• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN POLISI DALAM MENANGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN POLISI DALAM MENANGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di wilayah Bandar Lampung sudah sangat meresahkan, oleh karena diperlukan tindakan kepolisian secara represif dan preventif guna mencegah terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Peran polisi dalam penanggulangan pencurian kendaraan bermotor di wilayah Bandar Lampung dalam penanganannya tidak mengedepankan tindak kekerasan melainkan melalui suatu tindakan preventif dengan memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat untuk menjaga keamanan serta bersama-sama menjaga kamtimbas keamanan dilingkungannya. Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimanakah peran Polisi dalam Menanggulangi pencurian kendaraan bermotor. serta apakah yang menjadi faktor penghambat polisi dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pihak Kepolisian di Polresta Bandar Lampung. Sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah data diolah yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif guna mendapatkan suatu kesimpulan yang memaparkan kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Peranan kepolisian dalam menggulangi pencurian kendaraan bermotor meliputi peranan ideal dan peranan sebenarnya. Peranan ideal merupakan peranan yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian untuk melaksanakan kewajiban dalam melakukan penegakan secara lebih awal sebelum pencurian kendaraan bermotor terjadi sedangkan peranan sebenarnya merupakan peranan yang datang dari pihak masyarakat itu sendiri untuk secara lebih dini melakukan pencegahan agar tidak terjadi pencurian kendaraan bermotor, yang dalam hal menangulanginya diwujudkan dari dua peranan tersebut dalam melakukan upaya non penal yang dalam penagulangan kejahatan bersifat preventif. Preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadinya kejahatan

Annisa Prima Chrisdaniar

(2)

penanggulangan pencurian kendaraan bermotor (Studi di wilayah Bandar Lampung) adalah : Faktor kepribadian atau mentalitas penegak hukum yaitu sumber daya yang dimiliki kepolisian terkait penanganan pencurian terbilang masih sangat minim, dan terkendala pada kurangnya koordinasi antara instansi yang terlibat dalam penanganan pencurian; Faktor saran dan fasilitas yaitu peralatan yang dimiliki tidak bisa dibilang memadai dan lengkap, minimnya anggaran untuk biaya operasional; Faktor kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat yang didorong persoalan ekonomi dan rendahnya rasa kepedulian masyarakat dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

(3)

A. Latar Belakang

Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah Bandar Lampung khususnya situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di dominasi dengan permasalahan tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor atau yang sering kita sebut Curat, Curas dan Curanmor (C3), hampir setiap hari dapat kita lihat bersama di media masa baik cetak maupun elektronik permasalahan Curat, Curas dan Curanmor (C3) sudah sangat memprihatinkan, sebab jumlah kejadiannya sudah mencapai angka yang tinggi, rata-rata mencapai 11 kasus perminggu (Polresta Bandar Lampung, 2 Agustus 2012) ditambah lagi nilai barang dicuri dan korban yang ditimbulkan, para pelaku C3 yang belakangan ini banyak beraksi tidak sungkan-sungkan lagi melakukan tindak kekerasan terhadap korbannya yang mencoba melakukan perlawanan yang berakibat luka-luka bahkan kematian.

(4)

masyarakat yang tinggal di sekitar daerah-daerah rawan dan juga masyarakat yang hendak bepergian menuju dan atau melintasi daerah-daerah rawan tersebut merasa cemas dan takut diri mereka menjadi korban dari tindak kejahatan C3 dan untuk masyarakat dari luar yang hendak memasuki atau melintasi daerah-daerah rawan tersebut untuk melakukan berbagai kegiatan banyak yang mengurungkan niatnya.

Pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Kota Bandar Lampung menjadi perhatian masyarakat, akibat dari kejadian tersebut menimbulkan rasa ketakutan dan keresahan bagi masyarakat untuk berpergian dengan kendaraan bermotor ke daerah-daerah yang mereka anggap rawan tindak pidana C3, apabila kejadian ini dibiarkan terus menerus tanpa adanya tindakan tegas dari aparat keamanan dalam hal ini Kepolisian yang dibantu oleh masyarakat, maka akan menimbulkan potensi gangguan yang sangat serius, yaitu potensi keamanan dan ketertiban masyarakat permasalahan tersebut seperti rasa cemas dan ketakutan masyarakat, terganggunya aktivitas masyarakat, kegiatan ekonomi di suatu daerah akan menurun dikarenakan faktor keamanan, dan bahkan aksi main hakim sendiri yang dilakukan masyarakat terhadap para pelaku tindak pidana C3 seperti yang terjadi belakangan ini.

(5)

produktif yang masih mampu untuk bekerja dan mencari jalan untuk mendapatkan uang dengan cara yang benar.

Keadaan sebagaimana dikemukakan di atas juga diperburuk dengan sekelompok masyarakat yang tidak mau mengetahui, memahami, menyadari dan menerapkan hukum, banyak mereka melakukan tindakan-tindakan yang terkesan melindungi tersangka pelaku tindak pidana C3 yang masih berstatus berhubungan keluarga dengan kelompok masyarakat tersebut, seperti yang terjadi di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kelurahan Tanjung Raya beberapa bulan yang lalu, yaitu terjadinya pencurian kendaraan bermotor milik seorang pelajar SMU yang sedang melintas di jalan gunung Camang Kelurahan Tanjung Gading yang memang sepi pada waktu sore hari, setelah di dorong dari kendaraannya dan terjatuh kemudian motornya dibawa kabur. Kejadian-kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung tetapi juga terjadi di kelurahan-kelurahan pada kecamatan-kecamatan lain sehingga memerlukan peran polisi dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor tersebut yang marak terjadi khususnya di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung. (Radar Lampung; Selasa, 7 Februari 2012).

(6)

dengan aturan yang ada, serta menciptakan situasi yang bersifat melindungi mengayomi dan melayani masyarakat sesuai dengan tugas pokok Kepolisian yang tertuang pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Pasal 13 tentang Tugas Pokok Kepolisian.

Pada situasi normal, apabila diketahui ataupun adanya laporan dari masyarakat bahwa telah terjadi suatu tindak pidana (pencurian kendaraan bermotor), maka Kepolisian sudah pasti akan melaksanakan upaya-upaya tindakan Kepolisian secara represif dan prosedural, yaitu tindakan penegakan hukum secara tegas, terukur, profesinal dan sesuai dengan aturan hukum yang ada, sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana BAB IV Pasal 4, bahwa Kepolisian berwenang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana.

Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung pencurian kendaraan bermotor terjadi terutama di daerah-daerah dekat keramaian seperti mal, pasar, sarana olahraga dan lain-lain sehingga hal tersebut memerlukan peranan polisi dalam penanggulangan pencurian kendaraan bermotor yang mengakibatkan kerugian dari pemilik kendaraan karena kendaraan yang dicuri tersebut kadang kala masih dalam proses kredit atau belum lunas angsuran.

(7)

dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor khususnya di wilayah Polresta Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul : Peran Polisi Dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Peran Polisi dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Wilayah Polresta Bandar Lampung) ?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat polisi dalam Menanggulangi pencurian kendaraan bermotor (Studi di Wilayah Polresta Bandar Lampung) ?

2. Ruang Lingkup

Agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah sesuai dengan yang penulis maksud, maka sangat pening dijelaskan terlebih dahulu batasan-batasan atau ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu hukum pidana khususnya pada Peran Polisi dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor di Polresta Bandar Lampung.

(8)

1. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui Peran Polisi dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Polresta Bandar Lampung).

2. Untuk mengetahui faktor penghambat polisi dalam Menanggulangi pencurian kendaraan bermotor (Studi di Polresta Bandar Lampung).

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan akademis bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya, juga menambah wawsasan pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu hukum pidana.

b. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini ditunjukkan kepada masyarakat umum, agar lebih mengetahui dan memahami tentang Peran Polisi dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor di Polresta Bandar Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

(9)

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti.1

Menurut Soerjono Soekanto, Peranan penegak hukum dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut2:

1. Peranan yang ideal (ideal role)

2. Peranan yang seharusnya (expected role)

3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role) 4. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).

Penanggulangan tindak kejahatan pencurian kendaraan bermotor menurut G.P. Honafgels yang dikutip oleh Barda Nawawi Arief.

Penanggulangan kejahatan ditetapakn dengan cara : a. Penerapan Hukum Pidana (Criminal Law Application) b. Pencegahan tanpa Pidana (Preventiob Without Pinishment)

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa.3

Pada butir (1) menitik beratkan pada upaya yang bersifat represif (penindakan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi dalam sarana Penal, sedangkan pada butir (2 dan 3) menitik beratkan pada upaya yang bersifat Preventif (pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi dikelompokkan dalam sarana non penal.

1

Soerjono Soekanto,Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum,Bumi Aksara, Jakarta, 1983. hlm.15

2

Ibid. hlm.23

3

(10)

Selain itu juga dilakukan melalui sarana non penal, seperti tindakan preventif dari masyarakat untuk tidak menjadi korban kejahatan, penerangan-penerangan melalui media cetak dan elektronik sebagai sarana informasi lainnya, meningkatkan norma, keimanan dan ketakwaan serta memperkuat norma-norma agama.

Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi upaya penegakan hukum, lima faktor tersebut adalah :

1. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam tulisan ini dibatasi pada faktor undang-undang saja. 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.4

2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diinginkan atau diteliti.5

a. Pengertian peranan adalah sesutau yang memegang peran penting dalam melaksanakan atau menentukan sesuatu.6

b. Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan role perfomance atau

role playing. Kiranya dapat dipahami bahwa peranan yang ideal dan seharusnya datang dari pihak 9atau pihak-pihak) lain sedangkan peranan yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang seharusnya dilakukan berasal dari diri pribadi. Sudah tentu bahwa dalam

4

Soerjono Soekanto, 1983,Op.cit. Hlm.91

5

Barda Nawawi Arief , 1996, Op.cit. Hlm. 23

6

(11)

kenyataannya, peranan-peranan tadi berfungsi apabila seseorang berhubungan dengan pihak lain (disebutrole sector) atau dengan beberapa pihak (role set).

c. Pengertian pencurian adalah perbuatan mengambil suatu barang milik orang lain sehingga merugikan orang lain tersebut.7

d. Polresta Bandar Lampung adalah wilayah hukum tempat terjadinya pencurian kendaraan bermotor.

e. Kendaraan bermotor adalah suatu alat transportasi yang digunakan banyak orang untuk keperluan transportasi sehari-hari.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis akan menguraikan secara garis besar materi yang akan dibahas dalam sistematika, sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Merupakan Bab Pendahuluan yang memuat tentang ; latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan pengertian peranan, pengertian tindak pidana, proses penegakkan hukum oleh kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan peranannya.

III. METODE PENELITIAN

Merupakan Bab yang membahas tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data.

7

(12)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini berisikan tentang karakteristik responden, peran Polisi dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor, serta faktor-faktor penghambat Polri dalam menanggulngi pencurian kendaran bermotor di wilayah Polresta Bandar Lampung. V. PENUTUP

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peranan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang memerlukan adanya suatu dorongan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Peranan seseorang dalam melakukan sesuatu merupakan sesuatu ukuran apakah kegiatan itu perlu dilakukan atau tidak sebab apabila sesuatu tersebut memerlukan peranan seseorang atau sekelompok orang untuk dilaksanakan, maka kegiatan dalam pelaksanaannya akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

WJS Poerwadarminta mengemukakan bahwa peranan adalah sesuatu yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.1

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa :

Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan role perfomance

atau role playing. Kiranya dapat dipahami bahwa peranan yang ideal dan seharusnya datang dari pihak 9atau pihak-pihak) lain sedangkan peranan yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang seharusnya dilakukan berasal dari diri pribadi. Sudah tentu bahwa dalam kenyataannya, peranan-peranan tadi berfungsi apabila seseorang berhubungan dengan pihak lain (disebut role sector ) atau dengan beberapa pihak (role set).2

Peranan penegak hukum dapat dijabarkan sebagai berikut :

1

WJS. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta, 1996. hlm. 491

2

(14)

1. Peranan yang ideal, adalah peranan yang seharusnya datang dari pihak (atau pihak-pihak lain) yang merupakan awal terhadap terlaksananya suatu aktivitas atau kegiatan sehingga yang lain tinggal mengikuti apa yang telah dilakukan oleh pihak pertama.

2. Peranan yang seharusnya, adalah peranan yang dianggap oleh diri sendiri yang sebenarnya dilakukan atau berasal dari diri pribadi yaitu seseorang yang semestinya melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan dia akan melakukannya sebelum orang lain melakukan terlebih dahulu.

3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri yaitu peranan-peranan yang mulai berfungsi apabila berhubungan dengan pihak lain atau peranan tersebut akan mulai dilaksanakan apabila sudah ada pihak-pihak tertentu yang melakukan aktivitas atau kegiatan.

4. Peranan yang sebenarnya dilakukan yaitu berhubungan erat dengan kewajiban seseorang dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tanpa ada perintah dia akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Pengertian lain tentang peranan adalah segala sesuatu yang memegang peranan penting terhadap pelaksanaan sesuatu kegiatan3

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah hal pokok terhadap adanya pelaksanaan suatu kegiatan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam rangka pencapaian suatu tujuan.

B. Upaya Dalam Penanggulangan Kejahatan

3

(15)

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Peradilan Pidana (SPP) atau disebut juga penanggulangan secara penal. Disamping itu penanggulangan lain dapat juga dilakukan dengan non sistem peradilan pidana atau disebut juga non penal.

a. Sarana Penal

Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi.

b. Sarana Non Penal

Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah dimaksukkan kedalamnya, sebab pemberian pidana juga dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana.4

Penanggulangan sistem ini dilakukan kepada pelaku kejahatan dimana pelaku sekaligus adalah juga sebagai kejahatan. Jadi disini penanggulangan yang dilakukan disamping yang mengenakan sifat penderitaan bersifat deterrence, juga dilakukan penyuluhan dan pengarahan agar tidak melakukan tindak pencurian setelah ia lepas dari masa hukuman.

Selain teori penggulangan kejahatan yang telah diuraikan diatas, supaya dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor, memberantas pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, baik dengan kekerasan maupun pemberatan adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

4

(16)

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahahan dan kekebalan terhadap pencurian. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan pencurian kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat keramaian oleh pihak keamanan, dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penurian kendaraan bermotor .

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas pencurian kendaraan bermotor melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penagak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri.5

C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam Heni Siswanto, tindak pidana memiliki banyak definisi yang berbeda-beda, diantaranya yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu6:

a) Keseluruhan tindakan atau kegiatan yang oleh Negara diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana apabila dilakukan.

b) Keseluruhan tindakan yang menjadikan tindakan tersebut memenuhi syarat-syarat untuk menjatuhkan pidana.

c) Keseluruhan ketentuan kegiatan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana.

5

R. Soesilo, Soerjono, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus, Politae, Bogor, 1984. hlm. 95

6

(17)

Tindakan pidana adalah sebagian dari perbuatan yang diatur dalam hukum yang berlaku di suatu Negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

a) Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi yang melanggar ketentuan tersebut.

b) Menentukan kapan dan cara bagaimana kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. c) Menentukan cara pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan bila ada orang yang telah

disangka melanggar larangan tersebut.7

Analisis dalam penyusunan skripsi ini adalah mengenai tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan, sehingga penulis memerlukan tinjauan pustaka mengenai “tindak pidana pencuian dengan pemberatan, pencurian

kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan” yang dimaksudkan sebagai dasar acuan

didalam melaksanakan pembahasan skripsi ini.

b. Pencurian dengan pemberatan (Curat) berdasarkan Pasal 363 KUHP adalah perbuatan mengambil suatu barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya dengan maksud memiliki barang tersebut dengan melawan hukum disertai beberapa unsur yaitu :

1. Barang yang dicuri adalah hewan.(Pasal 101)

2. Dilakukan pada saat terjadinya bencana alam, huru-hara, pemberontakan atau pada saat masa-masa perang.

3. Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih (Pasal 364)

4. Dilakukan pada saat malam hari di suatu rumah atau perkarangan yang tertutup yang ada rumahnya.

7

(18)

5. Dilakukan dengan cara membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, printah palsu atau jabatan palsu (Pasal 35, 366, 486).8

b. Pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dapat dikatakan sebagai pencurian dengan pemberatan dikarenakan memenuhi unsur-unsur Pasal 363 KUHP yaitu pada umumnya dialakukan lebih dari dua orang dan dengan cara membongkar, memecah atau menggunakan kunci palsu, namun sering disebut dengan pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dikarenakan yang sering menjadi objeknya adalah kendaraan bermotor.

c. Pencurian dengan kekerasan adalah tindak pidana pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang lain, dengan maksud akan menyiapkan, atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan (terpergok) supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau barang yang dicuri itu tetap ada di tangannya. (Pasal 365 KUHP).9

D. Tugas dan Kewenangan Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), menegakkan hukum, memberikan pengayoman pelayanan kepada masyarakat, kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam struktur negara berada langsung di bawah Presiden yang mana Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggung jawab langsung Kepada Presiden, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia diangkat langsung oleh Presiden dengan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.

8

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).hlm. 98

9

(19)

Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tugas pokok yang telah diatur dalam Pasal 12 UU No. 2 Tahun 2002 yaitu10:

1. Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat 2. Menegakkan hukum

3. Sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan masyarakat.

Tugas keamanan yang diemban oleh Kepolisian lebih mengutamakan pendekatan terhadap masyarakat, masyarakat sebagai objek kerja kepolisian memiliki arti penting di dalam proses pelaksanaan kerja dan tugas pokok Kepolisian, dikarenakan masyarakatlah yang menjadi tempat pelaskanaan kegiatan keseharian kepolisian sehingga Kepolisian harus menciptakan situasi berkehidupan yangf harmonis dengan masyarakat, agar masyarakat mau bekerjasama dengan Kepolisian dalam menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang baik.

Kepolisian dalam fungsinya memang berfungsi sebagai ujung tombak dalam menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif, namun tanpa adanya dukungan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat hal tersebut sulit untuk dicapai, dalam tempo tujuh tahun yang lalu, pimpinan Kepolisian telah menyusun program kerja jangka panjang yang mana program kerja tersebut telah mulai di terapkan, pada tahun 2004 sampai dengan 2005 adalah masa-masa Kepolisian menciptakan kondisi agar masyarakat memberikan kepercayaan terhadap Kepolisian (Trust building), kemudian pada tahun 2010 hingga saat ini Kepolisian memiliki Program kerja bekerjasama dengan masyarakat (Patrnership building) hal tersebut menunjukkan bahwa Kepolisian sangatlah menginginkan hubungan yang baik di dalam tugasnya.

10

(20)

Pelaksanaan tugas pokok kepolisian dibagi dalam beberapa bagian di dalam tubuh organisasinya, yang mana bagian-bagian tersebut memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda, tugas-tugas dan fungsi kepolisian tersebut terbagi menjadi tiga yaitu11 :

1. TugasPreventive(Pencegahan), di emban oleh Fungsi Sabhara, lalulintas dan Intelejen) 2. TugasPreemtive(Pendekatan masyarakat), diemban oleh fungsi Bimas.

3. TugasRepresive(Penegakan hukum) diemban oleg Fungsi Reskrim.

Pelaksanaan tugas kesehariannya kepolisian lebih mengutamakan untuk melakukan tindakan

RefresifdanPreventif.

Tindakan kepolisian berupa tindakan prefentiv dapat kita lihat bersama di dalam keseharian kita, kegiatan Prefentiv yang sering kita lihat berupa kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patrol yang dilakukan oleh petugas Kepolisian, yang mana kegiatan tersebut berfungsi untuk mencegah terjadinya tindak pidana, pelanggaran hukum ringan, situasi kamtibmas yang tidak kondusif dan deteksi dini terhadap apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

Tindakan Kepolisian berupa tindakan Preventif juga telah diterapkan dan kita sering lihat yaitu berupa kegiatanpenyuluhan, sambang desa dan patroli dialogis dengan masyarakat yang berfungsi untuk memberikan pencerahan dan pengetahuan kepada masyarakat agar mengetahui aturan-aturan hukum yang ada, serta menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat. Tindakan Represif yang dilakukan Kepolisian, merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh Kepolisian dikarenakan telah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran hukum, sehingga membutuhkan tindakan tegas dari kepolisian dalam terciptanya proses penegakan hukum yang adil.

11

(21)

Sebenarnya tindakanRepresiveyang dilakukan oleh Kepolisian tidak perlu terjadi dan dilakukan apabila masyarakat telah taat dengan aturan hukum yang telah ada serta melakukan kerjasama yang baik dengan kepolisian, Kepolisian juga memiliki kewajiban membina masyarakat dalam rangka menciptakan situasi Kamtibmas yang tertib dan aman, kegiatan-kegiatan pembinaan yang telah dilakukan secara nyata oleh Kepolisian di masyarakat dibidang Kamtibmas seperti penyuluhan, pengecekan dan pengontrolan pelaksanaan ronda malam, anggota kepolisian yang bertugas berperan sebagai penyluh dan pengontrol pelaksanaannya sehingga diharapkan kondisi Kamtibmas yang tertib dan aman dapat terlaksana dan diwujudkan di kehidupan masyarakat.

Masyarakat yang menjadi objek pembinaan anggota Kepolisian juga harus menyadari peranannya sebagai pelaksana kegiatan, agar proses kerjasama dapat berjalan dengan lancar, tidak hanya itu seharusnya seluruh lapisan masyarakat juga harus menyadari kewajibannya sebagai warga negara yang baik harus taat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Upaya dalam penanggulangan kejahatan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah, faktor Undang-Undang, faktor Penegak Hukum, faktor sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum, faktor masyarakat.

1. Faktor Undang-Undang

(22)

a. Undang-undang tidak berlaku surut.

b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan Undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatannya sama.

d. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan Undang-undang yang berlaku terdahulu.

e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

2. Faktor Penegak Hukum

Negara hukum yang hanya dikonstruksikan sebagai bangunan hukum perlu dijadikan lebih lengkap dan utuh, dalam hal perlu dijadikannya memiliki struktur politik pula. Hukum hanya merupakan sebuah teks mati jika tidak ada lembaga yang menegakkannya. Oleh karena itu, dibentuklah penegak hukum yang bertugaskan untuk menerapkan hukum. Dalam pelaksanaannya, hukum dapat dipaksakan daya berlakunya oleh aparatur negara untuk menciptakan masyarakat yang damai, tertib dan adil. Terhadap perilaku manusia, hukum menuntut manusia supaya melakukan perbuatan yang lahir, sehingga manusia terikat pada norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat negara.

3. Faktor Sarana dan Fasilitas Dalam Penegakkan Hukum

(23)

maupun internasional. Ada bebrapa kendala dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, salah satunya adalah keterbatasan dan operasional dalam melaksanakan penyidikan.

4. Faktor Masyarakat

Upaya pembangunan tatanan hukum paling tidak didasarkan atas tiga alasan, pertama sebagai pelayan bagi masyarakat, karena hukum itu tidak berada pada kevakuman, maka hukum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya juga senantiasa berkembang. Kedua, sebagai alat pendorong kemajuan masyarakat. Ketiga, karena secara realistis di Indonesia saat ini fungsi hukum tidak bekerja efektif, sering dimanipulasi, bahkan jadi alat bagi penimbunan kekuasaan. Masyarakat merupakan poin penting dari penanggulangan pencurian kendaraan bermotor. Hukum mengikat bukan karena negara menghendakinya, melainkan karena merupakan perumusan dari kesadaran hukum masyarakat.12

Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran hukum yang dimaksud berpangkal pada perasaan hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu, hal ini sesuai dengan pendapat Stammler yang menyatakan bahwa law clearly is volition sehingga penerapan hukum terindikasi dari kemauan masyarakat untuk melaksanakannya. Dapat dikatakan budaya hukum akan mempengaruhi penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap suatu peraturan hukum. Hal ini penting diperhatikan karena suatu peraturan hukum tanpa dukungan dari masyarakat, dapat berakibat tidak berwibawanya peraturan hukum tersebut.

12

(24)

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan/sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah :

a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.

b. Nilai jasmani/kebendaan dari nilai rohani/keakhlakan.

(25)

III. METODE PENELITIAN

Data yang diperlukan dalam melakukan penelitian diperoleh melalui metode ilmiah. Dimana cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat, dalam mengolah dan menyimpulkan serta memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan kegiatan penelitian, penulis melakukan kegiatan yang terdiri dari beberapa langkah :

A. Pendekatan masalah

Pembahasan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yurifdis normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan penelitian bahan pustaka atau data sekunder. Yuridis empiris adalah mengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang mempola. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui Peranan Kepolisian khususnya di Polresta Bandar Lampung dan Jajaranya dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor.

B. Sumber dan Jenis Data

(26)

primer diperoleh melalui studi lapangan dengan cara wawancara, baik dengan anggota Kepolisian dan juga masyarakat setempat.

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan langsung pada objek penelitian yang dilakukan secara observasi di Jajaran Polres Kota Bandar Lampung, dan juga masyarakat yang ada di Bandar Lampung.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang terdiri dari : a) Bahan Hukum Primer bersumber dari :

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab IV Pasal 4 (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(3)Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer seperti Peraturan Pemerintah, Rancangan Undang-Undang, Putusan-putusan Hakim, buku-buku literature dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahn penelitian. c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,Kamus Hukum dan situs Internet.

(27)

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisis data, yang ciri-cirinya akan diduga (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 2006 : 152).

Penulisan skripsi ini yang dijadikan populasi adalah pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. Untuk menentukan sampel dan populasi, digunakan metode pengambilan sampel terhadap pertanggung jawaban pidana pelaku pidana pencurian kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung yang berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana yaitu purposive sampling yaitu bahwa dalam menentukan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan kedudukan masing-masing sampel yang dianggap telah mewakili populasi terhadap masalah yang hendak diteliti atau dibahas. Dalam hal ini penulis memilih petugas yang benar-benar memiliki kualifikasi dalam pelaksanaan tugasnya sehingga yang akan dijadikan sampel dapat menjamin penelitian.

Responden yang dianggap dapat mewakili populasi dan mencapai tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Penyidik Kepolisian Polresta Bandar Lampung : 2 orang 2. Dosen Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang +

: 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data

(28)

1. Studi pustaka (library research) dilakukan untuk mencari dan mendapatkan data skunder melalui studi dokumen dengan cara membaca, mencatat, menelaah dan menganalisis literature yang berkaitan dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan.

2. Studi lapangan (field research) dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara atas dasar kuesioner yang telah disiapkan sebagai panduan wawancara, melalaui wawancara ini diharapkan dapat diperoleh data primer yang mampu menjawab permasalahan yang telah dirumushan sebelumnya.

b. Pengolahan data.

Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu kegiatan merapihkan dan menganalisa data tersebut, kegiatan ini meliputi kegiatan seleksi data dengan cara memeriksa data yang diperoleh melalui kelengkapanya, klsifikasi atau pengelompokan data secara sistmatis. Kegiatan pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Editing data, yaitu memeriksa atau meneliti data mengenai tabulasi, kejelasan dan kebenaran data yang diperoleh serta relevansi dengan penulisan.

2) Mengklasifikasi data, yaitu penggolongan atau pengelompokan data menurut pokok bahasan yang telah ditentukan.

3) Sistematisasi data, yaitu melakukan penyusunan dan menempatkan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis hingga memudahkan pembahasan.

E. Analisis data

(29)

menurut klasifikkasinya kemudian diuraikan dan dianalisis secara kualitatif, yakni dengan memberikan pengertian terhadap data yang dimaksud menurut kenyataan yang diperoleh di lapangan dan disusun serta diuraikan dalam bentuk kalimat perkalimat kemudian dari hasil analisis data tersebut diinterpretasikan kedalam bentuk kesimpulan.

(30)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil pembahasan tentang peran polisi dan hambatan yang dialami dalam penanggulangan pencurian kendaraan bermotor, selain itu dalam rangka mengoptimalkan hasil penelitian dalam skripsi ini, maka dikemukakan beberapa saran guna meningkatkan peran polisi dalam penanggulangan pencurian kendaraan bermotor di wilayah Bandar Lampung.

(31)

dahulu kepada pihak masyarakat sebelum kendaraan yang dimilikinya berpindah tanggan pada orang lain.

2. Faktor penghambat Polisi dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor (Studi di wilayah Bandar Lampung) adalah :

a. Faktor kepribadian atau mentalitas penegak hukum yaitu sumber daya yang dimiliki kepolisian terkait penanganan pencurian terbilang masih sangat minim, dan terkendala pada kurangnya koordinasi antara instansi yang terlibat dalam penanganan pencurian.

b. Faktor saran dan fasilitas yaitu peralatan yang dimiliki tidak bisa dibilang memadai dan lengkap, minimnya anggaran untuk biaya operasional. c. Faktor kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yaitu

keterlibatan masyarakat yang didorong persoalan ekonomi dan rendahnya rasa kepedulian masyarakat dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian dengan sebaik-baiknya agar tidak ada lagi kejadian pencurian kendaraan bermotor yang meresahkan dan merugikan bagi masyarakat.

(32)
(33)

PERAN POLISI DALAM MENANGGULANGI PENCURIAN

KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Annisa Prima Chrisdaniar

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(34)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 7

E. Sistematika Penulisan... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Pengertian Peranan... 12

B. Upaya dalam Penanggulangan Kejahatan ... 14

C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian ... 16

D. Tugas dan Kewajiban Polisi ... 18

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ... 22

III.METODE PENELITIAN... 26

A. Pendekatan Masalah... 26

B. Sumber dan Jenis Data ... 26

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 28

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 29

E. Analisis Data ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

A. Karakteristik Responden ... 31

B. Peran Polisi dalam Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor ... 32

C. Faktor-faktor Penghambat Polri dalam Penanggulangan Penanggulangan Pendurian Kendaraan Bermotor di Wilayah Polresta Bandar Lampung... 53

V. PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

(35)
(36)

MENANGGULANGI

PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung) Nama Mahasiswa :Annisa Prima Chrisdaniar

Nomor Pokok mahasiswa : 0912011298

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1.Komisi Pembimbing

Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H.

Maya Shafira, S.H., M.H.

NIP 19620817 198703 2 003

NIP 19770601 200501 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H.

NIP 19620817 198703 2 003

(37)

1. Tim Penguji

Ketua :Diah Gustiniati Maulani,S.H.,M.H.………..

Sekertaris / anggota :

Maya Shafira, S.H., M.H.

………..

Penguji Utama

:

Tri Andrisman, S.H., M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.

NIP. 196211091987031003

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 November 1990,merupakan putri pertama dari pasangan Bapak Hi. Chrisdi, S.Sos , M.M dan Ibu Hj. Yonidar , SE.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 25 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(39)

“ UNTUK ALLAH DIATAS SEGALANYA “

Aku tahu rezekiki tak mungkin diambil oleh orang lain,karenanya hatiku tenang….Aku tahu amalanku tak mungkin dilakukan orang lain, karenanya aku sibukkan diriku tuk beramal….Aku tahu subhanawata’ala selalu melihatku, karenanya aku malu bila allah

subhanahuwata’alamendapatiku berbuat maksiat…….

( Imam Hasan al-banna)

(40)

Ayah dan Ibuku Tercinta

Yan telah membesarkanku, membimbingku, dan senantiasa mendoakan keberhasilanku serta memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil,cinta kasih sayang yang besar untuk keberhasilanku

(41)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’ alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Peran Polisi Dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Polresta Bandar Lampung) “,sebagai salah satu syarat untuk memperleh gelar Sarjana Hukum

pada Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan sampai dengan terselesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi , S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing I Skripsi INI

3. Ibu Firganefi , S.H., M.H., selaku sekertaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lmpung

4. Ibu Maya Shafira , S.H., M.H.,selaku Pembimbing II Skripsi ini

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Pembahas I Skripsi, masukan dan saran yang diberikan selama proses perbaikan skripsi ini

6. Ibu Dona Raisa, S.H., M.H., selaku Pembahas II skripsi ini

7. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh studi.

8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

(42)

10. Robi Romansyah , Yessy Destian ,Intan Septia, Yuni Rahayu, Wahyu Indriyanti, Yenni Kustanti, Marini, Anderia Sakti, Tian Terina, dan Ratna Pertiwi. Terima kasih atas kebersamaan selama menempuh studi serta semangat dorongan dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Teman–teman Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung Angkatan 2009. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berdoa semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah diberikan akan mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung , Januari 2013 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Pada tindak pidana penadahan, pelaku sudah mengetahui atau patut menduga bahwa barang atau obyek tersebut merupakan hasil

1. Faktor-faktor yang menyebabkan pencurian telepon genggam di kota Bandar Lampung. Faktor Ekonomi, yaitu para pencuri mempunyai tingkat ekonomi yang rendah

Saran yang dapat disampaikan dalam penulisan ini yaitu kepolisian harus berperan aktif melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada anak yang berkaitan

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian ilmu hukum pidana, yang berkaitan dengan Peran Satreskrim Polresta Bandar Lampung dalam penanggulangan pencurian dengan

mengangkat beberapa permasalahan yaitu pengaturan tentang peran kepolisian serta peran kepolisian sektor sosa dalam menanggulangi tindak pidana pencurian serta hambatan dan upaya

mengangkat beberapa permasalahan yaitu pengaturan tentang peran kepolisian serta peran kepolisian sektor sosa dalam menanggulangi tindak pidana pencurian serta hambatan dan upaya

Penulisan skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS POLRI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN LABUHANBATU (STUDI KASUS POLRES LABUHANBATU)”

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Pringsewu