SKRIPSI
PENGARUH SIZE, ROA DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
OLEH
AYNIL AJIJAR HAMDANI 080503033
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Size, ROA dan
Leverage terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 14Nopember 2012
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH SIZE, ROA DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size, Return on Asset (ROA) dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals menggunakan Model Jones yang dimodifikasi.
Populasi pada penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode purposive sampling, yakni metode yang menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan sampel, yang menghasilkan 22 perusahaan selama tiga tahun pengamatan. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data berasal dari situ digunakan adalah model regresi linear berganda dan statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan size, Return on Asset (ROA) dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Secara parsial, size, Return on Asset (ROA) dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
THE INFLUENCE SIZE, ROA AND LEVERAGE OF EARNINGS MANAGEMENT IN BANKING COMPANIES LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE.
This study aimed to determine the effect of size, Return on Assets (ROA) and leverage on earnings management at banking companies listed in Indonesia Stock Exchange. Earnings management as measured by discretionary accruals using the modified Jones model.
The study populationis a banking company listed on the Indonesia Stock Exchange 2008-2010 period. Data collection method used was purposive sampling method, ie a method that sets certain criteria for determining the sample, resulting in 22 companies during the three years of observation. Data sources are from websit regression models and descriptive statistics.
The results of this study show that simultaneously size, Return on Assets (ROA) and leverage no significant effect on earnings management. Partially, size, Return on Assets (ROA) and leverage no significant effect on earnings management.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan kuasaNya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia” disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan, dari berbagai pihak berupa dukungan moral maupun materi. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak., selaku Plt Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran serta bimbingan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. Selaku Dosen Pembaca yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran dan masukan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Teristimewa untuk Ayahanda Dr. H. M. Hamdan, SH, MH dan Ibunda
tercinta Hj. Darnawati yang senantiasa mencurahkan segenap kasih
memberikan dukungan moral maupun materi serta kepada teman-teman
kuliah yang selalu membantu penulis selama masa kuliah di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan,Nopember 2012
Penulis,
Aynil Ajijar Hamdani
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Manajemen Laba ... 8
2.1.1.1 Faktor-faktor Manajemen Laba ... 10
2.1.2 Size ... 12
2.1.3 Return on Asset (ROA) ... 14
2.1.4 Leverage ... 15
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18
2.3 Kerangka Konseptual ... 21
2.4 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Batasan Operasional ... 24
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 25
3.3.1 Variabel Dependen ... 25
3.3.2 Variabel Independen ... 27
3.3.2.1 Size (X1) ... 27
3.3.2.2 Return on Asset (X2) ... 28
3.3.2.3 Leverage (X3) ... 28
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
3.5 Jenis Data ... 30
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.7 Teknik Analisis... . 30
3.7.1 Statistik Deskriptif ... 30
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 31
3.7.2.2 Uji Multikolinieritas... 32
3.7.2.3 Uji Autokorelasi... ... 32
3.7.2.4 Uji Heterokedastisitas... 33
3.7.3 Pengujian Hipotesis Penelitian... 34
3.7.3.1 Koefisien Determinasi (R2)... 35
3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 35
3.7.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Data Penelitian ... 37
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 37
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 37
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 39
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 39
4.2.2.2 Uji Multikoloniearitas ... 41
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 42
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 43
4.2.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 44
4.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 46
4.2.3.2 Uji Statistik F (Uji secara Simultan) 47 4.2.3.3 Uji Statistik t (Uji secara Parsial) ... 48
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 51
5.2Keterbatasan ... 51
5.3Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
3.1 Rekapitulasi Pengambilan Sampel ... 29
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 38
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 41
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 42
4.4 Uji Autokorelasi ... 43
4.5 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 45
4.6 Koefisien Determinasi ... 46
4.7 Uji F ... 47
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 21
4.1 Grafik Histogram ... 39
4.2 Grafik Normal P-Plot ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Sampel Penelitian Tahun 2008-2010 ... 56
2 Tabulasi Data Penelitian Tahun 2008-2010 ... 57
3 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ... 65
4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66
ABSTRAK
PENGARUH SIZE, ROA DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size, Return on Asset (ROA) dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals menggunakan Model Jones yang dimodifikasi.
Populasi pada penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode purposive sampling, yakni metode yang menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan sampel, yang menghasilkan 22 perusahaan selama tiga tahun pengamatan. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data berasal dari situ digunakan adalah model regresi linear berganda dan statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan size, Return on Asset (ROA) dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Secara parsial, size, Return on Asset (ROA) dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
THE INFLUENCE SIZE, ROA AND LEVERAGE OF EARNINGS MANAGEMENT IN BANKING COMPANIES LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE.
This study aimed to determine the effect of size, Return on Assets (ROA) and leverage on earnings management at banking companies listed in Indonesia Stock Exchange. Earnings management as measured by discretionary accruals using the modified Jones model.
The study populationis a banking company listed on the Indonesia Stock Exchange 2008-2010 period. Data collection method used was purposive sampling method, ie a method that sets certain criteria for determining the sample, resulting in 22 companies during the three years of observation. Data sources are from websit regression models and descriptive statistics.
The results of this study show that simultaneously size, Return on Assets (ROA) and leverage no significant effect on earnings management. Partially, size, Return on Assets (ROA) and leverage no significant effect on earnings management.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi persaingan bisnis tidak dapat dihindari oleh
perusahaan manapun, sehingga diperlukan peran manajemen dalam hal
meningkatkan dan memperbaiki kinerja perusahaan di berbagai bidang. Hal ini
dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Pada umumnya, tujuan akhir yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan
adalah memperoleh laba yang maksimal. Laba tersebut juga sering dijadikan
sebagai indikator untuk menilai pencapaian keberhasilan perusahaan dewasa ini.
Kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bersaing dalam kompetisi dengan
perusahaan-perusahaan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan
profitabilitas.
Menurut statement of financial accounting concept (SFAC) No.1 (dalam
Pujiningsih,2011), informasi laba merupakan perhatian utama untuk
memperkirakan kinerja atau pertanggungjawaban pihak manajemen perusahaan.
Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen,
khususnya bagi manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut,sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional
behavior), yang salah satu bentuknya adalah manajemen laba (earnings
management) dalam penyajian laporan keuangan. Disini earnings dibatasi pada
earnings terdiri atas laba tunai dan komponen-komponen accruals baik yang
berada di bawah kebijakan manajemen (discreationary) maupun yang tidak
(nondiscreatioary).
Istilah manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati
manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai
menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi, karena sering
dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan
keuangan.Manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan
tujuan memperoleh keuntungan pribadi (Belkaoui, 2007).
Pada prakteknya, yang banyak menjadi perhatian investor dan calon
investor dalam laporan keuangan hanya terpusat pada laba perusahaankarena pada
dasarnya laba yang dilaporkan oleh manajemen merupakan sinyal bagi para
pengguna laporan keuangan terutama investor mengenai laba perusahaan di masa
datang (Sudjito, 2006). Oleh karena itu, pengguna laporan keuangan dapat
memprediksi laba yang akan datang berdasarkan sinyal yang disediakan oleh
manajemen melalui laba yang dilaporkan pada periode berjalan. Perhatian
investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur
yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong manajer
untuk melakukan manajemen atas laba.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
meningkatkan taraf hidup rakyat (www.bi.go.id). Berdasarkan pengertian tersebut
maka untuk menjalankan aktivitasnya perbankan harus mempunyai integritas
tinggi supaya masyarakat memiliki kepercayaan dalam rangka menjalin hubungan
kerja.
Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dapat
diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring untuk menyelaraskan
(alignment) ketidaksejajaran kepentingan tersebut (Midiastuty, 2003). Pertama,
kualitas audit diperlukan untuk lebih meningkatkan kualitas informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugas – tugasnya.
Laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan standar, akan mempunyai
reliabilitas yang tinggi dan tidak menyesatkan. Proses audit yang sesuai dengan
standar akan membuat opini, data-data, dan disclosure yang diungkapkan oleh
perusahaan menjadi dasar yang valid bagi pengambilan keputusan dari semua
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Kedua, leverage merupakan
faktor penentu dari risiko ekuitas karena perusahaan dalam menjalankan operasi
perusahaannya memungkinkan penggunaan hutang sebagai modalnya. Proporsi
pengguna hutang yang besar oleh perusahaan akan memberikan risiko yang besar
bagi pemilik modal. Semakin besar leverage yang dimiliki perusahaan, maka akan
berakibat semakin peka laba terhadap pertumbuhan penjualan. Oleh karena itu
perusahaan dihadapkan pada risiko yang semakin besar. Ketiga, kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership), sehingga
kepentingan pemilik atau pemegang saham dan kepentingan manajer dapat
Size merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan.
Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran
perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi
pasar. Semakin besar perusahaan dan luasan usahanya, mengakibatkan pemilik
tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung. Hal inilah yang
memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang berukuran besar
memiliki kecenderungan melakukan tindakan manajemen labanya lebih kecil
dibanding perusahaan yang ukurannya lebih kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan
besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Sehingga
perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan
pelaporan keuangan yang kredible (Pujiningsih, 2011).
Rasio ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aset.
Menurut Kasmir (2008) Rasio ini menunjukkan efektivitas pengelolaan aset,
semakin tinggi angka ROA menunjukkan pengelolaan aset semakin produktif.
Menurut Setiawati (2010) Rasio ROA digunakan untuk memprediksi tingkat
kegagalan bank dan hasilnya terbukti signifikan dan Semakin rendah rasio ROA
diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan
cara meningkatkan laba.
Menurut Indriani(2010) perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi
akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki
perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam
Widyaningdyah (dalam Tarjo,2008) mengatakan bahwa leverage berpengaruh
positif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian mengenai manajemen laba sudah pernah dilakukan oleh
Pujiningsih (2011) yang menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan kompensasi
bonus terhadap manajemen laba.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tahun yang
diamati yaitu 2008 sampai dengan tahun 2010 dan variabel yang digunakan, serta
juga mengingat bahwa pada tahun 2008 terdapat krisis global, sehingga peneliti
ingin mengetahui kemampuan perusahaan memanajemen laba pada perusahaan
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
mengeluarkan laporan keuangan tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.Data yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk replikasi dengan meng-update atau
memodifikasi data dari peneliti terdahulu. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis yang berbeda dan sampel yang lebih luas dari penelitian
sebelumnya.Alasan penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan sebagai
objek penelitian dikarenakan perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat untuk peningkatan taraf hidup rakyat banyak dan merupakan salah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara size,Return on
Asset (ROA) dan leverage terhadap manajemen laba dengan judul ”Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah yaitu apakah size,Return on Asset (ROA) dan
leverage berpengaruh terhadap manajemen laba baik secara simultan maupun
parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size,Return on Asset
(ROA) dan leverage terhadap manajemen laba baik secara simultan maupun
parsial?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenaimanajemen
2. Bagi Investor
Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai investasi
pada perusahaan yang telah menerapkan Manajemen laba.
3. Bagi Pembaca
Melalui hasil skripsi ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
pembaca dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan atas unit
yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan
kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.
Dalam hal ini, tindakan manajemen laba dapat memberikan manfaat ekonomi
yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut
akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan (Pujiningsih,
2011).
Manajemen laba merupakan bentuk intervensi manajemen dalam
proses penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan mereka sendiri.
Tindakan manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proxy
discretionary accruals, yaitu dengan menggunakan rumus yang mengurang
laba bersih dengan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan.
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan
keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan
transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menimbulkan
maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan. (Healy dan Wahlen, 1999).
Tidak adanya persamaan pendapat untuk mendefinisikan laba secara
tepat disebabkan oleh luasnya penggunaan konsep laba. (Harahap, 2011),
menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum
dibicarakan dan digunakan oleh ekonomi. Konsep laba tersebut antara lain :
1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur.
2. Real Income, menunjukkan suatu ungkapan kejadian yang
memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang digunakan dalam real income adalah “biaya hidup” ( cost of livin ).
3. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan
dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Money income lebih dekat pada pengertian akuntansi dan tentang income.
Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan
dengan memanfaatkan pos-pos akrual yang ada dalam laporan keuangan dengan
menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya, meskipun hal tersebut tidak
sesuai dengan kepentingan prinsipal. Hal ini dapat terjadi karena dalam akuntansi
menggunakan dasar akrual yang mewajibkan perusahaan mengakui pendapatan
dan biaya yang telah menjadi hak dan kewajiban dalam periode sekarang
meskipun transaksi kas-nya baru terjadi dalam periode berikutnya. Dasar akrual
disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dapat memberikan
informasi yang lebih akurat kepada pengguna laporan keuangan. Dasar akrual
tidak hanya memberikan informasi atas transaksi masa lalu yang melibatkan
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa
depan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen
keuangan, laba dalam suatu periode dapat mengandung unsur kas dan akrual
(Sutopo, 2009). Penerapan konsep akrual inilah yang memicu kesempatan
manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan menaikkan atau
menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi.
2.1.1.1 Faktor-faktor Mempengaruhi Manajemen Laba
Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer
melakukan manajemen laba (Suryani, 2010) yaitu:
1. Rencana Bonus(Bonus Scheme)
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.
2. Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant)
Semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.
3. Motivasi Politik(Political Motivations)
Perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
4. Motivasi Perpajakan(Taxation Motivations)
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
6. Penawaran Saham Perdana(Initital Public Offering)
Pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
Ada dua perilaku yang mendasari manajer melakukan
manajemen laba (Herawaty, 2008) yaitu :
1. Perilaku oportunistik, Manajer memaksimalkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, hutang dan political cost.
2. Efficient Contracting, Manajer meningkatkan keinformatifan laba
dalam mengkomunikasikan informasi privat. Berdasarkan perilaku
ini, manajemen laba memberikan fleksibilitas bagi manajer untuk
melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak. Ketika penyusunan kontrak kompensasi,
perusahaan akan mengantisipasi insentif manajer untuk mengelola
Dechow, et al (1996) mengidentifikasi factor demand for
external financing, insider trading debt, bonus, and governance
structure sebagai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap manajemen
laba. Terdapat berbagai macam proxy yang digunakan untuk mengukur
faktor-faktor tersebut.
Tujuan yang akan dicapai oleh manejemen melalui manajemen
laba menurut Watts dan Zimmerman (dalam Indriani, 2010), meliputi :
1. Mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya.
2. Mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal.
3. Menghindari pelanggaran perjanjian hutang.
4. Menghindari biaya politik.
2.1.2Size
Size adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain, variabel-variabel tersebut digunakan untuk
menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar
perusahaan tersebut.
Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Hardiyanti (2012),
kategori ukuran perusahaan ada 3 yaitu:
1. Perusahaan Kecil
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan kecil apabila memiliki
500.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak
2.500.000.000.
2. Perusahaan Menengah
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki
kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak
10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari2.500.000.000,- sampai dengan paling
banyak 50.000.000.000.
3. Perusahaan Besar
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki
kekayaan bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
50.000.000.000.
Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang
berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil
(Pujiningsih, 2011). Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang
lebih kecil karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke
pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana.
Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan
tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat
risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk
2011)Perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap
ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang
baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan
bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil .
Menurut Sawir(2004) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan
yang berbeda:
Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya
kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi
maupun saham. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan
tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih
pendanaan dari berbagai bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang
lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan oleh perusahaan kecil.
Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Akhirnya,
ukuran diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan,
yaitu struktur perusahaan kecil sering tidak mempunyai staf khusus, tidak
menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang
lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber,
sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah
karena perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki profitabilitas lebih
besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi
lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi
ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih bereaksi terhadap perubahan
yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan untuk
melakukan manajemen laba.
2.1.3Return on Asset (ROA)
ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
hasil (return) atasjumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir,
2008). ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total aktiva.
Untuk menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan
profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva.Profit margin
yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi laba yang dihasilkan
perusahaan akan mengakibatkan harga saham perusahaan juga akan
meningkat sehingga semakin tinggi pula returnsaham yang diperoleh.
Pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah
tingkat efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi
perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Jadi memungkinkan
manajermelakukan manajemen laba untuk mendapatkan keadaan tersebut.
2.1.4Leverage
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total
asset.Leveragejuga dapat diartikan sebagai pengunaan aktiva atau dana
dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap
atau beban tetap (Kasmir:2008).Semakin besar rasio leverage, berarti
semakin tinggi nilai utang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Watts dan Zimmerman (dalam Indriani, 2010), dalam hipotesis debt
covenant bahwa motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya
perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis
kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio
leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan
dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam
bentuk manajemen laba.
Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan
secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan
Hamin (dalam Tarjo, 2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan
peningkatan nilai perusahaan.Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik
perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan
manajemen laba.Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih
kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang.
Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007)
yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang
lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada
perusahaan yang tidak terikat perjanjian hutang.
Menurut (Sawir, 2004)Leverage terdiri atas leverageoperasi dan
leveragekeuangan :
a. LeverageOperasi
Leverageoperasi adalah kepekaan EBIT terhadap penjualan perusahaan.
Leverage operasi timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi tetap.
Leverage operasi sangat dipengaruhi oleh pertimbangan efisiensi serta
dasar-dasar ekonomis dan karakteristik bisnis dari barang dan jasa yang dijual suatu
perusahaan. Jika perusahaan mempunyai leverage operasi yang tinggi, titik
impasnya (break even point) terletak pada tingkat penjualan yang relatif
tinggi, dan dampak perubahan tingkat penjualan terhadap laba akan makin
besar. Semakin besar biaya operasi tetap, perubahan pada penjualan akan
b. Leverage Keuangan
Leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang
menimbulkan beban tetap keuangan. Leverage keuangan dapat diukur
berdasarkan nilai buku atau nilai pasar. Leverage keuangan berdasarkan nilai
buku diukur dengan rasio nilai buku seluruh utang terhadap total aktiva,
sementara leverage keuangan berdasarkan nilai pasar diukur dengan rasio
nilai buku seluruh utang terhadap total nilai pasar perusahaan.
Riyanto dalam Dewi (2010) menyatakan perusahaan yang
menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage
yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif
jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar
daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage merugikan
(unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan
dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar.
Leverage seperti “pedang bermata dua”: bila rentabilitas ekonomis lebih
kecil dari pada biaya utang, maka leverage akan mengurangi rentabilitas
modal sendiri. Dengan kata lain, leverage dapat digunakan untuk
meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham tetapi dengan risiko akan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pujiningsih (2011) melakukan penelitian terhadap Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan
Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, tetapi tidak menemukan bukti
yang cukup kuat adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan
kompensasi bonus terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
Indriani (2010) meneliti pengaruh kualitas auditor, corporate governance,
leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba (studi pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2008), dan penelitian ini
menunjukankualitas auditor, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dan CAR berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Setiawati (2010) meneliti pengaruh rasio CAMEL terhadap praktik
manajemen laba di bank syariah tahun 2008-2009 dan penelitian ini
menunjukanbahwa kinerja bank yang diproksikan dengan CAMEL (CAR, RORA,
ROA, NPM, dan LDR) berhubungan negatif dan signifikan terhadap praktik
manajemen laba.
Muljono(2008) meniliti pengaruh Kualitas audit, leverage, dan persentase
kepemilikan saham oleh publik terhadap earning management pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta(2004-2006), dan menunjukan bahwavariable
kualitas audit, leverage, dan kepemilikan sahamberpengaruh secara simultan
Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu yang membahas tentang
[image:33.595.117.511.222.733.2]manajemen laba.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
dan Tahun
Judul Variabel Dependen/ Independen Hasil Penelitian Andiany Indra Pujiningsih (2011) Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba Dependent : 1.Manajemen Laba Independen : 1.Struktur kepemilikan 2.Ukuran Perusahaan 3.Corporate Governance 4. Kompensasi Bonus Tidak adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba Yohana Indriani (2010) Pengaruh kualitas auditor, corporate governance,
leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba (studi pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2008)
Dependent :
1.Manajemen Laba Independen : 1. Kualitas auditor 2.Corporate Governance 3. Leverage
4.Kinerja keuangan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan CAR. Perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four menunjukkan hasil yang positif antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba. Koosrini Setiawati (2010) Pengaruh Rasio Camel terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah Dependent : 1.Manajemen Laba Independent: 1.CAMEL (CAR, RORA, ROA, NPM, dan LDR)
CAMEL
Michael Kurniadi Muljono (2008)
Pengaruh Kualitas audit, leverage, dan persentase
kepemilikan saham oleh publik terhadap earning
management pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2004-2006) Dependent : 1.Earning Management Independen : 1. Kualitas Audit 2. Leverage 3.kepemilikan saham Seluruh variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap praktik manajemen laba.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu
makakerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
[image:34.595.113.510.113.253.2]
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Variabel independen dalam penelitian ini adalah size, Return on Asset
(ROA) dan leverage. Sementara variabel dependennya adalah manajemen laba.
Perusahaan atau pun manajer yang melakukan praktek manajemen labadengan
menggunakan metode akrual dapat melakukan perekayasaan laporan keuangan
yang dapat meningkatkan laba, dan laba yang tinggi diharapkan akan dihargai Manajemen Laba
(Y) Size (X1)
Return On Asset (X2)
tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi. Dengan asumsi
demikian, diperkirakan bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan
diharapkan mampu mendongkrak harga saham perdana. Dengan nilai laba yang
tinggi yang diterima perusahaan pada saat penawaran saham perdana dan
pertumbuhan perusahaan yang sangat menjanjikan dengan cara penerapan
manajemen laba dapat meningkatkan daya tarik perusahaan untuk menyerap
modal dari para investor.
Sizemenunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu
perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam
mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan
kemakmuran mereka. Perusahaan yang memiliki total asset yang besar
menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan.Perusahaan
dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat
sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman
dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran lebih besar
memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan
dalam industri sehingga mendorong manajer melakukan praktik manajemen laba.
ROA dapat menggambarkan keefektifan operasi suatu perusahaan. Atau
dengan kata lain dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasinya. Semakin besar ROA suatu
perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan
aset. Jadi memungkinkan manajer melakukan manajemen laba untuk
mendapatkan keadaan tersebut.
Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
hutangnya dengan modal yang dimilikinya. Pemilihan struktur keuangan yang
menyangkut bauran pendanaan yang berasal dari modal sendiri dan utang yang
akan digunakan oleh perusahaan pada akhirnya menyangkut penentuan berapa
banyak utang (Leverage) yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai
aktivanya. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan berarti proposi utang lebih
tinggi dibandingkan dengan aktivanya lebih cenderung melakukan manipulasi
pada laporan keuangannya dalam bentuk manajemen laba.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka
konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah :
Ha: Size,Return on Asset (ROA), danLeverageberpengaruh signifikan baik
secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI.
Ho : Size,Return on Asset (ROA), danLeveragetidakberpengaruh signifikan baik
secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan
BABIII
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruhyang
signifikan antara penerapan size, Return on Asset (ROA) dan leverageterhadap
manajemen laba. Penelitian ini menggunakan desain kausal atau sebab akibat.
Menurut Erlina(2011) “penelitian kausal bertujuan untuk menguji hipotesis
dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan
antara variabel dan tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan
hubungan sebab akibat antara berbagai variabel”.
“Terdapat empat teknik dasar yang sering digunakan dalam penelitian
deskriptif dan sebab akibat, yaitu survei, eksperimen, analisa data sekunder dan
observasi” (Erlina, 2011).
“Studi kausalitas selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat, dengan kata lain, studi kausalitas mempertanyakan masalah sebab
akibat” (Kuncoro, 2009). Dan penelitian ini menggunakan data sekunder.
3.2 Batasan Operasional
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel independen meliputi size, Return on Asset(ROA) dan leveragedan
2. Periodisasi data penelitian mencakup data tahun 2008, 2009, 2010, yang
dipandang cukup untuk analisis yang membutuhkan pengamatan yang
bersifat time series dan mewakili kondisi di BEI.
3. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI dari 2008-2010.
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 3.3.1 Variabel Tidak Bebas (Dependent = Y)
Manajemen laba merupakan bentuk intervensi manajemen dalam
proses penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan mereka sendiri.
Tindakan manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proxy
discretionary accruals, perusahaan tidak melakukan manajemen laba apabila
total accrual sama dengan non discretionary accrual atau besarnya DAit=0.
Jika DAit bernilai positif berarti terdapat indikasi perusahaan melakukan
manajemen laba dengan pola menaikkan laba dan DAit negatif berarti
perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dengan pola menurunkan
laba.
Menurut Belkaoui (2007) manajemen laba diukur dengan
menggunakan proksi Discretionary Accrual. Discretionary Accrual
merupakan komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer, artinya
manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi. Sebelum
Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan
nondiscretionary dengan tahapan :
1. Mengukur total akrual dengan menggunakan Model Jones yang
dimodifikasi.
Total akrual = Laba bersih setelah pajak – Arus kas dari operasi
2. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi
OLS (Ordinary Least Square) :
TAt /At-1= α1(1/At-1) + α2((ΔREVt- ΔRECt)/At-1) + α3(PPEt/At-1) + Et
Keterangan :
TAt : total accrual perusahaan pada periode t
At-1 : total aset pada akhir tahun t-1
ΔREVt : perubahan pendapatan operasi dari tahun t-1 ke tahun t ΔRECt : perubahan piutang usaha dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt : aktiva tetap kotor perusahaan tahun t
Et : porsi pilihan spesifik perusahaan dalam akrual total
3. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai
berikut :
NDAt = α1(1/At-1) + α2((ΔREVt- ΔRECt)/At-1) + α3(PPEt/At-1)
Keterangan :
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total accruals
4. Menghitung discretionary accruals :
DACt = (TACt /At-1) - NDAt
Keterangan :
DACt : discretionary accruals perusahaan pada periode t
3.3.2 Variabel Bebas (Independent = X)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio keuangan yang terdiri dari size,Return on Asset(ROA), dan leverage.
3.3.2.1Size (X1)
Size adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut total aktiva.
Size dapat dinilai dengan log of total assets. Menurut
Hardityanti (2012) Log of total Assets ini digunakan untuk mengurangi
perbedaan signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar
dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai total asset
dibentuk menjadi logaritma natural, konversi kebentuk logaritma
natural ini bertujuan untuk membuat data total asset terdistribusi
normal. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural
dari total asset.
Rasio ROA merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan aset. Rasio ini menunjukkan efektivitas pengelolaan aset,
semakin tinggi angka ROA menunjukkan pengelolaan aset semakin
produktif. (Setiawati, 2010)
3.3.2.3 Leverage (X3)
Leverage dapat diartikan sebagai pengunaan aktiva atau
dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup
biaya tetap atau beban tetap. Leverage terdiri atasleverageoperasi
danleveragekeuangan. Dalam penelitian ini digunakan financial
leverage (leverage keuangan). Riyanto dalam Dewi (2010) menyatakan
financial leverage merupakan penggunaan dana yang disertai biaya
tetap.
Financial leverage diproksikan dengan debt to total assets
dengan rumus sebagai berikut :
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 31 perusahaan. Teknik
penarikan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive
���= ���������ℎ������������
����������� �100%
�����������������= total utang
sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan
kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel yang dipilih dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2010.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan tidak pernah mengalami
delisting tahun 2008-2010.
3. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2008-2010 tidak
mengalami kerugian.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang diperoleh dalam penelitian
ini berjumlah 22 perusahaan dengan 3 tahun pengamatan yang dapat dilihat
[image:42.595.116.514.453.651.2]dilampiran 1 dan dalam tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1
Rekapitulasi Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah
• Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun
2008-2010
• Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan tidak pernah mengalami delisting tahun 2008-2010
• Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun
2008-2010 tidak mengalami Kerugiaan.
31
26
22
3.5 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008, 2009 dan
2010. Data ini diperoleh dari situs
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap. Tahap
pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu melalui sejumlah buku akuntansi
dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap yang
kedua, pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan cara
mengunduh melalui situs www.idx.co.id
3.7 Teknik Analisis
untuk memperoleh laporan keuangan
yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi,
maksimum dan minimum. Statistik deskriptif merupakan statistik yang
menggambarkan atau mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
3.7.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi
normal atau mendekati normal (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi
apakah data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini
menggunakan analisis statistik dan analisis grafik.
1. Analisis Grafik
Untuk melihat normalitas residual dapat dilakukan dengan cara
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Cara lainnya
adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal.
2. Uji Statistik
Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan
untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik
Kolmogorov-Smirnov. Dalam mengambil keputusan dilihat dari hasil
uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0,05
maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai
probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut
3.7.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance (tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum
digunakan adalah nilai tolerance>0,10 atau sama dengan VIF diatas
10. Apabila nilai tolerance tidaklebih dari 0,10 atau nilai VIF < 10
maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel dalam model regresi.
3.7.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk menguji ada atau tidaknya
autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test).
Uji autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW test) hanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi
diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada atau
tidaknya autokorelasi, yaitu:
1. Nilai DW dibawah – 2 = ada autokorelasi positif
2. Nilai DW diantara -2 samapai +2 = tidak ada autokorelasi
3. Nilai DW diatas +2 = ada autokorelasi negatif.
3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedasitas (Ghozali, 2006).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilihat dari grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisis menurut
Ghozali (2006):
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik yang menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linier
berganda. Metode regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel independent yakni size,Return on Asset(ROA) dan
leverage terhadap variabel terikat yaitu manajemen laba dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
Y : Manajemen laba
a : Konstanta
b1-3 : Koefisien regresi variabel independent
X1 : Size
X2 : Return on Asset (ROA)
X3 : Leverage
3.7.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2006). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada R
square. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R
square berkisar antara 0 dan 1.
3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (uji F)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
F. Menurut Ghozali (2006) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.”
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 = tidak semua variabel independen berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen.
Ha = Semua variabel independen berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung
dengan ketentuan :
1. Jika F hitung< F tabelpada α 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak.
3.7.3.3 Uji Signifikansi Parsial (uji t)
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t.
Menurut Ghozali (2006) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variabel dependen.”
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha = Variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen.
H0 = Variabel independen tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan
ketentuan :
1. Jika t hitung< t tabel pada α 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian
Data dalam penelitian inidiperoleh dari webs
periode 2008-2010. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari tahun 2008-2010.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling
dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
terdapat 22 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
dan diamati selama periode 2008-2010.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas
atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data
dimulai dengan mengolah data yang selanjutnya dilakukan pengujian asumsi
klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan regresi
berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan software SPSS18 (Statistical Product and Services Solution).
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau
(mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil
analisis dengan statistik deskriptif dari sampel perusahaan perbankan dari
[image:51.595.117.505.253.360.2]tahun 2008-2010 disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SZ 66 27,94 33,74 30,6824 1,84360
ROA 66 ,000934 ,036875 ,01630186 ,009760213
LV 66 ,79 1,00 ,8933 ,03880
ML 66 -,251250 ,249079 -,02158368 ,076823056 Valid N
(listwise)
66
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 66, yang dapat dilihat dari nilai N. Berikut akan
dijelaskan perincian deskriptif statistik yang telah diolah :
a. Variabel size (SZ) memiliki nilai minimum 27,94 dan nilai maksimum
33,74 dengan nilai rata-ratanya 30,6824. Standar deviasi variabel ini
adalah sebesar 1,84360. Jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 66.
b. Variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai minimum 0,000934 dan
nilai maksimum 0, 036875 dengan nilai rata-ratanya 0, 01630186. Standar
deviasi variabel ini adalah sebesar 0, 009760213. Jumlah data yang
digunakan adalah sebanyak 66.
c. Variabel leverage (LV) memiliki nilai minimum 0,79 dan nilai maksimum
1,00 dengan nilai rata-ratanya 0,8933. Standar deviasi variabel ini adalah
d. Variabel manajemen laba (ML) perusahaan, nilai minimumnya -0, 251250
dan maksimumnya 0, 249079 dengan nilai rata-ratanya -0, 02158368.
Standar deviasi variabel ini adalah sebesar 0, 076823056. Jumlah data
yang digunakan adalah sebanyak 66.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah
residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik
dan uji statistik. Dalam analisis grafik, bila grafik histogram
menunjukkan pola distribusi normal dan grafik normal plot menyebar
teratur mengikuti garis diagonal, maka data terdistribusi normal. Hasil
[image:52.595.186.472.488.673.2]analisis dengan uji normalitas dapat disajikan sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa data distribusi
normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data
mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) ke kiri
[image:53.595.190.492.239.496.2]maupun ke kanan.
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Pada gambar 4.2 menunjukkan Grafik Normal P-Plot
memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta
penyebarannya mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dalam model regresi terdistribusi normal.
Untuk uji statistik, dapat dilakukan dengan melihat nilai
Kolmogorov Smirnov, jika nilai signifikansi > 0,05 maka data
maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal. Hasil uji statistik
[image:54.595.173.514.199.379.2]ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,07528266
Most Extreme Differences
Absolute ,062
Positive ,062
Negative -,047
Kolmogorov-Smirnov Z ,500
Asymp. Sig. (2-tailed) ,964
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,964 lebih besar dari 0,05 (0,964 > 0,05).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi
secara normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebasnya. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai toleransi
diolah. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
[image:55.595.184.442.166.367.2]berikut ini :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant)
SZ ,488 2,048
ROA ,517 1,936
LV ,612 1,635
a. Dependent Variable: ML
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Masing-masing variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari
0,01 yaitu untuk variabel size memiliki nilai tolerance 0,488; variabel
Return on Asset(ROA) memiliki nilai tolerance 0,517; variabel
leverage memiliki nilai tolerance 0,612. Jika dilihat dari VIF-nya,
bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu untuk
VIF size 2,048; VIF Return on Asset(ROA) 1,936; VIF leverage
1,635. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalam variabel independennya.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Dalam uji autokorelasi ini, kita dapat menguji apakah
pada periode t dengan kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode
[image:56.595.169.513.183.368.2]sebelumnya. Hasil uji autokorelasi ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model RSquare Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
dimension0
199a
,040 -,007 ,077082495 2,239
a. Predictors: (Constant), LV, ROA, SZ b. Dependent Variable: ML
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,239.
Hal ini menunjukkan bahwa -2 < Angka DW < +2 (-2 > 2,239 > +2),
maka dengan demikian terjadi autokorelasi negatif.
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain sama, maka dapat disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
adanya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan mengamati grafik
scatterplot yang disajikan sebagai berikut :
[image:57.595.179.515.182.446.2]Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y
dan tidak membentuk suatu pola yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
4.2.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear dilakukan
dalam beberapa tahapan untuk mencari pengaruh antara variabel independen
dan leverage, sebagai variabel independen terhadap manajemen laba. Berikut
[image:58.595.119.505.173.373.2]ini adalah hasil regresi yang disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.5
Pengujian Hipotesis Penelitian Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) ,029 ,239 ,120 ,905
SZ -,006 ,007 -,137 -,768 ,445
ROA 2,024 1,363 ,257 1,485 ,143
LV ,103 ,315 ,052 ,326 ,746
a. Dependent Variable: ML
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
ML = 0,029 – 0,006 SZ + 2,024 ROA + 0,103 LV
Keterangan :
1. Konstanta sebesar 0,029 menunjukkan bahwa apabila variabel independen
dianggap konstan (X1, X2, X3 = 0), maka manajemen laba perusahaan
sebesar 0,029.
2. Koefisien regresi size (X1) = - 0,006 artinya setiap penambahan size
sebesar 1 %, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan
menurunkan manajemen laba perusahaan sebesar 0,006.
3. Koefisien regresi Return on Asset(ROA) (X2) = 2,024 artinya setiap
dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba perusahaan
sebesar 2,024.
4. Koefisien regresi leverage (X3) = 0,103 artinya setiap penambahan
leverage sebesar 1 %, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan
menaikkan manajemen laba perusahaan sebesar 0,103.
4.2.3.1Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R