• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 7 vitamin d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelompok 7 vitamin d"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DARI ILMU GIZI

Pembimbing : Nany Suryani, SGz

Di susun oleh kelompok 7

Melly Susanti

Nim : 09D40088

Faulina Anjar Puspita

Nim : 09D40075

Natalia Erlina Yuni

Nim : 09D40091

Norhalimah

Nim : 09D40092

Emilisnawati

Nim : 09D40072

Siti Anita

Nim : 09D40105

Prody :

DIV KEBIDANAN & PENDIDIK

STIKES HUSADA BORNEO

TAHUN AJARAN

2010/2011

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ SEJARAH DARI ILMU GIZI “ Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga beserta sahabat-sahabat beliau hinggan akhir zaman.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Gizi dalam kesehatan reproduksi dengan harapan mudah-mudahan nantinya akan bermanfaat bagi pembaca sekalian dan dapat memperluas pengetahuan kita semua. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah berguna untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, makalah ini kami dedikasikan untuk menambah pengetahuan dari pembaca tentang sejarah dari ilmu gizi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Banjarbaru, 22 Maret 2010

(3)

DAFTAR ISI

Page

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan Makalah... 1

BAB II SEJARAH DARI ILMU GIZI ... 2

2.1. Vitamin D (Vitamin Antirakhitis)... 2

2.2. Fungsi vitamin D... 3

2.3. Metabolisme Vitamin D... 4

2.4. Kebutuhan akan vitamin D... 5

2.5. Defisiensi vitamin D... 5

2.6. Apsopsi Transportasi dan Penyimpanan………. 6

BAB III PENUTUP ... 7

3.1. Kesimpulan... 7

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Salah satu sumber gizi ialah vitamin D.

Vitamin D adalah nama yang diberikan untuk dua zat terlarut-lemak yang terkait, yaitu kolekalsiferol dan ergokalsiferol, yang umumnya memiliki kemampuan untuk mencegah atau mengobati penyakit rakhitis. Sebelum ditemukannya vitamin D, persentase anak-anak perkotaan yang tinggal di kawasan-kawasan bersuhu tinggi semakin meningkat yang mengalami penyakit rakhitis.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah sejarah ilmu gizi?

b. Bagaimanakah sejarah vitamin D? c. Apa saja fungsi vitamin D?

d. Bagaimanakah metabolism vitamin D? e. Bagaimanakah defisiensi vitamin D? f. Apa saja akibat kekurangan vitamin D? 1.3. Tujuan Makalah

1. Mengetahui sejarah ilmu gizi 2. Mengetahui sejarah vitamin D

3. Memahami dan mengetahui fungsi vitamin D 4. Mengetahui metabolisme vitamin D

5. Mengetahui defisiensi vitamin D

6. Mengetahui akibat kekurangan vitamin D

BABII

(5)

Kegiatan penelitian gizi di Indonesia mulai dikembangkan sejak pertengahan abad ke-19. Tetapi baru dilembagakan pada tahun 1934 dengan nama Instituut voor Onderzoek der Volksvoeding (IOVV) yang berlokasi di Bogor dan pada tahun 1939 berganti nama menjadi Instituut voor Volksvoeding (IVV).

Arah penelitian gizi selama masa penjajahan lebih ditujukan pada kepentingan pemerintah Hindia Belanda. Penelitian gizi yang mengarah pada kepentingan Nasional baru dikembangkan sejak tahun 1950, setelah pengelolaan IVV diambil alih pemerintah Republik Indonesia. IVV kemudian berganti nama menjadi Lembaga Makanan Rakyat (LMR) dan pimpinan dipercayakan kepada Prof. Dr. Poorwo Soedarmo (Pada Kongres I Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun 1967, ditetapkan sebagai Bapak Gizi Indonesia).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.114/Men.Kes.RI/75 nama Lembaga Makanan Rakyat berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) Departemen Kesehatan R.I. Kemudian berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1277/ Menkes/SK/XI/2001. Selanjutnya nama Puslitbang Gizi dan Makanan dikukuhkan kembali sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ PER/XI/2005.

(6)

minyak ikan. Hampir 50 tahun yang lalu, da Luca menemukan bahwa bentuk aktif vitamin D membutuhkan sintesis di dalam ginjal.

2.1. Vitamin D (Vitamin Antirakhitis).

Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon, 2 bentuk utamanya adalah vitamin D2(atau ergocalciferol) dan vitamin D3 (atau cholecalciferol). Vitamin D juga merujuk pada metabolite dan analogi lain dari substansi ini. Vitamin D3 diproduksi di dalam kulit yang terpapar sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet B. Molekul aktif dari vitamin D, 1,25(OH)(2)D(3) merupakan pemeran utama dalam metabolisme absorpsikalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan beberapa penyakit, termasuk diabetes dan kanker. Sumber utama vitamin D adalah kulit yang terpapar radiasi ultraviolet.

Sebagai pakar pemula penemu vitamin D dapat disebutkan Mc Collum, Hesz, dan Sherman, di mana pada tahun 1921 telah melakukan percobaan pemberian minyak ikan kemudian vitamin D mulai dikenal dan dibedakan dari vitamin A di dalam minyak ikan, yang sanggup menghindarkan penyakit rickets dan mendorong pertumbuhan, efek yang terakhir ini dianggap pengaruh vitamin A. Diketahui bahwa vitamin A rusak oleh penyinaran ultraviolet dan oleh oksidasi. Ternyata bahwa minyak ikan yang telah disinari ultraviolet dan oksidasi oleh oksigen udara, masih sanggup menghindarkan atau mengobati rachitis, tetapi sudah tidak menunjukan efek vitamin A.

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat sintesis di dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan.

Mula-mula disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan vitamin D, tetapi ternyata kemudian ternyata kemudian terdapat beberapa ikatan organic yang mempunyai kegiatan vitamin D ini.Berbagai jenis vitamin D ini terdapat dari hasil penyinaran beberapa jeis cholesterol dengan sinar ultraviolet antara lain :

- Vitamin D1 terdapat pada penyinaran Ergosterol dari bahan tumbuhan. Kemudian ditemukan bahwa vitamin D1 adalah campuran dari dua jenis vitamin, yang diberi nama Vitamin D2 dan vitamin D3, sedangkan struktur molekuler vitamin D1 sendiri sebenarnya tidak ada.

- Vitamin D3 didapat dari bahan khewani, 7-dehydro cholesterol, suatu minyak yang terdapat dibawah kulit. Pada manusia pun vitamin D3terbentuk di bawah kulit dari 7-dehydro cholesterol tersebut dengan penyinaran ultraviolet yang berasal dari sinar matahari vitamin D3 disebut juga cholecalciferol.

- Vitamin D yang dihasilkan dari penyinaran ergosterol kemudian diberi nama vitamin D2 atau calciferol. Calciferol yang dilarutkan di dalam minyak terdapat di pasaran dengan nama viosterol.

(7)

Vitamin D berbentuk Kristal putih yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam minyak dan zat-zat pelarut lemak. Vitamin ini tahan terhadap panas dan oksidasi. Penyinaran ultraviolet mula-mula menimbulkan aktivitas vitamin D, tetapi bila terlalu kuat dan terlalu lama terjadi pengrusakan dari zat-zat yang aktif tersebut.

2.2. Fungsi vitamin D

Vitamin D merupakan satu-satunya vitamin yang diketahui berfungsi sebagai prohormon. Vitamin D mengalami dua kali hydroksilasi untuk mendapat aktifitasnya sebagai hormon. Pertama dihydroksilasi pada C25 yang terjadi di dalam sel hati, kemudian disusul oleh hydroksilasi kedua pada C1 yang terjadi di ginjal. 1,25 dihydroksi calciferol merupakan hormon yang mengatur sintesa protein yang mentransfor calcium ke dalam sel, disebut Calsium Binding Protein (CaBP). Jadi agar vitamin D dapat melaksanakan tugasnya, diperlukan kondisi hati dan ginjal yang sehat. Efek kegiatan vitamin D tampak pada hal-hal berikut :

1. Meningkatan absobsi Ca dan Phosphat di dalam usus. Untuk penyerapan Ca yang baik, diperlukan perbandingan yang sesuai dengan tersedianya phosphate didalam hidangan. Perbandingan yang baik terletak di sekitar 1 Ca : 1P, penye rapan Ca akan terganggu bila perbandingan tersebut di bawah 1Ca : 4 Phosphat. Perbandingan ini akan memberikan sifat rakhitogenik kepada hidangan, yaitu hidangan yang akan mendukung terjadinya rakhitis. Pada perbandingan Ca dan phosphat yang sesuai, vitamin D meningkatkan penyerapan Ca. penyerapan Ca ke dalam sel usus dilaksanakan melalui mekanisme Ca-binding protein (CaBP), yang sintesanya diatur oleh hormone 1,25 dihydroksi calciferol.

(8)

jaringan tersebut. Disamping hormon 1,25 dihydroksi calciferol, hormone parathyroid juga berpengaruh pada pengaturan kadar Ca di dalam cairan tubuh dan di dalam jaringan.

3. Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan resorpsi phosphat di dalam tubuli ginjal, sehingga meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan phosphate di dalam jaringan untuk sintesa garam Ca phosphat.

2.3. Metabolisme Vitamin D

Telah kita bicarakan bahwa vitamin D da yang khas terdapat di dalam bahan makanan hewani dan ada yang khas di dalam bahan makanan nabati. Di dalam jaringan di bawah kulit terdapat 7-dehydro cholesterol yang berubah menjadi vitamin cholecalciferol (vitamin D3) pada penyinaran ultraviolet yang terdapat di dalam sinar matahari. Jadi di daerah tropik di mana terdapat banyak sinar matahari, defisiensi vitamin D tidak perlu terjadi, asal saja kulit kita cukup terkena sinar matahari. Bahan makanan yang kaya akan vitamin D ialah susu,di Negara barat susu difortifikasikan dengan vitamin A dan vitamin D.

Untuk penyerapan vitamin D yang baik diperlukan adanya garam empedu. Mengenai transport, katabolisme dan ekskresi vitamin D belum banyak diketahui, sehingga masih memerlukan banyak penelitian lebih lanjut.

2.4. Kebutuhan akan vitamin D.

Kebutuhan akan vitamin D belum diketahui dengan pasti, karena vitamin ini dapat disintesa dari jenis cholesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Namun demikian diperkirakan bahwa konsumsi 400 SI sehari sudah mencukupi untuk semua umur dan jenis kelamin. Di amerika mula-mula dianjurkan konsumsi sebanyak 800 SI seorang sehari, tetapi kemudian terdapat tanda-tanda bahwa dosis itu terlalu tinggi, sehingga kemudian diturunkan menjadi 400 SI.

2.5. Defisiensi vitamin D.

(9)

waktu sangat panjang, karena hidup di lorong-lorong kota London, yang tidak pernah terkena sinar matahari karena terlindung oleh bayangan gedung-gedung yang tinggi.

Secara umum di Indonesia penyakit ini tidak perlu dirisaukan, tetapi kasus sporadis mungkin masih dijumpai pada anak-anak atau para wanita yang karena adat istiadat sdikit sekali terkena sinar matahari.

Konsumsi berlebihan vitamin D dapat pula memberikan gejala-gejala Hypervitaminosis D. Kondisi ini mungkin terjadi pada anak-anak yang mendapat tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak untuk jangka waktu lama. Hypervitaminosis D menyebabkan perkapuran di dalam jaringan yang bukan biasanya, sepertidi dalam organ-organ vital ginjal dan sebagainya.

Akibat Kekurangan Vitamin D.

Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena penutupan fontanel terlambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak. Riketsia jarang dapat disembuhkan sepenuhnya. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan vitamin D, riketsia banyak terdapat di Negara-negara dengan empat musim. Sekarang masih terdapat pada anak-anak miskin di kota-kota industry yang kurang mendapat sinar matahari.

Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari dan mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi pada mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati, kandung empedu atau ginjal. Tulang melembek yang memyebabkan gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada kaki, tulang belakang, toraks dan pelvis. Gejala awalnya adalah rasa sakit seperti rematik dan lemah dan kadang muka menggamit (twitching), tulang membengkok (bentuk O atau X) dan dapat menyebabkan fraktur (patah).

Kekurangan tersedianya vitamin D dalam tubuh dapat menimbulkan beberapa gangguan pada tubuh, diantaranya:

1. Menimbulkan rakhitis.

(10)

3. Gangguan pada system pertulangan.

Akibat Kelebihan vitamin D

Konsumsi vitamin D dalah jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu lebih dari 25 mikrogram (1000 SI) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan absorbs vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klasifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang di beri vitamin D berlebihan, menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan kelambatan perkembangan mental.

2.6. Apsopsi Transportasi dan Penyimpanan.

Vitamin D diapsosi dalam usus halus bersama livida dengan bantuan cairan empedu. Vitamin D dari baginan atas usus halus diangkut oleh D-plasma dinding protein (DBP) ke tempat-tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan lain. Apsopsi vitamin D pada orang tua kurang efisien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkina hal ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam metabolism vitamin D.

BABIII

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

(11)

dalam tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat sel pembunuh kuman yang disebut sebagai sel T, yang bergantung pada vitamin D. Jika manusia kekuranga vitamin D dalam darah maka sel T tidak aktif tetapi juga tidak mati. Bahayanya, jika infeksi maka tubuh akan sulit beradaptasi. "Sel T harus mempunyai vitamin D atau proses aktivasi sel ini akan terhenti. Jika sel T tak menemukan vitamin D yang cukup dalam darah, proses mobilisasi tidak akan dimulai yang tidak kita sadari adalah seberapa penting vitamin D untuk mengaktifkan sistem imun, yang baru kami ketahui sekarang,

3.2. Saran

Kalau ada terdapat kesalahan dan kekurangan didalam makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan, sehingga kami bisa lebih memaksimalkan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier.2009.prinsip dasar ilmu gizi.PT.Gramedia pustaka utama:Jakarta. Abbas Basuni dan Idrus Jus’at. Review Data Berat dan Tinggi Badan, dalam Prosiding. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII : Jakarta, 17-19 Mei, 2004

www.sejarah ilmu gizi.com

(12)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

defisiensi vitamin D, I nsufisiensi vitamin D sering ditemukan pada keadaan. hiperparatiroidism sekunder yang ringan, normokalsemia, dan mineralisasi

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN D TERHADAP KECEPATAN KONVERSI SPUTUM BTA PADA PASIEN TB PARU BERETNIS BATAKDAN GAMBARANPOLIMORFISME ApaI GEN RESEPTOR..

Belum banyak dilakukan penelitian pada wanita usia subur tentang defisiensi vitamin D sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sosial

Sedangkan kadar vitamin D paling banyak ditemukan di kelompok sufisiensi (46,2%), insufisiensi (38,5%) dan defisiensi (15,4%).Simpulan: tidak terdapat hubungan yang

Penelitian menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D lebih stabil daripada vitamin D yang sangat dipengaruhi oleh kadar 25(OH)D lebih stabil daripada vitamin D yang sangat

Hasil dari uji korelasi diperoleh hasil signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,236 yang berarti tidak terdapat korelasi atau hubungan antara kadar vitamin D kalsiferol dengan anemia

This was done using keywords such as epimers of vitamin D, C3-epimers, metabolism of vitamin D epimers, epimerization pathway for standard metabolism of vitamin D, the function of the

Sayangnya, beberapa populasi khusus seperti santri di pondok pesantren masih beresiko mengalmi kekurangan vitamin D karena kurangnya intensintas paparan matahari, asupan vitamin D