• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Agatha Christia

ABSTRAK

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

Oleh

AGATHA CHRISTIA

(2)

Agatha Christia

gulma yaitu Asystasia gangetica, Rottboellia exaltata, Cyperus rotundus. Faktor kedua adalah kerapatan gulma yaitu 0, 10, 20, 40, 80 tanaman/m2. Data dianalisis dengan analisis ragam, bila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Daya saing antar jenis gulma terhadap tanaman kedelai berbeda-beda ; gulma Rottboellia exaltata menurunkan jumlah daun 9 MST, bobot kering tajuk kedelai dan jumlah polong kedelai, Cyperus rotundus menurunkan tinggi tanaman 9 MST dan bobot kering akar kedelai, dan Asystasia gangetica menurunkan tinggi tanaman 9 MST, (2) Kerapatan 10 gulma/m2 menekan bobot kering akar dan tinggi tanaman 9 MST, dan kerapatan 80 gulma/m2 menekan jumlah daun tanaman 9 MST, (3) Antara jenis dan kerapatan gulma terjadi interaksi dalam menekan tinggi kedelai 3 MST, namun tidak menekan tinggi tanaman 6 dan 9 MST, jumlah daun 3, 6, 9 MST, bobot kering akar dan tajuk tanaman, jumlah polong kedelai.

(3)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

Oleh

Agatha Christia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

1

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

(Skripsi)

Oleh

AGATHA CHRISTIA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Gulma Asystasia gangetica. ... 21

2. Gulma Rottboellia exaltata. ... 22

3. Gulma Cyperus rotundus. ... 24

4. Tata letak percobaan. ... 31

5. Tata letak tanaman kedelai. ... 31

6. Penanaman gulma pada kerapatan 20 gulma/m2. ... 32

7. Pengambilan brangkasan tanaman di petak destruktif. ... 34

8. Pengambilan brangkasan gulma di petak destruktif. ... 35

9. Grafik persentase penekanan tinggi tanaman yang disebabkan oleh kerapatan gulma. ... 44

10. Grafik persentase penekanan jumlah daun yang disebabkan oleh kerapatan gulma. ... 47

(6)

DAFTAR ISI

2.5Kompetisi Gulma dengan Tanaman ... 25

III. BAHAN DAN METODE ... 29

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.2Bahan dan Alat ... 29

3.3Metode Penelitian ... 29

(7)

3.4.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan ... 30

3.4.2 Penanaman Kedelai ... 30

3.4.3 Penanaman Gulma ... 32

3.4.5 Pemeliharaan ... 33

3.5Variabel Pengamatan ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1Pertumbuhan Gulma ... 36

4.1.1 Persen Penutupan Gulma 3,6, dan 9 MST ... 36

4.1.2 Bobot Kering Gulma ... 39

4.2 Tanaman Kedelai ... 41

4.2.1 Tinggi Tanaman Kedelai... 41

4.2.2 Jumlah Daun Kedelai ... 44

4.2.3 Bobot Kering Akar Kedelai ... 47

4.2.4 Bobot Kering Tajuk Kedelai ... 49

4.2.5 Jumlah Polong Kedelai ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran... 52

PUSTAKA ACUAN ... 53

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Pengaruh Interaksi Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap

Persentase Penutupan Gulma pada 3 MST (%). ... 37 2. Pengaruh Interaksi Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap

Persentase Penutupan Gulma pada 6 MST (%). ... 38 3. Pengaruh Interaksi Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap

Persentase Penutupan Gulma pada 9 MST (%). ... 39 4. Pengaruh Interaksi Jenis danTingkat Kerapatan Gulma terhadap

Bobot Kering Gulma 6 MST (g/0,25 m2). ... 40 5. Pengaruh Interaksi Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap

Tinggi Tanaman pada 3 MST (cm). ... 42 6. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Tinggi

Tanaman pada 6 dan 9 MST (cm). ... 43 7. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Jumlah

Daun Tanaman pada 3 MST (helai/tanaman). ... 45 8. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Jumlah

Daun Tanaman pada 6 dan 9 MST (helai/tanaman). ... 46 9. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Bobot

Kering Akar Tanaman pada 6 MST (g/tanaman). ... 48 10. Pengaruh Jenisdan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Bobot

Kering Tajuk Kedelai pada 6 MST (g/tanaman). ... 49 11. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Jumlah

Polong Kedelai (polong/tanaman). ... 50 12. Pengaruh Jenis danTingkat Kerapatan Gulma terhadap Persentase

(9)

13. Alih Skala Data (x+0,5) Persentase Penutupan Gulma 3 MST

(%). ... 58 14. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Persentase

Penutupan Gulma 3 MST. ... 59 15. Analisis Ragam Persentase Penutupan Gulma 3 MST. ... 59 16. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Persentase

Penutupan Gulma pada 6 MST (%). ... 60

17. Alih Skala Data (x+0,5) Persentase Penutupan Gulma 3 MST

(%). ... 61 18. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Persentase

Penutupan Gulma 6 MST. ... 62 19. Analisis Ragam Persentase Penutupan Gulma 6 MST. ... 62 20. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Persentase

Penutupan Gulma pada 9 MST (%). ... 63

21. Alih Skala Data (x+0,5) Persentase Penutupan Gulma 9 MST

(%). ... 64 22. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Persentase

Penutupan Gulma 3 MST. ... 65 23. Analisis Ragam Persentase Penutupan Gulma 9 MST. ... 65 24. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Bobot

Kering Gulma (g/0,25 m2). ... 66

25. Alih Skala Data (x+0,5) Bobot Kering Gulma (g/0,25 m2). ... 67 26. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Bobot Kering

Gulma. ... 68 27. AnalisisRagam BobotKeringGulma. ... 68 28. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Tinggi

Tanaman Kedelai pada 3 MST (cm). ... 69 29. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Tinggi Tanaman

(10)

31. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Tinggi

Tanaman Kedelai pada 6 MST (cm). ... 71 32. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Tinggi Tanaman

6 MST. ... 72 33. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada 6 MST. ... 72 34. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Tinggi

Tanaman Kedelai pada 9 MST (cm). ... 73 35. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Tinggi Tanaman

9 MST. ... 74 36. AnalisisRagam Tinggi Tanaman9 MST. ... 74 37. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadapJumlah

Daun Kedelai pada 3 MST (helai/tanaman). ... 75

38. Alih Skala Data (x+0,5) Jumlah Daun Kedelai pada3 MST (helai/tanaman). ... 76 39. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Jumlah Daun

Kedelai 3 MST. ... 77 40. AnalisisRagam Daun Kedelai pada 3 MST. ... 77 41. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Jumlah

Daun Kedelai pada 6 MST (helai/tanaman). ... 78 42. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Jumlah Daun

Kedelai 6 MST. ... 79 43. Analisis Ragam Daun Kedelai pada 6 MST. ... 79 44. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Jumlah

Daun Kedelai pada 9 MST (helai/tanaman). ... 80 45. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Jumlah Daun

Kedelai 9 MST. ... 81 46. AnalisisRagam Daun Kedelai pada 9 MST. ... 81 47. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Bobot

Kering Akar Kedelai (g/tanaman). ... 82 48. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Bobot Kering

(11)

49. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Kedelai. ... 83 50. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Bobot

Kering Tajuk Kedelai (g/tanaman). ... 84 51. Alih Skala Data (x+0,5) Bobot Kering Tajuk Kedelai

(g/tanaman). ... 85 52. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Bobot Kering

Tajuk Kedelai ... 86 53. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk kedelai. ... 86 54. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Jumlah

Polong Kedelai (polong/tanaman). ... 87 55. Uji Tukey untuk Kemenambahan Model terhadap Jumlah Polong

(12)

Aku persembahkan karya ini kepada Kedua orangtuaku

Kepada bapak Ir. Tanung Bahara Tampubolon dan Ibu Uli Sinta Riana yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, doa, didikan, kesabaran, nasihat, perhatian

dan motivasi selama ini Kakak dan abangku

Terimakasih atas segala dukungan, perhatian,kasih sayang selama ini dan sampai saat ini

Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka

Terimakasih atas bantuan, dukungan, motivasi, dan pengorbanan yang telah kalian berikan selama ini

Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi, doa, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama ini

(13)
(14)
(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas

berkat karunia-Nyalah penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max [L] Merr.)”.

Selama membuat skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Dad Resiworo J. Sembodo, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Dosen Pembimbing Kedua sekaligus menjabat sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc., selaku Penguji atas ketersediannya dalam memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Ir. Ermawati, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas

(16)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Kedua orang tua Ir.Tanjung Bahara Tampubolon dan Uli Sinta Riana, S.Pd., serta kakak-kakakku Dewi Serepina dan Jeremia Denis Armando atas curahan doa, kasih sayang, perhatian, waktu, pengorbanannya serta senantiasa memberikan dukungan baik moral maupun spiritual. 7. Yohanes Anggun Wijaya atas doa, semangat, dan motivasi, selama

melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi.

8. Teman-teman seperjuangan penelitian Chyntia, Deasy, Dera, Ria, Eka, Dita, Dwi, Risa dan Tio terimakasih untuk kerjasama serta bantuannya selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.

9. Saudara pembimbing akademik Agnesi Deria Hepriyani, Adawiah, Debby, Aulia, Andika terimakasih atas bantuannya dan terimakasih telah menjadi sahabat yang selalu ada.

10. Keluarga A-noname dan rekan-rekan di Jurusan Agroteknologi Angkatan 2011 atas kebersamaan yang telah terjalin selama ini.

11. Para tenaga kebun : Mas Khoiri, Mas Yono, Mas Gono, Dayat, Mas Dulloh.

Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 03 Desember 2015

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Selatan pada tanggal 26 September 1993 dari pasangan Bapak Ir. Tanjung Bahara Tampubolon dan Ibu Uli Sinta Riana dan penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis memulai jenjang pendidikan dengan menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Bakti Ibu Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Budi Mulya Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Strata 1 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Dusun II, Desa Dwi Mulyo, Kecamatan Penawar Tama, Tulang Bawang pada bulan Januari-Februari 2015. Penulis juga

(18)
(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebagai sumber protein nabati bagi kebutuhan pangan manusia, namun dapat juga dijadikan sebagai pakan ternak dan bahan baku obat-obatan. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain tempe, tahu, es krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak ,dan bahan baku industri. Sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan kedelai di dalam negeri.

(20)

2

Penurunan produksi kedelai ini disebabkan menurunnya gairah petani untuk menanam kedelai karena tanaman kedelai sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu rendahnya produktivitas kedelai disebabkan anjuran teknologi belum diterapkan secara tepat dan lemahnya permodalan petani untuk pengadaan saprodi. Benih kedelai unggul masih terbatas serta kehadiran gulma di areal pertanaman kedelai yang mengakibatkan terjadinya kompetisi antara

tanaman kedelai dengan gulma dalam memperebutkan sarana tumbuh yang sama (Tjitrosoedirdjo, 1984 dalam Yunita, 2012).

Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Adanya gulma dapat menimbulkan persaingan antara tanaman dengan gulma, persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk tumbuh normal. Faktor gulma yang mempengaruhi tingkat persaingan dengan tanaman budidaya adalah jenis gulma, tingkat kepadatan, pola pertumbuhan dan umur gulma (Sembodo, 2010).

Pada penelitian ini, akan dilihat pengaruh dari kompetisi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai dengan menggunakan jenis gulma dan kerapatan gulma yang berbeda. Setiap jenis gulma memiliki pola pertumbuhan atau habitus (tinggi, perakaran, jumlah cabang, luas kanopi), serta laju

(21)

3

tanaman yang lambat pertumbuhannya, lebih rendah, dan kanopinya yang lebih sempit (Sembodo, 2010).

Kerapatan gulma sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman budidaya. Semakin rapat gulma, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif (Moenandir, 1993).

Kerugian yang ditimbulkan akibat gulma berupa penurunan produksi dari

beberapa tanaman budidaya adalah sebagai berikut : padi 10,8 % ; sorgum 17,8% ; jagung 13% ; tebu 15,7 % ; cokelat 11,9% ; kedelai 13,5 % ; dan kacang tanah 11,8% (Rogomulyo,2005 dalam Siagiaan, 2012).

Kehadiran gulma dapat menurunkan hasil produksi tanaman budidaya, jika gulma tidak dikendalikan dari awal tanam maka tingkat kehilangan hasil tanaman kedelai sebesar 91% sedangkan jika gulma dikendalikan dengan herbisida tingkat

kehilangan hasil tanaman kedelai sebesar 52% (Sembodo, 2010).

(22)

4

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut :

1) Bagaimana pengaruh masing-masing jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr)?

2) Bagaimana pengaruh tingkat kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr)?

3) Bagaimana pengaruh interaksi antara jenis dan tingkat kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr)?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui pengaruh masing-masing jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr).

2) Mengetahui pengaruh tingkat kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr).

3) Mengetahui pengaruh interaksiantara jenis dan tingkat kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr).

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pernyataan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

(23)

5

menyatakan bahwa gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman lewat persaingan untuk mendapatkan cahaya, air, nutrisi, karbondioksida, dan ruang hidup. Keberadaan gulma diantara tanaman budidaya dapat menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Menurut Brown dan Brooks (2002) dalam Abadi, Sebayang, dan Widaryanto (2013), gulma menyerap unsur hara dan air lebih cepat dibandingkan tanaman pokok.

Soepadiyo (1983) dalam Amrullah (2008) menyatakan bahwa penyebab utama terhambatnya pertumbuhan dan turunnya produksi tanaman utama oleh gulma yaitu: (1) Terjadinya persaingan dalam pengambilan unsur unsur hara dalam tanah. (2) Terjadinya persaingan dalam pengambilan air tanah, (3) Terjadinya persaingan dalam perebutan ruang untuk tumbuh dan (4) Terjadinya persaingan dalam mendapatkan sinar matahari. Adanya gulma tertentu yang dapat

mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan (alelopat) melalui akar atau daun antara lain alang-alang, sembung rambat dan teki. Dengan adanya kehadiran gulma akan menghambat kemampuan tanaman untuk tumbuh dengan normal.

Sardjono dalam Yehezkiel (2006) menyatakan bahwa adanya persaingan dengan gulma pada tanaman kedelai menyebabkan terlambatnya pembungaan.

(24)

6

dkk.(1991) dalam Yeheskiel (2006) menyatakan bahwa penurunan hasil akibat persaingan dengan gulma berbeda pada varieatas kedelai yang berbeda dimana pada varietas Orba adalah 82-84% sedangkan pada varietas Tidar adalah 74-94%.

Utami dan Rahadian (2010) dalam Utomo (2014) menyatakan bahwa

pertumbuhan yang rendah disebabkan karena tanaman kedelai tumbuh bersama dengan gulma mengalami kompetisi dalam mendapatkan air, unsur hara, cahaya, ruang tumbuh serta oksigen dan karbondioksida untuk pertumbuhannya. Prasetyo dan Hajoeningtijas (2009) dalam Utomo (2014) menyatakan bahwa gulma

menyerap unsur hara dan air lebih banyak menyebabkan pertumbuhan kedelai menjadi terhambat.

Kehadiran gulma di antara tanaman dapat menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara N, karena unsur hara N menjadi faktor pembatas bagi tanaman. Unsur hara N tersedia untuk tanaman, tetapi gulma juga membutuhkan unsur N, sehingga terjadi persaingan tanaman dengan gulma. Bhatt (2008) dalam Dwinata (2014) menyatakan bahwa gulma biasanya terdapat pada tanaman dengan kerapatan yang tinggi bersama dengan gulma lain. Pertumbuhan gulma dapat memperlambat pertumbuhan tanaman.Singh (2005) dalam Dwinata (2014) menyatakan bahwa peningkatan pemupukan tanaman budidaya sangat

mempengaruhi pertumbuhan dari gulma dan tanaman budidaya itu sendiri.

(25)

7

morfologi dan fisiologi yang berbeda sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun.

Menurut McDonald (2002) dalam Yehezkiel (2006) menyatakan bahwa jenis gulma sangat berpengaruh terhadap tingkat penurunan hasil panen tanaman

kedelai yang dihasilkannya. Sebagai contoh gulma berdaun lebar pada kerapatan 5 gulma/m2mampu menurunkan hasil panen sebesar 15-41% sedangkan gulma golongan rumput pada kerapatan 5 gulma/m2 mampu menurunkan hasil panen kedelai sebesar 4-15%. Pada gulma tahunan dengan kerapatan yang sama mampu menurunkan hasil produksi kedelai sebesar 7-20 %.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah:

Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung, kedelai juga sebagai bahan pangan yang mengandung sumber protein nabati utama bagi masyarakat.

Produksi kedelai tiga tahun terakhir ini telah mengalami penurunan sebesar 62,99 ton, menurunnya hasil produksi ini dikarenakan pemeliharaan tanaman kedelai yang kurang baik sehingga munculnya kehadiran gulma di areal pertanaman kedelai.

(26)

8

mengetahui seberapa besar pengaruh jenis gulma dalam kompetisi tanaman maka diambil beberapa spesies gulma untuk mewakili ketiga jenis gulma yang ada, yaitu Asystacia gangetica, Cyperus rotundus dan Rootboellia exaltata. Adanya gulma di sekitar tanaman kedelai dapat menyebabkan terjadinya

kompetisi antara kedelai dengan gulma yang dapat menurunkan produksi kedelai. Kompetisi tersebut di antaranya dalam memperebutkan sarana tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman yang jumlahnya terbatas. Sarana tumbuh yang

diperebutkan tersebut adalah cahaya matahari, nutrisi, air, karbondioksida, ruang dan sebagainya.

Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari dalam proses fotosintesis. Apabila suatu tanaman tidak mendapatkan cahaya matahari tentunya proses fotosintesis nya akan terganggu yang dapat menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimum. Kompetisi cahaya matahari terjadi apabila tumbuhan yang satu menaungi tumbuhan yang lain (misalnya tanaman budidaya dengan gulma), akibatnya daun yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan mendapat cahaya matahari yang lebih banyak dibandingkan daun yang ada di bawahnya. Semakin lama jangka waktu kehadiran gulma bersama tanaman akan semakin besar penurunan hasil akibat proses kompetisi yang terjadi. Hal ini wajar saja, karena antara gulma dan tanaman memerlukan sarana tumbuh yang sama.

Kompetisi yang berlangsung selama umur tanaman akan berdampak penurunan hasil yang sangat nyata, gulma yang dibiarkan, tanpa upaya pengendalian akan menurunkan hasil hingga 100% atau pertanaman akan mengalami puso

(27)

9

Gulma yang berkecambah bersamaan dengan tanaman kedelai menyebabkan kehilangan panen yang lebih besar daripada gulma yang berkecambah setelah tanaman budidaya berkembang. Menurut McDonald (2002) dalam Yeheskiel (2006) menyatakan bahwa kedelai masih toleran terhadap kerapatan gulma Amaranthus retroflexus sebanyak 4-8 gulma/m2pada saat fase pembentukan daun unifoliate tetapi hanya toleran terhadap gulma sebanyak 0,5 gulma/m2apabila gulma mulai berkecambah bersamaan dengan berkecambahnya kedelai.

Kehadiran gulma pada pertanaman kedelai juga akan menekan jumlah bintil akar kedelai. Menurut Inawati (2000), gulma Cyperus rotundus mampu menekan jumlah bintil akar kedelai varietas Wilis dan Pangrango. Hal ini disebabkan bakteri bintil akar memerlukan unsur P yang cukup tinggi untuk pembentukan bintil akar sedangkan gulma memiliki kemampuan yang kuat untuk menyerap unsur P tersebut. Oleh karena itu kehadiran gulma akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam penyerapan unsur hara P oleh kedelai sehingga

pembentukan bintil akar menjadi tertekan.

(28)

10

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masing-masing jenis gulma memiliki daya kompetisi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr).

2. Semakin tinggi tingkat kerapatan gulma maka semakin tinggi daya saing gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max [L.] Merr). 3. Terdapat pengaruh interaksi antara jenis dan tingkat kerapatan gulma terhadap

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Kedelai

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal. Kedelai juga toleran terhadap kekeringan pada periode yang pendek dan tidak terlalu terhambat pertumbuhannya pada musim hujan. Kedelai tumbuh paling baik pada tanah subur dengan drainase yang baik dan kisaran pH ideal antara 6,0-6,5 (Yunita, 2012).

(1) Biji Kedelai

Bentuk biji kedelai tidak sama tergantung varietas, ada yang berbentuk bulat, agak gepeng, atau bulat telur. Namun, sebagian besar biji kedelai berbentuk bulat telur. Ukuran dan warna biji kedelai juga tidak sama. Akan tetapi, sebagian besar

(30)

12

berbiji sedang (10-12 g/100 biji), dan berbiji besar (13-18 g/100 biji) (Adisarwanto, 2013).

(2) Akar dan Bintil Akar

Sistem perakaran tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul sejak masa perkecambahan. Pada kondisi yang sangat optimal, akar tunggang kedelai dapat tumbuh hingga kedalaman 2 m. Perkembangan akar tanaman kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyiapan lahan, tekstur tanah, kondisi fisik dan kimia tanah, serta kadar ait tanah.

Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai adalah adanya

interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japanicum) dengan akar tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar ini sangat berperan dalam proses fiksasi N2 yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk kelanjutan pertumbuhannya khususnya dalam aspek penyediaan unsur hara nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan tanaman kedelai tidak banyak memerlukan tambahan pupuk nitrogen pada awal pertumbuhannya (Adisarwanto, 2013).

(3) Batang

(31)

13

pucuk batang tanaman masih terdapat daun yang tumbuh. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai pertambahan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar 15-20 buku dengan jarak antar buku berkisar 2-9 cm. Batang tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada pula yang tidak

bercabang, tergantung dari karakter variasi kedelai, akan tetapi umumnya cabang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1-5 cabang (Adisarwanto, 2013).

(4) Daun

Daun kedelai hampir seluruhnya trifoliat (menjari tiga) dan jarang sekali

mempunyai empat atau lima jari daun. Bentuk daun tanaman kedelai bervariasi yakni antara oval dan lanceolate, tetapi untuk praktisnya diistilahkan dengan berdaun lebar (broad leaf) dan berdaun sempit (narrow leaf). Di Indonesia, kedelai berdaun sempit lebih banyak ditanam oleh petani dibandingkan tanaman kedelai berdaun lebar, walaupun dari aspek penyerapan sinar matahari, tanaman kedelai berdaun lebar menyerap sinar matahari lebih banyak daripada yang berdaun sempit. Namun, keunggulan tanaman berdaun sempit adalah sinar matahari akan lebih mudah menerobos di antara kanopi daun sehingga memacu pembentukan bunga (Adisarwanto, 2013).

(5) Bunga

(32)

14

lingkungan tumbuh dan populasi tanaman yang optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daun pada buku ke 2-3 paling bawah.

Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar antara 40-200 bunga/tanaman. Umumnya di tengah masa pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali mengalami kerontokan bunga. Hal ini masih dikategorikan wajar apabila kerontokan yang terjadi pada kisaran 20-40% (Adisarwanto, 2013).

(6) Polong

Polong kedelai pertama kali muncul sekisar 10-14 hari setelah bunga pertama terbentuk. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau cokelat pada saat dipanen. Pembentukan dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam, yakni 2-10 polong pada setiap kelompok bunga di ketiak daunnya.

Sementara itu, jumlah polong yang dapat dipanen berkisar 20-200

polong/tanaman tergantung pada varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna polong masak dan ukuran biji antara posisi polong paling bawah dengan polong paling atas akan sama selama periode

(33)

15

2.2 Syarat Tumbuh Kedelai

Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Kedelai dapat tumbuh dengan baik di tempat yang berhawa panas, di tempat – tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm per bulan. Kedelai cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan laut. Lazimnya, kedelai ditanam pada musim kemarau, yakni setelah panen padi pada musim hujan. Pada saat itu, kelembaban tanah masih bisa dipertahankan. Kedelai memerlukan pengairan yang cukup, tetapi volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan bagi kedelai, karena akarnya bisa membusuk.

Sewaktu masih muda, kedelai memerlukan iklim basah. Menjelang tua memerlukan iklim kering. Untuk memeroleh produksi yang baik, tanaman kedelai memerlukan hawa panas. Jika iklim terlalu basah, kedelai tumbuhnya subur, tetapi produksi bijinya kurang. Kedelai sebenernya bisa ditanam pada berbagai jenis tanah. Tetapi, yang paling baik adalah pada tanah yang cukup mengandung kapur dan memiliki sistem drainase (pengairan) yang baik. Perlu diperhatikan, kedelai tidak tahan terhadap genangan air. Kedelai bisa tumbuh dengan baik pada tanah yang struktur keasamannya (pH) antara 5,8-7.

Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanahnya cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah padzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik , kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup banyak.

(34)

16

kemarau), penanaman dilaksanakan pada awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober atau November. Di tanah tegalan, penanaman dilaksanakan awal musim hujan (Oktober-November), dan akhir musim hujan (Februari-Maret). Penanaman kedelai di sawah tadah hujan hanya bisa dilaksanakan satu kali, yaitu setelah panen padi musim hujan (Suhaeni, 2007).

2.3 Teknik Budidaya Kedelai

Setidaknya, ada dua hal yang bisa dilakukan para petani untuk menghasilkan tanaman kedelai yang produktif dan berkualitas, yaitu: pertama, pemilihan bibit bermutu; kedua, menguasai teknik bercocok tanam yang baik. Berikut akan diuraikan beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menanam kedelai secara baik dan benar.

Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan

pemberantasan hama/penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah. Sebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari jerami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah.

(35)

17

akibat serangan hama penyakit. Teknik produksi yang cukup intensif adalah sebagai berikut :

(1). Penyiapan Benih

Jumlah benih yang dibutuhkan biasanya tergantung pada luas areal tanam, jarak tanam, varietas kedelai, dan cara bertanam. Pada penanaman yang teratur, yakni sistem penanaman dengan menggunakan jarak tanam dan tugalan, jumlah benih yang dibutuhkan bisa dihitung berdasarkan perkalian jumlah lubang dan berat per seribu butir biji. Jika setiap tugalan diisi 3-5 butir biji, maka bisa diperhitungkan bahwa setiap hektar lahan membutuhkan 30-50 kg varietas kedelai berbiji kecil atau 60-70 kg varietas kedelai berbiji besar.

(2). Pengolahan Tanah

Di lahan kering dengan tanaman tumpang sari, tanah diolah dua kali dengan alat bajak dan luku, sedangkan di sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan dari jerami, kemudian tanah diolah satu kali. Untuk tanah yang pH-nya rendah, diberi kapur atau dolomit antara 200 – 300 kg /ha. Pada saat ini juga tanah diberi pupuk dasar, yaitu pupuk SP-36 sebanyak 100 kg untuk monokultur, sedangkan bila tumpang sari dengan jagung dosisnya adalah sebanyak 200 kg – 250 kg /ha.

(3). Penanaman Kedelai

(36)

18

sedang, jarak tanam yang dianjurkan adalah 40 x 15 cm. Bila menggunakan varietas umur genjah, arak tanam sebaiknya 40 x 10 cm atau 30 x 15 cm.

Sebelum ditanam, benih sebaiknya diberi insektisida karbosulfan (Marshal 25 ST) dengan takaran 5 gram bahan aktif/kg benih. Hal ini dimaksudkan untuk

mencegah serangan hama lalat kacang. Benih ditanam 2-3 biji per lubang. Setelah dimasukkan ke lubang tanam (tugal), lubang ditutup dengan tanah halus dan jangan ditekan.

(4). Penyiangan Dan Pemupukan

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 30 – 35 hari, dan setelah itu langsung dipupuk, yaitu untuk tanaman monokultur dengan 50 kg/ha Urea dan 50 kg/ha KCl. Bila kondisinya masih kurang baik, maka penyiangan dilakukan lagi pada umur 55 hari. Sedangkan untuk tanaman tumpangsari penyiangan dilakukan pada umur jagung 40 – 45 hari dan setelah itu diberi pupuk sebanyak 350 kg/ha urea dan 100 kg/ha KCl.

(5). Pengairan/Drainase

Pada lahan yang persediaan airnya terbatas, tanaman perlu diari pada awal pertumbuhan (20-25 HST), masa berbunga (35-40 HST), dan masa pembentukan polong dan pengisian biji (50-60 HST).

(6). Panen

(37)

19

ketika air embun sudah menguap dengan cara memotong pangkal batang tanaman dengan dabit bergerigi atau sabit tajam. Hindari pemanenan dengan cara

mencabut tanaman untuk menghindari terbawanya kotoran (tanah). Brangkasan tanaman hasil panen dikumpulkan di tempat yang bebas dari air dan diberi alas dengan terpal atau plastik. Langkah selanjutnya adalah penjemuran brangkasan tanaman, pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyemaian biji.

Penyemaian biji perlu diperhatikan, sebab hal ini memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas biji atau benih (Suhaeni, 2007).

2.4 Gulma

Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat, daur hidup lama. Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya (Tjirtosoedirdjo, 1984).

Keberadaan gulma disuatu lahan pertanian tidak dikehendaki karena (1)

menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat mengganggu tanaman pokok, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit (Sukman dan Yakup, 2002 dalam Marlina, 2012).

(38)

20

morfologinya gulma dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu golongan berdaun lebar, golongan rumput dan golongan teki.

2.4.1 Asystasia gangetica

Gulma ini umumnya dikenal sebagai Violet Cina, Coromandel atau Creeping foxglove merupakan tumbuhan perennial dari family Acanthaceae yang tumbuh menjalar dan menempel pada tanaman pokok. Tanaman ini merupakan ramuan penyebaran atau graoundcover, tinggi mencapai 600 mm atau samapi dengan 1 m jika kondisi mendukung. Daun berbentuk oval dan kadang-kadang hampir

berbentuk segitiga dengan panjang 2,5-16,5 cm dan lebar 0,5-5,5 cm. Buahnya merupakan kapsul peledak yang dimulai dengan warna hijau, tetapi kering dan berwarna coklat setelah pembukaan. Sub spesies Asystasia gangetica 30-40 mm, Asystasia gangetica menghasilkan bunga berwarna putih dengan tanda ungu (Gorham dan Hosking, 2007 dalam Yunita, 2012).

Kingdom : Plantae (unranked)

Angiosperms (unranked) : Eudicots (unranked) Asterids Ordo : Lamiales

Family : Acanthaceae

Genus : Asystasia

Species : A. gangetica

(39)

21

(a)

Gambar 1. Gulma Asystasia gangetica ; (a). gulma dewasa dan bibit

Asystasia gangetica sangat menarik, cepat tumbuh, dan menyebar. Batang daun berwarna hijau sederhana dan gelap. Asystasia gangetica merupakan gulma berdaun lebar yang penyebarannya melalui biji. Mayoritas jenis gulma daun lebar mempunyai jalur fotosintesis C3 (Anonim, 2010 dalam Marlina, 2012).

2.4.2 Rottboellia exaltata

(40)

22

Ordo : Poales Family : Poaceae Genus : Rottboellia

Spesies : Rottboellia exaltata

Gambar 2. Gulma Rottboellia exaltata

Permukaan daunnya, terutama pada bagian tepi, berbulu kasar dan jarang. Daun-daun yang masih muda disukai ternak. Perbungaannya berupa tandan yang bergabung sampai 8 buah, keluar di ujung-ujung cabangnya. Tandan-tandan ini mempunyai ciri yang khusus sehingga mudah sekali membedakannya dengan rumput-rumput yang lainnya. Tandan tersebut berbentuk bumbung dan terdiri atas buku-buku. Pada tiap-tiap buku keluar dua buliran, satu letaknya di bawah dan satu lagi letaknya di atas. Buliran antar buku letaknya selang-seling. Buku itu sendiri mudah patah. Rumput ini memperbanyak diri melalui malainya, selain itu anakan dan potongan buluhnya juga dapat turut mempercepat

(41)

23

Rumput manjah umumnya tumbuh dalam jumlah banyak. Dapat bercampur dengan jenis rumput-rumput lain seperti jukut marak-merak, alang-alang, rumput kerbau atau jukut pait. Pada hutan-hutan jati muda, ladang atau hutan bakau biasanya banyak juga ditemui jenis ini. Rumput ini menyukai tempat-tempat terbuka sampai agak temaungi. Tumbuhnya pada ketinggian 0 - 750 m. Daerah penyebarannya meliputi India, Burma, Thailand, dan Malaysia (Lipi, 1980).

2.4.3 Cyperus rotundus

Semua jenis gulma yang termasuk golongan tekian memiliki ciri utama letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak beruas dan berbentuk silindris, segi empat, atau segitiga. Untuk jenis tertentu seperti Cyperus rotundus, batang membentuk umbi (Sembodo, 2010).

Cyperus rotundus adalah tumbuhan abadi, yang dapat mencapai ketinggian hingga 40 cm. Nama rumput mur dan alang mur (bersama dengan spesies yang terkait Cyperus esculentus) berasal dari umbinya, yang agak menyerupai kacang,

meskipun botanical mereka tidak ada hubungannya dengan kacang. Seperti pada Cyperaceae lainnya, daun tumbuh dalam jajaran tiga dari pangkal tanaman. Bunga dan batang memliki silang segitiga-section. Bunganya biseksual dan memiliki tiga stamina dan carpel tiga-stigma.

Kingdom : Plantae (unranked)

Angiosperms (unranked) : Eudicots (unranked) Comelinids Ordo : Poales

Genus : Cyperus

Species : C. rotundus

(42)

24

(a) (b)

Gambar 3. Gulma Cyperus rotundus; (a).Umbi; (b). Gulma dewasa

Sistem akar tanaman yang masih muda awalnya berwarna putih dan rimpang berdaging. Beberapa rimpang tumbuh ke atas dari dalam tanah, kemudian membentuk struktur bola lampu seperti tunas-tunas baru dan akar yang baru tumbuh, setelah muncul akar baru rimpang baru akan tumbuh. Rimpang lainnya tumbuh horizontal atau ke bawah, dan dalam bentuk umbi berwarna cokelat kemerahan (Moenandir, 1990).

Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan tuber (umbi). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984 dalam Siagian 2012).

Teki sangat adaptif dan karena itu merupakan gulma yang sangat sulit

(43)

25

Gulma ini termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4 (Anonim, 2011 dalam Siagian, 2012).

2.5 Kompetisi Gulma dengan Tanaman

Dalam mencapai produksi optimal tanaman pertanian tidaklah mudah, ditentukan oleh beberapa faktor antara lain oleh gangguan gulma. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang dibudidayakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.

Sukman dan Yakup (1991) dalam Yeheskiel (2006) menyatakan bahwa

mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat, daur hidup lama. Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya.

Menurut Dowson dan Hotstum cit. Pamplona (1975) dalam Tjitrosoedirdjo (1984) menyatakan bahwa ada beberapa cara sehingga gulma menurunkan hasil tanaman budidaya :

1. Menekan pertumbuhan dan mereduksi hasil dengan jalan bersaing (kompetisi) dengan tanaman budidaya. Kompetisi ini terutama dalam hal air, unsur hara, cahaya dan juga CO2.

(44)

26

3. Mengganggu aktivitas panenan, oleh karena itu meningkatnya biaya panenan dan merugikan hasil.

4. Merendahkan kualitas hasil dan membuat panenan tidak serempak 5. Memungkinkan sebagai tumbuhan inang dari jasad pengganggu lain

(serangga, nematode, dan lain-lain) sehingga dapat menurunkan hasil, baik kualitas maupun kuantitas.

Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antara tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang persediaannya terbatas pada lahan dan dalam waktu yang sama dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut misalnya air, hara, cahaya, CO2 , dan ruang tumbuh.

a. Persaingan memperebutkan hara

Setiap lahan berkapasitas tertentu di dalam mendukung pertumbuhan berbagai tanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda, oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang

(45)

27

b. Persaingan memperebutkan air

Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air semakin meningkat. Air diserap dari dalam tanah kemudian sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis.

c. Persaingan memperebutkan cahaya

Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhan yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat. Besar kecilnya persaingan antara gulma dengan tanaman pokok di dalam

memperebutkan air, hara, dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanamn pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kerapatan gulma, jenis gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma, dan allelopati (Siagian, 2012).

(46)

28

pertumbuhan memanjang akar, dan perubahan sel-sel akar tanaman. Senyawa-senyawa allelopati ini dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan antara lain pada daun, batang, akar, rhizom serta bagianbagian tumbuhan yang membusuk. Radjit & Purwaningrahayu (2007) dalam Hendrival dkk.(2014) menyatakan bahwa gulma yang sering dijumpai di pertanaman budidaya tanaman pangan seperti kedelai adalah gulma semusim. Beberapa jenis gulma yang merugikan pada tanaman kedelai adalah Eleusine indica, Cyperus sp., Cynodon dactylon, Digitaria ciliaris, Amaranthus sp., Ageratum conyoides, Echinocloa colonum, Hedyotis corymbosa, Cleome rudidosperma, Borreria alata, Ludwigia sp., Cyanotis cristata, Polytriasamaura, Digitaria sp., dan Imperata cylindrica.

Menurut Guntoro dkk. (2003) dalam Yeheskiel (2006) menyatakan bahwa ekstrak bahan kering gulma Borreria alata, Ageratum conyzoides dan Cyperus rotundus cenderung menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai dimana peningkatan konsentrasi ekstrak gulma tersebut cenderung meningkatkan pengaruh

(47)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai pada bulan Desember 2014 hingga Mei 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Tanggamus, gulma Asystasia gangetica, Rottboellia exaltata, Cyperus rotundus, pupuk urea dan pupuk ponska masing-masing 300 kg/ha dan 100 kg/ha.

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, plastik, kertas label, kantong plastik, selotip, cutter, alat pengukur panjang, tali raffia, patok, oven, alat tulis dan alat tugal.

3.3 Metode Penelitian

(48)

30

faktorial. Faktor pertama adalah tiga jenis gulma yaitu Asystasia

gangetica,Rottboellia exaltata, Cyperus rotundus. Faktor pertama adalah populasi gulma yaitu 0, 10, 20, 40, 80 gulma/m2. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan adivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% untuk menidentifikasi pengaruh satuan kerapatan gulma dari yang tidak berpengaruh sampai yang terburuk.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Lahan dan pembuatan Petak Percobaan

Setiap satuan percobaan terdiri dari lahan dengan panjang 1 m dan lebar 2 m. Lahan penelitian disiapkan dengan pembajakan dan penggaruan sehingga tanah menjadi gembur beberapa saat sebelum penanaman. Lalu membuat petak

percobaan sebanyak 45 petak perlakuan, yang masing-masing petak berukuran 1m x 2m dengan jarak antar petak 0,5 cm.

3.4.2 Penanaman Kedelai

(49)

31

U1 U2 U3

Gambar 4. Tata letak percobaan

Keterangan :

P0 : Kerapatan 0 G1 : Asystasia gangetica

P1 : Kerapatan 10 G2 : Rottboellia exaltata

P2 : Kerapatan 20 G3 : Cyperus rotundus

P3 : Kerapatan 40 P4 : Kerapatan 80

(50)

32

3.4.3 Penanaman Gulma

Penanaman gulma dilakukan pada petak yang telah disiapkan, penanaman gulma dilakukan saat jumlah daun gulma sebanyak 2-4 daun. Setiap jenis gulma berbeda jumlah daunnya tergantung dengan kondisi di lapang. Gulma yang digunakan adalah Asystasia gangetica, Rottboellia exaltata dan Cyperus rotundus. Bahan tanam gulma diambil dari areal sekitar lahan, penanaman gulma dilakukan 1 minggu setelah menanam kedelai sesuai perlakuan kerapatan. Pada saat menanam bibit gulma, gulma yang digunakan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan tingginya (gulma yang ditanam berdasarkan urutan ulangan yang digunakan). Kemudian gulma tersebut ditanam kembali pada lahan penelitian dengan cara mengkoret tanah lalu menanam gulmanya.

Gambar 6. Penanaman gulma pada kerapatan 20 gulma/m2

Keterangan:  : Gulma

(51)

33

3.4.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah penyiraman dilakukan dengan cara mengalirkan air yang berasal dari bak penampungan air dekat lahan penelitian menggunakan selang. Kegiatan penyiraman dilakukan setiap sore. Pemupukan dilakukan sebanyak satu kali dengan menggunakan pupuk NPK Phonska dan Urea. Dengan perbandingan dosis 300 kg/ha :100 kg/ha. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma selain gulma yang ditanam pada petak percobaan dengan menggunakan koret atau dengan mencabut langsung gulma yang ditanam pada petak percobaan. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai dilakukan secara manual jika serangan hama dan penyakit terlalu tinggi maka pengendalian dilakukan dengan aplikasi herbisida.

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap variabel pengamatan sebagai berikut :

1. Jumlah daun. Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan caramenghitung secara langsung jumlah daun per tangkai tanaman kedelai. Penghitungan jumlah daun pada 6 sampel tanaman dilakukan pada saat umur tanaman 3,6 dan 9 MST.

(52)

34

3. Bobot Kering Brangkasan Tanaman. Sampel tanaman kedelai segera

dikeringkan setelah panen. Brangkasan dikeringkan hingga bobotnya konstan dengan menggunakan oven. Setelah brangkasan kering, berangkasan

ditimbang dengan menggunakan timbangan Ohaus. Pengukuran bobot kering dilakukan dengan satuan gram.

Gambar 7. Pengambilan berangkasan tanaman di petak destruktif

Keterangan :

X : Tanaman kedelai a : Petak destruktif b : Petak panen

Komponen hasil :

1. Jumlah Polong Kedelai. Jumlah polong kedelai dihitung masing-masing dari 6 tanaman sampel. Jumlah polong kedelai dihitung pada saat panen.

Komponen yang diamati pada gulma meliputi:

(53)

35

Persentase penutupan gulma diamati secara visual pada setiap gulma yang ada di dalam petak perlakuan pada 3, 6, dan 9 MST. Pengamatan dilakukan dengan cara menduga persentase petak perlakuan yang ditutupi gulma seluas petak perlakuan, bila gulma menutupi seluruh permukaan tanah maka persentase penutupan gulma 100%.

2. Bobot Kering Gulma

Pengamatan bobot kering gulma diamati pada saat panen tanaman kedelai, sampel gulma yang akan dioven diambil dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 x 0,5 m di dua titik yang berbeda. Gulma yang diambil sebagai sampel kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu 800C selama 2 x 24 jam sampai mencapai bobot yang konstan, lalu ditimbang menggunakan neraca analitik.

Gambar 8. Pengambilan berangkasan gulma di petak destruktif

Keterangan

X : Tanaman kedelai a : Petak destruktif b : Petak Panen

(54)

51

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Daya saing antar jenis gulma terhadap tanaman kedelai berbeda-beda ; gulma Rottboellia exaltata menurunkan jumlah daun 9 MST, bobot kering tajuk kedelai dan jumlah polong kedelai, Cyperus rotundus menurunkan tinggi tanaman 9 MST dan bobot kering akar kedelai, dan Asystasia gangetica menurunkan tinggi tanaman 9 MST.

2. Kerapatan 10 gulma/m2 menekanbobot kering akar tanaman dan tinggi

tanaman 9 MST, dan kerapatan 80 gulma/m2 menekan jumlah daun tanaman 9 MST.

3. Antara jenis dan tingkat kerapatan gulma terjadi pengaruh interaksi dalam menekan tinggi tanaman kedelai 3 MST, namun tidak menekan tinggi tanaman

(55)

52

5.2 Saran

Dari penelitian ini disarankan sebaiknya dilakukan penelitian dengan

(56)

53

PUSTAKA ACUAN

Abadi, I. J., H. Sebayang, dan E. Widaryanto.2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Pengendalian Gulma pada Pertumbuhan dan Hasil Pertanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Jurnal Produksi Tanaman. 1 (2): 2-9.

Adisarwanto, T. 2013. Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Malang.

Amrullah, A. R, S. Zaed, dan S. Supriyadi. 2008. Periode Kritis Kacang Hijau Akibat Persaingan dengan Gulma dan Macam Pengolahan Tanah pada Tanah Mediteran Merah di Tanah Soca Kecamatan Socah Bangkalan. Jurnal Agrivor. 1 (1) : 1-8.

Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi Kedelai Tahun 2009-2014. www.bps.go.id/download_file/IP_Agustus_2014.pdf.Diakses [31Agustus 2015].

Dwinata, Y. A, E. Widaryanto, dan Sidiarso.2014.Kompetisi Gulma Keremah (Altenanthera sesillis) dengan Tanaman Terung (Solanum melongena L). Jurnal Produksi Tanaman. 2 (1) 17-24.

Gayuh,P. 2000. Kompetisi Gulma dengan Tanaman Budidaya dalam Sistem Pertanaman Multiple Cropping. Jurnal Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Hendrival, W. Zurrahmi, dan A. Abdul. 2014. Periode Kritis Tanaman Kedelai terhadap Persaingan Gulma. Jurnal Agroteknologi. 5(3):4-8.

Hasanuddin, G. Erida, dan Safmaneli. 2012. Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella nodiflora L. Gaertn pada Berbagai Densitas terhadap Pertumbuhan Hasil Kedelai.Jurnal Agrista. 16 (3): 146-152.

Inawati, L. 2000. Pengaruh Jenis Gulma terhadap Pertumbuhan, Pembentukan Bintil Akar dan Produksi Varietas Kedelai.(Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.40 hal.

(57)

54

Lailiyah, W. N, E. Widaryanto, dan K. Wicaksono. 2014. Pengaruh Periode Penyiangan Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L.). Jurnal Produksi Tanaman. 2 (7) :606-612. Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Marlina, V. 2012. Kompetisi Jenis Gulma dan Populasi Gulma pada Pertumbuhan Tanaman Kakao Muda. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Novianti, A. D. dan D. Guntoro. 2009. Studi Kompetisi Tanaman Padi dan Beberapa Kepadatan Populasi Gulma dengan Pendekatan Parsial Aditif. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura

Pertanian.IPB.Bogor. 6 Hal.

Pasau, P., P. Yudono, dan A. Syukur. 2008. Pergeseran Komposisi Gulma pada Perbedaan Proporsi Populasi Jagung dan Kacang Tanah dalam Tumpangsari pada Regosol Sleman.Jurnal Ilmu Pertanian. 16(2): 60-78.

Purwanto dan T. Agustono.2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelaipada Kondisi Cekaman Kekeringandan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Jurnal

Agrosains. 12(1): 24-28.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengolahannya. Graha Ilmu. Edisi Pertama. Yogyakarta.

Siagian, P. W. 2012. Kompetisi Beberapa Jenis dan Populasi Gulma terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L). (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. Nuansa. Bandung. 56 hal. Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Radja

Grafindo Persada. Jakarta.

Susanto, G.W. A. 2010. Pengaruh Naungan Buatan terhadap Karakter Fenotipik Enam Genotipe Kedelai.Jurnal Agrivigor.9(3): 293-304.

Tjitrosoedirdjo, S. I., H. Utomo dan J. Wiroatmojo (Ed). 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta. 210 hal.

Utomo, D. W. S, A. Nugroho, dan H. Sebayang. 2014. Pengaruh Aplikasi Herbisida Pra Tanam Cuka (C2H4O2), Glifosat dan Paraquat pada Gulma Tanaman Kedelai. Jurnal Produksi Tanaman. 2(3) : 213-220.

(58)

55

Yunita. 2012. Kompetisi Lima Jenis Gulma dan Populasi Gulma pada

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Widayat, D. 2002. Kemampuan Berkompetisi Kedelai (Glycine max [L.] Merill) Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dan Kacang Hijau ( Vigna radiata) terhadap Teki (Cyperus rotundus). Jurnal Bionatura. 4(2): 118-128.

Gambar

Gambar                                                                                                       Halaman
Gambar 1. Gulma Asystasia gangetica ; (a). gulma dewasa dan bibit
Gambar 2.  Gulma Rottboellia exaltata
Gambar 3.  Gulma Cyperus rotundus; (a).Umbi; (b). Gulma dewasa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Halaman X-Presi Riau Pos telah mendapat perhatian dari siswa MAN 1 Pekanbaru, maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap halaman X- Presi Riau Pos, berdasarkan

Penggunaan atasan yang ketat yang biasanya digunakan oleh pria yang bertubuh atletis untuk menunjukkan keatletisan tubuh, dan jarang digunakan oleh pria yang

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Area Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)

APLIKASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ATG (TEORI BEL.. APLIKASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ATG

Nilai rata-rata hasil observasi motivasi siswa dan hasil tes evaluasi prestasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke

Varietas yang masih memunculkan warna polong hijau dan ditemukan tipe simpang yang lain menandakan bahwa dalam proses rejuvinasi sangat perlu dilakukan kegiatan

Kemampuan motorik kasar anak usia dini dalam kegiatan tari dapat diberikan dengan peniruan gerakan melalui inovasi atau kreasi baru yang merupakan kreativitas

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (1) Penggunaan model pembelajaran langsung dapat