• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda melalui metode eksperimen : penelitian tindakan kelas di MI Ruhul Ulum Jatinegara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda melalui metode eksperimen : penelitian tindakan kelas di MI Ruhul Ulum Jatinegara"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Ruhul Ulum Jatinegara)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Dian Salafiah Enovari NIM. 1811018300020

PROGRAM DUAL MODE SYSTEM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yaang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari

Berbagai Benda Melalui Metode Eksperimen” ini disusun dalam rangka

memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)

Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini telah banyak

melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Erina Hertanti, M.Si., Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu serta memberikan arahan bimbingan dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Kepala sekolah MI Ruhul Ulum, Dra. Rahmawati, M.Pd.I yang telah

memberikan izin penelitian Fairizah, S.Pd.I sebagai kolaborator yang telah

membantu selama penelitian.

5. Seluruh dewan guru, staf dan siswa-siswi MI Ruhul Ulum khususnya kelas VI

(6)

iv

6. Dosen dan segenap karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang karena beliau pula kami

dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Suami tercinta serta anakku yang telah memberikan bantuan dan

dukungannya, baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

8. Kedua orang tua yang tiada henti memberikan bantuan moril maupun materil serta doa sehingga bisa memberikan semangat kepada penulis hingga dapat

mencapai sejauh ini.

9. Saudara, sahabat/teman-teman serta semua pihak yang tidak dapat penyusun

sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik dari para

pembaca yang bijaksana.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi penyusun

sendiri dan pembaca pada umumnya. Segala kekhilafan, kekurangan dan

kekeliruan semata-mata hanya keterbatasan penyusun selaku manusia dan hanya

Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.

Jakarta, 02 Maret 2015

Penyusun

(7)

v

HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

ABSTRAK ...xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 3

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II : KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori area dan Fokus yang Diteliti ... 6

1. Metode Eksperimen ... 6

2. Hakikat IPA ... 9

3. Belajar ... 11

4. Hasil Belajar ... 13

5. Tinjauan Materi ... 17

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 21

(8)

vi

BAB III : METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode Pembelajaran dan Desain Intervensi Tindakan ... 23

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 25

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 25

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 25

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapakan ... 27

G. Teknik Pengumpulan Data ... 27

H. Data dan Sumber Data ... 28

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 28

1. Tes Hasil Belajar ... 29

2. Pedoman Observasi ... 31

3. Wawancara ... 31

J. Kalibrasi Instrumen ... 31

1. Instrumen Tes ... 32

a. Uji Validitas ... 32

b. Uji Reliabilitas Soal Tes... 34

c. Uji Taraf Kesukaran ... 35

d. Daya Pembeda ... 37

2. Instrumen Non Tes ... 38

K. Teknik Pengolahan Data ... 39

1. Teknik Pengolahan Data Tes ... 39

2. Teknik Pengolahan Data Non Tes... 39

L. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 41

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I... 41

a. Tahap Perencanaan ... 41

b. Tahap Pelaksanaan ... 41

1. Pertemuan Pertama ... 41

2. Pertemuan Kedua ... 43

c. Pengamatan ... 44

1. Hasil Belajar Siklus I ... 44

2. Hasil Observasi Guru Siklus I ... 45

3. Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 47

d. Refleksi Siklus I ... 48

e. Keputusan ... 49

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 49

a. Tahap Perencanaan ... 49

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II ... 50

1. Pertemuan Ketiga ... 50

(9)

vii

d. Refleksi ... 56 e. Keputusan ... 57

B. Pembahasan hasil penelitian ... 57

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Tahapan Intervensi Tindakan ... 25

3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus I ... 29

3.3. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus II ... 30

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I ... 33

3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II ... 34

3.6. Kriteria Reliabilitas... 35

3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 35

3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II... 35

3.9. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I ... 36

3.10. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II ... 37

3.11. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I ... 38

3.12. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II ... 38

3.13. Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa ... 40

3.14. Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes ... 40

4.1. Data Hasil Belajar Tes Siklus I ... 48

4.2. Data Observasi Guru Pada Siklus I ... 45

4.3. Data Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 46

4.4. Tindakan Perbaikan Siklus I ... 47

4.5. Data Hasil Belajar Tes Siklus II ... 49

4.6. Data Observasi Guru Pada Siklus II ... 54

[image:10.595.122.511.192.623.2]
(11)
[image:11.595.111.517.184.589.2]

ix

Gambar Halaman

3.1. Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas... 24

4.1. Siswa saat melakukan eksperimen perpindahan panas secara radiasi ... 44

4.2. Suasana saat melakukan eksperimen... 47

4.3. Suasana proses pembelajaran ... 51

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Daftar Nilai Siswa Kelas VI Siklus I

2 Daftar Nilai Siswa Kelas VI Siklus II

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Pertemuan 1

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Pertemuan 2

5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Pertemuan 3

6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Pertemuan 4

7 Lembar Observasi Siswa Siklus I

8 Lembar Observasi Siswa Siklus II

9 Lembar Observasi Guru Siklus I

10 Lembar Observasi Guru Siklus II

11 Kisi-kisi Soal Siklus I

12 Kisi-kisi Soal Siklus II

13 Naskah Soal Siklus I

14 Naskah Soal Siklus II

15 Lampiran Bobot Nilai dengan Menggunakan Aplikasi Ana-test

(13)

xi

Kelas VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda Melalui Metode Eksperimen. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Mdrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda. Selain itu juga merubah pembelajaran IPA yang pada awalnya masih berpusat pada guru dan disajikan secara verbal menjadi pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan menggunakan metode eksperimen. Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI MI Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta Timur tahun pelajaran 2014/2015 dari bulan November sampai Desember 2014. Jumlah siswa yang diamati dalam penelitian ini berjumlah 23 siswa. Dari penelitian yang dilaksanakan menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa MI Ruhul Ulum. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 39,35 dengan persentase ketuntasan sebesar 8,70%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 68,48 dengan persentase ketuntasan sebesar 60,87%, ketuntasan belajar siklus I masih belum tercapai. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 80,65 dengan presentase ketuntasan sebesar 91,30%. Pada siklus II ini ketuntasan belajar telah tercapai dengan nilai KKM untuk konsep tersebut adalah 65. Aktifitas guru pada siklus I terkategori baik, dengan persentase 73,6%. Pada siklus II persentasenya meningkat menjadi 90% dengan kategori sangat baik. Aktifitas siswa meningkat dari kategori cukup pada siklus I dengan persentase 67,5 meningkat menjadi kategori sangat baik dengan persentase 90% pada siklus II.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan erat kaitannya dengan pembangunan dalam satu Negara.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah

pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang

bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang

dihadapinya.1 Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan manusia

menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun

sebagai warga masyarakat yang dapat berguna dalam pembangunan dimasa

depan. Perkembangan pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tantangan

zaman yang tidak dapat diramalkan, oleh karena itu pendidikan selalu dihadapkan

pada masalah-masalah baru.

Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, sehingga perlu

ada rumusan-rumusan terhadap masalah pendidikan yang dapat dijadikan

pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya. Salah satu masalah

yang sering luput dalam pendidikan adalah penerapan sebuah metode

pembelajaran inovatif di sekolah. Metode pembelajaran adalah seluruh

perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran

termasuk cara penilaian yang akan dilaksanakan.2 Metode pembelajaran

merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi

sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi

latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode

pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.3

1Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.1

2Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h.19.

(15)

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan

efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan

metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi

peserta didik.4 Pada kenyataanya guru saat ini telah menerapkan metode

pembelajaran pada setiap proses belajar mengajar, tetapi sering ditemui banyak

kesalahan penerapan dan pemilihan metode. Kesalahan tersebut berupa

ketidakcocokan metode pada materi pelajaran, sehingga siswa tidak mampu

memahami materi yang disampaikan oleh guru dan berakibat pada rendahnya

hasil belajar siswa.

Berdasarkan studi dokumen, wawancara dan obsevasi yang peneliti dapatkan

di Madrasah Ibtidaiyah Ruhul Ulum Kecamatan Jatinegara. Temuannya adalah

hasil belajar siswa pada materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar

Panas dari Berbagai Benda masih di bawah nilai KKM yaitu 59, Nilai KKM untuk

konsep tersebut adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara siswa kelas VI diketahui

hal tersebut disebabkan, siswa tidak mengalami langsung proses pembelajaran

tentang Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda. Pada materi

tersebut guru menyajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan textbook oriented, keterlibatan siswa sangat minim, karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal. Guru jarang

menggunakan media atau alat peraga pelajaran IPA serta tidak terbiasa untuk

melibatkan siswa dalam melakukan percobaan membandingkan sifat kemampuan

menghantar panas dari berbagai benda. Proses pembelajaran semacam ini bersifat

monoton yang dapat membuat siswa mudah mengalami kebosanan, sehingga

siswa menjadi pasif yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya hasil belajar

siswa.upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Salah satu alternatif metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan

memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah menggunakan metode

eksperimen. Metode Eksperimen menurut Djamarah adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

(16)

3

yang dipelajari.Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.5

Konsep Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai

Benda dalam mata pelajaran IPA merupakan salah satu konsep pelajaran yang

dapat dibelajarkan melalui metode eksperimen. Pada konsep ini guru tidak cukup

hanya dengan memberikan penjelasan langsung, tetapi siswa juga harus

melakukan praktek atau percobaan sifat kemampuan menghantar panas dengan

menggunakan benda yang biasa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai macam bahan yang bersifat konduktor

dan isolator. Bahan yang bersifat konduktor dapat menghantarkan panas dan

bahan yang bersifat isolator tidak dapat menghantarkan panas, dengan melakukan

percobaan sendiri siswa dapat memahami, membuktikan kebenaran konsep dan

dapat menarik kesimpulan dari metode tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tergerak untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI MATERI MEMBANDINGKAN SIFAT

KEMAMPUAN MENGHANTAR PANAS DARI BERBAGAI BENDA

MELALUI METODE EKSPERIMEN”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dalam

kegiatan pembelajaran.

2. Pembelajaran IPA di sajikan secara verbal, sehingga membuat siswa cepat

bosan dengan pembelajaran di kelas.

3. Guru masih mendominasi pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada

siswa untuk melakukan percobaan.

(17)

4. Hasil belajar siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan

menghantar panas dari berbagai benda belum memenuhi nilai KKM.

5. Guru kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif

bagi siswa.

Penelitian ini difokuskan terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep

membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi mengenai peningkatan hasil belajar IPA siswa pada konsep

membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda melalui

metode eksperimen. Hasil belajar yang dimaksud hanya pada ranah kognitif,

dengan tingkatan C1 sampai C3 (pengetahuan, pemahaman dan penerapan) sesuai

taksonomi Bloom.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Dari pembatasan fokus penelitian di atas, dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut : “Bagaimana penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat

kemampuan menghantar panas dari berbagai benda ?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA

siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari

berbagai benda di kelas VI MI. Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta Timur.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru dan

(18)

5

a. Bagi guru :

1) Menggunakan metode dan alat peraga yang tepat sesuai materi

pelajaran

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga

tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan

b. Bagi sekolah :

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam

rangka perbaikan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA pada siswa

kelas VI MI Ruhul Ulum

c. Bagi siswa :

1) Meningkatkan hasil belajar siswa

(19)

6 A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Metode Eksperimen

Menurut Roestiyah metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke

kelas dan dievaluasi oleh guru.1

Metode eksperimen menurut Djamarah metode eksperimen adalah cara

penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami

sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode

eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan

sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses

sesuatu.2

Kadang-kadang menurut Rusyan orang menangaburkan pengertian

eksperimen dengan kerja labolatorium, meskipun kedua pengertian ini

mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya.

Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis

tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu labalatorium, atau di luar

labolatorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,

karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode eksperimen

adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan

dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis

yang dipelajari.3

1Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2009), h. 136.

2Ibid. , h. 137

(20)

7

Menurut Schoenherr yang dikutip oleh Palendeng metode eksperimen adalah

metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu

memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan

kreatifitas secara optimal.siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri

kosep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam

kehidupannya.4

a) Kelebihan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mempunyai kelebihan sebagai berikut :5

1) Metode ini dapat membuat siswa lebih pecaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau

buku saja.

2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplolatoris tentang

sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan

3) Metode ini di dukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain :

a. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses kejadian

b. Siswa terhindar jauh dari verbalisme

c. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis

d. Mengembangkan sikap berfikir ilmiah

e. Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi

b) Kelemahan Metode Eksperimen

Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa

kelemahan sebagai berikut :6

1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan

bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah

2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan Karena

mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan

atau pengendalian.

4Trianto, op.cit., h. 138

(21)

3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan

bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan

alat bahan tertentu daru pada guru.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng meliputi tahap

tahap sebagai berikut :7

1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang

didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.

Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan

hasil pengamatan.

4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang

telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. siswa diharapkan

merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat

melaporkan hasilnya.

5) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya

diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan

konsep yang telah dipelajari.

6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Langkah-langkah penggunaan metode eksperimen yaitu :8

1. Tahap persiapan/perencanaan

a) Menetapkan tujuan eksperimen

b) Memberikan petunjuk dan menetapkan langkah-langkah pokok eksperimen

c) Mempersiapkan alat alat yang diperlukan untuk melakukan eksperimen

2. Tahap pelaksanaan eksperimen

a) Mengikutsetakan seluruh siswa dalam kegiatan pengamatan maupun

percobaan

7

Trianto, Op.cit., h. 138-139.

8

(22)

9

b) Tumbuh kembangkan sikap kritis melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi

tentang masalah yang diujicobakan.

c) Beri kesempatan setiap siswa untuk melakukan percobaan sehingga siswa

merasa yakin tentang kebenaran suatu proses

d) Buatlah penilaian dari kegiatan siswa dalam melakukan eksperimentersebut

mulai dari persiapan dan pada waktu pelaksanaan

3. Tahap tindak lanjut eksperimen

a) Pemberian tugas

b) Pembuatan laporan eksperimen

c) Penilaian laporan hasil eksperimen

Metode eksperimen adalah cara mengajar dengan cara siswa diajak untuk

melakukan serangkaian percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

sesuatu yang dipelajarinya secara teori. Metode ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengalami, melakukan sendiri, mengamati suatu subyek,

membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri dan mencari kebenaran.9

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa

untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa

mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.

Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,

memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.10

4. Hakikat IPA

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat di amati indera maupun

yang tidak dapat diamati indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat

fisika, pengertian IPA difahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah

ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.

Adapun Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum

9 Ibid. , h. 143

(23)

terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh

adanya kumpulan fakta, tetapi dengan adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.11

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, dan sikap ilmiah.

Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagi produk, dan sebagai

prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam mapun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai

produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam

sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau

dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodolog, atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim

disebut metode ilmiah (scientific method).12

Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami

IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana

mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk

menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik

dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini.

Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses

IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat

juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang.

Siswa tidak akan terampil (misanya untuk merumuskan masalah, mengajukan

pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, mengolah data dan

menarik kesimpulan) apabila tidak ada peluang untuk melakukannya sendiri

proses tersebut secara terus menerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di

dalam penerapannya, antara lain waktu yang terbatas dan banyaknya materi yang

harus dipelajari. Sehingga dalam pelaksanaan/latihannya untuk menghindari

kendala tersebut sangat dibutuhkan duatu pemodelan. 13

11Trianto,Op.cit., h. 136. 12Ibid., h. 137

(24)

11

5. Belajar

Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

Efektifitas kegiatan belajar tersebut tergantung pada tingkat kerumitan jenis

kehidupannya. Manusia sebagai makhluk unik, melakukan kegiatan belajar

dengan cara dan sistem yang unik pula.

Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada pembuat

rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran ateu sistem psikologi yang

dianutnya. Contohnya psikologi gaya berpendapat, bahwa belajar adalah metatih

daya-daya yang dimilki oleh manusia. Dengan latihan tersebut, akan terbentuk

dan berkembang berbagai daya yang berfungsi sebagaimana mestinya, seperti

daya ingat, daya pikir, daya rasa, dan sebagainya. Pandangan batu menyatakan

bahwa belajar suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan

pengalaman.14

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan

alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara

konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah berserak di alam,

tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan

kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.15

Gage mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme berubah

perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear

mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran membaca dan

meniru. Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar

14Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 106.

(25)

merupakan perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat

melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.16

Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan

peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata

hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata

respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental

yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,

mengingat dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah

adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh tingkah laku persepsi

serta pemahamannya tentang situasi yang bertujuan langsung dengan tujuan

belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak

selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori kognitif menekankan

belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses

berfikir yang sangat kompleks.17

Piaget juga meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui

serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Dalam hal ini

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap, yaitu :

tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun), tahap pra-operasional

(usia 2 sampai 7 tahun), tahap kongkret operasional (7 sampai 11 tahun), dan

tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas). 18

Menurut Piaget, perkembangan dari masing-masing tahap tersebut merupakan

hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa

menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian

perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selulu tetap tidak melompat atau

mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena takanan biologis untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur

berfikir. Dari sudut biologis, Piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari

16Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), h. 98.

17Agus Suprijono, cooperative learning (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), h. 22.

(26)

13

dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah,

sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal ini sama juga terjadi pada sistem kognisi di

mana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh

factor-faktor lingkungan.19

Teori Gestalt memandang bahwa proses kognitif yang berupa insight

(pemahaman/wawasan) merupakan ciri asasi dari respon manusia yang diberikan

dalam menanggapi lingkungan betapapun sederhananya. Insight itu sendiri timbul

secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan sesuatu, atau memecahkan

masalah. Dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman

mempelajari suatu mata pelajaran tidak hanya dengan mempelajari jawaban soal,

tetapi yang penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil

atau jawaban menjadi tepat.20

6. Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan

hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat

evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan

karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada

berbagai bidang termasuk pendidikan.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah

perolehan yang didapat karena adannya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk

hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan

dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar

19Ibid., h. 102

(27)

mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya disbanding

sebelumnya.21

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar

berupa :22

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

5) Sikap adalah kemapuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru dan

evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi

initiatory, pre-routine, dan rountinized.23

Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kofnitif menjadi tujuan

utama, yang menjadi tujuan utama pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU

pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif.

Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom

(28)

15

(1956) yang diurutkan secara hierarki pyramidal. Sistem klasifikasi bloom itu

dapat digambarkan sebagai berikut :

Keenam aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih).

Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.24

a) Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom. Sering

kali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta,

atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengertiatau dapat

menggunakannya.25

b) Pemahaman, kemampuan ini mendapat penekanan dalam proses belajar

mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan,

mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya

tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.26

c) Penerapan, dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide

umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori

dalam situasi baru dan konkret.27

d) Analisis, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsure-unsur atau

komponen-komponen pembentuknya.28

24Daryanto, evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 101-102. 25Ibid., h. 103

(29)

e) Sintesis, pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu

yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.29

f) Penilaian, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat

mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu

kriteria tertentu.30

Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima

jenis kategori yang menurut W. Gulo (2002: 66) yaitu:

1. Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah,

situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa

digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti,

meminati, memberi, dan sebagainya.

2. Tanggapan, berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau

merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.

Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek

tanggapan adalah mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan

sebagainya.

3. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

stimulus tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk

mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan,

meyakinkan, dan sebagainya.

4. Pengelolaan, meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai.

Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek

pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk

pendapat, dan sebagainya.

5. Penghayatan (karakterisasi), keterpaduan semua sistem nilai yang telah

dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

29Ibid., h. 112

(30)

17

Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek

penghayatan adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan

sebagainya.

Pada ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih

dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik,

manipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular. Maka, kata operasional

yang dapat dipakai adalah :31

1. Keterampilan motorik : memperlihatkan gerak, menunjukan hasil (pekerjaan

tangan), menggerakkan, menampilkan, me;ompat, dan sebagainya.

2. Manipulasi benda-benda : menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser,

mereparasi dan sebagainya.

3. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan

sebagainya.

Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang

direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pengajaran. Sedang

hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk

dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran

matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar

guru.32

5. Tinjauan Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda

Materi yang akan di sampai dalam penelitian ini difokuskan pada mata

pelajaran IPA kelas VI semester I di MI Ruhul Ulum Jatinegara dengan Standar

Kompetensi “Memahami saling berhubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaannya” dan Kompetensi Dasar “Membandingkan sifat kemampuan

menghantarkan panas dari berbagai benda”.

Pada konsep ini siswa akan melakukan praktek atau percobaan sifat

kemampuan menghantar panas dengan menggunakan benda yang biasa mereka

31 Ibid., h. 123-124

(31)

jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai

macam bahan yang bersifat konduktor dan isolator .

a) Konduktor

Koduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan panas. Contohnya, alumunium

dan besi.

b) Isolator

Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan panas. Contohnya, kayu

dan plastik.

Dalam penggunaan metode eksperimen pada konsep Membandingkan Sifat

Kemampuan Menghantar Panas dari Bebagai benda, siswa juga dapat memahami

perpindahan energi panas serta dapat memberikan contoh perpindahan energi

panas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Energi panas dapat berpindah

melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

a. Konduksi

Konduksi adalah peristiwa perpindahan panas melalui zat perantara tanpa disertai

perpindahan zat perantaranya. Misalnya, sebuah sendok logam dicelupkan ke

dalam segelas air panas. Setelah beberapa saat, ujung sendok yang tidak tercelup

menjadi terasa panas. Hal ini karena panas dari air mengalir sepanjang sendok

logam.

b. Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas disertai perpindahan zat perantaranya.

Contohnya es batu yang mencair dalam air panas. Panas dari air berpindah ke es

batu dan panas tersebut menyebabkan es batu meleleh.

c. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Contohnya ketika matahari

bersinar di siang hari, kita merasa gerah. Padahal kita berada jauh dari matahari.

Hal ini terjadi bahwa telah terjadi perpindahan panas.

(32)

19

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam dunia pendidikan, penelitian tentang penggunaan metode eksperimen

pada pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya :

1) Penelitian yang dilakukan olehMasitoh, yang berjudul “Penggunaan Metode EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep

Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.

Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan. KKM yang

telah ditetapkan adalah 70. Hasil belajar pada siklus I rata-rata 67 dan

ketuntasan siswa mencapai 65%, hasil belajar pada siklus II meningkat 86 dan

ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dari jumlah siswa. Dari hasil

penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada konsep gerak benda dan

perubahannya.33

2) Penelitian yang dilakukan olehMaspupah, yang berjudul “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Kelas

V di MIS. Anwarul Hidayah”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga putaran. Tiap siklus terdiri dari empat tahap

yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Dari hasil

analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I sampai siklus III yaitu siklus I 66,7%, siklus II 76,19%, siklus III

90,48%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode

eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas V

serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.34

33Masitoh, “Penggunaan Metode EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. iv, tidak dipublikasikan.

(33)

3) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di

Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus

terdiri perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. KKM yang ditetapkan adalah

65 dan target yang diharapkan adalah 75%. Pada siklus satu nilai rata-rata 72,5

dan ketuntasan siswa mencapai 60%, hasil belajar siswa pada siklus dua

menjadi 81,25 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari jumlah siswa.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen pada

materi energi dan perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.35

4) Penelitian yang dilakukan oleh Immaratul Izzah, yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus.

Rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 61,81 sedangkan pada siklus II

sebesar 66,63 dan siklus III sebesar 85,72, rata-rata presentase aktivitas siswa

pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II adalah 77,27 sedangkan pada

siklus III adalah 85,72%. Hal ini menunjukan aktivitas siswa meningkat. Dengan

demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energy dan

perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.36

5) Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyanih, yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui Metode

Eksperimen” Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK. PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran

IPA yang sangat rendah. Di dapatkan dari 35 siswa kelas V MI Darul

Muttaqin hanya 57% yang mencapai KKM 65 atau hanya 20 dari 35 siswa.

PTK ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

35 Nurhasanah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. i, tidak dipublikasikan.

(34)

21

pengamatan dan refleksi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan mencatat hal-hal

penting yang terjadi dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA khusunya

materi cahaya pada siklus I terdapat 24 siswa atau 68,58% telah mengalami

peningkatan hasil belajar mencapai KKM. Pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 8,56% yaitu 27 siswa atau 77,14% siswa telah mencapai

KKM. Dengan demikian dari hasil analisa peneliti, bahwa pembelajaran

dengan menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA konsep

cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.37

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru masih mendominasi proses belajar mengajar dan tidak

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cepat bosan dan

tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru dituntut untuk dapat

37 Sri Mulayanih, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui Metode Eksperimen”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. i, tidak dipublikasikan.

Kondisi awal : Guru mendominasi proses belajar , siswa pasif

Tindakan

Kondisi Akhir

Hasil belajar siswa rendah

Siklus I : Melakukan percobaan

Siklus II : Siswa Melakukan Percobaan

Diduga melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda

Guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran materi Membandingkan

Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari

Berbagai Benda Guru belum

(35)

merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik

siswa sekolah dasar. Upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses

pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai

macam cara, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat

dalam mengajarkan satu konsep.

Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada

perorangan atau kelompok untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan.

Kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan metode eksperimen

pembelajaran lebih berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara aktif.

Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadi kurang menarik dan membosankan.

Hal ini berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal.

Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen melibatkan siswa secara

aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melatih

melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk

menentukan fakta, menggumpulkan data, dan memecahkan masalah yang

dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen siswa tidak menerima begitu saja

sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah

informasi dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dengan

eksperimen yang dilakukan. Jadi, penggunaan metode eksperimen diduga dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa serta dapat mengembangkan kreativitas

siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat

(36)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di MI Ruhul Ulum yang beralamat di Jl. Kebon

Nanas Utara I/7 Cipinang Cempedak Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur.

Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2015,semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah

callaboration classroom action research, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas.1 Penelitian

ini berlangsung secara siklus, setiap siklus meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan

pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen, pelaksanaan pembelajaran

IPA menggunakan metode eksperimen, pengamatan selama pembelajaran

berlangsung dan refleksi. Penelitian terdiri atas beberapa siklus tergantung dari

permasalahan atau hambatan yang ditemukan selama penelitian. Apabila kriteria

keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada

siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai

yaitu kelas mencapai ketuntasan belajar 90% dengan nilai KKM setiap siswa 65.

Dalam PTK tersedia model-model yang dapat dijadikan acuan dalam

membuat desain PTK. Dua model diantaranya adalah pertama, model Kurt Lewin

yang sering dijadikan acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian

tindakan (action research), terutama PTK. Kedua model Kemmis dan & Taggart, yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt

Lewin.2

(37)

Desain intervensi tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini adalah

model Kemmis dan Taggart. Berikut gambar desain intervensi pada penelitian

tindakan kelas ini:.3

[image:37.595.110.516.171.667.2]

Gambar 3.1 Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas

Secara utuh, tindakan yang diterapakan dalam penelitian tindakan kelas

seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut :4

1. Tahap perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, dimana, oleh

siapa, bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2. Tahap pelaksanaan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam

kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Tahap pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.

4. Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

terjadi.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali

(38)

25

kegiatan semula. Satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai

dengan refleksi. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan

tunggal, tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu

dalam bentuk siklus.

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI. Ruhul Ulum sebanyak 23

orang siswa semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Penerapan penelitian tindakan di dalam dunia pendidikan terutama di kelas,

memposisikan guru sebagai peneliti yang berkolaborasi dan melaksanakan

penelitian bersama rekan-rekannya.5 Dalam Penelitian ini, peneliti berkolaborasi

dengan teman sejawat di MI Ruhul Ulum dan bertindak sebagai pengajar (guru).

Selain sebagai pengajar (guru), peneliti juga bertindak pelaksana penelitian.

Teman sejawat berperan sebagai observer selama proses pembelajaran

berlangsung.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap intervensi tidankan yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian

[image:38.595.115.517.304.750.2]

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan Keterangan

Penelitian Pendahuluaan

Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut:

Observasi kegiatan

pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapakan guru terbatas

pada ceramah dan textbook oriented

(39)

Wawancara dengan guru

IPA kelas VI

Hasil belajar IPA siswa kelas VI pada materi

membandingkan sifat kemampuan menghantar panas

dari berbagai benda, masih belum mencapai KKM

yang ditetapkan yaitu 65.

Wawancara dengan siswa

Dalam pembelajaran IPA materi membandingkan

sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai

benda, siswa hanya melakukan kegiatan mencatat,

mendengar, menghafal dan tidak dilibatkan dalam

melakukan percobaan sehingga dalam proses

pembelajaran siswa menjadi pasif dan mengalami

kebosanan.

Diagnosa Metode eksperimen dapat diterapkan untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi

membandingkan sifat kemampuan menghantar panas

dari berbagai benda.

Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Tahap Perencanaan 1. Menyusun perangkat pembelajaran yang akan

diterapkan dalam pembelajaran pada materi

membandingkan sifat kemampuan menghantar

panas dari berbagai benda dengan metode

eksperimen

2.Membuat lembar kerja siswa

3.Membuat lembar observasi guru dan siswa dalam

proses pembelajaran

4.Membuat instrument tes

5.Melakukan uji coba instrumen

6.Melakukan uji validitas, reliabilitas menggunakan

Software Anates

7.Menyiapkan sumber belajar

(40)

27

perangkat pembelajaran yang akan diterapkan

dalam pembelajaran pada materi membandingkan

sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai

benda dengan metode eksperimen

Pengamatan Melaksanakan pretest, melaksanakan postest dan

penilaian LKS

Refleksi Mengolah data, refleksi untuk siklus II

Siklus II

Penulisan Laporan Penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Melalui PTK guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas

berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung yang nyata dipandu dengan

perluasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoritik praktis pembelajaran.6

Dengan langkah-langkah berupa siklus yang diambil dalam penelitian ini,harapan

intervensi tindakan adalah peningkatan hasil balajar IPA siswa melalui penerapan

metode eksperimen dalam pembelajaran IPA pada materi Membandingkan Sifat

Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda yaitu kelas mencapai

ketuntasan belajar 90% dengan nilai KKM setiap siswa 65.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang diperoleh dari pretest dan posttest dengan menggunakan soal pilihan ganda, Sedangkan data untuk menilai proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui lembar

observasi. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan

untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

(41)

yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.7

Dalam penelitian ini data observasi aktivitas siswa digunakan untuk menganalisis

keterlaksanaan metode eksperimen yang diterapkan, sedangkan data obvservasi

aktivitas guru untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembalajaran

dengan menerapkan metode eksperimen.

H. Data dan Sumber Data

Jenis data antara lain data kualitatif dan data kuantitatif. Berikut penjelasannya.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diujudkan dalam kata keadaan atau kata

sifat. Data kualitatif ini data berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik

berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.8

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka9. Data yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh dari pretest dan

posttes serta pedoman observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Penilaian terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar

memerlukan sumber informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari

yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.10 Sumber data pada penelitian ini

adalah siswa kelas VI MI Ruhul Ulum dan peneliti.

I. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

7Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.84

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Satu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet.14,h. 20

9

Ibid, h. 27

10

(42)

29

1. Tes Hasil Belajar

Untuk mengevaluasi hasil belajar digunakan tes tertulis yang berbentuk

pilihan berganda yang berjumlah 20 soal, dengan karakteristik soal hasil

belajar. Tes hasil belajar ini dilaksanakan sebelum dan setelah

pembelajaran pada setiap siklus. Kisi-kisi istrumen yang digunakan dapat

[image:42.595.111.517.100.738.2]

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus I

Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Aspek Hasil Belajar dan Nomor Soal

Soal Siklus

C1 C2 C3

Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda Menjelaskan bahwa panas dapat dihantarkan 3*, 6, 28* 2, 26, 20*

17 7

Siklus I Menjelaskan perpindahan panas secara konveksi, radiasi, konduksi 10, 23 14, 12*, 8, 24, 9

16 8

Menjelaskan pengertian konduktor dan isolator panas 4*, 30, 1 7, 11, 5, 27* 7 Menyebutkan contoh konduktor dan isolator panas

18, 25, 21*, 29 22*, 19 15,

13* 8,

Jumlah Soal 12 14 4 30

(43)
[image:43.595.115.513.217.720.2]

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus II Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Aspek Hasil Belajar dan Nomor Soal ∑

Soal Siklus

C1 C2 C3

Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda Mengidentifikasi benda-benda yang termasuk konduktor panas 29, 11, 1*, 3 7, 21* 22*,

25 8

Siklus II Mengidentifikasi benda-benda yang termasuk isolator panas 10, 12*, 2, 26, 9,

4* 8 7

Mengidentifikasi peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan konduktor 14*, 15, 17*, 18 28, 20 23,

24 8

Mengidentifikasi peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan isolator 13*, 16, 6, 5, 30

19 27 7

Jumlah Soal 17 7 6 30

(44)

31

2. Pedoman Observasi

Observasi digunakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan

terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan

pandangan dan pikiran serta bersifat responsif.11 Pedoman observasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk melihat siswa

ketika proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen berlangsung

dan pedoman observasi kegiatan guru ketika dalam menerapkan metode

eksperimen.

3. Wawancara

Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja wawancara adalah suatu cara untuk

mengetahui situasi di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.12

Wawancara dilakukan kepada siswa sebelum dilaksanakannya penelitian untuk

mengetahui permasalahan awal yang terjadi di MI Ruhul Ulum Jatinegara yaitu

rendahnya hasil belajar siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan

menghantar panas dari berbagai benda karena siswa hanya melakukan kegiatan

duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal.

J. Kalibrasi Instrumen

Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini yaitu instrumen tes yang

berupa hasil belajar dan nontes berupa pedoman observasi. Sebelum instrumen tes

digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yakni

orang-orang diluar sampel yang telah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi persyaratan

kelayakan instrumen, sedangkan pada instrumen nontes terlebih dahulu

didiskusikan kepada teman sejawat yang akan menjadi observer agar setiap segi

yang diamati dapat dipahami dan mengetahui bagaimana cara mengisinya.

11Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), h. 73

(45)

1. Instrumen Tes

Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal

yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh

informasi tentang kejelekan soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.13

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa

pilihan ganda. Pengujian instrumen tes ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui

pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini harus melalui pengujian. Berikut ini adalah pengujian yang perlu

dilakukan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi dalam instrumen

penelitian.

a. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.14 Dalam penelitian ini digunakan validitas

isi (content validity) yaitu suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat pengusaaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya

dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.15

Jika skor butir dikotomi (0,1) maka untuk menghitung koefisien korelasi

antara skor butir dan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi Point

Biserial (rpbi) yang menggunakan rumus : 16

rpbi

q pi S

X Xi

t t

 

13 Daryanto, evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 179.

14Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV. Alfabeta, 2012), h. 121

15Ali Hamzah, Evaaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2014), h. 216

(46)

33

Keterangan :

rpbi = angka indeks korelasi point biserial

Xi = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar

Xt = mean dari skor total

St = standar deviasi total

Pi = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item

q = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan

dengan rtabel product moment dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi

≥ rtabel maka soal tersebut tidak valid. Perhitungan validitas soal dalam penelitian

ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. hasil uji coba validitas instrument tes dapat dilihat apda tabel berikut ini :

Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada awalnya berjumlah 30 soal,

namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus

[image:46.595.108.516.120.676.2]

I yaitu 21 soal.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I Statistik

Jumlah Soal 30

Jumlah Siswa

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG KONSEP PERUBAHAN SIFAT BENDA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jelegong

Jadi yang dimaksud dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Kompetensi Dasar Mengenal Alat-Alat Penghasil Energi melalui Media Benda Konkrit pada Siswa Kelas 2 Semester 2 MI Ma’arif