• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCULIKAN MELALUI JEJARING SOSIAL (FACEBOOK) (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCULIKAN MELALUI JEJARING SOSIAL (FACEBOOK) (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCULIKAN MELALUI JEJARING SOSIAL (FACEBOOK)

(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung) Oleh

Trie Zaskia Cholita Putri

Tindak pidana penculikan di wilayah Bandar Lampung memang jarang terjadi namun pihak aparat penegak hukum tidak dapat menganggap hal yang tidak berbahaya karena dapat terjadi sewaktu-waktu. oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang peraturan yang mengaturnya. Tindakan yang harus diambil oleh pihak kepolisian adalah secara represif dan preventif guna mencegah terjadinya tindak pidana penculikan. Upaya polisi dalam penanggulangan tindak pidana penculikan di wilayah Bandar Lampung dalam penanganannya hendaknya tidak mengedepankan tindak kekerasan melainkan melalui suatu tindakan preventif dengan memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat untuk menjaga keamanan serta bersama-sama menjaga kamtimbas keamanan dilingkungannya. Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimanakah upaya polisi dalam menanggulangi tindak pidana penculikan di wilayah Polresta Bandar Lampung dan apakah yang menjadi faktor penghambat polisi dalam menanggulangi tindak pidana penculikan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pihak Kepolisian di Polresta Bandar Lampung. Sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah data diolah yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif guna mendapatkan suatu kesimpulan yang memaparkan kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari penelitian.

(2)

sumber daya yang dimiliki kepolisian terkait penanganan penculikan terbilang masih sangat minim, faktor sarana dan fasilitas yaitu peralatan yang dimiliki tidak bisa dibilang memadai dan lengkap, minimnya anggaran untuk biaya operasional, faktor kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat yang didorong persoalan ekonomi dan rendahnya rasa kepedulian masyarakat dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

(3)
(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang begitu pesat di era globalisasi saat ini, banyak menimbulkan perubahan yang terjadi di segala bidang seperti pada bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, hukum dan kesehatan masyarakat serta teknologi. Perubahan yang paling terlihat mencolok terjadi dibidang teknologi informasi yaitu munculnya internet sebagai sarana komunikasi modern.

Internet yang berkembang saat ini sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat dalam mencari informasi dan dapat diakses dengan mudah dari berbagai kalangan baik kalangan atas, menengah maupun bawah. Namun kecanggihan teknologi tidak lepas dari dampak-dampak yang terjadi dimasyarakat. Salah satu dampak-dampak dari perubahan yang terjadi tersebut bahkan dilakukan melalui teknologi canggih misalnya terjadinya penculikan melalui jejaring sosial sepertifacebook.

Menurut data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak telah mendapatkan 36 laporan terkait kasus anak dan remaja yang menjadi korban kejahatan lewat situs jejaring Facebook. Tujuh kasus diantaranya merupakan kasus penculikan anak. Contoh kasusnya adalah yang terjadi Marieta Nova, gadis dibawah umur yang menjadi korban penculikan oleh Febriari alias Ari dengan menggunakan media jejaring sosial Facebook.1

1

(5)

Kasus penculikan semacam itupun juga terjadi di Bandar Lampung yaitu AY (14 tahun), warga Hajimena, Natar, Lampung, yang diduga dirudapaksa oleh Rifky (19 tahun), warga Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan. Kejadian ini terjadi pada hari kamis tanggal 4 Septemeber 2011 lalu, Rifky menjemput AY di jalanan dekat kediaman korban kemudian korban dibawa berkeliling dan diajak menginap di kediaman nenek Rifky yang terletak di Gudanggaram, Pesawahan, Telukbetung Selatan. Di rumah itu AY disekap selama lima hari dan diperkosa sebanyak tiga kali oleh Rifky.2

Facebook juga dapat digunakan sebagai wahana untuk melakukan transaksi seks, perdagangan orang, menguasai harta benda, perdagangan tubuh manusia dan lain-lain. Modus kejahatan tersebut menambah modus kejahatan yang terjadi di internet khususnya di facebook. Namun, selain memiliki dampak negatif internet tetap memiliki dampak positif bagi masyarakat seperti penggalangan dana untuk membantu untuk memberikan dukungan dalam penyelesaian kasus hukumnya antara Prita Mulyasari dan Rumah Sakit Omni Internasional dengan menggunakan Koin Keadilan dan kasus pembebasan dan pemulihan posisi pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah yang digalang melalui media jejaring sosial.

Kasus diatas jejaring sosial memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Dampak positif dari penggunaan jejaring sosial adalah sebagai berikut:

2

(6)

1. Anak dan remaja dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang sangat dibutuhkan di era digital seperti sekarang ini. Mereka akan belajar beradaptasi, bersosialisasi dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan.

2. Memperluas jaringan pertemanan. Berkat situs jejaring sosial ini anak menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia. Meskipun sebagian besar diantaranya tidak pernah mereka temui secara langsung.

3. Anak dan remaja akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka jumpai secara online, karena mereka berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain.

4. Situs jejaring sosial membuat anak dan remaja menjadi lebih bersahabat, perhatian dan empati. Misalnya memberikan perhatian saat ada teman mereka berulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.

Sedangkan dampak negatif yang muncul dari penggunaan jejaring sosial adalah sebagai berikut:

1. Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasapun menjadi terganggu. Jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya.

(7)

3. Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa di situs jejaring sosial. Hal ini membuat mereka semakin sulit untuk membedakan antara berkomunikasi di situs jejaring sosial dan di dunia nyata.

4. Situs jejaring sosial adalah lahan yang subur bagi predator untuk melakukan kejahatan. Kita tidak akan pernah tahu apakah seseorang yang baru kita dikenal anak kita di internet menggunakan jati diri yang sesungguhnya atau tidak.3

Kejahatan yang memiliki arti tingkah laku yang melanggar hukum, dapat dipelajari dengan menggunakan ilmu kriminologi yang merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan.4 Kejahatan penculikan merupakan salah satu jenis kejahatan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Pidana yang tercantum dalam Pasal 328 Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi:

“Barang siapa membawa pergi seorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara, diancam karena penculikan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

Tindakan membawa seseorang pergi dari tempat tinggalnya sebetulnya bisa saja bukan merupakan perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum selama tindakan tersebut dilakukan dengan niat yang baik, seperti menyelamatkan seseorang dari bahaya bencana alam atau dari tindak kejahatan yang dilakukan terhadapnya, tentu saja hal demikian tidak termasuk dalam tindak kejahatan. Namun jika dengan niat untuk merampas kemerdekaan

3

http://www.didno76.com/2011/10/dampak-positif-dan-negatif-jejaring.htmldiakses pada tgl 12 November 2012 pukul 14.40 WIB

4

(8)

atau melakukan kejahatan terhadap seseorang. Maka hal itulah yang dimaksud kedalam delik yang tercantum dalam Pasal 328 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 juga telah mengatur tentang kejahatan penculikan yang khusus bagi anak korban penculikan yaitu pada Pasal 59 dan 68 Undang-Undang Perlindungan Anak. Dengan adanya undang-undang yang mengatur tindak kejahatan yang terjadi khusunya pada anak-anak harus diadili dengan seadil-adilnya agar dikemudian hari tidak terjadi kembali kejahatan-kejahatan seperti ini dan tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi anak sebagai korbannya.

Perkembangan bentuk kejahatan di Indonesia baru dapat dicatat sistematis setelah tahun 1970. Bentuk kejahatan sebelum 1970-an masih bersifat tradisional ditinjau dari segi alat yag dipergunakan dan modus operandi, waktu dan sasaran yang hendak diperoleh dari kejahatan tersebut.5 Kejahatan melalui jejaring sosial juga bukanlah hal baru, melainkan perubahan bentuk kejahatan tradisional ke berbasis teknologi informasi dan komunikasi, maupun perluasan dari penggunaan internet. Seperti penculikan yang merupakan kejahatan tradisional, yang forum perkenalannya kini melalui jejaring sosial. Prostitusi melalui jejaring sosial juga merupakan perubahan transaksi seks secara tradisional dan perluasan dari fasilitas chatting, info yang beredar di mailing list (milis) maupun situs-situs kencan. Hal yang sama juga terkait dengan penipuan online maupun melalui jejaring sosial. Namun karena bisa lebih man-to-man, penipuan bisa lebih besar dampaknya karena sifat pertemanan yang lebih dekat dibanding mengirimi email spam, dan data-data yang

5

(9)

terpublikasi juga bisa lebih disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.6

Upaya menanggulangi kejahatan yang terjadi melalui modus perkenalan di jejaring sosial seperti facebook, para penengak hukum dalam hal ini harus dapat bertindak tegas dan cepat. Kejahatan merupakan perbuatan yang melawan hukum. Salah satu unsur penegak hukum yang ada di Indonesia adalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), selaku alat negara penegak hukum dituntut untuk mampu melaksanakan tugas penegakkan hukum secara profesional dengan mengungkap seluruh kasus penculikan terutama dengan tujuan perdagangan orang dan anggota tubuh manusia. Pengungkapan kasus penculikan memerlukan sikap proaktif kepolisian dalam mengungkapnya agar pelaku tindak pidana dapat dijerat dengan hukum yang berlaku.

Kejahatan informasi dan teknologi elektronik seperti internet, pemerintah telah membuat suatu peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Elektronik. Undang-undang ini mengatur tentang segala sesuatu yang bersifat kejahatan yang ada di internet seperti perjudian, pencemaran nama baik/penghinaan, muatan yang melanggar kesusilaan maupun pemerasan/pengancaman. Selain itu, hal penting lainnya adalah memberdayakan pengguna jejaring sosial itu sendiri. Karena berpotensi digunakan untuk kriminalitas, pengguna jejaring sosial yang masih awam perlu diberdayakan agar tidak menjadi sasaran empuk penjahat internet.

Mengenai pasal yang berkenaan dengan masalah tindak pidana penculikan diatur dalam KUHPidana, buku II Penculikan yaitu membawa pergi seseorang dari kediamannya dengan

6

http://perpusunpas.wordpress.com/2010/07/21/penculikan-anak-melalui-situs-jejaring-sosial-facebook

(10)

maksud atau secara melawan hukum, hal ini tercantum dalam pasal 328 KUHPidana yang bunyinya :

“ Barang siapa membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dalam maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum dibawah kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara diancam karena penculikan dengan pidana penjara paling lama dua belas

tahun”.

Pemerintah harus ikut turut serta dalam membuat suatu peraturan yang konkrit dan aparat penegak hukum harus lebih memberikan perhatian kepada tindak kejahatan yang tidak hanya terjadi melalui tindakan langsung tetapi juga melalui dunia maya seperti jejaring sosial agar para korban mendapatkan perlindungan hukum serta dapat menjerat pelaku-pelaku tindak kriminal di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui apakah faktor penyebab terjadinya penculikan melalui jejaring sosial di Indonesia saat ini. Maka penulis tertarik untuk menulis danmenganalisa tentang “Upaya Polri dalam penanggulangan tindak pidana penculikan melalui jejaring sosial (facebook)” sebagai salah satu tulisan ilmiah berbentuk skripsi”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

(11)

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diangkatuntuk selanjutnya diteliti dan dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah upaya Polri dalam menanggulangi tindak pidana penculikan di jejaring sosial (facebook)?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat bagi Polri dalam menanggulangi tindak pidana penculikan di jejaring sosial (facebook)?

2. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan membahas tentang analisis kriminologis terhadap penculikan melalui modus perkenalan jejaring sosial (facebook) sebagaimana diatur di Undang-Undang tentang Perlindungan Anak dan Pasal 332 KUHP tentang perbuatan pidana melarikan anak dibawah umur serta Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Elektronik. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012 dan berlokasi di Markas Polisi Resort Kota Bandar Lampung.

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, penelitian yang dilakukan untuk membahas permasalahan tersebut mempunyai tujuan ;

(12)

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat bagi Polri dalam menanggulangi tindak pidana penculikan di jejaring sosial (facebook).

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengembangan daya pikir yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hukum pidana bagi penulis khususnya dan bahan tambahan perpustakaan atau bahan informasi bagi segenap pihak yang berkepentingan pada umumnya.

b. Kegunaan Praktis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan hukum pidana tentang upaya Polri dalam penanggulangan tindak pidana penculikan di jejaring sosial (facebook) dalam rangka memberikan suatu rasa aman dan nyaman ditengah masyarakat.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau yang menjadi kerangka acuan dan pada dasarnya bertujuan untuk mengidentifikasikan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti7.

7

(13)

Penulis menganalisis permasalahan di dalam skripsi ini menggunakan teori G. P. Hoefnagles yang dikutip oleh Barda Nawawi Arief tentang upaya penanggulangan tindak

pidana atau dikenal dengan istilah “Politik Kriminal” (Criminal Policy). Menurut G. P.

Hoefnagles menyatakan bahwa Politik Kriminal meliputi: 1. Penerapan Hukum Pidana (criminal law application) 2. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment)8.

Berdasarkan pendapat G. P. Hoefnagles diatas, menitik beratkan pada sifat preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum tindak pidana terjadi di kelompokan dalam sarana non penal yang dimuat dalam butir (2) dan (3), sedangkan penitik beratan pada sifat represif (penindakan/pemberantasan/ penumpasan) sesudah kejahatan terjadi termasuk dalam sarana penal yang tercantum dalam butir kesatu.

Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi upaya penegakkan hukum antara lain sebagai berikut:

a. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam tulisan ini dibatasi pada faktor-faktor undang-undangnya saja.

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Fakto sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

8

(14)

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.9

Pasal 328 KUHP dijelaskan bahwa tindak pidana yang dipaparkan dalam pasal ini termasuk kedalam delik dolus, sebab dalam pasal ini, tindak pidana yang dipaparkan yangat berkaitan erat dengan faktor niatan atau kesengajaan. Hal ini sangat terlihat jelas bila kita lihat pada unsur subjektif dari pasal ini. Dimana si pelaku delik melakukan tindakan pidana dengan unsur kesengajaan yang nyata dengan cara melawan hukum. bagi yang melanggar pasal ini, maka si pelaku karena penculikan dapat diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Membawa seseorang pergi dari kediamannya sebetulnya bisa saja tidak merupakan perbuatan atau tindakan melanggar hukum selama tindakan tersebut dilakukan dengan unsur yang baik, seperti menyelamatkan seseorang dari bahaya bencana alam, tentu saja hal tersebut tidak termasuk ke dalam tindakan pidana. Tapi jika tindakan tersebut disertai niat untuk merampas kebebasan atau kemerdekaan si korban. Maka hal itulah yang dimaksud ke dalam delik yang terdapat dalam Pasal 328 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kejahatan penculikan saat ini tidak hanya dengan cara traditional tetapi menggunakan teknologi yang canggih misalnya dengan menggunakan sarana internet seperti melalui jejaring sosial. Perkembangan internet di Indonesia semakin berkembang pesat diiringi dengan berbagai infrastruktur yang memadai seperti adanya ponsel, laptop dan biaya Internet yang terjangkau. Tingkat antusiasme masyarakat Indonesia khususnya remaja

9

(15)

dalam memanfaatkan teknologi Internet ini pun semakin berkembang, baik dengan menggunakan ponsel maupun komputer.

Jangkauan internet di Indonesia telah melampaui media tradisional dan menduduki posisi kedua setelah televisi. Ini berdasarkan studi Net Index Ketiga yang diumumkan Yahoo! Inc.Hasil studi itu menunjukkan, jejaring sosial menduduki peringkat pertama sebagai aktivitas online paling populer (89%), diikuti kategori pengunjung laman internet (72%) dan pembaca berita (61%)10.Jejaring sosialseperti Facebook, google+, Twitter dan yang sejenisnya yang saat seakan sudah menjadi suatu keharusan bagi remaja Indonesia untuk memilikinya. Bahkan jika tidak memilikinya akan dianggap kurang pergaulan dan akan dikucilkan dari komunitasnya. Tentu dengan adanya Jejaring Sosial ini pasti mengakibatkan dampak yang positif maupun dampak yang negatif.

Pengaruh positif penggunaan Jejaring Sosial diantaranya adalah banyak para remaja yang menggunakan jejaring sosial untuk memasarkan produknya melalui jejaring sosial dan jejaring sosial yang digunakan sebagai sarana bertukar informasi, pengetahuan dan untuk berdiskusi dalam pembuatan komunitas. Jejaring sosial juga dapat mempererat tali persaudaraan dimana seseorang dapat tetap saling berkomunikasi walaupun jaraknya jauh. Jejaring Sosial juga dapat digunakan untuk mencari seorang kerabat, bahkan ada suatu kisah seorang ibu dapat bertemu kembali dengan anaknya setelah 12 tahun berpisah.

Sedangkan dampak negatif dari penggunaan internet atau jejaring sosial adalah banyak para remaja yang kecanduan untuk menggunakan jejaring sosial tanpa mengenal waktu sehingga menurunkan produktifitas dan rasa sosial diantara remaja pun berkurang. Banyak

10

(16)

para remaja yang lebih suka berhubungan lewat Jejaring Sosial dibanding dengan bertemu dengan teman-temannya dan yang lebih parah lagi mereka yang kecanduan susah untuk berkomunikasi dengan yang lain.

Para pelajar juga lebih sering menggunakan waktu mereka untuk bermain game yang ada pada salah satu Jejaring Sosial. Akhir-akhir ini pun banyak kasus-kasus tentang penculikan gadis, banyak orang-orang dengan kepandaian komunikasi dan rayuan dapat melarikan gadis gadis seperti yang telah dialami oleh AY seorang remaja 14 tahun.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep yang menjadi arti dan berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti11.

Dalam kerangka ini penulis akan menjelaskan tentang pengertian-pengertian pokok yang digunakan dalam penulisan dan penelitian ini sehingga mempunyai batasan-batasan yang tepat tentang istilah-istilah dan maksudnya mempunyai tujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam penulisan ini. Adapun pengertian-pengertian yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Upaya adalah usaha untuk melakukan sesuatu setelah adanya peristiwa.12

b. Polri adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia.13

c. Polresta Bandar Lampung adalah wilayah hukum tempat terjadinya pencurian kendaraan bermotor.

11

Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 132

12

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1990. Hlm. 120.

13

(17)

d. Penanggulangan adalah upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal maupun yang lebih menitikberatkan pada sifat repressive (penindakan/ pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan sifat preventif (pencegahan/penangkalan /pengendalian) sebelum terjadi kejahatan.14

e. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melarang larangan terebut.15

f. Penculikan adalah perbuatan membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara (Pasal 328 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).

Penculikan juga berarti menghilangkan orang lain dengan beberapa tujuan tertentu, orang tersebut menahan orang dalam penjara palsu dan menahan korban tanpa wewenang sah. Mengacu kepada kejahatan dengan membawa kabur seseorang dengan tindakan penipuan, persuasi atau pemaksaan. Hal ini berbeda dengan penculikan pada umumnya yang dilakukan dengan tindakan pemaksaan atau sekedar ancaman.

g. Jejaring sosial atau jaringan sosial(sanekane) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik sepertinilai,visi,ide,teman,keturunan, dll16.

14

Barda Nawawi Arief.1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Jakarta. Hlm. 13

15

(18)

h. Facebook adalahsebuah layanan jaringan sosial dan situs web yang diluncurkan pada februari 2004 yang dioperasikan dan dimiliki oleh Facebook, Inc.17Facebook bertujuan agar semua orang bisa membuat profil pribadi yg bertujuan mencari teman, keluarga yg tidak pernah kita jumpai atau bertemu. facebook jg menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, atau karakteristik lainnya. Perusahaan situs jejaring sosial Facebook mengumumkan telah memiliki 1 miliar pengguna dan akan terus berkembang.18

E. Sistematika penulisan

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penulisan, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis, konseptual dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan pengertian tentang pengertian kriminologi, faktor-faktor penyebab terjadinya penculikan melalui jejaring sosial (facebook) dan upaya penanggulangan yang dapat dilakukan dan perlindungan hukum yang dapat diterima oleh korban tindak pidana penculikan melalui jejaring sosial (facebook) dalam konteks hukum pidana materil, formil, dan hukum pelaksanaan pidana.

16

John Soetejo. 2012.Jurus Kilat Mahir Komputer. Dunia Komputer. Hlm. 97

17

Ibid., hlm. 98.

18

http://tekno.kompas.com/read/xml/2012/10/05/08541377/Pengguna.Facebook.Sudah.Sampai.1. Miliar

(19)

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang menguraikan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu menjelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian yang memuat tentang pendekatan masalah, jenis dan sumber data, penetuan populasi dan sampel, metode pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang hasil penelitian dan hasil pembahasan di lapangan terhadap permasalahan dalam penulisan ini yang akan menjelaskan bagaimana kriminologis penculikan melalui jejaring sosial (facebook), faktor-faktor penyebab terjadinya penculikan melalui jejaring sosial (facebook), dan upaya penanggulangan terhadap penculikan melalui jejaring sosial (facebook).

V. PENUTUP

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana Penculikan

Menurut Moeljatno1 Kejahatan dalam bahasa Belanda disebut misdrijven yang berarti suatu perbuatan yang tercela dan berhubungan hukum, berarti tidak lain dari pada

perbuatan melanggar hukum “ Mengenai definisi” kejahatan adalah merupakan bagian dari

perbuatan melawan hukum atau delik, bagian lainnya adalah pelanggaran.

Pengertian kejahatan menurut G.W. Bawengan2, dibedakan menjadi 3,yaitu: 1. Pengertian secara praktis

Adalah setiap pelanggaran norma sosial yang ada di dalam masyarakat, dengan kata lain bahwa suatu perbuatan dikatakan kebaikan bila dia berada dalam sisi garis yang telah ditetapkan oleh norma, di lain pihak suatu perbuatan dikatakan kejahatan bila perbuatan itu telah lewat garis yang telah ditetapkan oleh norma.

2. Pengertian secara religius

Dalam ajaran agama dikenal dikotomi kebaikan dan kejahatan, suatu perbuatan dikatakan kebaikan bila perbuatan itu sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan sedangkan suatu perbuatan yang dikatakan kejahatan bila perbuatan itu melanggar perintah Allah SWT dan tidak menjauhi larangannya, perbuatan ini / kejahatan ini identik dengan dosa diancam dengan hukuman api neraka terhadap mereka yang melakukan dosa.

✁ ✂✄☎ ✆✝✞✟✂✠✡☛☛ ☞ ✠✌ss✎ ✌✏ ✍s ukum ✒ ✓ ✔ ✍n✍✕✖ ✝✗ ✝✘✞✝✙✚✛ ✟✄✗ ✝✜✛ ✢ ✞✝✠✣ ☎✤ ✠✥ ✡ ✦

(21)

3. Pengertian secara yuridis

Pengertian “kejahatan secara yuridis dapat dilihat dalam KUHP”. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana membedakan antara perbuatan yang digolongkan sebagai suatu

“pelanggaran” dan perbuatan yang digolongkan sebagai suatu “kejahatan”. KUHP sendiri

terdiri dari tiga buku yaitu : Buku pertama berisi tentang peraturan umum, buku kedua berisikan tentang kejahatan, buku ketiga berisikan tentang pelanggaran.

Berdasarkan para ahli diatas dapatlah diambil garis besarnya bahwa kejahatan itu sebagai suatu gejala sosial akan berkembang sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat. Bisa saja suatu waktu suatu perbuatan dikatakan kejahatan.

Perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan berdasarkan hal tersebut di atas maka hanya perbuatan yang bertentangan dari pasal-pasal buku kedua adalah perbuatan kejahatan. Selain Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita juga mengenal sumber hukum pidana khusus, misalnya Undang-Undang Peradilan Anak, Hukum Pidana Militer, dan lain-lain. Perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran adalah bahwa kejahatan merupakan delik hukum, yaitu suatu peristiwa yang bertentangan dengan asas-asas hukum yang hidup di dalam keyakinan manusia dan terlepas dari Undang-Undang. Sedangkan pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar delik undang-undang, yaitu suatu peristiwa yang untuk kepentingan umum dinyatakan oleh Undang-Undang sebagai hal yang terlarang.

(22)

kemerdekaan orang. Kejahatan penculikan dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemerdekaan seseorang karena dengan sengaja menarik, membawa pergi atau menyembunyikan seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan secara melawan hukum yang dapat merugikan beberapa pihak seperti korban maupun orang tua korban bahkan masyarakat luas yang merasa tidak aman dan nyaman dengan tindakan si pelaku.

Penculikan merupakan tindakan yang sudah dianggap sebagai bentuk ketidakadilan, perampasan hak kebebasan atau kemerdekaan hidup seseorang. Perampasan kemerdekaan dengan cara demikian telah ditetapkan sanksi hukumnya dalam pasal 328 KUHP tentang penculikan.Mengenai pasal yang berkenaan dengan masalah kejahatan dalam kasus ini diatur dalam KUHPidana, buku II Penculikan yaitu membawa pergi seseorang dari kediamannya dengan maksud atau secara melawan hukum, hal ini tercantum dalam pasal 328 KUHPidana yang bunyinya :

“Barang siapa membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya

sementara dalam maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum dibawah kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara diancam

karena penculikan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

Perkembangan bentuk kejahatan di Indonesia baru dapat dicatat sistematis setelah tahun 1970. Bentuk kejahatan sebelum 1970-an masih bersifat tradisional ditinjau dari segi alat yag dipergunakan dan modus operandi, waktu dan sasaran yang hendak diperoleh dari kejahatan tersebut.3Kejahatan saat ini dapat dilakukan dengan berbagai sarana dan cara misalnya melalui jejaring sosial seperti facebook.

(23)

Ada banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya penculikan anak (modus operandi)4, di antaranya:

1. Uang tebusan

Pada kejadian ini, penculik meminta sejumlah uang tebusan pada orang tua atau keluarga korban. Jumlahnya pun biasanya cukup fantastis.

2. Dendam

Penculikan anak pun bisa dilakukan karena pelaku menyimpan dendam pada orang tua korban. Hanya karena pernah ditegur atau diberhentikan dari pekerjaan, maka anak pun dijadikan sasaran penculikan. Bisa disertai dengan pemerasan (meminta uang tebusan) atau bahkan pembunuhan.

3. Menguasai harta benda

Tak jarang penculikan anak terjadi karena pelaku ingin menguasai perhiasan atau harta benda si anak, seperti anting-anting, kalung, cincin, atau telepon seluler.

4. Perdagangan anggota tubuh

Penculikan anak, terutama dengan anak jalanan sebagai sasaran, dilakukan untuk mengambil organ tubuh tertentu yang akan djual dengan harga mahal kepada orang yang sangat membutuhkan organ tersebut. Penculikan ini dilakukan dalam sebuah sindikat yang besar dan rapi karena pengambilan organ tubuh tak dapat dilakukan oleh tangan yang tidak ahli.

5. Perdagangan anak (trafficking)

(24)

Modus operandi ini pun cukup santer terdengar. Anak-anak di bawah umur diculik untuk diperjualbelikan.

B. Pengertian Jejaring Sosial

Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll5.

Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.6

Bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.

Situs jejaring sosial yang berbasiskan pertemanan pada awalnya muncul sekitar pada tahun 1997an namun hanya difokuskan terhadap anak-anak sekolah di Amerika Serikat saja

P

◗❘❙❚❯❘ ❱❲❱❳❘❨ ❩❬ ❭ ❩❨❪urus ❫ ❴ ❵ ❛t ❜ ❛ ❝ ❴❞❫❡mputr❨◗ ❣❤ ❣✐ ❲❣❨❥❦❚❧ ❣♠❘♥ ♦❦ ❲❱✐❨ ♣q ♥❨rs❨ 6

(25)

namun pada tahun 2005 inovasi di jejaring sosial meliputi tidak hanya memperlihatkan siapa berteman dengan siapa, tetapi memberikan pengguna kontrol yang lebih akan isi dan hubungan. Saat ini ada berbagai macam bentuk jejaring sosial seperti Facebook, twitter, Myspace, google+, dll.

Facebook merupakan sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang diluncurkan pada Februari 2004 yang dioperasikan dan dimiliki oleh Facebook, Inc. Pada Januari 2011, facebook memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif. Pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, atau karakteristik lainnya. Nama layanan ini berasal dari nama buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh administrasi universitas di AS dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini.

(26)

Potensi kejahatan internet makin meningkat dengan makin banyaknya pengakses internet, terutama dengan pemanfaatan telepon cerdas yang kian hari harga dan tarifnya kian terjangkau. Dan basis “cybercrime” ke depan pun akan beralih ke jejaring sosial dengan makin banyaknya pengguna jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan sebagainya. Dalam catatan, disebut-sebut Indonesia berada di posisi empat dunia dengan 14,6 juta pengguna, sementara untuk pengguna Twitter berjumlah 5,6 juta dan berada pada posisi keenam di dunia.

Kasus terakhir, Febriari alias Ari diduga melakukan penculikan terhadap gadis di bawah umur Marieta Nova Triani dengan menggunakan media jejaring sosial Facebook. Facebook juga dapat digunakan sebagai wahana untuk melakukan transaksi seks. Modus kejahatan tersebut menambah deret modus-modus kejahatan internet melalui jejaring sosial yang terjadi di tanah air. Adapun modus-modus kejahatan berbasis jejaring sosial yang hadir lebih dulu antara lain pencemaran nama baik/penghinaan, penipuan, iklan judi online maupun pornografi dan pornoaksi online.7

Perilaku sembrono yang dilakukan para remaja selain dipengaruhi faktor-faktor sosial lainya, perkembangan remaja juga dipengaruhi bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua mereka. Beberapa prilaku yang muncul dalam perkembangan remaja selanjutnya dinilai para ahli merupakan hasil dari pola asuh orang tua. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara pola asuh dan tingkat penggunaan internet orang tua, prilaku internet, pengalaman internet, dan secara signifikan juga berpengaruh pada penggunaan internet

t

(27)

anak remaja mereka. Namun belum terdapat penelitian yang secara spesifik membuktikan apakah pola asuh juga berhubungan dengan kasus penculikan via facebook .

Sebagai media komunikasi, internet dengan jejaring sosialnya, bisa saja bersifat netral. Namun, sebagai pisau bermata dua, dampak negatif bisa terjadi. Sebab bila berbicara internet, semua ada di sana, dan semua bisa terjadi di sana. Galangan pembebasan Prita Mulyasari dilakukan melalui Facebook berikut dukungan Koin Keadilan-nya, pembebasan dan pemulihan posisi pimpinan KPK Bibit-Chandra juga digalang melalui media jejaring sosial.

C. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Upaya penanggulangan kejahatan dilakukan dengan menggunakan Sistem Peradilan Pidana atau disebut juga penanggulangan secara penal. Selain itu juga dapat dilakukan non sistem peradilan pidana atau non penal.

a. Sarana penal

Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi.

(28)

Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah dimasukkan kedalamnya, sebab pemberian pidana juga dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana.8

Penanggulangan sistem ini dilakukan kepada pelaku kejahatan dimana pelaku sekaligus adalah juga sebagai korban kejahatan. Jadi disini penanggulangan yang dilakukan disamping yang mengenakan sifat penderitaan bersifatdeterrenceatau pencegahan, juga dilakukan pengobatan atau rehabilitasi terhadap korban yang dianggap kecanduan tersebut agar pulih.

Selain teori penanggulangan kejahatan yang telah diuraikan diatas, supaya dalam menanggulangi tindak pidana penculikan, memberantas pelaku tindak pidana penculikan, dan melindungi korban tindak pidana penculikan. Maka dapat dilakukan dengan menetapkan pola penanggualngan antara lain sebagai berikut:

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan agar tidak menjadi korban penculikan khususnya bagi anak-anak. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan tindak pidana penculikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pengawasan dan pembinaan dalam keluarga bagi anak-anak yang dapat menjadi korban penculikan, pengajian oleh para ulama, pengawasan baik di sekolah maupun lingkungan tempat anak-anak

8

(29)

beraktifitas, pengawasan anak-anak dari orang yang tidak dikenal/asing yang bertujuan mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya tindak pidana penculikan terhadap anak-anak.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas tindak pidana penculikan melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengalami dan mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak yang berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri. c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan trauma para korban baik secara medis

maupun dengan media lain. Di Indonesia salah satu sarana penyembuhan bagi korban tindak pidana penculikan terhadap anak yaitu dengan berkonsultasi dengan dokter psikiater.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum

Sehubungan dengan pandangan diatas menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.9 Kelima faktor berikut merupakan faktor-faktor yang terkait satu sama lain. Merupakan esensi dari penegakan hukum dan bekerjanya hukum dalam masyarakat. Kaitannya dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana penculikan, efisiensi maupun efektivitasnya juga tergantung kepada faktor-faktor sebagaimana yang disebutkan meliputi:

a. Faktor Undang-Undang

(30)

Dilihat dari segi materilnya, undang-undang adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah10. Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya adalah agar undang-undang-undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Asas-asas tersebut antara lain11 undang-undang tidak berlaku surut, undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula, undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama, undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang-undang-undang yang berlaku terdahulu, undang-undang tidak dapat diganggu gugat, undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan materil bagi masyarakat maupun pribadi, melalui pelestarian ataupun pembaharuan ((inovasi).

b. Faktor Penegak Hukum

Keberhasilan misi hukum pidana untuk menanggulangi tindak pidana penculikan tidak hanya ditentukan oleh sempurnanya formulasi hukum yang dirumuskan dalam hukum positif. Melainkan telah lebih dari itu keberhasilannya sangat tergantung kepada aparat yang melaksanakannya (penegak hukum) mulai dari tingkat penyidikan hingga tingkat eksekusi. Konsekuensi logisnya, aparat penegak hukum harus memiliki kemampuan lebih dan profesi di dalam menangani tindak pidana penculikan profesionalisme dan keberanian moral aparat penegak hukum dituntut sekaligus diuji untuk melakukan penemuan hukum (rechtvinding), sehingga tidak ada alasan klasik yang bersembunyi dibalik asas legalitas

➤ ➥ ➦➧➨ ➩➫ ➤ ➤

(31)

sempit bahwa aturan undangan tidak lengkap atau belum ada perundang-undangan yang mengaturnya.

Aparat penegak hukum harus memiliki kemampuan lebih di dalam melakukan penyidikan, pembuktian baik pada pemeriksaan pendahuluan maupun dalam proses peradilan. Pengetahuan dan wawasan yang luas atas delik materil maupun peristiwa hukumnya serta kedisiplinan dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan pemidanaannya.

c. Faktor Infrastruktur Pendukung Sarana Dan Prasarana.

Tindak pidana penculikan tidak lagi dilakukan menggunakan metode tradisionall yang langsung menculik targetnya tetapi dilakukan dengan modus perkenalan di jejaring sosial yaitu facebook. Faktor ini dapat dikatakan sebagai tulang punggung penegakan hukum terhadap tindak pidana penculikan. Sebab eksistensinya merupakan penopang keberhasilan untuk menemukan suatu kebenaran materil. Oleh karena jalinan kerjasama yang harmonis antara lembaga penegak hukum dengan beberapa pakar dan spesialis dibidangnya seperti ahli forensik, pakar telematika serta dana operasional yang memadai adalah merupakan faktor pendukung guna mengadili dan memidana ataupun mempersempit ruang gerak pelaku tindak pidana penculikan.

d. Faktor Budaya Hukum Masyarakat

(32)

dilematis, yang pada gilirannya dapat menimbulkan ambivalensi dalam melaksanakan peranan aktualnya. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah:

1. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.

2. Nilai jasmani/kebendaan dan nilai rohani/keakhlakan.

(33)

III. METODE PENELITIAN

Salah satu ciri dari kegiatan penelitian ilmiah adalah menggunakan metode yang logis dan sistematis. Ditinjau dari asal katanya metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu methodus yang artinya adalah cara kerja yaitu untuk memahami objek sasaran ilmu yang bersangkutan1.

A. Pendekatan Masalah

Penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Penelusuran berbagai peraturan yang ada kaitannya dengan tindak pidana penculikan. Kemudian menganalisanya secara yuridis dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder dengan menitikberatkan penelitian dan pengkajian terhadap data dibidang hukum.

Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan penelitian asas-asas hukum. Penelitian yuridis normatif yang penulis buat dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder kemudian digabungkan dengan bahan-bahan hukum yang relevan dengan penelitian penulis. Sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa penilaian, prilaku, pendapat, sikap yang berkaitan dengan pnulisan skripsi ini.

(34)

Penelitian ini penulis menekankan pada upaya penanggulangan tindak pidana penculikan melalui jejaring sosial (facebook) dan faktor penghambat dalam penanggulangan tindak pidana penculikan di jejaring sosial (facebook).

B. Sumber dan Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari masyarakat.2 Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan dengan jenis data berupa data primer dan data sekunder.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara melakukan studi dokumentasi dan literatur untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat teoritis, asas hukum, konsep, pandangan, doktrin hukum serta isi kaidah hukum yang menyangkut kajian kealpaan. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi waktu dan tempat3.

Jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Bahan hukum primer

Bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti :

1. Undang-Undang No 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang No. 73 Tahun tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2

Soerjono Soekanto,OÙÚÛ Ü Ý., Hlm. 2

3

(35)

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Elektronik. b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu berupa bahan hukum yang meliputi peraturan pelaksana, Kepres dan Peraturan Pemerintah.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan penunjang lain yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan, memberikan informasi, petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, bukan merupakan bahan hukum, namun secara signifikan dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan hukum dilapangan, seperti hasil penelitian,buletin, majalah, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan didug.4Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki.5 Untuk menentukan sampel dari populasi yang akan diteliti digunakan metode purposive sampling, yaitu menentukan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4

Masri Sangarimbun. 1987.à áâã äáåáæá ç èâ èéæê ëìíá î. LP3ES. Jakarta. Hlm. 152.

5

(36)

Dalam penelitian ini diambil responden sebanyak 2 orang, yaitu :

1) Anggota unit Reskrim Polresta Bandar Lampung : 1 orang 2) Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Lampung : 1 orang

=========

Jumlah 2 orang

D. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

Dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan ditempuh prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mencatat, mengutip hal-hal penting terhadap beberapa buku literatur, peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan materi pembahasan untuk memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan dilakukan dengan cara wawancara (interview) adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, dan merupakan proses tanya jawab6. Wawancara akan dilakukan kepada para pihaka yang berkaitan dengan penelitian ini.

6

(37)

1. Pengolahan Data

Terkumpulnya data yang dihimpun belum berarti apa-apa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsinya karena data yang telah terkumpul tersebut masih merupakan bahan mentah yang harus diolah guna menentukan data yang terbaik.

Data yang telah terkumpul tersebut baik data yang bersumber dari studi kepustakaan maupun dari studi lapangan kemudian diproses melalui proses pengolahan data yang harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu meneliti dan memeriksa kembali data yang telah diperoleh mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenarannya sehingga terhindar dari kekurangan dan kesalahan.

b. Tabulating, yaitu kegiatan untuk membuat tabel data (menyajikan data dalam bentuk tabel) untuk memudahkan analisis data maupun pelaporan. Tabel data dibuat sesederhana mungin sehingga informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi bagian analisis data.

c. Sistematis data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan pembahasan.

2. Analisis Data

(38)
(39)

IV. PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil pembahasan tentang peran polisi dan hambatan yang dialami dalam penanggulangan penculikan di jejaring sosial (facebook), selain itu dalam rangka mengoptimalkan hasil penelitian dalam skripsi ini, maka dikemukakan beberapa saran guna meningkatkan peran polisi dalam penanggulangan tindak pidana penculikan di wilayah Bandar Lampung.

A. Kesimpulan

1. Upaya Polri dalam penanggulangan tindak pidana penculikan di jejaring sosial (facebook) dilakukan dengan 3 (tiga) upaya, yaitu:

a. Upaya Pre-emtif seperti pihak kepolisian melakukan penyuluhan agar memberi informasi kepada masyarakat tentang efek positif dan efek negatif dari penggunaan internet khususnya jejaring sosial (facebook) bagi anak-anak. Diharapkan masyarakat terutama bagi orang tua dapat ikut serta dalam mengawasi putra putrinya dalam mengakses situs-situs di internet.

(40)

selektif dan hati-hati dalam menggunakan internet dan dapat memilih situs mana yang baik dan mana yang buruk.

c. Upaya Represif seperti upaya penindakan dan penegakkan hukum terhadap ancaman faktual dengan sanksi yang tegas dan konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membuat efek jera bagi para pelaku tindak pidana penculikan dan melindungi korbannya.

Upaya tersebut dilakukan dengan menjerat seluruh pelaku tindak pidana penculikan dengan tegas dan sesuai dengan peraturan atau hukum yang berlaku. Berdasarkan Pasal 328 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pelaku tindak pidana penculikan harus dijerat pidana penjara paling lama dua belas tahun dan diatur pula pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 68 yang memberikan perlindungan khusus bagi anak korban penculikan.

2. Faktor penghambat yang dialami Polri dalam menanggulangi tindak pidana penculikan pada anak melalui modus perkenalan di jejaring sosial (facebook) di wilayah Polresta Bandar Lampung adalah:

a. Faktor kepribadian atau mentalitas penegak hukum yaitu sumber daya yang dimiliki kepolisian terkait penanganan dan penyelidikan kasus penculikan terbilang masih sangat minim, dan terkendala pada kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum tentang tindak pidana penculikan.

(41)

c. Faktor kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat yang didorong persoalan ekonomi dan rendahnya rasa kepedulian masyarakat dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada Kepolisian untuk dapat mengetahu dengan jelas peraturan yang mengatur tentang tindak pidana penculikan agar dalam menanggulangi tindak pidana penculikan dapat dengan tepat menjerat si pelaku dan tidak ada lagi korban tindak pidana penculikan yang dapat meresahkan dan merugikan bagi masyarakat.

(42)

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCULIKAN MELALUI JEJARING SOSIAL (FACEBOOK)

(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung) (Skripsi)

Oleh

Trie Zaskia Cholita Putri

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(43)

DAFTAR ISI

ABSTRAK DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 9

E. Sistematika Penulisan... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Penculikan ... 18

B. Pengertian Jejaring Sosial ... 22

C. Upaya Penanggulangan Kejahatan ... 26

D. Faktor Penghambat Penanggulangan Kejahatan ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 31

B. Sumber dan Jenis Data ... 32

C. Metode Penentuan dan Populasi Sampel ... 33

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34

(44)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... 37 B. Upaya Polri dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penculikan

melalui Jejaring Sosial (facebook) ... 38 C. Faktor-faktor Penghambat bagi Polri dalam Menanggulangi Tindak

Pidana Penculikan melalui Jejaring Sosial (facebook) di Wilayah Polresta Bandar Lampung ... . 47

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 55 Daftar Pustaka

(45)
(46)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2007.Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 1996.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana.Citra Aditya Bakti. Bandung.

Bawengan, G.W. 1991,Hukum Pidana dalam Teori dan Praktek.Pradnya Paramitha, Jakarta.

Arif Gosita. 1987.Viktimologi dan KUHAP yang mengatur ganti kerugian pihak korban. Akademik Pressindo. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1982.Metodologi Research. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Kartono, Kartini. 1976.Pengantar Metodologi Research. Alumni. Bandung.

Kartono, Kartini. 1992.Patologi Sosial.Rajawali Pers. Jakarta.

(47)

Kusumah, Mulyana W. 1981.Aneka Permasalahan dalam Ruang Lingkup Kriminologi.Alumni. Jakarta.

Moeljatno. 2002.Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Muladi, Barda Nawawi Arief. 1992.Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,Alumni, Bandung.

Muladi. 1995.Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Saleh, Roeslan. 1962.Stelsel Pidana Indonesia, Yayasan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Sangarimbun, Masri. 1987.Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 1983.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Rajawali Press. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soetejo, John. 2012.Jurus Kilat Mahir Komputer. Jakarta. Dunia Komputer.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Elektronik.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

http://tekno.kompas.com/read/2011/07/26/18195499/Layanan.Jejaring.Sosial.Paling.Banyak.Dik unjungidiakses tgl 28 November 2012 pukul 20.02 WIB

(48)

http://www.detikinet.com/read/2010/02/23/171852/1305298/398/komnas-anak-catat-36-kasus-facebook diakses tanggal 12 November 2012 pukul 15.23 WIB.

http://www.anneahira.com/penculikan-anak.htm diakses tanggal 8 November 2012 pukul 19.47 WIB.

http://headlines.vivanews.com/news/read/200118-penjualan-gadis-abg-lewat-Facebook) diakses tgl 9 November 2012 pukul 21.19 WIB.

(49)

MOTTO

Terkadang manusia mencoba untuk merubah segala sesuatu

diluarnya,hingga lupa bahwa dengan merubah diri sendiri

lebih mudah dan cepat

(Trie Zaskia Cholita Putri)

You want something, go get it. Period.

(Will Smith The Pursuit of Happiness)

Success is not final, failure is not fatal.

It is the courage to continue that counts.

(50)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan skripsinya dan dengan segenap hati karya ini kupersembahkan kepada :

Kedua orangtuaku, Buat Papa Cholidan Rene, S.H. dan Mama Leni Masita, yang telah

memberikan kasih sayang, perhatian, dan doa kalian yang selalu menyertai setiap langkah di

hidupku.

Buat kakak-kakakku tersayang Maulika Oktavia, S.E. dan Dwi Elok Fitricia, S.I.K. dan

adikku tercinta M. Y. N. Agusto Ridho Rene yang selalu memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis setiap harinya dalam penyelesaian skripsinya.

Buat seseorang diluar sana yang kelak akan menjadi imam dan teman setia dalam hidupku.

Almamaterku tercinta, tempat dimana menimba ilmu pengetahuan untuk bekalku di masa

(51)

Judul Skripsi :UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCULIKAN MELALUI JEJARING SOSIAL

(FACEBOOK)

Nama Mahasiswa : Trie Zaskia Cholita Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011079

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. Tri Andrisman, S.H., M.H. NIP. 19610912 198603 1 003 NIP. 19611231 198903 1 023

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(52)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. ...

Sekretaris : Tri Andrisman, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Firganefi, S. H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.H. NIP. 19621109 198703 1003

(53)
(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Juni 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Cholidan Rene, S.H. dan Ibu Leni Masita.

Penulis memulai jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak di Trisula I Rawalaut pada tahun 1995 melanjutkan ke Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Rawalaut yang diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003 dan pada tahun 2006 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

(55)

SANWACANA

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih dan penyayang karena atas ridho dan karunia-Nya karya ini dapat saya diselesaikan dengan baik dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kendala, hambatan, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, karena tanpa bantuan dan dukungan dari seluruh orang-orang yang berkompeten dibidangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam studi dan proses penyelesaian skripsi saya ini, kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Heriandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu serta bantuannya.

2. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.

(56)

4. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan ilmu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsinya.

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.

6. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang dapat memperbaiki dalam menyelesaikan skripsi penulis.

7. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H. selaku pembahas II yang telah memberikan saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kapoltabes Bandar Lampung.

9. Bripka. Siswanto selaku anggota unit PPA Poltabes Bandar Lampung atas bantuannya dalam penelitian skripsi ini.

10. Kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis disaat membutuhkan dukungan dan selalu mendoakan yang terbaik bagi penulis bagi kesuksesannya dimasa depan. Terima kasih yang terhingga atas segala pengorbanan dan perhatian mama papa kepada penulis selama ini yang mungkin tak terbalaskan tetapi penulis akan berusaha membahagiakan dan membanggakan kalian kelak.

(57)

12. Seluruh Keluarga Besar Hi. Maharni dan Keluarga Besar Hi. Basyarudin yang merupakan keluarga yang sempurna dan terbaik yang dimiliki oleh penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.

13. Sahabat-sahabat terbaikku Noni Yulia Marna Binti Umar dan Aziza Nur Persia Binti Indra Prisma makasih udah jadi teman berbagi suka dan duka dan selalu memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis dalam kesehariannya dan dalam penyelesaian skripsinya, i love you guys.

14. Sahabat-sahabatku Maria Hadivta, S.H., Vika Trisanti, S.H., Chandra Evita, S.H., Helda Novriliana, S.H., Indah Puspitarani, S.H. yang selalu ada setiap harinya selama masa perkuliahan di fakultas hukum dan tempat penulis berbagi keluh kesah serta selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, i will miss you girls. 15. Teman-teman SOIL yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang pernah cabut bareng

dan udah jadi keluarga baru buat penulis.

16. Teman-teman seperjuangan angkatan 09 Fakultas Hukum Universitas Lampung Danar, Meria, Icha, Ade, Elsa, Irma, Nisa, Clara, Anis dan yang lainnya yang gak bisa disebutin satu persatu yang yang bersama dengan penulis melewati pahit getirnya dunia perkuliahan.

(58)

18. Anggota Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung yang sedikit membantu penulis dalam penelitian untuk menyelesaikan skripsinya, semoga nanti lebih paham tentang kasus penculikan ya pak.

19. Guru-guru dan teman-teman TK Trisula I Rawalaut, SDN 1 Bandar Lampung, SMPN 1 Bandar Lampung dan SMAN 10 Bandar Lampung yang telah menjadi bagian hidup dari penulis.

20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan sehingga penulis dapat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.

Bandar Lampung, 14 Februari 2013 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Pasalnya, ketika itu tahun 1930 atau sepuluh tahun setelah berdirinya lembaga pendidikan tinggi pertama, hanya ada 91 mahasiswa Indonesia terdapat pada tiga lembaga pendidikan

syarikat di Jerman kerana mereka memberi bantuan modal kepada syarikat- syarikat tersebut... Kesan Revolusi Perindustrian.. KESAN EKONOMI..

A. Analisa dan Deskripsi Sistem Lama Tujuannya yaitu untuk menganalisa dan mengetahui sistem lama yang telah berjalan pada Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro

mengambil judul “ Analisis Camel Sebagai Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Konvensional yang Terdaftar di BEI Periode 2008 –

[r]

[r]

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana tingkat stres yang dialami mahasiswa pada semester II

Cara menentukan tingkat (indeks) validitas kriterium ini ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan ditentukan validitasnya dengan