• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN PADA UPACARA PANANGKOK SARING-SARING DI DESA PARTOR JANJI MATOGU KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN PADA UPACARA PANANGKOK SARING-SARING DI DESA PARTOR JANJI MATOGU KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN

PADA UPACARA ADAT PANANGKOK SARING-SARING DI

DESA PARTOR JANJI MATOGU KECAMATAN ULUAN

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

FENNY HANNATASYA PURBA NIM. 2113340019

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Fenny Hannatasya Purba. NIM 2113340019 Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan Pada Upacara Panangkok Saring-saring Di Desa Partor janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan 2016

Penelitian ini merupakan tentang Bentuk penyajian Ansambel Gondang Sabangunan Pada Upacara Panangkok Saring-saring Di Desa Partor janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan di desa Partor Janji Matogu, dan Ansambel Gondang Sabangunan dalam upacara adat panangkok saring-saring di desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir.

Penelitian ini berdasarkan landasan teoritis yang menjelaskan pengertian bentuk penyajian, pengertian bentuk musik, pengertian Gondang Sabangunan, pengertian upacara adat dan pengertian panangkok saring-saring.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah penatuah adat atau raja bius, perwakilan pihak keluarga yang melaksanakan upacara adat, pargonsi atau pemain musik yang memainkan reportoar Gondang mangaliat yang merupakan warga desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode observasi atau pengamatan, wawancara, audiovisual dan studi kepustakaan. Penelitian ini mengambil lokasi di desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir dan penelitian ini dilaksanakan pada ulan November 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Gondang Sabangunan di desa Partor janji Matogu berperan penting dalam setiap acara adat di desa Partor janji Matogu yang dapat dilihat dari fungsinya terutama dalam acara adat Panangkok saring-saring untuk mengiringi tortor ketika mengantar peti ke lokasi makam yang baru, mengiringi tortor pihak hula-hula ketika menyerahkan rudang-rudang dan mengiringi tortor bona hasuhutan yang akan membawa rudang-rudang ke dalam rumah. Bentuk penyajian gondang dimainkan dengan menggunakan ansambel gondang sabangunan, ansambel ini memainkan reportoar gondang sipitu dalam acara panangkok saring-saring yaitu Gondang Mula-mula, Gondang somba-somba, Gondang mangaliat, Gondang pasu-pasu, Gondang sahata saoloan, Gondang hasahaton, Gondang sitiotio. Bentuk musik Gondang Sipitu khususnya gondang mangaliat menonjolkan melodi yang dimainkan dengan alat musik sarune bolon dan alat musik lainnya taganing, ogung, hesek berfungsi sebagai pengiring melodi dengan nilai dan tempo ketukan yang berbeda tiap instrument.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis persembahkan

kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul

“Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan Pada Upacara Panangkok

Saring-saring Di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba

Samosir”. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis

menyadari Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun

dari segi penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan

datang. Dalam proses penulisan Skripsi ini, penulis juga mengalami berbagai

kesulitan. Namun berkat doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik

4. Dr. Pulumun P Ginting, S.Sn., M.Sn selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Musik serta Dosen Pembimbing Skripsi I

5. Lamhot B Sihombing, M.Pd Dosen Pembimbing Skripsi II

6. Muklis Hasbullah, S.Pd., M.Sn sebagai Narasumber I

7. Adina Sastra Sembiring, M.Pd sebagai Narasumber II

8. Seluruh Staf pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Musik yang

telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis selama proses

(8)

iii

9. Teristimewa ucapan Trimakasih Kepada kedua orang tua penulis

Ayahanda Herbin Purba Ibunda Erita Marpaung yang selalu luar biasa

memberi dukungan, semangat, doa bahkan materi yang tidak terhitung

jumlahnya kepada penulis, begitu juga dengan kakak dan abang Hernita

Purba, Relus Sinurat, Jepta Kristian Silaban, S.ST, Moses Sinurat, dan

adik-adik penulis yang tercinta Putri Purba, Immanuel Purba, Mikha

Purba, Melpa Lia Silaban, Tribowo Silaban yang juga selalu memberikan

motivasi dan mendoakan penulis dalam mendukung penyelesaian Skripsi

ini.

10.Oppung Guru sebagai Narasumber yang telah membantu penulis dalam

proses penyelesaian Skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan doa dan motivasinya, Utari Arsy Buana,

Christina Wati Bangun, Tinton Siburian, Maria Magdalena Simbolon,

Arimawati Pasaribu, Mutiara Ananda yang telah memberikan motivasi,

bantuan moral kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak

yang turut serta mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini. Semoga

Tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga

Skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2016

(9)

vii

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 12

1. TeoriBentukPenyajian ... 13

2. PengertianAnsambel ... 14

7. PengertianPanangkok Saring-saring ... 25

B. Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodologiPenelitian ... 30

(10)

vii

C. PopulasidanSampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Observasi ... 33

2. Wawancara ... 34

3. Dokumentasi ... 35

4. StudiKepustakaan ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Desa Partor Janji Matogu ... 39

B. Tata Pelaksanaan Upacara Panangkok Saring-saring ... 40

C. Alat Musik Yang Di Gunakan Dalam Ansambel Gondang Sabangunan Untuk Mengiringi Upacara Adat Panangkok Saring-saring ... ... 67

D. Kendala Yang di Hadapi Keluarga Dalam Pelaksanaan Upacara Adat Panangkok Saring-saring ... 74

E. Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..………..76

B. Saran………...77

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Ritme ... 17

Gambar 2.2 Melodi ... 18

Gambar 2.3 Harmoni ... 18

Gambar 2.4 Tabel Kerangka Konseptual ... 29

Gambar 4.1 Pertanian Desa Partor janji Matogu ... 40

Gambar 4.2 Ibadah sinfkat yang di pimpin oleh pemimpin gereja ... 42

Gambar 4.3 Pihak keluarga melemparkan uang kedalam makam ... 43

Gambar 4.4 Keluarga mengandungatau menangis... 44

Gambar 4.5 Tulang belulang di junjung pihak Boru (perempuan)………….. 45

Gambar 4.6 Tulang belulang dibersihkan ... 46

Gambar 4.7 Penyembelihan Kerbau ... 48

Gambar 4.8 Manortor ... 49

Gambar 4.9 Tempo dan dinamik gondang mula-mula... 51

Gambar 4.10Tempo dan dinamik gondang somba-somba... . 52

Gambar 4.11 Tempo dan dinamik gondang mangaliat... ... 53

Gambar 4.12 Tempo dan dinamik gondang pasu-pasu... ... 54

Gambar 4. 13Tempo dan dinamik gondang hasahatan sitio-tio... .... 55

Gambar 4.14 Pargonsi (Pemusik) ... 58

Gambar 4.15 Mangulosi ... 62

Gambar 4.16 Rudang-rudang... 63

Gambar 4.17 Sarne... 67

Gambar 4.18 Taganing ... .. 68

Gambar 4.19 Ogung ... 69

Gambar 4.20 Hesek ... . 72

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan indonesia di zaman modern ini sangat jauh tertinggal bahkan

hampir punah dikarenakan masuknya kebudayaan-kebudayaan barat yang telah

menghipnotis para pemuda sebagai penerus bangsa indonesia, kebudayaan

merupakan warisan leluhur yang dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia,

kebudayaan merupakan pengetahuan, ide dan hasil cipta masyarakatnya. Salah

satu bagian dari kebudayaan yang sangat berperan adalah musik tradisional dan

lagu daerahnya masing-masing, karena musik merupakan simponi kehidupan,

juga menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. Musik tidak

sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan makna untuk

membangkitkan gairah dan semangat hidup untuk memaknai kehidupan.

Mendengarkan musik, menghayati dan menikmatinya merupakan aktivitas yang

menyenangkan dan dapat membuat kenyaman bagi pendengarnya.

Sebagai suatu karya seni, musik pada hakikatnya merupakan bagian dari

kebudayaan yang tidak terpisahkan dari peradaban manusia, masyarakat atau

bangsa. Pada dasarnya karya musik merupakan refleksi perasaan, pikiran atau

cerminan realitas sosial dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat

tersebut. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya,

(13)

2

Salah satunya adalah budaya pada suku Batak yang merupakan suku yang

hidup dan berkembang di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari Batak

Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak Dairi dan Batak Toba.

Suku Batak Toba yang pada umumnya mendiami wilayah di sekitar Danau Toba

khususnya Kabupaten Toba Samosir.

Dalam adat suku Batak Toba terdapat upacara-upacara atau pesta adat

yang khas dan menarik, walapun dalam suku lain terdapat adat seperti ini namun

bentuk dan pelaksanaanya sudah pasti berbeda. Misalnya pesta adat pernikahan,

pesta sari matua ataupun saur matua, pesta sukuran panen (Gotilon), pesta adat

sulang-sulang pahompu,pesta adat sulang hariapan,dan pesta mangongkal holi.

Pada awalnya Agama bertentangan dengan upacara adat Batak termasuk

upacara adat mangongkal holi tetapi karena adanya keterkaitan upacara adat

dengan pola hidup masyarakat batak, mendorong jemaat untuk mendesak

pimpinan greja mengijinkan kembali pelaksanaan berbagai upacara adat, hal ini di

dukung oleh argumentasi teologis yang dikemukakan para pimpinan rohani

tentang keterkaitan injil dengan ajaran Batak, sehingga sampai saat ini masyarakat

Batak Toba masi mengakui adanya upacara adat.

Upacara adat Mangongkal Holi merupakan bagian dari adat Panangkok

Saring-saring. Upacara ini merupakan salah satu upacara adat Batak Toba yang

masi dilestarikan sampai saat ini. Acara ini dilatarbelakangi keyakinan suku Batak

Toba terhadap nenek moyangnya, masyarakat Batak Toba percaya bahwa roh

nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.

(14)

3

kesalahan, bencana, penyakit dan kematian jika keturunannya tidak berbuat baik,

hal ini merupakan bentuk penghormatan atau pemujaan terhadap nenek moyang.

Kepercayaan ini mendorong suku Batak Toba untuk menjalin hubungan yang erat

dengan nenek moyangnya.

Bentuk penghormatan atau pemujaan tersebut ditampakkan dalam ritus

atau upacara besar. Mangongkal artinya menggali, sedangkan Holi artinya tulang

belulang maka dapat di sebut dengan menggali tulang belulang, kemudian tulang

belulang di pindahkan ke dalam peti dan di masukkan ke dalam kuburan yang

baru. Upacara adat pengangkatan atau memindahkan tulang belulang ke makam

yang baru disebut dengan upacara adat Panangkok Saring-saring.

Pada zaman dahulu upacara adat Panangkok Saring-saring wajib

menggunakan Gondang tetapi seiring berjalannya waktu dan tingkat kebutuhan

manusia semakin meningkat upacara adat Panangkok Saring-saring ini dapat di

bedakan menjadi dua yaitu menggunakan Gondang dan tidak menggunakan

Gondang. Pelaksnaan upacara adat ini jika tidak menggunakan gondang maka

pesta tersebut disebut dengan pesta hundulatau partangiangan akan tetapi proses

adatnya sama dengan upacara adat Panangkok Saring-saring ketika menggunakan

gondang, hanya saja tidak ada acara manortor dalam upacara adat tersebut,

sehingga proses upacara adat Panangkok Saring-saring tersebut terlaksana dengan

cepat. Hal ini diakibatkan karena biaya yang digunakan tidak sedikit mengingat

kehidupan ekonomi suku Batak secara umum, selain itu butuh kerja sama dan

persetujuan yang baik dari semua pihak keluarga, supaya upacara adat ini

(15)

4

Pemakaman kembali tulang belulang ini merupakan pengumman secara

tidak langsung kepada orang banyak, bahwa orang yang sudah mati dan

keturunannya yang masi hidup telah berhasil mencapai Hamoraon (kekayaan),

Hasangapon (kehormatan) dan Hagabeon (keturunanya yang banyak) yang

berupakan prinsip hidup Batak Toaba. Tujuan lain dari upacara penghormatan ini

keinginan untuk membuat “Tugu Marga” dimana orang-orang akan mengenal

identitas dan nenek moyangnya secara turun-temurun. Kelak setelah meninggal

dunia maka mereka akan di kubur bersama dengan keluarga yang lainnya dan di

satukan dengan leluhurnya. Upacara ini juga mencegah berserak atau runtuhnya

persekutuan kelompok seompu (keturunan satu nenek moyang) dan menjamin

kesatuan, menambah kemuliaan marga dan memperlihatkan jumlah besar

keturunan marga.

Setelah memindahkan tulang belulang acara dirangkai dengan pesta adat

kepala suku mengenakan ulos dan ponding atau ulos yang dibentuk sebagai

mahkota di kepal. Kemudian mengelilingi sebuah pohon beringin buatan

sebanyak tiga kali beringin itu merupakan simbol kebersamaan. Uniknya mereka

juga menyediakan uang saweran sambil manortor selain itu mereka menyiapkan

hopdong atau pohon uang yang disusun terselip di batang bambu. Uang itu

simbol dukungan materi untuk pesta adat besar. Ada juga uang yang di taruh di

piring disertai beras yang diletakkan di atas kepala diiringi dengan tortor.

Sebagai pengiring tortor musik Tradisional Batak Toba memiliki peran

penting dan kedudukan tersendiri dalam upacara adat atau upacara ritual yang

(16)

5

ritual dilaksanakan masyarakat Batak Toba selalu menggunakan musik tradisional

sebagai bagian yang penting dari setiap kegiatan upacara adat tersebut, salah

satunya adalah ansambel Gondang Hasapi dan ansambel Gondang Sabangunan.

Ketika dalam proses upacara adat Panangkok Saring-saring tesebut

memakai gondang, maka gondang yang digunakan adalah bagian dari ansambel

Gondang Sabangunan yaitu, Gondang Mula-mula, Gondang Somba-somba,

Gondang Mangaliat, Gondang Pasu-pasu, Gondang Hasahaton Sitiotio.

Gondang-gondang ini merupakan reportoar gondang yang terdapat dalam upacara

adat Panangkok Saring-saring.

Dalam upacara adat Panangkok Saring-saring tidak ada perbedaan

gondang maupun aturan-aturan ansambel Gondang Sabangunan zaman dahulu

dengan zaman sekarang karena acara ini termasuk acara yang sangan sakral

berbeda halnya dengan gondang dalam adat pernikahan yang sudah berkolaborasi

dengan keyboard sebagai pengiring dalam upacara adat pernikahan. Maka dari

penjelasan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul

“Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan Pada Upacara Adat

Panangkok Saring-saring Di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan

(17)

6

B. IdentifikasiMasalah

Dalam penelitian perlu melakukan identifikasi masalah. Hal ini dilakukan

agar peneliti menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu

luas. Menurut pendapat Sugiyono (2011:56) mengatakan bahwa: “Masalah dapat

di artikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang

benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan,

antara rencana dengan pelaksanaan”.

Dari uraian di atas yang terdapat pada latar belakang masalah, maka

permasalahan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana tata pelaksanaan upacara Panangkok Saring-saring di Desa

Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir?

2. Alat musik apa yang digunakan dalam ansambel Gondang

Sabangunan dalam mengiringi upacara adat Panangkok Saring-saring

di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba

Samosir?

3. Apa kendala yang di hadapi keluarga dalam pelaksanaan upacara adat

Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan

Uluan Kabupaten Toba Samosir?

4. Apa tujuan pelaksanaan upacara adat Panangkok Saring-saring di

Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir?

5. Bagaimana kegunaan instrumen musik dalam ansambel Gondang

Sabangunan pada upacara adat Panangkok Saring-saring di Desa

(18)

7

6. Bagaimana pengaruh ansambel Gondang Sabangunan pada upacara

adat Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan

Uluan Kabupaten Toba Samosir?

7. Bagaimana tanggapan keluarga yang ikutserta dalam upacara adat

Panangkok Saring-saringtentang bentuk penyajian Gondang

Sabangunan padaupacara adat Panangkok Saring-saring di Desa

Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir?

8. Bagaimana bentuk penyajian ansambel Gondang Sabangunan pada

upacara adat Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu

Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan waktu, maka

peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah untuk memudahkan dalam

pemecahan masalah yang di hadapi. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 50), bahwa:

“Perumusan masalah dapat dilakukan dengan cara merumuskan judul selengkapnya. Namun demikian walaupun tampaknya masalah sudah dituangkan dalam bentuk judul, pembaca dapat menafsirkan dengan arti yang berbeda dengan maksud peneliti.”

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

peneliti membatasi masalah peneliti sebagai berikut:

1. Bagaimana tata pelaksanaan upacara Panangkok Saring-saring di Desa

(19)

8

2. Alat musik apa yang digunakan dalam ansambel Gondang Sabangunan

dalam mengiringi upacara adat Panangkok Saring-saring di Desa Partor

Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir?

3. Apa kendala yang di hadapi keluarga dalam pelaksanaan upacara adat

Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan

Kabupaten Toba Samosir?

4. Bagaimana bentuk penyajian ansambel Gondang Sabangunan pada

upacara adat Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu

Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu tujuandari sebuah penelitian agar

hasilnya sesuai dengan uraian yang terdapat dalam latarbelakang masalah,

identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Hal ini sependapat dengan

Sugiono (2008:288) “Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang

disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui

pengumpulan data”.

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi

masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Bagaimana bentuk penyajian ansambel Gondang

Sabangunan pada upacara adat Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji

(20)

9

Tujuan Penelitian

Pada umumnya suatu kegiatan penelitian senantiasa berorientasi terhadap

tujuan tertentu. Tanpa adanya tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan

dilakukan tidak akan terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai pada

kegiatan tersebut.

Menurut pendapat Trianto (2011:210) mengatakan bahwa: “Tujuan umum

proposal penelitian adalah memberitahukan secara jelas tentang tujuan penelitian,

siapa yang hendak ditemui, serta apa yang dilakukan atau dicari di lokasi

penelitian.”

Berhasilnya suatu aktifitas penelitian yang akan dilaksanakan terlihat dari

tercapainya tujuan penelitian yang ditetapkan. Dalam penelitian yang akan

berlangsung merumuskan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana tata pelaksanaan upacara Panangkok

Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten

Toba Samosir.

2. Untuk mengetahui alat musik apa yang digunakan dalam ansambel

Gondang Sabangunan dalam mengiringi upacara adat Panangkok

Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba

Samosir.

3. Untuk mengetahui apa kendala yang di hadapi keluarga dalam

pelaksanaan upacara adat Panangkok Saring-saring Desa Partor Janji

(21)

10

4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian ansambel Gondang

Sabangunan pada upacara adat Panangkok Saring-saring di Desa Partor

Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir.

E. Manfaat Penelitian

Selain tujuan penelitian, setiap penelitian juga harus memiliki manfaat,

sehingga penelitian tersebut tidak hanya teori semata tetapi dapat dipakai oleh

pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut Hariwijaya (2008:50) yang mengatakan

bahwa “ manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian

tersebut, dalam hal ini mencakup dua hal yakni kegunaan dalam pengembangan

ilmu dan manfaat di bidang praktik”. Berdasarkan pendapat tersebut maka

manfaat penelitian merupakan hal-hal yang diharapkan dari hasil penelitian dalam

hal pengembangan ilmu dan praktik adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan upacara adat Panangkok Saring-saringdi

Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir.

2. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan karya

tulis ke dalam bentuk proposal.

3. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam

menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis

4. Sebagai bahan acuan, referensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya

yang berniat melakukan penelitian.

(22)

11

6. Menembah sumber kajian bagi perpustaka jurusan Sendratasik Program

Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan

7. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan membawa wawasan mengenai

bentuk penyajian ansambel Gondang Sabangunan pada upacara adat

Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu Kecamatan Uluan

Kabupaten Toba Samosir.

8. Sebagai upaya dalam melestarikan salah satu kebudayaan Batak Toba di

(23)

76

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian tentang permasalahan dan pembahasan yang telah

dikemukaka pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mencoba

membuat kesimpulan mengenai bentuk dan penyajian musik ansambel Gondang

Sabangunan Pada Upacara Panangkok Saring-saring di Desa Partor Janji Matogu

Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir

1. Anansambel Gondang Sabangun masih berperan penting dalam upacara

adat di desa Partor Janji Matogu terutama dalam upacara adat Panangkok

saring-saring. Upacara adat mangongkal holi (menggali tulang belulang)

merupakan bagian dari acara panangkok saring, ketika

saring-saring sudah digali kemudian dipindahkan ke makam yang baru. Acara

memindahkan saring-saring ini disebut dengan panangkok saring-saring.

Acara ini terbagi dalam dua bagian yaitu ketika acara panangkok

saring-saring tidak menggunakan musik berupa gondang maka acara tersebut

disebut dengan pesta hundul dan ada juga yang menyebutnya dengan

partangiangan. Susunan acara adatnya tetap sama hanya saja perbedaannya

dilihat dari segi penggunaan gondang dalam mengiringi acara ini.

2. Ansambel gondang sabangunan yang digunakan dalam mengiringi

(24)

77

77

Somba-somba, Gondang Mangaliat, Gondang Pasu-pasu, Gondang

Hasahaton Sitiotio.

3. Alat musik yang di gunakan dalam upacara adat panangkok saring-saring

yaitu sarune bolon, ogung, taganing, gordang, hesek dan odap.

B. Saran

1. Kepada seluruh lapisan masyarakat Batak Toba terutama generasi penerus

jangan pernah melupakan alat-alat musik tradisional. Ketika kita

mempunyai waktu dan kesempatan ada baiknya kita juga berusaha

mempelajari cara memainkan alat musik batak toba tersebut. Terkhusus

buat para kaum laki-laki generasi batak toba, supaya tetap menjaga dan

mempelajari berbagai acara adat pada masyarakat batak toba terutama

berbagai umpasa dan ragam reportoar tortor yang digunakan dalam suatu

pesta atau upacara adat.

2. Dalam pembahasan ini peneliti sangat sulit untuk mendapatkan buku

tentang masyarakat Batak Toba sebagai bahan referensi terutama tentang

upacara adat yang terdapat dalam masyarakat batak toba, oleh karena itu

sangat diharapkan kepada para petuah adat (orang yang mahir dan

mengerti tentang adat-istiadat etnis Batak Toba) untuk menuangkan

(25)

76

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, cet.6, Jakarta: Bumi Aksara.

Aritonang. Jan, dkk.2006. Beberapa pemikiran menuju teologi dalihan Na Tolu. Jakarta: Dian Utama.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasa.

. 1999. Estetika. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Hadi, Y. Sumandiyo.2000. Seni Dalam Ritual Agama. Yokyakarta: Yayasan untuk Indonesia.

Hutabarat, Marajohan. 2009. Pelaksanaan adat Dalihan Natolu. Jakarta : Balai Pustaka.

James, Hendry. 2000. Filsafat Batak, Tentang Kebiasaan-kebisaan Adat-Istiadat Batak. Jakarta : Sinar Harapan.

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London

Mack, Dieter. 2001. Pendidikan Musik: Antara Harapan Dan Realita. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Maulima, Pasar. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Miller. 2002. “The Rule Of Music In My Life” : Quantum teaching.

Maduma, Tien. 2012. Karakter Musikal Gondang Husip-husip Pada Group

Poster Sihotang di Tapanuli Utara. Medan. Skripsi untuk

(26)

77

Nana Syaodih Sukmadinat. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya Offset.

Pasaribu, Ben M. 2004. Musikalitas+Etnisitas=Pluralitas Dalam Musik Etnik.Medan: Pusat Dokumentasi Kebudayaan Batak HKBP Nomensen.

Pasaribu, Sharon Rose (2014). Bentuk Penyajian Gondang Malim Pada Upacara Ritual Parmalim Si Inum Uras Di Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. Medan : Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri MedanSilitonga, Pita Hotma Dameria.2014. Teori Musik.Medan: Unimed Press.

Silitonga, Pita Hotma Dameria.2014. Teori Musik.Medan: Unimed Press.

Sinaga, Richard. 2013. Meninggal Adat Dalihan Natolu. Jakarta : Dian Utama.

Sugiyono.2011. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Surya, Brata Addy. 2012. Jenis-jenis alat musik. Jakarta : Bumi Pustaka.

Situmorang, Jaulahan. 1992. Penuntun Adat Praktis. Pematang Siantar.

Sipayung, Hernauli dan S. Andreas Lingga, 1994. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Tradisional Simalungun. Medan.

S. Yetty. (2009). Perbedaan Gondang Hasapi dan Gondang Sabangunan Pada Masyarkat Batak Toba Dengan Fokus Perhatian Pada Upacara Adat Perkawinan dan Kematian. Medan. Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Sinaga. Tiodora. (2013). Keberadaan Gondang Naposo Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Sei Muka Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Medan. Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Radar backscatter data (i.e. HH, HV, VH and VV), SAR polarimetric decomposition features (i.e. alpha angle, entropy and anisotropy), ratio of volume – ground scattering

Oral malodorous compound triggers mitochondrial-dependent apoptosis and causes genomic DNA damage in human gingival epithelial cells. Hydrogen sulfide inhibits cell proliferation

Kesenjangan yang terjadi antara persepsi dan ekspektasi konsumen pada dimensi tangible, bernilai negative paling besar diantara kelima dimensi kualitas yaitu sebesar

Mutiara Agam Tanjung Mutiara district at agam 2017 experienced the largest job burnout of tired category on medium fatigue category in the age grup ≥ 34 years old, level

dijadikan sebagai salah satu alat pengembangan media literacy dikarenakan bentuknya yang besar dan berisikan teks dengan gambar yang divariasikan efek warna yang menarik dan

gambaran kelelahan kerja pada pekerja harian lepas bagian afdeling fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam

kerja merupakan suatu pola yang timbul dari suatu keadaan, yang secara umum.. terjadi pada setiap individu yang sudah tidak sanggup lagi

[r]