PENENTUAN KADAR AMONIA PADA
OUTLET
LIMBAH
INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE
SECARA FENAT
TUGAS AKHIR
SAKINAH
112401014
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR AMONIA PADA
OUTLET
LIMBAH
INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE
SECARA FENAT
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli
Madya
SAKINAH
112401014
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PenentuanKadar Amonia Pada Outlet Limbah Industri Karet Dengan Spektrofotometer
UV- Visible Secara Fenat Kategori : Tugas Akhir
Nama : Sakinah Nomor Induk Mahasiswa : 112401014 Program studi : D-3 Kimia Analis Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2014
DisetujuiOleh :
Program Studi D-III Kimia DosenPembimbing Ketua,
Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dra. Saur Lumban Raja, M.Si NIP. 19551218 1987012001 NIP.195506231986012002
Departemen Kimia Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS NIP 195408301985032001
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AMONIA PADA OUTLET LIMBAH INDUSTRI
KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLESECARA
FENAT
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2014
SAKINAH 112401014
PENGHARGAAN
Alhamdulillah,segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Rahmat serta karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “Penentuan Kadar Amonia pada Outlet Limbah Industri Karet Dengan Spektrofotometer UV-Visible secara fenat”, guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi D-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari pihak keluarga dan rekan–rekan sekalian.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya. Teristimewa buat Kedua orang tua penulis yang tercinta ayahanda Alm H.M.Najamuddin Pulungan dan ibunda Hj Sanawiah Harahap yang telah mendidik penulis dan memberikan dukungan moril maupun materil serta limpahan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, juga kepada abang–abang penulis: Mikdat Pulungan ST, Ahmad Sahlul SE, Habibulloh Amd. Dan kepada kakak dan adik penulis yang cantik–cantik : Milda Hayani AM.keb dan Riska Hayani Pulungan.
Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1.Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst, MS selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2.Ibu Dr Emma Zaidar Nst selaku ketua Program Studi D3 Kimia Analis sekaligus sebagai dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam kelancaran kegiatan Akademik .
3.Ibu Dra Saur Lumban Raja selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4.Abanganda Fadhil Maulizandy Amri selaku kepala laboratorium, ibu sumarni dan ibu mardiani yang sangat banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pkl di BARISTAND Industri Medan
5.Teman–teman PKL penulis: anni, melda dan suci yang sama- sama berjuang selama 1 bulan.
6.Teman–teman penulis camelia, sopiah hikmah, khusniah, wulan, dina, marina dan IMKAN 11 yang tidak bisa penulis sebut satu persatu walaupun berjumlah 28 orang, semoga kita menjadi orang-orang yang terbaik.
7.Abanganda Anrul Yusuf Nasution yang selalu membantu dan memotivasi penulis selama penulisan tugas akhir ini.
Demikianlah karya ilmiah ini penulis perbuat dan penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan khusus nya penulis.
Medan, juli 2014 Penulis
PENENTUAN KADAR AMONIA PADA
OUTLET
LIMBAH
INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE
SECARA FENAT
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar amonia terhadap outlet limbah industri karet dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan berasal dari 5 lokasi yang berbeda yang dianalisa secara duplo. Dari hasil analisa diperoleh 2 lokasi yang memenuhi standar yaitu: 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. Sedangkan 3 lokasi tidak memenuhi standar yaitu : 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.
THE DETERMINATION OF THE RATES OF AMMONIA IN
THE INDUSTRIAL WASTE OUTLET OF RUBBER BY USING
SPECTROPHOTOMETERUV-VISIBLE INPHENATE
ABSTRACT
Analysis of the rates ofammonia on theindustrial waste outlet of rubber by using spectrophometer UV-Visiblewas done. The sample of this study was taken from 5 different locations that were analyzed in duplicate. From the analysis, there were 2 locations that fills the standards; 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. While the 3 others did not fills the standards; 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.
3.2.2. Pembuatan Larutan Standar 26 3.2.3. Pembuatan kurva kalibrasi 27 3.2.4. Pengujian amoniak pada sampel 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data HasilPercobaan 29
4.2. Reaksi 30
4.3. Perhitungan 30
4.4.Pembahasan 38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 40
5.2. Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 43
DAFTAR TABEL
Nomor judul Halaman Tabel
4.1 . Data Hasil 29
DAFTAR GAMBAR
Nomor judul Halaman
Gambar
1. Struktur karet alam 18 2. Bagan Alat spektrofotometer 22
UV-Visible
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman lampiran
1. Baku mutu limbah cair 43 Untukndustri karet
PENENTUAN KADAR AMONIA PADA
OUTLET
LIMBAH
INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE
SECARA FENAT
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar amonia terhadap outlet limbah industri karet dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan berasal dari 5 lokasi yang berbeda yang dianalisa secara duplo. Dari hasil analisa diperoleh 2 lokasi yang memenuhi standar yaitu: 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. Sedangkan 3 lokasi tidak memenuhi standar yaitu : 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.
THE DETERMINATION OF THE RATES OF AMMONIA IN
THE INDUSTRIAL WASTE OUTLET OF RUBBER BY USING
SPECTROPHOTOMETERUV-VISIBLE INPHENATE
ABSTRACT
Analysis of the rates ofammonia on theindustrial waste outlet of rubber by using spectrophometer UV-Visiblewas done. The sample of this study was taken from 5 different locations that were analyzed in duplicate. From the analysis, there were 2 locations that fills the standards; 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. While the 3 others did not fills the standards; 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang
tanpa pengolahan ke dalam suatu sumber air. Air limbah adalah sisa dari suatu
usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah
tangga (domestic) maupun industri (industry) (Mulia, 2005 ).
Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis
industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung
pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengolahan limbah cair
yang digunakan dalam industri (Mukono, 2005 ).
Standar mutu air limbah adalah ukuran batas unsur pencemar atau jumlah
unsur pencemar yang dibatasi keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang
atau dilepas kedalam sumber air (Mulia, 2005).
Limbah berdasarkan nilai ekonomisnya dirinci menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah non ekonomis.Limbah yang mempunyai
nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai
tambahan. Sedangkan limbahnon ekonomis adalah limbah yang diolah dalam
Sebagai limbah, keberadaannya cukup mengkhawatirkan terutama yang
bersumber dari pabrik industri.Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan
sebagai bahan bakuindustri. Beracun dan berbahaya suatu limbah ditunjukkan
oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri,baik dari jumlah maupun
kualitasnya.Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, keberadaannya dapat
merusak kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga
perlu di tetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan
(Gintings,1992).
Sistem penanganan limbah telah dirancang untuk menurunkan kadar
limbah sehingga tidak membahayakan lingkungan .Selain itu pada penanganan
limbah tersebut juga diinginkan penghilangan nitrogen dalam bentuk amonia. Hal
ini disebabkan amonia dapat menyebabkan keadaan kekurangan oksigen pada air
karena pada konversi amonia menjadi nitrat membutuhkan 4,5 bagian oksigen
untuk setiap bagian amonia.Bila terjadi perubahan amonia menjadi nitrat maka
kadar oksigen terlarut dalam cairan akan turun yang menyebabkan makhluk
biologis,misalnya ikan tidak dapat hidup (Jenie,1993).
Kadar amonia yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya
pencemaran. Kadar amonia harus rendah, pada air minum kadarnya harus nol dan
pada air sungai harus dibawah 0,5 mg/L (syarat mutu air sungai di Indonesia)
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menentukan kadar
amonia pada Outlet limbah industri karet dengan spektrofotometer UV – Visible secara fenat.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor : Kep
51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Untuk industri karet, kadar
maksimum amonia yang di perbolehkan terdapat pada sampel Outlet limbah karet
jenis karet kering adalah 5 mg/L.
Sehingga yang menjadi permasalahan adalah berapa kadar amonia yang
terdapat dalam Outlet limbah industri karetyang berasal dari 5 lokasi yang berbeda dan apakah telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
1.3.Pembatasan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada penentuan
kadar amonia pada outlet limbah industri karet dengan spektrofotometer UV –
Visible secara fenat.
1.4. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar amonia pada outlet limbah industri karet
2. Untuk mengetahui apakah kadar amonia yang di peroleh telah memenuhi
1. 5. Manfaat
Sebagai informasi mengenai kandungan amonia yang terdapat pada Outlet limbah industri karet yang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri
dan tempat–tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau
zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan (Chandra, 2006).
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemari
lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan manusia (Djatmiko dkk . 2000)
2.1.1. Jenis Limbah
Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah permukiman terdiri dari :
1) Air limbah rumah tangga (yang disebut saniter ),yaitu air limbah dari daerah
perumahan serta sarana–sarana komersial,institusional dan yang serupa
dengan itu.
2) Air limbah industri yaitu bila bahan–bahan buangan industri merupakan
bagian terbesar .
3) Air resapan/aliran masuk,yaitu air dari luar yang masuk kedalam sistem
pembuangan dengan berbagai cara,serta air hujan yang tercurah dari sumber –
sumber seperti pipa.
Sesuai dengan sifatnya,limbah digolongkan menjadi 3 bagian,yaitu:limbah
cair,limbah gas,dan limbah padat.
1) Limbah cair yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik
membutuhkan air untuk pendinginan mesin,lalu memanfaatkan air sungai
yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain.
2) Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai
media.Pabrik mengeluarkan gas,asap, partikel debu melalui udara,dibantu
angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas.
3) Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan
sampingan hasil proses produksi (Gintings, 1992).
2.1.2. Limbah Cair Industri
Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari
pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain
itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga
di dalam proses harus di buang.Jenis-jenis industri yang menghasilkan limbah
cair antara lain pengolah crumb rubber, minyak kelapa sawit,baja dan besi,minyak goreng (Chandra,2006).
2.1.2.1. Sifat –Sifat Limbah Cair Industri
Berdasarkan persenyawaan yang di temukan dalam air buangan
industri,sifat limbah cair tersebut dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik
fisika,kimia,dan karakteristik biologinya.Pengamatan mengenai karakteristik ini
Sifat kimia dan fisika masing-masing parameter dapat menunjukkan akibat yang
akan ditimbulkan terhadap lingkungan(Chandra,2006).
2.1.2.2. Karakteristik limbah cair
Karateristik fisik
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam limbah cair industri
antara lain:
a. Padatan
Berasal dari bahan organik maupun bahan anorganik,baik yang
larut,mengendap maupun yang berbentuk suspensi.Pengendapandi bagian dasar
air akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan dasar
penerima,selain menyebabkan tumbuhnya tanaman air tertentu,seperti eceng
gondok,juga berbahaya bagi makhluk hidup lain dalam air.Banyaknya padatan
menunjukkan lumpur yang terkandung dalam air limbah.
b. Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan
cahaya ke dalam air.Kekeruhan akan membatasi cahaya masuk kedalam air.Sifat
ini terjadi karena adanya bahan yang terapung maupunyang terurai seperti bahan
organik, jasad renik, lumpur,tanah liat dan benda lain yang melayang maupun
terapung.
c. Bau
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat
yang menimbulkan gas.Kuatlemahnya bau yang ditimbulkan bergantung pada
jenis dan banyaknya gas yang dihasilkan.
d. Temperatur
Temperatur air limbah akan mempengaruhi badan penerima apabila
terdapat perbedaan suhu yang cukup besar.Temperatur juga dapat memengaruhi
kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu
memperlihatkan aktivitas kimia dan biologi pada benda padat dan gas dalam air.
Pada suhu yang tertinggi terjadi pembusukan dan penambahan tingkatan oksidasi
zat organik.
e. Daya hantar listrik
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus
listrik,yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat
pengukuran.
f. Warna
Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau tersuspensi
dalam air,selain bahan pewarna tertentu yang mengandung logam berat.
Karakteristik kimia
Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air baik dalam
tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkannya.Secara umum sifat air
dipengaruhi oleh bahan kimia organik dan anorganik
a. Bahan kimia organik
Karbohidrat dan protein, Minyak dan lemak, Pestisida, Fenol, Zat warna dan
b. Bahan kimia anorganik
Klorida, Fosfor, Logam berat dan beracun, Nitrogen, Sulfur.
Karakteristik biologi
Virus merupakan karakteristik limbah cair secara biologi (Chandra,2006).
2.1.3. Kualitas Limbah
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari
kandungan pencemar dalam limbah.Kandungan pencemar dalam limbah terdiri
dari berbagai parameter.Semakin sedikit parameter dan semakin kecil
konsentrasi,menunjukkan peluang pencemar terhadap lingkungan semakin
kecil.Limbah yang diproduksi pabrik berbeda satu dengan yang lain,masing–
masing memiliki karakteristik tersendiri pula.Karakteristik ini diketahui
berdasarkan parameternya.
Apabila limbah masuk kedalam lingkungan,ada beberapa kemungkinan
yang ditimbulkan:
1) Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti
2) Ada pengaruh perubahan tapi tidak menyebabkan pencemaran
Kualitas limbah dipengaruhi berbagai faktor, yaitu volume air limbah,
kandungan bahan pencemar.Penetapanstandar kualitas limbah harus dihubungkan
dengan kualitas lingkungan (Gintings,1992 ).
2.1.4. Dampak Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.Dampak tersebut antara lain:
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan–badan air yang
digunakan oleh manusia.
2. Mengganggu kehidupan dalam air,mematikan hewan dan tumbuhan air.
3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat
anorganik).
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga
terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir (Chandra,2006).
2.1.5. Pengolahan Limbah Cair Industri
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengelolaan terlebih dahulu.Untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik.Adapun tujuan dari
pengelolaan air limbah itu sendiri,antara lain:
1) Mencegah Pencemaran pada sumber air rumah tangga
2) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air
3) Menghindari pencemaran tanah permukaan
Sementara itu,sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus
memenuhi persyaratan berikut:
1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber – sumber air minum.
2) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
3) Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air
didalam penggunaannya sehari – sehari
4) Tidak dihinggapi oleh serangga yang menyebabkan penyakit
5) Tidak terbuka dan harus tertutup
6) Tidak menimbulkan bau, atau aroma tidak sedap.
Menurut tingkat prosesnya,pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi
5 tingkatan.Namun,tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena
pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari
hasil pemeriksaan laboratorium.Dengan mengetahui jenis–jenis parameter dalam
limbah,dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan.Berikutbeberapa tahapan
pengolahan air limbah.
a. Prapengolahan (pretreatment)
Pada tahap ini,saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran
kurang lebih 30 x 30 cm untuk debit air 100 m2/jam sudah cukup baik.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik,saringan dapat dipasang secara seri sebanyak
dua atau tiga saringan.
b. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat
terdahulu.Ada dua metode utama yang dapat dilakukan yaitu pengolahan secara
kimia dan fisika.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan
padatan melalui penambahan zat kimia.Reaksi yang terjadi akan menyebabkan
berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar dari pada air.Tidaksemua reaksi
dapat berlaku untuk semua senyawa kimia (terutama senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun
pengapungan yang di tujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air
limbah.Pengapungandilakukan dengan memasukkan udara kedalam air dan
menciptakan gelembung gas partikel halus terbawa gelembung ke permukaan
air.
c. Pengolahan sekunder
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan
bahan organik melalui proses oksidasi biokimia.Didalam proses biologis
ini,banyak dipergunakan reaktor lumpur aktif dan trickling filter. d. Pengolahan tersier
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang di
tujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun
anorganik.Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik
(filtrasi,destilasi,pengapungan,pembekuan,dan lain–lain)proses kimia (absorbsi
karbon aktif,pengendapan kimia,pertukaran ion,elektrokimia,oksidasi,dan
reduksi) dan proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga)
2.2. Amonia
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah
dan disebut amonium; amonia sendiri berada dalam keadaan tereduksi
(-3).Amonia dalam air permukaan berasal dari air dan tinja; juga dari oksidasi zat
organik (HaObCcNd) secara mikrobiologis,yang berasal dari air alam atau air
buangan industri dan penduduk.
Dapat dikatakan bahwa amonia berada di mana–mana,dari kadar beberapa
mg/L pada air permukaan dan air tanah,sampai kira- kira 30 mg/L lebih,pada air
buangan.Air tanah hanya mengandung sedikit NH3,karena NH3 dapat menempel
pada butir–butir tanah liat selama infiltrasi air ke dalam tanah,dan sulit terlepas
dari butir–butir tanah liat tersebut (Alaert, 1984).
2.2.1. Sifat fisik amonia
Adapun sifat fisik dari amonia adalah :
Amonia (NH3) berbentuk gas tidak berwarna, baunya khas.
Titik didih -33,5°C
Berat molekul 17,03 g
Tidak mudah terbakar
Mudah larut dalam air
Bersifat basa.
(Sumardjo, 2008 )
Aroma amonia kurang enak,sehingga kadar NH3 harus rendah.NH3
tersebut dapat dihilangkan sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan asam
berbahaya atau sampai menjadi N2.Pada air buangan NH3,dapat diolah secara
mikrobiologi melalui proses nitrifikasi menjadi nitrit dan nitrat
(Alaert,1984).
Amonia digolongkan sebagai basa karena sepasang elektron yang tersedia.
H + .. │
H+ + H ─N ─ H → H─ N─H │ │
H H
Didalam teori Lewis basa adalah zat yang memiliki pasangan elektron yang
dapat digunakan bersama. Reaksi asam basa adalah pembentukan ikatan
kovalen antara asam dan basa (Petrucci,1985).
Amonia (NH3) dan garam – garamnya bersifat mudah larut dalam
air.Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia.Amonia banyak
digunakan dalam proses produksi urea,industri bahan kimia (asam nitrat,
amonium fosfat,amonium nitrat dan amonium sulfat), serta industri bubur
kertas dan kertas (pulp dan paper).Sumber amonia di perairan adalah
pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang
terdapat di dalam tanah dan air,yang berasal dari dekomposisi bahan organik
(tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Proses
ini dikenal dengan istilah amonifikasi, ditunjukkan dalam persamaan reaksi:
N organik + O2 → NH3 –N + O2 → NO2-N + O2 → NO3-N Amonifikasi nitrifikasi
(Effendi,2003 ).
Amonia (NH3) dibentuk dengan penambahan basa pada suatu garam
NH4++ OH- → NH3 + H2O
N2 (g) + 3 H2 (g) → 2 NH3
Amonia adalah gas yang berbau khas dan tidak berwarna, dan merupakan
pelarut yang lebih baik bagi senyawa organik namun umumnya adalah pelarut
yang lebih tidak baik bagi senyawa organik ionik. Amonia terbakar diudara
4 NH3 (g) + 3 O2 (g) = 2 N2 (g) + 6 H2O
(Cotton et al. 2007 )
Reaksi netralisasi yang khas pada amonia adalah sebagai berikut:
NH4 Cl + NaNH2→ NaCl + 2NH3
2NH4Cl + PbNH → PbCl2 + 3 NH3
NH4Cl + NaOH → NaCl + NH3 + H2O
(Day, 1993 )
Didalam cairan amonia asam cuka akan berubah menjadi asam mineral
didalam air.
NH3 + CH3CHOOH ↔ NH4+ +CH3COO
-Hidrazina dihasilkan dari oksidasi amonia yang mengandung air dimana lebih
besar daripada natrium hipoklorit.
NH3 + NaOCl ↔ NH2Cl + NaOH
2NH3 +NH4Cl ↔ NH2 NH2 + NH4Cl
Komponen reaktan itu campuran pada saat suhu rendah dan dengan
pemanasan yang cepat dapat merusak reaksi choloramin dengan amonia
(Heslop, 1960 )
Amonia bebas disebut juga nitrogen amonia,dihasilkan dari pembusukan
berkadar amonia bebas rendah dan berkadar nitrogen organik tinggi.Nitrogen
amoniak berkurang kadarnya ketika air limbah dibenahi sedangkan
keseimbangannya tercapai (Mahida,1984).
Amonia merupakan produk utama dari penguraian (pembusukan) limbah
nitrogen organik yang keberadaan nya menunjukkan bahwa sudah pasti terjadi
pencemaran oleh senyawa tersebut.Amonia kadang-kadang ditambahkan kedalam
bahan air untuk air minum atau sumber air dengan pH rendah yang kemudian klor
akan bereaksi dan menghasilkan sisa klor (pada penjernihan air minum ).
Amonia terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak
tercemar.Berbagai sumber antara lain :mikroorganisme,pengolahan air limbah,
industri amonia,dan dari sistem pendingin dengan bahan amoniak.Konsentrasi
yang tinggi dari amoniak dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya
pelepasan gas tersebut.
Amonia hilang dari atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan hasil
nya sebagai basa.Ini merupakan sebuah kunci dalam pembentukan dan netralisasi
dari nitrat dan aerosol sulfat dalam atmosfer yang tercemar amoniak bereaksi
dengan aerosol asam ini untuk pembentukan garam ammonium
NH3 + HNO3 →NH4NO3
NH3 + H2SO4 → NH4HSO4
Diantara aerosol – aerosol atmosfer, garam – garam ammonium termasuk yang
Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan
kematian ikan yang terdapat pada perairan. Keasaman air atau nilai pH nya sangat
mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak.
Pada bentuk cairan, amonia terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak
terionisasi (NH3) dan dalam bentuk ion amonia (NH4). Perbandingan amonia
dalam kedua bentuk tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai pH dan suhu
(Jenie,1993)
2.3. Karet
Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas
dilihat dari sudut industri. Bentuk utama dari karet alam adalah 97% cis–1,4–
poliisoprena dikenal sebagai hevea rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (hevea brasiliensis) yang tumbuh liar di Amerika selatan dan
ditanam di bagian dunia yang lain (Stevens, 2001).
2.3.1. Lateks
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bagian yangdisadap
pohon karet.Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan dengan bahan
tambahan atau tanpa bahan pemantap(zat antikoagulan). Lateks kebun yang baik
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh
Tidak terdapat kotoran atau benda- benda lain seperti daun atau kayu
Tidak bercampur dengan bubur lateks,air,ataupun serum lateks.
Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun
mutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%. (Tim penulis,1999).
Secara umum karet adalah turunan isoprenoid paling penting yang
berbobot molekul lebih besar dari pada bobot molekul tetraterpenoid.Karet adalah
polimer yang mengandung 3000 sampai 6000 satuan isoprene. Sebagian molekul
digambarkan sebagai:
Gambar 1. Struktur karet alam
Karet dapat dibedakan dari guta berdasarkan kekenyalannya dan
kelarutannya yang tidak sempurna dalam hidrokarbon aromatik.Meskipun hanya
sedikit sekali tumbuhan (misalnya hevea brasillensis) yang memungkinkan untuk
memproduksi, karet terdapat dalam banyak tumbuhan dikotil . Dalam beberapa
tumbuhan terdapat sebagai komponen lateks dan dapat diperoleh dengan
menyadap pembuluh lateks (Robinson,1995 ).
2.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
Setyamidjaja (1993) mengemukakan Faktor – faktor yang mempengaruhi
kualitas lateks.Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet,harus memiliki
kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kulitas lateks,
1) Faktor dikebun (jenis klon, sistem sadap,kebersihan pohon dan lain - lain).
2) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi,musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil)
3) Alat – alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari aluminium atau baja tahan karat)
4) Pengangkutan (guncangan,keadaan tangki,jarak,jangka waktu)
5) Kualitas air dalam pengolahan
6) Bahan- bahan kimia yang digunakan
7) Komposisi lateks.
Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dankrep(crepe) adalah ±93
%,sedangkan kandungan air antara 0,3 – 0,9 %. Bilakadar air lebih tinggi yang
disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam
ruangan yang lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jamur akan terjadi dan lazim
disertai dengan timbulnya bintik – bintik warna dipermukaan lembaran.
2.3.3.Bahan – bahan Antikoagulan pada Lateks
Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah :
Soda (natrium karbonat ,Na2CO3 dan Na2CO3.10 H2O )
Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk
yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang (CO2) dalam lateks,
Amoniak
Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan 0,7%NH3 biasa
digunakan untuk pengawetan lateks pusingan (centrifuge latex).Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 ml larutan amoniak 2 - 2,5%.
Natrium sulfit(Na2SO3)
Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan.Untuk pemakaian segera dibuat
larutan 10 % dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5 – 10 ml natrium sulfit 10 %.
(Setyamidjaja, 1993).
Amonia Zat anti koagulan yang banyak digunakan.Apabila segala
sesuatunya dilakukan dengan benar dan cermat,maka hasil yang didapat
dengan menggunakan amoniak akan memuaskan.Lateks yang akan diolah
menjadi crepe hendaknya tidak diberi ammonia secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya.Dosis amonia yang
dipake untuk mencegah terjadinya prokoagulasi adalah 5 – 10 ml larutan
amonia 2,5 % untuk setiap liter lateks. (Tim Penulis, 1999 ).
2.3.4. Pengolahan Air Limbah Karet
Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk–produk yang
diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah.Limbah yang menjadi
masalah dipabrik – pabrik biasanya berupa cairan.Cairan ini dikenal dengan nama
air limbah karet karena memang komponennya sebagian besar terdiri dari air dan
Agar air limbah pengolahan karet bisa dibuang kesaluran–saluran air
umum tanpa membahayakan lingkungan maka air limbah tersebut harus diolah
terlebih dahulu.
Prinsip pengolahan air limbah adalah memisahkan partikel–partikel yang
berbahaya atau tidak diinginkan dari air atau mengubahnya menjadi zat- zat yang
dapat dimanfaatkan. Nilai BOD dan pH limbah dibuat menjadi nilai normal yang
tidak membahayakan pencemaran lingkungan yang biasa timbul harus dicegah
(Tim penulis, 1999 )
2.4. Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer.Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan,direfleksikan atau diemisikan sebagaifungsi dari panjang
gelombang
(Khopkar, 2007).
Spektrofotometri UV-Visible adalah salah satu teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat
(190 – 380 nm) dan sinar tampak (380 – 780 nm ) dengan memakai instrument
spektrofotometer. Spektrofotometri UV- Visible melibatkan energi elektronik yang
2.4.1.Bagan Alat spektrofotometer UV-Visibel
Pada umumnya bagian dasar setiap spektrofotometer UV-Visible :
Gambar 2.Bagan Alat spektrofotometer UV- Visible Keterangan :
SR : Sumber Radiasi D : Detektor
M : Monokromator A : Amplifier atau penguat
SK : Sampel kompartemen VD : Visual display atau meter
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer UV- Visiblememegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait.Setiap fungsi dan peranan tiap
bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal,sehingga akan diperoleh
hasil pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketepatannya.
Sumber Radiasi
Beberapa sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV – Visibleadalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri.
Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari
sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator pada
spektrofotometer UV-Visiblebiasanya terdiri dari susunan : celah (slit) – filter –
prisma – kisi (greating) – celah keluar.
Sel atau Kuvet
Sel dan Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau
dari pemakaiannya kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari
bahan gelas atau leburan silika dan kuvet disposible untuk satu kali pemakaian
yang terbuat dari teflon atau plastik.
Detektor
Detektor merupakan salah satu bagian spektrofotometer UV-Visible yang terpenting. Oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas
spektrofotometer UV-Visible. Fungsi detektor didalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik.
Sinyal elektronik diteruskan oleh detektor harus dapat di amplifikasikan
oleh penguat (amplifier) ke rekorder (pencatat) (Mulja,1995 ).
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang
mengarah ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm.
Sebuah spektrofotometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai
sistem optis yang dapat, menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet
yang masuk dan dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan
pada panjang gelombang yang dipilih dari jangka spektral itu.Sebuah fotometer
adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang di teruskan atau suatu
fungsi intensitas ini. Bila digabung dalam spektrofotometer, spektrometer dan
fotometeritu digunakan secara gabungan untuk menghasilkan suatu isyarat yang
berpadanan dengan selisih antara radiasi yang diteruskan oleh bahan pebanding
dan radiasi yang diteruskan oleh contoh pada panjang – panjang gelombang yang
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat
- Spektrofotometer uv – vis
- Labu alas
- Botol aquadest
- Pipet Volume
- Kuvet
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Alat destilasi
- Labu Erlenmeyer bertutup
- Gelas ukur
- Corong
Bahan
- Amonium klorida (NH4Cl)
- Larutan penyangga borat
- Larutan Asam borat 2 % (H3BO3)
- Larutan NaOH 6N
- Larutan Fenol ( C6H5OH)
- Larutan Pengoksidasi
- Larutan Alkalin sitrat
- Larutan Natrium nitroprusid 0,5 %
- Air suling
- Indikator fenolftalein
- Batu didih
3.2. Prosedur
3.2.1. Preparasi Sampel
- Diukur 300 mL sampel dan dimasukkan kedalam labu alas 500 mL
- Ditambahkan 25 mL larutan penyangga borat
- Dimasukkan beberapa batu didih
- Ditambahakan 2 tetes indikator fenolftalein
- Dibuat pH 9,5 dengan menambahkan larutan NaOH 6 N (diuji dengan
kertas universal )
- Didestilasi selama 1 jam
- Ditampung destilat didalam labu Erlenmeyer yang telah berisi 30 mL
larutan asam borat (H3BO3) 2 % hingga volume mencapai 200 mL
- Ditambahkan dengan air suling sampai volume 300 ml dan sampel siap
3.2.2.Prosedur Pembuatan Larutan Standart
a.Pembuatan larutan induk NH3 1000 ppm
- Ditimbang 3,819 g NH4Cl
- Dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL dengan menggunakan corong
dan diencerkan dengan air suling sampai garis tanda
- Dihomogenkan.
b. Pembuatan larutan baku NH3 100 ppm
-Dipipet 10 mL larutan induk NH3 1000 ppm
-Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan
c. Pembuatan larutan baku NH3 10 ppm
-Dipipet 10 mL larutan induk NH3 100 ppm
-Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan
d. Pembuatan larutan kerja NH3 1 ppm dalam 250 mL
-Dipipet 25 mL larutan induk NH3 10 ppm
-Dimasukkan kedalam labu takar 250 mL
-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan
e. Pembuatan larutan seri standart NH3 (0,1 ; 0,3 ; 0,5; 0,7; 1 ppm)
-Dimasukkan masing – masing kedalam labu takar 50 mL.
-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan
3.2.3. Pembuatan kurva kalibrasi
- Dioptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar NH3,
- Dipipet 25 mL larutan kerja NH3 0,1 ppm;0,3 ppm; 0,5 ppm; 0,7 ppm;1
ppm danmasing -masing dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
- Ditambahkan 1 mL larutan Fenol kedalam masing-masing labu
Erlenmeyer dan dihomogenkan.
- Ditambahkan 1mL larutan Nitroprusid kedalam masing-masing labu
Erlenmeyer dan dihomogenkan.
- Ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi kedalam masing-masing labu
Erlenmeyer dan dihomogenkan serta ditutup.
- Dibiarkan selama 1 jam ditempat yang gelap untuk pembentukan warna.
- Dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya dan dihitung
konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640
3.2.4. Pengujian amoniak pada sampel
- Dioptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar NH3.
- Dipipet masing – masing 25 mL sampel dimasukkan kedalam labu
Erlenmeyer.
- Ditambahkan 1 mL larutan Fenol kedalam masing-masing labu
Erlenmeyer dandihomogenkan.
- Ditambahkan 1 mL larutan Nitroprusid kedalam masing-masing labu
Erlenmeyer dan dihomogenkan.
- Ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi kedalam masing-masing labu
Erlenmeyer dan dihomogenkan serta ditutup .
- Dibiarkan selama 1 jam ditempat yang gelap untuk pembentukan warna.
- Dimasukkan kedalam Kuvet dan diukur Absorbansinya dan dihitung
konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data percobaan
Pada penentuan kadar amonia pada Outlet limbah industri karet dengan spektrofotometer UV– Visible secara Fenat di laboratorium Air Balai Riset
Standarisasi Industri (BARISTAND) Medan, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.1. Penentuan Amonia (NH3)Secara fenat
No Sampel absorbansi Faktor
pengenceran
Konsentrasi (mg/L)
1 Outlet A1 0,3217 50 24,5137
2 Outlet A2 0,3258 50 24,7940
3 Outlet B1 0,5703 10 8,4731
4 Outlet B2 0,5703 10 8,4731
5 Outlet C1 0,4625 10 6,9220
6 Outlet C2 0,4780 10 7,1449
7 Outlet D1 0,0124 2 0,0902
8 Outlet D2 0,0152 2 0,0987
9 Outlet E1 0,0063 2 0,0731
4.2. Reaksi
Penambahan hipoklorit pada sampel amonia menghasilkan mono-chloroamina. NH3 + OCl - → NH2Cl + OH –
Fenol bereaksi dengan mono-chloroamina membentuk senyawa biru indofenol.
4.3. Perhitungan
Pembuatan larutan baku NH3 100 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.1000 = 100.100
V1= 10 mL
Pembuatan larutan baku NH3 10 ppm
V1 .N1= V2 .N2
V1.100 = 100.10
Pembuatan larutan kerja NH31 ppm
V1 .N1 = V2 .N2
V1.10 = 250.1
V1 = 25 mL
Pembuatan larutan seri standart NH3 (0,1 ; 0,3 ; 0,5; 0,7; 1 ppm)
0,1 ppm
V1 .N1= V2 .N2
V1. 1 = 50 .0,1
V1 = 5 mL
0,3 ppm
V1.N1= V2 .N2
V1.1 = 50. 0,3
= 15 mL
0,5 ppm
V1 .N1= V2. N2
V1.1 = 50 . 0,5
= 25 mL
0,7 ppm
V1 .N1= V2. N2
V1.1 = 50. 0,7
Persamaan garis regresi
Dimana : x = konsentrasi sampel
y = absorbansi
a = slope
Perhitungan kadar amonia(mg N/L)
C x fp
Dimana:
C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg / L)
fp = faktor pengenceran
Penentuan Kadar Amonia Sampel A
Outlet A1
Penentuan Kadar Amonia Sampel B
Kadar amonia = C x fp
Penentuan Kadar Amonia Sampel C
Penentuan Kadar Amonia Sampel D
Penentuan Kadar Amonia Sampel E
Outlet E1
Kadar amonia = 0,0365 x 2 =0,0731mg/L
4.4. Pembahasan
Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran
bahan organik yang berasal dari limbah, baik limbah domestik dan limbah
industri. Semakin tinggi kandungan amonia pada limbah akan menyebabkan
keracunan pada biota air, dan jika kadar amonia terlalu tinggi pada suatu perairan
akan menyebabkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh darah pada ikan
oleh sebab itu parameter ini tercantum pada spesifikasi mutu limbah yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah.
Pada hasil analisa kadar amonia pada OutletA ;Outlet B; Outlet C sangat
tinggi. Hal ini menunjukkan kadar amonia pada outlet limbah pabrik tersebut
sudah melewati kadar maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup 51/MENLH/10/1995 tentang baku
mutu limbah cair untuk industri karet jenis karet kering yang kadar maksimumnya
5 mg/L. Tingginya Kadar amonia pada outlet tersebut disebabkan proses
pengolahan limbah pada pabrik tersebut kurang bagus sehingga kadar amonia
yang terdapat pada outlet limbah tersebut tinggi. Konsentrasi amonia yang tinggi
pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada
perairan. Toksisitas amonia juga tergantung dari jumlah amonia yang masuk
dalam sel tumbuhan atau hewan.Pengaruh pH terhadap toksisitas amonia
ditunjukkan dengan keadaan pada kondisi pH rendah akan bersifat racun bila
jumlah amonia banyak, sedangkan pada pH yang tinggi hanya dengan jumlah
Upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan tersebut adalah dengan
mengatur pembuangan air limbah industri dan meningkatkan proses pengolahan
air limbah pada suatu industri sehingga limbah yang akan dialirkan tidak
menimbulkan pencemaran air dan lingkungan.
Sedangkan Kadar amonia padaOutlet D; Outlet E, tidak melewati
persyaratan pemerintah tersebut karena belum melewati kadar maksimum yang
ditetapkan didalam baku mutu limbah cair industri karet kering. Hal ini
disebabkan proses pengolahan air limbah pada pabrik tersebut sudah bagus
sehingga outlet limbah yang akan disalurkan ke air atau lingkungan tidak menimbulkan pencemaran pada biota air dan juga lingkungan tersebut.
Analisa yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat spektrofotometer
UV-Visible yaitu penyerapan sinar tampak suatu molekul yang dapat
menyebabkan eksitasi elektron dalam orbital molekul dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Kelebihan dari spektrofotometer UV- Visibleadalah cara kerjanya sederhana dan dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Sedangkan kekurangan dari spektrofotometerUV-
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukandalam penentuan kadar amonia pada
outlet limbah industri karet dari 5 lokasi yang berbeda dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV- Visiblesecara fenat dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 3 lokasi tidak memenuhi standar amonia yang ditetapkan pemerintah
yaitu: 6,9220 mg/L - 24,7940 mg/L. Sedangkan yang 2 lokasi memenuhi standar
amonia yaitu: 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L.
5.2.Saran
Sampel yang terlalu pekat sebaiknya dilakukan pengenceran terlebih
dahulu agar tidak mengganggu proses analisa.
Analisa pada spektrofotometer sebaiknya dilakukan secara duplo
(dua kali percobaan) atau triplo (tiga kali percobaan) agar diperoleh data yang
DAFTAR PUSTAKA
Achmad , R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : andi.
Alaerts, G. 1986. Metode Penelitian Air . Surabaya : Usaha Nasional. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.
Cotton, A dan Wilkinson, G. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Day, M, C. 1993. Kimia Anorganik Teori . yogyakarta : UGM press. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Gintings,P.1992.Mencegah dan Mengendalikan Pencemaranindustri.Jakarta:PSH
Heslop, R, B and Robinson. Inorganic chemistry. London : Elsevier publishing company.
Jenie, B,S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: kanisius.
Khopkar, SM. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI-Press
Linsley, R,K.1991. Teknik Sumber Daya Air : Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Mahida,U,N.1984.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: c.v.rajawali.
Mulja,M. dan suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga Universitas Press Surabaya
Petrucci, R, H. 1985. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Robinson,T.1995.Kandungan Organik Tumbuhant Tinggi.Bandung: Penerbit ITB
Setyamidjaja,D. 1993. Karet.Yogyakarta:kanisius.
Stevens, M, P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta. PT Pranya Paramita
Sonila Duka and Alqi Cullaj. An Optimal Procedure for Ammonical Nitrogen Analysis in Natural Waters Using Indophenol Blue Method. Natura Montenegrina, Podgorica, 9 (3): 743-751.
Tim Penulis. 1999. Karet. Bogor : Penebar Swadaya.
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC
Mulia, R, M. 2005. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Graha ilmu.
Djatmiko, Margono, Wahyono. 2000. Pendayagunaan industrial waste management . Bandung : PT Aditya Bakti.
Lampiran 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP – 51/MENLH/10/1995
TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL : 23 OKTOBER 1995
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KARET
PARAMETER
LATEKS PEKAT KARET BENTUK KERING
Lampiran 2. Kurva Kalibrasi Untuk Larutan Standart
Kurva kalibrasi untuk larutan standart