• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Faktor Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Faktor Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK TAHUN 2008 – 2009

SKRIPSI

OLEH: ANDI SULAEMAN

106101003307

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, 17 Desember 2010

Andi Sulaeman, NIM : 106101003307

Studi Faktor Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010 (xiv + 84 halaman, 10 tabel, 9 gambar, 3 lampiran)

Abstrak

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang menimbulkan kerugian pada manusia dan harta benda akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur. Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan kerugian materi namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Menurut data Jamsostek, kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 93.823 kasus. PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk merupakan salah satu perusahaan semen besar di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk tercatat ada 108 kasus pada tahun 2008 dan 93 kasus pada tahun 2009, kecelakaan tertinggi terdapat pada Plant Division yaitu 56 kasus pada tahun 2008 dan 66 kasus pada tahun 2009.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Case Control dan menggunakan faktor unit kerja sebagai matching. Populasi pekerja yang ada di bagian produksi 1072 orang, sampel penelitian sebanyak 120 orang yang terdiri dari dua kelompok yaitu untuk kelompok kasus 24 orang dan kelompok kontrol 96 orang. Uji statistik menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan dan seberapa besar risiko antara kedua variabel .Yaitu variabel umur, masa kerja, Shift kerja, dan kebisingan dihubungkan dengan kecelakaan kerja pada pekerja di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa yang dilaksanakan pada bulan juli – desember 2010.

Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa dari 120 responden sebanyak 24 (20%) responden pernah mengalami kecelakaan dan 96 (80%) responden tidak pernah mengalami kecelakaan. Dari hasil uji statistik bivariat didapatkan ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja dan OR sebesar 4,709, terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja dan OR sebesar 4,886, terdapat hubungan antara Shift kerja dengan kecelakaan.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dilingkungan PT. Indocement Tunggal Prakasa khususnya di Plant division sebaiknya pihak perusahaan meningkatkan pengetahuan pekerja dengan mengadakan pelatihan kepada pekerja yang berumur muda dan yang bermasa kerja baru tentang prosedur kerja yang baik dan aman, Mengadakan safety talk sebelum bekerja, meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang baik antara group shift, mengatur waktu istirahat pekerja, membuat program reward and punishment pada pekerja agar pekerja termotivasi untuk semangat bekerja dan lebih patuh terhadap peraturan dan SOP.

(4)

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Undergraduate Thesis, 17 Desember 2010 Andi Sulaeman, NIM:106101003307

The Study Of Risk Factors For Work Accident At Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010

(xiv + 84 pages, 10 tables, 9 graphic 3 Attachments)

The accident is an unplanned event that causes harm to humans and property as a result of contact with a source of energy that exceed the threshold of the body or structure. Accidents not only cause loss of material but more than that is the emergence of casualties who are not few in number. According to Social Security data, cases of occupational accidents in Indonesia in 2008 as many as 93,823 cases. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is one of the major cement companies in Indonesia, based on accident data obtained in PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk there were 108 cases recorded in 2008 and 93 cases in 2009, the highest accident contained in the Plant Division of the 56 cases in 2008 and 66 cases in 2009.

This study is a quantitative research design with Case Control. Workers population that is in the production of 1072 people, over 120 study sample consisting of two groups, namely for the case group and control group of 24 people 96 people. Statistical tests using Chi Square to see the relationship and how much risk between the two variables. That is the variable age, years of work, Shift work, and noise associated with occupational injuries to workers in Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakarsa in July - December 2010.

The studies result showed that of the 120 respondents were 24 (20%) of respondents have ever had accident and 96 (80%) of respondents have never had an accident. From the results of bivariate statistical tests found no relationship between age with occupational injuries and OR of 4.709, there is a relationship between the period of employment with workplace accidents and OR of 4.886, there is a relationship between shift work by accident.

To prevent accident within the PT Indocement Tunggal Prakasa specially in plant division should the company improve knowledge workers with training to workers that young and the new worker, procedures and safe work well, conduct safety talk before work, improve coordination and communication between group shifts, arrange time off workers, maaking the program reward and punishment to workers that workers are motivated to work and spirit of better adherence to regulation the Standar Operational Prosedure.

(5)

Skripsi Dengan Judul

STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA

TAHUN 2008-2009

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Desember 2010

(6)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(7)

TTL : Jakarta, 27 September 1986

Alamat : Jl. Karyawan III No. 83 Rt.02/05 Karang tengah, Ciledug - Tangerang Agama : Islam

Gol. Darah : O

No. Telp : 085781238547 RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun

1993 – 1999 SD 05 Kedoya Selatan

1999– 2002 SMP N I91 Duri Kepa Jakarta Barat 2002– 2005 SMAN 112 Jakarta Barat

2006 – 2010 S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI Periode

2010-2011 : Staff Administrasi Komisi Penanggulangan AIDS Tangsel.

2008-2009 : Koordinator Divisi Advokasi Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI)

(8)

اسا Pt. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Tahun 2008 - 2009”

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya untuk senantiasa di jalan yang diridhoi Allah SWT.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang yang tanpa bantuannya penulis belum tentu bisa menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memberikan rasa hormat dan ucapan terimakasih sebanyak- banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang setiap waktu mendoakan penulis dan kepada kk2 ku, mpok

yeni, mpok nung, mpok sinta dan mpok lisa, terima kasih banyak atas dukungan dan do’a

nya.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga selaku pembimbing kedua skripsi penulis.

4. Ibu iting shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan K3 FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing 1 penulis.

5. Seluruh tim penguji sidang skripsi : bu Riastuti Kusumawardani dan pak Ruly yang telah berbaik hati menguji sekaligus membimbing dan memberikan masukan serta sarannya kepada peneliti.

(9)

tri, zaenal)

9. Rekan-rekan angkatan 3G, semoga kita sama-sama dapat menjadi orang yang sukses. Terakhir dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga semua amal kebaikan semua pihak yang telah mendukung dan berbaik hati kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat menambah khazanah pengetahuan penulis khususnya dan pembaca

umumnya, Amiin…

و ا اسل مكي ع ةمحرو ا ه و رب اك هت

Jakarta, Desember 2010

(10)

LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAKSI ... PERNYATAAN PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.4.1 Tujuan Umum ... 9

1.4.2 Tujuan Khusus ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.5.1 Bagi Perusahaan ... 10

1.5.2 Bagi Pekerja ... 10

1.5.3 Bagi Peneliti ... 10

1.5.4 Bagi Program studi kesehatan masyarakat ... 10

(11)

2.1.1 Definisi Kecelakaan Akibat Kerja ... 12

2.1.2 Model Teori Kecelakaan Kerja ... 13

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ... 22

2.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... 24

2.3.1 Umur ... 24

2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 38

2.5 Kerangka Teori ... 41

(12)

4.7 Analisis Data ... 50

4.7.1 Analisis Univariat ... 50

4.7.2 Analisis Bivariat... 50

BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk ... 53

5.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 53

5.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa 54 5.1.3 Struktur Ogranisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa ... 55

5.1.4 Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakarsa ... 55

5.1. 5 Sistem manajemen PT. Indocement Tunggal Prakarsa ... 57

5.1. 6 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 57

5.2 Gambaran Umum Plant Division... 58

5.2.1 Gambaran Umum Ketenaga Kerjaan di Plant Divisiom ... 58

5.1.1 Gambaran Prosen Produksi Semen ... 60

5.3 Gambaran Kecelakaan Kerja pada Pekerja Divisi Plant ... 63

5.4 Gambaran Umur, Masa Kerja dan Shift Kerja pada Pekerja Divisi Plant... 65

5.4.1 Gambaran Umur Kerja pada Pekerja Divisi Plant ... 65

5.4.2 Gambaran Masa Kerja pada Pekerja Divisi Plant ... 65

5.4.3 Gambaran Shift Kerja pada Pekerja Divisi Plant ... 65

5.5 Gambaran Tingkat Kebisingan pada Pekerja Divisi Plant ... 66

5.6 Hubungan karakteristik pekerja dengan kecelakaan Kerja pada pekerja di dicisi plant ... 67

5.6.1 Hubungan umur dengan kecelakaan kerja ... 67

5.6.2 Hubungan masa kerja dengan kecelakaan kerja ... 68

5.6.3 Hubungan shift kerja dengan kecelakaan kerja ... 69

(13)

6.2 Kecelakaan Kerja ... 71

6.3 Hubungan antara Umur dengan kecelakaan kerja ... 72

6.4 Hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja ... 74

6.5 Hubungan antara Shift dengan kecelakaan kerja ... 76

6.6 Hubungan antara Kebisingan dengan kecelakaan kerja ... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 80

7.2 Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(14)

Nomor Tabel Halaman 1.1 Data kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk ... 5

2.1 NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 Tahun 1999 .. 31 4.1 Tabel silang kasus kontrol dilihat dari faktor risiko ... 51 5.1 Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk .... 56 5.2 Jumlah Tenaga KerjaKerja Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakasa

Tbk Tahun 2010 ... 58 5.3 Distribusi Frekuensi Kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 ... 63 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja di divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 ... 64 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebisingan di divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 ... 64 5.6 Tabulasi Silang Antara Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan kerja di

divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 67 5.7 Tabulasi Silang Antara kebisingan dengan Kecelakaan kerja di divisi plant

(15)

Nomor Gambar Halaman

2.1 Bagan konsep model epidemiologi ... 19

2.2 Loss Causation Model Bird Germain ... 21

2.3 Kerangka Teori ... 42

3.1 Kerangka Konsep ... 43

4.1 diagaram Case Control Study ... 46

5.1 Logo PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk ... 54

5.2 Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk... 55

5.3 Sistem rotasi Shift Kerja ... 59

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan yang menimbulkan kerugian pada manusia dan harta benda akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur

(Depnaker, 1998). Menurut Suma’mur (1995), definisi kecelakaan adalah

kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

(17)

keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika. Di Indonesia, jumlah kejadian kecelakaan kerja tidak memiliki angka yang pasti. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang tidak bersedia untuk menyampaikan kerugian materil yang diderita dari kecelakaan yang terjadi. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) memperkirakan kerugian tidak langsung yang menimpa dunia usaha akibat lemahnya penerapan K3 di tempat kerja mencapai RP.750 milyar/tahun (Husna, 2007).

(18)

meninggal karena kecelakaan kerja meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pekerja yang meninggal karena kecelakaan kerja pada 2008 sebanyak 2,124 orang, pada 2007 sebanyak 1.883, dan pada 2006 sebanyak 1.597 orang (Majalah KATIGA, 2008).

Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990) fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan biologi. Ferrel dalam Colling (1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia, kesalahan manusia tersebut terjadi karena berada dalam situasi seperti overload (beban yang berlebihan), tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan serta aktivitas yang tidak semestinya dilakukan. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model yang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic Causes:(penyebab dasar),. Immediate Cause (penyebab langsung).

(19)

terdapat hubungan antara umur dan unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja,.Hasil penelitian yang dilakukan Kadarwati (2002) terhadap pekerja di bagian produksi PT. Luxindo Nusantara terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.Hasil penelitian yang dilakukan Sukamto (2004) di perusahaan yang bergerak dalam pertambangan menunjukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecelakaan kerja. Hasil penelitian yang dilakukan Jawawi (2008) ) terhadap pekerja di bagian produksi PT HOK TONG terdapat hubungan antara shift kerja dan beban kerja dengan kejadian kecelakaan kerja

(20)

Tabel 1.1

Data kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tahun 2008-2009

Sumber : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Dari tabel di atas dapat di lihat kasus kecelakaan kerja di Indocement pada tahun 2008 tercatat 108 kasus dengan Frequency Rate (FR) 1,7 dan Severity Rate (SR)12,6 . Pada tahun 2009 angka kecelakaan kerja menjadi 93 kasus dengan nilai

Frequency Rate (FR) 2,1 dan Severity Rate (SR) 1582,8. Jika dilihat dari data diatas walaupun jumlah kecelakaan turun namun jumlah jam kerja yang hilang tinggi sehingga mempengaruhi nilai FR dan SR yang mengalami peningkatan pada tahun 2009. Padahal perusahaan mengharapkan tidak terjadi kecelakaan lagi (zero accident ) sehingga nilai FR dan SR menurun dan perusahaan terhindar dari kerugian.

Kecelakaan kerja diatas tersebar di setiap divisi-divisi yang terdiri dari

(21)

HTC, AFR, QSM, Plant.di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 1.1

Grafik 1.1

Distribusi Kecelakaan Berdasarkan Divisi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Tahun 2008-2009

Sumber : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Berdasarkan grafik 1.1 kecelakaan tertinggi terjadi di divisi Plant yang bila di gabung dari 9 plant kecelakaan pada tahun 2008 ada 56 kasus dan pada tahun 2009 menjadi 60 kasus, sedangkan yang paling rendah bahkan hampir tidak ada kecelakaan yaitu divisi GMo, GECD, PFAD, Logistic, HTC, AFR, dan QSM.

(22)

Plant merupakan tempat pengolahan bahan baku sampai menjadi semen yang siap dipasarkan, di dalamnya terdapat tiga departemen yaitu Produksi,

Electric, dan mechanical. Di departmen produksi dibagi lagi menjadi beberapa

section yaitu raw mill, burning, finish mill, coal mill, dan packing. Di departemen

Electric di bagi menjadi dua section yaitu maintenance dan instrument. Adapun untuk department mechanical dibagi menjadi dua section juga yaitu RM & Kiln dan FM & PH.

Dari data di atas Plant merupakan divisi yang memiliki kasus tertinggi di banding divisi lain dan cenderung meningkat, hal ini sangat merugikan bagi perusahaan maupun pekerja karena akibat kecelakaan selain mengganggu proses produksi, perusahaan juga harus menanggung biaya kecelakaan pekerja dan untuk pekerja dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Melihat masih tingginya kasus kecelakaan pada tahun 2008-2009 khususnya di divisi Plant yang dapat menimbulkan banyak kerugian bagi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dari hal tersebut, peneliti ingin meneliti tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

1.2. Rumusan Permasalahan

(23)

menjadi 93 kasus pada tahun 2009, namun terjadi peningkatan nilai FR dari 1,7 menjadi 2,1 dan SR dari 12,6 menjadi 1582,8 serta hari kerja yang hilang dari 105 menjadi 12.158. Pada plant division memiliki kasus tertinggi dibanding divisi lain pada tahun 2008 terdapat 56 kasus kecelakaan dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 60 kasus, padahal perusahaan mengharapkan tidak terjadi kecelakaan kerja lagi (zero accident). Tingginya kasus kecelakaan kerja selama dua tahun terakhir tentunya membawa dampak kerugian baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan.

Banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, anntara lain faktor pekerja, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan (Colling, 1990). Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti tentang Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2008 – 2009.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009 ?

2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009 ? 3. Apakah umur merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi

(24)

4. Apakah masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009 ? 5. Apakah shift kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 – 2009 ? 6. Apakah kebisingan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 – 2009 ?

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2008-2009.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, shift kerja kebisingan pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

3. Diketahuinya risiko antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. 4. Diketahuinya risiko antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada

(25)

5. Diketahuinya risiko shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

6. Diketahuinya risiko antara kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Perusahaan

Dengan diketahuinya faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat melakukan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap faktor risiko yang paling banyak menyebabkan kecelakaan kerja tersebut, agar tenaga kerja terhindar dari kecelakaan.

1.5.2. Manfaat Bagi pekerja

Dengan mengetahui faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kecelakaan maka pekerja dapat lebih memahami hal-hal yang dapat mereka lakukan agar terhindar dari kecelakaan kerja.

1.5.3. Manfaat bagi Peneliti

Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah, khususnya masalah faktor risiko kejadian kecelakaan kerja.

(26)

Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya faktor risiko kecelakaan kerja.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. Sasaran penelitian adalah pekerja yang ada diarea Plant dengan jumlah sampel 120 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2010 oleh mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun lokasinya pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Hal ini dilakukan karena Kasus kecelakaan kerja di Indocement pada tahun 2008 tercatat sebanyak 108 kasus. Pada tahun 2009 angka kecelakaan kerja menurun menjadi 93 kasus, namun terjadi peningkatan nilai FR dari 1,7 menjadi 2,1 dan SR dari 12,6 menjadi 1582,8 serta hari kerja yang hilang dari 105 menjadi 12158. Pada divisi Plant memiliki kasus tertinggi dibanding divisi lain pada tahun 2008 terdapat 56 kasus kecelakaan dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 66 kasus. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kecelakaan Akibat Kerja

2.1.1 Definisi Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Frank E. Bird Jr (1990), Kecelakaan adalah suatu sumber peristiwa yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh atau struktur.

Menurut Slote (1987), kecelakaan adalah produk akhir dari urutan tindakan atau kejadian yang berakhir pada konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti luka ringan, luka berat, kerusakan alat, gangguan, penundaan produksi atau kerusakan.

(29)

2.1.2 Model Teori Kecelakaan Kerja

Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori-teori kecelakaan sebagai berikut: a. Teori Domino Heinrich

Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W. Heinrich (1931) berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan

diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa:

(30)

2) Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. 3) Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan

yang berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.

4) Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya disertai dengan kerugian.

5) Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan bahkan kematian.

Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar permasalahan dari terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.

(31)

dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.

1) Human Error Model

Russel Ferrel dalam Colling (1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini:

a) Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya.

b) Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan.

c) Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil risiko.

(32)

situasi. Sumber dari beban ini kemudian bisa dibandingkan dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-pikirannya, tingkat pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-obatan dan polusi, jumlah tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi.

Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam situasi kerja.

Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagian-bagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat situasi.

b. Teori Kecelakaan Model Petersen

(33)

yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem. Penyebab-penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau keduanya.

Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3 (tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model.

Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka berada, tekanan produksi, dan lain-lain.Teori ini mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic,

(34)

c. Model Epidemiologi

Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan. Suatu model epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990). Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan. Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai studi tentang interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang menyebabkan penyakit.

(35)

penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan beserta sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor lingkungan.

Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological

(Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990)

d. Loss Causation Model

Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu

(36)

kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang terdiri dari:

1) Lack of Control (kurang kendali)

Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam menecegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control

yaitu:

a) Inadequate programe

Hal ini dikarenakan program yang tidak bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup. b) Inadequate programe standards

Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak baik.

c) Inadequate compliance -with standards

Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering terjadi.

2) Basic Causes: (penyebab dasar)

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:

a) Personal factor, faktor kepemirnpinan atau kepengawasan.

(37)

3) Immediate Causes

Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes

meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi. Faktor sub-standard diantaranya tindakan tidak aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain.

Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 : Gambar 2.2

Loss Causation Model Bird & Germain (1990)

LACK OF CONTROL

BASIC

CAUSES IMMEDIATE CAUSES INCIDENT LOSS

(38)

Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat terjadi (combination Theori) (ILO, 1989).

2.2Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam

Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam

penggolongan, yaitu :

a. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja 1) Terjatuh.

2) Tertimpa benda jatuh.

3) Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh. 4) Terjepit oleh benda.

5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. 6) Pengaruh suhu tinggi.

7) Terkena arus listrik.

8) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

(39)

b. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja 1) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik. 2) Alat angkut dan alat angkat.

3) Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik. 4) Bahan-bahan atau zat-zat radiasi.

5) Lingkungan kerja.

6) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut. 7) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau

data tak memadai.

c. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan 1) Patah tulang.

2) Dislokasi atau keseleo. 3) Regang otot atau urat. 4) Memar dan luka dalam lain. 5) Amputasi.

6) Luka-luka lain. 7) Luka di permukaan. 8) Gegar dan remuk. 9) Luka bakar.

10)Keracunan-keracunan mendadak (akut). 11)Akibat cuaca.

(40)

13)Pengaruh arus listrik. 14)Pengaruh radiasi.

15)Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. d. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh

1) Kepala, Leher, dan Badan. 2) Anggota atas.

3) Anggota bawah. 4) Banyak tempat. 5) Kelainan umum.

6) Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.

2.3Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 2.3.1 Umur

(41)

Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir enampuluhan dan tujuhpuluhan. ILO dalam Arifin (2004) , menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2004), menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Romy, 2006) tentang kajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja.

2.3.2 Jenis kelamin

(42)

2.3.3 Masa kerja

Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989). Menurut M. A. Tulus (1992), Masa kerja dapat dikategorikan, menjadi :

1. Masa kerja baru : < 6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di pabrik frame kacamata PT. Luxindo Nusantara Semarang tahun 2006 terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.

2.3.4 Unit Pekerjaan

Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko

terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam

(43)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Romy, 2006) tentang kajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 terdapat hubungan antara tempat kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.

2.3.5 Shift kerja

(44)

2.3.6 Kelelahan Kerja

Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja ( Benny dan Achmadi, 1991 ). Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja. Kelelahan disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya beban kerja, Beban kerja harus seimbang dengan kemampuan individu, Ketika beban kerja telah melebihi kemampuan individu maka akan terjadi kelelahan kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

2.3.7 Kebisingan

Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik di lingkungan kerja yang sering muncul. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan antara lain intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lama berada dalam lingkungan bising.

(45)

disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap (Suma’mur, 1996). Bunyi dinilai sebagai bising sangatlah relatif sekali, suatu contoh misalnya musik di diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidak merasa suatu kebisingan, tetapi bagi orang–orang yang tidak pernah berkunjung di diskotik akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu (Gabriel, 1997).

Menurut Suma’mur (1996) bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel (db). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000 Hz.

(46)

adalah yang dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker, 2004).

2.3.7.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan

(47)

Tabel 2.1.

NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 TAHUN 1999

Waktu Pemajanan /Hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

(48)

2.3.7.2 Pengukuran Kebisingan

Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos pada tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan informasi yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan kebisingan; pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung telinga; pembekalan /pelatihan terhadap karyawan.

a. Alat Pengukur Kebisingan

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan

(49)

ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.

Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan sebagaimana Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai berikut :

1) Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan standar yang akan diacu dalam survei. 2) Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi

(50)

kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen,

raincover, dan lain-lain.

3) Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran berlangsung.

4) Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan.

5) Bila pengukuran dilakukan dengan free-field

microphone (standar IEC) maka SLM diarahkan lurus ke sumber. Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random incidence microphone (ANSI), maka SLM harus diorientasikan sekitar 70o - 80o terhadap sumber bising.

6) Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, maka sangat penting untuk memilih mikropon dan mounting yang tepat yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik omnidirectional terbaik.

(51)

8) Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk mendapatkan pembacaan yang akurat.

9) Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking suara dari arah tertentu.

10)Saat pengukuran berlangsung, selalu perhtikan haal-hal berikut: (a) Hindari pengukuran dekan bidang pemantul; (b). Lakukan pengukuran pada jarak yang tepat, sesuai dengan standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising latar; (d). Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber bising yang diukur; (e). Selalu gunakan windshield (windscreen), dan (f). Tolak pembacaan overloud.

(52)

detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis suara (impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data bising latar; termasuk chart yang digunakan untuk perhitungan; (h). Kondisi lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur (jenis mesin, beban, kecepatan, dll); (j). Tanggal pengukuran dan nama operator.

2.3.8 Pencahayaan

(53)

tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.

Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah:

1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.

3. Kerusakan alat penglihatan.

4. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003).

2.3.9 Faktor Kimia

(54)

2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya. Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14). Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker, 1996:8).

Menurut Suma’mur (1981:11), yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut :

a. Peraturan perundangan

Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi

(55)

c. Pengawasan

Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

d. Pengawasan bersifat teknik

Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

e. Riset medis

Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Komunikasi

Yaitu berkenaan dengan informasi kesehatan dan keselamatan kerja.

(56)

Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya.

h. Pendidikan

Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

i. Latihan-latihan

Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

j. Penggairahan

Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

k. Asuransi

(57)

Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pigak yang bersangkutan.

Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh (Suma’mur,1981:11).

2.5 Kerangka Teori

(58)

Kecelakaan

kerja

`Gambar 2.2 Kerangka teori

Sumber : Colling (1990), benny dan achmadi (1991)

Kelelahan Unit pekerjaan

Umur

Jenis Kelamin

Shift kerja Massa Kerja

Faktor kimia Pencahayaan

(59)

Kecelakaan kerja

PT. Indocement

Tunggal Prakarsa

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1Kerangka Konsep

Penelitian ini meneliti faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di Divisi Pant PT. Indocement Tunggsl Prakarsa, variabel yang diteliti adalah umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan. Untuk variabel jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen, pekerja yang berada di bagian produksi semuanya laki-laki, untuk variabel kelelahan tidak diteliti karena tidak ada data riwayat kelelahan di masa lalu. Untuk variabel unit kerja tidak diteliti karena dijadikan faktor yang matching dalam pengambilan sampel penelitian. Adapun untuk variabel pencahayaan dan faktor kimia tidak diteliti karena tidak terdapat data hasil pengukuran faktor kimia dan pencahayaan, sehingga hal ini menjadi salah satu kekurangan dalam penelitian.

Gambar 3.1 Kerangka konsep

Umur

shift kerja

(60)

1. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi di area plant dan tercatat dalam laporan kecelakaan

Safety departement.

kuesioner Wawancara 0. Ya 1. Tidak

Ordinal

2. Umur Masa yang pernah dilalui seseorang sejak tahun kelahiran sampai mengalami kecelakaan di divisi Plant PT Indocement Prakarsa Tbk .

4 Shift kerja Kerja bergilir yang dilakukan di luar jam kerja normal (Kuswadji, 1997)

5 Kebisingan Nilai kebisingan lingkungan yang

(61)

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.

2. Masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.

3. Shift kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

(62)

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi dengan desain case control study

dan menggunakan faktor unit kerja sebagai matching. Penelitian ini dibedakan berdasarkan dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kasus adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang mengalami kecelakaan kerja pada rentang waktu tahun 2008-2009, sedangkan kontrol yaitu pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tidak mengalami kecelakaan kerja tahun 2008-2009.

(63)

Penelitian ini dilaksanakan di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selama bulan juli sampai bulan oktober tahun 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang masih aktif bekerja pada saat penelitian ini dilakukan. Kriteria kasus penelitian ini adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang mengalami kecelakaan kerja pada rentang waktu tahun 2008-2009. Sedangkan kontrol penelitian adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tidak mengalami kecelakaan kerja.

Jumlah sampel pada penelitian ini di hitung dengan memanfaatkan rumus besar sampel uji hipotesis perbedaan 2 proporsi yaitu (Lemeshow, 1997) :

Keterangan:

N : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian Z1-a/2 : Derajat kepercayaan (confident interval/CI)

Z1-b/2 : Kekuatan uji

P1 : Proporsi Umur < 29 yang mengalami kecelakaan = 0.605

P2 : Proporsi Umur > 29 yang mengalami kecelakaan = 0.214

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh besar sampel sebesar 24 sampel, dengan perbandingan besar sampel antara kasus : kontrol = 1 : 4 , sehingga kasus yang dibutuhkan

N = {z

1-a/2

(2

P

(1-

P

) + z

1-b

P

1

(1-

P

1

)+

P

2

(1-

P

2

)}

2

(64)

purposive sampling artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Objek dalam hal ini penelitian adalah pekerja divisi plant PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sesuai dengan kriteria kasus yaitu pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2008-2009 dan ada saat penelitian dilakukan sedangkan kriteria kontrol yaitu pekerja yang tidak pernah mengalami kecelakaan tahun 2008-2009.

4.4 Pengumpulan Data 4.4.1Kecelakaan kerja

Data kecelakaan kerja diperoleh melalui data kecelakaan yang dimiliki oleh Safety departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa.

4.4.2Tingkat Kebisingan

Data kebisingan diperoleh melalui data pengukuran kebisingan yang dimiliki oleh divisi Hazard and monitoring PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tahun 2008-2009

4.4.3Data Umur, Shift kerja, dan masa kerja

Data Umur, unit kerja, Shift kerja, dan masa kerja diperoleh melalui angket yang diisi langsung oleh pekerja.

4.5 Instrumen Penelitian

(65)

4.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Editing, Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban kuesioner, konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban pada kuesioner. Sehingga dapat diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.

2. Coding, merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban kuesioner yang ada untuk mempermudah proses pengolahan dalam komputerisasi. Mengkode jawaban adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

Pada proses coding ini, variabel indepent dan dependent akan diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa yaitu :

Variabel kecelakaan kerja Ya [0]

Tidak [1]

Variabel usia pekerja Risiko tinggi jika < 29 tahun [0] Risiko rendah jika > 29 tahun [1] Variabel masa kerja Risiko tinggi jika < 10 tahun [0] Risiko rendah jika > 10 tahun [1] Variabel Shift kerja Risiko tinggi jika Shiftt 3 [0]

(66)

3. Entry Data, Data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning Data, Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui missing data, mengetahui variasi data dan mengetahui konsistensi data.

4.7 Analisis Data 4.7.1Univariat

Analisa dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang diamati kemudian disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, maupun grafik. Variabel yang di analisis ialah variabel dependent dan independen. Variabel tersebut ialah kecelakaan kerja, umur, masa kerja, shift kerja, kebisingan.

4.7.2Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemaknaan dan besarnya hubungan variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan, sedangkan yang merupakan variabel dependennya adalah kecelakaan kerja.

(67)

kecelakaan.

Nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 dengan demikian bila hasil penelitian P value < 0,05 maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan. Apabila nilai OR <1, berarti faktor risiko yang diteliti justru mengurangi faktor efek (faktor protektif). Apabila nilai OR =1 maka faktor risiko tidak berpengaruh terhadap faktor efek, sedangkan bila nilai OR >1 berarti faktor risiko menimbulkan efek.

Tabel 4.1

Tabel silang kasus control dilihat dari faktor risiko

Faktor Risiko

Kecelakaan Kerja

Total Kasus Kontrol

Positif A b a+b

Negatif C d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d (N)

Odds Ratio OR = ad bc Interpretasi Odds Ratio :

OR = 1 : Tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan independen OR > 1 : variabel independen merupakan faktor risiko terhadap variabel dependen OR < 1 : variabel independen merupakan faktor protektif terhadap variabel

(68)

- Jika batas bawah dan batas atas, keduanya dibawah 1 atau keduanya diatas 1 maka ada hubungan bermakna.

(69)

5.1. Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk berdiri pada tanggal 16 Januari 1985. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam perseroan terbatas ini adalah: PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE), PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE), PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE), PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE), PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PAMICE), dan PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement (TMPC).

PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Perseroan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Perseroan saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

(70)

merek dagang “Tiga Roda”.

5.1.2. Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Visi: Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ramah lingkungan.

Misi: Pemimpin pasar domestik berkualitas di industri semen pada 2011 dan pemimpin pasar domestik di industri bahan bangunan pada 2013.

Motto: Turut Membangun Kehidupan Bermutu / BETTER SHELTER FOR BETTER LIFE

Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010

Gambar 5.1.

(71)

CITEREUP OPERATION

General Affair Dept. Finance & Acc Dept.

Delivery MIS

Paper Bag Audit Human Res. Dept.

Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010

5.1.4. Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

(72)

Tabel 5.1.

Sumber Daya Manusia (SDM)

PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

Departemen Total 5.1.5. Sistem Manajemen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Sistem manajemen yang digunakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk diantaranya adalah:

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

2. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001

3. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Permenaker 05/Men1996 dan OHSAS 18001

(73)

5.1.6. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Masalah keselamatan dan kesehatan adalah salah satu prioritas utama dari Indocement, dimana Perseroan memberikan perhatian terhadap pelaksanaan dan kepatuhan terhadap prosedur standar baku operasi sebagai suatu cara untuk mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Karyawan dan keluarganya mendapatkan fasilitas yang memadai dalam pelayanan kesehatan yang layak, baik di klinik kesehatan yang berada di dalam dan sekitar pabrik, maupun di luar lokasi yang disediakan oleh Perseroan. Fasilitas rawat inap juga diberikan bagi para purnakarya hingga 5 tahun setelah memasuki masa pensiun normal.Inisiatif lainnya dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja di Indocement termasuk upaya untuk mengurangi hilangnya waktu kerja sampai ke tingkat tanpa kecelakaan (zero accident). Indocement juga meningkatkan kesadaran keselamatan kerja para manajer

lini dengan mengamati secara cermat kejadian yang masuk kategori “nyaris

-kecelakaan” (near-miss occurances).

5.2. Gambaran Umum Plant Division

5.2.1. Gambaran Umum Ketenagakerjaan di Plant Division

(74)

tahun 2010

No Tenaga Kerja Total

1 Staf 432

2 Non-staf 640

Total 1072

Sumber: HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010

Dari data di atas diketahui bahwa dari 1072 tenaga kerja pada divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tenaga kerja kontrak sebanyak 640 pekerja dan tenaga kerja tetap sebanyak 432 pekerja.

Jadwal Shift kerja pada divisi plantPT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

1. Shift 1 (pagi)

a. Senin-kamis : pukul 07.00 – 15.00 b. Jumat : pukul 07.00 – 16.00 2. Shift 2 (sore)

a. Senin – kamis : pukul 15.00 – 23.00 b. Jumat : pukul 16.00 - 24.00 3. Shift 3 (malam) :

(75)

Gambar 5.3 Sitem rotasi Shift Kerja

Week

Monday Group A Tuesday Group A Wednesday Group B Thursday Group B Friday Group C Saturday Group C Sunday Group D

5.2. 3. Gambaran Proses Pembuatan Semen

Proses produksi semen dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan dalam pembuatan semen dilakukan secara otomatis dan sepenuhnya dilakukan oleh mesin. Sedangkan manusia berperan dalam pengoperasian mesin-mesinnya. Tahapan-tahapan pemroduksian semen tersebut adalah :

1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (Quarrying)

Proses penambangan dan penyediaan bahan baku bertujuan untuk menyediakan bahan baku berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi, dan pasir silika.

2. Pengeringan dan penggillingan bahan baku (Drying & Grinding)

(76)

merata

3. Pembakaran dan Pendinginan Klinker (Kiln Burning & Cooling)

Proses pembakaran bahan baku untuk membentuk clinker dalam proses produksi semen merupakan tahap terpenting. Proses pembakaran bahan baku ini dilakukan dengan suhu 200°C- 1000°C dalam suspension preheater. Setelah itu, material dikirim ke rotary kiln untuk proses pembakaran inti dengan suhu ± 900°C -1450°C. Material yang sudah melewati tahap ini disebut clinker. Clinker panas akan didinginkan secara mendadak ke dalam alat AQC (Air Qinching Cooler) sehingga suhunya menurun dari 1200°C menjadi 50°C – 00°C. Clinker yang dihasilkan memiliki diameter 1-2 cm dan merupakan bahan setengah jadi.

4. Penggilingan Akhir (Finish Grinding)

Pada proses ini dilakukan penggilingan clinker di dalam cement mill dan penambahan aditif agar menjadi semen yang memenuhi syarat kehalusan. Kehalusan semen adalah salah satu penentu utama dari semen yang dihasilkan.

5. Pengantongan (Packing)

(77)

dikemas, semen diangkut oleh belt conveyor ke atas truk pengangkutan.

Gambar 5.4

Proses Produksi Semen di PT. Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk

Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010

5.3. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant

(78)

NO Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 24 20 %

2 Tidak 96 80 %

Jumlah 120 100 %

Dari data pada tabel 5.3 diketahui bahwa pekerja yang mengalami kecelakaaan kerja dikategorikan sebagai kasus dalam penelitian ini sebanyak 24 pekerja (20%). Sedangkan pada pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja, dikategorikan sebagai kontrol atau pembanding dalam penelitian ini sebanyak 96 pekerja (80%).

5.4 Gambaran Umur, Masa Kerja dan Shift Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Pada Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009

NO Karakteristik Pekerja Frekuensi Persentasi (%) 1 Umur

5.4.1 Gambaran Umur Pada Pekerja di Divisi Plant

Gambar

Gambaran Umum Plant Division.........................................................
Tabel silang kasus kontrol dilihat dari faktor risiko .....................
Tabel 1.1 Data kecelakaan  kerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Grafik 1.1 Distribusi Kecelakaan Berdasarkan Divisi PT. Indocement Tunggal Prakarsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai jenis pekerjaan di areal PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk mempunyai potensi bahaya dan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tinggi. Apabila

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder laporan keuangan tahunan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dari periode 2011-2015.. Hasil dari penelitian

Data- data yang diperoleh dari CCR, QC, dan Laboratorium pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Spesifikasi dari alat Suspension Preheater. Feed masuk ke

Rasio solvabilitas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang diukur dengan debt to equity ratio dan debt to total assets ratio menunjukan bahwa perusahaan dalam

Menurut data keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah diolah ditemukan bahwa fenomena tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah mengetahui kualitas batubara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Unit Palimanan Cirebon yang digunakan untuk pembakaran

Berbagai jenis pekerjaan di areal PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk mempunyai potensi bahaya dan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tinggi. Apabila

Pembahasan Dari hasil penelitian yang telah kami teliti terkait “Pengaruh Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penerapan Green Accounting Terhadap Laba PT Indocement Tunggal Prakarsa,