terhadap air susu yang dihasilkan dan dikonsumsi oleh anak kelinci sehingga bobot

[r]