• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERJANJIAN DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN BAGI PERORANGAN (Studi Perjanjian DPLK Bank Muamalat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERJANJIAN DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN BAGI PERORANGAN (Studi Perjanjian DPLK Bank Muamalat)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERJANJIAN DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN BAGI PERORANGAN

(Studi Perjanjian DPLK Bank Muamalat)

Oleh

AKHMAD SITTAH KURNIA ARAFAH

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) merupakan suatu bentuk badan hukum tersendiri yang mengelola dan menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dan PP No. 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Bank Muamalat adalah salah satu penyelenggara DPLK. Untuk menjadi peserta DPLK harus memenuhi syarat dan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan DPLK Muamalat sebagai perjanjian yang mengikat peserta dengan DPLK Muamalat. Penelitian ini akan mengkaji dan membahas mengenai perjanjian DPLK Muamalat meliputi syarat dan prosedur menjadi peserta, hak dan kewajiban para pihak dan berakhirnya DPLK Muamalat.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe deskriptif. Pendekatan masalah secara normatif terapan. Untuk itu, data yang digunakan ialah data sekunder dan pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka.

Pengelolaan data dilakukan dengan cara identifikasi, editing, penyusunan data

dan penarikan kesimpulan serta dianalisis secara kualitatif.

(2)

pensiun dan haknya adalah menerima pembayaran iuran pensiun dari peserta. Perjanjian dana pensiun berakhir pada saat peserta telah mencapai usia pensiun disertai dengan pembayaran manfaat berupa angsuran tetap setiap bulan. Jika peserta meninggal dunia maka manfaat pensiun diberikan kepada janda/duda, anak peserta atau ahli waris yang ditunjuk. Besarnya manfaat pensiun tergantung dari jumlah iuran selama peserta menjadi peserta aktif.

Kata Kunci: Perjanjian Dana Pensiun, Syarat dan Prosedur, Hak dan

(3)

ANALISIS PERJANJIAN DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN BAGI PERORANGAN

(Studi Perjanjian DPLK Bank Muamalat)

Oleh

AKHMAD SITAH KURNIA ARAFAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Akhmad Sittah Kurnia Arafah, lahir di Bandar Lampung

pada tanggal 30 Januari 1990. Penulis merupakan anak

keenam dari enam bersaudara dari pasangan Drs. Hi.

Achmad Rasyid dengan Hj. Mulyati. Penulis mulai

mengenyam pendidikan dan lulus dari TK Sandhy

Putra Telkom Bandar Lampung pada tahun 1995, Sekolah

Dasar di SDN 1 Kebon Jeruk pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di

SMPN 5 Bandar Lampung pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Atas di

SMAN 1 Bandar Lampung pada Tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi menjadi

mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

(7)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Kedua orangtuaku tercinta Drs. Hi. Achmad Rasyid dan Hj. Mulyati.

Almamater tercinta Universitas Lampung,

(8)

MOTO

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”

(Ummar bin Khatab)

“Sukses bukan selalu tentang siapa menjadi yang pertama, sukses adalah jatuh

kemudian bangkit dan kalahkan manusia yang meragukan dirimu”

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Perjanjian Dana

Pensiun Lembaga Keuangan bagi Perorangan (Studi Perjanjian DPLK

Bank Muamalat)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan ilmu pengetahuan,

bimbingan, dan masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak, maka

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H, M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberikan masukan,

(10)

dan masukan yang membangun serta mengarahkan penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan;

5. Ibu Aprilianti,S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah memberikan

saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;

6. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang juga telah

memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas

Lampung, khususnya Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan sumber

mata air ilmuku yang penuh ketulusan, dedikasi untuk memberikan ilmu

yang bermanfaat dan motivasi bagi penulis, serta segala kemudahan dan

bantuannya selama penulis menyelesaikan studi;

8. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah yang

penulis banggakan dan Mamak tercinta yang telah memberikan dukungan

dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi dengan baik. Terima kasih atas segalanya semoga kelak

dapat membahagiakan, membanggakan dan selalu bisa membuat kalian

tersenyum dalam kebahagiaan;

9. Kakak dan ayuk tercinta Kak Yadi, Yuk Malia, Yuk Sari, Kak Dian dan Yuk

Linda serta kakak dan ayuk iparku Mas Iwan, Yuk Laras dan Kak Ari terima

kasih atas semua dukungan baik moril, materil, motivasi, arahan dan nasehat

yang diberikan sehingga penulis kembali termotivasi untuk menyelesaikan

(11)

angkatan 2007 yang sudah mendahului penulis menyelesaikan studi dan

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, khususnya teman-teman jurusan

Hukum Perdata Ekonomi atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah

terjalin selama ini, semoga tidak akan terputus ditelan zaman;

11. Teman-teman seperjuangan skripsi Clara, Eva, Yuniar, Birsye, Bayu, Imam,

Astari yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini;

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua doa, bantuan dan

dukungannya;

13. Almamater Tercinta.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya, khsusunya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan

ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN . ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ...xii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang . ...1

B.Permasalahan ...5

C.Ruang Lingkup Penelitian ...5

D.Tujuan Penelitian ...5

E.Kegunaan Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian ...7

2. Syarat-Syarat Sah Perjanjian ...8

3. Akibat Perjanjian ...10

4. Hubungan Hukum dalam Perjanjian ...11

(13)

2. Jenis Dana Pensiun ...17

3. Manfaat Pensiun ...17

C. Lembaga Keuangan 1. Pengertian Lembaga Keuangan ...19

2. Jenis Lembaga Keuangan ...20

D. Dana Pensiun Lembaga Keuangan 1. Pengertian dan Pengaturan Dana Pensiun Lembaga Keuangan ...25

2. Pendirian Dana Pensiun Lembaga Keuangan ...27

3. Organ atau Alat Perlengkapan Dana Pensiun Lembaga Keuangan ...29

E. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat ...34

F. Kerangka Pikir ...34

F. Metode Pengolahan Data ...41

G.Analisis Data ...42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Syarat dan Prosedur Peserta DPLK Muamalat ...43

1. Syarat Peserta DPLK Muamalat ...43

2. Prosedur Pendaftaran Peserta DPLK Muamalat ...47

B.Hak dan Kewajiban Pihak dalam Perjanjian DPLK Muamalat ...52

C.Berakhirnya Perjanjian DPLK Muamalat ...56

(14)

V. KESIMPULAN ... 66

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bekerja merupakan sifat kodrati manusia sebagai kewajiban dasar manusia untuk

dapat melanjutkan hidupnya. Manusia dikatakan bermartabat apabila dia mampu

bekerja keras dengan hasil yang diperoleh disebut dengan penghasilan atau karya

yang menjadi identitas atas hasil kerjanya. Dengan bekerja dan berpenghasilan

tersebut, manusia dapat memperoleh segala hak dan memiliki segala apa yang

diinginkan. Untuk itu, diharapkan manusia menjadikan pekerjaannya sebagai

profesi yang didasari dengan keahlian dan keterampilan khusus yang dilakukan

secara terus menerus sehingga hasil berupa penghasilan yang diterima dapat

memenuhi segala yang diinginkannya dalam hidup.

Berbagai macam profesi yang dapat dipilih oleh setiap manusia agar hidup lebih

bermanfaat antara lain: Pegawai Negeri Sipil, karyawan swasta, pengusaha,

Dokter, Apoteker, Pengacara, Notaris. Dilihat dari macam profesi tersebut, maka

profesi tersebut ada yang bernaung di dalam suatu lembaga/perusahaan dan ada

yang menjalankan usaha sendiri atau wirausaha. Dalam hal, pekerja tersebut

bekerja dengan profesi Pegawai Negeri Sipil atau karyawan swasta maka

penghasilan yang diterima telah dapat diketahui dan bersifat tetap dan cenderung

(16)

bersifat wirausaha maka penghasilan yang diterima tergantung pada usaha yang

dijalankan dan bersifat meningkat atau kadang menurun. Untuk itu, manusia

berusaha mempersiapkan hidupnya dengan bekerja keras agar dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya, keluarganya dan mempersiapkan pula kebutuhan hidupnya

pada saat tidak bekerja lagi atau yang disebut masa pensiun.

Berbagai cara dipersiapkan manusia dalam menghadapi masa pensiun antara lain

dengan menabung, membeli aset tanah, memiliki saham perusahaan dan

mengikuti program dana pensiun. Biasanya bagi PNS atau karyawan telah

disiapkan program dana pensiun yang secara khusus dibentuk oleh pemerintah

atau oleh perusahaannya sehingga pada saat masa pensiun akan menerima

sejumlah uang pensiun yang dibayarkan secara sekaligus atau per bulan sebagai

jaminan hari tuanya. Namun demikian, bagi wirausaha yang tidak memiliki

kepastian jaminan hari tua, maka perlu mempersiapkan diri untuk mengikuti

program dana pensiun agar pada saat memasuki masa pensiun telah tersedia

sejumlah dana sebagai jaminan hari tuanya.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (selanjutnya

disingkat UUDP) telah mengatur tentang program pensiun yang dapat

diselenggarakan oleh lembaga keuangan atau oleh pemberi kerja untuk

memberikan manfaat pensiun sebagai jaminan hari tua pada saat seseorang atau

pekerja memasuki masa pensiun. Dalam UUDP diatur antara lain dua jenis dana

pensiun yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yang dibentuk oleh orang atau

(17)

Keuangan (DPLK) yaitu lembaga keuangan yang diberi izin Menteri Keuangan

untuk menyelenggarakan program dana pensiun.

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) merupakan lembaga keuangan

penyelenggara program dana pensiun yang dapat diikuti oleh siapa saja baik PNS,

karyawan atau wirausaha untuk dapat menjadi peserta sebagai sarana persiapan

memperoleh manfaat pensiun sebagai jaminan hari tuanya. Untuk melaksanakan

ketetuan UUDP mengenai DPLK maka Pemerintah mengeluarkan peraturan

pelaksanaannya berupa Peraturan Pemerintah No.77 Tahun 1992 tentang Dana

Pensiun Lembaga Keuangan.

Berdasarkan UU No.11 Tahun 1992 jo PP No.77 Tahun 1992 ditentukan bahwa

DPLK dapat dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi atas izin Menteri

Keuangan untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan,

baik karyawan maupun pekerja mandiri. Untuk itu, setiap orang yang mengikuti

atau menjadi peserta program dana pensiun pada DPLK harus mendaftarkan diri

dengan memenuhi persyaratan dan mengikuti prosedur tertentu yang ditentukan

oleh bank atau perusahaan asuransi yang bertindak sebagai DPLK. Dalam hal

peserta tersebut telah memenuhi syarat dan diterima sebagai peserta program dana

pensiun DPLK maka peserta tersebut akan menandatangani perjanjian yang

memuat kewajiban dan hak para pihak tersebut.

Salah satu bank yang menyelenggarakan program dana pensiun DPLK di Bandar

Lampung adalah Bank Muamalat yang telah memperoleh izin dari Menteri

Keuangan (saat ini OJK) untuk dapat menyelenggarakan program dana pensiun

(18)

memenuhi syarat akan menandatangani perjanjian dan membayar iuran dana

pensiun sebagaimana diperjanjikan. Perjanjian yang telah ditandatangani tersebut

mengikat para pihak sebagai undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal

1338 KUHPerdata dan harus dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung

jawab. Dalam perjanjian tersebut dipatuhi dengan baik, maka sesuai dengan

ketentuan dalam perjanjian para pihak dapat mengakhiri perjanjian dengan

memberikan manfaat pensiun kepada peserta atau nasabahnya tersebut. Dalam

hal, peserta atau nasabah tidak membayar iuran pensiun maka berdasarkan

perjanjian yang telah ditandatangani tersebut, dapat dinyatakan wanprestasi dan

memiliki akibat hukum terhadap kelanjutan program dana pensiun tersebut.

Sebagai bank syariah, salah satu daya tarik program dana pensiun yang

diselenggarakan oleh Bank Muamalat sesuai dengan jenis banknya ialah peserta

atau nasabah berharap akan diikuti dengan penerapan prinsip syariah atau bagi

hasil dalam pembayaran manfaat pensiun. Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji

dan membahas perjanjian DPLK yang diselenggarakan oleh Bank Muamalat

dengan peserta atau nasabahnya dan kekhususan program dana pensiun yang

berdasarkan prinsip syariah dalam pengelolaan manfaat pensiun. Judul penelitian

ini adalah “Analisis Perjanjian Dana Pensiun Lembaga Keuangan bagi

(19)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini ada

beberapa masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah.

Beberapa masalah tersebut sebagai berikut:

1. Apa syarat dan prosedur menjadi peserta DPLK Muamalat?

2. Apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian DPLK

Muamalat?

3. Bagaimana berakhirnya perjanjian DPLK Muamalat?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup bidang ilmu dan ruang

lingkup pembahasan. Ruang lingkup bidang ilmu yang digunakan adalah Hukum

Keperdataan, yang berkenaan dengan Hukum Perjanjian, khususnya mengenai

Dana Pensiun. Ruang lingkup pembahasan adalah syarat dan prosedur menjadi

peserta dana pensiun, hak dan kewajiban peserta dana pensiun serta berakhirnya

perjanjian dana pensiun.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai syarat dan

prosedur menjadi peserta DPLK Muamalat.

2. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai hak dan

(20)

3. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai berakhirnya

perjanjian DPLK Muamalat.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu

pengetahuan dibidang hukum keperdataan dalam lebih khususnya dalam lingkup

hokum perjanjian. Serta memberikan gambaran isi dari perjanjian dana dana

pensiun lembaga keuangan.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

a. Sebagai upaya perluasan pengetahuan peneliti tentang bagaimana syarat dan

prosedur menjadi peserta dana pensiun, serta berakhirnya perjanjian yang

terjadi dalam perjanjian dana pensiun tersebut.

b. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian-penelitian

berikutnya.

c. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

Perjanjian merupakan terjemahan dari toestemming yang ditafsirkan sebagai

wilsovereenstemming (persesuaian kehendak/kata sepakat). Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak yang lain, dan pihak

yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Selain itu merupakan suatu

peristiwa hukum dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua

orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal.1

Perjanjian ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan

menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual beli barang, tanah,

pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha

dan sebegitu jauh menyangkut juga tenaga kerja.2

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut

KUHPerdata), menjelaskan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana

seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya

1

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 2002, hlm.29.

2

(22)

untuk melakukan sesuatu. Namun ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata tersebut

kurang tepat. Karena di dalamnya terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hanya menyangkut sepihak saja

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus

c. Pengertian perjanjian terlalu luas

d. Tanpa menyebut tujuan

2. Syarat-Syarat Sah Perjanjian

Suatu perjanjian adalah sah apabila telah dipenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian

yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata, sehingga perjanjian tersebut

diakui oleh hukum. Dalam pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian

dibedakan menjadi dua, yaitu syarat subjektif dan syarat objektif. Syarat subjektif

yaitu syarat yang harus dipenuhi oleh subjek perjanjian. Sedangkan syarat objektif

adalah syarat yang harus dipenuhi objek perjanjian. Apabila persyaratan subjektif

tidak dipenuhi, maka perjanjian itu dapat dimintakan pembatalan. Pembatalan ini

dapat dimintakan oleh pihak yang berkepentingan dengan meminta bantuan

kepada pihak yang berwenang. Apabila perjanjian tersebut tidak dimintakan

pembatalan, maka perjanjian itu tetap sah dan mempunyai akibat hukum.

Apabila syarat obyektif tidak dipenuhi, maka perjanjian yang dibuat adalah batal

demi hukum, artinya perjanjian itu sejak semula dianggap tidak pernah ada dan

secara otomatis tidak mempunyai akibat hukum. Sebagaimana perjanjian pada

umumnya, untuk syahnya perjanjian ini pun harus memenuhi syarat-syarat sahnya

(23)

a. Kesepakatan

Kesepakatan ialah sepakatnya para pihak yang mengikatkan diri, artinya

kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus memunyai kemauan yang

bebas untuk mengikatkan diri, dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas

atau secara diam. Dengan demikian suatu perjanjian itu tidak sah apabila

dibuat atau didasarkan kepada paksaan, penipuan atau kekhilafan.

b. Kecakapan

Kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

Menurut hukum, kecakapan termasuk wewenang untuk melakukan tindakan

hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk

membuat suatu perjanjian kecuali orang-orang yang menurut undang-undang

dinyatakan tidak cakap. Adapun orang-orang yang tidak cakap membuat

perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, orang yang dibawah

pengampuan dan perempuan yang telah kawin.3

c. Suatu hal tertentu

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka

perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 KUHPerdata menentukan hanya

barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi objek

perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 KUHPerdata barang-barang yang baru

aka nada di kemudian hari dapat menjadi objek perjanjian kecuali jika dilarang

oleh undang-undang secar tegas. Contohnya jual beli tanah yang harus jelas

ukuran luas tanah dan dimana letak tempatnya.

d. Suatu sebab yang halal

3

(24)

Meskipun siapa saja dapat membuat perjanjian apa saja, tetapi ada

pengecualiannya yaitu sebuah perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan

undang-undang, ketentuan umum, moral dan kesusilaan (Pasal 1335

KUHPerdata).4

Syarat pertama dan kedua menyangkut subjek, sedangkan syarat ketiga dan

keempat mengenai objek karena mengenai perjanjiannya itu sendiri atau objek

dari perbuatan hukum yang dilakukan. Terdapatnya cacat kehendak (keliru,

paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subjek

mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan

keempat mengenai objek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.

3. Akibat Perjanjian

Akibat dari suatu perjanjian yang dibuat secara sah adalah sebagai berikut:

a. Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338

Ayat (1) KUHPerdata), asas janji itu mengikat.

b. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya (Pasal 1340

KUHPerdata) dan perjanjian dapat mengikat pihak ketiga apabila telah

diperjanjikan sebelumnya (Pasal 1317 KUHPerdata).5

c. Konsekuensinya para pihak dalam perjanjian tidak dapat secara sepihak

menarik diri dari akibat-akibat perjanjian yang dibuat oleh mereka (Pasal 1338

Ayat (2) KUHPerdata).

d. Perjanjian dapat diakhiri secara sepihak jika ada alasan-alasan yang oleh

(25)

KUHPerdata), yaitu seperti yang termuat dalam Pasal 1571, Pasal 1572, Pasal

1649, Pasal 1813 KUHPerdata.6

e. Janji untuk kepentingan pihak ketiga.

f. Dalam pelaksanaan suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik

(Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata), jadi ikitkad baik harus ada sesudah

perjanjian itu ada.

g. Suatu perjanjian selain mengikat untuk hal-hal yang diperjanjikan juga

mengikat segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang (Pasal 1339 KUHPerdata). Hal-hal

yang menurut kebiasaan selamanya disetujui untuk secara diam-diam

dimasukkan ke dalam perjanjian (Pasal 1347 KUHPerdata).

h. Konsekuensi jika undang-undang yang bersifat memaksa disampingkan para

pihak dalam membuat perjanjian, maka seluruh atau bagian tertentu dari isi

perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang yang memaksa tersebut

menjadi batal.7

4. Hubungan Hukum dalam Perjanjian

Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum yang dijamin

oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi hak

dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut melalui

pengadilan. Suatu perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak memiliki

hubungan hukum yang harus dipatuhi keduanya.

6Ibid

, hlm.20

7Ibid

(26)

Hubungan ini memberikan hak dan kewajiban kepad masing-masing pihak untuk

memberikan tuntutan atau memenuhi tuntutan tersebut. Artinya, tidak akan nada

kesepakatan yang mengikat seseorang jika tidak ada perjanjian tertentu yang

disepakati oleh para pihak. Dari adanya hubungan hukum tersebut, maka timbul

tanggung jawab para pihak dalam suatu perjanjian.

Tanggung jawab merupakan realisasi kewajiban terhadap pihak lain. Untuk

merealisasikan kewajiban tersebut perlu ada pelaksana. Hasilnya adalah

terpenuhinya hak pihak lain secara sempurna atau tidak sempurna. Dikatakan

terpenuhinya secara sempurna apabila kewajiban itu dilaksanakan sebagaiman

mestinya, sehingga pihak lain memperoleh haknya sebagaimana mestinya pula.

Hal ini tidak menimbulkan masalah. Dikatakan tidak terpenuhinya secara

sempurna apabila kewajiban itu dilaksanakan tidak sebagaimana mestinya,

sehingga pihak lain memperoleh haknya sebagaimana mestinya pula (pihak lain

dirugikan). Hal ini menimbulkan masalah, yaitu siapa yang bertanggung jawab,

artinya siapa yang wajib memikul beban tersebut, pihak debitur atau kreditur,

pihak penerima jasa atau pemberi jasa. Dengan adanya pertanggungjawaban ini

hak pihak lain diperoleh sebagaimana mestinya (haknya dipulihkan). Jika pihak

yang mempunyai kewajiban tidak melaksanakan kewajibannya, ia dikatakan

wanprestasi atau ingkar janji.

Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja

maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi itu dapat terjadi

karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena

(27)

Wanprestasi dapat berupa:

a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.

b. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.

c. Terlambat memnuhi prestasi.

d. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.8

5. Berakhirnya Perjanjian

Esensi dari perjanjian adalah apabila prestasi dari perjanjian tersebut dipenuhi,

maka perjanjian tersebut berakhir. KUHPerdata mengatur tentang hapusnya

perikatan, yaitu dinyatakan dalam Pasal 1381 bahwa

perikatan-perikatan hapus :

a. Karena pembayaran;

b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan;

c. Karena pembaruan utang

d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

e. Karena pencampuran utang;

f. Karena pembebasan utang;

g. Karena musnahnya barang yang berhutang

h. Karena kebatalan atau pembatalan;

i. Karena berlakunya suatu syarat batal;

j. Karena lewatnya waktu

8

(28)

B. Dana Pensiun

1. Pengertian dan Pengaturan Dana Pensiun

a. Pengertian Dana Pensiun

Dana pensiun menurut Pasal 1 ayat (1) UUDP adalah badan hukum yang

mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Secara

umum dana pensiun adalah semua program, peraturan atau ketentuan yang

menjanjikan manfaat pensiun termasuk upaya-upaya penghimpunan dana untuk

menyelanggarakan program pensiun.9 Sebagai badan hukum, dana pensiun adalah

organisasi yang teratur yang dikelola oleh pengurusnya dan memiliki kekayaan

sendiri terpisah dari kekayaan pengurusnya, dan mempunyai tujuan tertentu.10

Penyelenggaraan suatu program pensiun terutama dari sisi pemberi kerja, dapat

dilihat dari dua aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek sosial. Aspek ekonomis

adalah usaha pemberi kerja untuk menarik atau mempertahankan karyawan

perusahaan yang memiliki potensi, cerdas, terampil dan produktif, yang dapat

diharapkan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan aspek sosial berkaitan

dengan tanggung jawab sosial pemberi kerja, bukan saja kepada karyawannya

pada saat karyawan yang bersangkutan tidak lagi mampu berkerja, tetapi juga

kepada keluarganya pada saat karyawan tersebut meninggal dunia.11

9

Frianto Pandia dkk, Lembaga Keuangan, Jakarta: PT Rineke Cipta, 2005, hlm.121.

10

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.147.

11

(29)

b. Pengaturan Dana Pensiun

Sebelum diundangkannya UUDP, program pensiun dengan pemupukan dana

diselenggarakan oleh pemberi kerja berdasarkan Arbeidersfondsen Ordonantie

(Staatsblad tahun 1926 Nomor 377), yang merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1601 KUH Perdata. Ketentuan tersebut memungkinkan

pembentukan dana bersama antara pemberi kerja dan karyawan, namun tidak

memadai sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan program pensiun. Hal ini

disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hal-hal mendasar dalam rangka

pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan program

pensiun, serta mengenai pengelolaan, kepengurusan, pengawasan dan sebaginya.12

Pemerintah kemudian mengeluarkan UUDP untuk lebih meningkatkan motivasi

dan ketenangan kerja dalam rangka peningkatan produktivitas serta untuk

memberikan daya guna yang optimal dalam penyelenggaraan program pensiun

sesuai dengan fungsinya. Dalam penjelasan UUDP ditegaskan bahwa dalam

rangka upaya memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua perlu

mendapat perhatian dan penanganan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Dalam hubungan ini di masyarakat telah berkembang suatu bentuk tabungan

masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun.

Bentuk tabungan ini mempunyai cirri sebagai tabungan jangka panjang, yang

dapat dinikmati hasilnya setelah karyawan yang bersangkutan pensiun.13

12Ibid

, hlm. 724.

13Ibid,

(30)

Mengingat manfaat program pensiun yang begitu besar, baik bagi peserta maupun

bagi masyarakat luas, maka upaya pengembangan penyelenggaraan program

pensiun selama ini telah didukung oleh pemerintah melalui peraturan perundangan

di bidang perpajakan, yaitu dengan pemberian fasilitas penundaan pajak

(penghasilan) sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang lengkapnya berbunyi sebagai berikut: “Iuran yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang

disetujui Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun oleh

karyawan, dan penghasilan Dana Pensiun serupa dari modal yang ditanamkan

dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak termasuk dari objek pajak”. Hal tersebut berguna juga untuk mengembangkan

minat penyelenggaraan program pensiun terutama oleh pihak-pihak swasta guna

pemberian kesejahteraan dan jaminan hidup hari tua kepada karyawan.14

Program pensiun selalu dituangkan dalam suatu perjanjian antara pemberi kerja

dengan karyawan atau lembaga keuangan dengan pesertanya. Perjanjian ini

berbentuk suatu peraturan yang disebut dengan peraturan dana pensiun, yang

berlaku baik bagi karyawan maupun pemberi kerja. Di dalam peraturan tersebut,

diatur semua hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pada hakikatya, peraturan

dana pensiun adalah bagian dari perjanjian kerja.

Hal-hal penting yang umumnya diatur di dalan suatu peraturan pensiun antara

lain meliputi hal-hal sebagai berikut:15

(1) siapa yang berhak menjadi peserta

14Ibid

, hlm. 724.

15Ibid

(31)

(2) manfaat apa saja yang akan diberikan dan dalam bentuk apa

(3) kapan dapat dinikmatinya dan berapa besar manfaat yang dijanjikan kepada

peserta

(4) sumber pembiayaannya.

2. Jenis Dana Pensiun

Menurut UUDP, dana pensiun dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu:

a. Dana Pensiun Pemberi Keja

Dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan

karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat

pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta,

dan menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk

menyelenggarakan program pensiun iuran pasti baik perorangan, karyawan

maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi

karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

3. Manfaat Pensiun

Manfaat pensiun merupakan suatu janji pembayaran suatu jumlah uang yang

dibayarkan kepada peserta program dana pensiun, yang pembayarannya dikaitkan

dengan pencapaian usia tertentu.16 Menurut pasal 1 UUDP manfaat pensiun

antara lain:

16

(32)

a. Manfaat Pensiun Normal, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang mulai

dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah mencapai usia pensiun normal

atau sesudahnya.

b. Manfaat Pensiun Dipercepat, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang

dibayarkan apabila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia pensiun

normal.

c. Manfaat Pensiun Cacat, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan

bila peserta menjadi cacat.

d. Pensiun Ditunda, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti bekerja

sebelum mencapai usia pensiun normal, yang ditunda pembayarannya sampai

pada saat peserta pensiun.

Pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun adalah:17

a. Janda/duda

Timbul apabila peserta/pensiunan meninggal dunia dan dibayarkan seumur

hidup, kecuali bila janda/duda kawin lagi atau meninggal dunia.

b. Anak

Timbul apabila janda/duda meninggal dunia atau kawin lagi atau

peserta/pensiunan meninggal dunia dan tidak meninggalkan janda/duda. Wajib

dibayarkan sampai usia 21 tahun dan usia setinggi-tingginya 25 tahun.

c. Pihak yang ditunjuk

Timbul apabila peserta/pensiunan meninggal dunia dan tidak meninggalkan

janda/duda dan anak serta dibayarkan secara sekaligus, dengan ketentuan:

17

(33)

(1) Penunjukkan harus dilaksanakan pada saat yang bersangkutan menjadi

peserta dan batal demi hukum sejak saat peserta menikah/mempunyai

anak.

(2) Penunjukan dapat diubah apabila dikehendaki peserta.

(3) Dalam hal pihak yang ditunjuk meninggal dunia lebih dulu dari peserta,

maka peserta harus menunjuk penggantinya.

C. Lembaga Keuangan

1. Pengertian Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai

kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak- pihak yang kekurangan dan

membutuhkan dana (lack of funds). Definisi secara umum yang dimaksud dengan

Lembaga Keuangan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 Pasal 1

ialah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan,

menaruh uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Lembaga

keuangan adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk aset

keuangan (financial assets). Kekayaan berupa aset keuangan digunakan untuk

menjalankan usaha di bidang keuangan.18 Lembaga Keuangan memilki fungsi

utama ialah sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana nasabah atau

masyarakat ataupun sebagai lembaga yang menyalurkan dana pinjaman untuk

nasabah atau masyarakat.

18

(34)

Objek kajian mengenai lembaga keuangan baik jenis bentuk hukumnya maupun

jenis kegiatan usahanya meliputi:19

a. Badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk asset keuangan yang

disediakan untuk menjalankan usaha di bidang jasa keuangan termasuk juga

pembiayaan.

b. Badan usaha yang hanya mempunyai kekayaan dalam bentuk usaha dibidang

jasa pembiayaan, menyediakan dana atau barang modal tanpa menarik dana

secara langsung dari masyarakat.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa lembaga keuangan

adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk aset keuangan.

Dalam kegiatannya di bidang jasa keuangan, lembaga keuangan menawarkan

berbagai jasa keuangan seperti pemberian kredit, mekanisme pembayaran, transfer

dana, penyimpanan, penyertaan modal, investasi dalam surat-surat berharga,

program asuransi, program pensiun.

2. Jenis Lembaga Keuangan

Secara garis besar dalam praktiknya di Indonesia, Lembaga Keuangan dapat

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga

Keuangan Bukan Bank. Keduanya memiliki perbedaan fungsi dan

kelembagaannya dan juga mempunyai derivasi menurut fungsi dan tujuan

masing-masing.

19

(35)

a. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga Keuangan Bank (Bank Financial Institution) adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan di bidang keuangan dengan menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk pinjaman.20 Istilah bank berasal dari bahasa italia banca yng berarti

meja yang dipergunakan oleh para penukar uang di pasar. Pada dasarnya bank

merupakan tempat penitipan atau penyimpanan uang, pemberi atau penyalur

kredit dan juga perantara di dalam lalu lintas pembayaran.

Lembaga keuangan Bank diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

tentang Perbankan jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.21

Secara umum Lembaga Keuangan Bank dapat dibagi menjadi :

(1) Bank Sentral

Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) adalah bank yang

didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 yang memiliki

tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana,

mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang,

mengajukan percetakan/penambahan mata uang rupiah. Bank Sentral hanya

(36)

seorang Gubernur dan lima sampai tujuh orang Direktur yang diangkat oleh

Presiden.

(2) Bank Umum

Bank Umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan

produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana

secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, member kredit

pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing,

menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang

berharga.23

(3) Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan

wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas

pula, seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas,

menerima simpanana masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat/surat berharga, tabungan.24

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank

Lembaga Keuangan Bukan Bank (Non Bank Financial Institution) adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau

tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan

23

Verozzaranii.blogspot.com/2013/07/lembaga-keuangan-di-indonesia_1060.html/m=1 diakses pada tanggal 24 Februari 2015 Pukul 13:45.

24

(37)

menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan.25

Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP-38/MK/IV/1972,

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKKB) adalah semua lembaga (badan) yang

melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak

langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga,

kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi

perusahaan-perusahaan.

Lembaga Keuangan Bukan Bank berfungsi sebagai pengumpul dana dan penyalur

dana dari dan ke masyarakat, maksudnya adalah untuk menunjang pengembangan

pasar uang dan modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan.

Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat diklasifikasikan lagi menjadi:26

(1) Asuransi

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak

atau lebih, dengan mana Penanggung mengikatkan diri kepada Tertanggung

dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada

Tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan

diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.

25

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000. Op.Cit, hlm. 18.

26Ibid

(38)

(2) Pegadaian

Pegadaian adalah salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang diperuntukkan bagi

masyarakat luas berpenghasilan rendah untuk membiayai kebutuhan tertentu

terutama yang sangat mendesak misalnya biaya pendidikan pada awal tahu ajaran,

biaya pulang mengunjungi keluarga yang terkena musibah, biaya pengobatan

anggota keluarga yang sakit, biaya menghadapi idul fitri, dll.27

(3) Dana pensiun

Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program

yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Dalam Dictionary of

Accounting, dana pensiun dapat diartikan sebagai dana yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada karyawan pada

saat mereka mencapai usia pensiun, meninggal dunia atau cacat.28 Jenis dana

pensiun yang ada di Indonesia adalah:

a. Dana pensiun pemberi kerja

b. Dana pensiun lembaga keuangan

(4) Reksa Dana

Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan

investor untuk berinvestasi dalam isntrumen-instrumen investasi yang tersedia di

pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian

dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portoofolio investasi, baik berupa

saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.29

27 Ibid

, hlm. 105. 28

Setiadi, Dana Pensiun Sebagai Badan HUkum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hlm.4

29

(39)

Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (27)

reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio oleh

Manajer Investasi.

(5) Bursa Efek

Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan

pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan yang sudah terdaftar di

bursa itu. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan

sumber permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah.30

Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 bursa efek adalah

pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan atau sarana untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan efek diantara mereka. Berdasarkan keterangan-keterangan di

atas, maka Dana Pensiun merupakan bagian dari Lembaga Keuangan Bukan

Bank.

D. Dana Pensiun Lembaga Keuangan

1. Pengertian dan Pengaturan Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Pasal 1 butir 4 UUDP menyatakan yang dimaksud Dana Pensiun Lembaga

Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan

asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi

perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang pelaksanaannya terpisah

30

(40)

dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi

jiwa yang bersangkutan. Pihak yang diperkenankan untuk mendirikan dana

pensiun hanyalah bank umum atau perusahaan asuransi jiwa. Oleh karena itu,

bank umum dan perusahaan asuransi jiwa dapat menyelenggarakan dua jenis dana

pensiun, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga

Keuangan.

DPLK dibentuk secara terpisah dari bank atau perusahaan asuransi jiwa yang

bersangkutan dan terpisah pula dari dana pensiun pemberi kerja yang mungkin

didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa tersebut. Sebagaimana

diketahui, bank atau perusahaan asuransi jiwa dalam kapasitasnya sebagai

pemberi kerja karyawannya, juga dapat memberikan dana pensiun pemberi kerja.

Dana pensiun lembaga keuangan hanya dapat menjalankan program pensiun iuran

pasti. Program ini terutama diperuntukkan bagi para pekerja mandiri atau

perorangan misalnya dokter, pengacara, pengusaha yang bukan merupakan

karyawan dari lembaga atau orang lain, walaupun tidak menutup kemungkinan

bagi pegawai negeri atau karyawan swasta untuk dapat mengikuti program dana

pensiun lembaga keuangan sebagai jaminan penghasilan lain di hari tua. Dana

Pensiun Lembaga Keuangan dalam penyelenggaraannya saat ini diatur dalam

Undang-Undang No. 11 tahun 1992 jo. PP No. 77 tahun 1992 tentang Dana

(41)

2. Pendirian Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Dasarnya semua bank umum maupun perusahaan asuransi jiwa dapat mendirikan

DPLK.31 Bank dan perusahaan asuransi jiwa dapat bertindak sebagai pendiri

DPLK dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah. Untuk dapat mendirikan DPLK, bank atau perusahaan asuransi jiwa

wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada menteri, dengan melampirkan

peraturan Dana Pensiun.

Persyaratan bagi bank umum dan perusahaan asuransi jiwa untuk mendirikan

DPLK adalah sebagai berikut:

a. Bank Umum

Memenuhi tingkat kesehatan bank dengan ketentuan antara lain:

(1) selama 24 bulan terakhir, sekurang-kurangnya dua puluh bulan tergolong

sehat dan selebihnya cukup sehat;

(2) memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum bank;

(3) kualitas aktiva produktif dalam kategori sehat; dan

(4) memenuhi ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

Semua syarat tersebut harus dibuktikan dengan surat rekomendasi bank Indonesia,

yang berisi:

(1) Memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan DPLK yang dibuktikan dengan

kesiapan organisasi, personil, sistem administrasi dan sistem pengolahan data.

31

(42)

(2) Menyanggupi untuk menyampaikan laporan tingkat kesehatan bank, baik

secara keseluruhan maupun aspek permodalan, kualitas aktiva produktif dan

pemenuhan BMPK setiap triwulan.

b. Perusahaan Asuransi Jiwa

Syarat-syarat yang harus dipenuhi perusahaan asuransi jiwa, yaitu:

(1) Memenuhi tingkat solvabilitas sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan di bidang perasuransian sekurang-kurangnya delapan

triwulan terakhir.

(2) Memenuhi kesiapan untuk menyelenggarakan DPLK yaitu kesiapan

organisasi, personil, sistem administrasi dan sistem pengolahan data.

(3) Memiliki kinerja investasi yang sehat.

(4) Memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat

sekurang-kurangnya dalam dua tahun terakhir. Jumlah pembatalan pertanggungan yang

belum mencapai nilai tunai dibanding dengan jumlah pertanggungan iuran

maksimum 20 persen. Tingkat kesinambungan pertanggungan dan jumlah

pembatalan pertanggungan, dibuktikan dengan surat rekomendasi Direktorat

Asuransi, Departemen Keuangan.

(5) Menyanggupi untuk menyampaikan laporan hasil penilaian solvabilitas

perusahaan asuransi jiwa sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang

usaha perasuransian setiap triwulan.32

32

(43)

3. Organ atau Alat Perlengkapan Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Sebagai suatu bentukan hukum yang memiliki hak dan kewajiban serta dapat

melakukan hubungan hukum, dana pensiun lembaga keuangan memiliki organ.

Organ ini pada prinsipnya memiliki fungsi sebagai alat perlengkapan dana

pensiun untuk mencapai tujuan.33

Organ atau alat perlengkapan dana pensiun lembaga keuangan terdiri atas pendiri,

dewan pengawas dan pengurus. Tugas dan tanggung jawab masing-masing organ

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendiri

Pihak yang berwenang mendirikan dana pensiun telah ditetapkan dalam

Undang-Undang Dana Pensiun secara terbatas. Dalam hal dana pensiun lembaga keuangan

pendirian dilakukan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa. Bank adalah bank

umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Perbankan, sedang

perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan asuransi jiwa sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Usaha Perasuransian.

Pendiri adalah organ atau alat perlengkapan organisasi yang memegang kekuasaan

tertinggi dalam dana pensiun dan memegang segala kewenangan yang tidak

diserahkan kepada dewan pengawas atau pengurus.34 Kewajiban dan tanggung

(44)

(2) Bertanggung jawab atas pengelolaan DPLK.

(3) Menunjuk Pelaksana Tugas Pengurus DPLK.

Hal yang menyangkut hak dan kewenangan pendiri DPLK yaitu:

(1) Menetapkan peraturan dana pensiun dan perubahannya.

(2) Menetapkan garis-garis besar kebijaknsanaa umum dalam pengelolaan DPLK.

(3) Menetapkan struktur organisasi dan personil DPLK.

(4) Meneteapkan rencana kerja dan anggaran DPLK.

(5) Menerima fee yang bersumber dari biaya-biaya yang dipungut oleh pengurus

DPLK.

b. Dewan Pengawas

Dewan pengawas merupakan organ atau alat perlengkapan organisasi dana

pensiun yang berfungsi melakukan pengawasan atas pengelolaan dana pesniun

oleh pengurus.35 Dewan Pengawas Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah

komisaris pendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dana Pensiun Pasal

12 ayat 1 dan PP No. 77 tentang DPLK. Dalam pelaksanaanya Dewan Pengawas

memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan DPLK. Tugas dan

wewenang Dewan Pengawas DPLK adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan pengawasan atas pengelolaan DPLK oleh pengurus.

(2) Menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawasannya

kepada pendiri.

(3) Menunjuk akuntan public untuk mengaudit laporan keuangan dan portofolio

investasi dana pensiun.

35Ibid

(45)

Dewan Pengawas DPLK memiliki tanggung jawab yaitu:

(1) Bertanggung jawab mengawasi pengelolaan dan investasi dana pensiun.

(2) Bertanggung jawab kepada pendiri.

c. Pengurus

Pengurus dana pensiun merupakan organ atau alat perlengkapan eksekutif dana

pensiun yang bertugas mengelola jalannya dana pensiun dan berwenang mewakili

dana pensiun di dalam dan di luar pengadilan.36 Pengurus wajib mengelola dana

pensiun dalam mengutamakan kepentingan peserta dan pihak lain yang berhak

atas manfaat pensiun.

Pada beberapa dana pensiun, jabatan pengurus disebut dengan istilah direksi.

Istilah direksi diguakan oleh sebagian dana pensiun untuk menyebut jabatan

pengurus, seperti telah ditetapkan antara lain oleh Dana Pensiun Bank Negara

Indonesia dan Dana Pensiun Bank Indonesia yang perturan dana pensiunnya telah

diumumkan terakhir dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor

45, tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 38.37

Pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan dalam hal ini direksi bank atau

perusahaan asuransi jiwa bertindak sebagai pengurus DPLK. Untuk membedakan

dengan fungsi pendiri, perlu juga ditetapkan apa yang merupakan kewajiban, hak

dan tanggung jawab pengurus DPLK.38

Kewajiban pengurus DPLK ialah sebagai berikut:

(46)

(1) Mengelola dana pensiun dengan mengutamakan kepentingan peserta dan

pihak lain yang berhak.

(2) Memelihara buku, catatan dan dokumen yang diperlukan dalam rangka

kegiatan dana pensiun.

(3) Bertindak teliti, terampil, bijaksana dan cermat dalam melaksanakan

tanggung jawab mengelol dana pesniun.

(4) Merahasiakan keterangan pribadi yang menyangkut masing-masing peserta.

(5) Menyampaikan laporan berkala kepada Menteri Keuangan yang terdiri dari:

a. laporan teknis;

b. laporan keuangan dan laporan investasi dana pensiun yang telah diaduit

oleh akuntan publik;

c. laporan keuangan semester dan laporan investasi dana pensiun semester

(un audited) yang disusun oleh pengurus.

(6) Memberikan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian

atas pilihan investasi yang dipilih peserta.

(7) Menyampaikan keterangan kepada peserta mengenai:

a. neraca dan perhitungan hasil usaha menurut bentuk, susunan dan waktu

yang ditetapkan Menteri keuangan;

b. hal-hal yang timbul dalam rangka kepesertaan dalam bentuk, susunan dan

waktu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

c. setiap perubahan peraturan dana pensiun.

(8) Paling lambat tiga puluh hari setelah tahun tutup buku menyampaikan kepada

peserta:

(47)

b. tanda bukti penarikan dana oleh peserta beserta pajak yang telah dipungut

dari penarikan dalam satu tahun.

(9) Mengalihkan pembayaran manfaat pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa

yang dippilih peserta dengan cara pembelian anuitas, apabila manfaat pensiun

dibayarkan secara bulanan.

(10)Menyetor kepada pendiri biaya yang telah dipungut dari peserta.

(11)Mengumumkan pegesahan Menteri Keuangan atas peraturan dana pensiun

dan perubahan peraturan dana pensiun, dengan menempatkannya dalam

Berita Negara RI.

Hak pengurus DPLK adalah:

(1) Meminta segala ketentuan yang berhubungan dengan kepesertaan.

(2) Memungut biaya pengelolaan dari peserta.

(3) Menerima imbalan jasa atas kepengurusannya.

(4) Menetapkan sistem administrasi dan sistem pengolahan data.

(5) Mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga misalnya dengan penasihat

investasi, akuntan public, pengacara dan lain-lain.

(6) Melakukan tindakan hukum untuk dan atas nama dana pensiun.

(7) Mewakili dana pensiun di dalam dan di luar pengadilan.

Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengurus DPLK adalah:

(1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan peraturan dana pensiun dan pengelolaan

dana pensiun.

(2) Bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan dana

(48)

dan/atau kewajibannya sebagaimana telah ditetapkan dalam peraturan dana

pensiun dan peraturan perundang-undangan tentang dana pensiun, serta wajib

mengembalikan kepada dana pensiun segala kenikmatan yang diperoleh dari

kekayaan dana pensiun secara melawan hukum.

E. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat

Program pensiun adalah sebuah program yang bermanfaat untuk diikuti oleh para

pekerja demi menciptakan kesejahteraan hari tua peserta termasuk keluarganya.

Melihat betapa pentingnya suatu program pensiun, maka PT.Bank Muamalat

Indonesia, Tbk mendirikan program dana pensiun yang menjadi salah satu produk

andalan dari Bank Muamalat.

Dana pensiun pertama kali dibentuk pada tanggal 12 September 1997 dengan

nama Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT. Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. dan disingkat Dana Pensiun Muamalat serta berkantor pusat di Jakarta. Dana

Pensiun Muamalat adalah penyelenggara Program Pensiun Iuran Pasti yang

disahkan oleh Menteri Keuangan melalui Surat Keputusan

No.KEP/485/KM.17/1997 Tanggal 10 Oktober 1997, merupakan salah satu

DPLK yang didirikan oleh Perusahaan Perbankan dan dikelola berdasarkan syariat

Islam. Dana pensiun ini menyelenggarakan program pensiun iuran pasti baik

perorangan, karyawan maupun pekerja mandiri.

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dibuat kerangka pikir

(49)

Keterangan:

Saat ini banyak lembaga keuangan terutama bank mengadakan program dana

pensiun yang diyakini dapat memberikan kepastian dalam menjalani hari tua yang

sejahtera. Salah satu bank yang menyelenggarakan program dana pensiun DPLK

di Bandar Lampung adalah Bank Muamalat yang telah memperoleh izin dari

Menteri Keuangan (saat ini OJK) untuk dapat menyelenggarakan program dana

pensiun bagi setiap peserta atau nasabahnya.

Objek kajian yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai perjanjian dana

pensiun yang diadakan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan penelitian di Bank Muamalat Cabang Bandar Lampung

dengan peserta program dana pensiun. Sebelum mengadakan perjanjian program

(50)

adanya perjanjian dana pensiun tersebut, maka nasabah mempunyai hak dan

kewajiban dalam menjalani program dana pensiun. Ada prosedur dan ketentuan

yang harus dipenuhi untuk mengikuti program tersebut. Setiap peserta atau

nasabah yang telah memenuhi syarat akan menandatangani perjanjian dan

membayar iuran dana pensiun sebagaimana diperjanjikan. Perjanjian yang telah

ditandatangani tersebut mengikat para pihak sebagai undang-undang sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 1338 KUHPerdata dan harus dilaksanakan dengan itikad

baik dan penuh tanggung jawab.

Penelitian ini akan mendeskripsikan syarat dan prosedur dalam perjanjian, hak

dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh nasabah dan bagaimana perjanjian DPLK

tersebut berakhir. Berdasarkan perjanjian tersebut maka terikatlah para pihak yang

terlibat dalam perjanjian tersebut yaitu Bank Muamalat dengan peserta program

(51)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika,

dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara

sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

tertentu, metologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu dan konsisten

berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu.39 Penelitian

sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab

permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif karena

penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan mendeskripsikan dari

bahan-bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-undangan dan perjanjian yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas40, dalam hal ini adalah

berkaitan dengan syarat dan prosedur menjadi peserta dana pensiun, hak dan

kewajiban pihak dalam dana pensiun serta berakhirnya dana pensiun.

39

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hlm.2.

40

(52)

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dan menguraikan

pokok bahasan yang telah disusun dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif.

Tipe penelitian deskriptif yaitu penggambaran secara jelas, rinci dan sistematis

yang bertujuan untuk memperoleh gambaran-gambaran (deskripsi) lengkap

tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu

yang terjadi didalam masyarakat.41 Penelitian ini akan menggambarkan secara

lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai perjanjian dana pensiun lembaga

keuangan yang dilaksanakan di Bank Muamalat Bandar Lampung berdasarkan

UUDP, peraturan-peraturan perundang-undangan, serta literatur yang berkaitan

dengan penelitian ini.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.42

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif-terapan, yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan mengkaji

pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum normatif yaitu UUDP dan

peraturan perundang-undangan lainnya secara in action dalam hal ini masalah

yang akan dibahas adalah tentang perjanjian dana pensiun lembaga keuangan

yang terjadi di Bank Muamalat Bandar Lampung.

41Ibid

, hlm 50.

42Ibid

(53)

D.Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.43

Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas

penelitian ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data sekunder

diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur dan peraturan

perundang-undangan serta keputusan presiden yang terkait dengan perjanjian

dana pensiun. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup :

a. Bahan hukum primer yang terdiri dari:

(1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (UUDP);

(2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1992 tetang

Dana Pensiun Lembaga Keuangan;

(4) Keputusan Direksi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Nomor

044/DIR/KPTS/IV./2007 tentang Perubahan Peraturan Dana Pensiun Dari

Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Direksi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang mempelajari

penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari literatur-literatur,

43

(54)

buku-buku ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi, penjelasan,

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus

hukum, jurnal, internet, dan informasi lainnya yang mendukung penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang

berasal dari berbagai sumber dan dapat dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.44 Studi kepustakaan dilakukan

untuk memperoleh data sekunder, yaitu melakukan serangkain kegiatan studi

dokumentasi, dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip buku-buku atau

literatur yang berhubungan dengan perjanjian dana pensiun lembaga keuangan.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu.

Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan pokok

bahasan penelitian ini terkait perjanjian dana pensiun.

44Ibid

(55)

F. Metode Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka meliputi sumber hukum

primer, berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku literature ilmu hukum

dan analisis normatif terhadap isi perjanjian dana pensiun yang ada.

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yang meliputi sumber data

primer yaitu perjanjian, perundang-undangan dan buku-buku literatur ilmu

hukum yang ada. Data yang telah terkumpul, diolah melalui cara pengolahan data

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data adalah mecari dan menetapkan data yang berhubungan dengan

proses dan segala isi perjanjian dana pensiun yang dilaksanakan oleh peserta

DPLK Muamalat ddengan Bank Muamalat dan mengidentifikas segala literatur

yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Editing

Editing merupakan proses meneiliti kembali data yang diperoleh dari berbagai

kepustakaan yang ada, menelaah isi perjanjian dana pensiun tersebut. Hal

tersebut sangat perlu untuk mengetahui apakah data yang telah kita miliki sudah

cukup dan dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Dari data yang diperoleh

kemudian disesuaikan dengan permaslahan yang ada dalam penulisan ini, editing

dilakukan pada data yang sudah terkumpul serta diseleksi terlebih dahulu dan

diambil data yang diperlukan.

(56)

3. Penyusunan Data

Penyusunan data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data

tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat. Untuk itu, tidak

ada data yang dibutuhkan terlewatkan dan terbuang begitu saja.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara

sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang

bersifat umum dari data yang bersifat khusus.

G. Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif,

yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,

runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan

interpretasi data dan pemahaman hasil analisis, kemudian ditarik kesimpulan

sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

Tahun 2012 merupakan tahun penting bagi hubungan bilateral kedua negara yang ditandai dengan kunjungan Perdana Menteri Inggris, PM David Cameron ke Jakarta pada 11-12 April 2012

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah pengaruh etika auditor dan kompleksitas tugas terhadap kualitas audit pada 9 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada

Perkembangan produk kerajinan ayaman rontal saat ini, berbagai jenis produk hasil para perajin di Pengosekan dalam bentuk tataka makanan dan buah. (foto I

[r]

Pelaksanaan dari praktek terbaik IT tersebut harus di lakukan secara konsisten dengan managemen resiko IT dan kerangka kerja pengaturan yang sesuai dengan organisasi

Klien harus punya motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kemampuan klien secara bertahap, salah satunya dengan cara klien harus melakukan jadwal

The Continous Function of KNAT1 gene on Secondary Shoot Growth in Micropropagation of Indonesian Black Orchid Coelogyne pandurata..

1 Haris dan Irham, 2012 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah dalam menabung di Bank