PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh Komang Widre
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).
Oleh
Komang Widre
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Pelita
Bangsa Bandar Lampung karena pembelajaran yang masih terpusat pada guru di
kelas. Siswa bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar
kurang memuaskan. Dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk belajar secara aktif dalam
kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan (1) aktivitas belajar
dan (2) hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Pelita Bangsa Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian dan
pem-bahasan diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dapat
ditingkatkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan cara
membagi kelompok berdasarkan kemampuan akademik, memberikan presentasi
Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar diketahui bahwa persentase aktivitas
siswa siklus I sebesar 50% siswa aktif, pada siklus II meningkat 19% menjadi
69% siswa aktif, dan pada siklus III meningkat sebesar 12% menjadi 81% siswa
aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 68,74 dengan
persentase ketuntasan belajar 50%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar
5,51 menjadi 74,25 dengan 68,75% siswa tuntas belajar, dan pada siklus III
rata-rata hasil belajar kembali meningkat sebesar 6,69 menjadi 80,94 dengan
persen-tase ketuntasan belajar 75%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 7
C. Hipotesis Tindakan... 16
III.METODE PENELITIAN A. Setting penelitian ... 17
B. Faktor-Faktor yang Diteliti ... 17
C. Data Penelitian ... 18
D. Teknik Pengumpulan Data ... 18
E. Instrumen Penelitian ... 19
F. Teknik Analisis Data ... 20
G. Pelaksanaan Tindakan ... 22
H. Indikator Keberhasilan ... 26
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam
mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila
tujuan-tujuan yang diharapkan telah tercapai. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang ikut mempengaruhi
siswa seperti lingkungan, teman, keluarga, tenaga pendidik, dan metode
pembelajaran. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
seperti motivasi, minat, perhatian, dan aktivitas siswa.
Dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara siswa dan guru. Interaksi
yang terjadi selama proses pembelajaran adalah aktivitas-aktivitas belajar dan
mengajar. Oleh sebab itu, metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh
guru sangat mempengaruhi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Aktivitas memegang peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar atau proses
belajar. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan aktivitas adalah adanya
kerjasama dan hubungan baik antara guru dan siswa serta perhatian dari guru dan
aktivitas, maka seorang guru dapat memilih model yang tepat dalam pembelajaran
sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa kelas VIIIB
SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013
yang berjumlah 16 siswa, ditemukan bahwa aktivitas yang terjadi selama proses
pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan materi dengan
metode ceramah, memberi contoh soal, memberi soal latihan kemudian diakhiri
dengan pemberian tugas pekerjaan rumah kepada siswa. Hal ini mengakibatkan
siswa cenderung pasif. Siswa hanya mencatat materi dan contoh soal yang
dituliskan di papan tulis, kemudian mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Aktivitas yang ditunjukkan siswa pada semester ganjil tersebut berdampak pada
hasil belajar yang dicapai siswa. Hal ini tampak pada pencapaian rata-rata nilai
matematika pada ujian mid semester yaitu sebesar 68,44 dan yang mendapat nilai
matematika lebih besar atau sama dengan 72,00 hanya enam siswa atau 37,5 %.
Sedangkan pada ujian semester, rata-rata nilai matematika adalah 65,25 dan yang
mendapat nilai matematika lebih besar atau sama dengan 72,00 hanya lima siswa
atau hanya 31,25 %. Persentase tersebut masih jauh di bawah standar ketuntasan
yang ditetapkan pihak sekolah terhadap pelajaran matematika , yaitu minimal 70%
siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 72,00.
Hasil tersebut menggambarkan bahwa proses pembelajaran matematika yang telah
dilakukan pada semester ganjil belum berhasil. Oleh sebab itu perlu dilakukan
3
yang perlu dilakukan adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang
dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif memberikan banyak kesempatan kepada siswa
untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dari segi
akademiknya. Hal ini membuat siswa yang kurang jelas dalam memahami materi
pelajaran dapat bertanya atau berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Setiap
anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif
karena tugas yang diberikan guru menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu
model pembelajaran kooperatif adalah tipe Student Team Achievement Division
(STAD).
Slavin (2005 : 143) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang cocok
untuk para guru yang akan memulai model pembelajaran kooperatif karena model
ini paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif yang lain. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen terutama
dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan atau presentasi
materi oleh guru. Selanjutnya, siswa diminta untuk berkumpul dalam
kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam rangka
memantapkan pemahaman terhadap konsep yang sudah diberikan oleh guru.
Kelompok adalah bagian yang paling penting dalam STAD. Setiap anggota
kelompok harus melakukan yang terbaik untuk kelompok, dan kelompok pun
harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Dalam belajar
individu di dalam kelompok benar-benar telah memahami konsep yang dipelajari
dengan baik dan untuk mempersiapkan anggotanya bisa mengerjakan tes dengan
baik.
Keberhasilan suatu kelompok sangat dipengaruhi oleh anggota kelompok, karena
setiap anggota akan menyumbangkan nilainya untuk menentukan poin
peningkatan individu dan penghargaan kelompok. Untuk mengukur keberhasilan
belajar kelompok, guru memberikan tes kepada masing-masing siswa. Pada saat
tes, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.
Poin sumbangan anggota ke kelompoknya ditentukan berdasarkan tingkat
keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Gabungan poin
sumbangan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok dan hasilnya
dibandingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil
memperoleh poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Dengan
adanya pemberian penghargaan kelompok, siswa akan lebih termotivasi dalam
belajar matematika.
Berdasarkan keterangan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran
di kelas. Apabila siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung menjadi
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Pelita
Bangsa Bandar Lampung ?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, memberikan pengalaman tentang solusi dalam upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika.
2. Bagi siswa, mengembangkan sikap kerja sama, bertanggung jawab, dan
menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan suasana baru dalam
pembelajaran matematika sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar
dapat meningkat diantaranya sebagai berikut :
a) Meningkatkan kebersamaan siswa.
b) Meningkatkan kreativitas siswa.
c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
d) Meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat dan
3. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah tempat penelitian yaitu SMP Pelita Bangsa
Bandar Lampung.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif,
dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini terdiri dari
5 komponen utama, yaitu presentasi singkat oleh guru, kegiatan kelompok,
evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.
2. Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari
memper-hatikan penjelasan guru, siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru,
mengerjakan LKS, berdiskusi antara siswa dalam kelompok,
mempresenta-sikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi.
3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil perolehan siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD
yang ditunjukan dari nilai yang diperoleh siswa pada tes dengan materi
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran.
Menurut Lie (2002: 2)
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan
ke-sempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator.
Pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa untuk belajar dalam kelompok
dimana guru sebagai fasilitator harus mampu mengkondisikan siswa untuk dapat
bekerja dalam kelompok masing-masing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slavin
(2005: 284) yang mengatakan :
Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok
menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok
tersebut mencapai hasil belajar yang tinggi
Model pembelajaran kooperatif menurut Arends (2007: 5) ditandai oleh struktur
tugas, tujuan, dan penghargaan yang kooperatif. Siswa dalam pembelajaran
kooperatif dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.
Pembelajaran kooperatif memiliki bagian-bagian berikut ini :
a) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
b) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan
tinggi.
c) Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.
d) Sistem penghargaannya berorientasi kelompok maupun individu.
Dari penjelasan dan teori-teori di atas dapat disimpukan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif yang
dilakukan dalam kelompok ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya kepada temannya yang lebih memahami. Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan menangani konsep-konsep
9
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan setiap anggota kelompok
bertanggungjawab terhadap keberhasilan anggota kelompok mereka. Keberhasilan
dan kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang terdiri
dari mengajar, belajar dalam kelompok, tes, dan pemberian penghargaan terhadap
kelompok. Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Slavin (2005 : 143) adalah sebagai berikut.
a. Presentasi Kelas
Materi pelajaran disampaikan pada presentasi di dalam kelas. Ini merupakan
pengajaran langsung yang dipimpin oleh guru. Pada pendahuluan ditekankan
pada apa yang dipelajari siswa dalam tugas kelompok, sehingga siswa harus
benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan tes, dan skor tes
menentukan poin kelompok.
b. Belajar Kelompok
Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang. Tiap
kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan tingkat kemampuan akademik dan
jenis kelamin. Fungsi utama dari kelompok adalah memastikan bahwa semua
anggota kelompok benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk
bisa mengerjakan tes dengan baik. Oleh sebab itu, setiap anggota kelompok
harus saling membantu dan bertanggungjawab atas keberhasilan
c. Tes
Tes diberikan setelah dilakukan beberapa pertemuan presentasi. Tes diberikan
secara individu, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakannya.
d. Poin Peningkatan Individual
Setelah tes diberikan dan diperiksa, selanjutnya hasil dari tes ini dibandingkan
dengan skor pencapaian sebelumnya. Skor tes ini akan diberikan poin
peningkatan sesuai dengan kriteria peningkatan. Kriteria pemberian poin
peningkatan menurut Slavin (2005:159) dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.
Skor Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 - 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
e. Penghargaan Kelompok
Kelompok akan mendapat penghargaan apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan
poin peningkatan kelompok. Untuk menentukan poin kelompok digunakan
rumus:
11
Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat tiga penghargaan yang
diberikan. Kriteria penghargaan kelompok tersebut menurut Trianto (2007: 56)
seperti pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok.
Kriteria Predikat Kelompok
Banyak ahli yang memberikan pendapatnya mengenai belajar. Beberapa dari
mereka mengatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seorang individu
untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar. Hamalik (2001:27), mengatakan :
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami.
Kemudian ditambahkan Sardiman (2003 : 21) yang mengemukakan :
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
lain sebagainya.
Selanjutnya, Abdurrahman (1999 : 28) mengatakan :
Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai
tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang berupaya
mencapai tujuan belajar yaitu hasil belajar melalui serangkaian kegiatan.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Aktivitas belajar adalah
segala kegiatan yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari
pelaku belajarnya. Menurut Diedrick (dalam Sardiman, 2003:101), aktivitas
belajar adalah aktivitas yang melibatkan mental dan fisik. Aktivitas tersebut
meliputi:
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato.
4. Writing activities, seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.
5. Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grifik, peta, diagram.
6. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, berkebun, bermain dan beternak.
7. Mental activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah
13
guru, mengerjakan LKS, berdiskusi antara siswa dalam kelompok,
mempre-sentasikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Dimyati ( 1994:3), menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan kegiatan pembelajaran. Dari sisi
guru, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Slameto (2003 : 51) mengemukakan :
Hasil belajar merupakan salah satu yang digunakan untuk memperoleh
laporan tentang hasil pembelajaran yang dicapai siswa.
Selain itu, Hamalik (2001:8) mengatakan :
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak
pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis/ budi pekerti, dan sikap.
Berdasarkan uraian di atas maka hasil belajar siswa adalah laporan pencapaian
tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu
tertentu. Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku,
selain itu hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Melalui
Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam aspek
kognitif.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan siswa
untuk belajar secara kelompok, setiap kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 5
orang. Pembagian kelompok didasarkan pada skor yang diperoleh setiap siswa
sehingga kelompok tersebut bersifat heterogen terutama dari segi kemampuannya.
Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok ini, maka siswa diharapkan dapat
saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan,
menyelesai-kan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil
belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Tujuan dari pembentukan kelompok ini
untuk lebih memotivasi siswa agar memiliki tanggung jawab dalam menguasai
materi, belajar kelompok, melakukan aktivitas bersama, dan mempunyai
kesem-patan yang sama untuk mencapai keberhasilan.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan setiap anggota kelompok
bertanggungjawab terhadap keberhasilan anggota kelompok mereka. Keberhasilan
dan kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berusaha memberikan yang
terbaik kepada kelompoknya karena menjadi tanggung jawab bersama, sehingga
15
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, poin peningkatan individu akan
memberikan hasil yang lebih baik jika mereka bekerja lebih giat dan
memper-lihatkan prestasi yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini akan mendorong siswa
untuk belajar lebih giat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sehingga poin
peningkatan individu pun meningkat. Poin peningkatan individu ini akan sangat
berpengaruh terhadap pemberian penghargaan kelompok. Setiap kelompok akan
mendapat penghargaan sesuai dengan poin peningkatan kelompok.
Siswa yang memiliki kemampuan lebih diharapkan mengajarkan kepada anggota
kelompok yang kemampuannya lebih rendah. Hal tersebut tentu akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan didapat siswa. Sedangkan untuk
siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa
menanya-kan materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi
dengan baik. Dengan demikian, siswa yang memiliki kemampuan yang rendah
akan dapat memahami materi yang diajarkan secara bertahap melalui temannya
yang lebih tinggi kemampuannya sehingga siswa yang memiliki kemampuan
ren-dah akan bisa mendapatkan hasil yang baik dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe STAD
akan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga hasil yang didapat
siswa pun akan meningkat. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif tipe STAD
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa yang
terletak di Jalan Pangeran Emir M. Noer no. 33 Palapa, Tanjung Karang, Bandar
Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan
subyek penelitian ini adalah kelas VIIIB yang memiliki jumlah 16 siswa yang
terdiri dari 7 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Dalam kelas ini terdapat
seorang siswa laki-laki yang berwarganegara asing, sehingga dalam berkomunika-
si perlu adanya penerjemahan materi dan soal ke dalam bahasa inggris. Namun
sejauh ini, peneliti dan siswa lain yang berada dalam kelas ini tidak mengalami
masalah dalam hal berkomunikasi dengan siswa tersebut.
B. Faktor-Faktor yang Diteliti
Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah:
(1) Aktivitas belajar matematika siswa
C. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Aktivitas belajar siswa, merupakan hasil pengamatan selama proses belajar
mengajar
2. Hasil belajar matematika siswa. Data hasil belajar berupa nilai-nilai yang
diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pengajar dan aktivitas
siswa selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan
dengan tindakan. Data aktivitas siswa diperoleh dengan bantuan seorang observer
yang akan mengamati setiap aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan dengan
mengisi lembar observasi dan setiap aktivitas siswa akan ditandai dengan tanda √.
Data aktivitas yang berdasarkan angka dinilai dan dilihat sesuai dengan aktivitas
yang siswa dilakukan. Nilai maksimal diambil melalui standar yang ditetapkan
oleh observer.
2. Tes
Tes diberikan oleh peneliti adalah tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan.
Pemberian tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa
terhadap konsep, kemudian hasilnya digunakan untuk menentukan anggota
19
lembar tes secara individual. Tes ini dilakukan untuk menentukan poin
peningkatan individu untuk menentukan status suatu kelompok dalam pemberian
penghargaan. Tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dari setiap siklusnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan
dan perangkat tes.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi aktivitas siswa disiapkan oleh peneliti dan dengan bantuan
observer kemudian digunakan untuk mengamati aktivitas siswa. Lembar observasi
berbentuk lembaran tabel yang berisi nama kelompok, nama anggota dan jenis
aktivitas yang akan diamati oleh observer. Aktivitas siswa yang diamati sebagai
berikut:
a. Memperhatikan penjelasan guru
b. Siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru
c. Mengerjakan LKS
d. Berdiskusi antara siswa dalam kelompok
e. Mempresentasikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif yang
tidak termasuk dalam lembar observasi. Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti
dan berbentuk lembaran catatan. Catatan lapangan ini digunakan oleh observer
dapat dijadikan perkembangan bagi pelaksanaan langkah berikutnya ataupun
masukan terhadap keberhasilan yang sudah dicapai.
3. Perangkat tes
1. Analisis Data Aktivitas Siswa
Siswa dikatakan aktif melakukan aktivitas ke-i jika siswa tersebut melakukan
aktivitas ke-i lebih dari 70 % dari frekuensi pengamatan yang ditetapkan dan
dibe-ri tanda √. Jumlah aktivitas yang dilakukan siswa pada pertemuan setiap
siklusnya akan dicatat untuk mendapatkan persentase aktivitas. Penghitungan
persentase aktivitas pada setiap siklus digunakan rumus:
%
PAi = Persentase aktivitas siswa pada siklus ke-i
Ai = Jumlah aktivitas siswa yang muncul pada siklus ke-i
A = Jumlah aktivitas yang diamati
Siswa dikatakan aktif pada suatu siklus jika persentase aktivitas yang dilakukan
mencapai lebih dari 70 %. Persentase siswa yang aktif selanjutnya dihitung
21
2. Analisis Data Hasil Belajar
Data hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD diperoleh dengan rata-rata nilai tes yang diberikan setelah
tindakan selesai dilakukan pada setiap akhir siklus dengan rumus:
S
= jumlah nilai tes seluruh siswa
S = jumlah siswa yang mengikuti tes
Presentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus dihitung dengan rumus:
PSt = S St
x 100%
Keterangan:
PSt = Persentase ketuntasan belajar pada siklus ke-j
St = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 pada siklus ke-j
G. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
a. Tahap pra-penelitian
1) Tes awal
Tes ini diberikan untuk mendapatkan skor dasar yang akan digunakan untuk
menentukan poin setiap individu. Nilai tes awal diambil dari nilai semester ganjil
tahun pelajaran 2012/2013.
2) Pembentukan kelompok
Poin yang sudah didapat kemudian diurutkan untuk membentuk kelompok dengan
beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok baik dari segi kemampuan
akademik maupun jenis kelamin.
3) Penjelasan STAD
Menjelaskan maksud serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif STAD kepada seluruh siswa di kelas secara terperinci dengan
harapan siswa memahami setiap ketentuan yang berlaku dalam suatu
kelom-poknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap siswa dalam suatu
kelompok adalah sebagai berikut:
i. Kerjasama
Setiap anggota kelompok harus bisa saling bekerjasama. Anggota kelompok
yang pandai dituntut untuk dapat memberi penjelasan kepada temannya yang
tidak mengerti mengenai materi yang diberikan, sedangkan anggota
kelompok yang masih tidak mengerti diminta untuk bertanya kepada teman
23
ii. Duduk melingkar atau saling berhadapan
Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk
lingkaran atau saling berhadap-hadapan. Hal ini akan memudahkan setiap
anggota kelompok untuk saling berdiskusi.
iii. Aktif
Setiap siswa harus memperhatikan baik-baik pada saat pengajar
menyampaikan materi pelajaran. Setiap siswa harus berani menyampaikan
pendapat, gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik
penjelasan temannya. Dengan ini maka akan tercipta suasana diskusi aktif di
dalam kelas pada saat belajar dalam kelompok.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap
siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan,
pengama-tan, dan refleksi.
1) Perencanaan
Kegiatan dalam perencanaan meliputi :
a) Menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas sebagai
tindakan dalam siklus I,
b) Setelah rancangan pembelajaran ditetapkan, dilanjutkan dengan membuat
skenario pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD sesuai
dengan materi yang telah ditetapkan,
c) Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa sebagai tugas
d) Mempersiapkan lembar pengamatan untuk merekam aktivitas-aktivitas yang
ditunjukkan oleh siswa,
e) Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan yang akan digunakan sebagai
pengukur poin kemajuan individu.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan merupakan penerapan dari
rencana kegiatan pembelajaran yang telah disusun. Proses kegiatannya mengikuti
urutan kegiatan yang terdapat dalam rencana pembelajaran. Urutan kegiatan pada
tahap pelaksanaan ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
(a) Penyajian materi atau presentasi
Penyajian materi dilakukan dalam waktu lebih kurang seperempat dari waktu
yang tersedia. Oleh sebab itu, pokok-pokok materi yang disajikan adalah
pokok materi yang bersifat umum atau secara garis besarnya. Selanjutnya
pengamat akan mencatat aktivitas siswa.
(b) Belajar dalam kelompok
Setelah materi selesai disajikan, siswa akan diberi lembar kegiatan dan diberi
batasan waktu secara singkat (± 5 menit) untuk membacanya. Setelah siswa
selesai membaca lembar kegiatan tersebut, siswa dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok diminta
untuk membahas lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan harus dijawab
oleh siswa dengan cara berdiskusi dalam kelompok. Setelah semua kelompok
selesai menjawab lembar kegiatan, hasil pekerjaan siswa tersebut kemudian
dikumpulkan. Guru kemudian memimpin diskusi antar kelompok untuk
25
(c) Tes individual
Setelah siswa selesai berdiskusi dan belajar dalam kelompok selanjutnya akan
diberi tes secara individual yang juga merupakan salah satu langkah dari
pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD. Pada tes ini,
tidak diperbolehkan untuk saling bekerjasama. Hasil tes ini kemudian
digunakan sebagai skor peningkatan individu untuk menentukan kelompok
terbaik.
(d) Pemberian penghargaan
Skor peningkatan individu yang telah didapat tersebut kemudian ditentukan
poin peningkatan kelompok. Kelompok yang berhasil mengumpulkan poin
terbanyak akan diberi penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai
kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang ada.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai dari proses pembelajaran berlangsung dengan
meng-gunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan peneliti.
4) Refleksi
Pada tahap ini dilakukan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan menganalisis,
memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Analisa
dilakukan secara menyeluruh terhadap hasil tes dan observasi serta menentukan
perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi dalam kegiatan
Adapun kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya
peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya yang dilihat dari perbandingan
nilai akhir dengan nilai awal.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
1) Aktivitas siswa meningkat setiap siklus dan mencapai 70% siswa aktif
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas dan hasil belajar ini, disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita
Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dapat
me-ningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran kooperattif tipe STAD pada
siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun
pelajaran 2012/2013 maka disarankan :
(a) Kepada guru matematika untuk dapat menerapkannya sebagai alternatif
pembelajaran di kelas guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
(b) Kepada calon pendidik untuk dapat terus menggali ilmu dan memahami
Abdurahman, As’ari. 1999.Pembelajaran Matematika Dengan Coopertaif Learning. Makalah.
Arends, Richard I. 2007.Learning to Teach.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2005.Dasar-Dasar Evaluai Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono . 1994.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar. 2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Gaung Persada (GP) Press.
Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Sardiman, A.M. 2003.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada.
Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya: Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.