• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis karakter agronomi dan pola pita isozim jarak pagar (Jatropha curcas L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis karakter agronomi dan pola pita isozim jarak pagar (Jatropha curcas L)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KARAKTER AGRONOMI DAN POLA PITA

ISOZIM JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.) DI DAERAH

BERIKLIM BASAH

YUSIE ARISANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Karakter Agronomi dan Pola Pita Isozim Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Daerah Beriklim Basah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

(3)

iii

ABSTRACT

YUSIE ARISANTI. Analysis of Agronomic Characters and Isozyme of Physic Nut (Jatropha curcas L.) at Wet Climate. Under supervision of BAMBANG S. PURWOKO as chairman; M. SYUKUR and HARIYADI as members of the advisory committee.

The research objective was to determine agronomic characters influencing productivity and genetic variability of several physic nuts in high rainfall area. The research used Completely Randomized Design with three replications of genotypes as follows IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, and Bima genotypes. The direct or indirect effect of each characters was determined by path analysis. Analysis of isozyme experiment of the eight genotypes was also conducted. The experiment showed that the most productive physic nut in high rainfall area was the IP-2P genotype (558.33 kg/ha). The agronomic characters influencing the yield were number of secondary branches, number of productive branches, total leaves, number of inflorescence, number of fruits/plant, fruit weight, seed length, number of seeds/plant, dried seed weight, and weight of 100 seeds. Overall, the most important characters contributing to weight of dry seed per plant is the number of inflorescence (X7) and number of

seed per plant (X12), as shown by their positive direct influence and correlation

coefficient (P7y=0.51; r7y=0.98) and (P12y=1.10; r12y=0.99). It is concluded that

the two characters can be used as the selection criteria for yield. Genetic variability based on qualitative characters was 0-14%, quantitative 17-81%, the isozyme analysis 2-25%, for combined qualitative characters with the isozyme was 1-13% and for combined qualitative characters, quantitative characters and isozymewas 6-33%.

(4)

iv

RINGKASAN

YUSIE ARISANTI. Analisis Karakter Agronomi dan Pola Pita Isozim Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Daerah Beriklim Basah. Dibimbing oleh BAMBANG S. PURWOKO selaku ketua komisi, M. SYUKUR dan HARIYADI sebagai anggota komisi pembimbing.

Dalam rangka pengembangan jarak pagar, diperlukan ketersediaan genotipe unggul yang berproduksi tinggi secara spesifik atau di semua wilayah. Informasi potensi produksi dari setiap genotipe berguna untuk mendapatkan kepastian hasil. Selain potensi produksi informasi tentang keragaman plasma nutfah dan hubungan di antara materi pemuliaan sangat berperan penting dalam pemuliaan tanaman. Jarak pagar dapat tumbuh mulai dari daerah beriklim sangat kering hingga sangat basah, namun potensi produksi dari genotipe di setiap lokasi belum diketahui secara pasti. Pemanfaatan tanaman jarak pagar di daerah beriklim basah (dengan curah hujan tinggi) diperlukan. Pengujian pada daerah beriklim basah dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai potensi produksi jarak pagar yang ditanam pada daerah beriklim basah. Informasi genetik tentang morfologi, agronomi dan kandungan minyak jarak pagar penting diketahui dalam rangka program pengembangan tanaman jarak pagar. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil dan keragaman genetik beberapa genotipe jarak pagar di daerah beriklim basah.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Cikabayan. Analisis isozim dan pengujian kadar minyak dilaksanakan di Laboratorium Hayati, Pusat Studi Bioteknologi dan Sumberdaya Hayati IPB. Pengamatan karakter agronomi terdiri atas karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu genotipe jarak pagar dan diulang sebanyak tiga kali. Satu unit percobaan terdiri atas dua belas tanaman, tiap petak berukuran 6 m x 8 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 2 m x 2 m, dengan blok sebagai ulangan. Genotipe yang digunakan IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman dari setiap genotipe pada masing-masing unit percobaan. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua karakter agronomi yang diamati digunakan analisis korelasi sederhana. Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung untuk masing-masing karakter terhadap hasil ditentukan dengan analisis lintas (path analysis). Percobaan kedua yaitu analisis isozim dari delapan genotipe jarak pagar. Analisis isozim menggunakan larutan pewarna enzim Peroksidase (PER), Esterase (EST), Aspartat aminotransferase (AAT), Malat dehidrogenase (MDH) dan Alkohol dehidrogenase (ADH). Kemiripan antar genotipe dicari berdasarkan pada koefisien kesamaan (similarity coefficients). Kesesuaian pengelompokan genotipe berdasarkan karakter agronomi dan isozim dilakukan dengan menggunakan fungsi MxComp pada program NTSYS.

(5)

v

diperoleh provenan IP-2P. Karakter agronomi yang berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering biji per tanaman yaitu jumlah cabang sekunder, jumlah cabang produktif, jumlah daun, jumlah malai per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot basah buah, panjang biji, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji dan bobot 100 biji. Dari seluruh karakter yang diuji, jumlah malai (X7) dan

jumlah biji per tanaman (X12) mempunyai kontribusi terbesar terhadap bobot

kering biji per tanaman, terlihat dari nilai pengaruh langsung yang positif dan besarnya hampir sama dengan nilai koefisien korelasinya (P7y = 0.51 dengan

r7y = 0.98) dan (P12y = 1.10 dengan r12y = 0.99), sehingga kedua karakter ini

dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk hasil tinggi. Keragaman genetik berdasarkan karakter kualitatif berkisar 0-14 %, kuantitatif 17-81%, analisis isozim 2-25%, gabungan antara karakter kualitatif dan isozim 1-13% dan gabungan data kualitatif, kuantitatif dan isozim 6-33%.

(6)

vi

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

vii

ANALISIS KARAKTER AGRONOMI DAN POLA PITA ISOZIM JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DI DAERAH BERIKLIM BASAH

YUSIE ARISANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

viii

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis Nama NIM

: : :

Analisis Karakter Agronomi dan Pola Pita Isozim Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Daerah Beriklim Basah

Yusie Arisanti A253070111

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Bambang S. Purwoko, MSc. Ketua

Dr. M. Syukur, SP. MSi. Anggota

Dr. Ir. Hariyadi, MS. Anggota

Diketahui

Ketua Mayor

Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman

Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(10)

x

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2008-Juli 2009, dengan judul Analisis Karakter Agronomi dan Pola Pita Isozim Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Daerah Beriklim Basah.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan tersebut merupakan bimbingan dan bantuan yang tulus dan ikhlas dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc, selaku ketua komisi pembimbing, Dr. M. Syukur, SP, MSi. dan Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melakukan penelitian dan penyusunan tesis. Terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. atas kritik dan saran yang membangun serta kesediaannya sebagai penguji luar komisi pada saat ujian tesis.

(11)

xi

Kepada orang tua (Yusman dan Sukartini) dan mertua (M. Akhir Siregar, Alm dan Tapi Omas Lubis, Almh), suami (Ir. Jonni Kurniawan Siregar, MM) dan anak tercinta (Annora Clianta Khalida Siregar) beserta keluarga besar penulis terma kasih atas segala kesabaran, keikhlasan, dorongan, cinta kasih dan doa yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

Semoga bimbingan dan segala bentuk bantuan yang telah diberikan dari semua pihak mendapatkan nilai ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Amin.

Bogor, Januari 2010

(12)

xii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balikpapan pada tanggal 4 Juli 1978 dari pasangan ayah Yusman dan Ibu Sukartini. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Menikah dengan Ir. Jonni Kurniawan Siregar MM. dan dikaruniai seorang putri, Annora Clianta Khalida Siregar.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Program Studi Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2003. Penulis melajutkan pendidikan Program Magister di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2007 pada program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman.

(13)

xiii

Penyebaran dan Tempat Tumbuh ... PerbanyakanJatropha curcas L. ... Analisis Keragaman ... METODOLOGI PENELITIAN ...

(14)

xiv

Analisis keragaman rancangan acak kelompok... Data hasil analisis contoh tanah tempat penelitian... Sidik ragam karakter kuantitatif batang pada delapan genotipe jarak pagar... Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif batang pada delapan genotipe jarak pagar... Sidik ragam karakter kuantitatif daun pada delapan genotipe jarak pagar Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif daun pada delapan genotipe jarak pagar... Sidik ragam karakter kuantitatif bunga pada delapan genotipe jarak pagar... Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif bunga pada delapan genotipe jarak pagar... Sidik ragam karakter kuantitatif buah pada delapan genotipe jarak pagar Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif buah pada delapan genotipe jarak pagar... Sidik ragam karakter kuantitatif ukuran biji pada delapan genotipe jarak pagar... Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif ukuran biji pada delapan genotipe jarak pagar... Sidik ragam karakter kuantitatif bobot biji pada delapan genotipe jarak pagar... Nilai tengah sifat kuantitatif bobot biji pada delapan genotipe jarak pagar... Sidik ragam kadar minyak pada delapan genotipe jarak pagar... Nilai tengah sifat kuantitatif karakter kadar minyak pada delapan genotipe jarak pagar... Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter dengan bobot kering biji per tanaman...

(15)

xv 18

19

20

21

22

23

24

Parameter genetik beberapa karakter kuantitatif ... Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data kualitatif ... Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data kuantitatif... Jumlah pita dan tingkat polimorfisme 5 isozim pada delapan genotipe jarak pagar... Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data isozim... Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan gabungan data kualitatif dan isozim... Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan gabungan data kualitatif, kuantitatif dan isozim...

45

48

49

55

56

57

(16)

xvi

Bagan alur penelitian ... Hubungan sebab akibat antara karakter tanaman terhadap hasil... Bentuk batang dan warna batang... Cabang yang muncul dari batang utama pada genotipe jarak pagar... Pertumbuhan tanaman jarak pagar umur 6 bulan setelah tanam... Daun beberapa genotipe jarak pagar... Permukaan daun jarak pagar………... Bunga jarak pagar... Buah jarak pagar... Keragaman bentuk biji... Diagram lintas beberapa karakter kuantitatif dengan bobot kering biji per tanaman... Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan karakter kualitatif... Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan karakter kuantitatif... Variasi pola pita isozim PER pada 8 genotipe jarak pagar... Interpretasi pola pita PER dari 8 genotipe jarak pagar... Variasi pola pita isozim EST pada 8 genotipe jarak pagar... Interpretasi pola pita EST dari 8 genotipe jarak pagar... Variasi pola pita isozim ADH pada 8 genotipe jarak pagar... Interpretasi pola pita ADH dari 8 genotipe jarak pagar... Variasi pola pita isozim MDH pada 8 genotipe jarak pagar... Interpretasi pola pita MDH dari 8 genotipe jarak pagar... Variasi pola pita isozim AAT pada 8 genotipe jarak pagar...

(17)

xvii 23

24

25

26

27

Interpretasi pola pita AAT dari 8 genotipe jarak pagar... Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data isozim... Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data gabungan data kualitatif dan isozim... Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan gabungan data kualitatif, kuantitatif dan isozim ... Alat soxhlet...

55

56

57

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

2

3 4

5 6

Prosedur analisis kandungan minyak jarak pagar dengan metode soxhlet... Komposisi larutan pewarna enzim Peroksidase, Esterase, Aspartat aminotransferase, Malat dehidrogenase dan Alkohol dehidrogenase... Data Klimatologi Wilayah Darmaga Bogor... Pengamatan karakter kualitatif jarak pagar dan nilai kategori bagian-bagian tanaman... Hasil pengamatan karakter kualitatif... Nilai koefisien korelasi (r) antar karakter...

71

72 74

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisis energi di Indonesia sebagai akibat semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak khususnya dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui telah menuntut Indonesia untuk mencari sumber bahan bakar alternatif yang bersifat dapat diperbarui (Sardjono 2006). Ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi dapat dikurangi dengan mengembangkan sumber energi alternatif berbahan baku minyak nabati. Biodisel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak disel/solar dan hampir tidak mengandung sulfur dan memiliki oksigen tetap yang membantu dalam pembakaran sempurna (Pant et al. 2006). Penggantian pemakaian solar ke bahan bakar nabati merupakan upaya diversifikasi energi dalam mencapai ketahanan energi (Ditjen Migas 2009).

Sehubungan dengan krisis energi yang terjadi, secara resmi pemerintah mencanangkan pengembangan bio-fuel melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional dan Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar lain. (Ditjenbun 2006a). Berkaitan dengan hal tesebut, cukup banyak komoditas perkebunan penghasil minyak nabati di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodisel salah satunya adalah jarak pagar (Hambali et al.

2006). Minyak dari biji jarak pagar berpotensi besar untuk diubah menjadi biodisel (Tiwari et al. 2007).

(20)

Pada saat ini pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.)

sebagai bahan baku energi alternatif masih terhalang oleh minimnya penggunaan benih bersertifikat yang memenuhi standar pemerintah (Hambali 2007). Saat ini sekitar 70% petani pekebun masih menggunakan benih asalan (Karmawati 2008). Untuk mengusahakan tanaman jarak pagar, diperlukan bahan tanaman yang memiliki keunggulan genetik yang dicirikan oleh potensi produksi biji tinggi dan beradaptasi luas terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan (Hasnam dan Mahmud 2006). Berbagai publikasi melaporkan bahwa jarak pagar dapat tumbuh mulai dari daerah beriklim sangat kering hingga sangat basah dan lahan marginal (Foidl et al. 1996; Heller 1996; Gubitz et al. 1999; Openshaw 2000), namun menurut Santoso et al. (2008) untuk dapat berproduksi dengan baik tanaman tetap membutuhkan batas-batas kondisi ekosistem tertentu. Pada lahan kering Lombok Barat, potensi produksi biji kering tanaman jarak pagar pada tahun pertama sebesar 880.78 kg/ha dari tanaman asal stek dan 749.81 kg/ha dari tanaman asal biji.

Pemanfaatan tanaman jarak pagar di daerah beriklim basah (dengan curah hujan tinggi) diperlukan. Menurut Lapanjang et al. (2008), pertumbuhan tanaman jarak pagar pada kondisi air yang tercukupi lebih baik dibandingkan tanaman yang mengalami stres kekeringan. Oleh karena itu, pengujian pada daerah beriklim basah perlu dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai potensi produksi jarak pagar yang ditanam pada daerah beriklim basah. Kumar dan Sharma (2008); Kaushik et al. (2007) menyatakan informasi genetik tentang morfologi, agronomi dan kandungan minyak jarak pagar penting diketahui dalam rangka program pengembangan tanaman jarak pagar.

(21)

tingkat protein dan tingkat DNA. Analisis keragaman genetik tanaman jarak pagar pada tingkat DNA telah dilakukan dengan beberapa metode yaitu

single-primer amplification reaction (SPAR) (Ranade et al. 2008), random amplified

polymorphic DNA (RAPD), inter simple sequence repeats (ISSR) (Basha dan

Sujatha 2007; Gupta et al. 2008), simple sequence repeat (SSR) dan amplified

fragment length polymorphism (AFLP) (Sun et al. 2008; Yan 2008).

Analisis keragaman genetik pada tingkat protein dapat dilakukan dengan analisis isozim. Analisis isozim pada prinsipnya merupakan teknologi pengkajian keragaman genetik berdasarkan variasi rantai asam amino yang mempunyai fungsi katalitik yang sama (Bustamam dan Moeljopawiro 1998). Teknik isozim telah banyak digunakan untuk untuk mengkaji keragaman genetik dari beberapa organisme, diantaranya adalah karakterisasi mutan Boerhavia diffusa L. (Shukla et al. 2004), keterkaitan antara keragaman fenotipe dan genotipe pada populasi manggis Sumatera Barat (Mansyah et al. 1999). Identifikasi keragaman genetik varietas lokal kedelai di Jawa berdasarkan analisis isozim juga telah dilakukan (Cahyarini et al. 2004). Djajanegara et al. (2007) menggunakan analisis isozim dengan pewarnaan acid phosphatase untuk melihat pengaruh mutasi radiasi sinar gamma terhadap produktivitas jamur tiram abu-abu.

Perumusan Masalah

Dalam rangka pengembangan jarak pagar, diperlukan ketersediaan genotipe unggul yang berproduksi tinggi secara spesifik atau di semua wilayah. Informasi potensi produksi dari setiap genotipe berguna untuk mendapatkan kepastian hasil. Selain potensi produksi informasi tentang keragaman plasma nutfah dan hubungan di antara materi pemuliaan sangat berperan penting dalam pemuliaan tanaman.

(22)

kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan penelitian dalam rangka karakterisasi untuk mengetahui keragaman genotipe dan mengetahui potensi produksi genotipe jarak pagar yang ditanam di daerah beriklim basah.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang: (1) karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil, (2) kriteria seleksi daya hasil (bobot kering biji per tanaman) jarak pagar di wilayah beriklim basah dan (3) keragaman beberapa genotipe jarak pagar.

Hipotesis

1. Terdapat beberapa karakter agronomi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil.

2. Terdapat beberapa kriteria seleksi daya hasil jarak pagar di wilayah beriklim basah.

3. Terdapat keragaman genetik antar genotipe jarak pagar.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini disusun berdasarkan dua kegiatan percobaan yaitu; (1) analisis karakter agronomi yang meliputi karakter kualitatif dan karakter kuantitatif delapan genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan (2) analisis isozim dengan menggunakan larutan pewarna enzim Peroksidase (PER), Esterase (EST), Aspartat aminotransferase (AAT), Malat dehidrogenase (MDH) dan Alkohol dehidrogenase (ADH).

(23)

Percobaan 2, dilakukan analisis isozim pada kedelapan genotipe jarak pagar. Informasi yang diperoleh pada percobaan ini adalah variasi pola pita dari masing masing isozim yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan genotipe jarak pagar pada tingkat protein. Bagan alur penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alur penelitian Genotipe Jarak Pagar

Karakter kuantitatif

Analisis Kekerabatan Analisis Isozim

Karakter kualitatif

Informasi karakter agronomi dan keragaman jarak pagar

Analisis Kekerabatan Analisis Karakter Agronomi

Pengelompokan Berdasarkan Karakter Kuantitatif

Pengelompokan Berdasarkan Penanda Isozim Pengelompokan

Berdasarkan Karakter Kualitatif

Analisis Lintas (Path Analysis)

Pengelompokan Berdasarkan Gabungan Data Kualitatif dan Isozim

Pengelompokan Berdasarkan Gabungan Data Kualitatif, Kuantitatif dan Isozim

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Ciri Morfologi Jatropha curcas L.

Jarak pagar termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub-divisi

Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae,

genus Jatropha, dan species Jatropha curcas L. ( Nurcholis dan Sumarsih 2007).

Genus Jatropha memiliki 175 spesies (Liu et al. 2007); dari jumlah ini lima

spesies tumbuh di Indonesia, yaitu J. curcas L. dan J. gossypiifolia yang sudah

digunakan sebagai tanaman obat sedangkan J. integerrima Jacq., J. multifida dan

J. podagrica Hook. digunakan sebagai tanaman hias (Hasnam 2006).

Jatropha curcas L. merupakan tanaman semak atau pohon yang tahan

terhadap kondisi kering. Tanaman ini dibudidayakan di daerah Amerika Selatan,

Amerika Tengah, Asia Tenggara, India dan Afrika (Gubitz et al. 1999; Martίnez

et al. 2006).

Habitus jarak pagar berbentuk semak besar dengan tinggi dapat mencapai

5 meter (Heller 1996; Aderibigbe et al. 1997; Wiesenhutter 2003; Fieke et al.

2007). Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah. Tanaman jarak

pagar berdaun tunggal, yang tersebar sepanjang batang, daunnya dihubungkan

dengan tangkai daun (Ditjenbun 2006b). Daun berlekuk, bersudut 3-5, tulang daun

menjari 5-7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat

dibandingkan permukaan bagian atas), panjang tangkai daun antara 4-15 cm

(Grimm 1999).

Tanaman ini termasuk tanaman monoecious (berumah satu) (Raju dan

Ezradanam 2002), buah sedikit berdaging (fleshy) waktu muda, berwarna hijau

kemudian menjadi kuning dan mengering lalu pecah waktu masak; biasanya berisi

tiga biji berwarna hitam (Grimm 1999). Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga

majemuk berbentuk infloresen. Infloresen terbentuk di ujung cabang (Heliyanto

2007; Kumar dan Sharma 2008). Bunga yang tersusun dalam rangkaian

(inflorescence) ini, biasanya terdiri atas 100 bunga atau lebih. Bunga memiliki 5

sepal dan 5 petal yang berwarna hijau kekuningan atau coklat-kekuningan. Bunga

jantan mempunyai 10 tangkai sari yang tersusun dalam dua lingkaran,

(25)

1-2 hari (Ditjenbun 1-2007). Bunga betina lebih besar dibanding bunga jantan (Kumar

dan Sharma 2008). Biasanya bunga betina terletak di tengah dan dikelilingi oleh

bunga jantan (Raju dan Ezradanam 2002). Persentase bunga betina per rangkaian

bunga sangat rendah, rata-rata hanya ditemukan 1-3 bunga betina diantara lebih

dari 10 bunga jantan. Hal ini disebabkan karena faktor genetik (potensi

membentuk bunga betina memang rendah) dan juga dikarenakan faktor

lingkungan (kekurangan unsur hara pembentuk bunga, terlalu banyak hujan dan

kecepatan angin yang tinggi) (Hartati 2006).

Bunga jarak pagar menyerbuk dengan bantuan serangga (Bhattacharya et

al. 2005); bunga menghasilkan nektar yang mudah terlihat (exposed) dan harum

hingga dapat diakses oleh serangga-serangga seperti lalat dan serangga lain

(Hasnam 2006). Tangkai putik lepas atau melekat pada pangkal, kepala putik

terpecah tiga, berwarna hijau. Bunga betina membuka 2 hari lebih lambat

dibandingkan bunga jantan (Mahmud et al. 2008). Berdasarkan hasil uji

sitogenetik Jatropha curcas L. mempunyai jumlah kromosom 2n = 22

(Soontornchainaksaeng dan Jenjittikul 2003; Carvalho et al. 2008), ukuran

kromosom berkisar 1,24 sampai 1,71 μm dengan struktur kromosom metasentrik

sebanyak 5 kromosom dan submetasentrik sebanyak 6 kromosom (Carvalho et al.

2008).

Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur atau elips dengan panjang

± 2.54 cm (Heller 1996; Akintayo 2004) dan diameter 2-4 cm. Buah jarak terbagi

menjadi tiga ruang, masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat

lonjong dan berwarna coklat kehitaman. Panjang biji 2 cm dengan ketebalan

sekitar 1 cm. Biji mengandung minyak dengan kandungan sekitar 30-50% (Heller

1996).

Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Jarak pagar diperkirakan berasal dari Amerika Tengah, khususnya

Meksiko. Di daerah tersebut, tanaman tumbuh secara alami di kawasan hutan

pinggiran pantai. Di Afrika dan Asia, jarak pagar hanya ditemukan sebagai

tanaman pagar atau pembatas lahan pertanian. Jarak pagar menyebar di Malaka

(26)

Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar

1000 m di atas permukaan laut. Curah hujan berkisar antara 300-2380 mm/tahun.

Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jarak adalah 20-26oC. Tanaman

jarak memiliki sistem perakaran yang mampu menahan air sehingga tahan

terhadap kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di atas tanah berpasir, tanah

berbatu, tanah lempung, atau tanah liat. Tanaman ini juga dapat beradaptasi pada

tanah yang kurang subur, memiliki drainase baik, tidak tergenang dan pH tanah

5.0-6.5 (Hariyadi 2006).

Pada daerah curah hujan yang rendah dan periode sedikit hujan yang

panjang, tanaman jarak menggugurkan daunnya untuk mencegah kekeringan.

Kebutuhan airnya sedikit dan dapat tahan periode kekeringan yang panjang

dengan menggugurkan banyak daunnya untuk menurunkan transpirasi. Jarak juga

cocok untuk mencegah erosi tanah. Jarak tumbuh pada tanah beririgasi baik

dengan aerasi yang baik dan beradaptasi baik pada tanah marginal dengan

kandungan nutrisi yang rendah (Openshaw 2000). Pada tanah yang miskin hara

(Garnayak et al. 2008) dan keras, pertumbuhan akar menurun (Kumar dan Sharma

2008). Tanaman ini dapat tumbuh dengan kerapatan tanaman yang ideal 2500

tanaman/ha. Jatropha curcas L. mencapai produktivitas maksimumnya dalam 5

tahun (Sirisomboon et al. 2007) dan dapat hidup lebih dari 50 tahun (Sirisomboon

et al. 2007; Henning 2007).

Perbanyakan Jatropha curcas L.

Perbanyakan jarak pagar dapat dilakukan secara generatif dengan biji (biji

secara langsung atau pembibitan sebelum penanaman) (Achten et al. 2008), secara

vegetatif dengan stek (Swamy dan Singh 2006; Fieke et al. 2007) atau melalui

kultur jaringan (in vitro) (Datta et al. 2007). Eksplan yang dapat digunakan dalam

perbanyakan kultur jaringan jarak pagar yaitu bagian hipokotil, epikotil, pucuk,

daun, dan tangkai daun (Sujatha dan Mukta 1996; Wei Qin et al. 2004).

Perbanyakan vegetatif dapat berasal dari stek cabang maupun stek pucuk.

Penggunaan stek cabang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan diameter,

umur yang dicirikan dengan berkayu dan belum berkayu dan panjang stek. Stek

(27)

berkayu berwarna hijau keabu-abuan (Ferry 2006). Menurut Santoso (2009)

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jarak pagar yang berasal dari biji dan

stek batang memiliki pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun dan

jumlah cabang skunder) yang sama. Tanaman berasal dari stek lebih cepat

berbunga dibandingkan tanaman dari biji. Namun menurut Heller (1996),

perbanyakan tanaman dari stek menunjukkan umur yang lebih pendek dan

ketahanan kekeringan dan penyakit yang lebih rendah dibanding tanaman yang

diperbanyak dari biji. Hal ini menurut Kumar dan Sharma (2008) mungkin

disebabkan tanaman yang dihasilkan dari stek tidak menghasilkan akar tunggang.

Tanaman dari stek menghasilkan akar-tunggang palsu yang dapat menembus

hanya 1/2 atau 2/3 kedalaman tanah dibandingkan akar tunggang yang dihasilkan

tanaman yang tumbuh dari biji.

Sebagai tanaman menyerbuk silang, tanaman jarak pagar membutuhkan

agensia polinator (biasanya serangga) untuk memfasilitasi terjadinya penyerbukan

silang. Aktivitas polinator yang tinggi akan mendukung terjadinya persilangan

antar indvidu tanaman (Heliyanto 2007). Adikadarsih dan Hartono (2007)

mengemukakan bahwa penggunaan biji jarak pagar untuk benih harus berasal

dari buah yang berwarna kuning hingga kuning kehitaman karena memiliki daya

berkecambah dan daya tumbuh yang tinggi yaitu masing-masing 89% dan 81%.

Biji jarak pagar merupakan biji berkeping dua (dikotil). Secara umum biji

jarak tersusun atas kulit dan isi biji yang di dalamnya terdapat embrio. Proporsi

kulit menempel sekitar 28.82% dari biji, dan isi sekitar 71.19%. Isi biji terdiri

atas embrio, kotiledon atau daun bji dan endosperma (Santoso et al. 2007).

Analisis Keragaman

Keragaman tanaman secara umum dapat dikaji melalui pendekatan

morfologi, biokimia dan molekuler. Penanda morfologi merupakan wujud nyata

dari keragaman fenotipik. Namun penanda ini memiliki kelemahan karena

dipengaruhi oleh lingkungan. Keterbatasan penanda morfologi adalah hanya

mampu membedakan keragaman visual, untuk itu diperlukan penanda lainnya

yang diharapkan memberikan hasil yang lebih akurat. Dasar dari penanda

(28)

DNA yang telah digunakan untuk analisis keragaman seperti RAPD (Random

Amplified Polymorphic DNA), AFLP (Amplified Fragment Length

Polymorphism), SSR (Simple Sequence Repeat), ISSR (Inter Simple Sequence

Repeats), RAF (Randomly Amplified DNA Fingerprinting), dan analisis isozim.

RAPD

RAPD merupakan marka dominan yang dapat diaplikasikan pada sejumlah

besar sampel dengan cara relatif sederhana, cepat, dan murah. Penanda ini

memiliki panjang primer 10 bp, yang dapat menempel secara acak pada situs

target homolognya dalam genom. Kelemahan teknik ini adalah reprodusibilitas

yang rendah (Jones et al. 1997). Kelemahan ini dapat diatasi dengan membuat

reaksi dan kondisinya sehomogen mungkin, skrining primer, memilah pita-pita

fragmen DNA yang jelas, menggunakan suhu annealing yang optimal, dan

penambahan 1-2 basa pada primer untuk mempertinggi spesifikasi penempelan

DNA (Tanaka dan Taniguchi 2002).

SSR

SSR digunakan sebagai penanda karena mudah dan relatif murah (pada

tahapan setelah ditemukan primer spesifiknya), keberadaannya melimpah dan

tersebar di seluruh genom tanaman, dan dengan sampel dalam jumlah sedikit,

mencukupi untuk amplifikasi dengan PCR (Ribaut et al. 2002). Salah satu teknik

yang memanfaatkan mikrosatelit adalah Sequence-tagged microsatellite sites

(STMSs) atau Sequence-tagged sites (STS) (Puspendra et al. 2002). Keuntungan

STMSs adalah menggunakan sepasang primer yang sudah didisain khusus untuk

masing-masing spesies (Sulyo 1997), dan penanda ini bersifat ko-dominan

(Puspendra et al. 2002, Hiu Liu 1998, Sulyo 1997). Penanda STMS

memungkinkan untuk mendapat derajat polimorfisme dan variasi yang tinggi

karena sekuen DNA mikrosatelit dapat mengandung urutan basa dengan panjang

berbeda-beda pada genom populasi. Bentuk berulangnya yang umum adalah

(29)

ISSR

ISSR merupakan marka yang berkembang lebih akhir dibanding RAPD

dan RFLP digunakan untuk mempelajari keragaman genetik pada tanaman.

Susunan basa yang demikian merupakan karakteristik dari genom nuklear dan

bervariasi antar spesies atau populasi. Keunggulan dari penggunaan ISSR antara

lain mudah digunakan, cepat dan murah. Menurut Lanham dan Brennan (1999)

ISSR lebih banyak menghasilkan polimorfisme jika dibandingkan dengan RAPD.

Rata-rata polimorfisme per primer untuk ISSR 6.5, lebih tinggi jika dibandingkan

dengan RAPD hanya sebesar 2.0. ISSR lebih reproducible jika dibandingkan

penanda RAPD. ISSR merupakan marka dominan, tidak memerlukan desain

primer karena bekerja secara acak. ISSR memiliki panjang primer 14-22 bp (Qian

et al. 2001).

AFLP

AFLP merupakan penggabungan dari RFLP dan RAPD, berdasarkan pada

amplifikasi PCR selektif fragmen restriksi dari pemotongan total DNA genomik.

AFLP merupakan marka dominan. Kemampuan teknik AFLP lebih tinggi dalam

mendeteksi jumlah lokus-lokus polimorfik jika dibandingkan dengan RFLP dan

RAPD (Powell et al. 1996), efisiensi diskriminasi yang lebih tinggi dibanding

RAPD dan ISSR (Archak et al. 2003), dan menghasilkan reprodusibilitas yang

tinggi (Jones et al. 1997). Menurut Vos et al. (1995), teknik ini dapat memberikan

informasi genetik yang lebih akurat. Kegunaan penanda ini antara lain: pemetaan

genom tanaman, marker assisted selection (MAS), menguji kebenaran suatu tipe.

Rata-rata jumlah pita yang diamplifikasi per sampel per pasangan primer adalah

10-50.

Isozim

Isozim atau isoenzim adalah enzim yang mempunyai bentuk polimorfik

dalam suatu organisme atau spesies tanaman yang sama tetapi mengkatalisis

reaksi metabolisme yang sama. Polimorfisme isozim berupa molekul-molekul

protein yang berbeda yang fenotipenya dapat ditampakkan dalam bentuk pita-pita

(30)

dengan pewarna spesifik untuk setiap enzim (Hartana 2003). Produk langsung

gen berupa protein dan enzim dapat dilacak keragamannya dengan menggunakan

gel dan elektroforesis (Novarianto et al. 1999). Enzim merupakan protein

biokatalisator untuk proses-proses fisiologis tanaman yang pengadaan dan

pengaturannya dikontrol secara genetik. Menurut Micales dan Bonde (1995)

isozim didefinisikan sebagai berbagai bentuk molekul dari satu enzim tunggal.

Molekul-molekul ini biasanya memiliki sifat-sifat enzimatis yang serupa, bahkan

identik, kecuali sebagian kecil komposisi asam amino dan urutan asam nukleotida

DNA yang mengkode pembentukan protein. Seringkali perbedaan antar isozim

hanya berupa substitusi satu sampai beberapa asam amino. Hanya isozim yang

memiliki banyak variasi dalam ukuran dan bentuk atau berbeda muatannya dapat

dipisahkan melalui elektroforesis. Pola pita yang muncul pada elektroforesis

dengan pewarna histokimia terjadi karena adanya aktifitas enzimatis. (Micales dan

Bonde 1995).

Saat ini isozim telah banyak dimanfaatkan secara luas pada bidang

pemuliaan tanaman dan bidang biologi. Penggunaan praktis dapat dilakukan untuk

studi taksonomi, genetik, identifikasi klonal dan hibrida dengan cara menganalisis

pola pita isozimnya. Menurut Azrai dan Kasim (2003), penggunaan penanda

isozim mempunyai kelebihan karena isozim diatur oleh gen tunggal dan bersifat

kodominan dalam pewarisan, bersegregasi secara normal menurut nisbah

Mendell, kolinier dengan gen dan merupakan produk langsung gen. Penanda ini

bersifat stabil karena tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, lebih cepat dan

akurat karena tidak menunggu tanaman sampai berproduksi.

Setiap isozim bermuatan listrik berbeda-beda (karena perubahan urutan

asam amino penyusunnya) sehingga akan bergerak dengan kecepatan yang

berbeda pula pada elektroforesis. Perilaku ini dimanfaatkan dalam genetika

molekuler untuk membedakan suatu sampel dengan sampel yang lain (Sudarmono

2006). Bagian tanaman yang biasa digunakan untuk analisis isozim adalah bagian

vegetatif tanaman yang masih muda, seperti daun, batang yang sukulen dan ujung

akar. Hal tersebut karena bagian vegetatif yang masih muda biasanya mempunyai

aktivitas enzim yang tinggi, sehingga akan mudah diamati (Wendel dan Weeden

(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Juli

2009 di kebun percobaan IPB Cikabayan. Analisis isozim dan pengujian kadar

minyak dilaksanakan di Laboratorium Hayati, Pusat Studi Bioteknologi dan

Sumberdaya Hayati IPB.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah delapan genotipe

biji jarak pagar yaitu IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Timur, Lombok Barat,

Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima. Teknik penanaman yang digunakan

berdasarkan petunjuk teknis budidaya jarak pagar dari Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan (Mahmud et al. 2008).

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, urea, SP36 dan KCl.

Peralatan yang digunakan di lapangan antara lain cangkul, cethok, alat pengukur

(penggaris atau meteran), Munsel color chart, timbangan, label, jangka sorong

dan alat tulis. Alat di laboratorium meliputi timbangan, labu takar, microwave,

magnetic stirrer, vacum, mortar penggerus dan alat elektroforesis.

Bahan untuk analisis isozim terdiri atas bahan untuk pembuatan gel pati

yaitu gel pati, buffer gel (L-histidin monohidrat 5 mM), bahan ekstraksi enzim

yaitu pasir kuarsa, buffer pengekstrak, untuk elektroforesis yaitu gel pati, buffer

elektroda, bahan pewarnaan dan fiksasi yaitu larutan fiksasi dan pewarna

Peroksidase (PER), Esterase (EST), Aspartat Aminotransferase (AAT), Malat

dehidrogenase (MDH) dan Alkohol Dehidrogenase (ADH).

Metode Percobaan

Penelitian yang dilakukan terdiri atas dua percobaan, yaitu (1) Analisis

karakter agronomi dan (2) Analisis Isozim. Percobaan dilakukan dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu

genotipe jarak pagar dan diulang sebanyak tiga kali. Satu unit percobaan terdiri

(32)

digunakan adalah 2 m x 2 m, dengan blok sebagai ulangan. Model persamaan

linier untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah:

Percobaan I : Analisis Karakter Agronomi

Pengamatan karakter agronomi terdiri atas karakter kualitatif dan karakter

kuantitatif. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman dari setiap genotipe pada

masing-masing unit percobaan. Pelaksanaan pengamatan karakter agronomi

mengikuti Panduan Pengujian Individual ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.)

(PVT 2007).

Karakter yang diamati sebagai berikut:

A. Pengamatan karakter kualitatif meliputi;

a) Pengamatan batang dilakukan saat tanaman berumur 6 bulan:

- Tipe tanaman: tidak bercabang atau bercabang,

Tipe tanaman ini diamati pada semua tanaman dalam unit percobaan.

- Warna batang muda: hijau muda, hijau, hijau abu-abu, coklat, coklat kemerahan atau abu-abu,

Warna batang muda diamati menggunakan Munsel Color Chart yaitu

dengan mengamati batang bagian atas yang dekat dengan pucuk.

- Warna batang tua: hijau, hijau abu-abu, hijau gelap, coklat kekuningan, coklat kemerahan atau abu-abu,

Warna batang tua diamati menggunakan Munsel Color Chart yaitu

dengan mengamati batang bagian bawah.

- Bentuk batang: bulat atau bersegi,

b) Pengamatan daun dilakukan pada saat tanaman berumur 4 bulan:

(33)

- Bentuk ujung daun: runcing atau tumpul - Tipe tulang daun:menyirip atau menjari - Bulu pada daun muda:tidak ada atau ada

Bulu pada daun muda diamati pada daun yang berada di bagian pucuk

yang belum terbuka sempurna.

- Warna daun muda: hijau kekuningan, hijau muda, hijau, hijau keunguan, ungu muda, ungu atau coklat,

Warna daun muda diamati pada daun ke-2 dibagian pucuk yang belum

membuka sempurna.

- Warna daun tua: hijau kekuningan, hijau atau hijau tua,

Warna daun tua diamati pada daun ke-15 yang berada pada batang

bagian bawah.

Pengamatan warna daun dilakukan dengan menggunakan Munsel Color

Chart.

- Tekstur daunmuda: licin, kasap atau berbulu

Tekstur daun muda diamati pada daun ke-2 pada bagian pucuk yang

belum membuka sempurna.

- Tekstur dauntua: licin, kasap atau berbulu

Tekstur daun muda diamati pada daun ke-15 yang berada pada batang

bagian bawah.

Tekstur daun diamati pada bagian permukaan atas dan pada bagian

permukaan bawah daun.

c) Pengamatan bunga dilakukan pada saat bunga mulai mekar dengan

menggunakan Munsel Color Chart:

- Warna kepala sari

- Warna kepala putik

d) Pengamatan buah:

- Warna buah muda

(34)

- Warna buah masak

Warna buah masak diamati pada saat buah telah masak dan siap panen.

Warna buah diamati dengan menggunakan Munsel Color Chart.

- Bentuk buah: agak elips atau bulat

Bentuk buah diamati pada saat buah telah masak.

e) Pengamatan biji dilakukan pada saat panen:

- Warna biji: coklat atau hitam - Bentuk biji : agak elips atau bulat

B. Pengamatan karakter kuantitatif meliputi;

a) Pengamatan batang:

Pengamatan pada karakter sudut cabang primer, diameter pangkal batang

dan panjang ruas dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan. Karakter

jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder dan jumlah cabang

produktif dihitung pada saat tanaman berumur 12 bulan.

- Sudut cabang primer

Sudut cabang primer diukur dengan menggunakan penggaris busur.

Dilakukan dengan cara mengukur sudut cabang primer terhadap batang

utama.

- Diameter pangkal batang

Diameter pangkal batang diamati dengan mengukur bagian pangkal

batang 5 cm di atas permukaan tanah menggunakan jangka sorong.

- Panjang ruas

Panjang ruas diamati dengan mengukur jarak antara ruas batang.

- Tinggi tanaman pada saat muncul bunga pertama

Tinggi tanaman diukur pada saat muncul bunga pertama.

- Jumlah cabang primer

- Jumlah cabang sekunder

- Jumlah cabang produktif

Jumlah cabang produktif diamati dengan menghitung jumlah cabang

(35)

b) Pengamatan daun:

Pengamatan daun pada karakter panjang tangkai daun, panjang daun dan

lebar daun dilakukan pada saat tanaman berumur5 bulan sebanyak 5 daun

pada setiap tanaman.

- Panjang tangkai daun

- Panjang daun

- Lebar daun

- Jumlah daun saat muncul bunga pertama

Jumlah daun dihitung pada saat muncul bunga pertama.

c) Pengamatan bunga:

Pengamatan bunga dilakukan pada semua bunga yang muncul di setiap

malai pada tanaman.

- Umur berbunga

Umur berbunga diamati pada saat muncul bunga pertama.

- Jumlah bunga jantan per malai

Jumlah bunga jantan per malai diamati pada saat bunga mulai mekar.

- Jumlah bunga betina per malai

Jumlah bunga betina per malai diamati pada saat bunga mulai mekar.

- Jumlah malai per tanaman

Jumlah malai per tanaman diamati dengan menghitung banyaknya malai

per tanaman.

- Persentase bunga betina menjadi buah

Persentase bunga betina menjadi buah dengan membandingkan jumlah

bunga betina menjadi buah dalam persen.

d) Pengamatan buah:

Pengamatan buah dilakukan pada semua buah yang terbentuk pada

setiap malai. Karakter tebal daging buah, panjang buah masak dan

diameter buah masak diukur dengan menggunakan jangka sorong.

- Tebal daging buah

- Panjang buah masak

(36)

- Umur buah panen

Umur buah panen dihitung dari mulai tanam hingga panen. (Dikakatan

panen setelah 75% buah masak).

- Jumlah buah per tanaman

Jumlah buah per tanaman diamati dengan menghitung buah yang

terbentuk selama periode 12 bulan.

- Jumlah buah per malai

Jumlah buah per malai diamati dengan menghitung jumlah buah yang

terbentuk pada setiap malai pada saat panen.

- Bobot buah rata-rata

Bobot buah rata-rata diamati dengan menimbang masing-masing buah

pada malai dan dibuat rata-rata.

e) Pengamatan biji:

Panjang biji dan tebal biji diukur dengan menggunakan jangka sorong

pada seluruh biji sesaat setelah panen.

- Panjang biji

- Tebal biji

- Jumlah biji rata-rata per buah

Jumlah biji per buah diamati dengan menghitung jumlah biji yang

terdapat pada setiap buah sesaat setelah panen.

- Jumlah biji per tanaman

Jumlah biji per tanaman dihitung dengan mengalikan jumlah buah per

tanaman dengan jumlah biji rata-rata per buah.

- Bobot basah biji

Bobot basah biji diukur dengan menimbang setiap biji dari buah yang

dipanen dan dirata-ratakan.

- Bobot kering biji

Bobot kering biji diukur dengan menimbang sejumlah biji yang telah

dikeringkan dan dirata-ratakan.

- Bobot 100 biji

Bobot 100 biji diukur dengan menimbang 100 biji kering (kadar air 7%)

(37)

- Bobot kering biji per tanaman

Bobot kering biji per tanaman dihitung dengan mengalikan bobot kering

biji rata-rata dengan jumlah biji pertanaman.

- Bobot kering biji per petak (kg)

Bobot kering biji per petak dihitung dengan menjumlahkan bobot kering

biji per tanaman dalam satu petak (ukuran petak 8 m x 6 m).

- Bobot kering biji per hektar (kg)

Bobot kering biji per hektar dihitung dengan mengkonversikan bobot

kering biji per petak (luas petak 48 m2) ke dalam skala penanaman untuk

luasan 1 hektar.

- Kadar minyak biji (dengan kulit biji)

- Kadar minyak kernel (tanpa kulit biji)

Pengujian kadar minyak dilakukan setelah panen. Pengukuran kadar

minyak dilakukan dengan mengekstraksi minyak dari biji secara mekanis dengan

menggunakan blender. Analisis kandungan minyak dilakukan dengam

menggunakan metode soxhlet (BSN 1992). Prosedur analisis kandungan minyak

jarak pagar dengan menggunakan metode soxhlet disajikan pada Lampiran 1:

a. analisis minyak berbasis biji (tanpa mengupas kulit biji)

Bobot lemak terekstrak

% kandungan minyak = x 100 % Bobot sampel kering (biji)

b. analisis minyak berbasis kernel (dengan mengupas kulit biji)

Bobot lemak terekstrak

(38)

Percobaan II : Analisis Isozim

Analasis isozim dari delapan genotipe jarak pagar dilakukan di

laboratorium Hayati, Pusat Studi Bioteknologi dan Sumberdaya Hayati IPB.

Kegiatan analisis isozim meliputi penyiapan bahan tanaman, pembuatan buffer

pengekstrak, buffer gel, buffer elektroda, pembuatan gel pati, ekstraksi enzim,

elektroforesis, pembuatan larutan pewarna, pewarnaan dan pencucian serta

pengumpulan data.

a. Persiapan bahan tanaman

Bahan tanaman yang digunakan untuk analisis isozim adalah daun muda

yang masih segar (daun yang berada di bagian pucuk yang merupakan daun

kedua). Daun tanaman jarak pagar dipetik dari pohon di lokasi dan disusun pada

kertas koran basah. Setelah itu masing-masing daun yang telah disusun dengan

koran basah dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Selanjutnya di

laboratorium contoh daun tersebut dipindahkan ke dalam refrigerator untuk

digunakan sebagai bahan ekstraksi enzim.

b. Pembuatan buffer pengekstrak

Jaringan daun dianalisis berupa ekstrak bahan kasar, tanpa pemurnian

protein yang rumit atau yang memerlukan tahapan-tahapan konsentrasi tertentu.

Fungsi buffer pengekstrak ini adalah dapat membantu menghancurkan sel dalam

suatu jumlah minimum tanpa menimbulkan panas terhadap ekstrak dan perubahan

warna terhadap daun yang diekstrak. Buffer pengekstrak sebanyak 40 ml dibuat

dengan melarutkan 0.07045 g L-asam askorbat, 0.1939 g L-sistein, 0.12 ml

Triton-X-100, 0.25 g PVP-40 dan 0.54 g Na2HPO4.2H2O, pH buffer diatur

sampai 7.0.

c. Pembuatan buffer gel dan buffer elektroda

Larutan buffer gel dibuat dari L-Histidin monohidrat 1.048 g yang

dilarutkan dengan aquadest sampai volume satu liter. Larutan buffer diatur

(39)

Buffer elektroda dibuat dengan melarutkan 10.5507 g asam sitrat

monohidrat dan 18.1650 g tris hidroksimetil aminometan ke dalam aquadest

hingga volume satu liter dan pH akhir diatur sampai pH 6.0.

d. Pembuatan gel pati

Pembuatan gel pati yang mengandung 10% pati kentang dilakukan dengan

melarutkan 10 g pati kentang ke dalam 100 ml larutan buffer gel. Diawali dengan

mencampur pati dengan sepertiga bagian buffer gel dan dua pertiga bagian

dimasak terlebih dahulu dengan menggunakan hot plate sampai mendidih. Setelah

mendidih diangkat dan dicampurkan dengan campuran sepertiga buffer gel dan

pati kemudian dimasak lagi sampai terlihat bening. Gel divakum selama kurang

lebih 30 detik. Setelah itu gel dituangkan ke dalam cetakan yang terlebih dahulu

permukaan bagian atas telah diolesi parafin cair dan lubang pada kaki cetakan

telah ditutup dengan selotip. Setelah gel dingin cetakan gel ditutup dengan plastik

yang telah diolesi parafin dan disimpan pada suhu kamar.

e. Ekstraksi enzim

Daun jarak pagar yang masih segar ditimbang sebanyak 100 – 200 mg lalu

digunting halus dan digerus sampai halus dalam mortar yang telah ditambahkan

dengan 0.5 ml buffer pengekstrak dan pasir kuarsa, untuk mendapatkan ekstrak

dari jaringan tanaman. Ekstrak jaringan ini kemudian diserapkan pada kertas

saring yang berukuran ± 0.5 cm x 0.5 cm. Kertas saring kemudian disisipkan ke

dalam gel pati sesuai dengan urutan lubangnya. Pada salah satu lubang yang

paling pinggir disisipkan kertas saring yang telah diberi cairan bromophenol blue

sebagai indikator mobilitas elektroforesis.

f. Elektroforesis

Selotip pada kaki cetakan gel dilepaskan, kemudian permukaan cetakan

gel (yang telah disisipi kertas saring) ditutup dengan plastik bening yang telah

diolesi parafin cair. Cetakan gel tersebut dimasukkan ke dalam tray yang telah

diisi larutan buffer elektroda. Kaki cetakan harus terendam dalam buffer

(40)

antara 5-10 oC. Elektroforesis dilakukan dengan menghubungkan tray dengan

bagian anoda dan katoda pada power supply. Elektroforesis awal berlangsung

selama 1 jam pada tegangan listrik 50 volt, setelah 1 jam tegangan listrik

dinaikkan menjadi 100 volt selama 4 jam.

g. Pembuatan larutan pewarna, pewarnaan dan pencucian

Setelah selesai elektroforesis, plastik penutup gel dibuka. Kertas saring

yang telah disisipkan dikeluarkan dari lubang-lubangnya kemudian gel dibelah

secara horizontal menjadi dua atau tiga lapisan (sesuai dengan ketebalannya).

Lembaran gel dimasukkan ke dalam nampan kemudian diberi pewarna yang telah

disiapkan.

Komposisi larutan pewarna untuk enzim Peroksidase (PER), Esterase

(EST), Aspartat aminotransferase (AAT), Malat dehidrogenase (MDH) dan

Alkohol dehidrogenase (ADH) disajikan pada Lampiran 2. Selanjutnya nampan

ditutup dengan aluminium foil dan disimpan pada suhu ruang sampai muncul

pita-pita pada gel yang cukup jelas. Perendaman dalam larutan pewarna memerlukan

waktu antara satu sampai dua jam atau lebih. Dua jam kemudian gel dicuci

dengan air bersih untuk menghilangkan sisa pewarna.

h. Interpretasi pola pita isozim

Gel diletakkan di atas plastik bening dan diletakkan di atas lampu

pengamatan untuk diambil data dan difoto. Pola pita isozim yang tampak

digambar pada plastik transparan, hasil foto diamati dan diukur jarak pergerakan

pita dari titik awal. Hasil pengukuran jarak pergerakan ditentukan pola pada Rf

(relative electrophoresis mobility) dengan perhitungan (Sastrosumarjo et al.

2006):

(41)

Analisis Data

Analisis Karakter Agronomi dan Parameter Genetik

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragamnya sesuai dengan rancangan

acak kelompok (RAK), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda

Duncan pada taraf 5%. Perhitungan sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis keragaman rancangan acak kelompok

Sumber Keragaman Derajat Bebas (db) Kuadrat Tengah (KT) Nilai Harapan

Ulangan ( r ) r-1

Genotipe (g) g-1 M2 σ2e + r.σ2g

Galat (e) (g-1)(r-1) M1 σ2e

Rumus parameter genetik yang digunakan adalah sebagai berikut (Singh dan

Chaudhary 1979):

M1 = kuadrat tengah galat

M2 = kuadrat tengah genotipe

KKG = koefisien keragaman genetik

KKP = koefisien keragaman fenotipe

Pengelompokan nilai heritabilitas arti luas menurut Stansfield (1983): rendah (h2 <

20%), sedang (20% < h2 < 50%) dan tinggi (50% < h2 < 100%). Kriteria KKG dan

KKP relatif adalah rendah (0 < x < 25%), agak rendah (25% < x < 50%), cukup

tinggi (50% < x < 75%), dan tinggi (75% < x ≤ 100%) (Moedjiono dan Mejaya

1994).

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua karakter agronomi yang

diamati digunakan analisis korelasi sederhana. Besarnya pengaruh langsung dan

(42)

analisis lintas (path analysis) seperti yang dikemukakan oleh Singh dan

Chaudhary (1979) (Gambar 2):

Gambar 2. Hubungan sebab akibat antara karakter tanaman (1,2,3,....k) terhadap hasil (Y)

P1g, P2g, P3g, ..., Pkg adalah koefisien lintas, yang menunjukkan pengaruh langsung

dari beberapa sifat tanaman (1,2,3,..., k) terhadap suatu sifat (Y); sedangkan Psg

adalah koefisien lintas yang menunjukkan pengaruh langsung sifat-sifat yang lain

(sisa) terhadap suatu sifat (Y).

Koefisien lintas P1g, P2g, P3g, ..., Pkg diestimasi melalui persamaan berikut:

dengan koefisien lintas Psg diestimasi melalui persamaan berikut :

1 = P2sg + P21g + ... + P2kg + ... + 2P1gr12P2g + ... + 2P1g r1k Pkg + ... +2P3gr3kPkg

Analisis Kekerabatan

Kemiripan antar genotipe dicari berdasarkan pada koefisien kesamaan

(similarity coefficients). Analisis pengelompokan jarak genetik dilakukan dengan

metode pengelompokan berdasarkan rata-rata aritmatik tidak terboboti (UPGMA)

menggunakan program NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis

(43)

Analisis Kesesuaian

Kesesuaian pengelompokan genotipe berdasarkan karakter agronomi dan

isozim dilakukan dengan menggunakan fungsi MxComp pada program NTSYS

(Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System) versi. 2.02 (Rohlf

1998). Kesesuaian pengelompokan ditentukan atas kriteria goodness of fit,

berdasarkan nilai korelasi menurut Rohlf (1998) yaitu: sangat sesuai (r > 0.9),

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian

Bogor yang berada pada ketinggian 216 m di atas permukaan laut, 06.55 LS dan

106.72 BT pada bulan Mei 2008 – Juli 2009. Hasil analisis tanah dari lokasi

penelitian yang dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber

Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB disajikan lengkap pada Tabel 2.

Tabel 2. Data hasil analisis contoh tanah tempat penelitian

Parameter Hasil Kriteria *

C. Organik (%) 1.76 rendah

N- total (%) 0.19 rendah

P Bray (ppm) 2 sangat rendah

P HCl 25% (ppm) 22.2 sedang

Ca (me/100g) 1.52 sangat rendah

Mg (me/100g) 0.51 rendah

K (me/100g) 0.1 rendah

Na (me/100g) 0.17 rendah

KTK (me/100g) 11.02 rendah

KB (%) 20.87 rendah

pH H2O 5.1 masam

Tekstur

Pasir (%) 10.34

Debu (%) 28.65

Liat (%) 61.01

* Menurut kriteria sifat kimia tanah Balai Penelitian Tanah Bogor

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Darmaga

Bogor, Kota Bogor memiliki rata-rata curah hujan tinggi (345.91 mm/bln), jumlah

hari hujan 297 hari/tahun, suhu harian antara 21.2 oC – 32.4 oC, jumlah rata-rata

bulan basah 12 bulan/tahun. Berdasarkan kondisi tersebut menurut Schmidt dan

Ferguson kota Bogor termasuk wilayah yang beriklim basah (Wisnubroto et al.

1983). Data klimatologi wilayah Darmaga Bogor dari Januari 2008 – Juli 2009

(45)

Analisis Karakter Agronomi

Batang

Batang tanaman jarak pagar berbentuk bulat, batang muda berwarna hijau

muda dan batang tua berwarna hijau keabuan (Gambar 3). Batang memiliki buku

yang merupakan tempat duduknya tangkai daun. Tabel pengamatan karakter

kualitatif dan nilai kategori bagian-bagian tanaman serta hasil pengamatan

karakter kualitatif disajikan lengkap pada Lampiran 4 dan 5.

Tanaman jarak pagar tumbuh bercabang dengan sistem percabangan yang

tidak teratur (Gambar 4). Berdasarkan hasil analisis Santoso (2009), cabang

primer tumbuh dan berkembang dari batang utama dekat dengan permukaan tanah

namun terkadang cabang primer muncul pula pada bagian atas dari batang utama.

Cabang primer terhenti perpanjangannya setelah terbentuk bunga pada bagian

terminal cabang, setelah bunga berkembang terbentuk percabangan sekunder pada

titik tumbuh aksilar dekat tangkai bunga (malai). Umumnya cabang sekunder

yang terbentuk dua cabang dengan ukuran yang sama, namun terkadang terbentuk

hanya satu. Percabangan berikutnya adalah cabang tertier, cabang tertier tumbuh

setelah terbentuknya bunga berikutnya dan jumlah cabang tertier yang muncul

biasanya dua. Menurut Tjitrosoepomo (1985) tipe percabangan demikian disebut

sebagai sistem percabangan menggarpu atau dikotom.

a b

(46)

a b c d

e f g h

Gambar 4. Cabang yang muncul dari batang utama pada genotipe jarak pagar; (a) IP-1A, (b) IP-1M, (c) IP-2P, (d) Lombok Timur, (e) Lombok Barat, (f) Lombok Tengah, (g) Sumbawa (h) Bima

Berdasarkan sidik ragam yang disajikan pada Tabel 3, genotipe

berpengaruh sangat nyata pada karakter jumlah cabang sekunder dan jumlah

cabang produktif, berpengaruh nyata pada karakter sudut cabang primer. Genotipe

pada karakter jumlah cabang primer, tinggi tanaman saat muncul bunga pertama,

diameter pangkal batang umur 6 bulan setelah tanam dan panjang ruas tidak

berbeda nyata. Nilai tengah jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder,

jumlah cabang produktif, sudut cabang, tinggi tanaman pada saat muncul bunga

pertama, diameter pangkal batang umur 6 bulan setelah tanam dan panjang ruas

masing-masing genotipe jarak pagar disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Sidik ragam karakter kuantitatif batang pada delapan genotipe jarak pagar

Genotipe 7 1.05tn 7.49** 17.93** 15.17* 102.25tn 4.03tn 0.02tn

Galat 14 1.48 1.11 0.92 5.53 40.29 7.19 0.02

(47)

Tabel 4. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif batang pada delapan genotipe

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; BST = bulan setelah tanam.

Jumlah cabang sekunder berbeda pada beberapa genotipe. Jumlah cabang

sekunder terbanyak dimiliki oleh genotipe IP-2P dan IP-1A dan jumlah cabang

sekunder yang dimiliki oleh genotipe Lombok Tengah, Lombok Barat, IP-1M,

Lombok Timur, Sumbawa dan Bima tidak berbeda. Menurut Santoso (2009),

jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder mempengaruhi tipe

pertumbuhan tanaman jarak pagar, dimana tanaman jarak pagar yang memiliki

jumlah cabang primer yang sedikit tipe pertumbuhannya tampak tegak akan tetapi

jika jumlah cabang sekundernya banyak, tipe pertumbuhannya tampak seperti

semak. Jumlah cabang produktif yang diamati pada delapan genotipe berkisar

antara 2.9 (Lombok Barat) hingga 10.3 (IP-2P). Cabang produktif adalah cabang

yang menghasilkan buah.

Sudut cabang primer antar genotipe memiliki perbedaan, genotipe Lombok

Tengah memiliki sudut cabang yang paling besar dan genotipe Sumbawa

memiliki sudut cabang paling kecil. Menurut Raden (2009), sudut cabang

mempunyai fungsi strategis dalam mengoptimalkan cabang atau tanaman dalam

menyerap sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintesis.

Tinggi tanaman pada saat muncul bunga pertama, diameter pangkal batang

umur 6 bulan setelah tanam dan panjang ruas tidak menunjukkan perbedaan antar

(48)

dan panjang ruas berturut-turut adalah 80.87 cm, 48.44 mm dan 2.36 cm. Menurut

Santoso (2009), ukuran diameter pangkal batang suatu genotipe akan bertambah

seiring dengan semakin bertambahnya jumlah cabang primer, karena percabangan

(cabang primer) banyak terbentuk di pangkal batang dekat permukaan tanah.

Pertumbuhan jarak pagar pada umur 6 bulan terlihat pada Gambar 5.

a b c d

e f g h

Gambar 5. Pertumbuhan tanaman jarak pagar umur 6 bulan setelah tanam; (a) genotipe IP-1A, (b) IP-1M, (c) IP-2P, (d) Lombok Timur, (e) Lombok Barat, (f) Lombok Tengah, (g) Sumbawa dan (h) Bima

Daun

Daun jarak pagar bertipe daun tunggal yang terletak pada buku batang

yang didukung oleh tangkai daun, dengan tangkai daun berbentuk silinder dan tak

berongga. Daun jarak pagar berbentuk bulat dengan bentuk ujung daun yang

runcing dan pada pangkal daun berlekuk dalam, memiliki tipe tulang daun menjari

dengan lima tulang daun utama, serta pada daun muda tidak memiliki bulu

(Gambar 6). Jika dilihat dari permukaan daun, jarak pagar memiliki tekstur daun

muda dan daun tua baik permukaan atas dan permukaan bawah yang licin

(49)

pada genotipe IP-1A, IP-1M, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah,

Sumbawa, Bima dan berwarna hijau kekuningan pada genotipe IP-2P. Daun tua

berwarna hijau muda pada genotipe IP-1M, Lombok Timur, Lombok Barat,

Lombok Tengah, Sumbawa serta Bima dan berwarna hijau pada genotipe IP-1A

dan IP-2P.

a b c d

e f g h

Gambar 6. Daun beberapa genotipe jarak pagar; (a) IP-1A, (b) IP-1M, (c) IP-2P, (d) Lombok Timur, (e) Lombok Barat, (f) Lombok Tengah, (g) Sumbawa dan (h) Bima

a b c d e

(50)

Sidik ragam beberapa karakter kuantitatif daun disajikan pada Tabel 5.

Genotipe pada semua karakter yang diamati tidak berbeda nyata kecuali jumlah

daun saat muncul bunga pertama berpengaruh sangat nyata.

Tabel 5. Sidik ragam karakter kuantitatif daun pada delapan genotipe jarak pagar

Kuadrat Tengah

Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata

Nilai tengah panjang tangkai daun muda dan tua, panjang daun muda dan

daun tua, lebar daun muda dan daun tua, jumlah daun saat muncul bunga pertama

masing-masing genotipe disajikan pada Tabel 6. Rata-rata panjang tangkai daun

muda 9.91 cm, panjang tangkai daun tua 20.92 cm, panjang daun muda 9.75 cm,

panjang daun tua 12.02 cm, lebar daun muda 10.64 cm dan rata-rata lebar daun

tua 13.78 cm.

Tabel 6. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif daun pada delapan genotipe jarak pagar

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Tangkai daun menghubungkan helaian daun dengan batang/cabang/ranting.

(51)

sedangkan bagian tengah berwarna kuning kehijauan. Warna ungu ini akan

berkurang dan menjadi kuning kehijauan seiring dengan pertumbuhan tanaman.

Karakter jumlah daun saat muncul bunga pertama antar genotipe terdapat

perbedaan. Masing-masing genotipe memiliki jumlah daun tertentu untuk masuk

ke fase generatif. Jumlah daun saat muncul bunga pertama paling banyak dimiliki

oleh genotipe IP-2P dan genotipe Lombok Tengah memiliki jumlah daun yang

paling sedikit.

Bunga

Bunga jarak pagar tersusun dalam malai (inflorescence), malai bunga

terbentuk di ujung cabang dengan warna bunga yang sama antar genotipe yaitu

kuning kehijauan. Bunga memiliki lima kelopak bunga (sepal) dan lima mahkota

bunga (petal). Bunga jantan mempunyai 10 benang sari (stamen) tersusun dalam

dua lingkaran masing-masing terdiri atas lima benang sari. Kepala sari berwarna

kuning muda dan kepala putik berwarna hijau sementara itu kelopak bunga dan

tangkai bunga berwarna hijau muda. Bunga betina berukuran lebih besar

dibanding bunga jantan (Gambar 8).

a b c

Gambar 8. Bunga jarak pagar; (a). malai bunga terbentuk di ujung cabang,

(b) perbedaan bentuk bunga; (i) bunga betina, (ii) bunga jantan, (c) posisi bunga betina diantara bunga jantan

Sidik ragam beberapa karakter kuantitatif bunga disajikan pada Tabel 7.

Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap karakter umur berbunga dan jumlah

malai per tanaman. Genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter jumlah bunga

(52)

jumlah bunga betina per malai, jumlah buah per malai dan persentase bunga

betina menjadi buah.

Tabel 7. Sidik ragam karakter kuantitatif bunga pada delapan genotipe jarak pagar

Ulangan 2 172.40* 155.51tn 0.58tn 0.41tn 12.38tn 18.27tn

Genotipe 7 640.74** 524.63* 0.42tn 0.39tn 29.58tn 151.93**

Galat 14 40.69 162.76 0.26 0.21 10.48 9.70

Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn tidak nyata; HST: hari setelah tanam

Tabel 8. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif bunga pada delapan genotipe jarak pagar

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%, HST = hari setelah tanam

Nilai tengah umur berbunga, jumlah bunga jantan dan betina per malai,

jumlah buah per malai, persentase bunga betina menjadi buah dan jumlah malai

per tanaman masing-masing genotipe disajikan pada Tabel 8. Umur tanaman

mulai berbunga berbeda antar genotipe. Genotipe yang paling cepat berbunga

yaitu IP-2P (134.2 HST) dan yang paling lambat berbunga yaitu Sumbawa (177.8

HST) dan Lombok Timur (174.6 HST).

Jumlah bunga jantan per malai berbeda antar genotipe. Jumlah bunga

(53)

dikelilingi oleh bunga jantan. Perbandingan rata-rata jumlah bunga jantan dengan

bunga betina adalah 17:1 (Tabel 8). Menurut Hartati (2006), potensi tanaman

jarak pagar dalam membentuk bunga jantan dan bunga betina dipengaruhi oleh

faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara

lain ketersediaan air, cahaya dan kesuburan tanah.

Dari kedelapan genotipe yang diamati jumlah bunga jantan per malai

terbanyak dimiliki oleh IP-1A (115.1 bunga) dan genotipe yang memiliki jumlah

bunga jantan paling sedikit yaitu IP-1M (77.1 bunga). Rata-rata jumlah bunga

betina per malai, jumlah buah per malai dan persentase bunga betina menjadi buah

berturut-turut adalah 5.4, 4.7 dan 86.13% (Tabel 8). Jumlah malai per tanaman

berbeda antar genotipe. Jumlah malai per tanaman terbanyak dimiliki oleh IP-2P

(26.0 malai) kemudian diikuti oleh IP-1A (13.0 malai). IP-1M, Lombok Timur,

Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa serta Bima memiliki jumlah malai per

tanaman yang sama. Dalam satu malai mekarnya bunga tidak terjadi secara

bersamaan. Menurut Raden (2009) umumnya bunga yang berada di ujung malai

utama mekar lebih dahulu kemudian diikuti oleh bunga lainnya. Kuncup yang

terbentuk terlebih dahulu akan mekar lebih awal.

Buah

Buah jarak pagar sering disebut kapsul dan istilah biologinya biasa disebut

buah kendaga (rhegma), mempunyai sifat seperti buah berbelah dan tiap bagian

buah mudah pecah sehingga biji yang terdapat di dalamnya dapat terlepas dari

bilik atau ruang (Tjitrosoepomo 1985). Berdasarkan jumlah kendaganya

keseluruhan genotipe jarak pagar dalam penelitian ini termasuk ke dalam buah

berkendaga tiga, ketika masak pecah menjadi tiga bagian, masing-masing pecah

dan mengeluarkan satu biji. Warna buah muda dan buah masak antar genotipe

tidak berbeda, yaitu pada buah muda berwarna hijau muda dan buah masak

Gambar

Tabel 1. Analisis keragaman rancangan acak kelompok
Gambar 2.   Hubungan sebab akibat antara karakter tanaman (1,2,3,....k) terhadap hasil (Y)
Tabel 2. Data hasil analisis contoh tanah tempat penelitian
Gambar 3.   Bentuk batang dan warna batang; (a) batang muda dan (b) batang tua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor pertama adalah tiga genotipe jarak pagar (G1=JCUMM5, G2=JCUMM6, G3=JCUMM7). Pengamatan dilakukan pada fase generatif terhadap parameter karakter tingkat produksi dan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi nyata antara genotipe jarak pagar dan frekuensi irigasi terjadi pada peubah jumlah buah per tanaman, sedangkan pada peubah hasil

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi nyata antara genotipe jarak pagar dan frekuensi irigasi terjadi pada peubah jumlah buah per tanaman, sedangkan pada peubah hasil

Faktor pertama adalah tiga genotipe jarak pagar (G1=JCUMM5, G2=JCUMM6, G3=JCUMM7). Pengamatan dilakukan pada fase generatif terhadap parameter karakter tingkat produksi dan

Tanaman jarak pagar yang diamati pada Tabel 2, memiliki rata-rata karakter arah ujung daun lurus ketas/lurus 90˚ dan memiliki karakter ujung daun yang meruncing.Bentuk ujung

Hal ini berarti bahwa perlakuan genotipe batang atas (entris) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas sambung jarak pagar yang meliputi jumlah daun, luas

Tanaman jarak pagar genotipe G1 dan G2 menghasilkan jumlah infloresen bunga, jumlah bunga fertil dan jumlah buah yang lebih banyak dibandingkan genotipe G3 dan

Genotipe IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Barat, Sumbawa, dan Bima memiliki pola pita yang saling berbeda satu dengan yang lain, sementara itu genotipe Lombok Timur dan Lombok Tengah