• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

RESPONSE OF SOCIETY IN PALEMBANG CITY OF MOVING THE SIDEWALK TRADER OF 16 ILIR MARKET TO

RETAIL JAKABARING MARKET

By

Chandra Rossi

Market is a place of society fill, included the society of Palembang City. The

market in this city is very fast growth and have full the corner of Palembang City

with 22 markets in this city. The biggest market is 16 Ilir Market have 1.283m2.

Looking for condition the market has growth make the trader sell their product in

this place, however the building was prepare by Palembang City Government did

not enough for accommodate the sidewalk trader. The trader not be accommodate

has make dirty place in the 16 Ilir Market and specially at under Ampera Bridge.

Looking for condition, Palembang City Government have initiative for moving

the sidewalk trader to a new market who called Retail Market of Jakabaring. The

moving of sidewalk trader has appeared a reaction from anyone.

The matter of this research was how respons of society in Palembang City of

moving sidewalk trader of 16 Ilir Market to Retail Jakabaring? The direction of

this research was to know response of society in Palembang City of moving the

(2)

measured from this research was a response of society that able to know from

cognitive, affective, and conative aspect.

This research used the method of descriptive research. Population in this research

was society in Palembang City has had age 17 to 57 years old. The sample will

fixed by using Yamane Formula and then 100 persons that taken by Purposive Sampling. The method of collective data used was questioners, interviews, and

documentations. Data processing of method that used was editing, tabulating and

coding. The method of data analyze that used was a quantitative analyze by

showing data used single table.

The result of the research was able know from aspect cognitive 100 respondents,

in fact 45% respondents have had good knowledge to a moving the sidewalk

trader of 16 Ilir Market to Retail Jakabaring Market. From affective aspect 68%

respondents chose pro in responding a moving the sidewalk trader of 16 Ilir

Market to Retail Jakabaring Market, while from conative 47% respondents were

very positive attitude in response a moving the sidewalk trader of 16 Ilir Market to

(3)

ABSTRAK

SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR

PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING

Oleh

Chandra Rossi

Pasar merupakan tempat pemenuhan kebutuhan primer masyarakat, tidak

terkecuali masyarakat yang berada di Kota Palembang. Keberadaan pasar yang

semakin menjamur di Kota Palembang semakin memenuhi sudut Kota Palembang

dengan 22 buah pasar. Pasar yang terbesar adalah Pasar 16 Ilir Palembang yang

memiliki luas tanah 1.283 m2. Melihat kondisi pasar yang semakin hari semakin

ramai maka membuat para pedagang beralih berjualan di pasar ini, namun

bangunan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Palembang tidak mencukupi

untuk menampung pedagang-pedagang kaki lima yang bermunculaan. Pedagang

yang tidak tertampung ini menciptakan daerah di sekitar Pasar 16 khususnya di

bawah Jembatan Ampera menjadi kotor dan kumuh. Melihat kondisi ini

Pemerintah Kota Palembang berinisiatif memindahkan pedagang kaki lima ke

pasar yang baru yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemindahan pedagang kaki lima

(4)

Hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap

masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16

Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Adapun yang

diukur dari penelitian ini adalah sikap masyarakat yang dilihat dari tiga aspek

yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang yang berusia 17-57 tahun.

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane sebanyak 100

orang yang diambil menggunakan rumus Purposive Sampling. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah editing, tabulasi,

dan koding. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif

dengan penyajian data menggunakan tabel tunggal.

Hasil penelitian dapat diketahui dari aspek kognitif 100 responden, didapat 45%

responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Dari aspek afektif 68%

responden memilih setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail Jakabaring, sedangkan dari aspek konatif diketahui 47% responden

berperilaku sangat positif dalam menindaki pemindahan pedagang kaki lima Pasar

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran

serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara

demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat

penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu

ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum.

Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk

di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai

tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat

Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4, “...yang melindungi segenap

bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...”.

Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala

daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di

Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di

Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai

(6)

me-manage semua hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kredibilitas yang tinggi untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh

rakyatnya. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 (sebelas) kabupaten

dan 4 (empat) kota, dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi.

Kota Palembang merupakan suatu daerah yang merupakan suatu kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,

berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai Undang

Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Kota Palembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang berada di

Indonesia memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Salah satunya

adalah masalah pasar dan pedagang kaki lima. Pasar mempunyai fungsi

yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai pemenuhan

kebutuhan, dengan adanya pasar semua kebutuhan dapat terpenuhi.

Kondisi pasar yang sehat dan bersih merupakan tolak ukur dari

keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Pasar dan pedagang kaki lima merupakan suatu rangkaian yang mungkin

sulit untuk dipisahkan dengan keadaan umum pasar-pasar yang ada di

Indonesia.

Kota Palembang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan secara umum

memiliki banyak pasar diantaranya Pasar Cinde, Pasar 7 Ulu, Pasar Gubah,

Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir dan masih banyak pasar-pasar lain yang tersebar

(7)

sudut Kota Palembang sehingga dirasa perlu adanya penataan kembali

pasar-pasar yang ada di kota ini, terutama mengenai pedagang kaki lima

yang berjualan tidak ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah kota.

Hal tersebut bertujuan untuk memperindah dan menata kota peninggalan

Kerajaan Sriwijaya ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah

keberadaan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir yang berada di pinggiran

Sungai Musi. Pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang berada di

Kota Palembang. Letaknya yang strategis antara dua daratan yang

terpisahkan oleh sungai menjadikan tempat ini sebagai tempat yang

menjanjikan untuk lahan mencari nafkah. Nampak dengan banyaknya

pedagang kaki lima (PK-5) yang ada di daerah tersebut.

Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah menyediakan tempat untuk

pedagang kaki lima, yaitu dengan dibangunnya sebuah gedung plaza yang

diberi nama Plaza 16 Ilir. Plaza ini berfungsi untuk menampung pedagang

kaki lima yang hendak berjualan di daerah tersebut, namun banyaknya

pedagang yang ingin berjualan di plaza tersebut tidak diimbangi dengan

daya tampung plaza, sehingga para pedagang yang tidak kebagian lapak

menggelar dagangannya di luar bagunan plaza. Tentu saja hal ini dapat

menyebabkan perubahan tatanan Kota Palembang. Pemerintah hanya

bertujuan untuk menertibkan dan menata kawasan perdagangan di Kota

Palembang agar menjadi nyaman dan tertib, sehingga akan tercipta

kenyamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan kota yang akan

(8)

Keberadaan pedagang yang membuka lapak dagangannya di luar gedung

plaza dirasa cukup mengganggu. Terbukti dengan kondisi yang diciptakan

oleh keberadaan pasar tersebut. Kesan kumuh dan kotor merupakan

pemandangan yang lazim di daerah ini, sehingga dirasa perlu untuk

memindahkan pedagang-pedagang yang memenuhi kolong Jembatan

Ampera yang membelah Sungai Musi. Pemerintah Kota Palembang yang

dipimpin oleh Eddy Santana Putra sebagai walikota telah menyiapkan

tempat atau pasar pengganti, yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah

Kota Palembang memilih Jakabaring sebagai tempat relokasi pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir. Pasar ini disiapkan untuk menampung

pedagang-pedagang dari Pasar 16 Ilir. Secara bertahap pedagang-pedagang-pedagang-pedagang tersebut

dipindahkan ke lokasi baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota

Palembang.

Daerah yang dahulu merupakan pasar yang kumuh dan kotor dirubah oleh

Pemerintah Kota Palembang menjadi satu taman kota yang indah. Taman

kota ini diperuntukkan sebagai tujuan wisata bersaing dengan Kepulauan

Riau. Wisatawan banyak yang berkunjung ke daerah ini setelah dibenahi,

baik wisatan lokal maupun wisatawan asing. Tujuan lain dari

dipindahkannya pedagang dari daerah 16 Ilir ini yaitu daerah ini dijadikan

sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini disebabkan

karena hampir semua aset wisata sejarah yang ada di kota ini berada di

(9)

berbenah untuk mewujudkan Kota Palembang sebagai Legendary City

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.

Hasilnya pada tahun 2007, 2008 dan 2009 Kota Palembang mendapatkan

piala Adipura tiga tahun berturut-turut, padahal pada tahun 2005 kota ini

mendapat predikat kota terkotor. Kota yang pada 17 Juni 2009 berulang

tahun ke-1326 ini diikutkan pada penilaian Adipura tingkat ASEAN untuk

kategori clean land yaitu kategori kota bersih dan teduh. Adipura tingkat

ASEAN ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN kecuali Singapura. Pada

Oktober 2008 Walikota Palembang mewakili Indonesia untuk menerima

penghargaan kategori kota bersih di negara-negara ASEAN. Ditunjuknya

Palembang sebagai kota yang mewakili Indonesia ke Hanoi Vietnam untuk

menerima penghargaan bidang lingkungan katagori clean land didasari

atas prestasi Palembang dalam bidang lingkungan dan air bersih. Khusus

persoalan air bersih, target 2008 yang mematok 80 persen masyarakat kota

dialiri air bersih sudah menjadi kenyataan dan kini target dipeluas hingga

ke angka 90 persen warga Palembang dapat menikmati air bersih. Belum

lagi keberhasilan dalam penataan lokasi pemukiman kumuh dan

kebersihan kota yang sudah mendapat tiga kali piala Adipura dan

Palembang dinyatakan sebagai kota terbersih oleh kementerian lingkungan

hidup. Begitu pun dengan sistem pengairan, drainase dan penataan lokasi

pemukiman kumuh, Departemen Pekerjaan Umum juga menempatkan

Palembang sebagai kota urutan teratas yang berhak mendapat

penghargaan. (http://palembang.go.id diakses pada 10 Juni 2009 pukul

(10)

Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di daerah 16 Ilir ini banyak menuai

pro dan kontra dari berbagai kalangan yang ada di Kota Palembang. Salah

satunya adalah kelompok pro demokrasi.

Hasil yang didapat peneliti pada saat pra-riset mengenai masalah

kependudukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, jumlah

penduduk di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2006 adalah sebesar

1.369.529 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2007

adalah sebesar 1.394.954 jiwa atau meningkat 1,88 persen dari tahun 2006.

Kota Palembang memiliki 16 Kecamatan, diantaranya sebagai berikut :

1. Ilir Barat II

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Hasil yang didapatkan penulis pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009 di

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan

bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Tahun 2007,

wilayah administrasi Kota Palembang mengalami pemekaran wilayah, saat

(11)

kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua

kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar yang

merupakan pecahan dari Kecamatan Sukarami kemudian Kecamatan

Sematang Borang yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sako.

Sementara 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Talang Jambe yang

merupakan pecahan Kelurahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang

merupakan pecahan Kelurahan Alang-alang Lebar dan Sako Baru pecahan

dari Kelurahan Sako, yang terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya

pecahan dari Kelurahan Sukamulya. Perubahan ini tertuang dalam

Peraturan Daerah Nomor 19 dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007

yang diundangkan tanggal 23 Juli 2007 dalam Lembaran Daerah Kota

Palembang Nomor 20 Tahun 2007.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana sikap masyarakat

Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Kota

Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar

(12)

D. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi

perkembangan ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan salah satu kajian

manajemen pemerintahan khususnya mengenai kebijakan pemerintah

dalam hal ini pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang

akan atau sedang melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan secara praktis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah

Kota Palembang untuk dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap dalam buku karangan Abu Ahmadi yang dalam bahasa inggris

disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada 1862 untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Menurut L.L. Thurstone

dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengatakan bahwa sikap sebagai

tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang

berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi tersebut meliputi

simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Menurut

Gerungan (2004 : 161)

Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.”

Beberapa ahli dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengemukakan pendapat

mengenai sikap antara lain :

a. Zimbardo dan Ebbesen

(14)

b. David Krench dan RS. Crutchfield

Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu. c. John Harvey dan Wiliam P. Smith

Sikap merupakan kesiapan secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

G.W. Allport dalam David O.Sears (1985 : 137) mengemukakan bahwa

sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada semua objek dan situasi berkaitan dengannya.

Berdasarkan beberapa konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek

tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada

penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan

Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Ciri-ciri Sikap

Menurut Bimo Walgito (1983 : 54) ciri-ciri sikap antara lain :

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa individu atau manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu. Karena sikap tidak dibawa sejak individu itu dilahirkan, maka sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu tersebut.

b. Selalu adanya hubungan antara individu dengan objek. Oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek. Melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek yang bersangkutan. Jadi sifat hubungan ini akan menimbulkan sikap yang tertentu pula.

(15)

d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Jika suatu sikap telah terbentuk dan merupakan salah satu nilai dalam kehidupan seseorang, maka secara relative sikap itu akan sulit mengalami perubahan dan jika berubah maka prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. e. Sikap mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Ini berarti bahwa

sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti adanya perasaan yang tertentu pula, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau negatif (tidak senang) terhadap objek tersebut.

3. Fungsi Sikap

Fungsi sikap menurut Abu Ahmadi (2002 : 179) antara lain :

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan dan pengalaman bersama biasanya ditandai adanya sikap anggota yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antar orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain. Oleh karena itu anggota-anggota kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya. b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa

tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi-aksi tak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

(16)

demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tak ada keputusan dan tak dapat melakukan perbuatan.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-obek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan Sikap

Pada dasarnya sikap terbentuk dari individu dari setia orang dan

berkembang dalam dirinya, faktor pengalaman sangatlah penting dalam

proses pembentukan sikap. Namun demikian, faktor dari luar diakui dapat

juga mempengaruhi sikap individu tersebut. Beberapa ahli mengemukakan

pendapatnya mengenai pengaruh tersebut, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

a. Faktor Internal

Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor intern merupakan faktor

yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa

selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

Hal yang sama yang diungkapkan oleh Gerungan (2004 : 168) yaitu

(17)

manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang datang

dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama.

b. Faktor Eksternal

Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor eksternal merupakan faktor

yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial

diluar kelompok.

Menurut M.Sherif dalam Gerungan (2004 : 168) garis besar sikap

mengenai faktor eksternal mencakup dua hal

1. Dalam interaksi kelompok, di mana terdapat hubungan timbal-balik

yang langsung antara manusia

2. Karena komunikasi, di mana terdapat pengaruh-pengaruh

(hubungan) langsung dari satu pihak saja.

5. Metode Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung

dan secara tidak langsung. Menurut Abu Ahmadi (2002 : 182)

a. Pengukuran sikap secara langsung yaitu peneliti meminta pendapat suatu individu mengenai bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah. Dalam pengukuran ini dapat menggunakan beberapa skala, misalnya Skala Thurstone, Skala Likert, Skala Bogardus, dan Skala Perbedaan Semantik (The Semantic Different Scale).

(18)

6. Aspek-Aspek Sikap

Menurut Abu Ahmadi (2002 : 162) tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek

yaitu :

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif yaitu aspek yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif yaitu aspek yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.

c. Aspek Konatif

Aspek konatif yaitu aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam

penelitian ini yaitu kesiapan untuk memberikan sikap atau respon terhadap

objek yang dihadapinya. Sikap atau tanggapan tersebut merupakan suatu

hal untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tersebut,

dalam hal ini adalah pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yang berhubungan dengan

beberapa aspek sikap. Aspek tersebut terdiri dari aspek kognitif yang

berkaitan dengan pandangan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang

mengenai suatu hal yang dalam penelitian ini yaitu terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang

(19)

kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan aspek konatif yaitu aspek yang berkaitan

dengan prilaku dengan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi

terhadap sesuatu hal dengan cara-cara tertentu dengan menanggapi

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring.

B. Tinjauan Tentang Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam buku Ilmu Sosial Dasar (1998 : 63) karangan

Munandar Soelaeman berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, yang artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk

aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai

perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam

lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Menurut WJS. Poerwodarminto dalam Hartomo dan Arnicun Aziz (2004

: 88) masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang

yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara

aturan yang tertentu. Sedangkan menurut Linton yang dikutip oleh

Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88), mengemukakan bahwa

masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama

(20)

dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan

batas-batas tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan

manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama,

sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan

dan batas-batas tertentu.

2. Unsur Masyarakat

Menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 90) yang menjadi unsur

dari masyarakat yaitu :

a. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak jumlahnya, dan bukan mengumpulkan barang.

b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu.

c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.

3. Ciri-ciri masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Abdulsyani (2002 : 32),

menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk

kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri

pokok, yaitu :

(21)

b. Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

4. Masyarakat Kota

Kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 228) adalah sebagai

pusat pendomisian bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi

Negara yang bersangkutan.

Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kota yang dikutip oleh

P.J.M Nas (1979 : 29) antara lain :

1. Wirth

Ia merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

2. Max Weber

Ia menganggap suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.

3. Marx dan Engels

(22)

Jika melihat pendapat dari Max Weber, ia menitik beratkan kota pada

pasar sebagai ciri kota, di samping sifatnya sebagai benteng dan sebagai

sistem hukum tersendiri. Jadi dapat disimpulkan kota adalah suatu

pemukiman yang relatif padat yang berisi orang-orang yang heterogen

dalam kedudukan sosial yang digunakan untuk mempertahankan diri.

Sedangkan masyarakat kota adalah masyarakat yang hidup di suatu

tempat yang merupakan pemukiman yang relatif padat dan bersifat

heterogen.

Dari pengertian di atas, maka ciri-ciri masyarakat kota menurut

Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 233-235) antara lain :

1. Hiterogenitas Sosial

Kota merupakan tempat bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok yang lain. Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya, mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi kelompok minoritas dan sebagainya. Di samping itu kepadatan penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang.

2. Hubungan Sekunder

Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain) serba terbatas pada bidang hidup tertentu.

3. Toleransi Sosial

Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-msaing anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun ada control sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat diterima dan ditolerir.

4. Kontrol Sekunder

(23)

5. Mobilitas Sosial

Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.

6. Individual

Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.

7. Ikatan Sukarela

Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia menggabungkan diri dan berkorban.

8. Segresi Keruangan

Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.

C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat

Abu Ahmadi (2002 : 166) menyatakan bahwa sikap masyarakat atau sikap

sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh

orang-orang sekelompoknya terhadap objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang.

Selanjutnya Gerungan (2004 : 161) merumuskan sikap sosial sebagai

berikut:

“Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(24)

objek yang terjadi berulang-ulang yang dimiliki oleh banyak orang atau

sekelompok orang.

D. Tinjauan Tentang Pasar

1. Pasar 16 Ilir Palembang

Menurut Max Weber dalam P.J.M. Nas (1979 : 29) suatu daerah dapat

dikatakan sebagai kota yaitu apabila masyarakat setempatnya dapat

memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.

Pendapat Max Weber ini menyatakan bahwa pentingnya peranan suatu

pasar dalam kehidupan dan tata masyarakat perkotaan. Menurutnya pasar

merupakan ciri dari kota disamping sifatnya sebagai benteng dan sebagai

sistem hukum tersendiri. Kota Palembang yang memiliki banyak pasar

yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri telah dapat

dikatakan sebagai kota jika merujuk dari pendapat Max Weber yang

menekankan kota pada pasar sebagai ciri utamanya.

Salah satu pasar yang dimiliki di Kota Palembang yaitu Pasar 16 Ilir.

Daerah Pasar 16 Ilir terdapat di tepian Sungai Musi dan telah ada sejak

awal abad ke-20, yang dahulu merupakan daerah pemukiman.

Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai

terutama tepian Sungai Musi merupakan pilihan tepat karena pada saat

itu jalur transportasi hanya melalui jalur air yang menggunakan perahu

(25)

yang dulunya pemukiman berubah fungsi menjadi lahan pencari nafkah

masyarakat sekitar. Tempat tersebut berubah menjadi Pasar yang

kemudian diberi nama Pasar 16 Ilir, ini dikarenakan pasar tersebut

terletak di daerah 16 Ilir. Nama 16 Ilir sendiri merupakan sisa-sisa dari

jaman penjajahan Belanda yang dahulu menduduki Kota Palembang.

Pemberian nama 16 Ilir tersebut merupakan salah satu strategi perang

Belanda untuk mengecoh gerilyawan perang.

2. Pasar Retail Jakabaring

Jakabaring merupakan daerah yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu

yang merupakan daerah pengembangan pembangunan. Sebelum tahun

2004 daerah ini masih merupakan daerah yang terdiri dari rawa-rawa dan

belum banyak penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Akhirnya pada

saat Kota Palembang dijadikan tuan rumah pada Pekan Olahraga

Nasional (PON) XIV pada 2004, daerah ini banyak mengalami

perubahan dengan berbagai macam pembangunan di berbagai sektor.

Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana olah raga sampai

pembangunan perkampungan atlit. Kantor-kantor dinas pun banyak yang

dipindahkan ke daerah ini sehingga perekonomian di daerah ini semakin

meningkat.

Di Jakabaring masih banyak terdapat lahan kosong yang belum diolah

sehingga oleh Walikota Palembang saat itu Eddy Santana Putra dibuat

(26)

kaki lima Pasar 16 Ilir direlokasi. Tidak hanya pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir saja yang pindah ke Pasar Jakabaring ini, namun banyak pedagang

pasar yang ada di Kota Palembang dipindahkan ke pasar ini, kemudian

pasar ini disebut Pasar Retail Jakabaring.

E. Kerangka Pikir

Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin (2008 :

113) kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai

faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan

menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 34) kerangka berpikir

ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi obyek

permasalahan kita.

Di Indonesia banyak terdapat daerah setingkat kota atau kabupaten yang

menoreh prestasi yang telah diraihnya, baik di tingkat nasional maupun di

tingkat internasional. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta

masyarakat yang ikut menyukseskan program-program atau kebijakan yang

telah digulirkan oleh pemerintah.

Permasalahan pun menjadi semakin kompleks seiring dengan

perkembangan zaman. Salah satunya mengenai pengelolaan pasar. Di Kota

Palembang banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang berfungsi sebagai

pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasar 16 Ilir menjadi pasar yang

(27)

Musi dan luasnya yang mencapai 1.283 m2. Berdasarkan data yang

diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, Pasar 16 Ilir memiliki 1.148 pedagang

kaki lima yang setiap tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemerintah

Kota Palembang memberikan tempat yang layak bagi para pedagang untuk

berjualan berbagai macam kebutuhan. Mengingat lokasinya yang strategis

maka makin banyak pedagang yang ingin membuka usahanya di Plaza 16

Ilir, sehingga menyebabkan tidak dapat ditampungnya semua pedagang di

tempat tersebut. Jadi para pedagang yang tidak kebagian tempat membuka

usahanya di luar tempat, sehingga menyebabkan para pedagang berjualan di

luar plaza dan menyebabkan ketidakteraturan di sekitar daerah plaza

tersebut.

Mempertimbangankan hal tersebut Pemerintah Kota Palembang

memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke pasar baru yaitu Pasar

Retail Jakabaring. Pemindahan ini bertujuan untuk menata ulang kembali

tatanan Kota Palembang. Daerah yang ditinggalkan Pasar 16 Ilir dijadikan

taman wisata sejalan dengan penetapan daerah 16 Ilir sebagai sentra wisata

Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Selain itu pemindahan lokasi

pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di daerah

Jakabaring, karena Jakabaring masih merupakan daerah yang harus

dikembangkan mengingat potensi lahannya yang sangat luas.

Partisipasi, sikap, dan dukungan dari masyarkat sangatlah penting dalam hal

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

(28)

masyarakat ataupun pedagang yang kontra terhadap kebijakan Pemerintah Kota Palembang tersebut. Jadi masyarakat mempunyai peran yang sentral

dalam mewujudkan terlaksananya dengan tepat kebijakan yang digulirkan

oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih

mendalam bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring. Untuk memperoleh gambaran mengenai sikap seperti yang

dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002 : 162) yaitu aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek konatif.

1. Aspek kognitif (aspek perseptual), yaitu aspek yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan, pengalaman, yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Aspek afektif (aspek emosional), yaitu aspek yang berkaitan dengan rasa

senang atau tidak senang terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

3. Aspek konatif (aspek perilaku), yaitu aspek yang berkaitan dengan

kecenderungan orang untuk bertindak terhadap pemindahan pedagang

(29)

Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Sikap Masyarakat

Pemindahan Pedagang Kaki Lima

Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring

Aspek Kognitif

Aspek Afektif

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat

Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Tipe penelitian ini menggunakan tipe

penelitian deskriptif yang berdasarkan pada data kuantitatif. Penelitian

deskriftif menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 4)

bermaksud membuat pemeriaan (penyandraan) secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

Ciri-ciri penelitian deskriftif menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2008 : 34)

adalah :

a. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena b. Menerangkan hubungan (korelasi)

c. Menguji hipotesis yang diajukan d. Membuat prediksi (forcase) kejadian

e. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang lebih luas.

Kuantitatif menurut Jonathan Sarwono adalah mementingkan adanya

variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut

harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.

(31)

B. Definisi Konseptual

Konsep menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 33) adalah

istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak :

kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu

sosial. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap

objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif.

Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan

Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sikap masyarakat tersebut diukur

dengan menggunakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif,

yang merupakan aspek pengetahuan, emosional atau perasaan dan

tindakan. Sikap tersebut nantinya akan memberikan pernyataan terhadap

objek tersebut yang akan menimbulkan pernyataan setuju atau tidak setuju,

mendukung atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah

cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat

mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu.

(32)

3. Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

adalah solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang untuk

mewujudkan keindahan tata kota yang teratur dan bersih. Pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat

meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, baik

masyarakat daerah yang ditinggal maupun daerah yang dituju. Daerah

Pasar 16 yang ditinggalkan dibagun menjadi taman-taman kota yang

menjadi tempat tujuan wisata sesuai dengan ketetapan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra wisata

Sungai Musi atau Palembang Legendary City.

C. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 46) definisi

operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah

semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Aspek Kognitif (Pengetahuan)

Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki

(33)

a. Pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

b. Pengetahuan masyarakat tentang lokasi pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

c. Pengetahuan masyarakat tentang alasan pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

d. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

e. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Aspek Afektif (Perasaan)

Merupakan perasaan maupun sikap masyarakat terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring,

yaitu meliputi :

a. Perasaan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

b. Perasaan masyarakat terhadap lokasi pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

c. Perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

d. Perasaan masyarakat terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

e. Perasaan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki

(34)

3. Aspek Konatif (Tindakan)

Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :

a. Kecenderungan bertindak yang dilakukan masyarakat terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring.

b. Ketertarikan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

c. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

d. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

e. Keoptimisan masyarakat terhadap manfaat yang dicapai dari

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

Retail Jakabaring

D. Sumber Data

Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini

dilihat dari karakteristik sumbernya terbagi menjadi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

(35)

langsung dari responden yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan

data melalui kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder ini digunakan sebagai

pendukung. Sumber data sekunder antara lain berupa wawancara untuk

mendukung data utama yang diperoleh dari kuisioner, literatur, berita surat

kabar, website, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring. Untuk itu dirasa perlu untuk mengetahui pendapat masyarakat

Kota Palembang yang memiliki populasi satu juta lebih penduduk. Lokasi

penelitian ini adalah di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam buku karangan Burhan Bungin (2008 : 99) adalah berasal

dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 42) populasi adalah

semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran daripada

(36)

Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini

adalah masyarakat Kota Palembang yang berjumlah 1.394.954 jiwa yang

diwakili oleh 301.401 kepala keluarga (KK). Kota Palembang terbagi

dalam enam belas kecamatan , yaitu Kecamatan Ilir Barat II, Kecamatan

Gandus, Kecamatan Seberang Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecamatan

Seberang Ulu II, Kecamatan Plaju, Kecamatan Ilir Barat I, Kecamatan

Bukit Kecil, Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Kemuning, Kecamatan

Ilir Timur II, Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako, Kecamatan

Sukarami, Kecamatan Sematang Borang, dan Kecamatan Alang-alang

Lebar. Data yang diperoleh pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009,

jumlah kepala keluarga per kecamatan di Kota Palembang pada tahun

2007 adalah sebagai berikut :

a. Ilir Barat II : 13.154 kepala keluarga

b. Gandus : 11.439 kepala keluarga

c. Seberang Ulu I : 33.131 kepala keluarga

d. Kertapati : 17.618 kepala keluarga

e. Seberang Ulu II : 20.597 kepala keluarga

f. Plaju : 17.706 kepala keluarga

g. Ilir Barat I : 26.603 kepala keluarga

h. Kemuning : 20.952 kepala keluarga

i. Ilir Timur II : 32.818 kepala keluarga

j. Kalidoni : 22.579 kepala keluarga

k. Sako : 19.911 kepala keluarga

(37)

m. Sematang Borang : -

n. Alang-alang Lebar : -

Total jumlah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang adalah

301.401 kepala keluarga. Kecamatan Sematang Borang dan Kecamatan

Alang-alang Lebar belum memiliki angka kepala keluarga yang pasti

karena data-data tersebut masih tergabung dengan Kecamatan Sako dan

Kecamatan Sukarami. Data Kecamatan Sematang Borang masih tergabung

dengan Kecamatan Sako sedangkan data Kecamatan Alang-alang Lebar

masih tergabung dengan Kecamatan Sukarami.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Masyhuri dan Zainuddin ( 2008 : 155) sampel adalah suatu

contoh yang diambil dari populasi. Adapun yang menjadi populasi pada

penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang yang

jumlahnya sebanyak 301.401 kepala keluarga.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proporsionan sampling. Menurut Burhan Bungin (2008 : 114)

proporsional sampling merupakan teknik sampling yang agak lebih

leluasa dalam penggunaannya, yaitu teknik ini dapat digunakan pada

populasi berstrata, populasi area maupun populasi cluster.

Maka penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan rumus presisi

yakni rata-rata sampel dari rumus T. Yamane yang dikutip oleh Burhan

(38)

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi

d = Nilai presisi (0,1) 1 = Nilai Konstanta

Berdasarkan rumus pengambilan sampel di atas maka sampel dalam

penelitian ini adalah

301.401 n =

301.401 (0,1)2 + 1

301.401 n =

3014,01 + 1 301.401 n =

3015,01

n = 99,97 dibulatkan menjadi 100

Berdasarkan rumus penentuan sampel di atas maka sampel dalam penelitian

ini berjumlah 100 orang. Setelah didapat sampel yang dibutuhkan, menurut

Jalalludin Rahmat (1997 : 82) langkah yang kedua adalah menentukan

(39)

yaitu dengan menggunakan rumus penentuan sampel agar sampel lebih

proporsional.

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

Ni = Jumlah populasi dari masing-masing kelompok

N = Jumlah keseluruhan populasi

n = Jumlah sampel yang diambil

(Jalalludin Rahmat, 1997 : 82)

Berdasarkan rumus pengambilan sampel kelompok di atas maka sampel

kelompok dalam penelitian ini adalah :

a. Kecamatan Ilir Barat II

13154

ni = x 100 301401

ni = 4, 36 dibulatkan menjadi 4

b. Kecamatan Gandus

11439

ni = x 100 301401

(40)

c. Kecamatan Seberang Ulu I

33131

ni = x 100 301401

ni = 10, 99 dibulatkan menjadi 11

d. Kecamatan Kertapati

17618

ni = x 100 301401

ni = 5, 84 dibulatkan menjadi 6

e. Kecamatan Seberang Ulu II

20597

ni = x 100 301401

ni = 6, 83 dibulatkan menjadi 7

f. Kecamatan Plaju

17706

ni = x 100 301401

ni = 5, 87 dibulatkan menjadi 6

g. Kecamatan Ilir Barat I

26603

ni = x 100 301401

(41)

h. Kecamatan Bukit Kecil

9967

ni = x 100 301401

ni = 3, 30 dibulatkan menjadi 3

i. Kecamatan Ilir Timur I

16946

ni = x 100 301401

ni = 5, 62 dibulatkan menjadi 6

j. Kecamatan Kemuning

20952

ni = x 100 301401

ni = 6, 95 dibulatkan menjadi 7

k. Kecamatan Ilir Timur II

32818

ni = x 100 301401

ni = 10, 88 dibulatkan menjadi 11

l. Kecamatan Kalidoni

22579

ni = x 100 301401

(42)

m.Kecamatan Sako

ni = 12, 60 dibulatkan menjadi 12

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan rincian

sebagai berikut :

Tabel 1. Rincian Jumlah Sampel

No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga Sampel

1 Ilir Barat II 13.154 4

(43)

Proses penyebaran sampel menggunakan Purposive Sampling. Menurut Joko Subagio (1997 : 31) Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Sebagai sampel harus

memenuhi persyaratan yang dibuat sebagai kriteria.

Kriteria dan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih sampel agar lebih

terbukti perolehan informasinya, yaitu sebagai berikut :

a. Masyarakat Kota Palembang yang minimal telah berdomisili selama ± 5

tahun di Palembang;

b. Masyarakat dapat membaca dan menulis;

c. Masyarakat Kota Palembang yang telah terdaftar di kecamatan yang ada di

Kota Palembang sebagai penduduk Kota Palembang yang memiliki Kartu

Tanda Penduduk (KTP)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data secara kuisioner, wawancara dan dokumentasi yang

bertujuan untuk mendapatkan data pada penelitian ini.

1. Teknik Kuesioner

Menurut Burhan Bungin (2008 : 123) metode angket atau kuesioner

merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara

sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,

(44)

Kuesioner ditujukan kepada sampel yang telah diambil dari jumlah

populasi kepala keluarga yang berada di Kota Palembang.

2. Teknik Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan

berkaitan dengan topik penelitian. Menurut Moh. Nazir dalam Burhan

Bungin (2008 : 126) wawancara adalah sebuah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai.

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menunjang data utama

yang didapatkan dari kuisioner. Informan dalam hal ini adalah Suparman

Kasup, Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar

Palembang Jaya, Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru Djunaida

Handayani sebagai pengelola Pasar Retail Jakabaring, H.Hasan selaku

pengelola harian Pasar Retail Jakabaring dan beberapa pedagang yang

terkena relokasi.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Burhan Bungin (2008 : 144) teknik

dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk menelusuri data historis.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa

artikel, arsip, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan subjek dan objek

penelitian. Dokumentasi dalam hal ini diperoleh dari data yang terdapat di

(45)

penduduk. Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh data sekunder dan dapat membantu dalam mengumpulkan

data yang dibutuhkan dalam penelitian.

H. Teknik Penentuan Skor

Untuk mengolah data yang berbentuk kuisioner yang dituangkan dalam

pernyataan-pernyataan, masing-masing pernyataan diberikan alternatif

jawaban berdasarkan Metode Likert. Alternatif jawaban berdasarkan Metode

Likert dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Alternatif jawaban dengan menggunakan Metode Likert

Pernyataan Dengan Memilih Jawaban Skor

Sangat tahu/sangat setuju/sangat mendukung/sangat optimis 5

Tahu/setuju/mendukung/optimis 4

Cukup tahu/cukup setuju/cukup mendukung/cukup optimis 3 Tidak tahu/tidak setuju/tidak mendukung/tidak optimis 2 Sangat tidak tahu/sangat tidak setuju/sangat tidak

mendukung/sangat tidak yakin 1

Sumber : Data diolah 2009

I. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian yang telah didapat akan diolah menggunakan

langkah-langkah berikut :

1. Tahap Editing

Menurut Burhan Bungin (2008 : 165) editing adalah kegiatan yang

dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan.

(46)

diperoleh dalam rangka menjamin keabsahannya (validitas) untuk

kemudian dipersiapkan ketahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil

kuesioner yang telah diisi oleh responden.

2. Tahap Koding

Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden

diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode

dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode.

3. Tahap Tabulasi

Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang

serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara

mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. Melalui

tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Pada

penelitian ini data-data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian

disusun kedalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat melihat dan

memahaminya dengan mudah.

4. Tahap Interpretasi Data

Tahap interpretaasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau

penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang

lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil

(47)

J. Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan

Sofian Effendi (1995 : 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data

ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif,

dengan penggunaan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan

memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung

frekuensi dan membuat persentase sebagai uraian mengenai hasil akhir

penelitian.

Tabel tunggal dipergunakan untuk menggambarkan jawaban responden

terhadap sikap masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan

skala pengukuran yang digunakan ialah skala likert. Menurut Sulisyanto

(2005 : 23) skala likert digunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap

serta penilaian seseorang tentang fenomena sosial.

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan menentukan skor

jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan

penghitungan rumus interval. Analisis data dengan menggunakan analisis

(48)

Perhitungan menggunakan rumus interval menggunakan rumus sebagai

berikut :

NT - NR I =

K

Keterangan :

I = Interval nilai skor Nt = Nilai tertinggi Nr = Nilai terendah K = Kategori jawaban Sutrisno Hadi (1998 : 421)

Selanjutnya untuk mengetahui persentase dari jawaban responden

menggunakan rumus persentase berikut ini :

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori Soerjono Soekanto (1986 : 268)

Setelah dihitung dan didapatkan persentasenya dari data yang ada, maka hasil

dari data tersebut akan diinterpretasikan untuk mendapatkan jawaban

penelitian mengenai sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan

(49)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kota Palembang

Kota Palembang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera

Selatan yang saat ini memiliki 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota

yang sekaligus merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang

adalah kota terbesar di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu merupakan

pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum dihancurkan oleh Majapahit. Hingga

sekarang bekas area Kerajaan Sriwijaya masih terdapat di Bukit Siguntang,

sebelah barat Kota Palembang.

Setelah dihancurkan oleh berbagai peristiwa mulai dari penyerbuan pasukan

maritim barbar dan isolasi dari majapahit, kota ini lalu sangat terpengaruh

budaya Jawa dan Melayu. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam

budaya yang berkembang di Palembang. Salah satunya adalah bahasa.

Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya.

Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas dan Raden

Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan

coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.

Kota Palembang memiliki komunitas Tionghoa yang cukup besar. Makanan

(50)

maksuba, kue 8 jam, kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek

atau tekwan mengesankan Chinese Taste masyarakat Palembang.

Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada

prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat

Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada

tanggal 16 Juni 683 Masehi, sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan hari

lahir Kota Palembang.

Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah

leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu

pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian

Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke

Tumasik dan diberikannya nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu

pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara

bersama pengikutnya pindah ke Malaka di Semenanjung Malaysia dan

mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri

baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian

selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang

Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan

mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.

Sebelum masa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pertumbuhan

(51)

1) Fase sebelum Kerajaan Sriwijaya merupakan zaman kegelapan, karena

mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara sriwijaya

membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang

tertulis pada manuskrip lama di hulu sungai musi merupakan penduduk

dari daerah hulu sungai komering.

2) Fase Sriwijaya Raya, Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang membentang mulai dari barat pulau jawa, sepanjang pulau sumatera,

semenanjung malaka, bagian barat kalimantan sampai ke indochina.

Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena penyerbuan bangsa-bangsa pelaut „yang tidak terdefinisikan‟, sebagian sejarahwan mengatakan

bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka (Ceylon). Akibat

hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan

persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya

Ekspedisi Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke Jambi dalam melakukan

isolasi kepada Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali.

3) Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, Disekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus

Kuning dihilir Sungai Musi, Si Gentar Alam didaerah Perbukitan, Tuan

Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima

Gumay disepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah

Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan kerajaan Malaka

hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung

(52)

4) Fase Kesultanan Palembang Darussalam, Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari

Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting dibalik

hancurnya majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan

Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan „pengganti‟ dari majapahit di

Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula „Kesultanan Palembang Darussalam‟ dengan raja pertamanya adalah „Susuhunan

Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman‟. Kerajaan ini

mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan

agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar

di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu Raja yang paling

terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat

menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan

Inggris).

5) Fase Kolonialisme, Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang

keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan

besar pimpinan Jendral De Kock, maka Palembang nyaris menjadi

kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II

yang menyatakan menyerah kepada Belanda berusaha untuk

memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumi

Gambar

Tabel 1. Rincian Jumlah Sampel
Tabel 3. Luas Kota Palembang Dirinci Perkecamatan
Tabel 4. Banyaknya Sarana Perdagangan di Kota Palembang
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kota Palembang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koperasi adalah salah satu badan usaha atau organisasi yang cukup berkembang di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 33. 17 Tahun 2012 disebutkan bahwa

Audio-visual tidak murni ini biasa disebut juga dengan audio-visual diam plus suara merupakan media yang menampilkan suara serta gambar diam, contoh seperti Sound slide (Film

Dalam penelitian ini dilakukan skrining potensi isolat bakteri endofit asal tanaman kayu jawa terhadap bakteri patogen MRSA untuk menemukan sumber potensial baru dari

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors. Hasil uji homogenitas tes akhir dari kedua sampel dapat dilihat pada tabel 4.4.. Untuk melihat

Kelebihan dari sistem pengembangan otomatisasi AC dan lampu pada penelitian ini adalah adanya unsur Artificial Intelegence yang diterapkan pada Raspberry Pi

Quraish Shihab menjelaskan karakter kaum munafik dengan melandaskan penjelasan pada ayat-ayat sebelumnya. Dalam ayat di atas, kata terangnya api dilukiskan dengan kata

Permainan bolavoli merupakan salah satu aktivitas fisik yang berbeda dalam kelompok aktivitas permainan dan olahraga. Kompetensi yang diharapkan tercapai

Menurut Assauri (2008:237), “tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi