• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepercayaan Diri dan Aktivitas Belajar melalui Model PBL terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat di SMP Negeri 3 Ungaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepercayaan Diri dan Aktivitas Belajar melalui Model PBL terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat di SMP Negeri 3 Ungaran"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI DAN AKTIVITAS

BELAJAR MELALUI MODEL PBL (

PROBLEM BASED

LEARNING)

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATERI SEGIEMPAT DI

SMP NEGERI 3 UNGARAN

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh Dewi Rafika Sari

4101407056

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 26 September 2011

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul:

Pengaruh Kepercayaan Diri dan Aktivitas Belajar melalui Model PBL (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat di SMP Negeri 3 Ungaran

Disusun oleh

Nama : Dewi Rafika Sari

NIM : 4101407056

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 28 September 2011.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Edy Soedjoko, M.Pd

NIP. 195111151979031001 NIP. 195604191987031001

Ketua Penguji

Dr. Kartono, M.Si

NIP. 195602221980031002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Wuryanto, M.Si Dra. Endang Retno Winarti, M.Pd

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS Al-Insyirah : 6)

Berkemauan keraslah terhadap sesuatu yang mendatangkan manfaat bagimu, mohonlah pertolongan Allah, dan janganlah merasa tidak mampu (Hadis Riwayat Muslim)

Jadilah dirimu sendiri, karena umurmu terlalu singkat untuk menjadi orang lain.

PersembahAN:

Keluargaku tercinta: Ibu, Bapak (alm), Mas Onggo, Mbk

Ning n Mas Awal, n Dek Achsan

Keluarga Besar PPHQ Al-Asror dan PP Assalafy Al-Asror

atas segala ilmu, bimbingan dan doanya.

Sahabat-sahabatku Nung, Ti2k, Iin, Nurika, Saudah, Afit,

dan Eni yang selalu menemani suka dukaQ….^_^…

Teman-teman Seperjuangan Pend. Matematika Unnes 2007

(5)

v

ABSTRAK

Rafika, Dewi Rafika. 2011. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Aktivitas Belajar melalui Model PBL (Problem Based Learning) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat di SMP Negeri 3 Ungaran. Skripsi, Jurusan Matematika. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1. Drs. Wuryanto, M.Si, 2. Dra. Endang Retno Winarti, M. Pd.

Kata Kunci: kepercayaan diri, aktivitas belajar, PBL, kemampuan pemecahan masalah.

Model PBL berbantuan LKPD dan slide show power point memudahkan

peserta didik dalam menemukan dan memahami konsep serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi persegi panjang dan persegi. Model PBL juga efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan rasa percaya diri atas kemampuannya sendiri. Oleh karena itu, diharapkan adanya pengaruh antara kepercayaan diri dan aktivitas belajar dalam penerapan model

PBL berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan

pemecahan masalah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL

berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan pemecahan

masalah peserta didik (2) persentase pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar matematika dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL

berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan pemecahan

masalah peserta didik.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran sebanyak 168 peserta didik, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VII I sebanyak 34 peserta didik. Pembelajaran matematika

pada kelas eksperimen menggunakan model PBL berbantuan LKPD dan slide

show power point.

Pada perhitungan koefisien korelasi ganda diperoleh melalui

regresi . Jadi, terdapat pengaruh positif antara

kepercayaan diri dan aktivitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah, sedangkan pada perhitungan koefisien determinasi diperoleh

melalui regresi . Jadi, presentase variansi

kepercayaan diri dan aktivitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah

adalah sebesar .

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, dan karunianya-Nya serta sholawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Pengaruh Kepercayaan Diri dan Aktivitas Belajar Melalui Model PBL (Problem Based Learning) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi

Segiempat di SMP Negeri 3 Ungaran”

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Kasmadi Imam S, M.S, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd, Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Dwijanto, M.Si, Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan motivasi

sepanjang perjalanan saya menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

5. Drs. Wuryanto, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Dra. Endang Retno Winarti, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

(7)

vii

7. Sutanto, S.Pd, Kepala SMP N 3 Ungaran yang telah memberikan izin

penelitian.

8. Titik Budi Murwati, S.Pd, Guru matematika SMP N 3 Ungaran yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

9. Guru dan Staf Karyawan SMP N 3 Ungaran yang telah membantu peneliti

selama penelitian.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca. Terima kasih.

Semarang, 26 September 2011

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 7

1.4 Manfaat ... 7

1.5 Penegasan Istilah ... 8

1.6 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar dan Hasil Belajar ... 11

(9)

ix

2.2.1 Teori Piaget ... 12

2.2.2 Teori Vygotsky ... 13

2.3 Kepercayaan Diri (Self-Confidence) ... 14

2.3.1 Pengertian Kepercayaan Diri ... 14

2.3.2 Ciri-ciri Kepercayaan Diri ... 15

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 15

2.3.4 Kepercayaan Diri dalam Matematika... 16

2.4 Aktivitas Belajar... 18

2.5 Pemecahan Masalah ... 22

2.6 Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ... 24

2.6.1 Pengertian Model PBL ... 24

2.6.2 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL ... 26

2.6.3 Implementasi Model Pembelajaran PBL dalam Materi Persegi Panjang dan Persegi ... 27

2.7 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 28

2.8 Bangun Datar Persegi Panjang dan Persegi ... 29

2.8.1 Persegi Panjang ... 29

2.8.1.1Sifat-sifat Persegi Panjang ... 29

2.8.1.2 Keliling Persegi Panjang ... 30

2.8.1.3 Luas Persegi Panjang ... 31

2.8.2 Persegi ... 31

2.8.2.1Sifat-sifat Persegi ... 31

(10)

x

2.8.2.3 Luas Persegi ... 33

2.9 Kerangka Berfikir ... 33

2.10 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 37

3.1.1 Populasi ... 37

3.1.2 Sampel ... 37

3.2 Variabel Penelitian ... 38

3.2.1 Variabel Bebas ... 38

3.2.2 Variabel Terikat ... 38

3.3 Desain Penelitian ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1 Metode Angket ... 41

3.4.2 Metode Observasi... 41

3.4.3 Metode Tes ... 41

3.5 Penskoran Instrumen Penelitian ... 42

3.5.1 Penskoran Angket ... 42

3.5.2 Penskoran Observasi ... 42

3.5.3 Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 42

3.6 Analisis Instrumen Penelitian ... 43

3.6.1 Angket Kepercayaan Diri ... 43

3.6.2 Soal Tes Pemecahan Masalah ... 46

(11)

xi

3.6.2.2 Analisis Butir Soal Uraian ... 50

3.6.3 Hasil Analisis Instrumen Penelitian ... 54

3.7 Teknik Analisis Data ... 54

3.7.1 Uji Normalitas ... 53

3.7.2 Analisis Regresi ... 56

3.7.2.1 Regresi Linear Ganda ... 56

3.7.2.2 Uji Keberartian Regresi Linear Ganda ... 58

3.7.2.3 Koefisien Korelasi Ganda ... 58

3.7.2.4 Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda ... 58

3.7.2.5 Koefisien Determinasi Regresi Ganda ... 59

3.7.2.6 Uji Keberartian Koefisien Regresi Linear Ganda... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Uji Normalitas Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah ... 63

4.1.2 Analisis Regresi Linear Ganda ... 63

4.1.3 Uji Keberartian Regresi Linear Ganda ... 64

4.1.4 Koefisien Korelasi Ganda ... 64

4.1.5 Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda ... 64

4.1.6 Koefisien Determinasi ... 65

4.1.7 Uji Keberartian Koefisien Regresi Linear Ganda ... 65

4.2 Pembahasan ... 66

(12)

xii

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Kepercayaan Diri Dalam Matematika... 17

2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 25

3.1 Kriteria Reliabilitas ... 45

3.2 Indeks daya Beda Soal ... 49

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Peserta Didik Eksperimen ... 74

2. Daftar Nama Peserta Didik Uji Coba ... 76

3. Uji Normalitas Nilai Ulangan Materi Himpunan kelas VII F, VII G, VII H, VII I, dan VII J ... 78

4. Uji Homogenitas Nilai Ulangan Materi Himpunan kelas VII F, VII G, VII H, VII I, dan VII J ... 79

5. Kisi-kisi Soal Pemecahan Masalah Materi Persegi Panjang dan Persegi ... 80

6. Soal Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ... 83

7. Kunci Jawaban dan Pedomen Penskoran Soal Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ... 88

8. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

9. Kunci Jawaban dan Pedomen Penskoran Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 99

10.Tabel Skala Kepercayaan Diri dalam Matematika ... 105

11.Angket Uji Coba Faktor Kepercayaan Diri ... 106

12.Angket Tes Faktor Kepercayaan Diri... 114

13.Lembar Pengamatan dan Kriteria Penilaian Aktivitas Peserta Didik Kelas VII I (Pertemuan I) ... 119

(16)

xvi

Kelas VII I (Pertemuan II) ... 124

15.RPP Materi Persegi Panjang (Pertemuan I) ... 129

16.RPP Materi Persegi (Pertemuan II) ... 145

17.Rekap Skor Hasil Pengisian Angket Uji Coba dan Soal Tes Uji Coba Materi Persegi Panjang dan Persegi ... 163

18.Analisis Soal Uji Coba Tipe Soal Uraian ... 165

19.Hasil Analisis Soal Uji Coba Tipe Soal Uraian ... 166

20.Perhitungan Validitas Butir Soal Uraian ... 167

21.Perhitungan Reliabilitas Perangkat Tes Uraian ... 168

22.Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uraian ... 170

23.Perhitungan Daya Pembeda Soal Uraian ... 172

24.Output ITEMAN Soal Uji Coba Tipe Soal Pilihan Ganda ... 174

25.Hasil Analisis Output ITEMAN Soal Uji Coba Tipe Soal Pilihan Ganda ... 176

26.Output ITEMAN Soal Angket Kepercayaan Diri ... 177

27.Hasil Analisis Output ITEMAN Soal Angket Kepercayaan Diri ... 181

28.Rekap Skor Kemampuan Pemecahan Masalah, Skor Kepercayaan Diri, dan Skor Aktivitas Peserta Didik Kelas VII I ... 182

29.Uji Normalitas Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas VII 183

30.Persamaan Regresi Linear Ganda ... 184

31.Koefisien Korelasi Ganda ... 186

32.Uji Keberartian Regresi Linear Ganda ... 187

(17)

xvii

34.Uji Keberartian Koefisien Regresi ... 189

35.Harga Kritik Chi Kuadrat ... 192

36.Tabel Distribusi F untuk α=5% ... 193

37.Luas di Bawah Lengkung Normal (Tabel Z) ... 194

38.Tabel Distribusi t ... 195

(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah beralih fungsi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengalihan fungsi sekolah menurut pendapat Sanjaya (2010:5) adalah tuntutan masyarakat kepada sekolah agar sekolah tidak hanya membekali peserta didik dengan berbagai macam ilmu pengetahuan melainkan juga mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, serta membekali peserta didik agar dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Selanjutnya Print, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya (2010), mengemukakan bahwa tuntutan tersebut dapat dipenuhi apabila sistem pendidikan khususnya sekolah, diatur oleh suatu kurikulum yang mengacu pada tiga konsep dasar, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran. Jadi kurikulum merupakan inti dari sebuah sistem pendidikan yang akan berfungsi dengan baik apabila tiga konsep dasar kurikulum direncanakan, disusun, dan dilaksanakan dengan baik.

(19)

2

memiliki karakteristik yang sama dengan konsep dasar kurikulum. Salah satu karakteristik KTSP yang sesuai dengan konsep dasar kurikulum adalah KTSP merupakan kurikulum teknologis yang berarti bahwa di dalam kurikulum KTSP terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.

(20)

penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan sikap menghargai kegunaan matematika.

Hudojo (2003:182) berpendapat bahwa permasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran matematika adalah tidak sesuainya kemampuan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Pernyataan tersebut berarti bahwa peserta didik tidak mampu menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kondisi ini menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar matematika sehingga mereka tidak menyukai pelajaran matematika. Muhsetyo (2008: 1.2) berpendapat bahwa jika peserta didik tidak menyukai pelajaran matematika, maka guru memerlukan upaya alternatif yang dapat menghubungkan kemampuan peserta didik dengan materi pelajaran yang disampaikan. Upaya tersebut adalah mencari dan memilih model pembelajaran matematika yang menarik, menggugah semangat, menantang, dan pada akhirnya menjadikan peserta didik cerdas di bidang matematika.

Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk

(21)

4

dicapai melalui pembelajaran menggunakan model PBL. Penelitian dengan menggunakan model PBL juga dilakukan oleh Suci (2008). Hasil penelitian Suci menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan aktivitas (partisipasi) mahasiswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), meningkatkan hasil belajar mata kuliah teori akuntansi, dan mendapat respon positif dari mahasiswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut, diketahui bahwa model PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik. Konsep belajar model PBL adalah konsep belajar kontruktivisme (Arends, 2008:48). Dalam proses pembelajaran PBL dengan konsep belajar kontruktivisme, guru kadang-kadang masih terlibat dalam kegiatan presentasi dan menjelaskan berbagai hal kepada peseta didik, tetapi lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga peserta didik dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Wayan (2007) berpendapat bahwa konsep kontruktivisme dalam belajar dapat diwujudkan dengan bantuan media pembelajaran yang berperan sebagai media mediated instruction yaitu pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (peserta didik). Salah satu media pembelajaran yang efektif untuk digunakan oleh guru adalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang dipadukan

dengan slide show power point yang memenuhi kriteria kontruktivisme sehingga

(22)

Kemampuan peserta didik dalam pelajaran matematika tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan matematika saja. Namun, faktor aktivitas belajar dan faktor diri (self) juga turut berpengaruh terhadap kemampuan matematika peserta didik. Hendikawati (2006) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa aktivitas belajar peserta didik berpengaruh sebesar 54,7% terhadap hasil belajar. Selanjutnya, pengaruh faktor diri (self) terhadap kemampuan matematika peserta didik diungkapkan oleh Ma & Kishor, sebagaimana dikutip oleh Kadijevich (2003:327) bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri (self-concept) tentang matematika dengan prestasi matematika. Konsep diri (self-concept) tentang matematika yang dimaksud adalah sikap percaya diri dalam belajar matematika (self-confidence in learning mathematics), gemar dengan matematika (liking mathematics), dan percaya akan kegunaan matematika (usefulness of mathematics). Berdasarkan kedua penelitian di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran matematika yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dan dapat merangsang tumbuhnya kepercayaan diri peserta didik agar peserta didik dapat diperoleh hasil belajar matematika secara optimal.

(23)

6

Ungaran adalah 65. Akan tetapi, peserta didik mempunyai kelemahan dalam hal kemampuan pemecahan masalah. Tidak lebih dari 30% peserta didik dalam satu kelas dapat mengerjakan soal pemecahan masalah ketika ulangan. Kelemahan peserta didik yang lain adalah kurangnya kepercayaan diri peserta didik. Hanya satu atau dua peserta didik dalam satu kelas yang mau maju mengerjakan soal di kelas tanpa disuruh oleh guru, sedangkan peserta didik lain menunggu disuruh guru untuk mau mengerjakan soal di papan tulis.

Berdasarkan paparan di atas, perlu diadakan penelitian tentang pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan

model PBL berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik pada materi bangun datar di SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2010/2011.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(1) Adakah pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar matematika dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik?

(2) Berapa persentase pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar

matematika dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL

berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan

(24)

1.3

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar

matematika dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL

berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik.

(2) Untuk mengetahui persentase pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar

matematika dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL

berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik.

1.4

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Memberikan masukan, sumbangan pemikiran, dan wawasan pengetahuan

tentang model model PBL dalam pembelajaran matematika serta kepercayaan diri dalam belajar matematika.

(2) Membantu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam aspek

pemecahan masalah matematika.

(3) Menambah pengalaman dan referensi bagi guru tentang model pembelajaran

(25)

8

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda tentang pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi, maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut:

(1) Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Tim Penyusun, 2002:849). Pengertian pengaruh dalam penelitian ini adalah daya yang timbul dari kepercayaan diri dan aktivitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

(2) Kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan peserta didik dalam proses memecahkan masalah yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan hasil.

(3) Aktivitas belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental dan dua aktivitas itu harus saling berkaitan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas yang mencakup aktivitas visual (visual activities), aktivitas lisan (oral activities), aktivitas mendengar (listening activities), dan aktivitas menulis (writing activities).

(4) Kepercayaan diri

(26)

kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kepercayaan diri dapat timbul karena seseorang menghargai dirinya, memandang nilai dirinya yang sesungguhnya sebagai manusia, yakin dengan segala aspek yang dimilikinya, dan merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidup. Kepercayaan diri pada penelitian ini adalah kepercayaan diri matematika dengan indikator: (1) kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya; (2) kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan; (3) kepercayaan terhadap matematika itu sendiri.

(5) Model pembelajaran PBL

Model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang penting dari materi pelajaran.

(6) Materi segiempat

Materi segiempat adalah materi yang diajarkan di tingkat SMP kelas VII. Dalam penelitian ini akan diajarkan materi segiempat sub materi persegi panjang dan persegi.

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

(27)

10

1.6.1 Bagian Awal Skripsi

Terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi

Merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri dari 5 bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan teori, berisi teori-teori yang mendukung pelaksanaan penelitian.

BAB III : Metode penelitian, berisi tentang objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V : Penutup, berisi tentang simpulan hasil penelitian dan saran-saran peneliti.

1.6.3 Bagian Akhir

(28)

11

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Gagne dan Berliner, sebagaimana dikutip oleh Anni (2007:2), belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman. Gagne juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan (Winataputra, 2008: 1.8). Menurut Bower dan Hilgard, sebagaimana dikutip oleh Winataputra (2008:1.8), belajar mengacu pada perubahan tingkah laku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan, kelelahan atau kebiasaan, sedangkan Hudojo (2003: 83) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar di atas, maka belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diiringi dengan beberapa perubahan lain seperti perubahan kemampuan, keterampilan, dan sikap.

Unsur-unsur belajar menurut Anni (2007:4) antara lain:

(1) pembelajar yakni berupa peserta didik, warga belajar, atau peserta didik; (2) rangsangan (stimulus) indera pembelajar misalnya warna, suara, sinar, dan

(29)

12

pada stimulus tertentu yang diminat;

(3) memori pembelajar yakni berisi berbagai kemampuan seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap;

(4) tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori (respon).

Berdasarkan unsur-unsur belajar di atas, maka proses belajar dapat ditandai dengan adanya pembelajar, rangsangan (stimulus), pengalaman belajar, dan perilaku pembelajar sebagai hasil dari pengalaman belajar. Selanjutnya, ciri-ciri perilaku yang mencerminkan suatu proses belajar adalah apabila perilaku tersebut memungkinkan terjadinya perubahan yang lebih baik, menambah pengalaman bagi individu, dan perubahan perilaku tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama.

2.2 Teori Belajar

Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen (Sugandi, 2007:7). Beberapa teori belajar yang melandasi pembahasan dalam penelitian ini antara lain:

2.2.1 Teori Piaget

Tiga prinsip utama teori pembelajaran Piaget seperti yang dikemukakan oleh Sugandi (2007:35-36) adalah sebagai berikut:

(1) Belajar aktif

(30)

perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan subjek belajar belajar sendiri, misalnya dengan melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan, dan membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

(2) Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Apabila terjadi interaksi di antara subjek belajar, maka khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan.

(3) Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme.

Jadi, keterkaitan penelitian ini dengan teori Piaget adalah adanya keaktifan, interaksi, dan pembangunan pengalaman anak secara mandiri dalam proses belajar karena tiga hal tersebut akan mengembangkan pengetahuan anak secara lebih baik.

2.2.2 Teori Vygotsky

(31)

14

Pada prinsip pertama, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran. Prinsip kedua adalah bahwa peserta didik belajar paling baik apabila berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. Prinsip ketiga adalah menekankan pada hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan bahwa peserta didik dapat menemukan sendiri solusi dari permasalahan melalui bimbingan dari teman sebaya atau pakar. Prinsip keempat bahwa proses belajar akan lebih baik jika memunculkan konsep scaffolding. Scaffolding yaitu memberikan sejumlah besar bantuan berupa petunjuk, peringatan, ataupun dorongan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran.

Jadi, keterkaitan penelitian ini dengan teori Vygotsky adalah prinsip ketiga dan keempat dari teori Vygotsky yaitu konsep kontruktivisme dalam belajar dan dibutuhkannya scaffolding dalam proses pembelajaran.

2.3 Kepercayaan Diri (

Self-Confidence

)

2.3.1 Pengertian Kepercayaan Diri

(32)

memiliki keyakinan terhadap segala aspek kelebihan dirinya sehingga mampu mengatasi ketakutan dan kecemasan dirinya.

2.3.2 Ciri-ciri Kepercayaan Diri

Menurut Hambly (1995:3) seseorang yang mempunyai kepercayaan diri mampu menangani segala sesuatu dengan tenang, sedangkan Loekmono (1983:36) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap dan kepercayaan yang optimis bahwa sesuatu pasti dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh Winataputra (2008), perilaku seseorang yang mempunyai keyakinan akan kemampuan diri adalah mereka akan menghindari situasi-situasi yang diyakini akan melampaui kemampuannya dalam mengatasi situasi tersebut dan akan melibatkan diri dalam situasi yang diyakininya mampu ditanganinya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka ciri-ciri individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah bahwa ia dapat memahami akan kelebihan dan kekurangan dirinya sehingga dapat menjalani kehidupannya dengan kondisi mental yang terkendali dengan baik.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Rasa tidak percaya diri bisa terjadi melalui proses panjang yang dimulai dari faktor pendidikan keluarga. Menurut Thursan dan Rini (2002), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain sebagai berikut:

(33)

16

(2) Lingkungan juga mempengaruhi terbentuknya rasa percaya diri seseorang

sehingga dalam kehidupan sosialnya dapat terlihat antara individu yang memiliki percaya diri dan yang tidak memiliki percaya diri.

(3) Pemahaman terhadap lingkungan diri sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Bila individu mempunyai pemahaman negatif terhadap diri sendiri justru akan memperkuat rasa tidak percaya diri. Namun, apabila individu memandang positif terhadap diri sendiri maka akan memperkuat rasa percaya diri.

Dari penjelasan di atas, maka faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor keluarga dan pemahaman akan kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

2.3.4 Percaya Diri dalam Matematika

(34)

berguna, matematika sebagai suatu seni, intuisi, analisis, dan rasional, serta matematika sebagai kemampuan bawaan.

Pendapat Margono (2005:48) tentang indikator kepercayaan diri dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

No Faktor Indikator

1 Kepercayaan terhadap pemahaman

dan kesadaran diri terhadap

kemampuan matematikanya.

Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan keberhasilan

Percaya diri dalam bersaing dan

dibandingkan dengan

teman-temannya.

2 Kemampuan untuk menentukan

secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan.

Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya.

Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika.

3 Kepercayaan terhadap matematika

itu sendiri. (matematika sebagai ilmu)

Matematika sebagai sesuatu yang abstrak.

Matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna.

Matematika sebagai suatu seni, analitis, dan rasional.

Matematika sebagai suatu

[image:34.595.116.512.194.602.2]
(35)

18

2.4 Aktivitas Belajar

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga belajar mengajar yang ditempuh benar-benar akan memperoleh hasil yang optimal (Rusyan, 1992:128). Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental dan dua aktivitas itu harus saling berkaitan dalam kegiatan pembelajaran (Sardiman, 2001:98). Menurut Rohani (2004:6), aktivitas fisik adalah peserta didik giat/aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain dan bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas mental adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran.

(36)

Menurut Djamarah (2008:38-45), terdapat beberapa aktivitas belajar sebagai berikut.

(1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah maka setiap peserta didik diharapkan mendengarkan apa yang guru sampaikan.

(2) Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori akvititas belajar. Saat proses pembelajaran di kelas, seseorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan tulisan. Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak.

(3) Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya.

(4) Membaca

Membaca tidak selalu membaca buku, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, catatan hasil belajar, dan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan belajar.

(37)

20

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajar karena menggunakan ringkasan materi yang dibuatnya. Ringkasan yang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Membaca pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah. Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi tertentu di kemudian hari bila diperlukan.

(6) Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan.

Dalam buku sering dijumpai tabel-tabel, diagram-diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari suatu materi. Demikian pula gambar-gambar dan peta-peta dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.

(7) Mengingat

Mengingat adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal yang telah lampau. Perbuatan mengingat terlihat ketika seseorang sedang menghafal bahan pelajaran berupa dalil, pengertian, dan sebagainya.

(8) Berpikir

Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir seseorang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya seseorang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.

(38)

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan.

Paul B. Diedrich seperti yang dikutip dalam Sardiman (2001:99) menggolongkan aktivitas belajar sebagai berikut

(1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demontrasi, percobaan.

(2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

(3) Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

(4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

(5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. (6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi model,

bermain, berkebun, beternak.

(7) Mental activities, seperti: mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

(8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

(39)

22

sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Menurut Rohani (2004:9-10) hal yang dapat dilakukan guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mental peserta didik adalah sebagai berikut.

(1) Mengajukan pernyataan dan membimbing diskusi peserta didik.

(2) Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,

menganalisis, mengambil keputusan.

(3) Menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan,

memberi pendapat.

(4) Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan di bengkel,

laboratorium.

(5) Mengadakan pameran, karyawisata.

Dalam penelitian ini, beberapa aktivitas belajar peserta didik yang diamati di antaranya adalah visual activities, listening activities, oral activities, dan writing activities. Hal ini disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Keempat aktivitas belajar tersebut tidak terpisah satu sama lain. Akan tetapi, dilakukan sesuai dengan aktivitas yang dibutuhkan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2.5 Pemecahan Masalah

(40)

matematika. Fungsi guru dalam kegiatan pemecahan masalah adalah memfasilitasi dan memotivasi peserta didik dalam proses memecahkannya. Perlu diingat bahwa masalah yang diberikan kepada peserta didik harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan peserta didik. Masalah yang di luar jangkauan kemampuan peserta didik dapat menurunkan motivasi mereka.

Polya, sebagaimana dikutip oleh Wardhani (2005:112), mendefinisikan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Selanjutnya Polya, sebagaimana dikutip oleh Wardhani (2005:158), mengelompokkan masalah dalam matematika

menjadi dua kelompok. Pertama, adalah masalah terkait dengan “menemukan

sesuatu” yang teoritis ataupun praktis, abstrak ataupun konkret termasuk juga di

sini teka-teki. Landasan untuk “menemukan sesuatu” dalam menyelesaikan

(41)

24

Penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan hasil. Dari hasil karya peserta didik dalam memecahkan masalah, dapat dilihat seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah ditinjau dari kemampuan-kemampuan tersebut. Pada kenyataannya peserta didik sering terhalang dalam memecahkan masalah karena lemahnya (tidak terbiasa) mengembangkan strategi pemecahan masalah dan kurangnya pemahaman konsep atau prosedur yang terkandung dalam penyelesaian masalah.

2.6 Model Pembelajaran PBL (

Problem Based Learning

)

2.6.1 Pengertian Model PBL

(42)

berkembang ketika mereka menghadapi pengalaman baru, kemudian berusaha

menemukan pemahaman tentang pengalaman baru tersebut dengan

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan baru dan mengkonstruksi makna baru. Jadi, dalam pembelajaran dengan model PBL, walaupun kadang-kadang guru masih terlibat mempresentasikan dan menjelaskan banyak hal kepada peserta didik, tapi lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga peserta didik dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Pembelajaran dengan menggunakan model PBL menurut Ismail (2003:33) sebagaimana yang dikutip dalam Widdiharto (2003:9), memiliki 5 tahapan utama yaitu sebagai berikut.

Tahapan/Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Mengorganisasi peserta didik kepada masalah

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, memotivasi peserta didik agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihkan.

Fase 2

Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase 3

Membimbing pemecahan masalah

Guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang

[image:42.595.111.514.229.758.2]
(43)

26

individual maupun kelompok untuk mendapatkan penjelasan dalam

pemecahan masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam perencanaan dan menyiapkan karya seperti laporan serta membantu mereka membagi tugas dengan temannya.

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Dalam penelitian ini, semua langkah-langkah yang ada pada model pembelajaran berbasis masalah ini dilaksanakan.

2.6.2 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL

Menurut Sanjaya (2008:219), Model PBL memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.

Kelebihan model PBL adalah sebagai berikut:

(1) Menantang kemampuan peserta didik serta memberi kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.

(2) Meningkatkan aktivitas pembelajran peserta didik.

(3) Membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata.

(4) Merangsang perkembangan kemampuan berfikir peserta didik untuk

(44)

Kelemahan model PBL adalah sebagai berikut:

(1) Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model pembelajaran

yang lain.

(2) Manakala peserta didik peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba.

Peranan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, menfasilitasi penyelidikan dan dialog, dan menuntaskan suatu masalah yang melampaui tingkat pengetahuan peserta didik pada saat itu.

2.6.3 Implementasi Model Pembelajaran PBL dalam Materi Persegi Panjang dan Persegi

Model PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah, keterampilan berfikir, dan keterampilan mengatasi masalah. Model PBL dikembangkan melalui teori perkembangan kontruktivisme Piaget dan Vygotsky. Model ini menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Melalui tahap-tahap (fase) model PBL, peserta didik diberi kesempatan untuk menginvestigasi permasalahan yang diajukan guru secara mandiri. Fase model PBL dibuat sedemikian rupa sehingga mendorong peserta

didik untuk menginvestigasi permasalahan yang diajukan guru dan

(45)

28

materi persegi panjang dan persegi karena banyak permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi persegi panjang dan persegi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana investigasi dan penyelidikan peserta didik.

2.7 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Menurut Hidayah (2007:8), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alat pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). LKS berupa lembaran yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik) .

LKS merupakan bimbingan guru dalam pembelajaran yang disajikan secara tertulis. Dalam penulisannya perlu diperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual, khususnya tentang visualnya yang berfungsi untuk menarik perhatian peserta didik.

Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.

(1) Memberi penguatan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh

peserta didik;

(2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah

disajikan.

(46)

(1) Meningkatkan aktivitas belajar.

(2) Mendorong peserta didik mampu belajar mandiri.

(3) Membimbing peserta didik secara baik ke arah pengembangan konsep.

Dalam penelitian ini, LKPD yang disusun berisi pertanyaaan-pertanyaan yang akan membimbing peserta didik dalam memahami konsep persegi panjang dan persegi. Pada saat pengisian LKPD, guru berperan sebagai pembimbing dan pemberi penguatan dalam menentukan kesimpulan yang benar terhadap materi yang sedang dibahas.

2.8 Bangun Datar Persegi Panjang dan Persegi

2.8.1 Persegi Panjang

Menurut Sukino (2006:287) persegi panjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar salah satu sudutnya siku-siku.

2.8.1.1 Sifat-sifat Persegi Panjang

(1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.

(2) Setiap sudutnya siku-siku.

l l

p

p

A B

C D

Menurut gambar persegi panjang ABCD di samping, maka AB = CD dan AD = BC

Menurut gambar persegi panjang ABCD di samping, maka

A B

(47)

30

(3) Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan

di titik pusat persegi panjang. Titik tersebut membagi diagonal menjadi dua bagian yang sama panjang.

Menurut gambar persegi panjang ABCD di atas, maka terdapat diagonal yang sama penjang yaitu AC dan BD dan saling berpotongan di titik O. Titik tersebut membagi diagonal menjadi dua bagian yang sama, yaitu AO=CO dan BO=DO.

(4) Mempunyai dua sumbu simetri yaitu sumbu vertikal dan horizontal.

2.8.1.2 Keliling Persegi Panjang

Menurut Sukino (2006:287), keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh panjang sisinya. Jika ABCD adalah persegi panjang dengan panjang p, lebar l, dan keliling K, maka K = p + l + p + l, atau dapat ditulis sebagai:

l l

p

p B

D C

A

K = 2p + 2l = 2(p +l)

x

x

x

x

A B

C D

(48)

2.8.1.3 Luas Persegi Panjang

Luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan bangun datar. Ukuran untuk luas adalah cm2, m2, km2, atau satuan luas lainnya.

Menurut Sukino (2006:287), luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. Apabila terdapat persegi panjang ABCD dengan panjang p, lebar l, dan luas L, maka luas persegi panjang ABCD dapat ditulis sebagai:

2.8.2 Persegi

Menurut Sukino (2006:287) persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.

Sebagai contoh, perhatikan gambar di atas. ABCD adalah persegi dengan

sisi-sisi AB, BC, CD, dan DA dimana AB = BC = CD = DA dan A = .

2.8.2.1 Sifat-sifat Persegi

(1) Setiap sudutnya siku-siku.

L = p x l

C D

B A

sisi

sisi

Menurut gambar persegi ABCD di samping, maka

A B

(49)

32

(2) Mempunyai dua diagonal yang sama panjang, berpotongan di

tengah-tengah, dan membentuk sudut siku-siku.

Menurut gambar persegi ABCD di atas, AC dan BD merupakan diagonal dengan AC = BD. Diagonal AC dan BD berpotongan di tengah-tengah yaitu

di titik O dan .

(3) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

(4) Memiliki 4 sumbu simetri.

2.8.2.2 Keliling Persegi

Menurut Sukino (2006:291), keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisi-sisinya.

R S

Q P

s

s s

s

A B

C D

O

A B

D C

(50)

Pada gambar di atas, PQRS adalah persegi dengan panjang sisi s dan keliling K, maka keliling PQRS adalah K = s + s + s + s dan dapat ditulis sebagai berikut.

2.8.2.3 Luas Persegi

Menurut Sukino (2006:287), luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya. Apabila terdapat persegi ABCD dengan sisi s dan luas L, maka luas ABCD dapat ditulis sebagai berikut.

2.9 Kerangka Berpikir

Permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di SMP Negeri 3 Ungaran adalah kurangnya kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Hanya sekitar 30% peserta didik yang dapat mengerjakan soal pemecahan masalah pada saat ulangan. Selain permasalahan tersebut, peserta didik juga kurang memiliki rasa percaya diri ketika mengikuti pembelajaran matematika di kelas. Hanya satu atau dua peserta didik yang berani untuk mengerjakan soal matematika di papan tulis tanpa disuruh oleh guru.

Model PBL merupakan model pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kemampuan konstruktivis peserta didik. Melalui model PBL, peserta didik dituntut untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL, peserta didik diarahkan oleh guru untuk terlibat aktif dalam menginvestigasi masalah, mengajukan pertanyaan, mengungkapkan pendapat, dan berdiskusi.

K = 4s

(51)

34

Aktivitas belajar tersebut sangat efektif untuk mengembangkan keterampilan menginvestigasi dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik. Selain itu, model PBL juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan rasa percaya diri peserta didik. Oleh karena itu, model PBL dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi yang dapat diaplikasikan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari seperti materi persegi panjang dan persegi.

Dalam penelitian ini, pembelajaran materi persegi dan persegi panjang diajarkan dengan menggunakan model PBL yang diintegrasikan dengan

penggunaan LKPD dan slide show power point. Pengintegrasian model PBL

dengan penggunaan LKPD akan memudahkan peserta didik dalam menemukan konsep, memahami konsep, dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi persegi panjang dan persegi. Selanjutnya, penggunaan slide show power point akan mengefektifkan penyampaian materi kepada peserta didik karena proses penyampaian materi secara visual akan membuat materi pelajaran yang disampaikan menjadi menarik dan menyenangkan.

Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh model pembelajaran PBL

yang diintegrasikan dengan penggunaan LKPD dan slide show power point

(52)

2.10 Hipotesis

Dalam penelitian ini disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1) Kepercayaan diri dan aktivitas belajar berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah melalui pembelajaran dengan menggunakan model PBL berbantuan LKPD dan slide show power point.

(53)

36

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran sebanyak 168 peserta didik, yang terdiri dari 34 peserta didik kelas VII F, 34 peserta didik kelas VII G, 33 peserta didik kelas VII H, 34 peserta didik kelas VII I, dan 33 peserta didik kelas VII J.

3.1.2 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random

sampling. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling didasarkan pada asumsi bahwa populasi dalam penelitian ini homogen. Hal tersebut berdasarkan fakta bahwa populasi memiliki ciri-ciri yang relatif sama, yaitu:

(1) peserta didik mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama.

(2) peserta didik diampu oleh guru yang sama.

(3) peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas paralel yang sama.

(4) pembagian kelas tidak berdasarkan peringkat.

(5) telah dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

(54)

Kuadrat, sedangkan uji homogenitas menggunakan uji Bartlet. Berdasarkan

perhitungan normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat diperoleh

dan (dengan dk = 4 dan ). Karena

, maka diterima, yang berarti bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3).

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlet

diperoleh dan (dengan dk = 4 dan ).

Karena maka diterima, yang berarti bahwa sampel

mempunyai varians yang sama sehingga sampel tersebut homogen (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4).

Berdasarkan lima hal di atas diperoleh sampel penelitian yaitu peserta didik kelas VII I dan kelompok sampel terdiri dari 34 peserta didik.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri (X1) dan

aktivitas belajar (X2) 3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi persegi panjang dan persegi.

(55)

38

3.3

Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan teknik korelasi ganda antara dua variabel bebas yaitu kepercayaan diri dan aktivitas belajar dan satu variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan masalah yang dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Dimana:

X1 = kepercayaan diri

X2 = aktivitas belajar

Y = kemampuan pemecahan masalah

R = pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar secara bersama-sama

terhadap kemampuan pemecahan masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Penelitian diawali dengan penentuan sampel penelitian.

X1

X2

[image:55.595.114.506.199.576.2]

Y R

(56)

(2) Menentukan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan sintaks model pembelajaran PBL.

(3) Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL pada peserta

didik kelas VII I.

(4) Menyusun kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah, kisi-kisi angket

kepercayaan diri, dan menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik.

(5) Menentukan kelas uji coba untuk menguji coba instrumen tes. Kelas uji coba

merupakan kelas yang telah mendapatkan materi persegi panjang dan persegi. (6) Mengujicobakan instrumen uji coba pada kelas uji coba. Instrumen yang diujicobakan pada kelas uji coba adalah soal tes pemecahan masalah materi persegi panjang dan persegi dan angket kepercayaan diri.

(7) Menganalisis data hasil uji coba pada kelas uji coba. Soal uji coba kemampuan pemecahan masalah dianalisis untuk diketahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya, sedangkan angket uji coba kepercayaan diri dianalisis untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya.

(8) Soal uji coba kemampuan pemecahan masalah dan angket uji coba

kepercayaan diri yang memenuhi syarat, dipilih untuk kemudian dijadikan soal tes kemampuan pemecahan masalah dan angket kepercayaan diri pada kelas eksperimen.

(9) Melaksanakan tes kemampuan pemecahan masalah dan pengisian angket

kepercayaan diri.

(57)

40

(11)Menyusun hasil penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Angket

Metode angket digunakan untuk memperoleh skor kepercayaan diri peserta didik. Angket pada penelitian ini disusun dengan pernyataan bersifat tertutup dengan skala 1-4. Penskoran pada butir positif yaitu a memiliki skor 4, b memiliki skor 3, c memiliki skor 2, dan d memiliki skor 1, sedangkan penskoran pada butir negatif yaitu a memiliki skor 1, b memiliki skor 2, c memiliki skor 3, dan d memiliki skor 4. Pernyataan pada angket kepercayaan diri peserta didik berdasarkan pada indikator kepercayaan diri dalam matematika.

3.4.2 Metode Observasi

Metode observasi pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh skor aktivitas belajar peserta didik ketika mengikuti pelajaran dengan model

pembelajaran PBL berbantuan LKPD dan slide show power point. Pernyataan

tentang aktivitas belajar berdasarkan pada macam-macam aktivitas berupa visual activities, listening activities, oral activities, dan writing activities.

3.4.3 Metode Tes

(58)

3.5 Penskoran Instrumen Penelitian

3.5.1 Penskoran Angket

Dalam penskoran angket, peneliti menggunakan interval interval 1 sampai dengan 4. Untuk angket dengan penskoran positif penskoran pilihan jawabannya adalah jawaban (a) bernilai 4, jawaban (b) bernilai 3, jawaban (c) bernilai 2, dan jawaban (d) bernilai 1, sedangkan untuk angket dengan pernyataan negatif jawaban (a) bernilai 1, jawaban (b) bernilai 2, jawaban (c) bernilai 3, dan jawaban (d) bernilai 4.

3.5.2 Penskoran Observasi

Dalam penskoran hasil pengamatan aktivitas belajar memiliki rentang antara 1 sampai dengan 4. Nilai empat untuk pengamatan peserta didik yang memiliki aktivitas belajar positif dan nilai satu untuk pengamatan peserta didik yang memiliki aktivitas belajar negatif. Untuk pedoman penskoran aktivitas belajar dapat dilihat pada lampiran 13.

3.5.3 Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(59)

42

3.6 Analisis Instrumen Penelitian

3.6.1 Angket Kepercayaan Diri

Pada penelitian ini, digunakan angket kepercayaan diri yang terdiri dari 32 butir. Analisis yang dilakukan terhadap butir angket kepercayaan diri adalah sebagai berikut.

(1) Analisis Validitas Butir

Analisis validitas butir digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mempunyai daya ukur terhadap variabel yang akan diukur. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir angket adalah product moment correlation sebagai berikut.

Dimana:

= koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = banyaknya subyek

= jumlah skor total item X = jumlah skor total item Y

= jumlah perkalian skor item dengan skor total = jumlah kuadrat skor item

= jumlah kuadrat skor total

Pada penelitian ini, perhitungan validitas butir angket menggunakan

alat bantu ITEMAN. Validitas butir angket pada output perhitungan

(60)

Interpretasi koefisien validitas bersifat relatif. Tidak ada batasan universal yang menunjuk kepada angka minimal yang harus dipenuhi agar suatu skala psikologi dikatakan valid. Terhadap pernyataan mengenai berapa tinggi koefisien validitas yang dianggap memuaskan, Cronbach (1970:429) sebagaimana dikutip oleh Azwar (2009:103) menerangkan bahwa koefisien yang berkisar antara 0,3 sampai dengan 0,5 telah dapat memberikan kontribusi yang baik, sedangkan pada penelitian ini butir angket dikatakan valid jika lebih dari atau sama dengan 0,2.

Pada perhitungan butir angket kepercayaan diri, diperoleh butir angket valid yaitu butir angket no 2, 3, 4, 6, 11 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,21, 24, 28, 29, 30, 31, 32, sedangkan butir angket yang tidak valid adalah butir angket no 1, 5, 7, 8, 9, 10, 20, 22, 23, 25, 26, 27. Perhitungan validitas butir angket kepercayaan diri dapat dilihat di lampiran 26.

(2) Analisis Reliabilitas

Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas menurut Sugiyono (2007:365) adalah rumus koefisien Alpha Cronbach sebagai berikut

Dimana:

(61)

44

k = mean kuadrat antara subyek

= mean kuadrat kesalahan = varians total

sedangkan rumus untuk varians total dan varians item:

Dimana:

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subyek

Pada penelitian ini, perhitungan reliabilitas menggunakan alat bantu ITEMAN. Reliabilitas pada output perhitungan ITEMAN ditunjukkan dengan

koefisien α.

Untuk pengujian reliabilitas digunakan kriteria sebagai berikut:

ri Kriteria

0,00 – 0,20

0,21 – 0,40

0,41 – 0,70

0,71 – 1,00

Rendah Sekali

Rendah

Sedang

[image:61.595.129.510.184.730.2]
(62)

Pada perhitungan reliabilitas diperoleh nilai α=0,427 maka kriteria

reliabilitas perangkat tes kepercayaan diri adalah sedang. Perhitungan reliabilitas perangkat tes kepercayaan diri dapat dilihat di lampiran 26.

3.6.2 Soal Tes Pemecahan Masalah

Pada penelitian ini, digunakan soal tes pemecahan masalah sebanyak 16 soal yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 6 soal uraian. Analisis yang dilakukan terhadap soal tes pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

3.6.2.1 Analisis Butir Soal Pilihan Ganda

(1) Validitas Butir

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir sebagaimana

yang dijelaskan dalam Azwar (2007:50) adalah rumus point biserial

correlation sebagai berikut.

Dimana:

= point biserial correlation

= mean skor variabel interval bagi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi

(63)

46

Hasil perhitungan rpbis dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan 5%. Jika rpbis > rtabel maka butir soal tersebut dikatakan valid.

Pada penelitian ini, perhitungan validitas soal menggunakan alat bantu

ITEMAN. Reliabilitas butir soal pada output perhitungan ITEMAN

ditunjukkan dalam kolom Point Biserial.

Pada perhitungan validitas butir soal pilihan ganda, diperoleh butir soal valid yaitu butir soal no 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, dan butir soal yang tidak valid adalah butir soal no 1, 6. Perhitungan validitas butir soal pilihan ganda dapat dilihat di lampiran 24.

(2) Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas menurut Sugiyono (2007:365) adalah rumus koefisien Alpha Cronbach sebagai berikut

Dimana:

= koefisien Alpha Cronbach

k = mean kuadrat antara subyek

= mean kuadrat kesalahan = varians total

(64)

Dimana:

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subyek

Hasil perhitungan ridibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan 5%. Jika ri > rtabel maka perangkat tes dikatakan reliabel.

Pada penelitian ini, perhitungan reliabilitas menggunakan alat bantu

ITEMAN. Reliabilitas butir soal pada output perhitungan ITEMAN

ditunjukkan dengan koefisien α.

Pada perhitungan reliabilitas diperoleh nilai α=0,732, sedangkan rtabel =0,344. Karena α> rtabel maka perangkat soal pilihan ganda reliabel. Perhitungan reliabilitas perangkat soal pilihan ganda dapat dilihat di lampiran 24.

(3) Daya Beda Butir

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda butir sebagaimana yang dijelaskan dalam Suryabrata (2005:113) adalah rumus korelasi biserial sebagai berikut.

Dimana:

= rata-rata skor kriteria yang menjawab benar

= rata-rata skor kriteria yang menjawab salah

= simpangan baku skor kriteria semua objek

p = proporsi subjek yang menjawab benar terhadap semua subjek

(65)

48

Kriteria 0,00 – 0,20

0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik Sekali Arikunto (2009:218)

Pada penelitian ini, analisis butir menggunakan alat bantu ITEMAN. Daya beda butir soal pada output perhitungan ITEMAN ditunjukkan pada kolom Biser.

Pada perhitungan daya beda butir diperoleh butir soal dengan klasifikasi butir soal daya beda jelek adalah butir no 6. butir soal dengan klasifikasi daya beda cukup adalah butir no 1, butir soal dengan klasifikasi daya beda baik adalah butir no 3 dan 10, butir soal dengan klasifikasi daya beda baik sekali adalah butir no 2, 4, 5, 7, 8, dan 9. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 24.

(4) Tingkat Kesukaran Butir

[image:65.595.122.513.160.574.2]

Butir soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Teknik perhitungan tingkat kesukaran soal adalah menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau di bawah batas lulus tiap-tiap butir. Tingkat kesukaran butir soal dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut.

(66)

Dengan:

P = indeks kesukaran butir

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks Kesukaran Butir Kriteria

0,00 – 0,30 0,30 – 0,70 0,70 – 1,00

Sukar Sedang Mudah

Arikunto (2009:201)

Pada penelitian ini, perhitungan tingkat kesukaran butir menggunakan

alat bantu ITEMAN. tingkat kesukaran butir pada output perhitungan

ITEMAN ditunjukkan pada kolom Prop. Correct.

Pada perhitungan tingkat kesukaran butir diperoleh butir soal dengan kriteria sukar adalah butir soal no 3, 6, 10, butir soal dengan kriteria sedang adalah butir soal no 9, dan butir soal dengan kriteria mudah adalah butir soal no 1, 2, 4, 5, 7, 8. Perhitungan tingkat kesukaran butir soal pilihan ganda dapat dilihat di lampiran 24.

3.6.2.2 Analisis Butir Soal Uraian

(1) Validitas Butir

[image:66.595.122.513.191.535.2]

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal pilihan ganda adalah product moment correlation sebagai berikut.

(67)

50

Dimana:

= koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = banyaknya subyek

= jumlah skor total item X = jumlah skor total item Y

= jumlah perkalian skor item dengan skor total = jumlah kuadrat skor item

= jumlah kuadrat skor total

Setelah diperoleh nilai , selanjutnya nilai dibandingkan dengan

nilai pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal

dikatakan valid jika (Arikunto, 2006:72).

Pada penelitian ini, semua butir soal uraian valid. Perhitungan validitas butir soal uraian dapat dilihat di lampiran 20.

(2) Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah rumus koefis

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar
Tabel 2.1 Indikator Kepercayaan Diri dalam Matematika
Tabel 2.2 Sintaks PBL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kelompok kelas sedang, dari perhitungan menggunakan uji t melalui SPSS 

USD menguat karena pasar memperhatikan komentar optimis dari kepala bank sentral AS Jerome Powell yang menyatakan bahwa perbaikan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja

Penjelasan flowchart menu indeks website perumahan PT.Cipta Jaya Inhil sebagai berikut: Star untuk menjalankan program, lalu akan muncul men utama setelah itu masuk pada

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui penggunaan media di SMA Negeri Seputih Agung; 2)mengembangkan media pembelajaran sejarah video situs Batu Berak di SMA

Selanjutnya, untuk lebih efektif pembaharuan manajemen publik kemudian diikuti dengan pembaharuan administrasi pelayanan publik, khususnya yang menyangkut pemberian layanan

(Jawab sendiri dengan hati jujur!). Memang dalam situasi di mana semenjak jatuhnya Suharto peta politik masih belum ada perubahan mendasar, perjuangan tersebut sangat

Rendahnya kemampuan membaca siswa disebabkan berbagai pokok bahasan membaca yang disajikan di sekolah tidak pernah disertai dengan strategi membaca yang tepat, hal itu

BUMDes dibentuk oleh pemerintah desa dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengelolaan potensi desa (sumber daya manusia dan sumber daya alam) yang sesuai