• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pasien Umum Tentang Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Pasien Umum Tentang Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN GAYO LUES

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh JUFRIADI

091000016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN GAYO LUES

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

JUFRIADI NIM. 091000016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(3)
(4)

ii ABSTRAK

Rumah sakit adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Keperawatan sebagai salah satu bagian integral penting dari pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien umum tentang pelayanan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Gayo Lues. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 6 orang. Dari pertanyaan yang diajukan kepada keenam informan diperoleh ada beberapa persepsi pasien tentang pelayanan caring perawat Rumah Sakit, yaitu sikap perawat waktu pertama bertemu dengan pasien, penjelasan terlebih dahulu setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, sensitif dan tanggap terhadap keluhan pasien, perawat terampil dalam melakukan tindakan keperawatan, sabar dalam memberikan tindakan medis, dan harapan pasien untuk pelayanan perawat kedepannya.

Harapan pasien tentang pelayanan perawat rumah sakit dimasa mendatang akan pelayanan perawat yang lebih baik dan peningkatan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja RSUD Kabupaten Gayo Lues khususnya,dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kata Kunci : Persepsi pasien, Pelayanan perawat, Rumah sakit

(5)

ABSTRACT

Hospital is a unit of the technical implementation of the District Health Office or the responsible city hosted the health sector in the development of the region. Nursing as one of the integral parts of the existing health services in hospitals and that expected to provide health services which include promotive and preventive aspects of continuously without neglecting curative and rehabilitative services thoroughly and integrated to individuals, families, groups and communities.

This research aims to know the patient's perception of public service nurses inpatient hospital room in the General Hospital of Gayo Lues Regency. Total informants in this study was 6 persons. The questions submitted to the sixth informants obtained some patient’s perceptions about the attitude nursing care service at the first time nurses meet with their patients, give the explanation to patients about any action that will do to the patient, sensitive and responsive about every complaints of the patients, the nurses have skill in nursing care, the nurses must have patient to providing medical action, and the patient’s expectations to the nurse services in the future.

The patient's expectations about service of hospital nurses in the future will get a better nursing services and the hospital can improve the skills of nurses in provide the nursing care services in order to increase the degree of public health in General Hospital of Gayo Lues Regency working area, for especially in Indonesia, and generally for Indonesian people .

(6)

iv

Tempat/Tanggal Lahir : Blangkejeren, 17 Agustus 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Jumlah anggota keluarga : 5 orang

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Nama Ayah : Samin

Nama Ibu : Mariana

Alamat : Jl. Blangkejeren- Kota Cane No 79 Raklunung,

` Kec Blangkejeren, Kab. Gayo Lues, Aceh

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997-2003 : SD Negeri 1 Blangkejeren Tahun 2003-2006 : SMP Negeri 1 Blangkejeren Tahun 2006-2009 : SMA Negeri 1 Blangkejeren

Tahun 2009- 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Riwayat Organisasi

1. Anggota bidang PTKP HMI Komisariat FKM USU periode 2010/2011 2. Anggota dinas minat dan bakat PEMA FKM USU periode 2010/2011 3. Anggota bidang Administrasi kesekretariatan HMI Komisariat FKM

USU periode 2011/2012

4. Ketua MATAPENA wilayah 1 Sumatera tahun 2010

5. Aggota bidang Pengabdian Masyarakat ISMKMI Wilayah 1 sumatera tahun 2011

(7)

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “PERSEPSI PASIEN UMUM TENTANG PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2014 “. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana kesehatan masyarakat di FKM USU.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak saran, masukan, motivasi, dengan penuh kesabaran kepada penulis.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku dosen penasehat akademik dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

vi

6. Bapak dr. Taufik Ririansyah selaku Direktur RSUD Kabupaten Gayo Lues yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Kabupaten Gayo Lues dan semua informan yang sudah bersedia penulis wawncarai untuk penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pengawai FKM USU khususnya staf pengajar departemen PKIP, ibu Dra. Syarifah, MS, ibu dr. Linda T. Maas, MPH, ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, dan ibu Namora Lumongga Lubis, MSc.Ph.D, sertapegawai departemen PKIP bapak Warsito yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kedua Orangtua tercinta bapak Samin dan Ibunda Mariana yang selalu mendukung dan mendoakan penulis hingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Kakanda tercinta Jumiati dan adinda Murdayani yang telah memberi dukungan dan terus menyemangati penulis selama menjalankan perkuliahan dan proses penulisan skripsi ini.

10.Teman- teman seperjuangan stambuk 2009 khususnya Winda Zulfi, Imelda Faulina, Ade Paramitha, Siti Rahmah Tarigan, SKM, yang telah memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

dan Nasrin Nabila, SKM yang telah memberi dukungan semangat dalam penulisan skripsi ini.

12.Seluruh keluarga besar HMI komisariat FKM USU yang telah banyak memberi dukungan untuk penulisan skripsi ini.

13.Keluarga kecil bahagia sederhana mak Dian Akhfiana Lubis, SKM, Khairunnisa, SKM, Fahrurrozi arfad, SKM dan abangda Erwinsyah Putra, SKM, yang telah memberi semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan yang telah penulis terima

selama ini. Semoga penelitian ini bermanfaat pada berbagai pihak yang

berkepentingan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2014 Penulis

(10)

viii

BAB II TINJAUAN PUATAKA ... 7

2.1 Persepsi ... 7

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 7

2.1.2 Reaksi persepsi terhadap stimulus ... 9

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 10

2.1.4 Objek Persepsi ... 12

2.2 Pasien ... 13

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien ... 15

2.2.2 Cara pengukuran kepuasan pasien ... 18

2.3 Perawat ... 20

2.3.1 Peran dan Fungsi perawat ... 21

2.3.2 Tanggung jawab perawat ... 25

2.3.3 Lingkup kewenangan perawat ... 26

2.3.4 Konsep Caring perawat ... 26

2.4 Rawat inap ... 28

2.5 Rumah Sakit ... 34

2.5.1 Pengertian Rumah Sakit ... 34

2.5.2 Klasifikasi rumah sakit ... 36

2.5.2.1 Rumah sakit tipe A ... 36

2.5.2.2 Rumah sakit tipe B ... 37

2.5.2.3 Rumah sakit tipe C ... 37

2.5.2.4 Rumah sakit tipe D ... 38

2.5.3 Fungsi Rumah Sakit ... 38

2.6 Kerangka pikir penelitian ... 38

(11)

3.3 Pemilihan Informen ... 39

3.4 Metode pengumpulan data ... 39

3.5 Defesini operasional ... 40

3.6 Instrument pengambilan data ... 41

3.7 Teknik analisis data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran umum rumah sakit umum daerah kabupaten Gayo Lues... 42

4.2 Karakteristik informan ... 43

4.3 Perilaku caring perawat pelaksana ... 44

4.3.1 Sikap perawat saat pertama bertemu dengan pasien ... 44

4.3.2Perawat menjelaskan terlebih dahulusetiap tindakan yang akan dilakukan terhadap anda ... 45

4.3.3 Perawat Sensitif dan Tanggap Dalam Memahami dan Mengerti Perasaan dan Kesulitan (Keluhan) yang Pasien Alam ... 46

4.3.4Apakah perawat terampil dalam melakukan tindakan keperawatan seperti memasang infus, membersihkan luka, memandikan dan lainnya ... 47

4.3.5 Perawat Sabar dalam Memberikan Tindakan Medis ... 48

4.3.6 Harapan tentang pelayanan perawat kedepannya ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 49

5.1 Gambaran karakteriktik informan ... 49

5.2 Perilaku caring perawat pelaksana ... 49

5.2.1 Sikap perawat saat pertama bertemu dengan pasien ... 50

5.2.2 Perawat menjelaskan terlebih dahulu setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien ... 52

5.2.3 Perawat Sensitif dan Tanggap Dalam Memahami dan Mengerti Perasaan dan Kesulitan (Keluhan) yang Pasien Alam ... 55

5.2.4 keterampilan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan seperti memasang infus, membersihkan luka, memandikan dan lainnya ... 55

5.2.5 Perawat Sabar dalam Memberikan Tindakan Medis ... 56

5.2.6 Harapan tentang pelayanan perawat kedepannya ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 60

(12)

x

Tabel 4.1. Karakteristik informan ... 43 Tabel 4.2 Sikap Perawat saat pertama bertemu dengan pasien ... 25 Tabel 4.3 Perawat menjelaskan terlebih dahulu setiap tindakan yang akan

dilakukan terhadap pasien ... 45 Tabel 4.4 Perawat sensitif dan tanggap dalam memahami dan meengerti

perasaan dan kesulitan(keluhan) yang pasien alami ... 46 Tabel 4.5 Keterampilan perawat dalam melakukantindakan keperawatan seperti

memasang infus, membersihkan luka,memandikan dan lainnya ... 47 Tabel 4.7 Harapan tentang pelayanan perawat kedepannya ... 48

(13)

ABSTRAK

Rumah sakit adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Keperawatan sebagai salah satu bagian integral penting dari pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien umum tentang pelayanan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Gayo Lues. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 6 orang. Dari pertanyaan yang diajukan kepada keenam informan diperoleh ada beberapa persepsi pasien tentang pelayanan caring perawat Rumah Sakit, yaitu sikap perawat waktu pertama bertemu dengan pasien, penjelasan terlebih dahulu setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, sensitif dan tanggap terhadap keluhan pasien, perawat terampil dalam melakukan tindakan keperawatan, sabar dalam memberikan tindakan medis, dan harapan pasien untuk pelayanan perawat kedepannya.

Harapan pasien tentang pelayanan perawat rumah sakit dimasa mendatang akan pelayanan perawat yang lebih baik dan peningkatan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja RSUD Kabupaten Gayo Lues khususnya,dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

(14)

iii ABSTRACT

Hospital is a unit of the technical implementation of the District Health Office or the responsible city hosted the health sector in the development of the region. Nursing as one of the integral parts of the existing health services in hospitals and that expected to provide health services which include promotive and preventive aspects of continuously without neglecting curative and rehabilitative services thoroughly and integrated to individuals, families, groups and communities.

This research aims to know the patient's perception of public service nurses inpatient hospital room in the General Hospital of Gayo Lues Regency. Total informants in this study was 6 persons. The questions submitted to the sixth informants obtained some patient’s perceptions about the attitude nursing care service at the first time nurses meet with their patients, give the explanation to patients about any action that will do to the patient, sensitive and responsive about every complaints of the patients, the nurses have skill in nursing care, the nurses must have patient to providing medical action, and the patient’s expectations to the nurse services in the future.

The patient's expectations about service of hospital nurses in the future will get a better nursing services and the hospital can improve the skills of nurses in provide the nursing care services in order to increase the degree of public health in General Hospital of Gayo Lues Regency working area, for especially in Indonesia, and generally for Indonesian people .

Keywords: Perception of the patient, the nursing care, hospital

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Keadaan sehat adalah keadaan yang wajib dimiliki oleh seseorang, karena kesehatan sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Republik Indonesia No.36 tahun 2009, Bab I Pasal 1 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

(16)

Pandangan atau persepsi seseorang mengenai suatu pelayanan kesehatan terbentuk setelah adanya pengamatan apakah berupa pengalaman langsung menjadi pasien atau keluarga pasien atau melalui informasi yang diperoleh melalui media massa maupun dari orang yang pernah menjadi pasien atau keluarga pasien di sarana pelayanan kesehatan tersebut. Persepsi yang terbentuk akan diikuti dengan pembentukan sikap. Selanjutnya sikap akan diikuti oleh tindakan terhadap pelayanan kesehatan tersebut bila memerlukannya apakah ada minat untuk memanfaatkannya atau tidak.

Kepuasan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain mutu pelayanan. Mutu pelayanan merupakan suatu empati, respek dan tenggap akan kebutuhan pasien dan masyarakat. Untuk mengelola mutu pelayanan yang berkesinambungan, diperlukan peran aktif dari manajemen unit pelayanan kesehatan dalam mempersiapkan sumber daya yang diperlukan untuk mengukur, menganalisis dan meningkatkan mutu sehingga dapat memuaskan pasien dan keluarganya (Saladung, 2002)

Menurut Parasuraman yang dikutip Ririne (2002), yang menjadi ukuran mutu pelayanan kesehatan yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien adalah, (1) Berwujud (tangible), yang menjadi tampilan fisik atau kerapian petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan lingkungan, (2) Kehandalan (Reability) yaitu keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan, (3) Ketanggapan (Responsiveness) yaitu kecepatan petugas kesehatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien, (4) jaminan pelayanan (Assurance) yaitu jaminan keamanan

(17)

yang ditunjukan oleh petugas kessehatan, Empati (Empathy) yaitu sikap peduli yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan yang dapat mempengaruhi tingkat emosi pasien.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hutabatat (2013) yang meneliti tentang persepsi masyarakat tentang perawat di puskesmas diperoleh hasil bahwa persepsi masyarakat tentang perawat di puskesmas didapat kelemahan dalam pelayanan perawat puskesmas Sei Agul yaitu belum tepat waktu, kurang memberikan informasi, dan melakukan tugas non keperawatan

Rumah sakit merupakan pusat pelayanan fasilitas kesehatan yang terbesar. Namun terkadang di rumah sakit banyak ditemukan beberapa masalah termasuk berbagai tanggapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Dalam pengalaman sehari-hari ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas Rumah Sakit, antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, lamanya proses masuk rawat, keterbatasan obat dan peralatan ketersediaan sarana (toilet, tong sampah) serta ketertiban dan kebersihan rumah sakit (Muninjaya, 2012).

(18)

khusus dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan secara optimal, sehingga mandiri dalam pencapaian upaya kesehatan (Effendi, 1998)

Perawat yang bekerja di Rumah Sakit lebih banyak memanfaatkan waktu kerjanya untuk melakukan kegiatan diluar pelayanan keperawatan. Hal itu didukung dengan penelitian tentang waktu kerja produktif personil Rumah Sakit di Indonesia ditemukan bahwa waktu kerja produktif personil adalah 53,2% dan sisanya 46,8% digunakan untuk kegiatan non produktif. Dari 53,2% kinerja produktif, hanya 13,3% waktu yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan, sedangkan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang pelayanan kesehatan (Ilyas, 2001)

Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Aceh. Kabupaten ini telah memiliki Rumah Sakit Umum Daerah yang memiliki tipe D. RSUD ini merupakan pengembangan dari Rumah Sakit Kontainer. Rumah Sakit ini merupakan satu-satunya Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Gayo Lues yang melayani pasien umum, JKA, askes, dan lain-lain.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, permasalahan yang paling mendasar di RSUD ini adalah kualitas pelayanan yang tidak memenuhi harapan pasien. Hal ini didasarkan dari terdapatnya keluhan dari pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat dan dokter, dan umumnya menyatakan petugas kesehatan kurang tanggap atau tidak cepat memberikan pelayanan terhadap pasien. Banyak keluhan mengenai kualitas pelayanan di RSUD Gayo Lues yang tidak baik seperti keterlambatan dalam menangani pasien, ketidakjelasan informasi tentang tindakan medis yang di berikan kepada pasien, pelayanan obat-obatan, dan pelayanan

(19)

administrasi, hal ini mengakibatkan masyarakat mencari rumah sakit lain yang bisa memenuhi harapan mereka.

Dari gambaran di atas dapat dianalisa mengapa terjadi perubahan persepsi di masyarakat tentang profesi keperawatan di Indonesia. Persepsi tersebut terjadi karena perbedaan antara harapan masyarakat tentang kinerja perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dengan situasi kenyataan yang didapati masyarakat dilapangan atau Rumah sakit, sehingga masyarakat menilai peran perawat sama saja dengan profesi kesehatan lainnya. Kondisi ini didukung pula dengan pekerjaan perawat yang mengerjakan pekerjaan dokter, sehingga menimbulkan pemahaman masyarakat tentang kinerja perawat sebagai pembantu dokter (Kompas, 2007 dalam hutabarat 2013).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah adalah bagaimana persepsi pasien umum tentang perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi pasien umum tentang perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

(20)

2. Untuk mengetahui persepsi pasien tentang perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit, berdasarkan : perilaku caring perawat pelaksana.

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak RSUD Kabupaten Gayo Lues.

2. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang berbeda terhadap masalah yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap perawat.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006).

(22)

Menurut Rakbrnad dalam Dermawan (2010), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama, dengan demikian persepsi juga adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya.

Menurut Sears dkk (1999) menyebutkan bahwa persepsi manusia dinominasi dua asumsi yakni (1) Proses pembentukan kesan dianggap agak bersifat mekanis dan cenderung hanya memantulkan sifat manusia yang memberi stimulus (2) Proses itu berada dibawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikran atau kognisi. Pembentukan kesan tersebut secara mekanis memantulkan terkumpulnya informasi dalam pikiran seseorang.

Sebuah persepsi tidak terjadi begitu saja, melainkan terjadi akibat adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Vincent, ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Pengalaman masa lalu (terdahulu). Sebuah pengalaman yang pernah dirasakan dan dialami seseorang dapat menciptakan sebuah persepsi karena orang tersebut akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang dilihat, didengarkan dan dirasakan olehnya

2. Keinginan. Sebuah keinginan akan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam memberikan keputusannya. Karena seseorang tidak akan menerima apa yang ditawarkan kepadanya apabila itu tidak sesuai dengan keinginannya

(23)

3. Pengalaman dari orang lain. Pengalaman dari orang lain, dimana orang tersebut menceritakan pengalamannya akan dapat mempengaruhi persepsi dari orang yang mendengarkannya. Karena hal itu akan menjadi refrensi dari seseorang dalam memberikan persepsi pada keadaan yang sama kelak.

2.1.2 Reaksi Persepsi Terhadap Stimulus

Menurut Sudjana (1995), reaksi persepsi terhadap suatu stimulus (ransangan) dapat terjadi dalam bentuk :

1. Reciving / attending, yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dari luar dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau ransangan luar.

2. Responding (Jawaban), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, keputusan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya. 3. Valuing (Penilaian), yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai kesepakatan terhadap nilai tersebut.

(24)

5. nilai yang dimilikinya termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

6. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua system yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya (Apulina, 2008).

2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005) ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

a. Faktor eksternal

1. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2. Perubahan intensitas : suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

3. Pengulangan (repetition) : iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian seseorang, walaupun sering kali kita merasa jengkel dibuatnya. Dengan pengulangan, walaupun pada

(25)

mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita.

4. Sesuatu yang baru (novelty) : suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak : suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.

b. Faktor internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Contoh faktor internal adalah :

1. Pengalaman /pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

1. Harapan atau expectation

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

(26)

mendapatkan undian sebesar 25 juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah. 3. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif. 4. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah.

5. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya sebagai sama saja.

2.1.4. Obyek Persepsi

Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan maka hal-hal yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai objek dari persepsi itu. Adapun objek dari persepsi itu adalah : 1. Manusia termasuk didalamnya kehidupan sosial manusia,

nilai-nilai kultural dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi interpersonal.

(27)

2. Benda-benda mati seperti balok, pohon dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi obyek (Notoatmodjo, 2003). 2.2 Pasien

Pasien merupakan konsumen pengguna jasa layanan kesehatan. Pasien di rumah sakit terbagi menjadi pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien gawat darurat. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat berdasarkan penyakitnya.Pasien setelah mendapatkan layanan dari rumah sakit sering merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya komunikasi antara pasien dengan dokter maupun petugas pelayanan kesehatan. Komunikasi yang kurang ini menyebabkan pasien kurang mengetahui hak-haknya. Pasien memiliki beberapa hak sebagai konsumen layanan kesehatan, Hak-hak pasien antara lain:

a) Hak untuk mendapatkan informasi.

Pasien berhak mendapatkan informasi yang dapat dipahaminya dari seorang dokter atau ahli kesehatan lainnya, Informasi dapat berupa: sakit yang diderita pasien, penyebab sakit, cara pengobatan yang akan dilakukan, perawatan yang harus dijalani, efek samping dalam pengobatan, biaya yang harus dikeluarkan, sistem pemeliharaan kesehatan.

b) Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan.

(28)

c) Hak mendapat ganti rugi.

Pasien berhak mendapatkan bantuan hukum, sehubungan perkara yan mungkin timbul akibat perawatan yang dilakukan.

d) Hak untuk memilih.

Hak untuk memilih pada pasien meliputi: 1. Membatalkan persetujuan.

2. Menolak pengobatan atau tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien. 3. Meninggalkan rumah sakit sewaktu-waktu. Jika pasien ingin meninggalkan

rumah sakit tanpa persetujuan rumah sakit maka pasien harus bertanggung jawab penuh terhadap semua akibat-akibat lebih lanjut. (Marius Widjayarta, dkk, 1995) Hak-hak dari pasien tersebut diinformasikan kepada pasien agar pasien mengetahui haknya sehingga tidak terjadi ketidakpuasan pasien. Pasien dalam layanan kesehatan tidak hanya melihat haknya saja tetapi juga harus memperhatikan kewajibannya sebagai pasien. Berikut ini kewajiban dari pasien yaitu:

A. Kewajiban untuk bersikap kritis. Bersikap kritis pasien meliputi:

1. Mengetahui sejarah atau riwayat pengobatan mereka sendiri.

2. Menepati janji dengan petugas kesehatan, sehubungan dengan perawatan sakitnya.

3. Mematuhi perawatan yang diberikan.

4. Memberi tahu dokter yang bersangkutan jika menerima perawatan dari ahli kesehatan lainnya.

(29)

5. Mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat diatasi oleh perusahaan asuransi. Jika pasien menggunakan jaminan kesehatan.

B. Kewajiban untuk memiliki kepedulian sosial.

Menjaga diri sendiri dan sekitarnya sehingga tidak melakukan hal-hal yang mengganggu ketertiban atau mengganggu hak pasien lain atau petugas. (Marius Widjayarta, dkk, 1995).

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White (dalam Haryanti, 2000), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu :

1. Karakteristik produk

Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.

2. Harga

(30)

3. Pelayanan

Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.

4. Lokasi

Letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudalnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.

5. Fasilitas

Fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepausan pasien, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.

(31)

6. Image

Cara reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah sakit tersebut, meski pun dengan harga yang tinggi. Pasien akan tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang diinginkan pasien.

7. Disain visual

Bangunan dan disain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu disain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi terhadap kepausan pasien atau konsumen.

8. Suasana

(32)

9. Komunikasi

Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang berkunjung di rumah sakit.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana dan disain visual.

2.2.2 Cara Pengukuran Kepuasan Pasien

Menurut McLaughin dan Kaluzny (Awinda, 2002), terdapat enam langkah pengukuran kepuasan pasien :

1. Penetapan tujuan

Langkah pertama dalam membuat suatu survei pasien adalah menentukan terlebih dahulu tujuan dari survei tersebut. Beberapa pertanyaan yang sangat krusial, seperti : siapa saja yang dimaksud pasien, apa yang akan dicapai melalui survei ini, keuntungan apa yang di dapat oleh pasien dari penelitian ini, sehingga nantinya tergantung pada manajemen akan bagaimana menggunakan data ini.

(33)

2. Seleksi metode

Langkah kedua yaitu memilih metode pengumpulan data yang akan digunakan pemilihan didasari oleh kelompok pasien yang dijadikan target serta informasi yang ingin didapat sesuai kebutuhan rumah sakit. Setiap mempunyai keuntungan dan kekurangan masing-masing. Kadangkala dilakukan penggabungan atau kombinasi dari beberapa metode pengumpulan data. Salah satu contoh adalah metode Focus Group Discussion (FGD). Metode ini sering digunakan untuk menggali segala kebutuhan dari pasien atau bahkan konflik yang sering terjadi diantara para staf professional.

3. Pembuatan alat pengumpulan data

Dalam pembuatan instrumen pengumpulan data haruslah dipikirkan untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran instrumen haruslah diujicobakan reliabilitas dan validitasnya serta sudah dibuktikan. Pembuatan instrumen ini membutuhkan keahlian khusus serta pengalaman. Salah satu contoh dari suatu instrumen pengumpulan data yang terdapat di rumah sakit terbagi dalam tujuh bagian yaitu :

a. Aksesibilitas menuju rumah sakit, apakah penjelasan dari dokter yang merujuk jelas dan lengkap mengenai arah untuk menuju rumah sakit, apakah petunjuk arah di dalam rumah sakit jelas dll.

(34)

c. Registrasi : menyangkut waktu tunggu, prilaku petugas, kelancaran proses registrasi, petugas bersikap informatif.

d. Proses pemberian pelayanan pemeriksaan medis ; waktu tunggu yang diperlukan, penjelasan dokter yang sangat informatif, penjelasan dari staf lainnya, perilaku petugas, kelancaran atau efektifitas proses pelayanan, serta kebutuhan pribadi seperti : Courtesy, Interest, Attention, and Support Show.

e. Fasilitas yang ada.

f. Kepuasan secara umum terhadap rumah sakit

g. Fakta pelayanan mengenai diri pasien : bagian apa di rumah sakit yang telah memberikan pelayanan, pukul berapa datang ke rumah sakit, apakah pasien pria atau wanita dll.

h. Pengumpulan dan penyimpanan data

Disarankan agar segala informasi yang telah didapat disimpan dalam CIS (Customer Information System) database.

i. Analisa data dan persentasi

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik dan analitik.

j. Menterjemahkan hasil yang didapat dalam tindakan 2.3Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disyahkan oleh pemerintah, sedangkan perawat profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan

(35)

keperawatan sekurang-kurangnya Diploma III keperawaatan. Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik (Gartinah.dkk, 1999).

Karakteristik keperawatan sebagi profesi menurut Gillies (1996) yaitu memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistemis dan khusus, mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia secara konstan melalui penelitian, melaksanakan pendidikan melalui pendidikan tinggi, menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam pelayanan, berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan pengendalian praktek profesional, memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas kepentingan pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika profesi serta memberikan kesempatan untuk 2.3.1 Peran dan Fungsi Perawat

Berdasarkan Konsorsiun Ilmu Kesehatan (1989), peran perawat terdiri atas: 1. Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis keperawatannya, perencanaannya dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Asuhan keperawtan yang diberikan mulai dari awal yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks. pertumbuhan profesional dan mendokumentasikan proses perawatan

(36)

Peran dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam mengiterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain, khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

3. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

4. Koordinator

Peran ini dilakukan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri atas dokter, fisioterpis, ahli gizi, radiologi, laboratoriun, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan, termasuk distribusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan sebelumnya

(37)

6. Konsultan

Peran perawat sebagai konsultan yaitu tempat konsultasi terhadap masalah atas tindakan keperwatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayan keperawatan yang diberikan.

7. Pembaharu

Peran perawat sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

Berdasarkan hasil lokakarya nasional keperawatan (1983) bahwa peran perawat di bagi menjadi empat yaitu :

1. Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan

(38)

Kemampuan ini diperoleh selama masa pendidikan dan dimantapkan saaat menjalankan tugasnya di sarana pelayanan kesehatan (Lokakarya, 1983).

2. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dalam profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawatan merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien (Lokakarya, 1983).

3. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bias berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Lokakarya, 1983).

4. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap

(39)

rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dalam hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan , perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelititan dalam rangka : mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan khususnya pelayanan keperawatan pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan (Lokakarya, 1983).

2.3.2 Tanggung jawab perawat

Secara umum perawat mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi. Tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mencakup aspek bio-psiko-kultural-spiritual dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi :

1. Membantu pasien memperoleh kesehatannya.

2. Membantu pasien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.

(40)

4. Membantu pasien yang menghadapi ajal untuk memperlakukan secara manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal.

2.3.3 Lingkup kewenangan perawat

Gartinah,dkk (1999) membagi kewenangan perawat menjadi lima, yaitu :

1. Melaksanakan pengkajian perawat terhadap status bio-psiko-sosio-kultural spiritual pasien.

2. Merumuskan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan utama yaitu tidak terepenuhinya kebutuhan dasar pasien.

3. Menyusun rencana tindakan keperawatan. 4. Melaksanakan tindakan keperawatan. 2.3.4 Konsep Caring Perawat

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik (Dwiyanti, 2010).

Caring merupakan jantung dari keperawatan, caring sangat penting bagi semua orang dimana berfokus untuk pengembangan dan kesejahteraan antara lain ditunjukkan dengan aplikasi yang terarah dari pikiran, tubuh dan jiwa menuju hasil maksimal yang positif dalam diri seseorang yang di rawat. Caring cukup luas tidak terbatas pada kasih sayang, perhatian, kehadiran, perlindungan, kesejahteraan, memberikan sentuhan dan membina kedekatan dengan klien. Caring dalam keperawatan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sendiri jika pasien mampu atau memiliki kekuatan, kemauan dan

(41)

pengetahuan sehingga klien dapat melakukan aktivitas sendiri dengan sesegera mungkin dalam pemenuhan kebutuhannya (Creasia & Parker, 2001).

Watson (1985) meyakini praktek caring sebagai inti keperawatan, yang menggambarkan dasar dalam kesatuan nilai-nilai kemanusiaan yang universal ( kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain) caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan. Hal ini meliputi keinginan untuk merawat, dengan tulus yang meliputi komunikasi, tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder, 2011).

Watson (1979) dan Leininger (1984) menempatkan asuhan sebagai jantung dari seni dan ilmu keperawatan. Keperawatan sebagai hubungan antar-manusia yang di sentuh dengan rasa keantar-manusiaan dari orang lain. Dalam menampilkan asuhan sebagai inti dari modelnya, menambahkan faktor caratif dengan tujuh asumsi utama berikut ini:

1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal.

2. Caring terdiri dari faktor caratif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.

3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.

(42)

mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

5. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit.

6. Caring merupakan inti dari keperawatan (Watson, 1979, 1989, dalam Slevin & Basford, 2006).

2.4 Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta petugas medik lainnya secara intensif setiap hari.

Perawatan intensif merupakan pelayanan rawat inap secara intensif terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik dan pengawasan berkelanjutan. Perawatan intensif dilakukan di ruang perawatan intensif, ruangan yang memiliki sarana penunjang untuk memantau keadaan pasien secara terus menerus. Pelayanan rawat inap juga menyediakan perawatan isolasi, merupakan pelayanan rawat inap secara

(43)

terpisah yang diberikan terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik khusus guna mempercepat penyembuhan dan mencegah penularan penyakit. Perawatan isolasi dilakukan secara terpisah yang diberikan terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik khusus guna mempercepat penyebuhan dan mencegah penularan penyakit.

Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap

mengalami tingkat proses transformasi, yaitu :

a. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan

dirawat tinggal dirumah sakit.

b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam

program perawatan dan terapi.

d. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan

dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.

Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses

untuk didiagnosa ulang.

Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara

menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi

individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi

medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan

(44)

Pasien dapat datang sendiri dengan atau tanpa rujukan dan luar kemudian diterima oleh bagian penerimaan pasien. Bagian penerimaan pasien meneruskan ke ruang perawatan untuk seterusnya secara terperinci dan spesifik diperiksa untuk rnenegakkan diagnosa. Mulai pasien diterima sampai pasien dinyatakan boleh pulang maka pasien mendapat pelayanan-pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan administrasi

Bagian penerimaan merupakan wajah dan suatu unit rawat inap dan sebagai pusat info pelayanan serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang pelayanan rawat inap didapat oleh pasien. Untuk itu diperlukan petugas-petugas yang menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil, selama pasien di rumah sakit, maka apa yang menjadi hak pasien sudah sepatutnya diterima sesuai dengan kemampuan rumah sakit tersebut. Sebagai bagian terakhir dan proses perawatan sebelum pasien pulang maka salah satu kewajiban yang harus dipenuhi adalah kewajiban memberikan pembayaran yang pantas kepada pihak pemberi jasa, dalam hal ini adalah rumah sakit (Deira, 2003).

b. Pelayanan Dokter

Bila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit maka yang terpikir pertama sekali adalah doktemya, baru kemudian untuk mengharapkan perawatan yang baik maka akan terpikir olehnya perawat. Di sini terlihat bahwa sukses suatu rumah sakit lebih bergantung pada kemampuan dan sikap atau perilaku karyawannya dan faktor lainnya (Awinda. 2004). Dalam Peraturan Menkes RI No.262/Menkes/Per/VIl 1979 tentang standarisasi

(45)

ketenagaan rumah sakit pernerintah menyatakan bahwa yang dirnaksuddengan tenaga medis adalah seorang lulusan fakultas kedokteran atau kedokteran gigi dan pasca sarjananya yang memberikan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis.

Keputusan pasien harus menjalani rawat inap ditentukan oleh dokter, baik dokter di instalasi rawat jalan maupun instalasi rawat inap. Pasien kemudian mengikuti prosedur yang ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk mendapatkan layanan rawat inap. Pasien di rawat inap perlu diklasifikasikan sesuai dengan ketergantungan mereka terhadap pemberi perawatan dalam proses penyembuhan penyakit.

c. Pelayanan Perawat

Sekolah atau akademi perawatan kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan paripuma (Andriani, 2005). Tenaga perawat adalah orang yang lebih erat hubungannya dengan pasien bila dibanding dengan petugas kesehatan lainnya di rumab sakit karena perawat berada 24 jam sehari di samping pasien. Dengan demikian kualitas perawat sangat menentukan mutu pelayanan perawatan pasien di rumab sakit. Pasien mengharapkan perawat mahir dalam profesinya, serius dalam pekerjaannya, penuh perhatian dan menerima mereka sebagaimana adanya dan tidak membeda-bedakan pasien (Aditama, 2003) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 (lima) tugas, yaitu :

1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan emosional dan sosial.

(46)

3. Menciptakan keadaan lingkungan. fisik. kognitif dan ernosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.(perilaku caring)

4. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit. 5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi.

Etika Pelayanan menurut Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis.

d. Pelayanan Penunjang Medis

Untuk dapat melaksanakan tugasnya ssuauai dengan SK/Menkes RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi satu diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis .Ruang lingkup pelayanan penunjang medis ini berupa pelayanan farmasi, pelayanan makanan, fasilitas radiologi.laboratorium, patologi klinik. Patologi anatomik, ruang bedah, perneliharaan sarana rumah sakit, (Aditama, 2003). Untuk melaksanakan tugas tersebut maka bidang penunjang medik mempunyai fungsi :

(47)

1. Melakukan penyusunan kebutuhan tenaga para medik dan non medik, alat dan atau bahan untuk fasilitas pelayanan penunjang medik.. 2. Melakukan penyusunan penyediaan fasilitas pelayanan penunjang

medik. Melakukan pengawasan dan pengendalian pasien.

3. Melakukan pemantauan. Pengawasan dan penilaian penggunaan fasilitas serta kegiatan pelayanan penunjang medik.

4. Melakukan urusan ketatausahaan dan kerumah tanggaan. e. Pelayanan Obat

1. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit,Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggung jawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan dengan mengacu kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program ini.

2. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagai mana diatas maka Rumah Sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

3. Pemberian obat untuk pasien RJTP dan RJTL diberikan selama 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis.

(48)

5. Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit dapat mengganti obat sebagaimana diatas dengan obat-obatan yang jenis dan harganya sepadan dengan sepengetahuan dokter penulis resep.

f. Pelayanan Makanan dan Gizi

Menu makanan harus di bawah pengawasan ahli gizi. Makanan yang dihidangkan harus dalam jumlah perkiraan kebutuhan, enak dipandang dan dapat dicerna dengan baik, mempunyai kualitas yang baik, bersih, bebas dan kontaminasi serta Waktu yang tepat dan teratur (Anwar, 1999)

2.5 Rumah Sakit 2.5.1 Pengertian

Menurut Benyamin Lumenta, rumah sakit adalah salah satu jasa yang menyelenggarakan upaya terutama penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan rumah sakit yang diberikan bersifat individual, tergantung dari jenis penyakit, kondisi pasien, latar belakang kehidupan, pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya yang diharapkan mampu bersaing dan mampu mewujudkan pelayanan efektif, efisien dan bertujuan memfokuskan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi pada kepuasan pasien. Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial di bidang medis klinis.

Menurut Laksono (2006) rumah sakit di Indonesia dibedakan sebagai berikut ini:

(49)

a. Rumah sakit milik pemerintah

Rumah sakit pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu rumah sakit milik pemerintah pusat (RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi, kabupaten atau kota.

b. Rumah sakit milik militer

Rumah sakit ini memiliki misi yaitu kesehatan militer dan persiapan perang. Rumah sakit militer merupakan ujung tombak kemajuan pelayanan kesehatan militer.

c. Rumah sakit swasta milik yayasan keagamaan dan kemanusiaan

Rumah sakit keagamaan dan yayasan di Indonesia dalam perkembangannnya terkenal sebagai rumah sakit untuk kelas menengah ke atas. Hal ini karena tarif sebagian besar layanannya mahal.

d. Rumah sakit swasta milik dokter

Rumah sakit swasta milik dokter bersumber dari prestasi klinis seorang dokter. Bahkan beberapa dokter yang memiliki keahlian yang sama bergabung dan bekerja sama untuk mendirikan rumah sakit. Namun hal ini dapat mengurangi laju perkembangan rumah sakit pemerintah karena dokter senior lebih banyak melakukan kegiatan di rumah sakitnya.

e. Rumah sakit milik badan usaha milik negara

(50)

2.5.2 Klasifikasi rumah sakit

Berdasarkan UUD Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, mengklasifikasikan rumah sakit umum dalam 4 tipe yaitu :

1. Rumah sakit umum tipe A 2. Rumah sakit umum tipe B 3. Rumah sakit umum tipe C 4. Rumah sakit umum tipe D 2.5.2.1Rumah sakit umum tipe A

Rumah sakit umum tipe A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Spesialistik Luas dan Sub Spesialistik Luas.

1. Penyakit dalam

2. Kebidanan dan penyakit kandungan 3. Bedah

4. Kesehatan anak 5. THT

6. Mata 7. Syaraf 8. Jiwa

9. Kulit dan kelamin 10.Jantung

11.Paru 12.Radiologi

(51)

13.Anesthesi

14.Rehabilitasi medis 15.Pathologi klinis 16.Patologi anatomi 2.5.2.2Rumah sakit umum tipe B

Rumah sakit umum tipe B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 Spesialistik dan Sub Spesialistik Terbatas.

1. Penyakit dalam 2. Kesehatan anak 3. Bedah

4. Kesehatan anak 5. THT

6. Mata 7. Syaraf 8. Jiwa

9. Kulit dan kelamin 10.Jantung

11.Paru

2.5.2.3Rumah sakit umum tipe C

(52)

1. Penyakit dalam

2. Kebidanan dan penyakit kandungan 3. Bedah

4. Kesehatan anak 2.5.2.4 Rumah sakit umum tipe D

Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Dasar.

2.5.3 Fungsi rumah Sakit

Menurut Permenkes RI No. 159b/Men Kes/Per/1998, fungsi rumah sakit adalah :

1. Menyediakan dan menyelanggarakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

2. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik

3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas bahwa pelayanan caring melekat pada perawat pelaksana, yang akan ditanyai kepada pasien umum yang berada di ruang rawat inap.

Persepsi Pasien Umum Perilaku Caring

Perawat Pelaksana

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) untuk mengetahui Persepsi pasien umum tentang perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014.

3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Gayo Lues di Desa Sangir Kecamatan Dabun Gelang. Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan RSUD Kabupaten Gayo Lues merupakan rumah sakit umum yang ada didaerah Gayo Lues dan merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat sekitar.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai dengan selesai. 3.3 Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pasien umum yang dijumpai di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah Kabupaten Gayo Lues yang sudah dirawat 2 hari atau lebih dan bersedia memberi waktu dan respon terhadap maksud dan tujuan penulis untuk mengetahui persepsi pasien terhadap perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Kabupaten Gayo Lues.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(54)

diwawancarai pada waktu yang terpisah. Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu tulis dan alat perekam.

3.5 Defenisi operasional

1. Persepsi pasien adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, persepsi yang dimaksud disini adalah pandangan pasien tentang pelayanan yang diberikan oleh perawat pada saat mendapatkan perawatan di RSUD Kabupaten Gayo Lues.

2. Pasien umum adalah konsumen pengguna jasa layanan kesehatan.pasien umum yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pasien yang dengan biaya sendiri tanpa menggunakan ASKES, JKA, Jamkesmas dan Jamsostek yang datang ke RSUD Kabupaten Gayo Lues untuk mendapatkan pelayanan. 3. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam

interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain, dalam hal ini hubungan langsung antara perawat dan pasiennya di RSUD Kabupaten Gayo Lues. 4. Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan RSUD Kabupaten Gayo Lues.

5. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan oleh pemerintah yang saat ini bekerja RSUD Kabupaten Gayo Lues.

(55)

6. Perilaku caring adalah sebagai tindakan perawat yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan pasien di RSUD Kabupaten Gayo Lues.

3.6 Instrument Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan Digital Voice Record (DVR)

3.7 Teknik Analisa Data

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penulis memulai penelitian di bulan Juni tahun 2013 yaitu dengan melakukan survei pendahuluan dengan menghubungi salah satu pengawai di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues agar dapat diizinkan menemui pasien yang ada di ruang rawat inap untuk diwawancarai. Kemudian pada bulan Februari tahun 2014 penulis datang kembali untuk mendapatkan data di RSUD Kabupaten Gayo Lues, ketika itu penulis langsung datang ke lokasi penelitian dan langsung menjumpai informan untuk diwawancarai. Sehingga, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan penulis datang berkali-kali untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues adalah salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Gayo Lues yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelayananan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues mempunyai tugas yaitu melaksanakan pelayanan medis, rujukan, penyululuhan kesehatan, rawat jalan, rawat inap, kedokteran gigi dan pelayanan administrasi. Rumah Sakit mempunyai 4 orang dokter spesialis, 10 orang dokter umum, 3 orang dokter gigi, 73 orang perawat, 21orang bidan dan tenaga kesehatan lainya 47 orang, yang beralamat Jl Pangur KM 3 Kecamatan Dabun Gelang.

Rumah Sakit ini juga melayani Askes, Jamkesmas, Jamsostek, dan JKA yang terdaftar sebagai peserta Rumah Sakit. RSUD Kabupaten Gayo Sudah mempuyai fasilitas kesehatan yang memadai seperti ruang pemeriksaan, ruang obat-obatan,

(57)

kamar tempat rawat inap, ruang radiologi, ruang OK, ruang Poli dan ruang laboratorium.

4.2 Karakteristik Informan

Dari hasil wawancara dilapangan diperoleh enam orang informan yang memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik informan No Umur

(tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan

Penyakit

(58)

4.3Perilaku Caring Perawat Pelaksana

4.3.1 Sikap Perawat Saat Pertama Bertemu dengan Pasien Tabel 4.2 Sikap Perawat Saat Pertama Bertemu dengan Pasien

Informan Pernyataan

1 Waktu saya pertama masuk untuk dirawat diruangan ini perawat yang melayani saya bersikap biasa saja, ya hanya menyapa sekadarnya saja dengan sedikit senyum.

Tidak.. tidak.. dia tidak memperkenalkan dirinya, dia hanya membawa saya keruangan rawat dan memasangkan infus ditangan saya.

Ya.. dia hanya menyapa sekedarnya saja..

2 Hmmm.. kayak mana ya dek, saya liat ya biasa aja dek.. saya datang dilayani ya udah gitu aja..

Gak sih gak ada memperkenalkan diri dia ke aku, cuma senyum habis itu dia ngelayani trus pigi.

Ya nyapa kayak gitu gitu aja dek, gak banyak nyapa..

3 Aku sih gak terlalu memperhatikan dek, karna aku datang juga lagi sakit-sakit, ya yang memperhatikan keluarga ku la dek.

Waktu aku udah diruangan ini, dia datang melayani dia ada memperkenalkan namanya, baik juga anaknya yang ku liat, ramah la..

Ya nyapanya layaknya kayak perawat ke pasiennya la..

4 Yaa.. biasa aja la dek.. sapa selamat datang, senyum, terus melayani..

Gak pake memperkenalkan diri dia dek..

Dia nyapa nya ya pake senyum dek, lembut kok.. sopan lah bisa dibilang.

5 Aku datang mereka ya melayani seperti biasa.. gak ada yang berlebihan.. gak ada yang istimewa... Cuma bekerja aja..

gak dek gak pake kenal-kenalan dirinya dia.. dia aja datang masang infus trus ngliat kondisi ku sebentar habis itu pigi dia dek.. nyapa pun dia gak ada dek.. kayak mana la aku mau tau cara menyapa dia dek..

6 Oooo masalah itu, ya aku datang sikap mereka biasa aja.. gak nyapa apa-apa..

Gak lah dek gak pake kayak gitu.. aku pun gak tanya-tanya siapa namanya..

Kayak mana ya caranya.. aku liat dia cuma senyum aja udah gitu aja..

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang sikap perawat saat pertama bertemu dengan pasien, diketahui bahwa dari enam orang informan yang

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik informan
Tabel 4.5 keterampilan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
Tabel 4.7 Harapan tentang Pelayanan Perawat Kedepannya

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut: melakukan sosialiasi terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan lapangan penumpukan container yaitu

Pada akhirnya program aplikasi modul interactive fisika dasar 3 ini akan diaplikasikan pada web universitas gunadarma untuk mempermudah dalam melaksanakan kegiatan belajar

Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Klaten Tahun Anggaran

Indonesian scholars who have graduated from an Australian university and has a PhD, Masters by research or with a substantial project component and an interest in developing

Mahasiswa tidak memenuhi beberapa komponen penilaian dan tidak menyelesaikan tugas dengan cukup baik serta tidak dapat menganalisis materi tugas sesuai dengan topik yang

Starting Point/ Present Situation/ Lacks Destination/ Target Needs Necessities Route/ Learning Needs/ Gap?. Materials &

Menghindari pajak dengan cara yang legal (sesuai peraturan perpajakan)..  Tax Evasion

▪ ESP is centered on the language ( grammar, lexis, register), skills, discourse and genre appropriate to these activities..?.