• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Antiinflamasi Jus Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) Terhadap Tikus Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efek Antiinflamasi Jus Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) Terhadap Tikus Jantan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Lampiran 4.Gambar Buah Segar dan Simplisia Belimbing Manis

Gambar.Buah segar belimbing manis

(5)

Lampiran 5.Gambar Mikroskopik Serbuk Simplisia

Gambar.Mikroskopik serbuk simplisia perbesaran 10 x 40 Keterangan :

1. Berkas pengangkut

2. Parenkim

3. Endosperm berisi butir pati

4. Kristal kalsium oksalat bentuk druse 5. Epidermis

6. Serabut

1

7 6

5 4 2

(6)

Lampiran 6.Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 1. Perhitungan penetapan kadar air

% Kadar Air = volume air (ml )

berat sampel (g)× 100%

a. Berat sampel = 5,089 g Volume air = 0,4 ml % Kadar air = 0,4 ml

5,089 g× 100% = 7,86%

b. Berat sampel = 5,004 g Volume air = 0,4 ml % Kadar air = 0,4 ml

5,004 g× 100% = 7,99%

c. Berat sampel = 5,116 g Volume air = 0,4 ml % Kadar air = 0,4 ml

5,116 g× 100% = 7,81%

% Rata-rata kadar air = 7,86% + 7,99% + 7,81% = 7,88%

(7)

Lampiran 6.Lanjutan

2. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam air % Kadar Sari Larut dalam Air = berat sari (g)

berat sampel (g)× 100

20 × 100%

a. Berat sampel = 5,100 g Berat sari = 0,237 g % Kadar sari larut dalam air = 0,237

5,100× 100

20 × 100% = 23,23%

b. Berat sampel = 5,026 g Berat sari = 0,203 g % Kadar sari larut dalam air = 0,203

5,026× 100

20 × 100% = 20,19%

c. Berat sampel = 5,020 g Berat sari = 0,218 g % Kadar sari larut dalam air = 0,218

5,020× 100

20 × 100% = 21,71%

% Rata-rata kadar sari larut dalam air = 23,23% + 20,19% + 21,71% = 21,71%

(8)

Lampiran 6. Lanjutan

3. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam etanol % Kadar Sari Larut dalam Etanol = berat sari (g)

berat sampel (g)× 100

20 × 100%

a. Berat sampel = 5,101 g Berat sari = 0,131 g % Kadar sari larut dalam etanol = 0,131

5,101× 100

20 × 100% = 12,84%

b. Berat sampel = 5,007 g Berat sari = 0,1 g % Kadar sari larut dalam etanol = 0,1

5,007× 100

20 × 100% = 9,98%

c. Berat sampel = 5,057 g Berat sari = 0,161 g % Kadar sari larut dalam etanol = 0,161

5,057× 100

20 × 100% = 15,91%

% Rata-rata kadar sari larut dalam etanol = 12,84% + 9,98% + 15,91% 3

(9)

Lampiran 6. Lanjutan

4. Perhitungan penetapan kadar abu total % Kadar Abu Total = berat abu (g)

berat sampel (g)× 100%

a. Berat sampel = 2,0003 g Berat Abu = 0,0719 g % Kadar abu total = 0,0719

2,0003 × 100% = 3,59%

b. Berat sampel = 2,0003 g Berat Abu = 0,0737 g % Kadar abu total = 0,0737

2,0003 × 100% = 3,68%

c. Berat sampel = 2,0003 g Berat Abu = 0,0760 g % Kadar abu total = 0,0760

2,0003 × 100% = 3,79%

% Rata-rata kadar abu total = 3,59% + 3,68% + 3,79% = 3,68%

(10)

Lampiran 6. Lanjutan

5. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam % Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = berat abu (g)

berat sampel (g)× 100%

a. Berat sampel = 2,0003 g Berat Abu = 0,0030 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0030

2,0003 × 100% = 0,15%

b. Berat sampel = 2,0003 g Berat Abu = 0,0025 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0025

2,0003 × 100% = 0,12%

c. Berat sampel = 2,0003 g Berat Abu = 0,0025 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0025

2,0003 × 100% = 0,13%

% Rata-rata kadar abu tidak larut dalam asam = 0,15% + 0,12% + 0,13%

3

(11)

Lampiran 7.Bagan Kerja Penelitian

dicuci bersih, dipotong dagingnya sesuai ukuran pembuatan simplisia

ditimbang sebagai berat basah dikeringkan di lemari pengering pada suhu 400C

Karakterisasi Simplisia Skrining Fitokimia Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan mikroskopik

Penetapan kadar air

Penetapan kadar sari yang larut dalam air Penetapan kadar sari yang

larut dalam etanol

Penetapan kadar abu total

(12)

Lampiran 7.Lanjutan

Bagan Pembuatan Jus Buah Belimbing Manis

dicuci bersih, dipotong bagian ujung buahnya dan

ditimbang beratnya 8kg

dihaluskan menggunakan juicer tanpa ditambah air

dibekukan dalam freezer dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer ditimbang beratnya = 25 g

dilakukan uji efek antiinflamasi jus buah belimbing manis

Buah Belimbing Manis

Jus buah

Jus buah kering

(13)

Lampiran 8.Gambar Hewan Percobaan

Telapak kaki tikus sebelum diinduksi karagenan

(14)

Lampiran 9.Contoh Perhitungan Dosis Kontrol positif (natrium diklofenak)

Tiap tablet natrium diklofenak mengandung 50 mg natrium diklofenak Dosis pemakaian untuk manusia 25-50 mg

Konversi dari manusia (70 kg) untuk tikus 200 g = 0,018

Pemberian larutan natrium diklofenak

Konversi dosis untuk tikus = 50 mg x 0,018 = 0,90 mg

Maka dosis natrium diklofenak yang digunakan 0,90 mg untuk tikus 200 g, sehingga dosis dalam mg/kg bb adalah :

o,90 mg 200 g =

x 1 kg

x = 0,90 mg

200 g x 1000 g x = 4,5 mg/kg bb

Bahan uji (jus buah belimbing manis)

(15)

Lampiran 10.Contoh Perhitungan Persen Radang Dan Persen Inhibisi Radang 1. Persen Radang

Persen radang = Vt - Vo

Vo x 100%

Dimana :Vt = Volume udem kaki pada waktu t Vo = Volume awal kaki tikus

Misalnya : Jus buah belimbing manis dosis 125 mg/kg BB pada menit ke-30 Diketahui : Vt =4,99

Vo = 3,41

Persen Radang = 4,99 - 3,41

3,41 x 100% =46,33% 2. Persen Inhibisi Radang

Persen inhibisi radang = a - b

a x 100%

Dimana : a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol

b = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan yang mendapat bahan uji atau obat pembanding

Misalnya : Jus buah belimbing manis dosis 250 mg/kg BB pada menit ke-30 Diketahui : a = 51,25%

b = 33,25%

Persen Radang = 51,25 - 33,25

(16)

Lampiran 11.Tabel Konversi

(17)
(18)
(19)

Na-Diklofenak4,5m

g

5 29.4420 .27707 .12391 29.0980 29.7860 29.22 29.88

Total 25 53.1640 21.88886 4.37777 44.1287 62.1993 29.22 92.41

Menit Ke-330

Na-CMC 0,5% 5 80.3680 5.15734 2.30643 73.9643 86.7717 76.30 89.24

JBBM 125 mg 5 68.6420 3.61850 1.61824 64.1490 73.1350 63.64 73.87

JBBM 250 mg 5 45.5460 4.15224 1.85694 40.3903 50.7017 38.53 48.92

JBBM 500 mg 5 29.1620 .62367 .27892 28.3876 29.9364 28.06 29.57

Na-Diklofenak4,5m

g

5 26.4960 .70808 .31666 25.6168 27.3752 25.67 27.44

Total 25 50.0428 21.99663 4.39933 40.9630 59.1226 25.67 89.24

Menit Ke-360

Na-CMC 0,5% 5 76.5800 5.67728 2.53896 69.5307 83.6293 72.25 86.39

JBBM 125 mg 5 64.8160 3.38124 1.51214 60.6176 69.0144 60.12 69.67

JBBM 250 mg 5 43.8020 4.38866 1.96267 38.3528 49.2512 36.70 47.99

JBBM 500 mg 5 27.2280 .54145 .24214 26.5557 27.9003 26.27 27.58

Na-Diklofenak4,5m

g

5 24.6840 1.19169 .53294 23.2043 26.1637 22.89 25.98

(20)
(21)
(22)

Lampiran 14.Hasil uji Tukey Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Menit ke-60

(23)

Lampiran 14. Lanjutan

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Menit ke-120

(24)

Lampiran 14. Lanjutan

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Menitke-180

Na-Diklofenak4,5 mg 5 44.2540 JBBM 500 mg 5 46.4640

JBBM 250 mg 5 54.2380

JBBM 125 mg 5 78.1440

Na-CMC 0,5% 5 86.2600

Sig. .689 1.000 1.000 1.000

(25)

Lampiran 14. Lanjutan

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Menit ke-240

(26)

Lampiran 14. Lanjutan

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Menit ke-300

(27)

Lampiran 14. Lanjutan

Na-Diklofenak4,5 mg 5 26.4960 JBBM 500 mg 5 29.1620

JBBM 250 mg 5 45.5460

JBBM 125 mg 5 68.6420

Na-CMC 0,5% 5 80.3680

Sig. .729 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Menit ke-360

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Y., dan Andriani, Y. (2006). Khasiat Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Eska Media. Halaman 34-35.

British Pharmacopoeia.(2009).British Pharmacopoeia.Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).Halaman 6488.

Christianie, M., Setiati, S., Trisna, Y., dan Andrajati, R. (2008). Kejadian Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki yang Menyebabkan Pasien Usia Lanjut Dirawat di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Instalansi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Majalah Ilmu Kefarmasian. 5(3): 138-149

Depkes RI. (1986). Sediaan Galenika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 8-11.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 299-306, 321-322, 325, 333-337.

Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 39-40.

Ditjen POM RI.(2000).Parameter Standar umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11.

Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science.Volume 55. Halaman 262-264.

Guyton dan Hall.(1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. Jakarta: EGC. Halaman 455.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokima Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi I. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB. Halaman 152.

Himawan, S. (1994).Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 51-52.

Juheini, F.W., Mariana. Y., dan Rusmawan, I. (1990). Efek Antiinflamasi Jahe (Zingiber officinale. Rosc) Terhadap Radang Buatan Pada Tikus Putih.Majalah Farmakologi dan Terapi Indonesia 7(1). Jakarta: Halaman 9-13.

(29)

Lumbanraja, L.B. (2009). Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.)Terhadap Radang Pada Tikus.Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Muhlisah, F. (1999).Temu-temuan dan Empon-Empon Budi Daya dan Manfaatnya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 73-76.

Mycek, M.J. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika. Halaman 404, 406.

Nugroho, E.A. (2012). Farmakologi Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 168-169.

Price, S.A dan Wilson, L.M. (2005).Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.Edisi 4.Jakarta : EGC. Halaman 35-50.

Ramadhani, R. (2014). Jus Buah Populer. Cetakan I. Jakarta: Kawan Pustaka. Halaman 7.

Robbins, S.L., Kumar, V., dan Cotran, R.S. (2007). Buku Ajar Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 7(1): 35-37, 50-53.

Robinson T.(1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Halaman 191-193.

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edisi 6. USA: Pharmaceutical Press. Halaman 623.

Sa’roni, danDzulkarnain, B. (1989).Penelitian efek antiinflamasi batang brotowali, daun kejibeling dan rimpang kunyit pada tikus putih. Majalah Farmakologi danTerapi Indonesia 6 (3). Halaman 63-65.

Shadine, M. (2010).Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan Jantung. Cetakan I. Jakarta: Keenbooks. Halaman 57.

Stringer, J.L. (2001).Basic Concept in Pharmacology a Student's Survival Guide. Edisi II. Canada: McGraw-Hill Companies. Halaman 251-252.

(30)

Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting (Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Samping). Edisi VI. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 327-330.

Wilmana, P.F. (1995). Analgesik Antipiretik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai.Dalam:Ganiswara, S.G. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Gaya Baru. Halaman 207, 218.

Wijayakusuma, H., dan Dalimartha, S. (2000). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Cetakan VI. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 13,42-43.

Winter, C.A., Risley, E.A., dan Nuss, G.W. (1962). Carrageenin-Induced Oedema In The Hind Paw of The Rat As an Assay To Antiinflammatory Drugs. Proc Soc Exp Biol Med. 111:544-547.

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Tahap penelitian meliputi penyiapan sampel, pengambilan buah,penyiapan hewan percobaan, karakteristik simplisia, skrining fitokimia, pembuatan jus buah belimbing manis dan pengujian efek antiinflamasi terhadap tikus jantan. Dasar metode ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki belakang tikus menggunakan karagenan 1%.Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey.Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

(32)

karboksi metil selulosa (CMC), λ-karagenan, larutan natrium klorida 0,9%, Pb (II)

asetat, besi (III) klorida P, merkuri (II) klorida, kalium iodida, iodium, α-naftol, asam nitrat, bismut nitrat, eter, kloroform, isopropanol, metanol, natrium sulfat anhidrat, etil asetat, serbuk magnesium, serbuk seng, asam klorida P, eter, asam sulfat P, dan air suling.

3.1.3 Hewan yang digunakan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan 150-200 g.

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampelmeliputi pengambilan buah, identifikasi buah, dan pembuatan simplisia.

3.2.1Pengambilan buah

Pengumpulan buah dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan bahan yang sama dari daerah lain. Umur bahan yang diambil tidak diperhitungkan.Bahan yang digunakan adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) yang diperoleh dari Pasar Tradisonal Pajak Sore, Jl.Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi buah

(33)

3.2.3 Pembuatan simplisia

Buah belimbing manisdicuci hingga bersih kemudian ditiriskan, dirajang tipis dan ditimbang, diperoleh berat basah 2 kg. Selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu ± 40oC.Setelah kering diblender menjadi serbuk, ditimbang lalu dimasukkan kedalam wadah botol plastik bertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar.Hasil yang diperoleh digunakan untuk skrining fitokimia.

3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.3.1 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.2Pereaksi Dragendroff

Sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan dalam 50 ml air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan air suling hingga volume larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

(34)

3.3.4Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.5 Pereaksi Lieberman-Bourchard

Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 95%.Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan (Depkes RI, 1995).

3.3.6 Pereaksi besi (III) klorida 1% b/v

Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.7 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.8 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.9 Pereaksi asam klorida 2 N

Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.10 Pereaksi asam sulfat 2 N

(35)

3.4 Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam (Depkes RI, 1995).

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari buah belimbing manis.

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluen). Alat meliputi labu alas bulat 500 ml, alat penampung, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, pendingin, tabung penyambung, pemanas.

Cara kerja:

a. Penjenuhan toluen

(36)

b. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu yang berisi toluen jenuh tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit.Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik.Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995).

3.4.4 Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian di biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang

larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol

(37)

cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 ml filtrat hingga kering dengan cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.4.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam kurs porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.4.7Penetapan kadar abu yang tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.5Skrining Fitokimia

(38)

didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat.

Pada tabung I:ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning

Pada tabung II: ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.

Pada tabung III: ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akanterbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman.

Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga dari percobaan di atas (Depkes RI, 1995).

3.5.2 Pemeriksaan flavonoid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 10 g, ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

3.5.3 Pemeriksaan saponin

(39)

3.5.4 Pemeriksaan glikosida

Sebanyak 3 g serbuk simplisia ditimbang, disari dengan 30 ml campuran dari 7 bagian etanol 95% dengan 3 bagian air suling (7:3) dan 10 ml asam klorida 2N. Kemudiaan direfluks selama 10 menit, didinginkan, lalu disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3), perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali.Sari air dikumpulkan dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat, disaring, kemudiaan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 500C, sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan perekasi Molish, lalu ditambahkan dengan perlahan-lahan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (glikon) atau glikosida (Depkes RI, 1995).

3.5.5Pemeriksaan tanin

(40)

sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Lieberman-burchard), timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).

3.6Pembuatan Jus Buah Belimbing Manis

Pembuatan jus buah belimbing yang dipilih adalah buah belimbing manisyang masih baik, tidak cacat karena pembusukan dan seragam tingkat kematangannya. Pemilihan ini penting agar didapat hasil yang baik.Belimbing selanjutnya dicuci dengan air sampai bersih kemudian ditiriskan. Buah kemudian dipotong kecil dan ditimbang sebanyak 8 kg yang dihaluskan menggunakan juicer tanpa ditambahkan pelarut, kemudian hasil sari jus tersebut di freeze dryer.Hasil yang diperoleh digunakan untuk uji antiinflamasi.

3.7 Penyiapan Bahan Uji, Kontrol dan Obat Pembanding

Jus buah belimbing manis dengan dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb (bahan uji), suspensi Na.diklofenak dosis 4,5 mg (kontrol positif), suspensi CMC 0,5% (kontrol negatif),karagenan 1% (penginduksi).

3.7.1 Pembuatan suspensiCMC 0,5%

(41)

3.7.2Pembuatan suspensi natrium diklofenak dosis 4,5 mg/kg bb

Ditimbang sebanyak 4,5 mg natrium diklofenak kemudian digerus dengan penambahan suspensi CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, lalu ditambahkan suspensi CMC 0,5% sampai garis tanda.

3.7.3 Pembuatan suspensi jus buah belimbing manisdosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb

Ditimbang 125 mg, 250 mg, 500 mg jus buah belimbing manis. Masing-masing digerus dengan penambahan suspensi CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC 0,5%.

3.8Pembuatan Induktor Radang (karagenan 1%)

Ditimbang sebanyak 100 mg lambda karagenan, lalu dihomogenkan dengan larutan natrium klorida 0,9%, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, lalu dicukupkan dengan larutan natrium klorida 0,9% sampai garis tanda kemudian didiamkan dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.

3.9 Penyiapan Hewan Percobaan

(42)

3.10 Prosedur Penggunaan Alat Pletismometer Digital

3.10.1 Larutan untuk reservoir :

Sebanyak 2 ml campuran senyawa pembasah (Ornano Imbibente BBC.97) yang telah tersedia dalam kemasan standar. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 L, ditambahkan 0,4 g NaCl kemudian dilarutkan dengan air suling lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 1000 ml, kemudian dicukupkan dengan menggunakan air suling sampai garis tanda.

3.10.2 Penyiapan alat :

Larutan untuk reservoir yang telah disiapkan sebelumnya dimasukkan ke dalam reservoir yang telah dirangkai pada alat kemudiaan diisi sel dengan memutar kepala katub kira-kira 450 ke arah kiri atau kanan sesuai dengan posisi reservoir itu dihubungkan, alirkan beberapa kali dengan memutar kepala katub untuk menghindari gelembung udara. Atur batas air sampai mendekati garis merah bagian atas pada sel. Alat dihidupkan maka tampilan grafik akan menyala dan menunjukkan logo Ugo Basile, hangatkan alat kira-kira 2-3 menit.

3.10.3 Kaliberasi alat :

(43)

3.11 Prosedur Pengujian Efek Antiinflamasi

Sebelum pengujian, tikus dipuasakan selama 14-16 jam dengan tetap diberi air minum. Tikus dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (suspensi CMC 0,5%), kelompok bahan uji (tiga dosis suspensi jus buah belimbing manis), dan kontrol positif (Na.diklofenak).

Pada hari pengujian, masing-masing hewan ditimbang dan diberi tanda pada kaki kirinya, kemudian kaki kiri tikus dimasukkan ke dalam sel yang berisi larutan reservoir yang telah disiapkan sebelumnya sampai cairan naik pada garis batas atas, pedal kemudian ditahan, dicatat angka pada monitor sebagai volume awal (Vo) yaitu volume kaki sebelum diberi suspensi secara oral sesuai dengan kelompoknya. Satu jam kemudian, kepada masing-masing telapak kaki tikus

disuntik secara intraplantar dengan 0,05 ml larutan λ-karagenan 1%. Setelah 30 menit, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan mencapai garis batas atas, dan pedal ditahan. Dicatat angka pada monitor. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus (Vt). Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit.Dan tiap kali pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol 0, juga kaki tikus dikeringkan sebelumnya.

(44)

3.12 Perhitungan Persen Radang

Persen radang dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

Keterangan:

Vt = Volume kaki tikus pada waktu t Vo = Volume awal kaki tikus

Persen inhibisi radang dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

Keterangan:

a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol

b = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan yang mendapat bahan uji atau obat pembanding

3.13 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA dengan program SPSS versi 18 dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey untuk mengetahui perbedaan nyata antar perlakuan.

Persen radang (%R) =Vt - V0

Vo ×100%

Persen inhibisi radang (%IR) =a - b

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi buah dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, menyebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.).Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 45.

4.2 Hasil Karakterisasi Buah dan Serbuk Simplisia

4.2.1 Pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik dari buah yaitu buah belimbing manis berwarna kuning kehijauan, lonjong tidak rata, panjang 4-15 cm. Hasil pengamatan makroskopik buah dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 47.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia buah belimbing manis diperoleh berkas pengangkut, parenkim, endosperm berisi butir pati, kristal kalsium oksalat bentuk druse, epidermis, serabut, sel batu.Hasil pengamatan mikroskopik serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 48.

4.2.3 Pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia

(46)

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia

No Parameter Hasil (%)

1 Kadar air 7,88

2 Kadar sari larut dalam air 21,71

3 Kadar sari larut dalam etanol 12,91

4 Kadar abu total 3,68

5 Kadar abu tidak larut dalam asam 0,13

Hasil penetapan kadar air serbuk simplisia buah belimbing manis diperoleh 7,88%, hal ini sesuai dengan standarisasi kadar air simplisia secara umum dengan syarat yaitu tidak lebih dari 10%. Jika kadar air lebih dari 10% dapat terjadi proses pertumbuhan mikroba dan jamur. Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui banyaknya senyawa yang dapat larut dalam air (bersifat polar) yang terkandung pada simplisia, syaratnya yaitu tidak kurang dari 22% Penetapan kadar sari larut etanol untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang larut dalam etanol (bersifat polar atau non polar), syaratnya yaitu tidak kurang dari 5%. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakinon, steroid terikat, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak dan saponin (Depkes RI, 1986). Penetapankadar abu total untuk mengetahui kadar senyawaanorganik yang terdapat pada simplisia, syaratnya yaitu tidak lebih dari 7,5%. Penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam, syaratnya yaitu tidak lebih dari 4% (Depkes RI, 1995).

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

(47)

didalamnya. Adapun pemeriksaan yang dilakukan terhadap simplisia buah belimbing manis adalah pemeriksaan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan triterpenoid/steroid.

Hasil pemeriksaan skrining fitokimia serbuk simplisia dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia

No Skrining Hasil

1 Alkaloid +

2 Flavonoid +

3 Glikosida -

4 Saponin +

5 Tanin -

6 Triterpenoid/Steroid -

Keterangan : (+) positif = mengandung golongan senyawa (-) negatif = tidak mengandung golongan senyawa

Berdasarkan hasil skrining fitokimia dapat dilihat, golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam simplisia buah belimbing manis adalah alkaloid, flavonoid, saponin.

4.4 Hasil Analisa Persen Radang Kaki Tikus

(48)

Tabel 4.3 Hasil persenradang rata-rata kaki tikus Kelompokpe

rcobaan

Persenradang kaki tikus ± SD padamenitke-

(49)

Berdasarkan hasil perhitungan persen radang rata-rata kaki tikus menunjukkan kelompok percobaan yang diberi suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5%, suspensi JBBM dosis 125, 250, 500 mg/kg bb, dan suspensi natrium diklofenak dosis 4,5 mg pada menit ke-30 hingga menit ke-210 mengalami peningkatan persen radang. Pada menit ke-210 yang memiliki persen radang terbesar yaitu kelompok percobaan yang diberi suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% (88,61%) dan yang memiliki persen radang terkecil yaitu kelompok percobaan yang diberi natrium diklofenak dosis 4,5 mg (44,25%).

(50)

Gambar 4.4Persen radang rata-rata telapak kaki kiri tikus tiap waktupengamatan

Gambar 4.4 Persenradang rata-rata telapak kaki kiri tikus tiap waktupengamatan Apabila volume radang besar, maka persen radangnya pun besar. Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa semua kelompok dosis memiliki persen radang rata-rata yang lebih kecil dari kelompok Na.CMC dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Pada menit ke-30 hingga menit ke-180 JBBM 500 mg/kg bb dan natrium diklofenak memiliki persen radang rata-rata yang sama. Menit ke-210 JBBM 125 mg/kg bb dan JBBM 250 mg/kg bb sama-sama mengalami peningkatan persen radang, namun masih lebih besar dari JBBM 500 mg/kg bb dan natrium diklofenak. Pada menit ke-240 hingga menit ke-360 semua kelompok sudah mengalamai penurunan persen radang.

0

Na.CMC 0,5% JBBM 125 mg

JBBM 250 mg JBBM 500 mg

(51)

4.5 Hasil Analisa Persen Inhibisi Radang Kaki Tikus

Efek antiinflamasi dapat dilihat dari besarnya persen inhibisi radang rata-rata tiap waktu pengamatan.Hasil perhitungan persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4Hasilpersen inhibisiradang rata-rata kaki tikus Waktu

(52)

bb (15,36%).Untuk melihat hasil persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus dengan lebih jelas maka dibuat ke dalam bentuk grafik.Grafik hasil pengukuran persen radang rata-rata dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Persen inhibisi radang rata-rata telapak kaki kiri tikus tiap waktupengamatan.

Uji beda rata-rata Tukey digunakan untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil hingga efek terbesar antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh susunan kelompok yang berbeda dilakukan dengan uji Tukey, uji beda rata-rata >0,05 menunjukkan bahwa antar kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dan

0

JBBM 125 mg JBBM 250 mg

(53)

sebaliknya bila uji beda rata-rata <0,05 menunjukkan berbeda nyata terhadap semua perlakuan.

Dalam penelitian ini dilakukan uji Tukey kelompok bahan uji (JBBM 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb) terhadap kelompok kontrol positif (natrium diklofenak 4,5 mg) dan terhadap kelompok kontrol negatif (natrium karboksi metil selulosa 0,5%).

Uji Tukey pada menit ke-30 menunjukkan suspensi natrium diklofenak memiliki perbedaan yang signifikan dengan JBBM 500 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 125 mg/kg bb, dan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.JBBM 500 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan 250 mg/kg bb.JBBM 250 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan 125 mg/kg bb. JBBM 125 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Tukey pada menit ke-60-360 menunjukkan suspensi natrium diklofenak memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan JBBM 500 mg/kg bb, tetapi memiliki perbedaan yang signifikan denganJBBM 250 mg/kg bb, 125 mg/kg bb, dan natrium karboksi metil selulosa 0,5%. JBBM 500 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan JBBM 250 mg/kg bb, 125 mg/kg bb. JBBM 250 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan JBBM 125 mg/kg bb dan natrium karboksi metil selulosa 0,5%. JBBM 125 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

(54)

dosis lainnya baik dilihat dari nilai persen radang dan persen inhibisi radang antara individu maupun secara kelompok.

Dari hasil pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa jus buah belimbing

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

a. Jus buah belimbing manis (JBBM) (Averrhoa carambola L.) memiliki efek sebagaiantiinflamasi pada telapak kaki tikus yang diinduksi dengan karagenan 1% secara intraplantar.

b. Jus buah belimbing manis (JBBM) dosis 500 mg/kg BBdengan natrium diklofenak 4,5 mg/kg bb pada tingkat kepercayaan 95%, hasil uji statistik Tukey menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan.JBBM dosis 500 mg/kg bbmemiliki efek inhibisi radang rata-rata yang paling besar dibandingkan JBBM dosis 250 mg/kg bb dan dosis 125 mg/kg bb.

5.2 Saran

a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengukur sel-sel misalnya leukosit, basofil, neutrofil.

(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Belimbing manis merupakan tanaman berbentuk pohon, tinggi mencapai 12 m. Percabangan banyak yang arahnya agak mendatar sehingga pohon ini tampak menjadi rindang. Berbunga sepanjang tahun sehingga buahnya tak kenal musim.Daun belimbing manis berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas mengilap, permukaan bawah buram, panjang 1-9 cm, dan lebar 1-4 mm. Bunga majemuk tersusun dengan baik, warnanya merah keunguan, keluar dari ujung cabang, ada juga yang keluar dari dahannya. Buahnya merupakan buah buni, berusuk lima, bila dipotong melintang berbentuk bintang. Panjang buah 4-14 cm, berdaging, dan banyak mengandung air, saat masak warnanya kuning. Rasanya manis sampai asam. Biji berwarna putih kotor kecoklatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip.Buah dan daun mengandung kristal asam oksalat sehingga rasanya asam. Air perasan belimbing dapat dipakai untuk menghilangkan karat pada logam (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

2.1.1 Nama daerah

(57)

balireng (Bugis); Maluku: baknil kasluir (Kai), totofuko (Ternate), tofuo (Tidore), balibi totofuko (Halmahera) (Depkes RI, 2001).

2.1.2 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan buah belimbing manis adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Geraniales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa carambola L. (Depkes RI, 2001).

2.1.3 Kandungan kimia

Buah belimbing manis mengandung alkaloida, saponin dan flavonoida (Depkes RI, 2001).

2.1.4 Khasiat tumbuhan

(58)

kalau antioksidan dalam buah paling baik manfaatnya bila diolah menjadi jus, mengkonsumsinya membantu proses pencernaan tubuh dengan mempercepat penyerapan nutrisi kualitas tinggi yang terkandung di dalam jus (Ramadhani, 2014).

Jus merupakan minuman sari buah yang diperoleh dari proses pemerasan mesin juicer sehingga akan diperoleh cairan sari buah. Jus buah mengandung sumbervitamin, sumber mineral, seperti kalsium, magnesium, fosfor, dan besi.Walaupun diperlukan dalam jumlah kecil, mineral ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh (Zettira, 2010).

2.3 Inflamasi

Inflamasi berasal dari bahasa latin inflammare, yang berarti "membakar", merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek, 2001).

(59)

yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis.Inflamasi kronis menyebabkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut (Katzung, 2002).Fase ini melibatkan peran sel dasar putih terutama sel mononuclear (monosit, makrofag dan limfosit), dan peran dari fibroblast. Fibrolast merupakan sel utama pada jaringan pengikat, yang merupakan sel yang mensintesis matrik ekstraseluler dan kolagen, berperan dalam proses penyembuhan luka sel/jaringan (Nugroho, 2012).

2.3.1 Tanda-tanda inflamasi

Inflamasi ditandai oleh adanya vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, peningkatan permeabilitas kapiler.Inflamasi menyebabkan pembekuan cairan di dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah yang besar.Inflamasi juga menyebabkan migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, pembengkakan sel jaringan (Guyton dan Hall, 1997).

Tanda klasik umum yang terjadi pada proses inflamasi yaitu rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor (panas setempat yang berlebihan), dolor (rasa nyeri), dan functiolaesa (gangguan fungsi/kehilangan fungsi jaringan yang terkena).

(60)

b. Kalor (panas), merupakan sifat peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh. Terjadi akibat sirkulasi darah yang meningkat. Naiknya suhu ini tidak melebihi suhu rektum sehingga diambil kesimpulan bahwa peningkatan metabolisme tidak terlalu menyebabkan kenaikan suhu (Himawan, 1994).

c. Tumor (pembengkakan), disebabkan karena adanya suplai cairan sel darah merah maupun sel darah putih dari sirkulasi darah menuju jaringan interstisal. Kumpulan cairan beserta sel-sel tersebut dalam jaringan luka dinamakan eksudat (Nugroho, 2012).

d. Dolor (sakit atau nyeri), ditimbulkan karena adanya kerusakan jaringan yang melepaskan mediator nyeri. Mediator tersebut antara lain ion hidrogen, histamin, serotonin, asetilkolin dan bradikinin. Oleh karena itu, nyeri merupakan "sinyal" bahwa tubuh mengalami kerusakan jaringan (Nugroho, 2012). Rasa nyeri juga disebabkan oleh tekanan yang meninggi dalam jaringan akibat terjadinya eksudat (Himawan, 1994).

e. Fungsio laesa (perubahan fungsi), merupakan dampak reaksi peradangan yang berupa perubahan fungsi lokal yang abnormal (Nugroho, 2012). Pada daerah yang bengkak dan sakit disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga menghasilkan lingkungan lokal yang abnormal sehingga jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi secara normal (Price dan Wilson, 2005).

2.3.2 Mekanisme terjadinya inflamasi

(61)

dilepaskan oleh fosfolipid melalui fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses metabolisme asam arakhidonat terjadi melalui dua jalur utama, yaitu siklooksigenase dengan menyintesis prostaglandin juga tromboksan dan lipooksigenase yang menyintesis leukotrien dan lipoksin.

Jalur utama metabolisme asam arakhidonat, yaitu:

a. Jalur siklooksigenase, produk yang dihasilkan oleh jalur ini adalah prostaglandin E2 (PGE2), PGD2, prostasiklin (PGI2), dan tromboksan A2 (TXA2). TXA2 adalah pengagregasi trombosit dan vasokonstriktor, merupakan produk utama prostaglandin dalam trombosit. PGI2 adalah suatu vasodilator dan inhibitor agregasi trombosit. PGD2 merupakan metabolit utama jalur siklooksigenase dalam sel mast, bersama dengan PGE2 menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan pembentukan edema. Prostaglandin juga berperan dalam patogenesis nyeri dan demam pada 15 inflamasi, PGE2 membantu menigkatkan sensitivitas nyeri terhadap berbagai rangsang dan berinteraksi dengan sitokin yang menyebabkan demam.

(62)

Kemudian lipoksin A4 (LXA4) yang menyebabkan vasodilatasi dan menghambat kemotaksis neutrofil (Robbins, dkk., 2007).

Mekanisme terjadinya inflamasi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Fosfolipid membran sel

- --X--Steroidmenghambat Lipoksigenase 5-HETE 5-HPETE Prostaglandin G2 (PGG2)

Prostaglandin H2 (PGH2)

Leukotrien B4 Leukotrien A4 (LTA4)

Prostasiklin Tromboksan A2 Leukotrien C4 (LTC4) PGI2 TXA2

Leukotrien D4 (LTD4)

Leukotrien E4 (LTE4)

Lipoksin A4Lipoksin B4

PGD2PGE2PGF2

(63)

2.4 Obat Antiinflamasi

Obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat antiinflamasi terbagi menjadi dua golongan.Golongan pertama adalah golongan obat antiinflamasi steroid, obat antiinflamasi yang kedua yaitu golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS).

2.4.1 Obat antiinflamasi golongan steroida

Obat antiinflamasi golongan steroida bekerja menghambat sintesis prostaglandin dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid yang berada pada membran sel tidak dapat diubah menjadi asam arakidonat. Akibatnya prostaglandin tidak akan terbentuk dan efek inflamasi tidak ada. Contoh obat antiinflamasi steroid adalah deksametason, betametason dan hidrokortison (Tan dan Rahardja, 2007).

2.4.2 Obat antiinflamasi golongan non steroida

Obat-obat antiinflamasi nonsteroid merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama dan berbeda aktivitas antiinflamasinya. Obat-obat inibekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak menghambat enzim lipooksigenase (Mycek, 2001).Walaupun demikian obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping (Wilmana, 1995).

(64)

prostaglandin(Stringer, 2001). Secara kimiawi, penggolongan obat antiinflamasi nonsteroida ini dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu (Tan dan Rahardja, 2007):

a. Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal

b. Asetat : natrium diklofenak, indometasin dan sulindac c. Propionat : ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen, naproksen dan

tiapprofenat

d. Oxicam : piroxicam, tenoxicam dan meloxicam e. Pirazolon : oksifenilbutazon dan azapropazon

f. Lainnya : mefenaminat, nabumeton dan azapropazon

2.4.3 Natrium diklofenak

Rumus bangun natrium diklofenak dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2Rumus bangun natrium diklofenak (British Pharmacopoeia, 2009). Rumus molekul : C14H10C12NNaO2

Nama kimia : asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino] monosodium

Berat molekul : 318,13

(65)

Kelarutan : sedikit larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol (96 persen), dan sedikit larut dalam aseton (British Pharmacopoeia, 2009).

Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenilasetat yang relatif tidak selektif sebagai penghambat siklooksigenase dan merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid yang biasa dijadikan pembanding dalam uji antiinflamasi.Obat ini memiliki waktu paruh singkat yaitu 1-3 jam.Efek samping yang lazim dari obat ini ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala.Pemakaian obat ini harus hati-hati terhadap pasien tukak lambung.Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Wilmana, 1995).

2.5 Karagenan

Iritan yang digunakan untuk pengujian efek inflamasi beragam jenisnya, salah satunya adalah karagenan. Karagenan merupakan suatupolisakarida hasil ekstrak rumput laut dari genus Chondrusdan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau, serta memberi rasa berlendir di lidah (Rowe,dkk., 2009).

(66)

28-Karagenan berperan dalam pembentukan udem pada model inflamasi akut. Karagenan dipilih karena dapat melepaskan mediator inflamasi, yaitu prostaglandin setelah disuntikkan ke hewan uji. Oleh karena itu, karagenan dapat digunakan sebagai iritan dalam metode uji yang bertujuan untuk mencari obat-obat antiinflamasi, tepatnya yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin (Winter, dkk., 1962). Penggunaan karagenan sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan, dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Lumbanraja,2009).

2.6 Metode Uji Efek Antiinflamasi

Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur uji efek antiinflamasi (Suralkar, 2008) adalah:

a. Induksi karagenan

Induksi udem dilakukan pada kaki hewan uji. Dalam hal ini disuntikkan suspensi karagenan secara subplantar. Obat uji diberikan secara oral. Volume udem kaki diukur dengan alat pletismometer. Aktivitas antiinflamasi obat uji ditunjukkan oleh kemampuan obat uji mengurangi udem yang diinduksi pada telapak kaki hewan uji.

b. Induksi histamin

(67)

c. Induksi asam asetat

Metode ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas inhibisi obat terhadap peningkatan permeabilitas vaskular yang dinduksi oleh asam asetat secara intraperitoneal. Sejumlah pewarna (Evan’s Blue 10%) disuntikkan secara intravena. Aktivitas inhibisi obat uji terhadap peningkatan permeabilitas vaskular ditunjukkan dengan kemampuan obat uji dalam mengurangi konsentrasi pewarna yang menempel dalam ruang abdomen yang disuntikkan sesaat setelah induksi asam asetat.

d. Induksi xylene pada udem daun telinga

Hewan uji diberikan obat, kemudian diinduksi xylene dengan mikropipet pada kedua permukaan daun telinga kanannya. Telinga kiri digunakan sebagai kontrol. Terdapat dua parameter yang diukur dalam metode ini, yaitu ketebalan dan bobot dari daun telinga hewan uji. Ketebalan daun telinga hewan uji yang telah diinduksi diukur dengan menggunakan jangka sorong digital, lalu dibandingkan dengan telinga kiri. Jika menggunakan parameter bobot daun telinga, maka daun telinga hewan uji dipotong dan ditimbang. Kemudian dibandingkan beratnya dengan telinga kiri.

e. Induksi asam arakhidonat pada udem daun telinga

(68)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang dengan pesat, terutama dalam bidang khasiat obat maupun analisis zat kimia berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris. Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan para pengguna tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaannya (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Masyarakat Indonesia termasuk salah satu masyarakat dunia yang mengenal dan memakai obat tradisional sebagai upaya penanggulangan masalah kesehatan.Obat tradisional terdiri dari ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral dan sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut (Ditjen POM RI, 2000).Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat sebagai obat merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman secara turun temurun (Muhlisah, 1999).

(69)

Menurut Sukadana (2009), buah belimbing manis dapat berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgesik dan diuretik, digunakan untuk obat batuk, sariawan, demam, kencing manis, kolesterol tinggi dan sakit tenggorokan. Belimbing manis mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan saponin dengan kemungkinan kandungan utamanya adalah flavonoid (Sukadana, 2009).Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase dapat memberi harapan untuk pengobatan gejala peradangan dan alergi (Robinson, 1995).Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis (Sa’roni dan Dzulkarnain, 1989).

Salah satu obat yang dapat digunakan untuk antiinflamasi adalah natrium diklofenak, yang dapat menimbulkan efek samping apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Penggunaan obat ini dapat meningkatkan insiden terjadinya perdarahan dan perforasi pada saluran bagian atas (Christianie, dkk., 2008).Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan uji efek antiinflamasi jus buah belimbing manis terhadap tikus jantan yang diinduksi dengan karagenan sebagai alternatif obat antiinflamasi.

1.2 Perumusan Masalah

(70)

b. apakah jus buah belimbing manis memiliki efek antiinflamasi yang setara dengan natrium diklofenak ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesisnya adalah:

a. jus buah belimbing manis memiliki efek sebagai antiinflamasi pada telapak kaki tikus yang diinduksi karagenan.

b. jus buah belimbing manis memiliki efek antiinflamasi yang setara dengan natrium diklofenak.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui efek antiinflamasi jus buah belimbing manis pada tikus yang diinduksi karagenan.

b. untuk mengetahui efek antiinflamasi yang setara dengan natrium diklofenak.

1.5 Manfaat Penelitian

(71)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

(72)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI JUS BUAH BELIMBING MANIS

(Averrhoa carambola L.) TERHADAP TIKUS JANTAN

ABSTRAK

Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (AINS), yang dapat menimbulkan efek samping apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Penggunaan obat ini dapat meningkatkan insiden terjadinya perdarahan dan perforasi pada saluran bagian atas. Masyarakat Indonesia termasuk salah satu masyarakat dunia yang mengenal dan memakai obat tradisional sebagai upaya penanggulangan masalah kesehatan. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jus buah belimbing manis berkhasiat sebagai antiinflamasi terhadap tikus jantan yang diinduksi λ-karagenan dan membandingkannya dengan obat natrium diklofenak.

Hasil skrining fitokimia diperoleh serbuk simplisia yang mengandung flavonoid, alkaloid, saponin. Hasil karakterisasi serbuk simplisia masing-masing diperoleh kadar air (7,88%), kadar sari larut air (21,71%), kadar sari larut etanol (12,91%), kadar abu total (3,68%) dan kadar abu yang tidak larut asam (0,13%).

Pengujian jus buah belimbing manis terhadap efek antiinflamasi dengan menggunakan alat pletismometer digital dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Tikus diberikan jus buah belimbing manis secara oral dengan 3 dosis yaitu 125; 250, dan 500 mg/kg bb, natrium diklofenak dosis 4,5 mg sebagai kontrol positif. Setelah satu jam pemberian bahan uji, tikus diinduksi

dengan larutan λ-karagenan secara intraplantar, lalu diukur volume radang kaki tikus.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan jus buah belimbing manis dosis 125; 250, dan 500 mg/kg bb masing-masing meredakan 15,36%; 42,80%;64,45% radang kaki tikus yang diinduksi λ-karagenan, serta jus buah belimbing manis dosis 500 mg/kg bb memberikan efek antiinflamasi dengan natrium diklofenak 4,5 mg/kg bb.

(73)

THE ASSAY ANTIINFLAMMATORY EFFECT SWEET STAR FRUIT JUICE ( Averrhoa carambola L. ) ON MALE RATS

ABSTRACT

Sodium diklofenac is a nonsteroidal antiinflammatory agents (NSAIDs), which can cause side effects when consumed in the long term. The use of these drugs may increase then incidence of bleeding and perforation of the upper gastrointestinal tract. Indonesian society of the world community who know and use traditional medicine as an effort of health problems. One of the plants that have medicinal properties is the star fruit sweet (Averrhoa carambola L.). This study aimed to know the juice of star fruit sweet nutritious as carrageenan and on male rats induced antiinflammatory drug diclofenac sodium.

Comparing results of phytochemical screening obtained powder simplicia that containing flavonoids, alkaloids, saponins. Simplicia powder characterization results obtained each water content 7.88%,water soluble extract content 21.71%, levels of sea sari ethanol 12.91%, total ash content 3.68% and the levels of acid insoluble ash 0.13%.

Testing the sweet star fruit juice to anti-inflammatory effects by using a digital pletismometer with the measurement principlesof law Archimedes. Mice given the sweet star fruit juice orally at 3 dosage is: 125; 250, and 500 mg/kg bw, a dose of 4,5 mg diclofenac sodium as a positive control. After one hour of administration of the test substances, rats inducedby intraplantar λ - carrageenan solution, and then measured the volume of the rat foot inflammation.

Based on the research that has been conducted shows the juice of star fruit sweet dose of 125 ; 250 , and 500 mg / kg bw respectively relieve 15.36 %; 42.80 %;64.45 % inflammation induced rat foot λ - carrageenan, as well as star fruit juice sweet dose of 500 mg / kg bw provide antiinflammatory effects with diclofenac sodium 4.5 mg / kg bw.

(74)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI JUS BUAH BELIMBING MANIS

(

Averrhoa carambola

L.) TERHADAP TIKUS JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

yaratarjana Farmasi pada Fakultas FaUnivematera Utar

OLEH:

IRA MAYA SINAGA

NIM 131524084

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(75)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI JUS BUAH BELIMBING MANIS

(

Averrhoa carambola

L.) TERHADAP TIKUS JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

yaratarjana Farmasi pada Fakultas FaUnivematera Utar

OLEH:

(76)

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI EFEK ANTIINFLAMASI JUS BUAH BELIMBING MANIS

(

Averrhoa carambola

L.) TERHADAP TIKUS JANTAN

OLEH:

IRA MAYA SINAGA

NIM 131524084

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara

Pada tanggal: November 2016

Disetujui Oleh:

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001 Pembimbing II,

Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt.NIP 197506102005012003

Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt. NIP 198303202009122004

Medan, November2016 Fakultas Farmasi

(77)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Efek Antiinflamasi Jus Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) terhadap Tikus Jantan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(78)

saudara-saudara penulis Corry, Pitri, Felix, Winda, Miranda yang selalu setia memberikan motivasi dan dukungan baik moral, material, maupun doa. Sahabat-sahabat terbaik penulis Weldani, Yanti, Rumiris, Fryda, Fitria, Claudia, Ester, serta teman-teman Farmasi Ekstensi 2013 yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasi hingga penulis menyelesaikan penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, November 2016 Penulis,

Ira Maya Sinaga

(79)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ira Maya Sinaga

Nomor Induk Mahasiswa : 131524084

Program Studi : Ekstensi Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Uji Efek Antiinflamasi Jus Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) terhadap Tikus Jantan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan diperguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

(80)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI JUS BUAH BELIMBING MANIS

(Averrhoa carambola L.) TERHADAP TIKUS JANTAN

ABSTRAK

Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (AINS), yang dapat menimbulkan efek samping apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Penggunaan obat ini dapat meningkatkan insiden terjadinya perdarahan dan perforasi pada saluran bagian atas. Masyarakat Indonesia termasuk salah satu masyarakat dunia yang mengenal dan memakai obat tradisional sebagai upaya penanggulangan masalah kesehatan. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jus buah belimbing manis berkhasiat sebagai antiinflamasi terhadap tikus jantan yang diinduksi λ-karagenan dan membandingkannya dengan obat natrium diklofenak.

Hasil skrining fitokimia diperoleh serbuk simplisia yang mengandung flavonoid, alkaloid, saponin. Hasil karakterisasi serbuk simplisia masing-masing diperoleh kadar air (7,88%), kadar sari larut air (21,71%), kadar sari larut etanol (12,91%), kadar abu total (3,68%) dan kadar abu yang tidak larut asam (0,13%).

Pengujian jus buah belimbing manis terhadap efek antiinflamasi dengan menggunakan alat pletismometer digital dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Tikus diberikan jus buah belimbing manis secara oral dengan 3 dosis yaitu 125; 250, dan 500 mg/kg bb, natrium diklofenak dosis 4,5 mg sebagai kontrol positif. Setelah satu jam pemberian bahan uji, tikus diinduksi

dengan larutan λ-karagenan secara intraplantar, lalu diukur volume radang kaki tikus.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan jus buah belimbing manis dosis 125; 250, dan 500 mg/kg bb masing-masing meredakan 15,36%; 42,80%;64,45% radang kaki tikus yang diinduksi λ-karagenan, serta jus buah belimbing manis dosis 500 mg/kg bb memberikan efek antiinflamasi dengan natrium diklofenak 4,5 mg/kg bb.

(81)

THE ASSAY ANTIINFLAMMATORY EFFECT SWEET STAR FRUIT JUICE ( Averrhoa carambola L. ) ON MALE RATS

ABSTRACT

Sodium diklofenac is a nonsteroidal antiinflammatory agents (NSAIDs), which can cause side effects when consumed in the long term. The use of these drugs may increase then incidence of bleeding and perforation of the upper gastrointestinal tract. Indonesian society of the world community who know and use traditional medicine as an effort of health problems. One of the plants that have medicinal properties is the star fruit sweet (Averrhoa carambola L.). This study aimed to know the juice of star fruit sweet nutritious as carrageenan and on male rats induced antiinflammatory drug diclofenac sodium.

Comparing results of phytochemical screening obtained powder simplicia that containing flavonoids, alkaloids, saponins. Simplicia powder characterization results obtained each water content 7.88%,water soluble extract content 21.71%, levels of sea sari ethanol 12.91%, total ash content 3.68% and the levels of acid insoluble ash 0.13%.

Testing the sweet star fruit juice to anti-inflammatory effects by using a digital pletismometer with the measurement principlesof law Archimedes. Mice given the sweet star fruit juice orally at 3 dosage is: 125; 250, and 500 mg/kg bw, a dose of 4,5 mg diclofenac sodium as a positive control. After one hour of administration of the test substances, rats inducedby intraplantar λ - carrageenan solution, and then measured the volume of the rat foot inflammation.

Based on the research that has been conducted shows the juice of star fruit sweet dose of 125 ; 250 , and 500 mg / kg bw respectively relieve 15.36 %; 42.80 %;64.45 % inflammation induced rat foot λ - carrageenan, as well as star fruit juice sweet dose of 500 mg / kg bw provide antiinflammatory effects with diclofenac sodium 4.5 mg / kg bw.

(82)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN . ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 2

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 3

1.6Kerangka Pikir Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Nama daerah ... 5

2.1.2 Sistematika tumbuhan ... 6

(83)

2.1.4 Khasiat tumbuhan ... 6

2.2Jus ... 6

2.3Inflamasi ... 7

2.3.1 Tanda-tanda inflamasi ... 8

2.3.2 Mekanisme terjadinya inflamasi ... 9

2.4Obat Antiinflamasi ... 12

2.4.1 Obat antiinflamasi golongan steroida ... 12

2.4.2 Obat antiinflamasi golongan non steroida ... 12

2.4.3 Natrium diklofenak ... 13

2.5 Karagenan ... 14

2.6 Metode Uji Efek Antiinflamasi ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Alat dan Bahan ... 17

3.1.1 Alat-alat ... 17

3.1.2 Bahan-bahan ... 17

3.1.2 Hewan yang digunakan ... 18

3.2Penyiapan Sampel ... 18

3.2.1 Pengambilan buah ... 18

3.2.2 Identifikasi buah ... 18

3.2.3Pembuatan simplisia ... 19

(84)

3.3.4 Pereaksi Molish ... 20

3.3.5Pereaksi Lieberman-Bouchard ... 20

3.3.6 Pereaksi Besi (III) Klorida 1% b/v ... 20

3.3.7 PereaksiTimbal (II) Asetat 0,4 M ... 20

3.3.8Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N ... 20

3.3.9PereaksiAsam Klorida 2 N ... 20

3.3.10 Pereaksi Asam Sulfat 2 N ... 20

3.4 Karakteristik Simplisia... 21

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik ... 21

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 21

3.4.3Penetapan kadar air ... 21

3.4.4 Penetapan kadar air sari larut air ... 22

3.4.5 Penetapan kadar air sari larut etanol ... 22

3.4.6 Penetapan kadar abu total ... 23

3.4.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut asam ... 23

3.5Skrining Fitokimia ... 23

3.5.1Pemeriksaan alkaloid ... 23

3.5.2Pemeriksaan flavonoida ... 24

3.5.3Pemeriksaan saponin ... 24

3.5.4Pemeriksaan glikosida ... 25

3.5.5Pemeriksaan tanin ... 25

3.5.6Pemeriksaan steroida/triterpenoida ... 25

3.6Pembuatan Jus Buah Belimbing Manis ... 26

(85)

3.7.1 Pembuatan suspensi CMC 0,5% ... 26

3.7.2 Pembuatan suspensi Na-diklofenak dosis 4,5 mg/kg bb 27 3.7.3 Pembuatan suspensijus buah belimbing manis dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb ... 27

3.8 Pembuatan Induktor Radang (karagenan 1%) ... 27

3.9Penyiapan Hewan Percobaan ... 27

3.10Prosedur Penggunaan Alat Pletismometer Digital ... 28

3.10.1 Larutan untuk reservoir ... 28

3.10.2 Penyiapan alat ... 28

3.10.3 Kaliberasi alat ... 28

3.11Prosedur Pengujian Efek Antiinflamasi ... 29

3.12Perhitungan Persen Radang ... 30

3.13Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan... 31

4.2Hasil Karakterisasi Buah dan Serbuk Simplisia ... 31

4.2.1 Pemeriksaan makroskopik ... 31

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 31

4.2.3 Pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia ... 31

4.3Hasil Skrining Fitokimia ... 32

(86)

Gambar

Gambar.Buah segar belimbing manis
Gambar.Mikroskopik serbuk simplisia perbesaran 10 x 40
Tabel Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan Untuk Konversi Dosis (Suhardjo, 1995)
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegunaan dari buah belimbing manis adalah digunakan sebagai obat.. batuk, demam, kencing manis, kolesterol tinggi dan

Tujuan penelitian untuk menilai efek jus buah belimbing wuluh (JBBW) terhadap Berat Badan (BB) mencit Swiss Webster jantan dan membandingkan potensinya

Tujuan penelitian adalah mengetahui efek jus kombinasi stroberi dan belimbing manis dibandingkan komposisi tunggalnya terhadap tekanan darah wanita dewasa muda.. Desain

Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian (Sari, 2008) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol 96% buah belimbing (Averrhoa carambola L.) memiliki aktivitas antioksidan yang

Penelitian pertama merupakan penelitian daya antiinflamasi dengan menggunakan karagenin sebagai penginduksi edema pada telapak kaki mencit dan diklofenak 4,48 mg/kg BB sebagai

Skripsi dengan judul “Pengolahan Image Processing dan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Menentukan Kematangan Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.)” oleh Indah Firisky

Jus buah belimbing dosis 6,3 mg/kgBB, 12,6 mg/kgBB, dan 25,2 mg/kgBB lebih efektif dibandingkan dengan metformin dalam kemampuan menurunkan kadar glukosa darah tikus putih

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembentukan kolagen pada soket gigi kelompok tikus strain wistar jantan pasca pencabutan gigi dengan pemberian jus buah belimbing