PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN METODE PENYELESAIAN SOAL SECARA SISTEMATIS (PS3)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI STOIKIOMETRI DI KELAS X SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
AHMAD ARDIANSYAH RAMBE NIM. 8146142001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, kesehatan dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Stoikiometri di Kelas X SMA” dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Adapun penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih Kepada: Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si (Pembimbing I) dan Bapak Dr. Zainuddin Muchtar, M.Si, (Pembimbing II) yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran pada penulis sejak awal penyusunan proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, Bapak Dr. Mahmud, M.Sc dan Dr. Wesly Hutabara, M.Sc, selaku nara sumber yang telah banyak memberikan masukan yang begitu berarti terhadap tesis ini dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf pegawai Prodi Pendidikan Kimia Program Pascasarjana UNIMED yang sudah banyak membantu penulis.
iv
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Maret 2016 Penulis
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis 12
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 17 Tabel 2.3 Tahap-tahap Penyelesaian Soal Secara Sistematis 21
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument Tes 26
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Respon Siswa Pada Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis 29
Tabel 3.3 Desain penelitian 31
Tabel 3.4 Makna dari Koefisien Korelasi 36
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Kimia pada Materi Stoikiometri 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pre-Test 40
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Post-Test 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pre-Test 40
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Uji-t untuk Hasil Belajar Kimia Siswa 41 Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Uji-t untuk Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 42
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi 43
Tabel 4.8 Peningkatan Hasil Belajar 43
Tabel 4.9 Kemampuan Menganalisa Soal 44
Tabel 4.10 Kemampuan Merencanakan Penyelesaian Soal 45
Tabel 4.11 Kemampuan Penyelesaian Soal 45
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kecakapan Berpikir Kritis 13
Gambar 2.2 Alur Pembelajaran Berbasis Masalah 15
Gambar 2.3 Digram blok fase dalam SAP (Mettes, dkk., 1980) 20
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus 55
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 59
Lampiran 3 Instrumen Penelitian 98
Lampiran 4 Validitas Soal 99
Lampiran 5 Reliabilitas Soal 100
Lampiran 6 Tingkat Kesukaran Soal 101
Lampiran 7 Daya Beda Soal 102
Lampiran 8 Tabulasi Data Pre-Test dan Post-TestKelas Eksperimen 1 dan
Kelas Eksperimen 2 103
Lampiran 9 Tabulasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Eksperimen 1
dan Kelas Eksperimen 2 104
Lampiran 10 Uji Normalitas 105
Lampiran 11 Uji Homogenitas 109
Lampiran 12 Uji Hipotesis 110
Lampiran 13 Uji Korelasi 111
Lampiran 14 Tabel Kemampuan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3)
Siswa 112
Lampiran 15 Distribusi Nilai rtabel Signifikansi 5% dan 1% 113
Lampiran 16 Distribution Tabel Nilai F0,05 114
Lampiran 17 Distribusi Nilai ttabel 115
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia dianggap belum mampu menghasilkan sumber daya manusia yang siap bersaing dan mampu mengimbangi laju perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu Pendidikan Nasional memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kemdiknas, 2010).
Data yang diperoleh dari Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat 10 besar dari 65 negara peserta. Sebagian besar peserta didik Indonesia ternyata hanya menguasai pelajaran sampai tingkat atau jenjang kemampuan tiga (intermediate) sementara banyak peserta didik dari negara lain seperti Singapore, Jepang, Malaysia dan Thailan dapat menguasai pelajaran sampai tingkat empat, lima, bahkan enam (Mulyasa, 2013). Untuk melakukan perubahan dalam bidang pendidikan UNESCO telah mengemukakan dua landasan.Pertama pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan kedua belajar seumur hidup (life long learning).
2
bahwa hasil belajar siswa SMA/sederajat masih rendah dalam hal pencapaian nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM 75), terutama untuk mata pelajaran MIPA. Kimia merupakan salah satu cabang pelajaran MIPA yang masih banyak dianggap sulit. Mata pelajaran kimia merupakan produk pengetahuan alam yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum dari proses kerja ilmiah. Jadi, dalam pelaksanaan pembelajaran kimia harus mencakup tiga aspek utama yaitu: produk, proses, dan sikap ilmiah. Siswa seringkali mengalami kesulitan memahami materi kimia karena sebagian materi kimia bersifat abstrak. Kesulitan yang dihadapi siswa tersebut berdampak kurang baik bagi pemahaman siswa mengenai berbagai konsep kimia lainnya, karena pada dasarnya konsep-konsep yang bersifat abstrak merupakan penjelasan bagi fakta-fakta dan konsep konkret.
Menurut Nakhleh (Nazriati dkk, 2007) bahwa membelajarkan ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan tantangan yang menarik selain karena sebagian materi kimia bersifat abstrak tetapi juga karena sebagian materi kimia juga sarat dengan konsep matematika yang kadang-kadang tidak sederhana. Penguasaan siswa terhadap materi kimia yang sarat dengan konsep matematika seperti Stoikiometri, Larutan (penentuan pH lartutan), Laju Reaksi dan Termokimia pada umumnya rendah. Sebagian besar siswa beranggapan materi kimia tersebut sulit sehingga hasil belajarnya rendah.
Dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa telah dilakukan beberapa penelitian berupa penerapan model-model pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning disingkat PBL).
3
bahwa problem based learning dapat menimbulkan proses kognitif siswa menjadi lebih baik dengan kebiasaan berfikiran baik. Dalam pembelajaran problem based learning guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang memicu siswa kearah pemikiran yang baik agar dapat menghubungkan hal yang satu dengan hal yang lainnya untuk memecahkan masalah belajar. Tentunya dalam pembelajaran tersebut guru dapat membuat strategi dan media pendukung dalam menyampaikan materi pembelajaran. Strategi pembelajaran berbasis masalah mengarahkan siswa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras dibandingkan dengan pengajaran tradisional yang mana keikutsertaan siswa sangat sedikit (Graaff dan Kolmos, 2003).
Hasil penelitian Hasanah (2004) pada siswa SMP di Cimahi pada mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa sikap siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah adalah positif dan lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Tarhan (2008) penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran penentuan gaya antar molekul menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan konvensional. Hasil penelitian Agustina (2010) menunjukkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan rata-rata gain sebesar 0,58 dan aktifitas siswa sebesar 57,4%. Kemudian Saragih (2012) melalui hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model problem based learning yang diintegrasikan dengan media komputer adalah model pembelajaran yang efektif dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan model.
4
tinggi yaitu sebesar 78,57% dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan model Instruksi Langsung menggunakan media Powerpoint yaitu sebesar 62,65% pada materi Larutan Asam Basa di kelas XI IPA Uji korelasi menunjukan korelasi yang positif antara berfikir kritis siswa dengan peningkatan hasil belajar dengan indeks koefisien determinasi 24,31%.
Menurut Hudojo (1998), hasil belajar merupakan penguasaan hubungan yang telah diperoleh oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat menampilkan pengalaman dan penguasaan bahan pelajaran yang telah dipelajari. Saat ini, keadaan yang terjadi di sekolah, siswa kurang menguasai perhitungan dan penalaran matematis. Karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang ditandai dengan banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab atau mengerjakan soal-soal. Di sekolah guru tidak melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip dalam menyelesaikan soal secara sistematis. Dominasi guru terhadap siswa, membuat siswa tidak terlatih memecahkan soal secara sistematis. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan dalam menyelesaikan soal secara sistematis adalah daya siswa dalam mengerjakan soal dengan menerapkan langkah-langkah dalam penyelesaian soal secara sistematis.
Menurut Klerk (Annisa, 2008) menyebutkan bahwa setiap siswa dalam mengikuti pelajaran kimia selalu menemukan bahwa Stoikiometri adalah materi yang sulit. Banyaknya soal yang bersifat hitungan dapat menyebabkan siswa yang kurang memiliki kecerdasan numerik menjadi bersikap menghindar bahkan memusuhi kimia seringkali siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal karena tidak tahu jalan pemecahannya.
5
Penyelesaian Soal Secara Sistematis adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan, Mettes, dkk. (1980) membangun suatu sistem heuristik yang dituangkan dalam bentuk Program of Action and Methods (PAM).
Hasil Penelitian Avridiana (2013) menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian penerapan penyelesaian soal secara sistematis (PS3) dengan menggunakan metode ekspositori berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa dalam menggunakan langkah-langkah PS3 dengan kategori minimal sedang terpenuhi, yaitu: kemampuan menganalisa soal sebesar 81,9%, kemampuan membuat rencana penyelesaian soal sebesar 71,1%, kemampuan menyelesaikan soal sebesar 65,2%, dan kemampuan mengevaluasi (memeriksa) kembali sebesar 69,2%.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Stoikiometri di Kelas X SMA.
1. 2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapamasalah sebagai berikut:
1. Mengapa sebagian siswa kesulitan dalam menguasai materi kimia yang bersifat abstrak?
2. Mengapa sebagian siswa kesulitan dalam menguasai materi kimia yang sarat dengan konsep matematika?
3. Mengapa sebagian besar siswa tidak dapat menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis?
6
5. Apakah penerapan metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dapat meningkatkan hasil belajar kimia dan berpikir kritis siswa?
6. Apakah penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dapat meningkatkan hasil belajar kimia dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Stoikiometri?
1. 3. Batasan Masalah
Untuk memberikan arah yang tepat, maka dilakukan beberapa pembatasan penelitian sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bilah Hulu.
2. Materi kimia SMA kelas X semester genap dengan Kurikulum 2013 yaitu materistoikiometri.
3. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Problem Based Learning (PBL). 4. Metode Penyelesian Soal yang digunakan adalah Metode Penyelesaian Soal
Secara Sistematis.
5. Kemampuan berpikir kritis Matematis dalam Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis.
1. 4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3?
2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dengan PS3 lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3?
7
4. Bagaimana kriteria kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan menerapkan PS3 pada pokok Materi Pokok Kelas X SMA Negeri 1 Bilah Hulu Tahun Pelajaran 2015/2016?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3.
2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dengan PS3 dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3?
3. Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3?
4. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dengan PS3 lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3?
5. Untuk mengetahui korelasi positif antara hasil belajar kimia dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dengan Metode PS3 dengan PBL tanpa Metode PS3?
8
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru kimia tingkat SMA dalam memperbaiki proses pembelajaran kimia di kelas khususnya mengenai penyelesaian soal. 2. Sebagai bahan perbandingan bagi guru/calon guru untuk meninjau
kemampuan berpikiri kritis siswa dalam memecahkan masalah dengan penerapan metode PS3.
3. Diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa tentang materi ajar yang disampaikan guru serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami serta memecahkan masalah dengan metode PS3.
50 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, perhitungan data dan pengujian hipotesis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) yaitu rata-rata nilai pre-test sebesar 12,72, nilai post-test sebesar 70,72 dan ketuntasan sebesar 66%. Sedangkan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) tanpa Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) yaitu rata-rata nilai pre-test sebesar 2,91, nilai post-test sebesar 58,13 dan ketuntasan sebesar 13%.
2. Keterampilan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) yaitu sebesar 70,72. Sedangkan Keterampilan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) tanpa Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) yaitu sebesar 58,84.
3. Hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan nilai rata-rata 58,00 atau peningkatan sebesar 66% lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3 dengan nilai rata-rata 45,19 atau peningkatan sebesar 52%.
4. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dengan PS3 yaitu sebesar 70,72 lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL tanpa Metode PS3 yaitu sebesar 58,84.
5. Ada korelasi positif antara hasil belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dengan Metode PS3 yaitu sebesar 0,986 dengan CD 98% kategori sangat tinggi dan siswa yang dibelajarkan
menggunakan PBL tanpa Metode PS3 sebesar yaitu sebesar 0,934 dengan CD
51
6. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan menerapkan PS3 memiliki kriteria: Kemampuan menganalisa soal sebesar 91,88% kategori sangat tinggi, Kemampuan membuat rencana penyelesaian soal sebesar 76,56% kategori tinggi, Kemampuan menyelesaikan soal sebesar 58,75% kategori rendah, dan kemampuan menginterpretasi (memeriksa) kembali sebesar 58,75% kategori rendah.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, maka peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu:
1. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) diharapkan menjadi model dan metode pembelajaran kimia khususnya materi stoikiometri karena dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikiri kritis siswa.
2. Problem Based Learning (PBL) dengan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dapat melatih daya kritis peserta didik, peserta didik akan terbiasa mengerjakan soal dengan sistematis. Selain itu, peserta didik akan lebih teliti dalam mengerjakan soal karena pada tahap penilaian kembali peserta didik mengoreksi lagi pengerjaannya. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan guru untuk mengelola kelas waktu secara efektif dan efisien sehingga kondisi kelas menjadi kondusif untuk melaksanakan pembelajaran.
52
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, K., (2010), Pengaruh Penggunaan Media Puzzle Dalam Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Rumus Kimia Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMP/MTs, Tesis, Pascasarjana,
Universitas Negeri Medan, Medan.
Avridiana, N., Harumi, E., dan Afifah, D. S. N., (2013), Penyelesaian Soal Secara Sistematis Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Dengan
Menggunakan Metode Ekspositori, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP
PGRI Sidoarjo, Vol. 1, No. 2
Arifin, (2001), Belajar Merupakan Indikator dari Perubahan yang Terjadi pada Individu Setelah Mengalami Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara
Jakarta
Chin, C., dan Chia L., (2005), Problem Based Learning: Using III-Structured Problems in Biology Project Work, Wiley Inter Science, 1:44-67
Facione, P. A., (2013), Critical Thinking: What It is and Why it Counts
Fisher, A., (2007), Critical Thinking, Cambridge University Press, USA
Graaff, D., and Kolmos, A., (2003), Characteristic of Problem-Based learning,
International Journal Enggineering Education, 0 (00): 1-5
Hake, R., (1998). Interactive engagement Versus Traditional Methods: A Six Thousand student survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses, American Journal Of Physics, 66, (1) 64-74.
Handayani, S., (2015), Penerapan Model Problem Based Learning Yang
Diintegrasikan dengan Macroemdia Flash Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit, Skripsi, FMIPA, Unimed,
Medan
Hasanah, A., (2004), Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran
Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Representasi Matematika, Tesis, Program Pascasarjana,
53
Hudojo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta
Joyce, Bruce, and Weil, M., (1980), Models of Teaching, Fifth Edition, Allyn and
Bacon A Simon & Scuster Company, USA
Kemdiknas, (2010), Panduan Pendidikan Karakter, Sekmendiknas, Jakarta
Killey, M., (2005), Problem-based Learning, Centre for Learning and
Professional Development, University of Adelaide, Australia
Kramers, et. al., (1988), Solving Quantitatif Problems: Guidelines for Teaching Devided from Research, International Journal of Science Education, (10),
511-521
Mettes, et. al., (1980), Teaching and Learning Problem Solving in Science, Part I: A General Strategy, Journal of Chemical Education,(57), pp: 882-885
Mulyasa, E., (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT
Remaja Rosda, Bandung
Nasution, S., (1992), Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bumi Aksara , Jakarta
Nazriati dan Fajaroh, F., (2007), Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle Dalam Pembelajaran Kimia Berbahan Ajar Terpadu (Makroskopis Mikroskopis) Terhadap Motivasi, Hasil Belajar Dan Retensi Kimia SMA,
Jurnal Penelitian Kependidikan, 2: 90-108
Rusman, (2010), Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Edisi Kedua, Cetakan 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Saragih, M., (2012), Efektifitas Pembelajaran Inquiri dan Problem Based
Learning dengan Media Berbasis Komputer dan Praktikum Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Tesis, Program Pascasarjana, Unimed, Medan
Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta
Sudjana, (1990), Strategi Pembelajaran, Universitas Terbuka, Jakarta
Sudjana, (1992), Metode Statistik, Edisi Kelima, Tarsito, Bandung
54
Sungur, S., Tekkaya, C., dan Geba, O., (2006), Improving Achievent Through Problem-Based learning, Journal of Biologycal Education, 40(4): 155-160
Surapranata, S., (2004), Analisis, Validitas, Reliabilitas Dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004, Cetakan 1, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Suwarma, D. M., (2009), Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Kritis Matematika, Cakrawala Maha Karya, Jakarta
Tan, O.S., (2004), Student’s Experience in Problem Based Learning: Three Blind Mice Episode or Educational Innovation?, Innovation in Education and Teaching International, 41: 169-184.
Tarhan, L. Kayali, H. A., Urek, R.O., Acar B., (2008), Problem Based Learning in 9th Grade Chemistry Class: Intermolecular Forces, Research in Science Education, 38 (3): 285-300
Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, PT. Bumi
Aksara, Jakarta
Winkel, W.S., (1991), Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta
Yuliawati, S., (2015), Penerapan Model Problem Based Learning Berbasis
Praktikum Dengan Media Power Point Pada Materi Larutan Asam Basa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Berfikir Kritis Siswa, Skripsi,