LAMPIRAN ALAT
CFA (CONTINOUS FLOW ANALYZER) Merk Skalar
y = 0.0016x + 0.0293 R² = 0.9807
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000
0 50 100 150 200 250
ab
so
rb
an
si
Konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
Novizan. 2007. Petujuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. BKS-PTN/UNSAID (University of Kentucky) Western University
Ketiga unsur yaitu karbon, oksigen, dan hidrogen merupakan unsur yang
sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur ini diperlukan sebagai
penyusun karbohidrat, lemak dan persenyawaan-persenyawaan penting lainnya
dalam tanaman. (Hakim, dkk. 1986)
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan diadakan penelitian tentang
unsur-unsur yang hilang sehingga dapat diketahui unsur yang hilang tersebut dan
berapa yang dibutuhkan. Dalam satu agregat tanah hanya sedikit terkandung
bahan organik. Bahan organik sangat penting bagi tumbuhan karena bahan
organik sebagian syarat tanah yang subur. Sehingga tanah yang kehilangan bahan
organik dapat merugikan bagi tumbuhan.
C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara,
tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi
karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara
persentase C-organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan
dalam tanah pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan
aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga
digunakan untuk menentukan dosis asam-asam organik dan apabila ditambahkan
ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah
yang dicirikan dengan meningkatnya kadar C-organik
tanah.(http://dodishinta.blogspot.co.id/2012/11/bahan-organik-organic-matter.html)
Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik
manual hingga yang otomatis menduga kadar C-Organik melalui oksidasi seluruh
atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk.
Penetapan bahan organik tanah metode pembakaran menggunakan prinsip
dimana tanah yang dibakar pada 460oC pada temperatur ini C-Organik terbakar
menjadi CO2. Kadar C-Organik ditetapkan sebagai persentase berat yang hilang.
Sedangkan penetapan bahan organik metode colorimetri (walkey dan Black
modifikasi) yaitu C-Organik dihancurkan oleh oksidasi kalium bikromat akibat
penambahan asam sulfat. Perubahan reduksi kromat oleh C-Organik menjadi
BAB 3
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
-CFA (Continius flow analizer) skalar
-Beaker glass 10 ml pyrex
-Dispensette atau pipet finette
-Neraca analitik 200 gram precia
-Botol aquadest
-Spatula
-Diluter hamilton
-Labu ukur 50 ml biolab
-Alu
-Lumpang
-Ayakan 20 mesh
-Wadah Tanah
-Botol Sampel
3.1.2 Bahan-bahan
-H2SO4(P)
Larutkan 98,1 gram kalium dikromat dengan 600 ml aquadest dalam beaker glass, tambahkan 100 ml asam sulfat pekat, panaskan hingga larut sempurna, setelah dingin diencerkan dalam labu ukur 1 liter hingga garis batas.
b. pembuatan larutan standar
-Pembuatan larutan standar induk 5000 ppm
Dilarutkan 12.510 glukosa. Dimasukkan kedalam labu ukur satu liter. Ditambahkan aquadest sampai garis batas. Dihomogenkan.
-Pembuatan larutan standar 200 ppm
Dipipet 20 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.
-Pembuatan larutan standar 160 ppm
Dipipet 1.6 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.
Dipipet 0.8 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.
-Pembuatan larutan standar 60 ppm
Dipipet 0.6 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.
-Pembuatan larutan standar 40 ppm
Dipipet 0.4 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.
-Pembuatan larutan standar 20 ppm
Dipipet 0.2 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.
3.2 Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA
3.2.1 Mengeringan Contoh Tanah
-Nampan yang berisi contoh tanah tersebut kemudian disusun secara teratur diatas rak pengering yang terbuat dari besi didalam ruang pengering dalam jangka waktu 2-3 hari.
3.2.2 Menghaluskan Contoh Tanah
-Contoh tanah yang sudah kering udara kemudian dihaluskan dengan menggunakan alu dan lumpang kemudian disaring dengan menggunakan ayakan mesh 20.
-Dimasukkan contoh tanah yang sudah halus kedalam botol sampel yang sudah diberi kode/label.
-Sisa contoh dari tanah dimasukkan kembali kedalam tempatnya semula yang dilengkapi dengan label aslinya kemudian disimpan dengan teratur didalam ruangan penyimpanan tanah dengan tujuan apabila ada ulangan contoh tanah tersebut dapat digunakan kembali.
3.2.3 Persiapan Sampel
-Ditimbang sampel tanah sebanyak 0.025 g.
-Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.
-Ditambahkan 5 ml kalium dikromat.
-Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat pekat.
-Didiamkan beberapa menit hingga dingin.
-Ditambahkan aquadest sampai pada garis batas labu ukur.
-Dihomogenkan.
3.2.4 Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA
-Diletakkan pada rak CFA
-Diatur nilai panjang gelombang 561 nm
-Dijalankan CFA
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Tabel 4.1 Larutan C-Organik Standar
Sampel Berat Bobot
4.2 Perhitungan
Kadar C-Organik = ppm kurva × (volume/1.000) × (100/berat bobot(mg))
Perhitungan sampel 1 kedalaman 0-30 cm
ppm kurva =(0,2413 – 0,029)/0,001
= 212,3
Kadar C-organik = ppm kurva × (volume/1.000) × (100/berat bobot(mg))
= 212,3 × (50/1.000) × (100/25)
= 212,3 x 0,2
= 42,46 %
Perhitungan sampel 1 kedalaman 30-60 cm
ppm kurva = (0,2266 – 0,029)/0,001
= 197,6
Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))
=197,6 x (50/1.000) x (100/25)
=197,6 x 0,2
= 39,52 %
Perhitungan sampel 2 kedalaman 0-30 cm
ppm kurva = (0,2520 – 0,029)/0,001
=223
Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))
= 223 x (50/1.000) x (100/25)
= 223 x 0,2
Perhitungan sampel 2 kedalaman 30-60 cm
ppm kurva = (0,2254 – 0,029)/0,001
=196,4
Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))
= 196,4 x (50/1.000) x (100/25)
=196,4 x 0,2
= 39,28 %
Perhitungan sampel 3 kedalaman 0-30 cm
ppm kurva = (0,2457 – 0,029)/0,001
= 216,7
Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot (mg))
= 216,7 x (50/1.000) x (100/25)
=216,7 x 0,2
= 43,34 %
Perhitungan sampel 3 kedalaman 30-60 cm
ppm kurva = (0,2276 - 0,029)/0,001
= 198,6
Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))
= 198,6 x (50/1.000) x (100/25)
= 198,6 x 0,2
4.3 Pembahasan
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah C-Organik. Dimana, kandungan C-Organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
Pada analisa C-Organik yang dilakukan diantara ketiga sampel dengan variasi kedalaman tanah antara 0-30 cm dan 30-60 cm didapatkan hasil kadar C-Organik yang berbeda dimana untuk kedalaman 0-30 cm untuk sampel pertama yaitu 42,46 %, untuk sampel yang kedua 44,6 % dan untuk sampel yang ketiga yaitu 43,34 % sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm pada sampel yang pertama yaitu 39,52% , untuk sampel yang kedua yaitu 39,28% dan untuk sampel yang ketiga yaitu 39,72%.
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik tanah dan nitrogen tanah, faktor yang paling penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N, kadar bahan organik terbanyak ditemukan dilapisan atas, dimana semakin kebawah semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi dilapisan tanah.Kadar C-Organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-Organik antara 1-9 %, sedangkan tanah gambut lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40-50 % C-Organik dan biasanya <1% ditanah gurun pasir.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa analisis kadar C-Organik pada
tanah gambut yang dilakukan pada laboratorium analitik socfindo seed production
and laboratory (SSPL) bangun bandar dengan variasi kedalaman tanah untuk
sampel tanah secara berurutan dengan kedalaman 0-30 cm yaitu 42,46 %, 44,6%,
43,34%,sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm secara berurutan yaitu
39,52%, 39,28%, 39,72%. Dimana dari hasil data dapat disimpulkan bahwa
semakin besar kedalaman tanah maka kadar unsur C-Organik akan semakin
berkurang.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan analisa pada sampel tanah dan variasi kedalaman yang
berbeda. Dan diharapkan pada prosedur analisa agar lebih teliti dalam preparasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanah
Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan
berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap
bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat
berdifferisiansi membentuk horizon-horizon mineral maupun organik yang
kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang
terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisis
maupun kehidupan biologisnya. Tanah itu merupakan medium alam untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan
tanaman dan pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman
dan melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan
hewan. (Hakim,dkk, 1986)
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan
sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnyat anaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara dan nutrisi (senyawa organic dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain); dan
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan. (Hanafiah, 2001)
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik), dan
udara, fase ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, reaksi-reaksi bahan
padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap
pelapukan (hancuran iklim) bahan padat, dan reaksi-reaksi (bersifat katalisator)
dari jasad renik. Kimia tanah terlibat dalam semua reaksi ini, tetapi lebih
ditekankan pada larutan tanah yang merupakan suatu lapisan air yang tipis (the tin
aqueous film) sekeliling butiran tanah. (Wiralaga,dkk, 1988)
2.2 Unsur Hara Dalam Tanah
Untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dipengaruhi oleh
faktor-faktor tanah, iklim dan tanamannya sendiri, yang semuanya saling
berkaitan erat satu sama lain. Sebagai contoh yaitu faktor cahaya, temperatur dan
udara yang hanya dapat sedikit saja yang dapat dikontrol oleh manusia.
Sedangkan faktor unsur hara dapat ditingkatkan kesediaannya dalam tanah dengan
jalan memperbaiki kondisi tanah sedemikian rupa.
Tanaman akan mengadsorbsi unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat
disekitar daerah perakaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersedia
dan dalam konsentrasi optimum bagi pertumbuhan. Selanjutnya unsur-unsur
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.
Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak
terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau
berhenti sama sekali. Disamping itu, umumnya tanaman yang kekurangan atau
ketiadaan suatu hara akan menampakkan gejala pada satu organ tertentu yang
spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Hingga sekarang telah dikenal 16 macam unsur hara esensial bagi
tanaman. Berdasarkan kebutuhannya bagi tanaman maka keenam belas unsur hara
esensial tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok unsur hara
makro dan kelompok unsur hara mikro. Unsur hara makro relatif lebih banyak
digunakan/dibutuhkan bahkan dapat mencapai 100 kg ataupun lebih untuk setiap
hektar. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Keenam belas unsur hara tersebut adalah bersumber dari udara, air, dan
tanah.
Tabel 2.2.1 Unsur Hara Esensial dan Sumbernya
Unsur Makro Unsur Mikro
Dari Udara dan Air Dari Tanah Dari Tanah
Mg
Sedangkan unsur-unsur lain bersumber dari tanah. Tumbuhan tingkat tinggi
memperoleh C dan O langsung dari udara berupa CO2 melalui fotosintesa.
Hidrogen diperoleh baik langsung atau tidak, dari air dalam tanah. Suatu
kenyataan bahwa 94-99,5 % jaringan tanaman segar tersusun oleh C, H dan O dan
hanya 0,5 mungkin 5 atau 6 % berasal dari tanah. (Hakim,dkk, 1986)
1. Nitrogen
Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun.
Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun
yang sangat berguna untuk fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk
protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
2. Fosfor
Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang
pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu,
fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah
protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat
pembuangan, pemasakan biji dan buah.
Fungsi utama kalium ialah membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar
daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
4. Kalsium
Bagi tanaman, kalsium bertugas untuk merangsang pembentukan
bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang
pertumbuhan biji.
5. Magnesium
Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuknya
karbohidrat, lemak dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya.
Magnesium pun memegang peranan penting dalam transformasi fosfat
dalam tanaman.
6. Belerang
Belerang berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini
merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam
amino. Unsur ini pun membantu pertumbuhan anakan.
7. Klor
Memperbaiki dan meninggikan hasil kering tanaman seperti
tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran umumnya adalah peran
8. Besi
Untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun merupakan peran
dari besi. Sekali tidak ada, terutama pada tanah yang mengandung banyak
kapur, tanaman akan langsung merana.
9. Mangan
Peran mangan tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai
komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan
komponen penting dalam berbagai enzim.
10.Tembaga
Fungsi utama tembaga ini pun baru sedikit diketahui.
Kehadirannya dapat mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat
menjadi bahan utama dalam berbagai enzim.
11.Boron
Boron berfungsi mengangkut karbohidrat kedalam tubuh tanaman
dan mengisap kalsium. Pada tanaman penghasil biji, unsur ini berpengaruh
terhadap pembagian sel. Dan yang paling nyata ialah perannya dalam
menaikkan mutu tanaman sayuran dan buah.
12.Molibdeum
Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit
peranan molibdeum bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman
jeruk dan sayuran.
Seng memberikan dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena
diduga dapat berfungsi membentuk hormon tumbuh. (Lingga dan
Marsono, 2001)
2.3 Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah
Senyawa karbon atau biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu
senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom
hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. (Riswiyanto, 2009)
Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis
sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut.
Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti
selulosa, hemiselulosa, pati dan bahan-bahan lignin dan pektin.
(https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=530863013607781&id=12
6005314093555)
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas
(atmosfir). Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil,
umumnya bagian tanaman yang berwarna hijau dan terdapat diatas tanah. Klorofil
mampu menyerap energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengubahnya
menjadi energi kimia. Energi tersebut digunakan untuk mengubah CO2 menjadi
senyawa organik termasuk karbohidrat.
Kadar CO2 dalam atmosfir relatif stabil, yakni 0,03 % volume atau 0,57 mg/liter
udara. Tanpa adanya CO2 di udara, maka kehidupan tanaman akan berhenti. Kalau
kehidupan tanaman terhenti, maka kehidupan makhluk lain termasuk manusia dan
dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan dari
respirasi invertebrata, bakteri, serta fungi. Keperluan seluruh tanaman yang hidup
diperkirakan sekitar 80 x 109 per tahun, dengan persediaan CO2 dalam udara
sebesar 0,03 % volume, maka CO2 tersebut akan habis diserap tanaman dalam
waktu beberapa dekade saja. Berkat adanya daur (siklus) yang menghasilkan CO2,
maka kadar gas tersebut relatif stabil.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Karbon merupakan bahan organik yang utama. Karbon ditangkap tanaman
berasal dari CO2 udara. Kemudian bahan organik didekomposisikan kembali
membebaskan sejumlah karbon. Perubahan karbon di dalam, di atas atau di luar
tanah disebut peredaran karbon. Dekomposisi bahan organik membebaskan
sejumlah CO2, demikian pula akar tanaman juga melepaskan CO2 . Sejumlah kecil
CO2 bereaksi dalam tanah membentuk asam karbonat, Ca, Mg, K Karbonat, atau
Bikarbonat. Garam-garam ini mudah larut dan hilang atau diserap kedalam
tanaman. Sebagian besar CO2 yang dihasilkan tanaman kembali lagi keudara.
Kemudian diambil lagi oleh tanaman melalui fotosintesa. Selanjutnya tanaman
dimakan oleh binatang dan manusia, menjadi bahan organik, dan
didekomposisikan kembali. (Hakim,dkk, 1986)
Dekomposisi bahan organik adalah proses transformasi karbon oleh
mikroorganisme tanah. Bahan organik tanah adalah materi yang digunakan
mikroorganisme sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan sumber
karbon untuk penyusun sel penyusun organ tubuhnya. Karbondioksida, metana,
asam organik, alkohol adalah hasil akhir dari proses dekomposisi oleh
mikroorganisme tanah, sedangkan sebagian karbon dari substrat tersusun dalam
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam (continuum)
senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa
anorganik hasil mineralisasi (disebut biontik), termasuk mikrobia heterotrofik atau
ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan organik tanah maupun
seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun,
batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa
jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam pengelolaan
bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian pupuk organik
berupa pupuk kandang (kotoran ternak yang telah mengalami dekomposisi),
pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan). (Hanafiah, 2005)
Bahan organik tanah adalah semua bahan organik didalam tanah baik yang
mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya
menyumbang kurang dari 5 % dari total bahan organik. Pada terminologi tertentu,
biomassa tidak dimasukkan sebagai bahan organik tanah, sehingga sering
menimbulkan kerancuan. Secara praktek, analisis bahan organik dilakukan pada
bahan tanah kering udara yang lolos dari ayakan 2 mm dan termasuk semua
materi hidup maupun mati yang ada di dalam tanah.
Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika,
kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah.
Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna
tanah, keseimbangan panas, konsistensi, partikel densiti, bilk densiti, sumber
Karbon adalah komponen utama dari bahan organik. Pengukuran
C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui
penggunaan faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini
digunakan adalah faktor van bemmelen yaitu 1,724 dan didasarkan pada asumsi
bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon.(Mukhlis, 2014)
2.4 Sifat-sifat Tanah
2.4.1 Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah merujuk kepada tabiat dan perilaku mekanik, termal,
optik, koloidal, dan hidrogen tanah. Tabiat dan perilaku menghadirkan sejumlah
parameter yang dapat diamati dan/atau diukur.
Susunan mekanik tanah merujuk kepada ukuran, bentuk, kerapatan, dan
kimiawi zarah tunggal komponen padat mineral. Ukuran secara kasaran, zarah
mineral tanah dipilahkan menjadi tiga kategori. Yang berdiameter lebih besar
daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut kerikil,
dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus. Tekstur
tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada peradaban berkenaan
dengan perbandingan berat antarfraksi tanah. Jadi, tekstur adalah ungkapan
agihan besar zarah tanah atau proporsi nisbih fraksi tanah.(Notohadiprawiro,
1998)
Sifat-sifat fisis tanah diketahui, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar didalam tanah,
retensi, air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisika tanah juga
pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel tanah ;
macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-pori pada waktu
tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang terpenting adalah tektur, struktur,
kerapatan (density) porositas, konsistensi, warna dan suhu. (Hakim,dkk, 1986)
2.4.2 Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimiawi tanah dapat ditakrifkan sebagai keseluruhan reaksi
fisikokimia dan kimia yang berlangsung antarpenyusun tanah dan antara
penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah in situ. Faktor
kelajuan semua reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah berentangan sangat
lebar, antara yang sangat singkat berhitungan menit (reaksi jerapan tertentu) dan
yang luar biasa lama berhitungan abad (reaksi yang berkaitan dengan
pembentukan tanah). Reaksi-reaksi tanah diimbas oleh tindakan faktor lingkungan
tertentu.(Notohadiprawiro, 1998)
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan.
Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur
kimia dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan
akan lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu
dalam mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah
akan didapan gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan
tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi
2.4.3 Sifat Hayati Tanah
Ada kehidupan dalam tanah berupa akar tumbuhan dan flora serta fauna
tanah. Sehubungan dengan produksi enzim, CO2, dan beraneka ragam zat organik,
kehidupan dalam tanah bertanggungjawab atas terjadinya banyak alihragam fisik
dan kimia. Sifat dan tampakan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati
adalah nisbah C/N, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan
luas/volum tanah, tingkat perombakan bahan organik, pembentukan krotovina,
dan permintaan oksigen hayati (biogical oxygen demand, BOD).
(Notohadiprawiro, 1998)
2.5 Peranan Bahan Organik
Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman,
tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan dan ciri tanah.
Pengaruh langsung senyawa organik sebetulnya dapat diabaikan sekiranya
kemudian tidak ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap
langsung dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu dianggap orang
bahwa hanya asam amino, alanin dan glisin yang diserap tanaman. Serapan
senyawa N tersebut ternyata relatif lebih rendah daripada bentuk N lainnya.
Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat
humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi
sifat dan ciri tanah. Pengaruh itu sebagai berikut.
Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah
b. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam
c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Pengaruh bahan organik pada kimia tanah
a. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation
b. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat
c. Unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro
organisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali
d. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.
Pengaruh bahan organik pada biologi tanah
a. Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat
b. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga
meningkat. (Hakim, dkk. 1986)
2.6 Analisa Karbon Organik
Untuk mengetahui hara tanaman di dalam tanah perlu dilakukan analisis
tanah dan tanaman. Masing-masing analisis dapat berupa uji cepat (qiuck test)
ataupun analisis laboratorium. Quick test merupakan analisis untuk mengetahui
ada tidaknya hara tanaman dan harkatnya. Sedangkan analisis dilaboratorium
hasilnya secara kuantitatif dinyatakan dalam % (persen), ppm (part per million),
miliequivalent, dan sebagainya secara pasti sehingga jumlah hara yang tersedia
Ketiga unsur yaitu karbon, oksigen, dan hidrogen merupakan unsur yang
sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur ini diperlukan sebagai
penyusun karbohidrat, lemak dan persenyawaan-persenyawaan penting lainnya
dalam tanaman. (Hakim, dkk. 1986)
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan diadakan penelitian tentang
unsur-unsur yang hilang sehingga dapat diketahui unsur yang hilang tersebut dan
berapa yang dibutuhkan. Dalam satu agregat tanah hanya sedikit terkandung
bahan organik. Bahan organik sangat penting bagi tumbuhan karena bahan
organik sebagian syarat tanah yang subur. Sehingga tanah yang kehilangan bahan
organik dapat merugikan bagi tumbuhan.
C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara,
tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi
karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara
persentase C-organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan
dalam tanah pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan
aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga
digunakan untuk menentukan dosis asam-asam organik dan apabila ditambahkan
ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah
yang dicirikan dengan meningkatnya kadar C-organik
tanah.(http://dodishinta.blogspot.co.id/2012/11/bahan-organik-organic-matter.html)
Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik
manual hingga yang otomatis menduga kadar C-Organik melalui oksidasi seluruh
atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk.
Penetapan bahan organik tanah metode pembakaran menggunakan prinsip
dimana tanah yang dibakar pada 460oC pada temperatur ini C-Organik terbakar
menjadi CO2. Kadar C-Organik ditetapkan sebagai persentase berat yang hilang.
Sedangkan penetapan bahan organik metode colorimetri (walkey dan Black
modifikasi) yaitu C-Organik dihancurkan oleh oksidasi kalium bikromat akibat
penambahan asam sulfat. Perubahan reduksi kromat oleh C-Organik menjadi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Manusia yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah.
Sebaliknya suatu tanah pertanian yang baik ditentukan pula oleh sampai sejauh
mana manusia itu cukup terampil mengelolanya, sehingga justru bukan
kebalikannya yang terjadi yakni kesalahan dalam pengelolaannya akan dapat
mengakibatkan kerusakan-kerusakan tanah dipandang dari kesuburannya.
Tanah-tanah diatas mana kita hidup dan sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan adalah
merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Tumbuh-tumbuhan ini sangat dibutuhkan manusia untuk
keperluan makannya, pakaiannya, dan lain-lain. Sama halnya seperti manusia,
maka hewanpun tergantung hidupnya kepada tumbuhan-tumbuhan ini. Produksi
susu, protein-daging, wool dari hewan ini dapat pula dimanfaatkan manusia.
Standar hidup manusia acapkali ditentukan sampai dimana manusia itu dapat
secara terus menerus mempertahankan kualitas tanahnya, agar supaya baik
tumbuh-tumbuhan maupun hewan dapat bereproduksi dengan baik. Menurut
Hakim,dkk (1986).
Menurut Notohadiprawiro (1998), Tanah dapat dimanfaatkan untuk
keperluan tertentu karena mempunyai sejarah pembentukan yang membangkitkan
sifat dan perilaku. Sejarah tanah bermula dari faktor-faktor pembentuk tanah,
merupakan ujud lingkungan tanah yang memiliki sejumlah pelaku sehingga dapat
membangkitkan proses dan reaksi biogeofisik dan biogeokimia yang melibatkan
pertukaran, alihgram, alihtempat, dan pengalihan ulang energi dan bahan.
Atmosfer mempunyai pelaku berupa curah hujan, sinar matahari, suhu dan angin.
Hidrosfer mempunyai pelaku berupa aliran air dipermukaan daratan (aliran limpas
dan sungai), genangan air, air tanah, dan air bumi. Litosfer mempunyai pelaku
batuan dan mineral yang menjadi bahan induk tanah dan timbulan. Biosfer
mempunyai pelaku vegetasi, edafon, bahan organik dan manusia.
Menurut Hanafiah (2005), Bahan organik tanah berperan secara fisik,
kimia maupun biologis, sehingga menentukan status kesuburan suatu tanah.
Humus merupakan koloidal organik yang bermuatan listrik, sehingga secara fisik
berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara kimiawi berperan dalam
menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga berpengaruh penting
terhadap ketersediaan tanah, dan secara biologis merupakan sumber energi dan
karbon bagi mikrobia heterotrofik.
Menurut Wiralaga,dkk (1998), Peranan tanah dalam daur karbon lebih
besar dari pada daur nitrogen, karena C-Organik jumlahnya lebih banyak dari
N-total. Jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembusukan bahan organik dalam tanah
dan laut lebih besar daripada CO2 atmosfir.
Menurut Barchia (2006), Lahan rawa gambut merupakan salah satu
sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi ekologi lain
yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Nilai penting inilah yang
kelestariannya. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam lahan rawa gambut
secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti, penerapan teknologi yang sesuai
dan pengelolaan yang tepat. Dengan langkah yang bijak maka mutu dan
kelestarian sumberdaya lahan rawa gambut dapat dipertahankan untuk menunjang
pembangunan berkelanjutan pada ekosistem rawa tersebut.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), Gambut disamping sebagai
suatu hamparan tanah juga merupakan bahan organik. Di Indonesia, gambut
menempati urutan keempat luas tanah gambut dunia setelah Kanada, Finlandia,
Swedia/Amerika Serikat. Berdasarkan perhitungan, cadangan gambut di Indonesia
sekitar 80 miliar meter kubik. Hal ini merupakan sumber daya alam yang cukup
besar.
Jumlah dan sifat dari bahan organik sangat menentukan sifat bikomia,
fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan
tanah. Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Diantara sekian
banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik faktor yang paling
penting satu diantaranya adalah kedalaman tanah. Seperti diketahui akar tanaman
mengadsorbsi unsur-unsur hara dari larutan tanah dan mentransportasikannya
kedaun, batang maupun pucuk tanaman. Jika bagian atas tanaman mati dan jatuh
kepermukaan tanah, maka dekomposisi bahan organik akan membebaskan
unsur-unsur itu kedalaman larutan tanah. Dari penjelasan diatas maka penulis membuat judul ‘Analisis Kadar Karbon Organik Tanah Gambut Berdasarkan Kedalaman
Tanah Secara Continous Flow Analyzer’ dimana berdasarkan pembagian lapisan
tanah setiap bagiannya mempunyai perbedaan dimana lapisan atas mengandung
bahan organik yang tinggi.
1.2Permasalahan
Berapakah kadar karbon organik yang terkandung didalam tanah gambut yang
digunakan sebagai lahan perkebunan dan apakah kadar karbon organik tersebut
sudah memenuhi kriteria tanah yang telah ditentukan. Dimana kadar C-Organik
didalam tanah gambut adalah 40-50 %, dimana C-Organik sangat membantu
dalam proses pembentukan humus di dalam tanah yang dapat memberi pengaruh
pertumbuhan terhadap tanaman.
1.3Tujuan Penelitian
Untuk menganalisa kadar karbon organik yang terdapat didalam tanah gambut,
yang nantinya dapat digunakan sebagai lahan perkebunan.
1.4Manfaat Percobaan
pertanian yang baik ditentukan pula oleh sampai sejauh mana manusia itu cukup terampil
mengelolanya, sehingga justru bukan kebalikannya yang terjadi yakni kesalahan dalam pengelolaannya akan dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan tanah dipandang dari kesuburannya. Tanah-tanah diatas mana kita hidup dan sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan adalah merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Tumbuh-tumbuhan ini sangat dibutuhkan manusia untuk keperluan
makannya, pakaiannya, dan lain-lain. Sama halnya seperti manusia, maka hewanpun tergantung hidupnya kepada tumbuhan-tumbuhan ini. Produksi susu, protein-daging, wool dari hewan ini
ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK TANAH GAMBUT
BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS
FLOW ANALYZER
KARYA ILMIAH
NOVIANTY PANE
132401042
PROGRAM STUDI D3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER
KARYA ILMIAH
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Memperoleh Ahli Madya
NOVIANTY PANE 132401042
PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPERTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK
NomorIndukMahasiswa : 132401042
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA
Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA Dosen Pembimbing
Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Dr.Darwin Yunus Nasution,MS
NIP. 195512181987012001 NIP. 195508101981031006
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001
ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK TANAH GAMBUT BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2016
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih kepada keluarga, Alm.Ayahanda Warneck Pane, Ibunda Tianna Mida Sidabutar, Kakak
Masria Pane dan Kakak Mey Elyzabeth Pane, Abang Johannes Haesler Pane dan
Adik-adikku Fitri Rosa Nurida Pane dan Eri Immanuel Pane, yang begitu luar biasa telah
memberikan cinta kasihnya, dukungan, pengorbanan, serta doa tulus yang tiada hentinya
demi kebahagiaan dan kebaikan penulis.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Darwin Yunus Nasution, M.S selaku dosen pembimbing tugas akhir
yang telah begitu besar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta
masukan yang membimbing penulis sampai dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr Jamaran Kaban, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama menjalankan pendidikan di FMIPA USU
3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku dekan FMIPA USU serta
seluruhPembantu dekan FMIPA USU.
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Si selaku
Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Ibu Dra.
Emma Zaidar M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia, seluruh Staff Dosen
dan Pegawai Kimia FMIPA USU.
seluruh karyawan laboratorium analitik SSPL yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis selama melaksanakan praktek kerja lapangan.
6. Teman-teman satu PKL di SSPL Bangun Bandar Sorta Lumban Tobing, Dwi
Situmeang, Rut Saragih, Rayzki Keliat dan Heru Praseyetia serta Rekan-rekan
mahasiswa/I D3 Kimia angkatan 2013 dan sahabat-sahabat yang namanya tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tugas akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun serta memperbaiki penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan untuk
kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.
Medan, Juni 2016 Penulis,
KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis kadar karbon organik pada tanah gambut di laboratorium analitik Socfindo Seed Production and Laboratory (SSPL) Bangun Bandar, dengan menggunakan alat Continous Flow Analyzer (CFA). Dimana perlakuan dilakukan dengan menggunakan tiga contoh sampel tanah dan memvariasikan kedalaman tanah yaitu 0-30 cm dan 30-60 cm. Sehingga diperoleh data pada sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm secara berurut pada contoh tanah yaitu 42,46 %, 44,6%, 43,34%, sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm secara berurut yaitu 39,52%, 39,28%, 39,72%.Dari hasil analisa diperoleh kadar karbon organik untuk variasi kedalaman 0-30 cm menghasilkan kadar karbon organik yang lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 30-60 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar kedalaman tanah maka kadar karbon akan semakin berkurang.
DEPTH OF THE SOIL IN CONTINUOUS FLOW ANALYZER
ABSTRACT
The analyzed have been done of concentration carbon organic in the peat soil in the analytical laboratory Socfindo Seed Production and Laboratory (SSPL) Bangun Bandar, by using a Continuous Flow Analyzer (CFA). Where a treatment done is using by three samples soil with variation the depth of soil is between 0-30 cm and 30-60 cm. Thus obtained data from soil samples at depth 0-30 cm in
sequentially on a sample of soil is 42,46 %, 44,6%, 43,34%, but for the depth of soil in 30-60
Halaman
1.4 Manfaat Percobaan ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tanah ... 5
2.2 Unsur Hara Dalam Tanah ... 6
2.3 Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah ... 11
2.4 Sifat-sifat Tanah ... 14
BAB 3 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan ... 20
3.1.1 Alat-alat... 20
3.1.2 Bahan-bahan ... 20
3.1.3 Pembuatan Larutan ... 21
3.2 Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA ... 22
3.2.1 Mengeringan Contoh Tanah ... 23
3.2.2 Menghaluskan Contoh Tanah ... 23
3.3.3 Persiapan Sampel ... 23
3.3.4 Penetapan C-Organik dengan metode CFA ... 23
Halaman
1. Tabel 2.2.1 Unsur Hara Esensial dan Sumbernya ... 7 2. Tabel 4.1.1 Larutan C-Organik Standar ... 25
3. Tabel 4.1.2 Hasil Analisa C-Organik Pada Tanah Gambut berdasarkan Kedalaman