DEBT TO EQUITY RATIO
TERHADAP HARGA SAHAM
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Tergabung dalam Grup Astra yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia)
THE INFLUENCE OF PRICE EARNING RASIO
AND
DEBT TO EQUITY RATIO ON STOCK PRICE
(Case Study In The Company Incorporated in Astra Group Listed On The Indonesia Stock Exchange)
AGHNIA NUR HADZAMIE
21110059
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
v
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN MOTO
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9
1.2.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1 Maksud Penelitian ... 10
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 11
1.4.1 Kegunaan Praktis (Applied Research) ... 11
vi
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 13
1.5.2 Waktu Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 15
2.1.1 Price Earning Ratio (PER) ... 15
2.1.1.1Pengertian Price Earning Ratio (PER) ... 15
2.1.1.2Pendekatan Price Earning Ratio (PER) ... 16
2.1.1.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) ... 17
2.1.2 Debt to Equity Ratio (DER) ... 17
2.1.2.1Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) ... 17
2.1.2.2Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menginterpretasikan Debt to Equity Ratio (DER) .... 20
2.1.3 Harga Saham ... 21
2.1.3.1Pengertian Harga Saham ... 22
2.1.3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham ... 23
2.2 Kerangka Pemikiran ... 24
2.2.1 Hasil PenelitianTerdahulu ... 27
2.2.2 Keterkaitan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham ... 30
vii
2.3 Hipotesis ... 32
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 34
3.2 Metode Penelitian... 34
3.2.1 Desain Penelitian ... 36
3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 40
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 43
3.2.3.1Sumber Data ... 43
3.2.3.2Teknik Penentuan Data ... 44
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 48
3.2.5.1Rancangan Analisis ... 48
3.2.5.2Pengujian Hipotesis ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 58
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 58
4.1.2.3Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 58
4.1.2.4Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 59
4.1.2.5Uraian Tugas (Job Description) Bursa Efek Indonesia ... 61
viii
4.1.2.1Analisis Perkembangan Price Earning Ratio (PER)
Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2013 ... 75
4.1.2.2Analisis Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2013 ... 82
4.1.2.3Analisis Perkembangan Harga Saham Pada
Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2013 ... 88
4.1.3 Analisis Verifikatif ... 94
4.1.3.1Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga
Saham Secara Parsial pada Perusahaan yang
Tergabung dalam Grup Astra Periode Tahun
2008-2013 ... 102
4.1.3.2Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga
Saham Secara Parsial pada Perusahaan yang
Tergabung dalam Grup Astra Periode Tahun
2008-2013 ... 107
ix
pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup
Astra Periode Tahun 2008-2013 ... 112
4.2 Pembahasan ... 117
4.2.1 Analisis Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga
Saham Secara Parsial ... 117
4.2.2 Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga
Saham Secara Parsial ... 119
4.2.3 Analisis Pengaruh Price Earning Ratio dan Debt to
Equity Ratio Terhadap Harga Saham Secara Simultan ... 122
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan... 124
5.2 Saran ... 125
x
Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio(DER) dan Harga Saham pada
Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang
Terdaftar di BEI pada tahun 2008-2013... 6
Tabel 1.2 Waktu Penelitian ... 14
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 28
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel... 42
Tabel 3.3 Daftar Perusahaan yang dijadikan Populasi ... 45
Tabel 3.4 Daftar Perusahaan yang dijadikan Sampel ... 47
Tabel 3.5 Interprestasi Koefisien Korelasi ... 55
Tabel 4.1 Perhitungan dan Perkembangan Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013 ... 76
Tabel 4.2 Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013 ... 77
Tabel 4.3 Perhitungan dan Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013 ... 83
Tabel 4.4 Debt to Equity Ratio (DER) pada Perusahaan yang Tergabung
xi
Tabel 4.5 Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan yang
Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2013 ... 89
Tabel 4.6 Harga Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013 ... 90
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 95
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 97
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 98
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi ... 100
Tabel 4.11 Hasil Perhiungan Model Regresi Linier Berganda ... 102
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Parsial Antara Price Earning Ratio dengan Harga Saham ... 103
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Secara Parsial (Uji Statistik t)... 106
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Parsial Antara Debt to Equity Ratio dengan Harga Saham ... 107
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Secara Parsial (Uji Statistik t)... 110
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Simultan ... 112
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Simultan ... 113
xii
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 27
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ... 32
Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 57
Gambar 4.1 Grafik Price Earning Ratio pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Grup Astra Periode 2008-2013 ... 78
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Price Earning Ratio pada Perusahaan
yang Tergabung dalam Grup Astra Periode 2008-2013 ... 81
Gambar 4.3 Grafik Debt to Equity Ratio pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Grup Astra Periode 2008-2013 ... 85
Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Debt to Equity Ratio pada Perusahaan
yang Tergabung dalam Grup Astra Periode 2008-2013 ... 88
Gambar 4.5 Grafik Harga Saham pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Grup Astra Periode 2008-2013 ... 91
Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Harga Sahampada Perusahaan yang
Tergabung dalam Grup Astra Periode 2008-2013 ... 94
Gambar 4.7 Grafik Uji Normalitas Regresi ... 96
Gambar 4.8 Penggambaran Tabel Durbin-Watson pada Hasil Pengujian
Asumsi Autokorelasi ... 101
Gambar 4.9 Gambar Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 pada Hasil
Pengujian Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga
xiii
Pengujian Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga
Saham Secara Parsial (Uji Statistik t) ... 111
Gambar 4.11 Gambar Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 pada Hasil
xiv
LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN PENELITIAN
LAMPIRAN 2 SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
LAMPIRAN 3 BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
LAMPIRAN 4 STRUKTUR ORGANISASI BURSA EFEK INDONESIA
LAMPIRAN 5 LAPORAN KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI TBK. (AALI)
LAMPIRAN 6 LAPORAN KEUANGAN PT ASTRA GRAPHIA TBK. (ASGR)
LAMPIRAN 7 LAPORAN KEUANGAN PT ASTRA INTERNASIONAL TBK. (ASII)
LAMPIRAN 8 LAPORAN KEUANGAN PT ASTRA OTOPARTS TBK. (AUTO)
LAMPIRAN 9 LAPORAN KEUANGAN PT UNITED TRACTORS TBK. (UNTR)
LAMPIRAN 10 HARGA SAHAM AKHIR TAHUN YANG DIGUNAKAN
SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR PRICE EARNING
RATIO PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG
DALAM GRUP ASTRA YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
LAMPIRAN 11 HARGA SAHAM (Y) YANG DIGUNAKAN PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM GRUP
xv
LAMPIRAN 13 LEMBAR REVISI PENGUJI 2
Abied Luthfi Safitri. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Asset, Debt To Equity Ratio DanMarket Value Added dalam Kelompok Jakarta Islamic Index. Management Analysis Journal 2 (2).
Andi Supangat. 2010. Statistik Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Ali Arifin. 2004. Membaca Saham. Yogyakarta: Andi.
Arief Sugiono. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta : Grasindo.
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Bambang Wahyudiono. 2014. Mudah Membaca Laporan Keuangan. Jakarta : Penerbit Raih Asa Sukses.
Bijan Vasigh, Ken Fleming, dan Liam Mackay. 2010. Foundations of Airline Finance, Methodology and Practice. Burlington : Ashigate.
Brigham Eugene. F. dan J. F. Housten. 2010. Fundamental of Financial Statement : Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sebelas. Terjemahan Ali Akbar Yulianto. Jakarta. Salemba Empat.
Didit Herlianto. 2013. Manajemen Investasi Plus Jurus Mendeteksi Investasi Bodong. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius.
Fakhruddin dan Hadianto Sopian. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Saham. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Yogyakarta : Penerbit Indonesia Cerdas.
Gujarati Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar, Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Handono Mardiyanto. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta : Grasindo.
Hidayat Taufik. 2010. Buku Pintar Investasi : Reksadana, Saham, Stock Option, Valas Emas. Cetakan Pertama. Jakarta : Media Kita.
Higgins C. Robbert. 2009. Analysis for Financial Management. New York : McGraw-Hill.
Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Bandung: Alfabeta.
Jack Guinan. 2010. INVESTOPEDIA : Cara Mudah Memahami Istilah Investasi, Cetakan I. Jakarta : Hikmah.
Jogiyanto Hartono. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.
John R. Graham dan Scott B. Smart. 2012. Introduction to Corporate Finance, Third Edition. South-Western : Cengage Learning.
Jonni Manurung dan Adler Haymans. 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Jakarta : Salemba Empat.
Jopie Jusuf. 2007. Analisis Kredit untuk Account Officer, Cetakan Kedelapan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Joseph F. Hair, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E., Anderson, dan Ronald L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis, Sixth Edition. New Jersey : Pearson Eucation.
Kuswandi. 2006. Memahani Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Saham PT Bank Mandiri Tbk di Bursa Efek Indonesia. ASSETS Volume 2 Nomor 2.
Moh. Nazir. 2009. Metoe Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya : Erlangga.
Muhammad Nauman Khan. 2012. Determinants Of Share Prices At Karachi Stock. Internatinal Journal of Bussines and Management Studies Vol 4, No 1, ISSN: 1309-8047.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nidhi Malhotra. 2013. Determinants of Stock Prices: Empirical Evidence from NSE 100 Companies. IRACST- International Journal of Research in Management & Technology.(IJRMT), ISSN: 2249-9563 Vol. 3, No.3.
Prastowo Dwi. (2002). Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Pearce John A. dan Richard B. Robinson. 2008. Manajemen Strategis – Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Sepuluh Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Putu Dina Aristya Dewi dan I.G.N.A. Suaryana. 2013. Pengaruh EPS, DER, dan PBV terhadap Harga Saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udaya 4.1, 215-229 ISSN : 2302-8556.
Robert Ang. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft Indonesia.
Sapto Rahardjo. 2006. Kiat Membangun Asset Kekayaan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Media Komputindo.
Sri Ratna Hadi. 2013. Sukses Membeli Saham Tanpa Modal Secara Otodidak. Jakarta : Laskar Askara.
Sri Zuliami. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Aplikasi Bisnis Vol. 3 No.1.
Stella. 2009. Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan akuntansi Vol. 11 No. 2.
Suad Husnan. 2003. Dasar-Dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keenam. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Thomas Athanasius. 2012. Panduan Cerdas Berinvestasi. Jakarta : PT Elex Media Kopotindo.
Uma Sekaran. 2009. Research Methode For Business (Metode Penelitian untuk Bisnis). Jakarta : Salemba Empat.
Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi. Genesis.
DasarManajemenKeuangan. Terjemahan Alfonsus Sirait. Jakarta : Erlangga.
Zalmi Zubir. 2011. Manajemen Portofolio : Penerapannya dalam Investasi Saham. Jakarta : Salemba Empat.
www.idx.co.id
iii
Assalamu’alaikum Wr.Wb.,
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segala puji dan syukur peneliti
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin rahmat serta hidayan-Nya,
penulisan Skripsi Penelitian yang berjudul “Pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham” (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) dapat diselesaikan.
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
Program Studi Strata I pada Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
Peneliti menyadari penyajian Skripsi ini masih belum mendekati
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran
yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi
perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., Selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., S.Pec., Lic, Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
iv
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
5. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan arahan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.
6. Yang Tercinta Kedua Orang Tua KH. Idad Anwar Musaddad dan Hj.
Naila Atiyah serta seluruh kakak-kakak, Subhan Saepul Malik dan Mia
Nur Khuzaimi, dan Dicky Yohana yang selalu memberikan motivasi,
dukungan dan nasehat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk sahabat-sahabat terbaik saya, Sari Fitriani Sundari, Aji Umar Hadi,
Gishela Sucianalasari, Fariz Ahmad F., Gilang Rhamdani, Marisa Hardi,
Bagus Sukma Julianto, Azzahra Fadhila, Irfan Fahrizal, Dinni
Khairunnisa, Dini Andriani, Ecep Randi, Mulyani, yang telah memberikan
semangat dalam segala hal, terimakasih atas kebersamaan selama ini.
8. Serta teman-teman AK-2 yang telah memberikan dukungan. Kenangan
bersama kalian tidak akan pernah hilang dalam ingatan.
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun
bagi pihak yang berkepentingan.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb.,
Bandung, Juli 2014
Penulis,
1
BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Setiap Negara yang ingin mencapai kemajuan seperti yang telah dialami
oleh Negara maju harus memahami cara-cara yang telah ditempuh oleh Negara
maju. Setiap Negara berkembang akan saling berlomba mendapatkan investor
internasional untuk mencapai kemajuan yang diidamkan (Mohamad Samsul,
2006:5).
Kekuatan ekonomi suatu bangsa tercermin dari kelengkapan dan
efektivitas lembaga pasar yang dimilikinya. Lembaga pasar tersebut, meliputi
pasar uang, pasar komoditas, pasar modal, dan pasar berjangka. Sebagian
masyarakat membutuhkan uang dan barang, sementara sebagian lain kelebihan
uang dan barang. Sifat kelebihan dan kebutuhan tersebut dapat berupa jangka
pendek maupun jangka panjang. Kelebihan dan kebutuhan uang jangka pendek
ditampung oleh lembaga pasar modal. Disisi lain, kelebihan dan kebutuhan barang
jangka pendek ditampung oleh lembaga pasar komoditas (Mohamad Samsul,
2006:40).
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari satu tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai, “kegiatan yang
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.” (Mohamad Samsul, 2006:43)
Pasar modal Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian Negara.
Dengan adanya pasar modal (capital market) investor sebagai pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas
dengan harapan memperoleh imbalan (return). Sedangkan perusahaan sebagai
pihak yang memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk
mengembangkan proyek-proyeknya. Dengan alternatif pendanaan dari pasar
modal, perusahaan dapat beroperasi dan mengembangkan bisnisnya dan
pemerintah dapat membiayai berbagai kegiatannya sehingga meningkatkan
kegiatan perekonomian Negara dan kemakmuran masyarakat luas (Eduardus
Tandelilin, 2010:61).
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, dan produk turunan atau biasa
disebut derivative (Mohamad Samsul, 2006:45). Setiap investor yang melakukan
investasi saham memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan capital gain, yaitu
selisih positif antara harga jual dan harga beli saham, dan deviden tunai yang
diterima dari emiten karena perusahaan memperoleh keuntungan. Selain memiliki
tujuan yang sama, investor juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu
untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang
(Mohamad Samsul, 2006:161).
Saham adalah sekuritas kepemilikan dalam suatu bisnis atau perusahaan,
perolehan danamelalui penerbitan atau penjualan saham baru perusahaan
ditentukan oleh harga saham. Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan maka
jumlah dana yang dapat diperoleh melalui penjualan saham akan semakin tinggi,
dan tambahan perolehan dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai
peningkatan aktivitas perusahaan (Jonni dan Adler, 2009:5)
Menurut Zalmi Zubir (2011), pada hakikatnya, harga saham perusahaan
ditentukan oleh prospek perusahaan tersebut di masa mendatang. Harga saham
adalah cerminan dari pengelolaan perusahaan yang baik oleh manajemen untuk
menciptakan dan memanfaatkan prospek usaha, sehingga memperoleh
keuntungan dan mampu memenuhi tanggung jawabnya terhadap pemilik,
karyawan, masyarakat, dan pemerintah. Pergerakan harga saham atau naik turun
harga saham dapat mendatangkan keuntungan dan kerugian bagi investor.
Pergerakan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh perubahan kondisi
fundamental perusahaan, lingkungan usaha, indikator ekonomi lainnya (seperti
tingkat bunga), serta permintaan dan penawaran saham di bursa.
Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual
dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan terhadap profit
perusahaan. Dalam aktivitas di pasar modal, harga saham merupakan faktor yang
sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan
investasi, karena harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan. Semakin
tinggi nilai harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan juga
sebaliknya. Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti
permintaan atau penawaran atas saham yang fluktuatif tiap harinya akan
membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan
saham lebih besar, maka harga saham akan cenderung naik, sedangkan pada
kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan menurun
(Saptadi, 2007).
Dalam melakukan analisis saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dan mengestimasi
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang
dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham (Suad Husnan, 2003:303). Analisis rasio-rasio keuangan membantu
investor mengetahui kinerja perusahaan baik secara keseluruhan, maupun
mendetail dari waktu ke waktu. Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan
menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang
ditunjukan dalam Neraca atau Laporan Laba Rugi (Kuswandi, 2006:2). Rasio
keuangan dapat dikelompokan menjadi rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar (Handono Mardiyanto,
2009:66).
Rasio nilai pasar (market value ratio), bertujuan untuk mengetahui prospek
investasi pada suatu perusahaan. Hasil analisis rasio ini akan memudahkan
investor dalam membandingkan antara kinerja saham suatu perusahaan dan
informasi tentang perusahaan, salah satu jenis analisis rasio ini adalah Price
Earning Ratio (PER) (Sapto Rahardjo, 2006:113).
Price Earning Ratio (PER) menunjukan jumlah yang rela dibayarkan oleh
investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan (Brigham dan Houston,
2010:150). Price Earning Ratio (PER) sebagai cara penilaian untuk mengetahui
nilai saham yang sesungguhnya dari suatu perusahaan. PER ini digunakan untuk
menganalisis harga saham yang menunjukan harga yang tidak wajar (Bambang
Wahyudiono, 2014:123). Informasi PER mengidentifikasikan besarnya rupiah
yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning
perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah
earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif
dari sebuah saham perusahaan (Eduardus Tandelilin, 2010:375).
Leverage Rasio atau Solvability Ratio bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Ukuran
yang dipakai untuk mengetahui leverage perusahaan adalah dengan menggunakan
Debt to Equity Ratio (Freddy Rangkuti, 2011:184).
Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara total kewajiban
(total utang) dengan total modal sendiri (equity). Rasio ini menunjukan sejauh
mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini juga dapat dibaca sebagai
perbandingan antara dana pihak luar dan dana pemilik perusahaan yang
dimasukan ke perusahaan (Freddy Rangkuti, 2011:184). Jika nilai DER mengecil,
akan semakin terjamin, karena perusahaan memiliki tingkat risiko keuangan yang
semakin baik (Freddy Rangkuti, 2011:185).
Grup Astra merupakan salah satu grup usaha terbesar nasional saat ini,
Astra telah mampu membangun reputasi yang baik serta menjadi bagian dari
keseharian dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di tanah air. Grup Astra
merupakan termasuk dalam kategori emiten saham terbaik yang pernah meraih
Capital Market Awards pada tahun 2011 yang diberikan oleh Bursa Efek
Indonesia, Kliring Peminjaman Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI). Pada pemberitaan Jumat, 27 Agustus 2010 yang dilansir
oleh salah satu media online yaitu VIVAnews, bahwa saham-saham yang
melemah paling besar diantaranya dikuasai oleh Grup Astra, seperti PT Astra
Internasional Tbk. (ASII) PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), dan PT Astra
Otoparts Tbk. (AUTO). Kenaikan dan penurunan harga saham perusahaan
tersebut dapat dianalisis melalui indikator-indikator yang membentuknya, salah
satunya melalui beberapa analisis rasio yaitu Price Earning Ratio (PER) dan Debt
to Equity Ratio (DER).
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio (DER) dan Harga Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di BEI
2. PT Astra Graphia Tbk.
Sumber :www.idx.co.id (Data telah dilakukan pengolahan)
Keterangan :
pada setiap tahun, sejak periode 2008 hingga 2013.
Pada tahun 2014, harga saham PT Astra Internasional Tbk (ASII)
setelahpublikasi laporan keuangan menurun dari harga saham tahun sebelumnya
(ASII) yaitu sebesar Rp 6.950, menurun dari Rp 7.950 pada tahun sebelumnya
yaitu tahun 2013. Namun, penurunan harga saham tersebut sejalan dengan
penurunan pada variabel Debt to Equity Ratio (DER) di tahun 2013, disaat
seharusnya ketika harga saham turun, DER perusahaan meningkat. Angka untuk
variabel Debt to Equity Ratio (DER) pada 2013 yaitu sebesar 1,02, angka tersebut
menurun dari 1,03 di tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2012.
Selain itu, pada tahun 2013, harga saham PT United Tractors Tbk.
(UNTR) juga mengalami penurunan harga saham, dari harga Rp 29.200,- di tahun
2012, menjadi Rp 19.700,- pada tahun berikutnya yaitu 2013. Sama halnya
dengan PT Astra Internasional Tbk. (ASII), penurunan harga saham yang terjadi
pada PT United Tractors Tbk. (UNTR) pun tidak bersamaan dengan kenaikan
variabel Debt to Equity Ratio, yang sebaliknya variabel Debt to Equity Ratio
perusahaan mengalami penurunan dari angka 0,69x pada tahun 2011, menjadi
0,56x pada tahun 2012.
Penurunan harga saham yang tidak diikuti dengan meningkatnya variabel
DER tersebut diindikasikan karena terjadi penurunan pada variabel PER. Investor
tidak menjadikan pertimbangan utama resiko yang akan didapat apabila jumlah
hutang pada perusahaan terus mengalami kenaikan dibandingkan dengan jumlah
modal pemegang sahamnya, namun investor diduga lebih melihat keuntungan
yang di dapat perusahaan yang tercermin dari setiap kenaikan atau penurunan
variabel PER dalam perusahaan.
Berdasarkan yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian
penelitian dengan judul “Pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham” (Studi Kasus pada Perusahaan yang Tergabung dalam Grup Astra yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari berbagai uraian fenomena yang terjadi pada perusahaan yang
tergabung dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2008-2013, dapat diambil beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pada tahun 2014, harga saham PT Astra Internasional Tbk. (ASII)
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya pada tahun 2013, namun
penurunan harga saham tersebut tidak diikuti dengan kenaikan
variabel Debt to Equity Ratio (DER), sebaliknya Debt to Equity Ratio
(DER) pada PT Astra Internasional Tbk. (ASII) mengalami
penurunan. Penurunan harga saham tersebut diindikasikan karena
varibel Price Earning Ratio (PER) mengalami penurunan.
2. Penurunan harga saham terjadi pada PT United Tractors Tbk. (UNTR)
pada tahun 2013, namun penurunan harga saham tersebut sejalan
dengan penurunan variabel Debt to Equity Ratio pada PT United
Tractors Tbk. (UNTR), disaat seharusnya Debt to Equity Ratio
perusahaan mengalami kenaikan jika harga saham menurun.
Diindikasikan penurunan harga saham tersebut terjadi karena variabel
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga
saham pada perusahaan yang tergabung dalam Grup Astra yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga
saham pada perusahaan yang tergabung dalam Grup Astra yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Seberapa besar pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan yang
tergabung dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh Price
Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada
perusahaan yang tergabung dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahuai besarnya pengaruh Price Earning Ratio (PER)
terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Grup
Astra yang terdaftar di Bursa Efsek Indonesia.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Grup
Astra yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan
yang tergabung dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang
berhubungan dalam pelaksanaan penelitian ini secara langsung maupun tidak
langsung. Menurut Uma Sekaran (2009), kegunaan penelitian dapat dilakukan
untuk dua tujuan berbeda. Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dibagi menjadi
dua yaitu kegunaaan praktis (Applied Research) dan kegunaan akademis (Basic
Research).
1.4.1 Kegunaan Praktis (Applied Research)
Kegunaan ini bertujuan untuk memecahkan masalah mutakhir yang
Dari definisi diatas maka kegunaan penelitian berdasarkan penelitian
terapan adalah untuk memecahkan masalah Price Earning Ratio (PER) dan Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham, sehingga diperoleh kegunaan praktis
yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman
dan masukan bagi perusahaan, khususnya perusahaan yang tergabung
dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
meningkatkan lagi kinerja keuangan perusahaan dari segi Price
Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) sehingga dapat
menarik minat para investor untuk berinvestasi di perusahaannya dan
dapat menjaga kestabilan harga saham bank-bank tersebut.
2. Bagi Investor
Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham perusahaan sehingga investor dapat
berinvestasi dengan aman pada perusahaan yang memiliki kinerja
keuangan yang baik dan selalu meningkat.
1.4.2 Kegunaan Akademis (Basic Research)
Kegunaan akademis dilakukan untuk menghasilkan pokok pengetahuan
dengan berusaha memahami bagaimana masalah tertentu yang terjadi dalam
Dari uraian diatas maka kegunaan penelitian jika dilihat dari penelitian
dasar adalah agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk
pengembangan ilmu akuntansi khususnya tentang pengaruh Price Earning Ratio
(PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham dan dapat dijadikan
masukan jika ada penelitian yang serupa berikutnya. Dari penjelasan diatas, maka
dapat dikatakan bahwa kegunaan akademis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, referensi
dan kemudahan bagi pengembangan pengetahuan ilmu akuntansi
khususnya yang mengkaji tentang pengaruh Price Earning Ratio
(PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi atau masukan bagi
peneliti selanjutnya, khususnya bagi yang mengkaji mengenai topik
pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap harga saham dan menambahkan variabel lain yang tidak
diteliti.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang tergabung dalam Grup
Astra yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan memperoleh data sekunder
yang berasal dari Pusat Informasi Pasar Modal Kantor Perwakilan Bandung,
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan digambarkan melalui
tabel. Berikut penggambaran tabel yang dimaksud :
15
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Price Earning Ratio (PER)
2.1.1.1 Pengertian Price Earning Ratio (PER)
Menurut Didit Herlianto (2013:114), bahwa :
“Rasio Harga Pendapatan (Price Earning Ratio/PER) menggambarkan
apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan
(Harga saham dibagi dengan Earning).”
Menurut Robbert C. Higgins (2009:58), Price Earning Ratio yaitu sebagai
berikut :
“The P/E ratio is the price of one dollar of current earnings and is a
means of normalizing stock prices for different earnings level across companies.”
Artinya, P/E ratio adalah harga untuk satu dolar dari pendapatan saat ini dan
merupakan sarana normalisasi harga saham untuk tingkat pendapatan yang
berbeda di seluruh perusahaan.
Selain itu, menurut Irham Fahmi (2009:78), Price Earning Ratio (PER)
adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham)
dengan earning pershare (laba perlembar saham). Menurut Pearce dan Robinson
(2008:245), bahwa perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Nilai price
earning ratio tidaklah tetap, namun selalu berubah mengikuti pergerakan saham.
Oleh karena itu, para analis saham biasanya memasukan pertimbangan beli atau
jual sebuah saham karena nilai price earning ratio sudah terlalu rendah atau tinggi
(Gregorius Sihombing. 2008 : hal 88).
Menurut Eduardus Tandelilin (2010:320) pengertian price earning ratio
(PER) yaitu:
“PER adalah rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning
perusahaan.Investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin
dalam harga suatu saham”.
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Price
Earning Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur harga pasar
saham untuk setiap lembar saham yang dibandingkan dengan laba per lembar
saham itu sendiri.
2.1.1.2 Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan PER dikenal dalam metode penilaian saham berdasar analisis
fundamental. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai
oleh kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER atau disebut
juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier)
nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER
menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning
perusahaan. Misalkan, PER suatu saham sebanyak 3 kali, berarti harga saham
memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk
memperoleh setiap RP 1,- earning perusahaan (Eduardus Tandelilin, 2010:320).
2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)
Eduardus Tandelilin (2010:321) Variabel-variabel yang mempengaruhi
PER atau disebut juga faktor-faktor multiplier earning adalah sebagai berikut :
1. Rasio pembayaran deviden (Devidend Payout Ratio/DPR)
2. Tingkat return yang disyaratkan investor dari saham bersangkutan.
3. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan dari saham tersebut.
Menurut Irham Fahmi (2009:78), Price Earning Ratio dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
PER = Price Earning Ratio
MPS = Market Price Pershare (harga pasar perlembar saham) EPS = Earning Pershare (laba perlembar saham)
2.1.2 Debt to Equity Ratio (DER)
2.1.2.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Kasmir (2012:157), menyatakan bahwa :
“Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas”.
Sedangkan menurut Arief Sugiono (2009:71), Debt to Equity Ratio (DER)
ini menunjukan perbandingan utang dan modal. Rasio ini merupakan satu rasio
yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat
memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari
perusahaan tersebut.
Bijan Vasigh, Ken Fleming, dan Liam Mackay (2010:178) menyatakan
bahwa Debt to Equity Ratio (DER) sebagai berikut :
“The debt to equity ratio, determines the proportion of the company’s
capital structure that is composed of equity. It helps determine where the funding for company exists, and how heavily weighted the company is to either debt financing or equity financing. The debt to equity structure of a company can also indicate the variability of future earnings, as more heavily debt financed companies will incur larger swings in profitability as a result of increased interest expenses. Additionally, the resultant financial structure of a company helps determine the cost of capital, an important metric used in financial decision making.”
Artinya bahwa DER, menentukan proporsi struktur modal perusahaan
yang terdiri dari ekuitas. Ini membantu menentukan di mana dana untuk
perusahaan tersedia, dan bagaimana berat tertimbang perusahaan, baik pada
pembiayaan utang atau pembiayaan ekuitas. Struktur DER dalam perusahaan juga
dapat mengindikasi perubahan laba di masa depan, apabila lebih banyak
perusahaan yang didanai oleh utang maka akan mendatangkangoncangan yang
lebih besar terhadap profitabilitas sebagai akibat dari peningkatan beban bunga.
Selain itu, struktur keuangan yang dihasilkan perusahaan membantu menentukan
biaya modal, yang merupakan metrik penting yang digunakan dalam pengambilan
Selanjutnya menurut Jack Guinan (2009:82) bahwa ukuran leverage
keuangan perusahaan, dihitung dengan membagi total kewajiban (liabilities)
dengan total ekuitas, ini mengindikasi proporsi saham dan utang dalam
pembiayaan asset perusahaan. DER yang tinggi berarti sebuah perusahaan telah
melaksanakan pembiayaan yang agresif sehingga perusahaan tumbuh bersamaan
dengan utangnya. Ini akan menimbulkan volatilisas keuntungan sebagai hasil
adanya tambahan biaya bunga. Jika utang dalam jumlah besar digunakan untuk
peningkatan operasional (utang tinggi dibandingkan ekuitas), perusahaan akan
mampu menciptakan pendapatan lebih banyak dibandingkan jika tidak
menggunakan pembiayaan dari luar. Jika peningkatan pendapatan lebih tinggi
dibandingkan pertambahan biaya utang (bunga), pemegang saham akan
mendapatkan pendapatan lebih dan ini akan dibagikan ke seluruh pemegang
saham. Namun, ketika ongkos pembiayaan utang melebihi keuntungan yang
mampu diciptakan perusahaan melalui utang, ini akan menimbulkan masalah
dalam perusahaan, bias mengarah padakebangkrutan, dan ini membuat pemegang
saham todak menerima apa-apa dari perusahaan. DER juga bergantung pada jenis
industri perusahaan. Contoh : industri padat modal seperti otomotif berkeinginan
memiliki DER diatas 2, sementara perusahaan computer personal ingin DER nya
dibawah 0,5.
Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio Debt
to Equity Ratio (DER) ini menunjukan perbandingan antara total kewajiban
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menginterpretasikan
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut (Jopie Jusuf, 2007:56), secara umum dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi rasio ini maka resiko kreditur (termasuk bank) semakin besar
karena DER yang tinggi berarti semakin rendah tingkat kemanan dana yang
ditempatkan oleh kreditor dalam bisnis tersebut.
Walaupun demikian, untuk memperoleh analisis yang lebih tajam, dalam
menginterpretasikan rasio ini kita perlu memperhatikan beberapa hal :
1. Sifat (karakteristik) dari industri yang bersangkutan.
Bisnis perbankan misalnya, memiliki leverage yang sangat tinggi
karena dalam bisnis perbankan sebagian besar aktivitas bisnis dibiayai
oleh dana pihak ketiga, yaitu tabungan, deposito, dan lain-lain. Untuk
industry ini, malah leverage yang rendah merupakan keanehan. Hal
yang sebaliknya berlaku untuk industri konsultan perkawinan
misalnya. Untuk industri ini seharusnya leverage adalah rendah
karena dalam aktivitas bisnis mereka tidak perlu memperoleh banyak
pinjaman (paling-paling untuk investasi ruang praktek).
2. Sifat dari utang perusahaan.
Setiap utang memiliki sifatnya masing-masing yang dapat
berbeda-beda. Utang pajak misalnya, memiliki kekuatan “memaksa” yang
lebih kuat dibandingkan utang dagang karena utang pajak merupakan
pada pemegang saham (Shareholder’s Loan) mungkin memiliki
“tekanan” yang lebih kecil dibandingkan utang dagang.
3. Komposisi utang jangka panjang (Long Term Debt) dengan utang
jangka pendek (Short Term Debt).
Bila sebagian besar utang adalah jangka pendek, risiko bisnis adalah
lebih besar dibandingkan bila sebagian besar utang adalah jangka
panjang.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) menurut
Menurut Kasmir (2012:157), yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
DER = Debt to Equity Ratio
Total Liabilities = Total Kewajiban Total Equity = Total Ekuitas
2.1.3 Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Perusahaan dapat menerbitkan
dua jenis saham yaitu sahan preferen dan saham biasa (Thomas Athanasius,
2012:14). Setiap saham yang dikeluarkan oleh perusahaan memiliki harga. Harga
nominal saham adalah harga yang tercantum pada lembar saham yang diterbitkan.
Harga ini akan digunakan untuk tujuan akuntansi yaitu mencatat modal disetor
penuh (Hidayat, 2010:103)
2.1.3.1 Pengertian Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2011:143) bahwa harga saham yaitu sebagai berikut :
“Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya
harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di
pasar modal”.
Sedangkan, Sri Ratna Hadi (2013:179) mendefinisikan harga saham sebagai berikut :
“Harga saham adalah nilai saham dalam rupiah yang terbentuk akibat
terjadinya aksi pembelian dan penawaran saham di bursa efek oleh sesame
anggota bursa.”
Adapun pengertian lain yang dikemukakan oleh Sawidji Widoatmodjo
(2005:56), bahwa harga saham adalah harga jual saham dari investor yang satu
kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa
utama maupun OTC (Over the counter market).
Selain itu, menurut Sunariyah (2010:128) mendefinisikan harga saham
adalah harga selembar saham yang berlaku dalam pasar saat ini di bursa efek.
Dari beberapa pengertian mengenai harga saham diatas dapat disimpulkan
bahwa harga saham merupakan harga selembar saham yang berlaku di pasar bursa
pada saat tertentu yang besaran nilai saham tersebut ditentukan oleh permintaan
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan
Brigham (2001:26) adalah :
1. Laba per lembar saham
Jumlah pendapatan atau keuntungan bersih dikurangi saham biasa
untuk setiaplembar sahamyang beredar saat menjalankan operasinya
dalam suatu periode.
2. Tingkat Bunga
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham
danganobligasi. Apabila tingkat bunga naik maka investor akan
menjualsahamnya ditukar dengan obligasi. Ini akan menurunkan
harga saham.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, bunga adalah biaya, semakin
tinggisuku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku
bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang akan
mempengaruhi labaperusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Pembagian deviden dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dalam
bentukdeviden dan sebagian lagi sebagai laba ditahan. Peningkatan
deviden merupakan salah satu cara untuk pemegang saham lebih
percaya. Karena jumlah kas deviden yang besar sangat diinginkan
pemegang saham sehingga harga saham mereka naik.
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik, karena menunjukkan prospek yang
baik sehingga investor tertarik berinvestasi.
Martono dan Agus Harjito (2007:373) mengungkapkan bahwa :
“Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran
merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.”
Selain itu, menurut Ali Arifin (2004:116) bahwa faktor yang menentukan
perubahan harga saham yaitu kondisi fundamental emiten, permintaan dan
penawaran, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing, indeks harga saham
gabungan dan rumors.
2.2 Kerangka Pemikiran
Di negara berkembang, keberadaan pasar modal khususnya bursa efek
mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Secara umum, pasar modal adalah
tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun (Mohamad Samsul,
2006:43).
Keterlibatan pasar modal sebagai lembaga penghimpun dana dan sarana
investasi bagi masyarakat dinilai mampu membantu mempertemukan pihak yang
membutuhkan dana (perusahaan) dengan pihak yang kelebihan dana (investor).
Sifat kelebihan dan kebutuhan tersebut dapat berupa jangka pendek maupun
jangka panjang oleh lembaga pasar modal (Mohamad Samsul, 2006:40). Bagi
pendanaan jangka menengah maupun jangka panjang. Sedangkan dengan adanya
pasar modal (capital market) investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan
dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan
memperoleh imbalan (return) (Eduardus Tandelilin, 2010:61).
Eduardus Tendelilin (2010:2) mengemukakan bahwa:
“Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keutungan
di masa datang”.
Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang
sama, yaitu mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga jual dan
harga beli saham, dan deviden tunai yang diterima dari emiten karena perusahaan
memperoleh keuntungan. Selain memiliki tujuan yang sama, investor juga
memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan keuntungan
jangka pendek dan keuntungan jangka panjang (Mohamad Samsul, 2006:161).
Setiap investasi yang dilakukan memiliki unsur ketidakpastian dan risiko
dari return yang akan diperoleh. Maka dari itu, untuk meminimalisir tingkat
resiko dan ketidakpastian return yang akan diperoleh, para investor akan
melakukan analisis laporan keuangan emiten terlebih dahulu sebelum melakukan
investasi. Dengan melakukan analisis laporan keuangan diharapkan akan
menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, khususnya
untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan bagi investor. Dalam
melakukan analisis saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu analisis
harga saham di masa yang akan datang dan mengestimasi faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham (Suad Husnan, 2003:303).
Pengertian rasio menurut Munawir (2001:64) adalah
“Suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan jumlahyang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapatmenjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar“.
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan
perbandingan antara harga saham di pasar perdana yang ditawarkan dibandingkan
dengan pendapatan yang diterima. Price Earning Ratio (PER) sebagai cara
penilaian untuk mengetahui nilai saham yang sesungguhnya dari suatu
perusahaan. PER ini digunakan untuk menganalisis harga saham yang
menunjukan harga yang tidak wajar (Bambang Wahyudiono, 2014:123).
Investor tidak hanya berorientasi terhadap laba, namun memperhitungkan
tingkat risiko yang dimiliki oleh perusahaan, apabila investor memutuskan
menginvestasikan modal yang dimilikinya di perusahaan tersebut. Tingkat risiko
perusahaan tercermin dari rasio DER yang menunjukan seberapa besar modal
sendiri yang dimiliki oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
perusahaan. Setiap investor menghindari berinvestasi pada perusahaan yang
memiliki angka Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi karena mencerminkan
tingkat resiko yang tinggi pula. Hal ini akan mempengaruhi penilaian investor
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel dibawah ini merupakan uraian hasil dari penelitian terdahulu
mengenai pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap harga saham.
Jenis Rasio yang
Digunakan
Price Earning Ratio (PER) Debt to Equity Ratio (DER)
Harga Saham
Investor Saham
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Analisis Fundamental Analisis Laporan Keuangan
Rasio
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Sri Zuliarni Vol. 3 No. 1,
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel PER bertanda positif yang
artinya PER mempunyai
hubungan yang searah dengan harga saham.
Selain itu, terdapat pengaruh yang signifikan antara PER dan harga saham.
Hasil dari pengujian hipotesis ini mengindikasikan bahwa PER secara nyata dapat mempengaruhi harga saham pada perusahaan mining and
period 2007-12 revealed that firms’ book value,
earning per share and price-earnings ratio are
having a significant positive association with firm’s
Hasil penelitian ini
Muhammad
It has been concluded that P/E Ratio has positive and
bahwa DER berpengaruh
signifikan negatif bagi harga saham perusahaan emiten bidang Food and Beverage yang teregister di BEI pada
Kesimpulan dari penelitian ini
ditemukan hasil bahwa
variable Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga pasar saham.
This result further indicates
that firm’s financial leverage
proxied by debt to equty ratio
Hasil penelitian ini
2.2.2 Keterkaitan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham
Menurut Prastowo (2002:96) menyatakan bahwa :
“Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.”
Eduardus Tandelilin (2010:320) menyatakan bahwa Price Earning
Ratioadalah rasio yang memperbandingkan antara harga saham terhadap
earningperusahaan. Investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai
earning yangtercermin dalam harga suatu saham, dengan demikian, semakin
tinggi Price Earning Ratio meningkatkan daya tarik investor, sehinggaharga
saham meningkat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa teori diatas menjelaskan bahwa
Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham, hal tersebut
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Zuliarni (2012),
Nidhi Malhotra (2013), Abied Luthfi Safitri (2013), Muhammad Nauman Khan
(2012). Dari keempat peneliti tersebut menyatakan bahwa variabel Price Earning Abied
Hasil penelitian ini
Ratio (PER) secara parsial memiliki pengaruh positif dan juga berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham, sehingga semakin besar nilai Price Earning
Ratio (PER) maka diikuti dengan semakin besar pula harga saham.
2.2.3 Keterkaitan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Menurut Suad Husnan (2003:303) menyatakan bahwa tinggi rendahnya
rasio hutang pada modal (DER) secara tidak langsung dapat mempengaruhi harga
saham dimasa yang akandatang.
Selain itu, menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:61), bahwa :
“Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio utang yang diukur dari perbandingan utang danekuitas (modal sendiri). Semakin tinggi Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio) berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding hutangnya. Semakin kecil Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio) semakin baik bagi perusahaan dan akan meningkatkan harga saham.”
Teori lainnya mengatakan bahwa (Robert Ang, 1997:18-35) menjelaskan
semakin tinggi DER menunjukan komposisi total hutang (jangka pendek dan
jangka panjang) semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukan sumber modal perusahaan
sangat tergantung dengan pihak luar, sehingga mengurangi minat investor dalam
menanamkan dananya dalam perusahaan. Minat investor berdampak pada
penurunan harga saham perusahaan, sehingga harga saham semakin turun.
Teori diatas berarti bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki
pengaruh terhadap harga saham. Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putu Dina Aristya Dewi, dan I.G.N.A. Suaryana (2013), Stella
Maryam Nadir (2012), hasil dari keempat penelitian tersebut mengatakan bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan juga berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, artinya keempat penelitian ini mengatakan
bahwa semakin kecil nilai variabel Debt to Equity Ratio (DER), maka akan
meningkatkan harga saham.
Dari berbagai teori keterkaitan antara Price Earning Ratio (PER) terhadap
harga saham, dan Debt to Equity Ratio (DER) diatas dapat digambarkan
paradigma penelitian sebagai berikut :
Eduardus Tandelilin (2010:320)
Sri Zuliarni (2012), Nidhi Malhotra (2013), Abied Luthfi Safitri (2013), Muhammad Nauman Khan (2012)
Suad Husnan (2003:303)
Putu Dina Aristya Dewi, dan I.G.N.A. Suaryana (2013), Stella (2009), Uwalomwa Uwuigbe, Olowe Olusegun, Agu Godswill (2012), dan Maryam Nadir (2012)
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Sugiyono (2010:64) mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka
penelitimengambil dugaan atau hipotesis sementara, yaitu sebagai berikut :
H1 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham.
H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham.
H3 : Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER)
34
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:38).
Menurut Sugiono (2010:41) sebelum peneliti memilih variabel yang akan
diteliti, penulis perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek
yang akan yang diteliti. Sehingga pembuatan rancangan penelitian jangan sampai
dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek
penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas, objek yang diambil pada penelitian ini
adalah Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Harga Saham
pada perusahaan yang tergabung dalam Grup Astra yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:2), metode penelitian pada dasarnya, yaitu :
“Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah
data, baik primer maupun sekunder yang berguna untuk memenuhin keperluan
menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran
atau data yang diperoleh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif agar dapat diketahui hubungan
yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan
memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Pengertian metode deskriptif analisis, yaitu statistika yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono, 2010:14).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan
antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.
Sedangkan Metode Verifikatif menurut Sugiyono (2010:13) yaitu sebagai
berikut :
“Metode verifikatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji perubahan variabel
X1, X2 terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori yang dengan
pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Dengan menggunakan
metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang
diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini objek yang akan diuji dan diambil hipotesis apakah
diterima atau ditolak dengan menggunakan motede deskriptif dan metode
verifikatif yaitu pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam Grup Astra yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar
penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif.
Menurut Moh. Nazir (2009:84) mendefinisikan desain penelitian sebagai
berikut: “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati, dkk.
(2010:30) adalah sebagai berikut:.
1. Menetapkan rumusan masalah.
3. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan
dukungan teori.
4. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian
yang digunakan.
5. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik
pengumpulan data.
6. Melakukan analisis data.
7. Melakukan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas, maka terdapat sembilan langkah dalam
desain penelitian yang dapat duraikan sebagai berikut :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
selanjutnya menetapkan judul penelitian.
Permasalahan yang terjadi yaitu adanya perbedaan antara teori-teori
dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan
kenyataan yang terjadi.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.
Mencari faktor-faktor yang kemungkinan mengakibatkan
permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini faktor yg diduga
mempengaruhi harga saham adalah Price Earning Ratio (PER) dan
Debt to Equity Ratio (DER).
3. Menetapkan rumusan masalah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar