• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH ANAK (Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH ANAK (Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH ANAK

(Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung) Oleh

Muhammad Rizky Andrean

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas dengan mengutamakan displin dalam berkendara di jalan raya, khususnya bagi para pengemudi kendaraan bermotor pribadi maupun kendaraan umum. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat pelanggaran lalu lintas dengan melibatkan anak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 81 ayat 2, seseorang baru dapat memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) jika sudah berumur 17 tahun. Berdasarkan uraian tersebut yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak. (2) Apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Narasumber penelitian terdiri dari Anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan Direktur Lembaga Advokasi Anak (LAdA). Data penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(2)

Muhammad Rizky Andrean

Nomor 22 Tahun 2009 yaitu dengan penyitaan kendaraan bermotor. (2) Faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak yaitu: (a) faktor penegak hukum (b) kurangnya pengawasan pendidikan lalu lintas oleh orang tua terhadap anak, (c) faktor pergaulan atau lingkungan anak.

Saran yang dapat disampaikan dalam penulisan ini yaitu kepolisian harus berperan aktif melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada anak yang berkaitan dengan aturan-aturan lalu lintas agar tidak ada lagi kasus pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung, serta sangat perlu bagi orang tua memberikan wawasan kepada anak mengenai berlalu lintas, oleh karena itu sangat penting di dalam perkembangan anak sebaiknya para orang tua melakukan pengawasan dan pendidikan yang lebih kepada anak tentang berkendaraan dan memperhatikan segala kegiatan anak terutama dalam suasana lingkungan yang berada disekitarnya.

(3)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH ANAK

(Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung) Oleh

Muhammad Rizky Andrean

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas dengan mengutamakan displin dalam berkendara di jalan raya, khususnya bagi para pengemudi kendaraan bermotor pribadi maupun kendaraan umum. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat pelanggaran lalu lintas dengan melibatkan anak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 81 ayat 2, seseorang baru dapat memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) jika sudah berumur 17 tahun. Berdasarkan uraian tersebut yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak. (2) Apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Narasumber penelitian terdiri dari Anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan Direktur Lembaga Advokasi Anak (LAdA). Data penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(4)

Muhammad Rizky Andrean

Nomor 22 Tahun 2009 yaitu dengan penyitaan kendaraan bermotor. (2) Faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak yaitu: (a) faktor penegak hukum (b) kurangnya pengawasan pendidikan lalu lintas oleh orang tua terhadap anak, (c) faktor pergaulan atau lingkungan anak.

Saran yang dapat disampaikan dalam penulisan ini yaitu kepolisian harus berperan aktif melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada anak yang berkaitan dengan aturan-aturan lalu lintas agar tidak ada lagi kasus pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung, serta sangat perlu bagi orang tua memberikan wawasan kepada anak mengenai berlalu lintas, oleh karena itu sangat penting di dalam perkembangan anak sebaiknya para orang tua melakukan pengawasan dan pendidikan yang lebih kepada anak tentang berkendaraan dan memperhatikan segala kegiatan anak terutama dalam suasana lingkungan yang berada disekitarnya.

(5)

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH ANAK (Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung)

Oleh

Muhammad Rizky Andrean

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH ANAK

(Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD RIZKY ANDREAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pelanggaran ... 15

B. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian ... 20

C. Tinjauan Umum Tentang Anak ... 24

D. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ... 28

E. Pengemudi Kendaraan Bermotor ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 34

B. Sumber dan Jenis Data ... 35

C. Penentuan Narasumber ... 36

D. Prosedur dan Pengumpulan Data ... 37

E. Analisis Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 39

(8)

C. Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Oleh

Anak ... 43

D. Faktor Penghambat Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Pelanggaran

Lalu Lintas Oleh Anak ... 52

V. PENUTUP

A. Simpulan ... 62

(9)
(10)
(11)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah-Nya dan dengan segala kerendahan hati,

Kupersembahkan Karya Kecilku ini kepada :

Kedua Orang Tua Tercinta, Ayah (Yusman) Ibu (Dewi Andriyani),

Yang senantiasa berdoa, berkorban dan mendukungku, terima kasih untuk semua kasih sayang dan cinta luar biasa sehingga aku bisa menjadi seseorang yang kuat

dan konsisten kepada cita-cita

Adik (Meidya Putri Handayani dan Maulidya Paramitha)

tersayang yang selalu mendampingi dan membantuku dalam segala hal, Tumbuh besar dalam suatu keluarga membuatku kuat dan mengerti akan arti

hidup sesungguhnya

Seluruh keluarga besar yang memotivasi dan memberikan doa untuk keberhasilanku

Almamater tercinta Universitas Lampung

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27

Agustus 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Yusman dan Ibu Dewi

Andriyani dan memiliki dua orang adik yang bernama

Meidya Putri Handayani dan Maulidya Paramitha

Penulis menyelesaikan pendidikan dI SD Kartika II-5 pada tahun 1999-2005,

SMP Negeri 25 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008, dan SMA YP Unila

Bandar Lampung pada tahun 200-2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas

Hukum Universitas Lampung. Pada Tahun 2015, penulis mengikuti kegiatan

KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Sangga Buana, Kecamatan Way Seputih,

(13)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun

penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Tetapi dengan adanya keterlibatan berbagai pihak yang telah

memberikan doa, bantuan, dorongan, bimbingan, petunjuk, kritik dan saran,

akhirnya penulis dapat melalui semuanya dengan baik. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H., selaku PD 1 Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberi masukan, kritik, dan saran yang membantu penulis hingga

terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Heni Siswanto, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah bersedia

membantu, mengkoreksi dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi

ini.

5. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah bersedia

membantu, mengkoreksi dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi

ini.

6. Ibu Rini Fatonah, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah bersedia

meluangkan waktunya membantu, mengkoreksi dan memberi masukan agar

(14)

7. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., Bapak Turaihan Aldi, dan Aiptu Budiono

terima kasih telah membantu, menjadi narasumber, menginformasikan, dan

memberi saran atas penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuan kepada penulis yang kelak akan sangat berguna bagi

penulis, serta seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

9. Kedua orang tuaku, Ayah Yusman dan Ibu Dewi Andriyani yang sangat

kucintai, kusayangi dan kuhormati, terima kasih atas doa, dukungan, nasehat,

amarah, omelan, pengingat, motivasi serta pengorbanan luar biasa yang

selama ini diberikan demi kesuksesan dan keberhasilan anaknya. Semoga hati

kita selalu dipersatukan sebagai suatu keluarga.

10.Adik Meidya Putri Handayani dan Maulidya Paramitha, terima kasih atas

motivasi tiada henti, serta memberikan semangat yang sangat berarti,

dukungan dan kasih sayang dengan penuh kesabaran selama ini

11.Untuk Farras Mardathila terima kasih atas doa, dukungan, saran dan

semangatnya selama ini.

12.Untuk Keluargaku Riandy Wibowo, Retno, Rizki Anugerah V, Farrah

Mardathila, Theo Krishnanda, M. Rahmawan, Tommy Hidayat, Rara, Hendra

Ari S, Rendi Reynaldo, Desi, Moh. Farid, Sisi Dinantika, Ramadhan Akbar,

Helena, Gusti Reza Maulana, Ega Loventia, Arjuna Fransisko, Ika Ristia,

Yonathan Aji, M. Rizky Hasbullah, Febby Peje, Aji Bagus, Rahmanto terima

kasih telah berbagi di segala keadaan.

13.Untuk Ridha, Umay, Alwan dan lain lain

14.Untuk Kantin Uye Mba Kiki, Mba El, Bang Santos, Bang Hendra, Om din,

Risa, Jeri, Bude, Pak de, Terima kasih telah berbagi di segala keadaan.

15.Rekan-rekan seperjuangan, Muhtarudin Ammar, Riefko, Daniko, Fitra, Atta,

Adi Bagong, Derry, Yusuf, Diana, Edo, Agam, Panca, serta seluruh

teman-teman angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas

waktu dan bantuan kalian semoga kita semua menjadi orang yang berguna

(15)

16.Rekan-rekan Kuliah Kerja Nyata, Printo, Mumun, Rendi, Yolanda, Denis,

Selynda, Nindy

17.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan, semangat serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dapat diterima sebagai pahala oleh Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanya

milik Allah dan kesalahan adalah milik penulis, akan tetapi sedikit harapan

semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya,

khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu

pengetahuan. Semoga skripsi ini kedepannya akan bermanfaat. Semoga Allah

SWT meridhoi segala langkah hidup kita.

Bandar Lampung, 2015 Penulis

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial perlu melakukan interaksi sosial antar sesama.

Interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial, karena tanpa adanya

interaksi tidak mungkin ada kehidupan bersama. Gillin dan gillin1 mengatakan

bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara orang perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia. Oleh karena itu, manusia seharusnya mempunyai prasarana agar dapat

saling berinteraksi secara intensif.

Kendaraan bermotor digunakan sebagai alat transportasi untuk memudahkan

manusia untuk berpergian dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Pada zaman

modern ini aktifitas manusia sangat terbantu dengan adanya kendaraan bermotor

yang memudahkan setiap pergerakan individu. Sehingga dengan adanya

kendaraan bermotor membuat waktu tempuh lebih singkat dan efisien.

Kehadiran kendaraan bermotor juga membawa konsekuensi lain diantaranya

sangat diperlukan jalan yang memadai. Perlunya pengaturan lalu lintas yang

mengutamakan ketertiban berkendara serta masalah pelanggaran lalu lintas yang

1

(17)

2

menyebabkan kecelakaan, apalagi yang sangat disayangkan kecelakaan lalu lintas

tersebut dialami oleh anak-anak. Berdasar data Polda Metro Jaya, selama Januari

2015, kecelakaan yang disebabkan pelajar menempati urutan kedua tertinggi

dengan 39 pelaku dari total 375 kasus, tiga tahun terakhir, setiap bulan rata-rata

ada 35 pelajar yang terlibat kecelakaan.2 Lalu lintas dan pemakai jalan memiliki

peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai

oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mewujudkan lalu lintas dan pengguna jalan yang selamat, aman, cepat, lancar,

tertib, dan teratur. Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek

pengaturan, pengendalian, dan pengawasan lalu lintas harus ditujukan untuk

keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas jalan.

Belum siapnya angkutan umum yang bisa menjadi andalan bagi para masyarakat

serta kapasitas angkut yang terbatas menambah permasalahan bagi angkutan jalan

di Indonesia. Hal ini sangat berbeda di negara-negara modern, angkutan umum

justru dirancang dan disiapkan secara efisien sehingga masyarakat merasa lebih

aman dan nyaman untuk berpergian dari satu tempat ke tempat lain.

Pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor yang semakin pesat tiap tahunnya

juga membuat pembangunan jalan baru semakin sulit. Menurut data korps lalu

lintas kepolisian Negara Republik Indonesia jumlah kendaraan yang masih

beroperasi di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 104,211 juta unit. Pengguna

kendaraan bermotor di Indonesia meningkat 11% setiap tahunnya, namun

pertumbuhan jalan yang ada di Indonesia hanya 0,01%, itu pun hanya terjadi di

2

(18)

3

jalan-jalan besar yang ada di Indonesia.3Disiplin berkendara di jalan pun menjadi

sorotan, karena setiap orang yang berkendara memiliki disiplin kendaraan yang

berbeda-beda. Kebanyakan dari para pengendara tidak mengerti ataupun tidak

paham atau pura-pura tidak tahu mengenai tertib berkendara yang baik. Hal ini

mengakibatkan kemacetan hingga kecelakaan akibat tidak tertibnya para

pengendara saat berkendara di jalan raya.

Penyebab utama tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban

jiwa baik meninggal dunia, luka berat maupun luka ringan dan kerugian material

sangat berpengaruh pada aspek kejiwaan bagi korban dan keluarganya bahkan

berpengaruh pula pada aspek ekonomi. Penyebab kecelakaan ini disebabkan oleh

beberapa fakor yaitu antara lain faktor manusia, faktor kendaraan yang tidak layak

operasional, dan faktor cuaca.

Kecelakaan yang sering terjadi di jalan banyak diartikan sebagai suatu penderitaan

yang menimpa diri seseorang secara mendadak dan keras yang datang dari luar.

Akibat hukum yang terjadi terhadap pelanggaran lalu lintas adalah sanksi hukum

yang harus diterapkan terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas, lebih-lebih yang

mengakibatkan korban harta benda dan manusia.

Bahkan yang memprihatinkan lagi terdapat anak-anak yang menjadi korban

ataupun menjadi pelaku pelanggaran lalu lintas. Cara yang dilakukan untuk

menekan terjadinya pelanggaran lalu lintas yang melibatkan anak yaitu secara

persuasif dan edukatif dengan himbauan-himbauan baik melalui media

3

(19)

4

elektronika maupun media cetak serta melaluli pencegahan bahkan pada upaya

penegakan hukum oleh petugas kepolisian maupun aparat lain yang terkait dalam

masalah keselamatan lalu lintas belum dapat membuahkan hasil yang optimal. Hal

tersebut masih menjadi kendala dikarenakan keterbatasan secara kwantitatif dan

kwalitatif baik sumber daya manusia maupun teknologi yang dimiliki oleh aparat

pemerintah maupun pihak-pihak terkait.

Anak sebagai suatu anugerah dari Tuhan Yang maha Esa merupakan amanat agar

orang tua bertanggung jawab memberikan pelajaran dan perlindungan sejak anak

dalam kandungan sampai batas usia tertentu. Memaknai pengertian anak perlu

perhatian yang khusus tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan (the body of

knowledge), tetapi dapat ditelaah dari sudut pandang sentralisasi kehidupan seperti

agama, hukum dan sosiologi yang menjadikan pengertian anak semakin rasional

dan aktual dalam lingkungan sosial.

Kepolisian Daerah (Polda) Lampung mencatat pada tahun 2012 pelanggaran lalu

lintas dibawah umur mencapai 6.225 orang, dan 3.755 orang hingga Agustus

2013. Data tersebut berasal dari laporan bukti pelanggaran (tilang) kendaraan

bermotor yang dilakukan oleh kepolisian daerah Lampung. Jumlah pelanggaran

kendaraan bermotor dibawah umur sekitar 2% (dua persen) dari total pelanggaran

pada 2013 yakni 70 ribu pelanggaran lalu lintas, mereka terdiri anak SD, SMP,

dan SMA.4 Pelanggaran lalu lintas sendiri yang dilakukan oleh anak-anak tidak

terlepas dari lemahnya pengawasan orang tua serta kurangnya pengetahuan

tentang berlalu lintas baik oleh orang tua maupun anak. Peningkatan jumlah

4

(20)

5

pelanggaran disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi

peraturan-peraturan yang berlaku atau norma hukum yang berlaku.

Terdapat 3 (tiga) klasifikasi pelanggaran lalu lintas yaitu:5 1. Pelanggaran Ringan

Pelanggaran yang masuk kategori ini cukup banyak. Kriteria untuk yang satu ini adalah pidana maksimal 15 hari - 2 bulan atau denda maksimal Rp. 100.000 sampai Rp. 500.000. terdapat 40 jenis pelanggaran yang masuk kategori ini, yaitu memakai aksesoris yang berbahaya di kendaraan, tidak memakai plat nomor, serta tidak mengutamakan pedestrian dan pesepeda.

2. Pelanggaran Sedang

Jenis yang masuk kelompok ini adalah pelanggaran yang mendapat sanksi pidana maksimal tiga sampai empat bulan atau dendamaksimal Rp. 5000.000 sampai Rp. 1.000.000. Sedangkan jenis-jenis mencakup tidak memiliki SIM, tidak konsentrasi saat berkendara, dan menerobos pintu palang kereta api.

3. Pelanggaran Berat

Jenis pelanggaran ini memiliki sanksi pidana maksimal enam bulan atau lebih dan denda maksimal Rp. 1.000.000. pelanggaran yang masuk kategori ini adalah merusak dan mengganggu fungsi jalan. Lalu, balapan liar di jalan raya, tidak mengasuransikan awak dan penumpang.

Pelanggaran lalu lintas merupakan suat keadaan dimana terjadi ketidak sesuaian

antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini yang dimaksud adalah

Undang-Undang yang telah ditetapkan negara dan berlaku secara sah, sedangkan

masyarakat menjadi pelaksananya. Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan

begitu saja karena bersumber dari suatu pelanggaran tersebut akan timbul

kecelakaan lalu lintas, meski masih ada faktor lain yang menyebabkannya.

Penting adanya peraturan lalu lintas yang mengatur sarana dan prasarana lau

lintas, karena jika terjadi gangguan di jalan raya maka akan mempengaruhi

aktivitas masyarakat yang memiliki kepentingan dan keperluan yang beragam.

Sehingga dengan adanya peraturan tersebut masyarakat tidak perlu khawatir akan

gangguan di jalan raya dan dapat melakukan aktivitasnya dengan lancar.

5

(21)

6

Penetapan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan merupakan landasan dasar bagi para pengguna kendaraan

bermotor dan jasa angkutan umum. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan

dapat menjaga keselamatan dalam berlalu lintas dengan mengutamakan displin

dalam berkendara di jalan raya, khususnya bagi para pengemudi kendaraan

bermotor pribadi maupun kendaraan umum. Dimana dalam hal berkendara salah

satunya didasarkan pada aturan Pasal 281 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur para pengemudi

kendaraan bermotor diwajibkan untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Kenyataannya pada saat ini pengemudi kendaraan bermotor yang tidak memiliki

SIM dan melanggar lalu lintas khususnya terjadi pada anak-anak. Dengan adanya

seorang pengemudi anak-anak di jalan sudah dapat di pastikan bahwa seorang

anak belum memiliki SIM. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak pengendara

kendaraan bermotor yang dilakukan oleh anak luput dari polisi lalu lintas.

Menyikapi persoalan ini orang tua seharusnya menjadi dominan, pada kenyataan

yang kita dapati begitu mudahnya orang tua mengizinkan anak-anak mereka

mengendarai kendaraan dan tidak terbatas di lingkungan dimana si anak tinggal.

Tapi juga membolehkan membawa kendaraan sekolah, padahal jika ditinjau dari

segi apapun adalah tidak dapat dibenarkan seorang siswa membawa kendaraan

karena mereka belum cukup umur dan belum mempunyai SIM.

Sebagian orang tua apabila melihat anaknya sudah bisa mengendarai kendaraan

(22)

7

padahal apabila seorang anak sudah bisa mengendarai kendaraan bermotor dapat

merupakan suatu musibah yang dapat merugikan banyak pihak. Kedisiplinan anak

dalam berlalu lintas masih belum bisa teruji, khususnya dalam hal yang berkaitan

dengan kepemilikan SIM. Pada penulisan ini yang dimaksud dengan anak adalah

seseorang yang belum berusia 17 tahun dan belum memiliki SIM, sebagaimana

dalam hal kepemilikan SIM terdapat karakteristik umur seseorang, dari segi usia

kepemilikan SIM yaitu :6

1. usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin

Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;

2. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I; dan

3. usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.

Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan sebagai pencegah (politie

toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang)dalam fungsi politik. Di samping

itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling (misalnya, pengaturan tentang

kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi dengan segitiga

pengaman) dan fungsi bestuur khususnya dalam hal perizinan atau begunstiging

(misalnya, mengeluarkan Surat Izin Mengemudi).7

Mengendarai kendaraan secara kurang hati-hati dan melebihi kecepatan maksimal,

tampaknya merupakan suatu perilaku yang bersifat kurang matang. Walaupun

demikian, kebanyakan pengemudi menyadari akan bahaya yang di hadapi apabila

mengendarai kendaraan dengan melebihi kecepatan maksimal tersebut. Akan

6

Undang-Undang Nomor 22 tahun tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Pasal 81 ayat 2. 7

(23)

8

tetapi di dalam kenyataannya tidak sedikit pengemudi yang melakukan hal itu

khususnya anak sekolah sehingga dalam pelanggaran lalu lintas tersebut yang

menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Anak biasanya masih belum mampu mengontrol emosi, kematangan berfikir

kurang, kesadaran akan tanggung jawab rendah dan ditambah lagi kurangnya

pemahaman akan pentingnya keselamatan. Oleh karena itu tindakan kenakalan

yang dilakukan anak perlu mendapat pengkajian dan perhatian yang serius,

sehingga pemberian sanksi tidak meninggalkan aspek pembinaan, dan dari sisi

lainnya tidak melanggar perlindungan hak-hak asasi anak.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul "Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas

Oleh Anak (Studi Kasus di Wilayah Polresta Bandar Lampung)"

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

1. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu

lintas oleh anak ?

2. Apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam penanggulangan

pelanggaran lalu lintas oleh anak ?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kajian bidang hukum pidana khususnya

(24)

9

anak. Lokasi penelitian di wilayah hukum kota Bandar Lampung dengan tahun

penelitian 2015.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya Kepolisian dalam penanggulangan pelanggaran lalu

lintas oleh anak.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat Kepolisian dalam penanggulangan lalu

lintas oleh anak.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan

pembaharuan ilmu hukum nasional pada umumnya dan dalam perlindungan

hukum bagi setiap individu di dalam tata hukum Indonesia sekaligus memberikan

referensi bagi kepentingan yang bersifat akademis dan juga sebagai bahan

tambahan bagi kepustakaan serta pada perkembangan ilmu hukum pidana pada

(25)

10

b. Kegunaan Praktis

Penulis berharap hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat serta

memberikan gambaran yang dapat disumbangkan kepada para penegak hukum

dan masyarakat luas mengenai penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh anak

di kota Bandar Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan

mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan

untuk penelitian.8

Konsep dari upaya penanggulangan kejahatan menurut Sudarto, terdiri dari:9 1. Preventif

Tindakan preventif yaitu usaha mencegah kejahatan/pelanggaran yang merupakan bagian dari politik kriminil. Politik kriminil dalam arti sempit adalah digambarkan sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Dalam arti luas politik kriminil merupakan keseluruhan fungsi dari penengak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari aparat kepolisian. Dalam arti lebih luas, politik kriminil merupakan keseluruhan kegiatan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat. 2. Represif

Tindakan represif yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran.

3. Kuratif

Tindakan kuratif pada hakikatnya merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya yaitu usaha penanggulangan kejahatan, maka untuk mengadakan pembedaan sebenarnya tindakan kuratif ini merupakan segi lain dari tindakan represif dan lebih dititik beratkan kepada tindakan terhadap orang yang melakukan tindak kejahatan.

8

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. 1986. Hlm. 123. 9

(26)

11

Selain penjelasan diatas, perlu diketahui juga bahwa ada beberapa faktor faktor

yang menjadi penyebab dan penghambat dari suatu tindak pidana ataupun

pelanggaran. Menurut Soerjono Soekanto masalah pokok yang mempengaruhi

penegakan hukum antara lain:10

1. Faktor hukum itu sendiri atau peraturan itu sendiri, yaitu yang diartikan dengan Undang-undang dalam arti materiil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan didibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Dengan demikian maka Undang-undang dalam materil mencakup:

a. Peraturan Pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan tertentu saja maupun yang berlaku umum disebagian wilayah negara.

b. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja. 2. Faktor penegak hukum, yaitu mereka yang secara langsung dan secara

tidak langsung berkecimpung dibidang penegakan hukum. Yang dimaksud dengan penegak hukum pada kalanganyang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law enforcement, akan tetapi peace enforcement. Kalangan tersebut mencakup ereka yang bertugas dibidang kehakiman, kepolisian, epengacaraan, dan pemasyarakatan.

3. Faktor saran atau fasilitas, yaitu mencakup antara lain tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Jika hal-hal tersebut tidak terpenuhi maka mustahil penegakkan hukum akan mencapai tujuannya.

4. Faktor masyarakat, penegakkan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakkan hukum tersebut.

5. Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. Sebagai suatu sistem (atau subsistem dari sistem kemasyarakatan), maka hukum mencakup struktur, substansi, dan kebudayaan.

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala/fakta

10

(27)

12

yang akan diteliti, melainkan abstraksi dari gejala-gejala tersebut.11 Dalam

penelitian dan penulisan ini, penulis akan mencantumkan beberapa konsep yang

bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam pembuatan

skripsi ini antara lain:

a) Upaya adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai maksud tertentu.12

b) Kepolisian adalah segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

polisi sesuai dengan peraturan undang-undang.13

c) Lalu Lintas adalah bejalan bolak-balik atau hilir mudik.14

d) Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas

rel.15

e) Pelanggaran adalah suatu perbuatan dapat dipidana baru disadari oleh

umum karena undang-undang menyebutnya sebagai tindak pidana dan

undang-undang mengancamnya dengan pidana.16

f) Anak adalah seseorang yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur

18 tahun.17 Dalam penulisan ini yang dimaksud dengan anak adalah

seseorang yang belum berusia 17 tahun dan belum memiliki SIM.

g) Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi.18

11

Sotandyo Wignjosoebroto.Hukum: Paradigma, metode, dan dinamika masalahnya. Huma. Jakarta. 2002. Hlm. 132

12

Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher. Hlm. 852.

13

Markus Gunawan dan Endang Kesuma Astuty.Buku Pintar Calon Anggota dan Anggota Polri. Trans Media Pustaka. Jakarta. Hlm. 1.

14

Poerwadharminta WJS.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. 2011. Hlm .24. 15

Undang-undan Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. 16

Tim Visi Adiwidya.Buku Babon Tes TNI-POLRI 2015 Sistem CAT.Visi Media Pustaka. Jakarta. Hlm. 328.

17

Undang-undang 11 Tahun 2012. Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 18

(28)

13

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam suatu sistematika yang terdiri dari lima bab yang tiap

bab dibagi menjadi beberapa sub bab. Adapun gambaran untuk setiap bab adalah

sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Merupakan bagian pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum dan

menyeluruh serta sistematis menguraikan hal-hal yang terdiri dari Latar

Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Kerangka Penelitian dan Sistematika Penulisan dari penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yaitu ketentuan hukum mengenai pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh anak dan teori teori yang berkaitan dengan pelanggaran

lalu lintas yang dilakukan oleh anak.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yaitu

langkah-langkah atau cara yang dipakai dalam penelitian memuat pendekatan

(29)

14

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian yang di analisa tentang fakta-fakta yang di

bahas mengenai upaya Kepolisian Bandar Lampung dalam menertibkan

pengendara kendaraan bermotor oleh anak dan juga faktor penghamat pihak

Kepolisian Bandar Lampung dalam menertibkan pengendara kendaraan bermotor

oleh anak.

V. PENUTUP

Merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, berisi kesimpulan yang di

kemukakan penulis berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dan di analisis,

dalam bab ini juga di kemukakan berbagai saran dari penulis yang dihasilkan

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pelanggaran

1. Pengertian Pelanggaran

Pelanggaran adalah delik undang-undang(wet delict), yaitu suatu perbuatan dapat

dipidana baru disadari oleh umum karena undang-undang menyebutnya sebagai

tindak pidana dan undang-undang mengancamnya dengan pidana.19

Pelanggaran berasal dari kata “langgar” yang berarti bertubrukan, bertumbukan,

serang-menyerang, dan bertentangan. “Pelanggaran” artinya perbuatan (perkara)

melanggar artinya tindak pidana yang lebih ringan daripada kejahatan.20

A.S. Alam dan Amir Ilyas21menyebutkan bahwa pelanggaran merupakan semua

pasal-pasal yang disebut di dalam buku III (tiga) KUHP, seperti saksi di

persidangan yang memakai jimat pada waktu ia harus memberi keterangan dengan

bersumpah, dihukum dengan hukum kurungan selama-lamanya 10 hari atau

denda. Pelanggaran di dalam bahasa inggris disebut misdemeanor. Ancaman

hukumannya biasanya hukuman denda saja. Contohnya yang banyak terjadi

misalnya pada pelanggaran lalu lintas.

19

Tim Visi Adiwidya.Op.cit.Hlm. 329. 20

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 2002. Hlm. 634. 21

(31)

16

Delik undang-undang (pelanggaran) adalah merupakan peristiwa-peristiwa pidana

yang kecil-kecil seperti minta-minta di jalan umum, mengadu ayam tanpa izin,

kentara mabuk di jalan umum, berjalan di kanan jalan, memberhentikn jalan di

tikungan jalan dan sebagainya, ancaman pidananya pun lebih ringan daripada

kejahatan-kejahatan.22

Secara kuantitatif pembuat Undang-undang membedakan delik kejahatan dan pelanggaran sebagai berikut:23

1. Pasal 5 KUHP hanya berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang merupakan kejahatan di Indonesia. Jika seorang Indonesia yang melakukan delik di luar negeri yang digolongkan sebagai delik pelanggaran di Indonesia, maka dipandang tidak perlu dituntut.

2. Percobaan dan membantu melakukan delik pelanggaran tidak dipidana. 3. Pada pemidanan terhadap anak di bawah umur tergantung pada apakah itu

kejahatan atau pelanggaran.

Perbedaan yang mendasar antara kejahatan dan pelanggaran yaitu keduanya

merupakan tindak pidana, sama-sama delik atau perbuatan yang boleh dihukum.

Hanya saja pada pelaku tindak pelanggaran tidak pernah diancamkan pidana

penjara. Perlu diketahui bahwa pada pelanggaran tidak ada yang diancam dengan

pidana penjara, akan tetapi berupa pidana kurungan dan denda, sedangkan

kejahatan lebih didominasi dengan ancaman pidana penjara. Justru karena itulah

oleh undang-undang perlu ditegaskan dalam undang-undang itu sendiri manakah

yang kejahatan dan yang manakah yang harus dipandang sebagai pelanggaran.

Walaupun demikian dapat dikatakan, bahwa pembagian delik dalam kejahatan

dan pelanggaran itu berdasarkan perbedaan antara apa yang di sebut delik hukum

(rechtsdelict)dan delik undang-undang(wetsdelict).

22

R. Soesilo.Pokok-Pokok Hukum Pidana Perturan Umum dan Delik-delik Khusus.Bogor. Politeia. 1979. Hlm. 19.

23

(32)

17

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

pelanggaran adalah:

1. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan

baik perbuatannya maupun hukumannya.

2. Perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicantumkan

dalam Undang-undang pidana.

2. Teori Penanggulangan Kejahatan

Kepustakaan asing istilah politik hukum pidana ini sering dikenal dengan berbagai

istilah yaitu penal policy. Usaha dan kebijakan untuk membuat peraturan hukum

pidana pada hakikatnya tidak sini dilepaskan dari tujuan penanggulangan

kejahatan. Jadi kebijakan hukum pidana juga merupakan bagian dari politik

hukum kriminal. Dengan kata lain dilihat dari sudut pandang politik ktriminal,

maka pengertian politik hukum pidana indentik dengan kebijakan penanggulangan

kejahatan dengan hukum pidana.

Konsep dari upaya penanggulangan kejahatan menurut Sudarto, terdiri dari:24 a. Tindakan preventif, yaitu usaha mencegah kejahatan/pelanggaran yang merupakan bagian dari politik kriminil. Politik kriminil dalam arti sempit adalah digambarkan sebagai keseluruhan fungsi dari penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari aparat kepolisian.

b. Tindakan Represif, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran.

c. Tindakan kuratif, yaitu pada hakikatnya merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya yaitu usaha penanggulangan kejahatan, maka untuk mengadakan pembedaan sebenarnya tindakan kuratif ini merupakan segi lain dari tindakan represif dan lebih dititik beratkan kepada tindakan terhadap orang yang melakukan tindak kejahatan.

24

(33)

18

Usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan Undang-Undang (hukum)

pidana pada hakikatnya juga merupakan integral dari usaha perlindungan

masyarakat. Oleh karena itu wajar pula apabila kebijakan atau politik hukum

pidana juga merupakan bagian dari integral dari kebijakan atau politik sosial.25

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penangulangan kejahatan

termasuk bidang kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan kriminal ini pun

tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy)

yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfare

policy) dan kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (

social-defence policy). Dilihat dalam arti luas kebijakan hukum pidana dapat mencakup

ruang lingkup kebijakan dibidang hukum pidana materiil, dibidang hukum pidana

formal dan dan dibidang hukum pelaksanaan hukum pidana.

Mengingat upaya penangulangan kejahatan lewat jalur nonpenal lebih bersifat

tindakan menceggah untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah

menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor

kondusif antara lain berpusat pada masalah-masalah kondisi-kondisi sosial yang

secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh

suburkan kejahatan.26

3. Kebijakan Kriminal

Kebijakan kriminal merupakan upaya atau kebijakan untuk melakukan

pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal

25

Barda Nawawi Arif. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Prenada Media Group. Jakarta. 2011. Hlm. 28.

26

(34)

19

(criminal policy). Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang

lebih luas, yaitu kebijakan sosial (sosial policy) yang terdiri dari

kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (sicial-welfare policy) dan

kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (social-defence policy).27

Mengenai kebijakan kriminal atau politik kriminal Sudarto mengemukakan 3 (tiga) arti mengenai kebijakan kriminal:28

1. dalam arti sempit, ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.

2. dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi.

3. dalam arti paling luas, ialah keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.

Pendapat lain yang lebih singkat dikemukakan oleh Sudarto yaitu "bahwa politik

kriminal merupakan "suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam

menanggulangi kejahatan".29

Pelaksanaan kebijakan kriminal menggunakan sarana hukum pidana. Kebijakan

pidana (penal policy) adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya

mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif

dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada si

pembuat Undang-Undang tapi juga kepada pengadilan dan juga para

penyelenggaran atau pelaksana putusan pengadilan yang menerapkan

Undang-Undang.30

27

Barda Nawawi Arief.Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Bandung. PT Citra Adity Bakti. Hlm. 73.

28

Tina Asmarawati.Delik-delik yang Berada di Luar KUHP. Yogyakarta. Deepublish. 2014. Hlm. 383.

29

Sudarto.Hukum dan Hukum Pidana.Bandung. Sinar Baru. Hlm. 38. 30

(35)

20

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penanggulangan kejahatan

melalui hukum pidana tersebut lebih mencerminkan pendekatan kebijakan, baik

kebijakan kriminal (non penal) maupun kebijakan hukum pidana (penal policy).

B. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian

1. Istilah Kepolisian

Kepolisian merupakan lembaga penegak hukum yang bertugas untuk mengayomi

mayarakat, sehingga daapat terciptanya keamana dan ketertiban di masyarakat.

Encyclopaedia of Social Sceinces didapatkan pengertian "Polisi" sebagai

berikut:31

"Istilah "Polisi" pada pengertian semulanya meliputi bidang fungsi/tugas yang luas. Istilah itu dipergunakan untuk menjelaskan berbagai-bagai aspek dari pengawasan kesehatan umum; dalam arti yang sangat khusus dipakai dalam hubungannya dengan usaha penanggulagan pelanggaran-pelanggaran politik, dan sejak itu telah meluas secara praktis meliputi semua bentuk pengaturan dan ketertiban umum. Dan sekarang, istilah itu terutama dipergunakan dalam hubungan dengan pemiliharaan ketertiban umum dan perlindungan orang-orang serta harta bendanya dari tindakan-tindakan yang melanggar hukum sejak itu "Police" dan "Constabulary" telah merupakan istilah-istilah yang hampir sinonim."

Pengertian yang hampir sama dalam Encyclopaedia Britanica kita dapatkan dimana disebutkan bahwa:32

"Istilah "Polisi" yang sekarang biasa dipergunakan diartikan sebagai pemelihara ketertiban umum dan perlindungan orang-orang serta miliknya dari keadaan yang menurut perkiraan dapat merupakan suatu bahaya atau gangguan umum dan tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Pengertian sebelumnya meliputi pula kegiatan-kegiatan seperti perataan jalan-jalan dan penerangan, pembersihan jalan dan kesehatan seperti juga halnya dipergunakan cukup luas meliputi seluruh bidang kebijaksanaan pemerintahan dalam negeri.

Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri

dalam kaitannya dengann pemerintahan adalah salah satu fungsi pemerintahan

31

Momo Kelana.Hukum Kepolisian. Jakarta. PT Grasindo. 1994. Hlm. 16. 32

(36)

21

negara dibidang memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang

bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,

terlselenggara perlindunngan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat,

serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.33

Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia diatur juga tentang tujuan dari POLRI yaitu :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan

dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,

tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia”.

Kepolisian berperan untuk menjaga ketertiban serta menegakkan hukum yang

berlaku sehingga para pengendara kendaraan bermotor anak tidak diperkenankan

mengendarai kendaraan bermotor.

2. Tugas dan Wewenang Kepolisian

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:34

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

33

Budi Rizki Husin dan Rini Fathonah.Studi Lembaga Penegak Hukum. Lampung. UNILA. 2014. Hlm. 15.

34

(37)

22

2. Menegakkan hukum, dan

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Melaksanakan tugas pokok tersebut Polri melakukan:35

1. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

2. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.

3. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

4. turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. melakukan kordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologis kepolisian untuk kepentingan tugas polisi.

9. Melindungi keselamatan jiwa raga harta benda masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum dilayani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang.

11. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian.

12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kepolisian memiliki tanggung jawab terciptanya dan terbinanya suatu keadaan

yang aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan pendapat

Soebroto Brotodiredjo sebagaimana ditulis oleh R. Abdussalam mengemukakan,

bahwa keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau

kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa

35

(38)

23

bebas dari ketakutan atau kekhawatiran, sehingga ada kepastian dan rasa kepastian

dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari pelanggaran

norma-norma.36

Kewenangan kepolisian yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002 ialah sebagai berikut:37

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan.

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.

6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang. 9. Mencari keterangan dan barang bukti.

10. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.

11. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.

12. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.

13. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Dalam menjalankan fungsi sebagai aparat penegakan hukum, polisi wajib

memahami azas-azas hukum yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pelaksanaan tugas, yaitu sebagai berikut:38

1. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum wajib tunduk pada hukum.

2. Asas kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani permasalahan masyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur dalam hukum

3. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat polisi mengkoordinasikan pengamanan swakarsa untuk mewujudkan ketaatan hukum dikalangan masyarakat.

36

Soebroto Brotodiredjo dalam R. Abdussalam.Penegak Hukum Di Lapangan Oleh Polri. Dinas Hukum Polri. Jakarta. 1997. Hlm. 22.

37

Ibid.Hlm. 17-18. 38

(39)

24

4. Asas preventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan daripada penindakan (represif) kepada masyarakat.

5. Asas subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum ditangani oleh instansi yang membidangi.

C. Tinjauan Umum Tentang Anak

1. Pengertian Anak

Anak merupakan anugerah yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang

tua agar dapat bertanggung jawab dan memberikan perlindungan sampai batasan

tertentu. Pada zaman ini anak-anak terjebak dalam konsumerisme dan asosial

yang makin lama dapat menjurus ke tindakan kriminal seperti ekstasi, narkotika,

pemeresan, seks bebas, pencurian, serta balapan liar.

Melihat dari batasan usia anak dari sudut psikososial, Singgih Gunarso dalam

makalahanya yang berjudul Perubahan Sosial Dalam Masyarakat yang

disampaikan dalam seminar “Keluarga dan Budaya Remaja di Perkotaan” yang

dilakukan di Jakarta, mengemukakan bahwa klasifikasi perkembangan anak

hingga dewasa dikaitkan dengan usia dan kecenderungan kondisi kejiwaannya,

menurut Singgih Gunarso terbagi menjadi lima tahap yaitu: (1) anak, seseorang

yang berusia dibawah 12 tahun; (2) remaja dini, yaitu seseorang yang berusia

antara 12 sampai 15 tahun; (3) remaja penuh, yaitu seseorang yang berusia 15-17

tahun; (4) dewasa muda, yaitu seseorang yang berusia antara 17-21 tahun; (5)

dewasa, yaitu seseorang yang berusia di atas 21 tahun.39

39

(40)

25

Usia 14 tahun dalam konteks ini, sudah dipakai dalam ketentuan yang berbeda,

misalnya: untk bekerja, membantu sesuatu, perbuatan yang dapat dikategorikan

tindak pidana dan sebagainya. Perbuatan anak itu sudah mengandung nilai

yuridis.40

Hukum di Indonesia, terdapat pluralisme mengenai kriteria anak, ini sebagai

akibat tiap-tiap peraturan perundang-undangan mengatur secara tersendiri kriteria

tentang anak.

Berikut ini beberapa definisi yang dalam peraturan hukum di Indonesia:41

a. Pengertian anak dalam Undang-Undang Dasar 1945

Pengertian anak atau kedudukan anak yang ditetapkan menurut Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dalam Pasal 34. Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam bidang politik, karena menjadi dasar kedudukan anak, dalam kedua pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum dari sistem hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan. Pengertian anak menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan pengertian politik melahirkan atau mendahulukan hak-hak yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan negara atau dengan kata yang tepat pemerintah dan masyarakat lebih bertanggungjawab terhadap masalah sosial yuridis dan politik yang ada pada seorang anak.

b. Pengertian anak dalam Hukum Pidana

Pengertian kedudukan anak dalam lapangan hukum pidana diletakkan dalam

pengertian anak yang bermakna “ penafsiran hukum secara negatif ” dalam

arti seorang anak yang berstatus sebagai subjek hukum yang seharusnya bertanggungjawab terhadap tindak pidana ( strafbaar feit ) yang dilakukan oleh anak itu sendiri, ternyata karena kedudukan sebagai seorang anak yang berada dalam usia belum dewasa diletakkan sebagai seseorang yang mempunyai hak-hak khusus dan perlu untuk perlakuan khusus menurut ketentuan hukum yang berlaku.

Pengertian anak juga tertuang dalam hukum nasional di Indonesia. Pasal 1 ayat (1)

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, diatur bahwa:

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan. Berdasarkan pengertian tersebut anak yang

40

Bunadi Hidayat.Pemidanaan Anak dibawah Umur. Alumni. Bandung. 2010. Hlm. 55. 41

(41)

26

masih berada dalam kandungan juga telah berhak atas perlindungan hukum. Jadi

dalam hal penulisan ini yang dimaksudkan anak adalah anak yang belum

mencapai usia 17 tahun dan belum memiliki SIM.

2. Pengertian Kenakalan Anak

Masalah kenakalan anak pada saat ini merupakan persoalan yang aktual, hampir

di setiap negara mengalaminya termasuk Indonesia. Anak-anak yang kurang atau

tidak mendapat perhatian secara fisik, mental maupun sosial seringkali bertindak

asosial dan bahkan anti sosial yang merugikan dirinya sendiri, keluarga dan

masyarakat.

Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan

anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak

dan remaja yang disebabkan oleh datu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka

itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.42

R. Kusumanto Setyonegoro yang mengemukakan pendapatnya terkait kenakalan

anak sebagai berikut: tingkah laku individu yang bertentangan dengan

syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik, oleh suatu

lingkungan masyarakat atas hukum yang berlaku disuatu masyarakat yang

berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak, maka sering

tingkah laku serupa itu disebut dengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal.

Jika ia berusaha adolescent atau preadolescent, maka tingkah laku itu sering

42

(42)

27

disebut delikuen; dan jika ia dewasa maka tingkah laku ini sering kali disebut

psikopatik dan jika terang-terangan melawan hukum disebut kriminal.43

Wiiliam G. Kvaraceus mengatakan: “Most statutes point out that delinquent

behavior contitutes a violation of the law or municipal ordinance by a young

person under a certain age”. Menurut Sudarsono, suatu perbuatan dianggap

delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang

ada dalam masyarakat di mana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial yang

di dalamnya terkandung unsur-unsur normatif.44

Maud A. Merril dalam bukunya “Problem of Child Deliquency”, seperti yang

dikutip oleh Gerungan merumuskan : “A child is classified as a delinquent when

his anti social tendencies appear to be so grave that he become or ought to

become the subject of official action. ”Seorang anak digolongkan anak delinkuen

apabila tampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang demikian

memuncaknya sehingga yang berwajib terpaksa atau hendaknya mengambil

tindakan terhadapnya, dalam arti menahannya atas mengasingkannya.45

Kenakalan anak meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma

sosial (agama, susila, dan sopan santun). Perilaku tersebut dapat merugikan

dirinya sendiri maupun orang lain, perilaku tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

43

Nashriana.Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia.Jakarta. Rajawali Pers. 2012. Hlm. 28.

44

Maidin Gultom.Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia. Bandung. Refika Aditama. 2008. Hlm. 55-56.

45

(43)

28

intern (dalam diri anak itu sendiri) maupun faktor eksteren (diluar diri anak),

yaitu:46

A. Faktor Intern:

1. Mencari identitas atau jati diri.

2. Masa puber (Perubahan hormon-hormon seksual). 3. Tidak ada disiplin diri.

4. Peniruan.

B. Faktor Eksteren: 1. Tekanan ekonomi.

2. Lingkungan sosial yang buruk.

D. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Bicara tentang lalu lintas dan angkutan jalan secara tidak langsung tertuju kepada

pihak kepolisian yang bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan, kenyaman

dalam berkendara. Padahal sesungguhnya tidak hanya pihak kepolisian yang

bertanggung jawab dalam hal berlalu lintas. Setidaknya dala lima istitusi yang

bertanggung jawab dalam berlalu lintas yaiitu:47

1. Instansi yang pertama adalah kementrian negara yang bertugas mengurusi masalah bidang jalan, bagian ini biasanya menjadi tanggung jawab dari Departemen Pekerjaan Umum (PU).

2. Instansi kementrian negara yang mengurusi pengadaan sarana dan prasarana lalu lintas, dalam hal ini Departemen Perhubungan yang memiliki tanggung jawab tersebut.

3. Instansi kementrian negara yang bertanggung jawab di bidang industri, dalam hal ini Departemen Perindustrian penanggung jawabnya.

4. Instansi adalah kementrian negara yang bertanggung jawab dibidang pengembangan teknologi yaitu kementrian riset dan teknologi.

5. Yang terakhir adalah instansi Kepolisian.

Melihat dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan dalam Pasal 1 adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu

46

Ibid.Hlm. 7. 47

(44)

29

lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas

dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

ini pengaturan dan penerapan sanksi pidana di atur lebih tegas. Bagi pelanggaran

yang sifatnya ringan dikenakan sanksi pidana kurungan atau denda yang relatif

lebih ringan. Namun terhadap pelanggaran berat dan terdapat unsur kesengajaan

dikenakan sanksi pidana yang jauh lebih berat. Hal ini di maksudkan agar dapat

menimbulkan efek jera bagi pelaku pelanggaran dengan tidak terlalu membebani

masyarakat.

Selain sanksi pidana, dalam Undang-Undang ini juga di atur mengenai sanksi

administratif yang dikenakan bagi perusahaan angkutan berupa peringatan,

pembekuan izin, pencabutan izin, dan pemberian denda. Ketentuan mengenai

sanksi pidana dan administratif di ancamkan pula kepada pejabat atau

penyelenggara jalan.

Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan yang sangat penting dalam

mendukung pembangunan dan identitas suatu bangsa sebagai bagian dari upaya

untuk memajukan kesejahteraan umum. Lalu lintas dan anguktan jalan merupakan

bagian dari sistem transportasi yang harus dikembangkan potensi dan perananya

untuk mewujudkan keamanan, ketertiban, kelancaran dan keselamatan berlalu

(45)

30

E. Pengemudi Kendaraan Bermotor

Penggunaan kendaraan bermotor diatur di dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Undang-Undang ini

di atur mengenai pengemudi dari kendaraan bermotor. Pengemudi merupakan

orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan yang telah memiliki

SIM.

SIM merupakan salah satu syarat yang harus di miliki oleh setiap pengendara

kendaraan bernotor, sebagaimana telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 Pasal 77 Ayat 1: "Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis

Kendaraan Bermotor yang dikemudikan”. SIM merupakan bukti registrasi

administrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang

telah memenuhi persyaratan administrasi tertentu, sehat jasmani dan rohani,

memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor.

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan, wajib memiliki

SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikannya.

SIM ini dikeluarkan bertujuan untuk ketertiban dalam berkendara atau tertib

berlalu lintas. Ada beberapa fungsi yang dapat ditemukan dengan diterbitkannya

SIM ini, diantaranya adalah:48

1. Sebagai sarana identifikasi/jati diri seseorang pengendara.

48

(46)

31

2. Sebagai alat bukti telah menempuh ujian keterampilan mengemudi dan

teori.

3. Sebagai sarana upaya paksa, dalam hal bila terjadi pelanggaran lalu lintas.

4. Sebagai sarana pelayanan masyarakat.

SIM Kendaraan Bermotor sendiri di bagi menjadi dua bagian, yakni SIM

Kendaraan bermotor perorangan dan umum. Adapun penggolongan SIM untuk

perorangan diatur dalam Pasal 80 yaitu:

Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan

barang perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi

3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

1. Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil

penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang

diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

2. Surat Izin Mengemudi B II berlaku untuk mengemudikan Kendaraan alat

berat, Kendaraan penarik, atau Kendaraan Bermotor dengan menarik

kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat yang

diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari 1.000

(seribu) kilogram.

3. Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan Sepeda Motor.

4. Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan khusus

(47)

32

Adapun yang menjadi syarat untuk mempeloleh SIM perorangan adalah

memenuhi persyaratan dari segi usia, administrasi, kesehatan dan melulusi ujian

yang dilaksanakan oleh Polri kepada calon pemilik SIM perorangan. Dari segi

usia diatur dalam pasal 81 ayat 2 yakni:

1. usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin

Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;

2. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I; dan

3. usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.

Penggolongan SIM kendaraan bermotor umum menurut Pasal 82 yakni:

1. Surat Izin Mengemudi A Umum berlaku untuk mengemudikan kendaraan

bermotor umum dan barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan

tidak melebihi 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

2. Surat Izin Mengemudi B I Umum berlaku untuk mengemudikan mobil

penumpang dan barang umum dengan jumlah berat yang diperbolehkan

lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

3. Surat Izin Mengemudi B II Umum berlaku untuk mengemudikan

Kendaraan penarik atau Kendaraan Bermotor dengan menarik kereta

tempelan atau gandengan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta

tempelan atau gandengan lebih dari 1.000 (seribu) kilogram.

Syarat atau batasan umur bagi seseorang yang ingin memperoleh SIM kendaraan

(48)

33

“Syarat usia untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor

Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah sebagai

berikut:

a. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A Umum;

b. usia 22 (dua puluh dua) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I Umum;

dan

c. usia 23 (dua puluh tiga) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II Umum.”

Ketentuan ini menjelaskan bahwa sesorang yang belum mencukupi usia yang

ditentukan sesuai dengan jenis SIM yang diinginkan, maka tidak dapat

memperoleh SIM. Melihat pada kenyataan bahwa telah terjadi pelanggaran lalu

lintas, di mana terdapat anak yang mengemudikan kendaraan bermotor padahal

mereka belum mencapai usia untuk memperoleh SIM.

Seseorang yang melanggar ketentuan pasal Pasal 77 ayat (1) diancam dengan

hukuman pidana yang diatur dalam Pasal 281 undang-undang ini yang berbunyi:

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling

(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

masalah yuridis normatif dan pendekatan masalah yuridis empiris guna

mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan objektif.

1. Pendekatan yuridis Normatif

Pendekatan yang bersifat yuridis normatif adalah penelitian dengan data

sekunder yang dilakukan dalam mencari data atau sumber yang bersifat

teori yang berguna untuk memecahkan masalah melalui studi kepustakaan

yang meliputi studi kepustakaan yang meliputi buku-buku,

peraturan-peraturan, surat-surat keputusan dan dokumen resmi yang berhunungan

dengan masalah yang diteliti.

2. Pendekatan yuridis Empiris

Pendekatan yuridis empiris adalah dengan meneliti dan mengumpulkan

data primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian terhadap

objek peneliti dengan cara observasi dan wawancara dengan responden

atau narasumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber data dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

yang melakukan pelanggaran lalu lintas dilakukan apabila kendaraan tersebut tidak dilengkapi oleh surat-surat kendaraan (STNK) atau pengendara tidak dapat menunjukkan

saja yang telah dilakukan oleh kepolisian agar pelanggar lalu lintas. tidak selalu

Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Pengendara Sepeda.. Motor Di Kota Yogyakarta. Penulis memfokuskan pada Upaya. Kepolisian Dalam Menanggulangi Pelanggaran

Puji Syukur Kepada Allah Bapa di Surga atas kasih dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum dengan judul “Upaya

Penelitian yang dilakukan ini bersifat deskritif yaitu memberikan gambaran secara sistematis terhadap objek perkara tentang upaya kepolisian dalam penanggulangan

(2) Faktor penghambat di dalam upaya penanggulangan oleh kepolisian dalam menanggulangi pelanggaran terhadap pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki

(2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas