• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Guru dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMP Dwi Putra Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Guru dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMP Dwi Putra Ciputat"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Achmad Hariri Badri

NIM 109011000205

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

(7)

ii

Ciputat.

(8)

iii

Puji serta syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, seraya berserah diri

kepada-Nya, Dzat yang telah menganugerahkan kekuatan jasmani, rohani dan

fikri sehingga skripsi yang berjudul “Peranan Guru dalam Menanggulangi

Kenakalan Siswa Di Smp Dwi Putra Ciputat” dapat dituntaskan. “Hamba ini

bukanlah siapa-siapa tanpa Engkau ya Allah, Wahai Dzat Yang satu-satunya

tempat hamba bersandar, berpasrah dan memohon pertolongan.”

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada sesempurnanya

ciptaan Tuhan, yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Melalui beliaulah semua umat

Islam mendapatkan cahaya Tuhan, sehingga benar-benar memahami Iman, Islam

dan Ihsan. Tidak lupa kepada para kolega beliau dari Anbiyaa dan Mursaliin, juga

Auliyaa Allah yang sama-sama menegakan kalimat laa ilaaha illa Allah. Begitu

juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’at, ulama mu’tabarah, hujjaj

kiyai, guru, santri juga para cendikiawan muslim dan para pelajar yang selalu

siaga untuk menebar rahmat, melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dalam

menegakkan panji-panji Islam. Semoga penulis dan pembaca termasuk ke dalam

golongan tersebut. Amiin

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak

sedikit hambatan dan kesulitan yang terkadang membuat putus asa. Namun,

berkat doa, saran, dukungan dan motivasi yang tidak akan pernah ternilai dari

berbagai pihak, membuat penulis sadar akan pentingnya semangat, agar juga

mampu berbuat untuk kemashlahatan umat.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada

terhingga juga penghargaan yang sebesar-besarnya dengan penuh rasa tadzim

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

(9)

iv

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan PAI dan Marhamah Saleh,

MA Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang

sangat sabar dan profesional dalam mengabdikan dirinya di jurusan

pendidikan agama Islam. penulis ucapkan terima kasih yang setingi-tingginya

karena beliau berdua telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Dimyati M. Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang begitu sabar telah

menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya dalam memberikan bimbingan,

pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga selalu diberikan

kesehatan dan selalu dalam ridho sang Pencipta.

4. M. Zuhdi. Ph. D. Dosen Penasehat Akademik yang penuh perhatian telah

memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa perkuliahan.

5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan

pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Selanjutnya ucapan terima kasih untuk orang terkasih yaitu Ibunda Dra. Dedeh

Setiamanah dan Ayahanda Drs. Arsudin, yang selalu memberi motivasi dan

dukungan buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta memberikan

dukungan moral dan material, doa dan senyuman yang menyemangati penulis

agar tetap tabah dalam mengarungi kehidupan. Penulis memohon maaf kepada

Ibunda dan Ayahanda tercinta, karena belum mampu menjadi anak yang baik,

juga penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Skripsi dan gelar

sarjana ini penulis persembahkan khusus untuk Ibu dan Ayah tercinta.

7. Adik- adik ku tercinta: Diah Purnamasari, Lailatul Fitriani, Wesul Qurni dan

(10)

v

kalian yang menemani hari-hari selama kuliah.

9. Tak lupa juga teman-teman Kahfi Motivator School (Om. Bagus se-keluarga),

IMC (Indonesia Master Communication), PP Ummul Rodhiyah (Abi, Dewan

Guru, Santri-Santri) yang selalu memberikan motivasi, sumbangsih arahan dan

pemikirannya demi kelancaran skripsi ini dan telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk belajar banyak tentang segala hal.

10.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih

atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

11.Terima kasih untuk Nabilatunnadhiroh yang selalu memotivasi dan

mendampingi dari awal hingga akhir skripsi ini.

Penulis bermunajat kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah

dilakukan.

Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis

kerjakan mendapat keridhaan sdan kecintaan-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini

mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis juga bagi pembaca

umumnya. Amin.

Jakarta, 03 Januari 2014

(11)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJISKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Guru ... 7

1.Perngertian Guru ... 7

2.Syarat-syarat Guru ... 9

3.Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 9

4.Peranan Guru ... 10

5.Kualifikasi dan Kompetensi Guru SMP ... 11

B. Kenakalan Siswa ... 13

(12)

vii

2. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa ... 15

3. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa ... 16

4. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa ... 17

C. Kerangka Berpikir ... 19

D. Hipotesis Penelitian ... 20

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

1. Populasi ... 24

2. Sampel ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Validitas ... 29

2. Uji Reliabilitas ... 30

3. Uji Normalitas ... 31

4. Uji Homogenitas ... 31

5. Uji Hipotesis ... 32

6. Perhitungan Koefisien Determinasi ... 33

G. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 33

(13)

viii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 36

1. Gambaran Umum SMP Dwi Putra ... 36

2. Deskripsi Varaibel Penelitian ... 40

B. Uji Analisis Data ... 45

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 48

C. Pengujian Hipotesis ... 50

1. Uji Hipotesis ... 50

2. Perhitungan Koefisien Determinasi ... 54

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Interpretasi Data ... 54

2. Temuan Hasil Penelitian ... 56

E. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi ... 65

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 23

Tabel 3.2 Agenda Wawancara ... 25

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Variabel X ... 27

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Variabel Y ... 27

Tabel 3.5 Intepretasi Data Product Moment ... 32

Tabel 3.6 Hasil Ujian Normalitas Variabel X ... 34

Tabel 3.7 Hasil Ujian Normalitas Variabel Y ... 34

Tabel 4.1 Data Guru SMP Dwi Putra ... 37

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana ... 39

Tabel 4.3 Kelas Interval Peranan Guru ... 41

Tabel 4.4 Penggolongan Tingkat Peranan Guru ... 42

Tabel 4.5 Skor Skala Peranan Guru ... 42

Tabel 4.6 Kelas Interval Kenakalan Siswa ... 44

Tabel 4.7 Penggolongan Tingkat Kenakalan Siswa ... 44

Tabel 4.8 Skor Skala Kenakalan Siswa... 45

Tabel 4.9 Hasil Ujian Validitas Variabel X ... 46

Tabel 4.10 Hasil Ujian Validitas Variabel Y ... 47

Tabel 4.11 Hasil Ujian Realibilitas Variabel X ... 49

Tabel 4.12 Hasil Ujian Realibilitas Variabel Y ... 49

Tabel 4.13 Nilai Angket Variabel X dan Y... 50

Tabel 4.14 Hasil Input Data Menggunakan Rumus Product Moment ... 52

(15)

1

Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini telah membawa fitrahnya

masing-masing dari sang pencipta, sebagaimana sabda Nabi saw:

َّص َّلا ل سر لاق :لاق ، ع َّلا يضر ةرير يبأ نع

:مَّس يّع ها ى

ام

ىّع دل ي اَلإ د ل م نم

نادِ ي ا بأف ،ةرطفلا

أ

نارص ي

Tidaklah anak yang dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi atau Nasrani.” (HR.

Bukhari)

Fitrah dalam hadist tersebut diartikan sebagai faktor pembawaan sejak

manusia lahir yang biasa dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan ia tidak dapat

berkembang sama sekali tanpa adanya pengaruh lingkungan.1

Begitu juga dengan peserta didik (siswa/i), sebagai bagian dari pribadi yang

sedang tumbuh dan berkembang disamping mereka memiliki

kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing memiliki sifat yang khas, yang hanya dimiliki diri

masing-masing. Dengan demikian tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang

unik.2 Mereka juga memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi yang

sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebutuhan manusia pada umumnya,

diantaranya: kebutuhan jasmaniah, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, rasa

bebas, sukses.3

Dalam konteks ini, sekolah harus bisa menjadi wadah bagi perkembangan

potensi siswa/i yang unik itu, dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan mereka

terutama sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Terlebih

jika meurujuk kepada tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertera dalam

pembukaan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 3,:

1

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 45

2

Tim Dosen Fip-Ikip Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), h.107

3

(16)

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan serta bertanggung jawab.4”

Namun demikian, pendidikan yang berlangsung selama ini masih dianggap

kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik. Hal ini

dapat dilihat dari kehidupan siswa saat ini yang sering dihadapkan dengan

berbagai masalah yang amat kompleks sehingga sangat perlu mendapatkan

perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah semakin merosotnya

tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan, baik di

sekolah, rumah dan lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan timbulnya

sejumlah efek negatif di dalam sekolah maupun di luar sekolah yang akhir-akhir

ini semakin merisaukan. Efek tersebut di antaranya, semakin maraknya

penyimpangan diberbagai norma kehidupan, baik agama maupun sosial. Hal ini

dibuktikan dengan adanya berita di televisi atau koran, yang telah menampilkan

banyaknya kasus-kasus sosial kemasyarakatan yang telah terjadi yang cenderung

membahayakan kepentingan bersama. Contohnya seperti adanya geng motor,

perkelahian antar pelajar dan lain sebagainya dimana pelakunya semua adalah

siswa.

Sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua yang kedua setelah

lingkungan keluarga bagi anak remaja. Di kota-kota besar di Indonesia masa

remaja masih merupakan masa di sekolah terutama pada masa-masa permulaan,

dalam masa tersebut pada umunya remaja duduk di bangku sekolah menengah

pertama atau yang lebih setingkat.

Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi

remaja dengan sesamanya, juga interaksi antara remaja dengan pendidik. Interaksi

yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat yang negatif bagi

4

(17)

perkembangan mental sehingga anak remaja menjadi deliquen.5 Pada umumnya,

deliquency merupakan produk dari konstitusi defektif dari mental dan

emosi-emosi; yaitu mental dan emosi anak muda yang belum matang, yang labil dan jadi

rusak/defektif, sebagai akibat proses-pengkodisian oleh lingkungan yang buruk.6

Sampai saat ini masalah kenakalan siswa masih tetap menjadi salah-satu fokus

perhatian bagi setiap bangsa di dunia. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan

tidak dapat lagi dianggap sebagai persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan

tersebut ada yang sudah menjurus kepada tindakan kriminal seperti yang saat ini

beritanya menjadi topik utama di berbagai media yaitu kecelakaan maut yang

merenggut nyawa 7 orang meninggal dunia akibat sebuah mobil yang

dikemudikan oleh anak musisi ternama yang baru berusia 13 tahun kehilangan

kendali, keluar jalur tol hingga menabrak beberapa mobil yang ada dari arah yang

berlawanan.7 Kejadian selanjutnya yaitu tauran dan perampokan yang dilakukan

oleh siswa di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Utara usai melaksanakan Ujian

Nasional hingga menyebabkan empat pelajar terluka dan 1 motor hilang

dirampok.8Masih banyak tindakan-tindakan yang lainnya.

Jika melihat kasus-kasus tersebut, dapat dikatakan terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi tindakan kenakalan siswa yang pada akhirnya melakukan

tindakan negatif. Faktor tersebut antara lain, faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor lingkungan masyarakat.

Adapun gejala-gejala kenakalan siswa yang dilakukan di sekolah jenisnya

bermacam-macam, dan bisa digolongkan ke dalam bentuk kenakalan yang

berbentuk kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan ringan

diantaranya yaitu: tidak patuh kepada orang tua dan guru, lari atau bolos dari

sekolah, sering berkelahi, cara berpakaian yang tidak sopan.

5

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.129

6

Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju), h. 227

7

SCTV Multimedia, Kecelakaan Dul, 2013 , p. 1 (http:// news.liputan6.com/read/686543/dul-ahmad-dhani-kecelakaan-di-jagorawi-usai-antar-pacar-pulang, Posted: 08/09/2013 06:03), di akses 10 September 2013, jam 10.00 WIB

8

(18)

Meskipun kenakalan yang terjadi masih dalam bentuk kenakalan yang ringan

hal itu sudah termasuk dalam kurangnya penghayatan dan pemahaman terhadap

nilai-nilai agama yang diajarkan di sekolah tersebut. Pendidikan agama di

lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan

jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut

tergantung pada berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami

nilai-nilai agama. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititiberatkan pada

bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.9

Fungsi sekolah yang utama ialah bukan hanya pendidikan intelektual, yakni

“mengisi otak” anak dengan berbagai macam pengetahuan. Sekolah dalam

kenyataan masih mengutamakan latihan mental formal, yaitu suatu tugas yang

pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain, oleh sebab

itu memerlukan tenaga yang khusus dipersiapkan untuk itu, yakni guru. Dalam

pendidikan formal yang biasanya memegang peranan utama ialah guru dengan

mengontrol reaksi dan respons murid.10

Dalam hal ini, bukan hanya guru pendidikan agama saja yang bertugas dalam

menanggulangi kenakalan siswa di sekolah akan tetapi seluruh guru di dalam

sekolah ikut berperan dalam proses perkembangan siswa dan proses

penanggulangan kenakalan siswa disekolah.

Mengenai tugas guru, ahli pendidikan telah sepakat bahwa tugas guru ialah

mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagaian

dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan,

memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.11 walaupun

saat ini masih banyak guru-guru yang berpandangan bahwa tugas mereka hanya

sebatas mengajar (mentransfer ilmu) di dalam kelas saja.

Guru merupakan simbol otoritas dan mencitakan iklim kelas dan

kondisi-kondisi interaksi diantara murid-murid. Oleh sebab itu , sikap guru terhadap siswa

mereka adalah penting, sebab guru mengambil suatu peran sentral dalam

kehidupan anak-anak, yang sangat menentukan bagaimana mereka merasakan

9

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 296

10

Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Jemmars Bandung, 1983), h.15

11

(19)

berada di sekolah dan bagaimana mereka merasakan diri mereka. Hal ini terutama

selama tahun-tahun pertama atau kedua mereka masuk sekolah.12

Berbagai bentuk bimbingan telah diupayakan guru dalam menanggulangi

kenakalan siswa. Mulai dari aturan-aturan yang ketat sampai pada

kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah guna memberikan hal-hal positif dan

menghindari perilaku negatif siswa.

Sebagai bagian dari lembaga pendidikan, SMP Dwi Putra yang berada di

daerah Tangerang Selatan dan sudah berdiri sejak tahun 1987 ini juga memiliki

masalah yang sama dengan lembaga pendidikan lainnya yaitu masalah kenakalan

sisiwa. Sebagai mana sekolah pada umumnya pada SMP ini juga kerap ditemukan

kenakalan-kenakalan siswa meskipun masih dalam katagori ringan seperti bolos,

tidak patuh kepada guru, dan sebagainya.

Dengan memperhatikan berbagai fenomena kenakalan yang terjadi pada

kalangan siswa termasuk siswa SMP Dwi Putra (yang menjadi objek penelitian),

dan mengingat pentingnya peran guru sebagai pendidik, maka penulis terdorong

untuk meneliti mengenai “Peranan Guru dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa

di SMP Dwi Putra – Ciputat”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Kenakalan siswa yang semakin marak .

2. Sekolah yang lebih mementingkan pendidikan intelektual.

3. Masih adanya guru-guru yang memahami tugas mereka hanya sebatas

mengajar.

4. Guru masih kurang berperan aktif dalam hal perilaku siswa.

5. Penegakan disiplin yang lemah.

6. Perhatian guru terhadap perilaku siswa yang buruk.

7. Kurangnya perhatian orang tua.

12

(20)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan terbatasnya waktu pada penelitian

ini, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Tentang peranan guru di SMP Dwi Putra - Ciputat.

2. Tentang kenakalan siswa/i di SMP Dwi Putra - Ciputat.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka

penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu; Adakah korelasi yang positif antara

peranan guru-guru dengan penanggulangan kenakalan siswa di SMP Dwi Putra -

Ciputat?

E.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan persoalan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk mengungkapakan ada atau tidaknya korelasi Antara peranan guru

dengan penanggulangan kenakalan siswa di SMP Dwi Putra – Ciputat

F.

Kegunaan Penelitian

Selain untuk mencapai tujuan yang di harapkan di atas, penelitian ini nantinya

di harapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan

berfikir kritis dalam melatih kemampuan, untuk memahami dan

menganalisis masalah-masalah pendidikan.

2. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk mengantisipasi adanya

kenakalan siswa.

3. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk dapat

menambah pembendaharaan kepustakaan, terutama bagi Jurusan

(21)

7

1. Pengertian Guru

Guru adalah salah satu unsur terpenting dalam proses belajar-mengajar, yang

ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di

dalam bidang pembangunan.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , guru diartikan sebagai “orang yang

pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar”. Tapi sesederhana inikah arti guru? Kata guru dalam bahasa arab disebut muallim dan dalam bahasa inggris

teacher itu memang memeliki arti sederhana, yakni a teacher whose occupation is

teaching others. Artinya, guru ialah orang yang pekerjaannya mengajar orang

lain.2

Roestiyah NK berpendat bahwa dalam pandangan tradisonal guru dilihat

sebagai seseorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan.3

Pada dasarnya, setiap orang adalah guru, contoh yang digugu dan

ditiru, terutama oleh anak-anak yang sering meniru apa yang dilakukan oleh

orang-orang disekitarnya.4 Dalam literatur kependidikan Islam seorang guru

disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan muaddib.5

Bahkan Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumuddin telah menyejajarkan para

pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana ditulis:

“Makhluk (Allah) yang paling utama diatas bumi adalah manusia. Bagian manusia yang paling utama adalah hatinya. Sedangkan seorang pendidik sibuk memperbaiki, membersihkan, menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada Allah SWT. Maka mengajar imu adalah ibadah dan pemenuhan tugas sebagqai khilafah Allaw, bahkan merupakan tugas kekhilafahan Allah yang paling utama. Sebab Allah telah membukak hati

1

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 125

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995), h. 223.

3

Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 26

4

Andi Yudha, Kenapa Guru harus Kreaktif, ( Bandung : PT Mizan Pustaka, 2009) h. 17

5

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja

(22)

seorang alim untuk menerima suatu pengetahuan dan sifat-sifat-Nya yang paling istimewa. Hati itu berisi gudang yang berisi benda-benda yang paling berharga, kemudian ia diberi izin untuk membagikan kepada orang yang membutuhkan. Maka derajat mana yang lebih tinggi dari seorang hamba yang menjadi perantara antara tuhan dan makhluk-Nya dalam mendekatkan diri kepada Allah dan mengiringi mereka menuju surga tempat peristirahatan abadi.”6

“Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Di tangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi yang jenius. Melalui didikannya, lahir generasi-generasi unggul. Ia “turun” untuk memberantas kebodohan umat manusia, sekaligus menghujamkan kearifan sehingga manusia bisa paham tentang makna kedirian dan makna kehidupan.7 Guru pun harus mampu melaksanakan fungsi pendidikan yang secara garis besar dapat dilihat dari dua bentuk yaitu: memelihara kebudayaan nasional dan mengembangkan skill peserta didik.”8

Guru adalah sang pejuang dan pembebas yang berusaha sekuat dayanya untuk

memberikan yang terbaik bagi anak-anak didikanya, seperti yang dilakukan oleh

Ibu Muslimah, seorang guru dari pedalaman Belitung, yang menjadi penulisan

tetralogi novel laskar pelangi oleh Andrea Hirata. Selain ibu muslimah, tentu

masih banyak guru dengan pengabdian luar biasa, diatas ambang batas

rasionalisme manusia pada umumnya, tetapi mungkin belum terekspos dan

terpublikasi.9

Secara formal, menurut Undang-undang no. 14/2005, pasal 1, butir 1 tentang guru dan dosen, „yang disebut dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.10

Berbagai pengertian-pengertian guru di atas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki keahlian khusus di dalam

bidang keguruan, selalu digugu dan ditiru dimanapun ia berada serta mempunyai

andil yang sangat besar bagi pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa.

6Asrorun Ni’am Sholeh,

Reorintasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsas, 2006), h.71-72

7

Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta, Diva Press, 2009), h. 8

8

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002), h. 34

9

Ibid., h. 91-92

10

(23)

2. Syarat-syarat Guru

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya, maka

profesi ini memerlukan persyaratan khusus, antara lain: mempunyai pengetahuan

yang mendalam, ahli dalam bidang tertentu, memiliki tingkat pendidikan

keguruan, memiliki kepekaan, terdepan dalam sains, teknologi dan informasi.11

Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah spiritual father atau bapak

rohani bagi murid. Oleh karena itu menjadi pendidik hendaknya memiliki

sifat-sifat sebagai berikut: zuhud, bersih tubuhnya, ikhlas, pemaaf, mejadi orang tua

kedua bagi murid, mengetahui tabiat murid, menguasai mata pelajaran.12

Selain itu

juga yang tak kalah pentingnya yaitu mampu mencontohkan prilaku seperti dalam

al-Quran dan hadist.13

“Al-Ghazali memberikan prasyarat yang harus dipenuhi oleh pendidik yaitu: mempunyai kasih sayang, melakukan aktifitas karena Allah SWT, mampu memberi nasehat, mampu mengarahakan anak didik kepada hal-hal yang positif, mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik, mampu menumbuhkan kegairahan semangat kepada murid terhadap ilmu yang dipelajarinya, mampu mengklasifikasikan kelompok anak didiknya dan memberikan materi yang sesuai dengannya.”14

3. Tugas Guru

Tugas guru itu luas, bukan hanya melakukan tugas pengajaran, ia juga harus

membimbing, akhlak, mengembangkan seluruh kemampuan-kemampuan dan

sikap-sikap yang baik dari murid.15 Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti

yang digambarkan di atas, maka tugas guru itu meliputi: tugas pengajaran, tugas

bimbingan, tugas administrasi. Dengan terjadinya pengelolaan yang baik, maka

guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya.16

Ag. Soejono merinci tugas guru sebagai berikut17: mengetahui karakter anak

didik, membantu mengembangkan karakter yang baik dari mereka, mengajarkan

11

Fakhruddin, op. cit., h. 21-22

12

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 111

13

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 94

14Asrorun Ni’am Sholeh

, op. cit., h.72-74

15

Zakiah Darajat, Pendidikan Islam, (Jakarta: Ruhama, 1995), h.99

16

Zakiah Darajat. Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h, 265-268

17

(24)

berbagai keahlian, keterampilan, evaluasi setiap waktu, memberikan bimbingan

saat mereka mengalami kesulitan. Selain itu juga harus harus menciptakan

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)

4. Peranan Guru

Seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa-siswinya. Keteladanan adalah

hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain.

Sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya, Allah SWT

berfirman18 :







“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS al-Ahzab: 21)

Sementara itu Udin Syaefudin Saud menjeleskan peran dan tugas pokok

seorang guru yaitu: (1) Guru sebagai pengajar, (2) Guru sebagai pengajar dan juga

sebagai Pendidik, (3) Guru sebagai Pengajar, Pendidik, dan juga agen

pembaharuan dan pembangunan masyarakat, (4) Guru yang berkewenangan

berganda sebagai Pendidik Profesional dengan bidang keahlian lain selain

kependidikan.19 Begitu juga Syaiful Bahri Jamarah memberikan pendapat

mengenai peran guru yaitu: 1) guru sebagai sumber belajar, 2) guru sebagai

fasilitator, 3) guru sebagai demonstrator, 4) guru sebagai informator, 5) guru

sebagai inisiator, 6) guru sebagai mediator, 7) guru sebagai organisator, 8) guru

sebagai motivator, 9) guru sebagai evaluator, 10) guru sebagai entertainer

18

Armai Arief. Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 117-118

19

(25)

Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi

pelajaran. Kita bisa menilai baik tidaknya seseorang guru hanya dari penguasaan

materi pelajaran. Guru juga bertindak sebagai fasilitator dan demonstrator yang

memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses

pembelajaran serta mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang membuat

siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Sebagai

Informator guru hendaknya menjadi sumber informasi bagi kegiatan akademik

maupun umum. Guru hendaknya menjadi pencetus ide-ide kreatif yang dapat

dicontoh oleh anak didiknya. Sebagai seorang mediator guru diharapkan mampu

menengahi kegiatan belajar siswa dan menjadi penyedia media yang mampu

memakai dan menggorganisasikan penggunaan media. Guru juga harus menjadi

motivator yang hebat bagi siswa-siswinya agar selalu semangat dalam mencari

ilmu. Hendaknya guru juga menjadi organisator, pengelola kegiatan akademik,

silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang

berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian

rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi belajar dalam diri siswa.

Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi

tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi

dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan

keberhasilan siswa. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam

melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan. Guru pun harus

menghibur siswa-siswinya baik dalam keadaan senang ataupun susah 20

5. Kualifikasi dan Kompetensi Guru SMP

Menurut bahasa, kata kualifikasi diartikan dengan ”Pembatasan; penggolongan; tingkatan kapabilitas; kecakapan; syarat; watak; sifat”.21 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah

keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan

20

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31

21

(26)

tertentu. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian

atau kecakapan khusus.22

Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab

yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu

melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.23

Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi

guru yang berlaku secara nasional. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) no 16 tahun 2007 pasal 1.

Kualifikasi guru dapat dilihat dari segi derajat lulusannya, sebagaimana tercantum

dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendiknas) no 16

tahun 2007, ditetapkan bahwa pendidikan minimum guru yang mengajar pada

tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus lulusan diploma empat (D-IV)

atau Strata 1 (S-1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.24

Dari beberapa persyaratan guru yang dikemukan di atas menunjukkan bahwa

seorang guru bukan hanya orang yang berilmu pengetahuan saja, sebagaimana

dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat 1 bahwa: ”kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadiaan, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.25

Adapun kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal tersebut

dijelaskan bahwa: Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik.26 Kompetensi kepribadian adalah kemampuann

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi

22

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 621

23

Abdul Majid, perencanaan pembelajaran, (Bandung: rosdakarya, 2010), h. 5

24

Kementrian Pendidikan Republik Indonesia, Permendiknas Kompetensi Guru, ,

(http://www.dikti.go.id.files.atur.Permen16-2007KompetensiGuru), Di download pada tanggal 21/08/13, pukul 19.09 WIB

25 E. Mulyasa, ”Undang

-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”, dalam Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. III, h. 229

26

Kementrian Pendidikan Republik Indonesia, Permendiknas Kompetensi Guru,

(27)

teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasan

materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan

guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara

efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.

B.

Kenakalan Siswa

1. Pengertian kenakalan siswa

Anak didik merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang di

samping mereka memiliki kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing memiliki

sifat yang khas, yang hanya dimiliki diri masing-masing. Dengan demikian

tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik.27 Sebelum membahas mengenai

pengertian kenakalan remaja, maka penulis akan terlebih dahulu membahas

pengertian remaja. Remaja berasal dari bahasa latin Adolescere (kata bendanya

adolescentia) yang berarti remaja, yaitu tumbuh atau tumbuh dewasa.28

Masa remaja disebut juga masa adolesensi yang berarti tumbuh ke arah

dewasa. Masa remaja disebut juga masa transisi, baik dari sudut biologis,

psikologis, sosial, maupun ekonomis. Masa remaja merupakan masa yang penuh

dengan gejolak dan keguncangan.29 Masa remaja disebut tidak realistik karena

remaja cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat dirinya sendiri dan

orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.30

Remaja adalah manusia yang berada pada masa anak-anak dan dewasa

mengalami perubahan yang cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak

baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir maupun bertindak, tetapi bukan pula

orang dewasa yang telah matang.31

27

Tim Dosen Fip-Ikip Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) h.107

28

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-1, h. 244.

29

H. Djaali. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara: 2009), h. 55

30

M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), h. 162

31

(28)

Secara etimologi dalam bahasa Arab kata remaja berasal dari kata murahaqah

kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirahi (dekat). Secara terminologi,

berarti manusia yang mendekati kematangan baik secara fisik, akal, jiwa maupun

sosial.32

Dari berbagai pengertian dapat dipahami bahwa remaja adalah masa peralihan

dari kanak-kanak menuju dewasa, yang mendekati kematangan baik secara fisik,

akal, jiwa maupun sosial.

Pengertian kenakalan siswa SMP disamakan dengan pengertian kenakalan

remaja, karena batas usia rata-rata para siswa tersebut termasuk dalam hal

kategori usia remaja yaitu usia rata-rata mulai dari 12-21 tahun pada wanita dan

13-22 tahun pada pria.33

Kenakalan siswa adalah kenakalan yang terjadi pada saat ia mulai beranjak

dewasa, istilah bakunya dalam konsep psikologi adalah juvenile delinquency

secara etimologi dapat diartikan bahwa Juvenile berasal dari kata latin yang mana

artinya ialah anak-anak atau anak muda. Sedangkan “delinquere” artinya

terabaikan atau mengabaikan, maka dengan itu keduanya dapat diperluas menjadi

jahat, asosial, pelanggar aturan, pengacau, peneror, kriminal, susila dan lain

sebagainya.

Juvenile delinquency ialah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda. Ini

merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang

disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka

mengembangkan tingkah laku yang menyimpang.34

Kenakalan remaja jika ditinjau dari segi agama ialah kelakuan dan tindakan

yang terlarang dalam agama yang dilakukan oleh orang yang sudah baligh (telah

mencapai kematangan seksual).35

Ciri-ciri pokok kenakalan siswa antara lain yaitu: kenakalan terlihat dengan

adanya perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang

32

Muhammad al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), Cet. I, h. 55-56

33

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Siswa Rosda Karya, 2004), h. 52

34

TB. Aat Syafaat, dkk, Peranan pendidikan Islam dalam mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Perss, 2008). h. 74

35

(29)

berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral, kenakalan tersebut mempunyai tujuan

yang anti sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut bertentangan

dengan nilai atau norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya. kenakalan

merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17

tahun keatas dan belum menikah, kenakalan siswa dapat juga dilakukan bersama

dalam satu kelompok siswa.36

2. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa

Sebab-sebab terjadinya kenakalan siswa yang paling menonjol, yaitu:

kurangnya didikan agama, kurangnya pengertian dan perhatian orang tua tentang

pendidikan, kurang teraturnya pengisian waktu, kurangnya perhatian masyarakat

terhadap siswa. Kurangnya pengertian dan perhatian orang tua tentang pendidikan

dapat mengakibatkan anak merasa tidak disayangi oleh orang tuanya dan merasa

kurang mendapat perhatian, ia akan berusaha mencari kesayangan itu dengan

bermacam-macam jalan. Misalnya dengan kelakuan yang menarik perhatian,

sering mengeluh, berkelahi dan sebagainya. Maka banyak di antara siswa-siswa

yang menjadi nakal itu, akibat dari perasaan tertekan karena tidak adanya

perhatian orang tua. Kurang teraturnya pengisian waktu dapat mengakibatkan

akan menggerutu, mungkin melawan kepada orang tuanya, membolos dari

sekolah. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap siswa sehingga mereka merasa

tidak terima, tidak diperhatikan dan pada akhirnya mereka melakukan hal hal

yang tidak diinginkan. 37 Pendidikan agama bagi umat Islam merupakan dasar

utama dalam mendidik anaknya, karena agama sangat membantu terbentuknya

sikap dan kepribadian anak kelak.38

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa bisa di golongkan menjadi tiga antara

lain: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

36

Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 2004), Cet. Ke-11. h. 19

37

Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), h.113-120.

38

(30)

3. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa

Akhir-akhir ini banyak kasus kenakalan siswa yang sering meresahkan

masyarakat antara lain; perkelahian, perampasan, pembajakan angkutan umum,

pelecehan seksual atau pun dalam bentuk-bentuk lain yang sering kita temui.

Bermacam-macam bentuk kenakalan siswa semakin meningkat dan mewarnai

kehidupan kita, membuat orang tua, guru, tokoh masyarakat bahkan pemerintah

pun ikut resah.

Sahilun A Nasir mengkelompokkan Kenakalan remaja dapat menjadi dua

bagian besar, yaitu:39

1. Kenakalan yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma, tetapi tidak

diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Kenakalan yang tergolong pelanggaran yang telah di atur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Sekarang ini yang banyak dijumpai kenakalan siswa baik yang bersifat

a-moral dan a-sosial yang tidak diatur oleh undang-undang maupun yang bersifat

melanggar undang-undang, antara lain: berbohong, bolos, membaca buku-buku

yang berbau pornografi dan berpersta pora semalam suntuk.

Kalau di atas telah disebutkan sebagian kenakalan siswa yang tidak diatur

dalam Undang-undang, maka dibawah ini akan di sebutkan kenakalan siswa yang

dianggap melanggar hukum, diselesaikan dengan hukum dan disebut dengan

istilah kejahatan40: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan dan

pemalsuan, pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan

pemerkosaan, pemalsuan uang dan surat-surat keterangan resmi,

Tindakan-tindakan anti sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain

seperti: percobaan pembunuhan, menyebabkan kematian orang, turut tersangkut

dalam pembunuhan, pembunuhan, pengguguran kandungan.

Kenakalan atau kerusakan yang bersifat a-moral dan asosial tersebut diatas

merupakan kelakuan siswa yang menggelisahkan para orang tua, guru dan

masyarakat secara umum. Yang menjadi tanggung jawab kita selaku pendidik

39

Sahilun A Nasir, Peranan Agama terhadap Pemecahan problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet II, h. 82

40

(31)

sekarang adalah bagaimana cara mengarahkan para siswa dan dengan jalan apa

serta mampukah kita bertanggung jawab atas semua hal tersebut. Dari pendapat

diatas juga dapat disimpulkan kenakalan terbagi menjadi dua yaitu kenakalan

ringan dan berat.

4. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa

Dalam menghadapi kenakalan remaja, diperlukan adanya usaha-usaha untuk

menanggulanginya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk

menanggulangi kenakalan remaja adalah sebagai berikut:

a. Upaya Penaggulangan Secara Preventif

Upaya penaggulangan secara preventif yakni segala usaha yang bertujuan

mencegah timbulnya kenakalan remaja, di antaranya dapat dilakukan dengan cara:

1) mengintensifkan pelajaran agama disekolah, dan menyediakan sarana-sarana

sebagai wadah bagi siswa untuk menyalurkan kreatifitasnya.41 2) mengadakan

kegiatan yang bertujuan untuk memupuk jiwa agama siswa.42 3) guru harus dapat

menjadi contoh yang baik bagi siswa dan berusaha utnuk membantu pembinaan

mental mereka serta bekerja sama dengan pihak sekolah yang lain untuk

menciptakan suasana sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai agama.43

b. Upaya Penanggulangan Secara Represif

Upaya penaggulangan secara represif adalah “suatu usaha berupa pemberian sanksi atau hukuman ketika seseorang melakukan pelanggaran.44 Upaya ini bisa

diwujudkan dengan jalan memberi peringatan atau hukuman kepada siswa

diliquent terhadap setiap pelanggaran yang dilakuan setiap siswa. Bentuk

hukuman tersebut bersifat psikologis yaitu mendidik dan menolong agar mereka

menyadari akan perbuatannya dan tidak akan mengulangi kesalahannya.

Upaya penaggulangan secara represif dari lingkungan keluarga dapat

ditempuh dengan jalan mendidik anak hidup disiplin terhadap peraturan yang

41

Sahilun A Nasir, op. cit., h. 90

42

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet IV, h. 90

43

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet IV, h. 48-49

44

(32)

berlaku dan bila dilanggar harus ditindak atau diberi hukuman sesuai dengan

perbuatannya. Dalam lingkungan sekolah tindakan represif dapat dilakukan

dengan cara: sekolah melakukan razia tempat-tempat atau barang-barang yang

dapat dijadikan tempat atau alat nakal oleh siswa.45 Memberikan hukuman kepada

siswa yang melakukan kesalahan atau berbuat kesalahan yang diharapkan dapat

muncul rasa takut dari siswa untuk melakukan kesalahan sehingga dapat

menghalangi siswa melakukan kesalahan yang berikutnya.46 Dalam lingkungan

masyarakat tindakan represif dapat ditempuh dalam memfungsikan peran

masyarakat sebagai kontrol sosial yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan, membicarakan

dengan orang tua anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluar untuk anak

tersebut dan sebagai langkah terakhir masyarakat untuk lebih berani melaporkan

kepada yang berwajib tentang adanya perbuatan dengan disertai bukti-bukti yang

nyata, sehingga bukti tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat bagi instansi yang

berwenang didalam menyelesaikan kasus kenakalan siswa.

c. Upaya Penanggulangan Secara Kuratif Dan Rehabilitasi

Upaya penanggulangan secara kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki

akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan

tersebut, seperti menyediakan klinik Bimbingan Psikologis (Bimbingan

Penyuluhan) untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu siswa dalam

menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.47

Berdasarkan keterangan yang terdapat di atas, dapatlah ditarik kesimpulan

bahwasannya penanggulangan kenakalan remaja oleh pihak sekolah dapat

dilakukan dengan cara (1) Usaha preventif (mencegah timbulnya kenakalan

remaja), (2) Usaha represif (menghalangi timbulnya kenakalan remaja), (3) Usaha

kuratif dan rehabilitatif (memperbaiki tingkah laku siswa yang pernah melakukan

kenakalan remaja).

45

Sahilun A Nasir, op. cit., h. 97

46

Zahriddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. I, h. 200.

47

(33)

C.

Kerangka Berpikir

Guru saat ini bukan hanya dilihat sebagai seseorang yang berdiri di depan

kelas untuk hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja kepada siswa-siswi di

sekolah, tetapi guru saat ini merupakan suatu profesi profesional yang wajib

memenuhi kualifikasi dan kompentesi yang telah ditetapkan pemerintah yang

selalu di gugu dan ditiru dimanapun ia berada serta mempunyai andil yang sangat

besar bagi pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa.

Tugas dan peran jabatan guru itu luas, yaitu untuk membina seluruh

kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid. Hal ini berarti

bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya

melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, tugas atau fungsi guru

dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja

Berbicara mengenai siswa, khususnya siswa tingkat SMP, berarti berbicara

mengenai remaja. Dalam Islam, seseorang dikatakan remaja apabila ia telah aqil

baligh yaitu suatu masa di mana ia telah bertanggung jawab atas setiap

perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan bila ia melakukan

perbuatan tidak baik akan mendapatkan dosa.

Remaja merupakan sosok yang masih labil karena ia sedang melalui masa

transisi yaitu masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Tak jarang

bagi remaja yang belum memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada masa

tersebut akan banyak melakukan tindakan yang menyalahi aturan atau

bertentangan dengan norma-norma, yang dapat merugikan dirinya dan orang lain,

yang biasa dikenal dengan kenakalan remaja.

Faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja disekolah antara lain adalah

kurangnya peranan guru-guru di sekolah dalam menanamkan nilai-nilai etika dan

moral di sekolah, kurangnya kerjasama, perhatian, pembinaan dan pengawasan

kepala sekolah dan guru-guru terhadap pertumbuhan dan perkembangan seluruh

siswa-siswi di sekolah. Mengingat prioritas utama di dalam menghadapi masalah

kenakalan remaja adalah mencegah dengan cara yang memadai dan komprehensif,

maka diperlukan peranan guru khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan

(34)

rehabilitasi dalam mengatasi kenakalan siswa berarti usaha untuk memulihkan

kembali (menolong) anak yang terlibat kenakalan agar kembali dalam

perkembangan yang normal atau sesuai dengan aturan-aturan/norma-norma

hukum yang berlaku. Sehingga pada diri siswa tumbuh kesadaran dan terhindar

dari keputusasaan (frustasi). Penanggulangan ini dilakukan melalui pembinaan

secara khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

Kerangka berpikir penelitian ini bersifat deduktif dimana peneliti berupaya

melakukan proses pikir dan meneliti dari yang bersifat umum di tarik kearah

kesimpulan yang bersifat khusus, dari pemaparan diatas diduga sementara

terdapat hubungan antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan

siswa-siswi di sekolah menengah pertama (SMP) Dwi Putra - Ciputat.

D.

Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak terdapat hubungan positif antara peranan guru dengan penanggulangan

kenakalan siswa-siswi di SMP Dwi Putra - Ciputat.

Ha: Terdapat hubungan positif antara peranan guru dengan penanggulangan

kenakalan siswa-siswi di sekolah menengah pertama (SMP) Dwi Putra -

Ciputat.

E.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini penulis akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan

mengenai kenakalan remaja yang telah diteliti:

1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Laila Mardiyah dengan judul “Pengaruh

Intensitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Kenakalan Siswa”. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai Pengaruh intensitas Pembelajaran PAI terhadap Kenakalan Siswa diperoleh

(35)

Muhammadiyah 17 Ciputat adalah korelasi yang tergolong sedang atau

cukup.48

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Tri Sutarti dengan judul “Pengaruh

Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja”. Dari

penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan,

diperoleh rxy atau r hitung sebesar 0,462 dan berada di indeks antara 0,40 –

0,70. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh

untuk hubungan Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan

Remaja menunjukan hubungan yang sedang atau cukup.49

3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cholid Anwar dengan judul “Pengaruh

Organisasi Remaja Islam Masjid An-Nur dalam Menganggulangi Kenakalan

Remaja di Lingkungan RW 012 Pondok Pinang Jakarta Selatan”. Dari

penelitian yang telah dilakukan jika dilihat pada taraf 5%, diperoleh data rxy

sebesar 0,325 lebih besar dari pada “r” tabel, sedangkan pada taraf 1% ternyata rxy lebih kecil dari pada “r” tabel, dimana “r” tabel pada taraf 5% sebesar 0,273 dan pada tarf signifikan 1% sebesar 0,354. Dari sini dapat

diketahui adanya pengaruh kegiatan organisasi dalam penanggulangan

kenakalan remaja di Lingkungan RW 012 Pondok Pinang Jakarta Selatan.50

4. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad furqon dengan judul “Efektifitas

Pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMP Negeri 5 Ciputat”. Dari penelitian yang telah dilakukan ada hubungan positif yang signifikan antara hubungan Pengajaran Pendidikan

Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMP Negeri 5

Ciputat. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperoleh data rxy sebesar 0,805

yan berkisar antara 0,70-0,90, ini berarti terdapat korelasi yang sangat

48

Laila Mardiyah, Pengaruh Intensitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Kenakalan Siswa, (penelitian di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010)

49

Tri Sutarti, Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja, (penelitian di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010)

50

(36)

signifikan sekali antara variabel X dengan variabel Y yaitu terdapat hubungan

yang kuat atau tinggi.51

Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas terdapat relevansi

dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu terdapat beberapa kesamaan dan

perbedaan. Adapun kesamaannya yaitu tema penelitian tentang kenakalan remaja,

mayoritas tempat penelitian yang masih dalam lingkup sekolah, mayoritas

penelitian diatas bersifat korelatif. Adapun perbedaannya yaitu variaabel

penelitian yang berbeda karena dari beberapa penelitian diatas belum ada yang

meneliti peranan guru dalam menanggulangi kenakalan siswa, oleh karena itu

penelitian ini penting untuk diteliti lebih lanjut.

51

(37)

23

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 12 Februari 2013 sampai

[image:37.595.100.509.97.713.2]

08 Januari 2014 dengan rincian yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kegiatan Waktu

1.Persetujuan judul penelitian oleh kepala jurusan PAI 12 – 02 – 2013

2.Seminar proposal skripsi 27 – 02 – 2013

3.Bimbingan skripsi oleh dosen pembimbing yang

bersangkutan

03 – 04 – 2013

4.Studi Kepustakaan

a. Revisi BAB 1 28 – 08 – 2013

b. Revisi BAB II 22 – 09 – 2013

c. Revisi BAB III 20 – 10 – 2013

d. Revisi BAB IV 31 – 12 – 2013

e. Revisi BAB V 08 – 01 – 2014

5. Pelaksanaan Penelitian

a. Penyerahan surat izin Penelitian kepada SMP Dwi Putra 01 – 11 – 2013

b. Observasi 11 – 11 – 2013

c. Penyebaran angket 09 – 12 – 2013

d. Wawancara kepada pihak sekolah 12 – 12 – 2013

(38)

b. Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah SMP Dwi Putra yang

berlokasi di Jalan Aria Putra Bukit Nusa Indah, Sarua. Kec. Ciputat. Tangerang

Selatan.

B. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan dan

menjelaskan permasalahan tentang hubungan antara peranan guru dengan

penanggulangan kenakalan siswa-siswi di SMP Dwi Putra., maka penulis

menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survei. Metode penelitian

survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang

menggunakan kuesioner dan wawancara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi pada penelitian ini

yaitu populasi keseluruhan siswa SMP Dwi Putra yang berjumlah 185 siswa/i.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.2 Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan

teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling (Pengambilan

sampel secara acak sederhana). Alasan peneliti menggunakan teknik pengambilan

sampel tersebut karena secara umum seluruh siswa memiliki karakteristik

Adapun peneliti dalam teknik ini hanya mengambil 20 % dari populasi diatas

yakni 38 siswa/i.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta, 1998), h. 115

2

(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data skripsi ini menggunakan metode Penelitian Lapangan,

yaitu penelitian yang dilakukan di SMP Dwi Putra secara langsung dengan teknik

sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

objek yang diteliti dengan menggunakan seluruh alat indera.3

Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap

subyek penelitian yakni seluruh siswa/i SMP Dwi Putra beserta guru-guru

yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Teknik ini merupakan

langkah awal bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

b. Wawancara

Teknik ini dapat dipandang sebagai sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.4 Dalam

penelitian ini yang dijadikan narasumber adalah: Kepala Sekolah SMP Dwi

Putra atau wakilnya dan guru bimbingan konseling untuk mendapatkan

[image:39.595.145.517.549.675.2]

informasi atau data yang peneliti butuhkan.

Tabel 3.2

Agenda wawancara

Narasumber Indikator Nomor

pertanyaan

Kepala Sekolah

SMP Dwi Putra

 Peranan guru di sekolah

 Cara pencegahan kenakalan yang dilakukan guru di sekolah

1 – 13

3

Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 145

4

(40)

Guru bimbingan

konseling

 Kenakalan remaja yang sering dilakukan siswa/i

 Cara penanggulangan yang diberikan

 Data kenakalan yang dilakukan dalam sebulan terakhir

1 – 14

Guru bagian

kesiswaan

 Kenakalan remaja yang sering dilakukan siswa/i

 Cara penanggulangan yang diberikan

 Data kenakalan yang dilakukan dalam sebulan terakhir

1 – 14

c. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.5

Angket yang didapat akan diolah

datanya untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk itu angket yang

diberikan harus mempunyai ukuran terhadap penelitian. Untuk itu, terdapat

skala pengukuran agar hasil penilaian dapat sesuai dengan penelitian

tersebut, oleh karena itu peneliti menggunakan jenis skala pengukuran

skala likert.

Skala likert adalah skala yang dapat diunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena

tertentu.6

5

Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 151

6

(41)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert karena dapat

mengukur sikap peranan guru dalam menanggulangi kenakalan remaja di

SMP Dwi Putra Ciputat. Peranan guru dan prilaku kenkalan remaja inilah

yang akan dinilai melalui angket/kuesioner yang akan diberikan peneliti

terhadap sampel.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Variabel X

Variabel X Indikator Favorable

(F) Unfavorable (UF) Jml Item Peranan Guru dalam Menanggulang i Kenakalan Siswa Guru sebagai fasilitator

1, 2, 3, 4, 5,

6 - 6

Guru sebagai

demonstrator

24, 25, 26,

28, 29, 30 27 7

Guru sebagai

mediator 8, 9, 10, 11 7 5

Guru sebagai

Motivator

18, 19, 20,

21, 22, 23 - 6

Guru sebagai

evaluator

13, 14, 15,

16 12, 17 6

[image:41.595.146.514.126.598.2]

TOTAL 30

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Variabel Y

Variabel Y Indikator Favorable

(F) Unfavorable (UF) Jml Item Kenakalan Siswa

Tidak disiplin 19, 21 20 3

Tidak patuh pada

guru 10, 12, 13 11 4

Berfoya-foya

(42)

uang

Berpenampilan tidak sopan

22, 24, 25,

26 23 5

Membawa benda-benda tajam ke sekolah

27 1

Berbicara kotor

dan tidak sopan 8 9 2

Bolos 2, 3, 4, 5 4

Berbohong 15, 16 2

Menyontek 17, 18 2

Merokok 14 1

Kurangnya

didikan Agama 1 1

Membuat

kericuhan 28, 29 2

Berkelahi 6, 7 2

TOTAL 30

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data kuantitatif diperoleh dengan alat pengumpulan data di atas, maka

selanjutnya diadakan pengolahan dan analisis data, sehingga data-data yang telah

ada dapat dipahami kemudian diuraikan dan diinterpretasikan melalui analisis

data. Metode pengolahan data angket dilakukan dengan menjumlahkan skor

jawaban dari masing-masing siswa, kemudian menjumlahkan seluruh skor

jawaban dari 38 siswa yang dijadikan sampel tersebut, ini dinamakan sebagai

variabel X (peranan guru). Untuk variabel Y (kenakalan remaja) diambil juga dari

38 siswa yang dijadikan SMP Dwi Putra, kemudian dijumlahkan sseluruhnya.

Variabel X dan variabel Y ini akan digunakan memperoleh koefisien pengaruh

antara peranan guru dan kenakalan remaja dengan menggunakan program

komputer SPSS 20. Dalam pengelolahan data peneliti menggunakan teknik

(43)

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner

yang berhasil di kumpulkan

2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut:

dalam sekala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu: selalu, sering, jarang,

dan tidak pernah. Item-item di beri skor berdasarkan jawaban yang di pilih dan

jenis-jenis pertanyaan yang sesuai dengan variabel dan tidak sesuai dengan

variabel. Pada penilaian ini pertanyaan yang sesuai dengan variabel X (Peran

Guru) diberi nilai 4,3,2,1, sedangkan untuk pertanyaan yang tidak sesuai diberi

nilai sebaliknya (1,2,3,4). Penilaian pertanyaan yang sesuai dengan variabel Y

(Tingkah Kenakalan Remaja) diberi nilai 4,3,2,1, sedangkan untuk pertanyaan

yang tidak sesuai diberi nilai sebaliknya (1,2,3,4).

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil di kumpulkan

kedalam tabel yang telah di sediakan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa

inferensia, yaitu teknik analisa yang dilakukan untuk menarik kesimpulan,

menggeneralisasi populasi berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari data

sampel.7

1. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen yang

diperoleh dari angket (kuesioner) untuk mendapatkan data tentang variabel

peranan guru dan kenakalan siswa. Pengujian validitas dilakukan

menggunakan program SPSS 20 dengan metode Korelasi Product Moment

dari Pearson, dengan melihat angka koefisien korelasi (r) yang menyatakan

hubungan antara skor per item dengan skor total. Dengan rumus sebagai

berikut: 8

7

Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 2013), h. 68

8

(44)

√ | Keterangan:

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product Moment

N : Number of Cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y ∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berfungsi untuk meyakinkan apakah instrumen yang

dipakai dapat dipercaya untuk menggali data atau tidak. Pengujian reliabilitas

dilakukan menggunakan program SPSS 20 dengan koefisien Cronbach’s

Alpha dan corrected item total correlation dengan rumusnya yaitu9:

[ ] [

Dimana, rumus Varians:

r = Realibilitas instrumen/koefisien alfa

k = Banyaknya butir soal

= Jumlah varians butir = Total varians

N = Jumlah responden

9

(45)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki

peneliti berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas yang digunakan

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Agenda wawancara
Tabel 3.4
Besarnya “r” Product Tabel 3.5 Interpretasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membangun sebuah aplikasi desktop yaitu Transaction Processing System yang mana akan dilengkapi dengan sebuah sistem pendukung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik agar meningkatkan karakter bangsa terutama peduli lingkungan pada pembelajaran IPA bervisi

Formulasi distribusi BBM pada stock flow diagram menunjukkan fungsi Delaypplmtr ('Rencana Distribusi BBM',' penggantian ACB', 1<<da>>) yang berarti bahwa saat

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Secondary School Students’ Recount Texts: A Case of Transitivity Analysis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Berdasarkan wawancara dengan pihak Pepito Market Cabang Sanur untuk melakukan pengecekan atau melihat jumlah poin yang dimiliki oleh pelanggan termasuk susah karena

Selain itu, akan ditinjau pula pengaruh lainnya seperti variasi mutu beton, mutu baja tulangan, dan lain sebagainya terhadap perubahan nilai diagram momen-kurvatur, yang

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dil- akukan pada keempat subyek dan keempat informan, peneliti menemukan bahwa mereka sudah melihat kampanye maupun iklan