• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Oleh Dedi Setiadi

Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan (by product) usaha

penetasan ayam petelur dan merupakan hasil yang tidak diharapkan, karena hanya ayam betina yang digunakan untuk produksi telur. Keberhasilan usaha peternakan ayam jantan tipe medium dipengaruhi oleh banyak faktor baik eksternal maupun internal. Faktor eksternal memberikan pengaruh sebesar 70% (berupa

lingkungan) dan faktor internal memberikan pengaruh 30% (berupa genetik). Salah satu faktor internal yang juga penting dalam menentukan kecepatan pertumbuhannya adalah strain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal antara ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan strain Lohman yang diberi ransum komersial broiler.

Penelitian ini dilaksanakan dari 19 Mei--7 Juli 2012, di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan Lohman sebanyak 200 ekor (dengan masing-masing strain 100 ekor).

Penelitian ini terdiri atas dua perlakuan, yaitu T1 : Ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan T2 : Ayam jantan tipe medium strain Lohman. Setiap perlakuan terdiri atas 20 ulangan dengan masing-masing satuan percobaan terdiri atas 5 ekor ayam untuk setiap petaknya. Dari setiap petak tersebut diambil 1 ekor ayam untuk dijadikan sampel untuk dipotong. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t-student dengan taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati antara lain bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal.

(2)
(3)

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN

BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER (Skripsi)

Oleh

DEDI SETIADI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Oleh Dedi Setiadi

Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan (by product) usaha

penetasan ayam petelur dan merupakan hasil yang tidak diharapkan, karena hanya ayam betina yang digunakan untuk produksi telur. Keberhasilan usaha peternakan ayam jantan tipe medium dipengaruhi oleh banyak faktor baik eksternal maupun internal. Faktor eksternal memberikan pengaruh sebesar 70% (berupa

lingkungan) dan faktor internal memberikan pengaruh 30% (berupa genetik). Salah satu faktor internal yang juga penting dalam menentukan kecepatan pertumbuhannya adalah strain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal antara ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan strain Lohman yang diberi ransum komersial broiler.

Penelitian ini dilaksanakan dari 19 Mei--7 Juli 2012, di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan Lohman sebanyak 200 ekor (dengan masing-masing strain 100 ekor).

Penelitian ini terdiri atas dua perlakuan, yaitu T1 : Ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan T2 : Ayam jantan tipe medium strain Lohman. Setiap perlakuan terdiri atas 20 ulangan dengan masing-masing satuan percobaan terdiri atas 5 ekor ayam untuk setiap petaknya. Dari setiap petak tersebut diambil 1 ekor ayam untuk dijadikan sampel untuk dipotong. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t-student dengan taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati antara lain bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal.

(5)

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Oleh Dedi Setiadi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Penelitian : PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Nama :

Dedi Setiadi

NPM : 0814061031 Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Khaira Nova, M.P. Ir. Syahrio Tantalo, M.P. NIP 19611018 198603 2 001 NIP 19610606 198603 1 004

2. Ketua Jurusan Peternakan

(7)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Khaira Nova, M.P. ...

Sekretaris : Ir. Syahrio Tantalo, M.P. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dian Septinova, S.Pt., M.T.A. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(8)

PERSEMBAHAN

Sebuah harapan berakar keyakinan dari perpaduan hati yang memiliki

keteguhan. Walaupun didera oleh cobaan dan membutuhkan perjuangan

panjang demi cita-cita yang tak mengenal kata usai.

Untaian kata sederhana kutulis dengan pena keikhlasan untuk segala Cinta,

Kasih dan Penantian, Setulus hati kupersembahkan untuk orang-orang yang

telah membantu dan memberikan inspirasi dalam kehidupanku.

Bapak dan Ibu tercinta, adikku Heryadi Bambang Setiawan & Maya

Melisa yang senantiasa memberi semangat & motivasi, serta berdoa untuk

keberhasilanku

Teriring do’a untuk

Bapak dan Ibu tercinta. Semoga Allah SWT kelak

menempatkan keduanya dalam jannah-Nya.

Untuk keluarga besarku dan sahabat-sahabat. Kalian adalah lapisan-lapisan

pelangi terindah yang pernah diciptakan Allah SWT maka

kupersembahkan

penghormatan dan baktiku.

Almamater tercinta yang telah mendewasakanku dalam bertindak dan

berfikir, Alamamter yang selalu kubanggakan sebagai saksi perjalananku dari

(9)

Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, & kekurangan harta. Dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang sabar.

(QS. 2 : 153)

“Banyak bersikap diam adalah keindahan yang menghiasi orang

yang berakal & rahasia yang menutup-

nutupi orang bodoh”

(Ibnu Ruslan)

Kemarahan adalah kesempatan terbaik untuk bersabar

(Mario Teguh)

Allah bukanlah tidak suka dengan semua rencana baik yang kita

buat, melainkan Allah memiliki rencana lain yang terbaik yang akan

membuat kita suka, maka selalu bersyukur dan bersabarlah”

(Dedi Setiadi)

Sesuatu akan terasa sulit jika kita tidak terbiasa melakukannya,

maka lakukanlah hal sulit secara terbiasa agar terasa mudah

.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Dedi Setiadi lahir di Raman Utara, Lampung Timur pada 5 Mei 1990 sebagai putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Toad Sutrisna dan Ibu Siti Nu’aimah.

Pada umur 4 tahun, penulis memasuki jenjang Taman Kanak-kanak Pertiwi, Raman Utara, yang tepatnya pada 1996. Penulis lulus dari SD Negeri 1 Raman Utara, Lampung Timur pada 2002. Kemudian pada 2005 penulis lulus dari SLTP PGRI 1 Raman Utara. Penulis melanjutkan studi di SMA Negeri 1 Raman Utara dan lulus pada 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana pada 2008 di Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada Juli sampai Agustus 2011 di Kampung Ratna Chaton, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada Januari sampai Februari 2012 di Peternakan Ayam Ras Petelur Acuan Farm, Pekalongan, Lampung Timur. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Staf Departemen Komunikasi dan Informasi. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Anggota Bidang

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang berperan, memberikan bantuan, bimbingan, dan petunjuk. Oleh sebab itu, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas ketulusan hati, kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan motivasi terbaik, arahan, serta ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi; 2. Bapak Ir. Syahrio Tantalo, M.P.--selaku Pembimbing Anggota sekaligus

Pembimbing Akademik--atas persetujuan, arahan, nasehat dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama masa studi dan penyusunan skripsi; 3. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A. --selaku Pembahas --atas bimbingan,

kesabaran, perhatian, saran, dan perbaikannya;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin untuk melaksanakan penelitian;

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin, dan bimbingannya dalam pengoreksian skripsi ini;

(12)

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan--atas bimbingan, motivasi, nasehat, dan saran yang diberikan;

8. Mas Feri, Mbak Erni, Mas Sigit, Agus dan Udin--atas bantuan, fasilitas selama kuliah, selama penelitian dan penyusunan skripsi;

9. Bapak, Ibu, Adikku Heryadi Bambang Setiawan, dan Maya Melisa beserta keluarga besarku--atas semua kasih sayang, nasehat, dukungan, dan keceriaan di keluarga serta do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis; 10.Fazar Ardiansyah, sahabat seperjuangan saat penelitian atas kerjasama,

dorongan semangat, dan rasa persaudaraan yang diberikan;

11.Adit, Nyoman, Arief, Dwi J, Triyan, Purwo, Febri, Satrio, Zul, Andi, Yudi, Bayu, Putri, Cintya, Dwi A, Nidia, Ari, Ana, Esti, Ratih, Maulia, Elda, Rio, Indra, Dwi, dan Hasan, dan seluruh teman-teman angkatan ’08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas do’a, kenangan, motivasi, bantuan, dan

kebersamaannya;

12.Mba Yuni, Mba Trijayanti, Mba Yuanita, Mba Eka dan seluruh teman-teman angkatan 07’, 09’,10’ yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas

semangat, kebersamaan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis;

Akhir kata, semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT, dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.

Bandar lampung, September 2012 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… i

DAFTAR GAMBAR ………... ii

I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang dan Masalah ……… 1

B. Tujuan Penelitian ..………..………. 4

C. Kegunaan Penelitian ………..………….. 4

D. Kerangka Pemikiran ………..……….. 4

E. Hipotesis ……….. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 9

A. Deskripsi Ayam Jantan Tipe Medium ………. 9

B. Strain ……….……... 10

1. Strain Lohman ………. 12

2. Strain Isa Brown ……….. 13

C. Bobot Hidup ……….. 14

D. Karkas ……….….… 15

E. Giblet ……….….. 17

F. Lemak Abdominal ………...… 19

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ………. 20

(14)

B. Bahan Penelitian ………..………… 20

1. Ayam ………...……… 20

2. Ransum dan air minum ………...……… 20

3. Vaksin, antibiotik, dan vitamin ………….……….……… 21

C. Alat Penelitian ……….……… 22

D. Metode Penelitian ………..………….. 23

E. Pelaksanaan Penelitian ……….… 23

1. Tahap persiapan kandang ….………. 23

2. Tahap pelaksanaan penelitian ………...………….….. 24

F. Peubah yang Diamati ………... 26

1. Bobot hidup ……..……….. 26

2. Bobot karkas …….………. 26

3. Bobot giblet ……….………... 26

4. Bobot lemak abdominal ….……….………... 26

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ………. 27

A. Bobot Hidup Ayam Jantan Tipe Medium .………... 27

B. Bobot Karkas Ayam Jantan Tipe Medium ...……… 30

C. Bobot Giblet Ayam Jantan Tipe Medium .……… 32

D. Bobot Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium ...…….. 35

V. SIMPULAN DAN SARAN …………..……… 39

A. Simpulan ………... 39

B. Saran ………. 39

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi ransum HP 611 ………...……… 21

2. Vaksin, antibiotik, dan vitamin yang diberikan ……… 21

3. Rata-rata bobot hidup dari strain Isa Brown dan Lohman …..………. 27

4. Rata-rata bobot karkas dari strain Isa Brown dan Lohman .…………. 30

5. Rata-rata bobot giblet dari strain Isa Brown dan Lohman ..…………. 33

6. Rata-rata bobot lemak abdominal dari strain Isa Brown dan Lohman ……….... 36

7. Perhitungan jumlah kuadrat konsumsi ransum dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) ……..………. 47

8. Hasil uji t-student konsumsi ransum dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) ……….... 48

9. Perhitungan jumlah kuadrat konversi ransum dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) ……….. 49

10.Hasil uji t-student konversi ransum dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) ……… 50

11.Perhitungan jumlah kuadrat konsumsi serat kasar dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) dengan kandungan serat kasar dalam ransum sebesar 4,90% ………..………. 51

12.Hasil uji t-student konsumsi serat kasar dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) ……….... 52

13.Perhitungan jumlah kuadrat bobot hidup dari strain Isa Brown (T1) dan Lohman (T2) ………. 53

(16)

15.Perhitungan jumlah kuadrat bobot karkas dari strain Isa Brown (T1)

dan Lohman (T2) ………. 55 16.Hasil uji t-student bobot karkas dari strain Isa Brown (T1) dan

Lohman (T2) ………... 56 17.Perhitungan jumlah kuadrat bobot giblet dari strain Isa Brown (T1)

dan Lohman (T2) ………. 57 18.Hasil uji t-student bobot giblet dari strain Isa Brown (T1) dan

Lohman (T2) ..………... 58 19.Perhitungan jumlah kuadrat bobot lemak abdominal dari strain Isa

Brown (T1) dan Lohman (T2) ……….……….. 59 20.Hasil uji t-student bobot lemak abdominal dari strain Isa Brown (T1)

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(18)

39

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ayam jantan tipe medium strain Isa Brown lebih baik dibandingkan dengan strain Lohman karena menghasilkan bobot hidup dan bobot karkas yang nyata (P<0,05) lebih tinggi, walaupun bobot giblet dan lemak abdominal yang dihasilkan kedua strain tersebut tidak berbeda nyata (P>0,05).

B. Saran

1. Peternak dianjurkan memakai strain Isa Brown dalam pemeliharaan ayam jantan tipe mediun dengan menggunakan ransum komersial broiler HP 611.

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan perunggasan. Peternakan perunggasan (ayam) merupakan penghasil daging dan telur untuk memenuhi sebagian besar konsumsi protein hewani. Protein hewani asal unggas relatif lebih murah dan mudah didapat dibandingkan dengan ternak lainya (ternak ruminansia).

Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan tubuh, maka permintaan masyarakat akan kebutuhan pangan sumber protein hewani semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani (daging, telur, dan susu)dari tahun ke tahun yaitu mulai 2004 hingga 2009 masing-masing adalah 4,15 %; 4,18 %; 4,19 %; 4,18 %; 4,33%; dan 4,32 % (Dinas Peternakan Provinsi Lampung, 2009).

(20)

2

digunakan untuk menggantikan daging ayam kampung yaitu daging ayam jantan tipe medium. Ayam jantan tipe medium mempunyai kemiripan dengan ayam kampung yaitu untuk mendapatkan bobot tubuh ± 1,2 kg memerlukan waktu 3--4 bulan. Selain itu, ayam jantan tipe medium mempunyai kandungan lemak daging rendah yang hampir setara dengan ayam kampung (Darma, 1982).

Ayam jantan tipe medium mempunyai bobot tubuh yang cukup besar tetapi masih berada di antara bobot ayam tipe ringan dan broiler. Ayam tipe ringan

mempunyai berat badan dewasa tidak lebih dari 1.880 g, tipe medium tidak lebih dari 2.500 g, dan tipe berat tidak lebih dari 3.500 g (Wahju, 1992).

Ayam jantan tipe medium berasal dari hasil sampingan (by product) usaha

penetasan ayam petelur. Ayam jantan tipe medium di penetasan merupakan hasil yang tidak diharapkan, karena hanya ayam betina yang digunakan untuk produksi telur. Menurut Wahju (1992), ayam jantan tipe medium mempunyai pertumbuhan dan bobot hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur betina, harga day old chick (DOC) yang lebih murah dibandingkan dengan DOC broiler, serta kadar lemak abdominalnya juga lebih rendah dari broiler yaitu berkisar antara 4,13 dan 4,35 g/ekor (Saputra, 2011). Oleh sebab itu, ayam jantan tipe medium dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging.

(21)

3

Strain atau galur adalah suatu pengelompokan atau penggolongan varietas atas dasar kesamaan karakteristik tertentu yang dihasilkan oleh breeding farm melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu (Suprijatna, dkk., 2005). Pada saat ini telah banyak dihasilkan strain ayam petelur yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan pembibitan dengan kelebihan-kelebihan yang tidak sama satu dengan yang lain. Namun, di Provinsi Lampung yang beredar atau yang terbanyak dipelihara adalah strain Isa Brown dan Lohman.

Pemilihan strain ayam merupakan langkah awal yang harus ditentukan agar pemeliharaan berhasil. Tujuan pemeliharaan, permintaan pasar, potensi genetik, dan ketersediaan DOC di pasaran adalah faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan dalam pemilihan strain ayam petelur.

Keanekaragaman strain ayam petelur memungkinkan peternak bebas memilih strain yang ingin digunakan untuk pemeliharaan. Akan tetapi, peternak umumnya cenderung memelihara ayam petelur dengan strain tertentu. Sementara itu

terdapat kemungkinan bahwa strain tersebut akan menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan yang akan berdampak juga pada karkas, giblet, dan lemak abdominal yang dihasilkan.

(22)

4

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal antara ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan strain Lohman yang diberi ransum komersial broiler.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting tentang strain ayam jantan tipe medium yang lebih baik dalam menghasilkan bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal jika diberi ransum komersial broiler, sehingga diharapkan terjadi peningkatan produktivitas dan pendapatan yang tinggi.

D. Kerangka Pemikiran

Menurut Wahju (1992), ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan dari usaha penetasan ayam petelur, yang dikembangkan sebagai ternak penghasil daging. Hal ini mempunyai peluang yang cukup besar karena untuk

menghasilkan ayam betina dan ayam jantan dalam setiap kali penetasan kemungkinannya adalah 50%. Ayam betina merupakan hasil utama yang ditujukan untuk produksi telur, sedangkan ayam jantan merupakan produk yang sebenarnya tidak diharapkan. Oleh sebab itu, ayam jantan dipelihara dengan tujuan untuk produksi daging.

(23)

5

bobot hidup lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur betina, serta harga DOC ayam jantan tipe medium lebih murah dibandingkan dengan DOC broiler (Wahju, 1992).

Keberhasilan dalam mengembangkan usaha ayam jantan tipe medium sebagai penghasil daging ditentukan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut meliputi tata laksana pemeliharaan, ransum, iklim, kondisi kandang dan obat-obatan, sedangkan faktor internal meliputi faktor genetik. Faktor genetik yang sangat penting dalam menentukan kecepatan pertumbuhan adalah strain. Oleh sebab itu, diperlukan jenis strain yang unggul kualitasnya.

Pemilihan strain ayam merupakan langkah awal yang harus ditentukan agar pemeliharaan berhasil. Saat ini terdapat beberapa strain ayam ras petelur tipe medium yang sudah banyak beredar di Indonesia antara lain: Isa Brown, Lohman Brown, Hy-line Brown, Hisex Brown, Dekalb Waren, H&N, AA Brown, Super Harco, Australorp, Plymouth Rock, Rhode Island Red dan New Hampshire Red (Cahyono, 1995).

Menurut Rasyaf (2005), saat ini beberapa jenis strain ayam jantan tipe banyak diproduksi oleh perusahaan pembibitan dengan beraneka ragam nama. Hal ini memungkinkan pertumbuhan ayam jantan tipe medium dari berbagai strain ayam akan bervariasi, sehingga ada beberapa peternak yang mengalami kesulitan untuk memilih jenis strain ayam jantan tipe yang akan digunakan agar dapat

(24)

6

Dari sekian macam strain DOC ayam jantan tipe medium yang ada, masing-masing strain yang dihasilkan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam faktor genetik tertentu, semua ini tergantung kecocokan wilayah dan iklim masing-masing. Menurut AAK (2003), faktor genetik sangat menentukan kualitas ayam. Faktor genetik yang membedakan beberapa strain diantaranya adalah bobot badan dewasa dan kecepatan tumbuh (Sudaryati, 1987).

Survey yang dilakukan di Provinsi Lampung pada 2012, hanya ada dua breeding farm yang menghasilkan strain ayam petelur dengan ayam jantan sebagai hasil sampingannya (by product) dan umumnya digunakan untuk dipelihara sebagai penghasil daging. Strain tersebut adalah strain Isa Brown yang dihasilkan oleh breeding farm Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia dan strain Lohman yang dihasilkan oleh breeding farm Multi Breeder Adirama Indonesia.

Strain Lohman adalah strain yang diciptaan di Jerman pada 1972. Strain Lohman dipilih karena memiliki daya tahan tubuh yang baik dan tempramen yang tenang. Strain Lohman memiliki umur awal produksi pada 19--20 minggu dan pada umur 22 minggu produksi telur mencapai 50 % (Rasyaf, 2005). Ciri-ciri lain strain Lohman yaitu berat tubuhnya pada umur 20 minggu sekitar 1,6--1,7 kg dan akhir produksi 1,9--2,1 kg, serta memiliki potensi produksi sebanyak 305 butir/tahun. Puncak produksi strain Lohman mencapai 92--93 %, dengan FCR sebesar 2,3--2,4 serta tingkat kematiannya sampai dengan 2--6 % (PT. Multi Breeder Adirama Indonesia, 2006).

(25)

7

karena memiliki daya tahan yang baik. Selain itu juga, dapat memberikan respon terhadap faktor lingkungan yang bervariasi, memiliki kemampuan berproduksi yang baik terutama untuk produksi daging, serta berkemampuan baik dalam mengonversi ransum yaitu sebesar 2,15. Ciri-ciri lain strain Isa Brown yaitu bulu ayam berwarna cokelat kemerahan, berat tubuh pada saat awal produksi (5% HDP) sekitar 1,5 kg dan pada saat akhir produksi 2,3--3,0 kg, serta memiliki potensi produksi sebanyak 300--305 butir/tahun (PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia, 2005).

Pada unggas khususnya ayam jantan tipe medium, bobot badan akhir umumnya digunakan untuk menduga bobot karkas. Menurut Brake, dkk. (1993), bobot badan akhir merupakan salah satu faktor yang memengaruhi bobot karkas. Selain berpengaruh terhadap bobot karkas, juga berpengaruh terhadap bobot giblet dan lemak abdominal yang dihasilkan. Perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup biasanya digunakan sebagai ukuran produksi daging suatu peternakan (Nurdin, 1989).

Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan strain yang berbeda perlu

(26)

8

E. Hipotesis

(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Ayam Jantan Tipe Medium

Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam, yaitu ayam tipe ringan (diantaranya Babcock, Hyline, dan Kimber); tipe medium (diantaranya Dekalb, Kimbrown, dan Hyline B11); dan tipe berat

(diantaranya Hubbard, Starbro, dan Jabro). Tipe ringan mempunyai berat badan dewasa tidak lebih dari 1.880 g, tipe medium tidak lebih dari 2.500 g, dan tipe berat tidak lebih dari 3.500 g (Wahju, 1992).

Ayam tipe medium disebut juga ayam tipe dwiguna karena dimanfaatkan sebagai ternak penghasil telur dan daging. Ayam yang biasa digunakan sebagai ternak sebagai penghasil telur adalah ayam betina, sedangkan ayam yang digunakan sebagai ternak penghasil daging adalah ayam jantan. Peluang untuk menghasilkan ayam betina dan ayam jantan setiap kali penetasan adalah 50 %. Dengan

demikian, kemungkinan anak ayam jantan petelur digunakan sebagai ternak penghasil daging cukup besar (Riyanti, 1995).

(28)

10

nilai ekonomisnya (Pandelaki, 1979). Ayam jantan tipe medium mempunyai kadar lemak daging rendah yang hampir menyerupai ayam buras, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih menyukai ayam berkadar lemak daging rendah (Darma, 1982).

Kelebihan penggunaan ayam jantan tipe medium sebagai ayam penghasil daging yaitu pertumbuhan dan bobot hidupnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur betina, dan harga day old chick (DOC) ayam jantan tipe medium lebih murah dibandingkan dengan DOC broiler (Wahju, 1992). Selain itu, ayam jantan tipe medium mempunyai kandungan lemak abdominal lebih rendah dibandingkan dengan betina (Riyanti, 1995). Persentase lemak ayam jantan Harco dan Dekalb pada umur 6 minggu masing-masing adalah 2,36% dan 3,3%. Persentase lemak ini masih rendah daripada persentase lemak broiler umur 6 minggu yaitu 6,65% (Darma, 1982)

B. Strain

(29)

11

Ayam pure line stock adalah ayam yang sama sekali belum mengalami persilangan. Dua jenis ayam pure line stock apabila disilangkan maka akan menghasilkan ayam jenis yang kedua namanya ayam grand parent stock (GPS). Jika disilangkan lagi antar ayam grand parent stock menghasilkan ayam yang bernama parent stock. Ayam jenis pure line stock, grand parent stock, dan parent stock ini merupakan ayam bergenetik homozygot. Baru setelah antar dua jenis ayam parent stock ini disilangkan menghasilkan ayam yang bernama final stock (ayam komersil). Ayam final stock ini merupakan ayam yang bergenetik heterozygot, tentu saja saat mengumpulkan ayam bergenetik homozygot di atas, sudah harus ditentukan parameter keunggulan masing-masing ayam bagian mana yang diinginkan, untuk tujuan produksi telur atau produksi daging (Kusumawati, 2009).

Menurut Suprijatna, dkk. (2005), performan unggas ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh individu. Oleh sebab itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur dengan spermatozoa. Strain merupakan salah satu bagian dari pengaruh faktor genetik tersebut. Strain atau galur adalah suatu pengelompokan atau penggolongan varietas atau dasar kesamaan karakteristik tertentu yang didasari atas tinjauan ekonomisnya (Kartasudjana, 2006).

(30)

12

pertumbuhan dan efisiensi produksi yang berbeda-beda (Suprijatna, dkk., 2005). Menurut Fadilah (2004), perkembangan industri pakan unggas juga hampir sama dengan perkembangan jenis strain petelur. Perkembangan tersebut bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, karena pertumbuhan yang cepat merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Peningkatan kualitas pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit unggul (strain), peningkatan pengelolaan, dan persediaan makanan yang memenuhi kebutuhan. Penggunaan bibit unggul (strain) yang baik merupakan salah satu sarana produksi dalam usaha peternakan dan sangat menentukan produksi yang dihasilkan, sehingga memberikan hasil yang menguntungkan (Cahyono, 1995).

1. Strain Lohman

(31)

13

sedangkan pada umur 76 minggu memiliki bobot telur sebesar 65,5 g (PT. Multi Breeder Adirama Indonesia, 2006).

2. Strain Isa Brown

Ayam strain Isa Brown dipilih sebagai bibit dengan pertimbangan karena memiliki daya tahan yang baik. Selain itu juga, dapat memberikan respon terhadap faktor lingkungan yang bervariasi, memiliki kemampuan berproduksi yang baik terutama untuk produksi daging. Strain Isa Brown di Lampung dihasilkan oleh breeding farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia. Strain Isa Brown memiliki ciri-ciri yaitu: Ayam betina dewasa dapat mencapai berat 2,3--3,0 kg; bulu ayam jantan berwarna merah dengan hiasan kuning; sedangkan ayam betina berwarna merah. Selain itu, pada ayam betina memiliki potensi produksi sebanyak 300 butir/tahun dan mempunyai daya hidup sekitar 93,3% hen day yang mampu dicapai pada umur dibawah 76 minggu adalah 93%. Pada umur 20 minggu bobot telur rata-rata berkisar antara 50 g, sedangkan pada umur 76 minggu memiliki bobot telur sebesar 65,5 g (PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia, 2005).

(32)

14

C. Bobot Hidup

Bobot hidup adalah hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama ± 6 jam (Soeparno, 1998). Bobot tubuh ayam tipe medium cukup berat, tetapi masih berada diantara bobot ayam tipe ringan dan broiler, dan mempunyai kemampuan lebih baik dalam memanfaatkan ransum untuk pertumbuhan dibandingkan dengan ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994). Bobot hidup dipengaruhi oleh umur,

strain/galur, konsumsi, dan kandungan nutrisi ransum. Menurut Syamsi (2011), pada umur panen 7 minggu ayam jantan tipe medium yang juga strain Lohman memiliki bobot hidup 655,00-- 716,66 g/ekor.

Bobot hidup merupakan implementasi dari konsumsi ransum, sehingga bobot hidup yang tinggi diakibatkan oleh konsumsi ransum yang tinggi pula (Rasyaf, 2011). Menurut Sumadi (1995), bobot hidup ayam jantan tipe medium strain Lohman pada umur 8 minggu mampu mencapai 883 g/ekor pada pemberian tetes pada tingkat 8%, lebih tinggi dibandingkan dengan bobot hidup tanpa pemberian tetes yaitu sebesar 851 g/ekor. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Burhanan (1995) yang menyatakan bahwa bobot hidup ayam jantan tipe medium strain Lohman umur 8 minggu cenderung meningkat dengan peningkatan

pemberian tetes dalam ransum dari 836,67 g/ekor menjadi 883,33 g/ekor pada tingkat pemberian tetes 2% dan 8% dalam ransum.

(33)

15

untuk ayam jantan tipe medium strain Lohman pada tingkat kepadatan 10 ekor/m².

D. Karkas

Menurut AAK (2003), karkas adalah hasil pemotongan unggas yang telah dibuang darah, bulu, kepala dan leher, kaki, dan isi rongga. Menurut Soeparno (1998), karkas merupakan hasil pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada nonkarkas. Hasil potongan karkas terdiri dari dua bagian yaitu karkas dan nonkarkas (offal).

Karkas terdiri dari beberapa komponen yaitu tulang, daging, dan lemak yang terbentuk dari bagian hasil pencernaan makanan yang tidak terbuang (AAK, 2003). Pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan jaringan tulang yang akan membentuk kerangka, selanjutnya pertumbuhan otot atau urat yang akan membentuk daging, yang menyelubungi seluruh kerangka, kemudian sesuai dengan pertumbuhan jaringan tersebut, lemak (fat) tumbuh dan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot badan (Anggorodi, 1990).

Soeparno (1998) menyatakan bahwa komponen dan komposisi karkas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari

fisiologis dan nutrisi. Faktor fisiologis yang memengaruhi bobot karkas adalah bobot hidup, umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor genetik yang

(34)

16

Menurut Brake, dkk. (1993), faktor-faktor yang memengaruhi komposisi tubuh atau karkas adalah laju pertumbuhan, nutrisi, umur, dan bobot badan. Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas karkas dan daging adalah faktor setelah

pemotongan. Faktor setelah pemotongan antara lain adanya metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, antibiotik, metode penyimpanan dan preservasi, serta macam otot daging (Abubakar, dkk., 1991). Dilanjutkan oleh Abubakar dan Wahyudi (1994), kualitas karkas ditentukan oleh dua faktor yaitu kualitas unggas waktu masih hidup (perdagingan, bulu, perlemakan, umur, warna kulit, dan abnormal), dan kualitas unggas setelah dipotong (proses pemotongan, perdagingan dan perlemakan, warna kulit, konformasi tubuh, kondisi mikrobiologis, hasil pemotongan, hubungan antara daging dan tulang).

Karkas yang siap masak memiliki bobot dua pertiga dari bobot hidup, karena bagian bulu, kaki, leher, kepala, dan isi perut dipisahkan dari karkas (Rasyaf, 2002). Menurut Soeparno (1998), bobot karkas selain dipengaruhi oleh bobot hidup, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ransum. Salah satu zat makanan yang sangat memengaruhi pertumbuhan jaringan pembentukan karkas adalah protein.

(35)

17

bulu, darah, dan kosong dari jeroan serta tanpa kaki dan kepala, tetapi ditambah giblet dan leher (RTC = karkas + leher + giblet) (Kurtini, dkk., 2011).

Menurut Young (2001), faktor yang memengaruhi produksi karkas ayam antara lain strain, jenis kelamin, umur, kesehatan, nutrisi, bobot badan, pemuasaan sebelum dipotong. Menurut Savitri (2010), bobot karkas ayam jantan tipe medium strain Lohman umur panen 7 minggu berkisar antara 480--533 g/ekor dari bobot badan, sedangkan Syamsi (2011) menyatakan bahwa pada umur panen 7 minggu bobot karkas ayam jantan tipe medium strain Lohman adalah sebesar 463,83--517,50 g/ekor.

E.Giblet

Salah satu bentuk nonkarkas yang juga bernilai ekonomis adalah giblet. Giblet mengandung gizi yang cukup tinggi dan harganya lebih murah daripada daging (Soeparno, 1998). Menurut Nurachman (1992), giblet terdiri dari hati, jantung, dan gizzard yang tergolong jaringan tubuh yang lebih awal terbentuk, serta berperan penting dalam menunjang kehidupan awal pertumbuhan.

Bobot giblet meningkat dengan meningkatnya bobot karkas, meskipun persentase terhadap bobot hidup akan menurun (Purba, 1990). Selain itu, bobot giblet dapat meningkat apabila kerja organ-organ pembentuk giblet lebih berat dalam

(36)

18

Menurut Jull (1979), hati adalah jaringan berwarna cokelat kemerahan yang terdiri atas dua lobus besar dan terletak pada lengkungan duodenum dan gizzard. Fungsi hati dalam proses pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu yang

membantu dalam proses metabolisme lemak (Natawihardja, 1991). Menurut North dan Bell (1990), hati juga berfungsi mengubah hasil sisa protein menjadi asam urat dan sebagai tempat penyimpanan glikogen. Menurut Syamsi (2011), rata-rata bobot hati pada ayam jantan tipe medium strain Lohman umur panen 7 minggu sebesar 15,13 g/ekor.

Bagian lain dari giblet adalah gizzard, organ ini terletak diantara proventrikulus dan batas paling atas usus halus. Gizzard merupakan organ pencernaan penting karena mempunyai otot tebal yang selalu berkontraksi untuk menghancurkan makanan (Tillman, dkk.,1998). Fungsi gizzard dalam proses pencernaan yaitu untuk menghancurkan makanan yang dilakukan dengan cara memecahkan ikatan hemiselulose secara fisik (Jull, 1979). Menurut Prilyana (1984), pemberian makanan yang lebih kasar akan mengakibatkan beban gizzard menjadi berat untuk mencerna makanan akibatnya serat daging gizzard akan lebih tebal sehingga memperbesar ukuran gizzard. Oleh sebab itu, ukuran gizzard sangat dipengaruhi oleh aktivitasnya (Akoso, 1998). Menurut Syamsi (2011), rata-rata bobot gizzard ayam jantan tipe medium strain Lohman umur pemanenan 7 minggu sebesar 13,44 g/ekor.

(37)

19

darah dan sebagai motor penggerak dalam peredaran darah. Menurut Ressang (1984), ukuran kerja jantung tergantung atas jenis, umur, besar, dan pekerjaan ternak. Berdasarkan hasil penelitian Syamsi (2011), rata-rata bobot jantung ayam jantan tipe medium strain Lohman umur panen 7 minggu sebesar 3,46 g/ekor.

F. Lemak Abdominal

Lemak berasal dari perubahan gula (karbohidrat) atau protein yang melebihi kebutuhan tubuh (Rasyaf, 2002). Menurut Widhiarti, dkk. (1992), lemak yang terdapat di dalam rongga perut ayam mulai dari batas proventrikulus sampai bagian atas anus disebut lemak abdominal (abdominal fat). Lemak abdominal pada ayam terbentuk lebih dulu dibandingkan dengan lemak karkas (Soeparno, 1998). Menurut Amrullah (2003), jika semakin tinggi nilai lemak yang

terkandung dalam ransum maka bobot tubuh dan persentase lemak abdominal juga akan meningkat. Selain itu, Plavnik dan Hurwitz (1982) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas ayam ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari ayam tersebut. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak, bagian yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak tinggi.

(38)

20

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari 19 Mei--21 Juli 2012, di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan Penelitian

1. Ayam

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam jantan tipe medium umur satu hari (DOC) sebanyak 200 ekor dengan strain ayam yang digunakan adalah strain ayam jantan tipe medium Isa Brown produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia dan strain Lohman produksi PT. Multi Breeder Adirama

Indonesia. Bobot rata-rata day old chick (DOC) yang digunakan yaitu strain Isa

Brown sebesar 41,70  0,60 g dengan koefisien keragaman 1,44 % dan strain

Lohman sebesar 40,20  0,52 g dengan koefisien keragaman 1,29 %.

2. Ransum dan Air Minum

(39)

21

[image:39.595.109.505.168.280.2]

ini berupa air sumur yang diberikan secara ad libitum. Kandungan nutrisi ransum yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum HP 611

Kandungan nutrisi HP 611

Air (%) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Abu (%)

Gross energi (kal/g)* Energi metabolis (kal/g)**

9,59 22,05 6,81 4,90 5,07 3.050 2.440 Sumber : Andriani (2012)

* Hasil analisis PT. Charoen Pokphand Indonesia (2012).

** Hasil perhitungan 80% dari nilai Gross energi (Schaible, 1980).

3. Vaksin, antibiotik, dan vitamin

Vaksin, antibiotik, dan vitamin yang diberikan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Vaksin, antibiotik, dan vitamin yang diberikan

Vaksin Umur Dosis Aplikasi

1. ND Hitchner IB 2. Biomune (Avian

Influenza) 3. Gumboro

4. Medivac ND Clone-45 5. Medivac ND Lasota

5 hari 5 hari 14 hari 21 hari 45 hari 0,2 cc/ekor 0,2 cc/ekor 0,2 cc/ekor 0,2 cc/ekor 0,2 cc/ekor Tetes mata

Suntik bawah kulit (subcutan)

Cekok mulut Melalui air minum Melalui air minum Antibiotik

1. Ciprovaks 2. Enoquyl

8 hari 31 hari

1 g/2 l air 1 g/2 l air

Melalui air minum Melalui air minum Vitamin

1. Vita chicks®

2. Vita stress

4--6 hari, 15--16 hari,

22--24 hari, 42--44 hari.

1 hari

20 g/15 l air

5 g/1 l air

Melalui air minum

[image:39.595.109.527.472.700.2]
(40)

22

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bambu untuk membuat sekat-sekat pada kandang; 2. Sekam sebagai alas;

3. Koran;

4. Plastik terpal untuk tirai;

5. Lampu pijar 60 watt untuk penerangan sekaligus pemanas berjumlah 20 buah; 6. Tempat ransum baki (chick feeder tray) yang digunakan untuk ayam umur

1--14 hari, 40 buah;

7. Tempat ransum gantung (hanging feeder) yang digunakan untuk ayam umur 15--49 hari, 40 buah;

8. Tempat air minum berbentuk tabung, 40 buah; 9. Hand sprayer, 1 buah;

10.Timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 10 g sebanyak 1 buah yang digunakan untuk menimbang day old chick (DOC);

11.Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 50 g sebanyak 1 buah yang digunakan untuk menimbang ayam dan ransum;

12.Timbangan elektrik dengan ketelitian 0,1 g sebanyak 1 buah yang digunakan untuk menimbang karkas, giblet, dan lemak abdominal;

13.Thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang, 1 buah; 14.Socorex;

15.Pisau, gunting, nampan, panci, talenan, dan kompor; 16.Karung dan plastik;

(41)

23

D. Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri atas 2 perlakuan yaitu

(1) T1 : Ayam jantan tipe medium strain Isa Brown. (2) T2 : Ayam jantan tipe medium strain Lohman.

Setiap perlakuan terdiri atas 20 ulangan dengan masing-masing satuan percobaan terdiri atas 5 ekor ayam untuk setiap petaknya. Dari setiap petak tersebut diambil 1 ekor ayam untuk dijadikan sampel. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t-student dengan taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993).

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap persiapan kandang

Kandang dibersihkan 1 minggu sebelum DOC datang (chick in), kemudian didesinfeksi menggunakan desinfektan. Tahapannya meliputi:

(1) membuat kandang dari bambu untuk kepadatan kandang 10 ekor/ m2 sebanyak 40 petak;

(2) mencuci lantai kandang dengan menggunakan air dan disikat;

(3) mencuci peralatan kandang (feed tray, hanging feeder, dan tempat minum) (4) menyemprot kandang dengan desinfektan;

(5) mengapur dinding, tiang, sekat ayam, dan lantai kandang; (6) memasang sekat;

(42)

24

2. Tahap pelaksanaan penelitian

DOC yang telah tiba ditimbang dengan menggunakan timbangan kapasitas 2 kg dan dimasukkan ke dalam area brooding selama 14 hari, kemudian diberi larutan vitastress 0,05% untuk mengurangi stres selama perjalanan. DOC berjumlah 200 ekor dibagi secara acak ke dalam 40 petak kandang percobaan sesuai dengan strain ayam, setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam. Semua petak kandang diberi nomor untuk memudahkan pelaksanaan penelitian.

Lampu pijar yang berfungsi sebagai brooder, dihidupkan secara terus menerus selama ± 14 hari. Setelah itu, lampu mulai dapat dihidupkan pada pukul 17.00 sampai pukul 06.00 WIB selepas masa brooding. Air minum diberikan secara ad libitum. Pengukuran sisa air minum dilakukan setiap hari pada pukul 08.00 WIB. Ransum juga diberikan secara ad libitum pada pukul 07.00, 16.00, dan 21.00 WIB dan pengukuran konsumsi ransum dilakukan setiap minggu.

Pengukuran suhu dan kelembaban kandang dilakukan setiap hari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 WIB sebagai data penunjang. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan thermohygrometer yang dilakukan pada bagian tengah kandang yang digantung sejajar dengan tinggi petak-petak kandang.

(43)

Clone-25

45 + susu 60 gram saat ayam umur 21 hari melalui air minum; (5) vaksinasi ND Lasota + susu 100 gram saat umur 45 hari melalui air minum. Panen dilakukan setelah ayam berumur 7 minggu.

Setelah ayam berumur 7 minggu, ayam ditimbang sekaligus pada setiap petak kandang untuk memperoleh rata-rata bobot panen. Pengambilan ayam dari setiap petak kandang dilakukan secara acak sebanyak 1 ekor, dengan bobot tubuh rata-rata, sehingga jumlah ayam yang akan dipotong sebanyak 40 ekor. Sebelum dilakukan pemotongan, ayam jantan tipe medium dipuasakan selama ± 6 jam, kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot hidupnya.

(44)

26

sedikit di jantung). Kemudian hasil dari setiap penimbangan dicatat sebagai data hasil penelitian.

F. Peubah yang Diamati

1. Bobot hidup (g/ekor)

Bobot hidup (g) dihitung dari hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama 6 jam (Soeparno, 1998).

2. Bobot karkas (g/ekor)

Bobot karkas (g) dihitung berdasarkan bobot ayam tanpa darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, dan organ dalam (Soeparno, 1998).

3. Bobot giblet (g/ekor)

Bobot giblet (g) yang ditimbang adalah bobot hati, jantung, dan gizzard yang telah dibersihkan dan ditimbang sekaligus (Soeparno, 1998).

4. Bobot lemak abdominal (g/ekor)

(45)

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Oleh Dedi Setiadi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN

BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER (Skripsi)

Oleh

DEDI SETIADI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(47)
(48)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(49)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… i

DAFTAR GAMBAR ………... ii

I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang dan Masalah ……… 1

B. Tujuan Penelitian ..………..………. 4

C. Kegunaan Penelitian ………..………….. 4

D. Kerangka Pemikiran ………..……….. 4

E. Hipotesis ……….. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 9

A. Deskripsi Ayam Jantan Tipe Medium ………. 9

B. Strain ……….……... 10

1. Strain Lohman ………. 12

2. Strain Isa Brown ……….. 13

C. Bobot Hidup ……….. 14

D. Karkas ……….….… 15

E. Giblet ……….….. 17

F. Lemak Abdominal ………...… 19

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ………. 20

A. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 20

B. Bahan Penelitian ………..………… 20

1. Ayam ………...……… 20

2. Ransum dan air minum ………...……… 20

(50)

C. Alat Penelitian ……….……… 22

D. Metode Penelitian ………..………….. 23

E. Pelaksanaan Penelitian ……….… 23

1. Tahap persiapan kandang ….………. 23

2. Tahap pelaksanaan penelitian ………...………….….. 24

F. Peubah yang Diamati ………... 26

1. Bobot hidup ……..……….. 26

2. Bobot karkas …….………. 26

3. Bobot giblet ……….………... 26

4. Bobot lemak abdominal ….……….………... 26

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ………. 27

A. Bobot Hidup Ayam Jantan Tipe Medium .………... 27

B. Bobot Karkas Ayam Jantan Tipe Medium ...……… 30

C. Bobot Giblet Ayam Jantan Tipe Medium .……… 32

D. Bobot Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium ...…….. 35

V. SIMPULAN DAN SARAN …………..……… 39

A. Simpulan ………... 39

B. Saran ………. 39

(51)

40

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Triyantini, dan H. Setiyanto. 1991. “Kualitas fisik karkas broiler”. Proseding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang

Pembangunan Ekonomi Nasional. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Abubakar dan M. Wahyudi. 1994. “Pengaruh pemotongan sebelum atau sesudah rigor mortis terhadap penampakan karkas broiler”. Proseding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Bogor.

Ahmad, B dan R. Herman. 1982. Perbandingan Produksi Daging Antara Ayam Jantan Kampung dan Ayam Jantan Petelur. Media Peternakan (25) 3-6. Akoso, T. 1998. Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknis, Penyuluhan,

dan Peternak. Kanisius. Yogyakarta.

Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-18. Kanisius. Jakarta.

Aliyani, A. 2002. “Persentase Berat Karkas dan Organ dalam Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Talas (Colocasia esculenta (L.) Schoot) dalam

Ransumnya”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Andriani, D. 2012. Pengaruh kepadatan kandang terhadap performan broiler di

semi closed house. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Blakely, J. dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan ke-4. Diterjemahkan oleh B. Srigandono Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

(52)

41

Burhanan. 1995. “Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Tetes dalam Ransum terhadap Bobot dan Persentase Karkas, Giblet, serta Lemak Abdominal Ayam Ras Petelur Jantan Tipe Medium Umur 8 Minggu”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Crawley, S.W., P.R. Sloan, dan K.K. Halei Jr. 1980. “Yield and composition of edible and inedible byproduct of broiler processed at 6, 7, and 8 weeks of age”. Poultry Sci. 59 : 2243.

Dalton, J.W., dan B.D. Lott. 1985. “Age and dietary energy effect on broiler abdominal fat deposition”. Poultry Sci. 64: 2161-2164.

Darma, M. 1982. “Tanggapan Ayam Jantan Pedaging terhadap Mutu Ransum pada Awal Pertumbuhan”. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Peternakan. 2009. Statistik Peternakan. Dinas Peternakan. Dinas Peternakan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Fadilah, R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia. Jakarta.

Hetland, H., B. Svihus and M. Choctt. 2005. Role of insoluble fiber on gizzard activity in Layers. J. Apply. Poultry Res. 14: 38--46.

Ihsan, F.N. 2006. “Persentase Bobot Karkas, Lemak Abdomen, dan Organ Dalam Ayam Broiler Dengan Pemberian Silase Ransum Komersial”. Skripsi.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Iskandar, S. 2008. Tatalaksana Pemilihan Ayam Lokal. Balai Pelatihan Ternak, Ciawi. Bogor.

Jull, M.A. 1979. Poultry Husbandry. Mc Graw Hill Publishing Company. New York.

Kartasudjana, R dan S. Edjeng. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja (AURA) Printing dan Publishing. Bandar Lampung.

Kusumawati, D. 2009. Faktor Penting Beternak Ayam. Blitar.

(53)

42

Lesson, S. and D.J. Summers. 1980. “Production and carcass characteristic of broiler chicken”. Poultry Sci. 59: 562--567.

Lin, C.Y. 1982. “Fatness; a Result of Selection for Fast Growth”. Poultry Sci 21: 62--64.

Mountney. 1983. Poultry Product Technology. 2nd ed. The Avi Publishing Company, Inc. Wesport.

Natawihardja, I. 1991. “Efisiensi Penggunaan Energi dan Kebutuhan untuk Hidup Pokok pada Ayam Broiler dan Ayam Tipe Petelur serta Hubungannya

Dengan Pembentukan Lemak Tubuh”. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. North, M.O. and D.D.Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th

Edition. An Avi Book Published by Van Nostrand Reinhold Published. New York.

Nurachman, I. 1992. “Pengaruh Substitusi Jagung dan Onggok dalam Ransum terhadap Bobot Hidup Akhir dan Giblet Ayam Buras”. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurdin, Y. 1989. “Tumbuh Kembang Komposisi Karkas Ayam Pedaging Galur Pedet, Lohman, dan Hybro Dengan Pemberian Pakan yang Sama”. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pandelaki, S. 1979. “Pemanfaatan ayam jantan dwiguna hasil ikutan dari penetasan ayam petelur sebagai ayam potong”. Dalam Seminar I Ilmu dan Industri Perunggasan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak, Ciawi. Bogor.

Pangeran. 2011. Prosfek Usaha dan Faktor Keberhasilan Ayam Petelur. Surabaya.

http://www.bloger.com/2011/prospek-usaha-dan-faktor-keberhasilan.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012. Pukul 11.00 WIB. Parakkasi, A. 1998. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Cetakan ke-1.

Angkasa. Bandung.

Plavnik, I., dan S. Hurwitz. 1982. “Organ weight and body compocition in chickens as related to the energy and amino acid requirements effects of strain, sex, and age”. Poultry Sci. 62 : 152-163

Prilyana, J.D. 1984. “Pengaruh Pembatasan Pemberian Jumlah Ransum terhadap Persentase Karkas, Lemak Abdominal, Lemak Daging Paha, dan Bagian-Bagian Giblet Ayam Pedaging”. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(54)

43

PT. Multi Breeder Adirama Indonesia. 2006. Standar Performans

Produksi Strain Lohman. PT. Multi Breeder Adirama Indonesia. Lampung. Purba, D.K. 1990. “Perbandingan Karkas dan Nonkarkas pada Ayam Jantan

Kampung, Petelur, dan Broiler Umur 6 Minggu”. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ramayanti, P. 2009. “Pengaruh Pembatasan Pemberian Ransum Broiler terhadap Pertumbuhan Ayam Jantan Tipe Medium”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Kanisius. Yogyakarta. . 2002. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-22. Penebar Swadaya.

Jakarta.

. 2005. Beternak Ayam Petelur. Cetakkan ke-20. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. NV. Percetakan, Bali. Riyanti. 1995. “Pengaruh berbagai imbangan energi protein ransum terhadap

peforman ayam petelur jantan tipe medium”. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Bogor. Rotib, L.A. 1992. ”Pengaruh Pemotongan Sebagian Sayap (Wing Clipping) dan

Tinjauan Energi Ransum terhadap Performan pada Dua Galur Ayam Broiler”. Tesis. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saputra, A.R. 2011. “Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Bobot Hidup, Bobot

Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium di Kandang Panggung”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Savitri, F. 2010. “Pengaruh Tingkat Kepadatan Kandang terhadap Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Bobot Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung. Schaible. 1980. Poultry Feed and Nutrition. 2nd Edition. Dept. of Poultry Sci. Michigan State University, East Lansing. Michigan.

(55)

44

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006. Pakan ayam ras petelur dara (layer grower). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Steel, R.G.D. and Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sturkie, P.D. 1976. Avian Physiology. 3rd Edition. Spinger-Verlag, New York. Sudaryati, S. 1995. “Pengaruh Pembatasan Jumlah Pakan dan Jenis Kelamin

terhadap Performans Dua Galur Ayam Broiler”. Tesis. Intsitut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumadi. 1995. “Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Tetes dalam Ransum terhadap Bobot dan Persentase Daging, Darah, Tulang serta Organ Dalam Ayam Ras Petelur Jantan Tipe Medium”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syamsi, F.N. 2011. “Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Bobot lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium di Kandang Penggung”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Lampung. Tillman., A.D. H. Hartadi., S Reksohardiprodjo, P. Soeharto dan L. Soekamto.

1996. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Walad, G.S. 2007. “Pengaruh Warna Lampu Penerangan terhadap Bobot Hidup,

Persentase Karkas, Giblet, dan Lemak Abdomen Ayam Broiler”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yadnya, T.G.B. 2004. “Pengaruh suplementasi laktobacillus komplek dalam ransum yang mengandung daun pepaya terhadap berat dan kualitas karkas beserta produksi daging giblet pada itik afkir”. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Young, L. L. J. K. Northcutt, R. J. Buhr, C. E. Lyon, and G. O. Ware. 2001. “Effects of age, sex, and duration of postmortem aging on percentage yield of parts from broiler chicken carcasses”. Richard B. Russell. Poultry Sci.

(56)

45

(57)

46

T1N1 T2N1

T1N2 T2N2

T1N3 T2N3

T1N4 T2N4

T1N5 T2N5

T1N6 T2N6

T1N7 T2N7

T1N8 T2N8

T1N9 T2N9

T1N10 T2N10

T1N11 T2N11

T1N12 T2N12

T1N13 T2N13

T1N14 T2N14

T1N15 T2N15

T1N16 T2N16

T1N17 T2N17

T1N18 T2N18

T1N19 T2N19

[image:57.595.180.246.88.533.2]

T1N20 T2N20

Gambar 1. Denah tata letak kandang penelitian

Keterangan

(58)

Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, & kekurangan harta. Dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang sabar.

(QS. 2 : 153)

“Banyak bersikap diam adalah keindahan yang menghiasi orang

yang berakal & rahasia yang menutup-

nutupi orang bodoh”

(Ibnu Ruslan)

Kemarahan adalah kesempatan terbaik untuk bersabar

(Mario Teguh)

Allah bukanlah tidak suka dengan semua rencana baik yang kita

buat, melainkan Allah memiliki rencana lain yang terbaik yang akan

membuat kita suka, maka selalu bersyukur dan bersabarlah”

(Dedi Setiadi)

Sesuatu akan terasa sulit jika kita tidak terbiasa melakukannya,

maka lakukanlah hal sulit secara terbiasa agar terasa mudah

.

(59)

Judul Penelitian : PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Nama :

Dedi Setiadi

NPM : 0814061031 Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Khaira Nova, M.P. Ir. Syahrio Tantalo, M.P. NIP 19611018 198603 2 001 NIP 19610606 198603 1 004

2. Ketua Jurusan Peternakan

(60)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Khaira Nova, M.P. ...

Sekretaris : Ir. Syahrio Tantalo, M.P. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dian Septinova, S.Pt., M.T.A. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(61)

PERSEMBAHAN

Sebuah harapan berakar keyakinan dari perpaduan hati yang memiliki

keteguhan. Walaupun didera oleh cobaan dan membutuhkan perjuangan

panjang demi cita-cita yang tak mengenal kata usai.

Untaian kata sederhana kutulis dengan pena keikhlasan untuk segala Cinta,

Kasih dan Penantian, Setulus hati kupersembahkan untuk orang-orang yang

telah membantu dan memberikan inspirasi dalam kehidupanku.

Bapak dan Ibu tercinta, adikku Heryadi Bambang Setiawan & Maya

Melisa yang senantiasa memberi semangat & motivasi, serta berdoa untuk

keberhasilanku

Teriring do’a untuk

Bapak dan Ibu tercinta. Semoga Allah SWT kelak

menempatkan keduanya dalam jannah-Nya.

Untuk keluarga besarku dan sahabat-sahabat. Kalian adalah lapisan-lapisan

pelangi terindah yang pernah diciptakan Allah SWT maka

kupersembahkan

penghormatan dan baktiku.

Almamater tercinta yang telah mendewasakanku dalam bertindak dan

berfikir, Alamamter yang selalu kubanggakan sebagai saksi perjalananku dari

(62)

RIWAYAT HIDUP

Dedi Setiadi lahir di Raman Utara, Lampung Timur pada 5 Mei 1990 sebagai putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Toad Sutrisna dan Ibu Siti Nu’aimah.

Pada umur 4 tahun, penulis memasuki jenjang Taman Kanak-kanak Pertiwi, Raman Utara, yang tepatnya pada 1996. Penulis lulus dari SD Negeri 1 Raman Utara, Lampung Timur pada 2002. Kemudian pada 2005 penulis lulus dari SLTP PGRI 1 Raman Utara. Penulis melanjutkan studi di SMA Negeri 1 Raman Utara dan lulus pada 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana pada 2008 di Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada Juli sampai Agustus 2011 di Kampung Ratna Chaton, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada Januari sampai Februari 2012 di Peternakan Ayam Ras Petelur Acuan Farm, Pekalongan, Lampung Timur. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Staf

(63)
(64)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang berperan, memberikan bantuan, bimbingan, dan petunjuk. Oleh sebab itu, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas ketulusan hati, kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan motivasi terbaik, arahan, serta ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi; 2. Bapak Ir. Syahrio Tantalo, M.P.--selaku Pembimbing Anggota sekaligus

Pembimbing Akademik--atas persetujuan, arahan, nasehat dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama masa studi dan penyusunan skripsi; 3. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A. --selaku Pembahas --atas bimbingan,

kesabaran, perhatian, saran, dan perbaikannya;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin untuk melaksanakan penelitian;

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin, dan bimbingannya dalam pengoreksian skripsi ini;

(65)

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan--atas bimbingan, motivasi, nasehat, dan saran yang diberikan;

8. Mas Feri, Mbak Erni, Mas Sigit, Agus dan Udin--atas bantuan, fasilitas selama kuliah, selama penelitian dan penyusunan skripsi;

9. Bapak, Ibu, Adikku Heryadi Bambang Setiawan, dan Maya Melisa beserta keluarga besarku--atas semua kasih sayang, nasehat, dukungan, dan keceriaan di keluarga serta do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis; 10.Fazar Ardiansyah, sahabat seperjuangan saat penelitian atas kerjasama,

dorongan semangat, dan rasa persaudaraan yang diberikan;

11.Adit, Nyoman, Arief, Dwi J, Triyan, Purwo, Febri, Satrio, Zul, Andi, Yudi, Bayu, Putri, Cintya, Dwi A, Nidia, Ari, Ana, Esti, Ratih, Maulia, Elda, Rio, Indra, Dwi, dan Hasan, dan seluruh teman-teman angkatan ’08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas do’a, kenangan, motivasi, bantuan, dan

kebersamaannya;

12.Mba Yuni, Mba Trijayanti, Mba Yuanita, Mba Eka dan seluruh teman-teman angkatan 07’, 09’,10’ yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas

semangat, kebersamaan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis;

Akhir kata, semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT, dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.

Bandar lampung, September 2012 Penulis

(66)

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum HP 611
Gambar 1. Denah tata letak kandang penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan pembelajaran tersebut memiliki karakteristik tersendiri untuk meningkatkan hasil belajar servis atas dalam permainan bola voli, hal ini akan sangat baik digunakan

hasil peleburan inti sperma 1 dengan ovum menghasilkan zigot yang bersifat haploid C. hasil peleburan inti sperma 2 dengan IKLS menghasilkan zigot yang bersifat

Di dalam game ini ada pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan karakter tokoh Mahabharata, di dalam game ini ada beberapa potongan gambar karakter

Selanjutnya, sebagaimana telah disinggung di atas, hermeneutika Ricoeur bersentuhan dengan metode strukturali, khususnya yang dikemukakan Ferdinand de Saussure

Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1979... 499.227 5 Nomina dan Ajektiva Bahasa Lampung Diaiek Abung/EM\ Sanusi [et a/.] Jakarta: Pusat Pembinaan dan

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

g) Apakah proses pembiasaan yang bapak ajarkan berhasil dan diterapkan oleh peserta didik berkebutuhan khusus (tunarungu)?.. h) Uswatun hasanah merupakan pendukung

Hal ini dilakukan untuk kelangsungan manuskrip karena banyaknya pengunjung dari mahasiswa, ilmuwan, dosen dan lain-lain menggunakan manuskrip, akses terhadap