• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI

DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2014

RETNO ANDARI 135102024

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D – IV BIDAN PENDIDIKFAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014 ABSTRAK

Retno Andari

Latar Belakang : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium. Pada saat haid, beberapa perempuan ada yang mengalami berbagai gangguan haid yang salah satunya adalah nyeri haid (dismenore).

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik propotionate stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi tentang karakteristik haid dan penimbangan berat badan serta pengukuran tinggi badan. Tempat penelitian dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. Dan analisis data yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan, responden paling banyak berusia 16 tahun sebanyak 65 orang (69,1 %), usia menarche terjadi pada usia < 12 – 14 tahun sebanyak 93 orang (98,9 %), siklus haid normal sebanyak 77 orang (81,9 %), lama haid < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %), status gizi tidak obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %), yang mengalami dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %) dan derajat nyeri pada derajat I sebanyak 60 orang (63,8 %). Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh antara usia menarche (p = 1,000), siklus haid (p = 0,154), lama haid (p = 0, 590), status gizi (p = 0, 371) terhadap kejadian dismenore primer.

Kesimpulan : Dari semua faktor yang diteliti dalam penelitian ini tidak ada yang menunjukkan dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Siswi yang mengalami dismenore disertai dengan umur menarche yang cepat, lama haid yang panjang, siklus haid yang tidak normal dan status gizi yang berlebih agar memeriksakan diri ke dokter untuk pencegahan dini terhadap penyakit – penyakit lainnya.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA

Dharma Pancasila Medan Tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai syarat

untuk menyelesaikan pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisanKarya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah ini

sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi

D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K), selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen danStaf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan karya

(6)

5. Teristimewa dan tercinta kedua orang tua, Ayah (Wardianto) dan Ibu

(Sariani) yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan,

mendidik, membesarkan penulis dengan cinta dan kasih sayang serta

perhatian.

Semoga bantuan dan budi baik yang berupa materil dan spiritual yang telah

diberikan kepada penulis, mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap

semoga penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan Ilmu Kebidanan.

Medan, Juni 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB – I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Utama ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB – II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Remaja ... 5

1. Pengertian Remaja ... 5

2. Tahap – Tahap Masa Remaja ... 5

B. Dismenore ... 6

1. Pengertian Dismenore ... 6

2. Klasifikasi Dismenore ... 6

3. Manifestasi Klinis ... 7

4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Terjadinya Dismenore... 8

5. Intensitas Dismenore ... 14

6. Penanganan Dismenore ... 15

(8)

A. Kerangka Konsep ... 18

B. Hipotesis ... 18

C. Defenisi Operasional ... 19

BAB – IV Metodologi Penelitian ... 20

A. Desain Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel ... 20

C. Tempat Penelitian ... 21

D. Waktu Penelitian ... 21

E. Etika Penelitian ... 21

F. Alat Pengumpulan Data ... 22

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22

H. Pengumpulan Data ... 23

I. Pengolahan Data ... 24

J. Analisis Data ... 24

BAB – V Hasil dan Pembahasan ... 26

A. Hasil ... 26

1. Analisis Univariat... 26

2. Analisis Bivariat ... 29

B. Pembahasan ... 33

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 33

2. Keterbatasan Penelitian ... 37

3. Implementasi Penelitian ... 37

BAB – VI Kesimpulan dan Saran ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39

Daftar Pustaka ... 40

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Manifestasi Klinis Dismenore ... 8

Tabel 2.2. Kategori Batas IMT Untuk Indonesia ... 14

Tabel 2.3. Intensitas Dismenore ... 14

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 19

Tabel 4.1. Pembagian Responden Kelas XI di SMA Dharma Pancasila ... 21

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Item Kuesioner di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 26

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 27

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 27

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 28

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 28

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 28

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenore di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 29

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Nyeri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 29

Tabel 5.9. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Tahun 2014 ... 30

Tabel 5.10. Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada RemajaPutri di SMA Dharma Pancasila Tahun 2014 ... 31

Tabel 5.11. Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada RemajaPutri di SMA Dharma Pancasila Tahun 2014 ... 32

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Lampiran 3 : Surat Izin Survei Awal

Lampiran 4 : Surat Balasan Survei Awal

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 7 : Lembar Kuesioner

Lampiran 8 : Master Data Penelitian

Lampiran 9 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

(13)

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014 ABSTRAK

Retno Andari

Latar Belakang : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium. Pada saat haid, beberapa perempuan ada yang mengalami berbagai gangguan haid yang salah satunya adalah nyeri haid (dismenore).

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik propotionate stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi tentang karakteristik haid dan penimbangan berat badan serta pengukuran tinggi badan. Tempat penelitian dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. Dan analisis data yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan, responden paling banyak berusia 16 tahun sebanyak 65 orang (69,1 %), usia menarche terjadi pada usia < 12 – 14 tahun sebanyak 93 orang (98,9 %), siklus haid normal sebanyak 77 orang (81,9 %), lama haid < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %), status gizi tidak obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %), yang mengalami dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %) dan derajat nyeri pada derajat I sebanyak 60 orang (63,8 %). Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh antara usia menarche (p = 1,000), siklus haid (p = 0,154), lama haid (p = 0, 590), status gizi (p = 0, 371) terhadap kejadian dismenore primer.

Kesimpulan : Dari semua faktor yang diteliti dalam penelitian ini tidak ada yang menunjukkan dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Siswi yang mengalami dismenore disertai dengan umur menarche yang cepat, lama haid yang panjang, siklus haid yang tidak normal dan status gizi yang berlebih agar memeriksakan diri ke dokter untuk pencegahan dini terhadap penyakit – penyakit lainnya.

(14)

BAB – I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak – anak ke masa

dewasa. Masa ini disebut juga sebagai fase perkembangan yang dinamis dalam

kehidupan seseorang. Masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,

kognitif, sosial dan emosional.

Perubahan paling awal yaitu perkembangan secara fisik atau biologis, yang

salah satunya adalah remaja mulai mengalami haid. Haid adalah perdarahan secara

periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium

(Proverawati & Misaroh, 2009).

Perempuan yang sedang haid sering kali disertai dengan berbagai gangguan

haid. Misalnya, mengalami kram karena kontraksi otot – otot halus pada rahim, sakit

kepala, sakit perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa

tersumbat bahkan selalu ingin menangis serta sering berujung pada kemarahan,

depresi hingga nyeri haid (dismenore) yang luar biasa yang dapat mengganggu

aktivitas sehari - hari (Anurogo, 2011).

MenurutAnwar (2011), dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan

rasa kram dan terpusat di abdomen (perut) bagian bawah. Dismenore dapat dibagi

menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer

adalah rasa sakit yang terjadi pada saat haid tanpa dijumpai kelainan pada alat

reproduksi sedangkan dismenore sekunder adalah rasa sakit yang terjadi pada saat

(15)

Nyeri haid atau dismenore adalah keluhan yang sering dijumpai di kalangan

wanita usia subur termasuk remaja. Namun, dismenore yang terjadi pada remaja

adalah dismenore primer. Menurut Morgan dan Hamilton (2009) dalam Desi (2011),

dismenore primer yang terjadi pada remaja, persentasenya sebesar 40 – 50%, yang

umumnya terjadi 1 – 3 tahun setelah menarche. Di Canada, didapatkan 60% remaja

yang mengalami dismenore primer dengan kualitas nyeri sedang sampai berat,

diantaranya 51% aktivitas mereka menjadi terbatas dan 17% dari mereka tidak hadir

di sekolah yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu.

Sedangkan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25%, yang terdiri dari

54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso, 2008).

Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu

bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama

untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula

yang tidak kuasa beraktivitas karena nyerinya (Proverawati & Misaroh, 2009).

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore primer, yaitu faktor

endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor konstitusi,

faktor alergi, faktor haid pertama pada usia dini, periode haid yang lama, aliran darah

haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif terkena penyakit,

kegemukan dan mengkonsumsi alkohol (Anuroho, 2011). Namun, dari berbagai

faktor yang dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, masih

banyak yang belum dimengerti. Dan dari survei pendahuluan yang dilakukan peneliti

terhadap 10 orang siswa putri di SMA Dharma Pancasila Medan, didapat 9 siswa

mengalami dismenore dan 1 siswa yang tidak mengalami dismenore. Maka, dari

(16)

Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA

Dharma Pancasila Medan Tahun 2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah adalah:

Apa saja Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada

Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer

pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja

putri ditinjau dari usia menarche di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014.

b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja

putri ditinjau dari siklus haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2014.

c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja

putri ditinjau dari lama haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2014.

d. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja

putri ditinjau dari status gizi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

(17)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Dapat menjadi sumber informasi dalam pemberian intervensi yang tepat

untuk mengatasi dismenore pada remaja terutama di usia sekolah.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan

Dapat mengoptimalkan peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

dalam mengatasi dismenore pada remaja.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai dismenore yang

terjadi pada remaja.

4. Bagi Remaja (Responden)

Dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai dismenore sehingga

remaja tetap merasa nyaman pada saat haid dan tidak mengganggu aktivitas

belajar.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(18)

BAB – II

TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak – anak ke masa

dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa remaja juga merupakan

salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja sering digambarkan

sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan

kegembiraan dan tantangan (Soetjiningsih, 2004).

Masa remaja didefenisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak –

kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif dan perubahan sosial

yang berlangsung antara 10 – 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal

(10 – 13 tahun), masa remaja tengah (14 – 16 tahun) dan masa remaja akhir (17 – 19

tahun). Sedangkan menurut WHO, yang dikatakan usia remaja adalah adalah antara

10 – 18 tahun ( Poltekkes Depkes, 2010).

2. Tahap – Tahap Masa Remaja

Masa remaja berlangsung dalam 3 tahapan yang masing – masing ditandai

dengan isu – isu biologik, psikologik dan sosial, yaitu:

a. Masa Remaja Awal (10 – 14 Tahun)

Masa remaja awal (10 – 14 tahun) ditandai dengan peningkatan yang cepat

dari pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi, tidaklah mengherankan apabila

sebagian besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini

ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya (Pardede,

(19)

b. Masa Remaja Menengah (15 – 16 Tahun)

Masa remaja menengah (15 – 16 tahun) ditandai dengan hampir lengkapnya

pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan – keterampilan berpikir baru,

peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk

memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua (Pardede, 2002).

c. Masa Remaja Akhir (17 – 20 Tahun)

Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang

dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem

nilai pribadi (Pardede, 2002).

B. Dismenore

1. Pengertian Dismenore

Beberapa pengertian dismenore, yaitu:

a. Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat

perempuan tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering

bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan marah bahkan sampai

pingsan (Mansjoer, 2001).

b. Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan berpusat di

abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang

ringan sampai berat (Anwar, 2011).

c. Dismenore adalah rasa nyeri yang menyertai haid, yang dapat mengganggu

aktivitas kehidupan sehari – hari (Manuaba, 2010).

2. Klasifikasi Dismenore

Dismenore dapat dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore

(20)

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada

panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan

oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin

yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi.

Molekul yang berperan pada dismenore adalah prostaglandin F2α, yang selalu

menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E menghambat kontraksi

uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin di endometrium saat perubahan

dari fase proliferasi ke fase sekresi. Perempuan dengan dismenore primer

didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa

dismenore. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48

jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan

nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala atau diare sering menyertai

dismenore yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik

(Anwar, 2011).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai

keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis,

mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul atau

irritable bowel syndrome (Anwar, 2011).

3. Manifestasi Klinis

Menurut Anwar (2011), adapun manifestasi klinis dari dismenore primer dan

(21)

Tabel 2.1. Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis

Dismenore Primer Dismenore Sekunder

Usia lebih muda Usia lebih tua

Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

Cenderung timbul setelah dua tahun siklus haid yang teratur

Sering terjadi pada nullipara Tidak berhubungan dengan paritas Nyeri sering terasa sebagai kejang

uterus dan spastik

Nyeri sering terasa terus – menerus dan tumpul

Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama dan kedua haid

Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa

Seringkali memerlukan tindakan operatif

Pemeriksaan pelvik normal Berhubungan dengan kelainan pelvik Sering disertai mual, muntah, diare,

kelelahan dan sakit kepala

Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik Terdapat kelainan pelvik

4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Terjadinya Dismenore

a. Faktor Penyebab

• Faktor Kejiwaan

Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak

mendapat informasi yang baik tentang proses haid, mudah mengalami dismenore

primer. Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja

putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,

mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,

misalnya gangguan haid seperti dismenore. Perempuan mempunyai emosional

yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami dismenore primer. Faktor

kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan menimbulkan gangguan tidur atau

(22)

• Faktor Konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:

 Anemia

Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat

keduanya sehingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen

berkurang. Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat

besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga

disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat

menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel

tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh

seseorang, termasuk daya tahan terhadap rasa nyeri (Judha, 2012).

 Penyakit Menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan

menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap

rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini

adalah asma dan migrain (Judha, 2012).

• Faktor Endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon

progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon

estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase

sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot –

otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah

maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek lain seperti mual, muntah, diare,

(23)

pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi

panas. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan

penting pada timbulnya dismenore (Anurogo, 2011).

• Faktor Organik

Faktor organik seperti retrofleksia uterus (kelainan letak atau arah anatomis

rahim), hipoplasia uterus, (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi

kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai

(tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot) dan polip endometrium

(Anurogo, 2011).

• Faktor Alergi

Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada hubungan antara

dismenore dengan urtikaria (biduran), migrain dan asma.

b. Faktor Resiko

• Menarche pada usia lebih awal

Menarche adalah haid pertama kali yang dialami kaum perempuan yang

merupakan tanda awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa

pubertas yang biasanya terjadi pada rentang usia 10 – 16 tahun. Usia menarche

dari tahun ke tahun mengalami perubahan, dari usia 17 tahun menjadi usia 13

tahun. Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat haid pertama sangat

bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat haid yang

pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun sudah

mendapat haid bahkan ada pula yang berusia 8 tahun tapi sudah mendapatkan

haid dan ada pula pada usia 16 tahun baru mendapatkan haid. Menarche pada

usia lebih awal menyebabkan alat – alat reproduksi belum berfungsi secara

(24)

nyeri ketika haid. Menurut Widjanarko (2006) dalam Proverawati & Misaroh

(2009) , alat reproduksi perempuan harus berfungsi sebagaimana mestinya,

namun bila menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal dimana alat

reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi

penyempitan pada leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika haid.

Lama haid lebih dari normal (hipermenore)

Hipermenore adalah pendarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu

haid. Hipermenore adalah pendarahan haid yang banyak dan lebih lama dari

normal yaitu 6 – 7 hari (3 – 7 hari masih normal). Apabila lebih lama dan lebih

banyak (lebih dari 8 hari) dapat dikatakan hipermenore. Penyebab hipermenore

bisa berasal dari rahim berupa mioma uteri, tumor jinak dari otot rahim, infeksi

pada rahim dan dapat juga disebabkan oleh kelainan di luar rahim seperti

kelainan darah misalnya anemia, gangguam pembekuan darah serta juga bisa

disebabkan oleh kelainan hormon atau gangguan endokrin. Lama haid lebih dari

normal akan menyebabkan kontraksi uterus yang lebih sering dan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan

inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri sedangkan kontraksi uterus yang terus

– menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadilah dismenore

(Proverawati & Misaroh, 2009).

• Siklus haid yang lama

Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid yang berikutnya. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap

sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari tetapi variasinya cukup banyak.

Ada yang panjang siklus haidnya antara 25 – 32 hari dan adapula antara 18 – 42

(25)

berperan disini. Semakin panjang siklus haid semakin banyak prostaglandin yang

akan dikeluarkan maka akan menimbulkan rasa nyeri (Judha, 2012).

• Merokok (smoking)

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat

bermacam – macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early menopause

(lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil. Pada perempuan perokok

terjadi pula peningkatan resiko munculnya kasus kehamilan di luar kandungan

dan keguguran. Sejauh ini terdapat kurang lebih dua puluh penetelitian yang

memaparkan kaitan merokok dengan infertilitas. Penelitian yang dilakukan pada

tikus menunjukkan, nikotin dalam rokok menyebabkan gangguan pada

pematangan ovum (sel telur). Hal inilah yang diduga menjadi penyebab sulitnya

terjadi kehamilan pada perempuan yang merokok. Selain itu, nikotin juga

menyebabkan gangguan pada proses pelepasan ovum dan memperlambat

motilitas tuba, sehingga resiko seorang perempuan perokok untuk mengalami

kehamilan di luar kandungan menjadi 2 – 4 kali lebih tinggi dibandingkan wanita

bukan perokok. Nikotin pula yang menyebabkan timbulnya gangguan haid pada

perempuan yang merokok. Zat yang menyebabkan seseorang ketagihan merokok

ini, ternyata mempengaruhi metabolisme estrogen. Sebagai hormon yang salah

satu fungsinya adalah mengatur siklus haid, kadar estrogen dalam tubuh harus

cukup. Gangguan pada metabolismenya akan menyebabkan haid tidak teratur.

Bahkan dilaporkan bahwa perempuan yang merokok akan mengalami nyeri perut

yang lebih berat pada saat haid.

• Riwayat keluarga yang positif

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Perempuan yang memiliki ibu

(26)

besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang

diturunkan dalam tubuh perempuan tersebut. Gangguan haid seperti

hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh.

Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan

progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama

halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel – sel endometriosis ini

akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam

tubuh (Judha, 2012).

• Nulliparity (belum pernah memiliki anak)

• Kegemukan (obesity)

Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid yang

tidak teratur secara kronis. Hal ini mempengaruhi kesuburan, disamping juga

faktor hormonal yang ikut berpengaruh. Perubahan hormonal atau perubahan

pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan lemak pada perempuan

obesitas. Timbunan lemak memicu pembuatan hormon, terutama estrogen

(Judha, 2012).

Menurut WHO/ FAO/ UNU tahun 1985, menyatakan bahwa pembatasan

berat badan normal orang dewasa detentukan nilai Body Mass Index (BMI) atau

Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan adalah sebagai berikut :

(27)

Tabel 2.2. Kategori batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat

<17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan

17,0 – 18,5

Normal 18,5 – 25,0

Obesitas Kelebihan berat badan tingkat ringan

>25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat

>27,0

5. Intensitas Dismenore

Dalam Manuaba (2010), menyebutkan bahwa intensitas dismenore dapat

dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:

Tabel 2.3. Intensitas dismenore

Intensitas Keterangan

Ringan Terjadi sejenak, dapat pulih kembali Tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri

Tidak mengganggu pekerjaan sehari – hari

Sedang Memerlukan obat – obatan untuk

menghilangkan rasa sakit tetapi tidak sampai mengganggu pekerjaan

Berat Rasa sakit yang hebat, sehingga tidak

mampu melakukan tugas harian Memerlukan istirahat

Memerlukan obat dengan intensitas tinggi

Karakteristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri

sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran

tingkat keparahan yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale

(VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini

(28)

mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Adapun skala intensitas nyeri adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1. Skala Intensitas Nyeri Numeric

0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/ kram pada perut bagian bawah

1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat

melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi belajar

4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang

nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit/ susah beraktifitas belajar

7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,

paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat

berakitifitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar

10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, kaki dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan

tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat

berakitifitas, terkadang sampai pingsan

6. Penanganan Dismenore

Menurut Sarwono (1999), penanganan yang dapat dilaksanakan pada

(29)

a. Penjelasan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan

yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat dilakukan dengan

diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.

Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya hal – hal tabu atau

tahayul mengenai haid dapat dibicarakan. Nasehat tentang makanan sehat,

istirahat yang cukup dan olahraga dapat membantu. Kadang – kadang diperlukan

psikoterapi.

b. Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat – obat analgesik yang dapat diberikan

sebagai sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di

tempat tidur dan kompres panas pada perut bagian bawah untuk mengurangi

keluhan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah kombinasi aspirin,

fenasetin dan kafein. Obat – obat paten yang beredar di pasaran antara lain

novalgin, ponstan dan acet – aminophen.

c. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat

sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar –

benar dismenore primer, atau jika diperlukan untuk membantu penderita untuk

melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini

dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

d. Terapi alternatif

Terapi alternatif dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau botol air

panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga bisa membantu.

(30)

mengurangi stres dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi

tegangan pada otot – otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa

nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram haid. Salah

satunya adalah peregangan, yang meliputi berada pada posisi merangkak

(31)

BAB – III

KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

2010). Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma

Pancasila Medan Tahun 2014” adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema 3.1. Skema Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternatif (Ha), yaitu:

1. Ada pengaruh usia menarche terhadap kejadian dismenore primer pada

remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan

2. Ada pengaruh siklus haid terhadap kejadian dismenore primer pada remaja

putri di SMA Dharma Pancasila Medan

3. Ada pengaruh lama haid terhadap kejadian dismenore primer pada remaja

putri di SMA Dharma Pancasila Medan a. Usia Menarche

b. Siklus Haid

c. Lama Haid

d. Status Gizi

Kejadian

(32)

4. Ada pengaruh status gizi terhadap kejadian dismenore primer pada remaja

putri di SMA Dharma Pancasila Medan

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah batasan dari variabel – variabel yang akan

diamati atau diteliti. Defenisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan

[image:32.595.106.533.297.742.2]

serta pengembangan instrumen (alat ukur).

Tabel 3.1. Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Usia Menarche

Usia dimana remaja putri di SMA Dharma

Pancasila Medan mendapatkan haid untuk pertama kalinya

Kuesioner 0 = ≤ 12 – 14 tahun 1 = > 14 tahun

Nominal

2. Siklus Haid Selang antara haid remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan yang sekarang dengan haid selanjutnya

Kuesioner 0 = tidak normal (< 28 hari atau > 35 hari)

1 = normal (28 – 35 hari)

Nominal

3. Lama Haid Banyaknya hari ketika remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan mendapatkan haid

Kuesioner 0 = ≤ 7 hari

1 = > 7 hari

Nominal

4. Status Gizi Hasil dari pengukuran tinggi badan dan berat badan remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan

Timbangan dan alat pengukur tinggi badan

0 = tidak obesitas 1= obesitas

Nominal

5. Dismenore Rasa sakit yang dialami ketika remaja putri di SMA Dharma Pancasila

Medan ketika mendapatkan haid

Kuesioner 0 = tidak dismenore 1=

dismenore

(33)

BAB – IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik korelasi

dengan metode cross - sectional, dimana penelitian melakukan pengukuran variabel

pada saat itu juga (point time approach).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putri kelas XI di

SMA Dharma Pancasila, yaitu sebanyak 123 orang yang bersumber dari daftar

jumlah siswa di SMA Dharma Pancasila Medan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek penelitian yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini

(34)

Kriteria sampel adalah siswa putri yang telah mendapatkan haid, siswa kelas

XI dan bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah propotionate stratified random sampling. Adapun

[image:34.595.121.519.180.313.2]

pembagian responden tiap kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pembagian Responden Kelas XI di SMA Dharma Pancasila Medan Kelas Jumlah

Siswa Putri

Jumlah Siswa Putri yang Diambil Sebagai Responden

XI – IPA 1 16 15

XI – IPA 2 21 12

XI – IPA 3 18 15

XI – IPS 1 22 16

XI – IPS 2 26 20

XI – IPS 3 20 16

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. SMA Dharma

Pancasila terletak di Jalan Dr. T. Mansyur No. 71 Medan. SMA Dharma Pancasila

bersebelahan dengan SMP Dharma Pancasila dan Kolam Renang Selayang Medan.

Alasan kenapa penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan karena dari

studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, dari 10 orang remaja putri

didapatkan 9 orang remaja putri mengalami dismenore dan sekolah ini terletak tidak

jauh dari tempat tinggal penulis sehingga memudahkan penulis untuk melakukan

penelitian.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2014.

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh surat izin penelitian

(35)

mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Dharma

Pancasila Medan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon

responden bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela.

Peneliti membagi lembar persetujuan (Informed Consent) yang dilanjutkan dengan

pengisian kuesioner. Untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality), maka kuesioner

yang diberikan tidak mencantumkan nama responden tetapi dengan menggunakan

kode tertentu pada masing-masing lembar kuesioner tersebut sehingga peneliti yang

mempunyai akses terhadap informasi tersebut dan informasi yang diperoleh hanya

dipergunakan untuk penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang

berisi tujuh pertanyaan. Lima pertanyaan diantaranya adalah tentang karakteristik

haid, yaitu usia menarche, siklus haid, lama haid, mengalami dismenore atau tidak

serta tingkat nyeri yang dirasakan. Sedangkan dua pertanyaan lagi tentang ukuran

tinggi badan dan berat badan.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar –

benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila sudah ada

instrumen pengumpulan data yang standar, maka bisa digunakan oleh peneliti. Alat

ukur yang digunakan adalah timbangan berat badan dengan merek GEA dan alat

pengukur tinggi badan (microtoise ) dengan merek General Care. Setiap siswa

(36)

Timbangan dan alat pengukur tinggi badan tersebut harus ditera (dikembalikan ke

nol).

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin penelitian,

kemudian peneliti menentukan data responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.

Setelah mendapatkan calon responden, maka peneliti menemui responden secara

langsung dari kelas ke kelas dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan,

manfaat dan prosedur penelitian serta cara pengisian lembar kuesioner.

Setelah calon responden bersedia untuk menjadi responden maka diminta

untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent). Lalu peneliti

membagikan kuesioner kepada responden, kemudian responden dipersilahkan untuk

menjawab semua pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti dalam bentuk kuesioner

dan diberi waktu selama 10 menit untuk mengisi kuesioner dengan menjawab

seluruh pertanyaan. Agar pengumpulan data dapat berjalan dengan cermat dan teliti,

peneliti mengawasi dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner. Sedangkan

untuk penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, peneliti dibantu oleh 2

asisten (Rina Andriani Harahap dan Nurul Hudaya Lubis).

Setelah semua prosedur telah selesai dilaksanakan, peneliti mengumpulkan

kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksa jawaban responden apakah

sudah terisi seluruhnya. Jika ada yang belum diisi peneliti meminta responden untuk

melengkapinya pada saat itu juga. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap

(37)

I. Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, data terlebih dahulu harus diolah dengan

tujuan mengubah data menjadi informasi. Data-data yang terkumpul diolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pengecekan kebenaran dan kelengkapan data yang telah

terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data,

periksa, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden.

2. Coding

Coding data merupakan kegiatan pemberian kode numerik ( angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori pada setiap jawaban yang diberikan

responden.

3. Transfering

Memindahkan data coding dalam bentuk tabel.

4. Tabulasi Data

Untuk menyusun dan menghitung hasil data serta pengambilan kesimpulan

dan dimasukkan dalam Tabel Distribusi Frekuensi.

J. Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterkaitan antara

variabel dependent dengan variabel independent berdasarkan fenomena masing –

masing variabel dengan menampilkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

variabel yang diteliti, yaitu mengetahui distribusi usia menarche, siklus haid,

(38)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisa keterkaitan antara variabel

independent dengan variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel

independent adalah usia menarche, siklus haid, lama haid dan status gizi

sedangkan variabel dependent adalah kejadian dismenore pada remaja putri,

maka uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test dengan tingkat

(39)

BAB – V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai

faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja putri di

SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 dengan jumlah responden sebanyak 94

responden. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian.

1. Analisis Univariat

a. Item Kuesioner

Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab

pertanyaan nomor 1 dengan pilihan jawaban A sebanyak 93 orang (98,9%)

sedangkan minoritas responden menjawab pertanyaan nomor 1 dengan pilihan

jawaban B sebanyak 1 orang (1,1%) dan pertanyaan nomor 5 dengan pilihan

[image:39.595.101.547.514.738.2]

jawaban D sebanyak 1 orang (1,1%).

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Item Kuesioner Tentang Karakteristik Haid di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Pertanyaan Pilihan Jawaban

A B C D E

f % f % f % f % f %

Pada usia berapakah Anda pertama kali mendapatkan haid?

93 98,9 1 1,1 - - - -

Berapa hari biasanya selang antara haid bulan ini dengan bulan yang akan datang?

14 14,9 77 81,9 3 3,2 - - - -

Berapa hari biasanya Anda mendapatkan haid?

3 3,2 80 51,1 11 11,7 - - - -

Ketika Anda haid, apakah Anda merasakan sakit di daerah perut dan sekitarnya?

8 8,5 86 91,5 - - - -

Jika di pertanyaan nomor 4, Anda menjawab “Ya”, bagaimanakah rasa sakit yang Anda rasakan?

(40)

b. Usia Responden

Berdasarkan tabel 5.2. menunjukkan bahwa mayoritas usia responden adalah

16 tahun sebanyak 65 orang (69,1 %) sedangkan minoritas usia responden adalah

[image:40.595.109.531.185.324.2]

18 tahun sebanyak 2 orang (2,1 %).

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Usia Frekuensi Persentase (%)

15 4 4,3

16 65 69,1

17 23 24,5

18 2 2,1

Total 94 100

c. Usia Menarche Responden

Berdasarkan tabel 5.3. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami

menarche pada usia < 12 – 14 tahun sebanyak 93 orang (98,9 %) dan minoritas

responden mengalami menarche pada usia > 14 tahun sebanyak 1 orang (1,1 %).

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Usia Menarche Frekuensi Persentase (%)

< 12 – 14 tahun 93 98,9

> 14 tahun 1 1,1

Total 94 100

d. Siklus Haid Responden

Berdasarkan tabel 5.4. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami

siklus haid yang normal sebanyak 77 orang (81,9 %) dan minoritas responden

[image:40.595.104.536.473.576.2]
(41)
[image:41.595.108.531.111.184.2]

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Haid di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Siklus Haid Frekuensi Persentase (%)

tidak normal 17 18,1

normal 77 81,9

Total 94 100

e. Lama Haid Responden

Berdasarkan tabel 5.5. menunjukkan bahwa mayoritas lama haid responden

adalah < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %) dan minoritas lama haid responden

[image:41.595.108.531.333.436.2]

adalah > 7 hari sebanyak 11 orang (11,7 %).

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Haid di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Lama Haid Frekuensi Persentase (%)

< 7 hari 83 88,3

> 7 hari 11 11,7

Total 94 100

f. Status Gizi Responden

Berdasarkan tabel 5.6. menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak

mengalami obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %) dan minoritas responden

mengalami obesitas sebanyak 21 orang (22,3 %).

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

tidak obesitas 73 77,7

obesitas 21 22,3

(42)

g. Kejadian Dismenore Responden

Berdasarkan tabel 5.7. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami

dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %) dan minoritas responden tidak mengalami

[image:42.595.112.532.190.294.2]

dismenore sebanyak 8 orang (8,5%).

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenore di SMA Dharma Pancasila

Tahun 2014

Kejadian Dismenore Frekuensi Persentase (%)

tidak dismenore 8 8,5

dismenore 86 91,5

Total 94 100

h. Derajat Nyeri Responden

Berdasarkan tabel 5.8. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami

dismenore pada derajat I sebanyak 60 orang (63,8 %) dan minoritas responden

mengalami dismenore pada derajat III sebanyak 1 orang (1,1 %).

Tabel 5.8.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Nyeri di SMA Dharma Pancasila Medan

Tahun 2014

Derajat Nyeri Frekuensi Persentase (%)

tidak ada rasa nyeri 8 8,5

derajat I 60 63,8

derajat II 23 24,5

derajat III derajat IV 1 2 1,1 2,1

Total 94 100

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer

Berdasarkan tabel 5.9, hasil analisis pengaruh usia menarche terhadap

kejadian dismenore dapat diketahui bahwa dari 93 orang yang menarchenya pada

[image:42.595.108.532.441.588.2]
(43)

sedangkan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 8 orang (8,6 %). Dan dari

1 orang yang menarchenya pada usia > 14 tahun yang mengalami dismenore

sebanyak 1 orang ( 100 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 lebih

besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada

pengaruh usia menarche terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,914, artinya usia menarche <12-14

tahun mempunyai peluang 0,9 kali berpengaruh terhadap kejadian dismenore

[image:43.595.108.538.298.476.2]

primer pada remaja putri dibandingkan usia menarche >14 tahun.

Tabel 5.9.

Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma

Pancasila Medan Tahun 2014 Usia

Menarche

Kejadian Dismenore Total

OR 95% CI

P Value Tidak

Dismenore Dismenore

f % f % f %

0,914

(0,859 – 0,973)

1,000 < 12 – 14

tahun

8 8,6 85 91,4 93 100

> 14 tahun 0 0 1 100 1 100

Jumlah 8 8,5 86 91,5 94

b. Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer

Berdasarkan tabel 5.10, hasil analisis pengaruh siklus haid terhadap kejadian

dismenore dapat diketahui bahwa dari 17 orang yang siklus haidnya tidak normal

yang mengalami dismenore sebanyak 14 orang (82,4 %) dan yang tidak

mengalami dismenore sebanyak 3 orang (17,6 %). Sedangkan dari 77 orang yang

siklus haidnya normal yang mengalami dismenore sebanyak 72 orang (93,5 %)

dan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 5 orang (6,5 %). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p = 0,154 lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal

(44)

kejadian dismenore primer pada remaja putri. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR = 3,086, artinya siklus haid yang normal mempunyai peluang 3,0 kali

berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri dibandingkan

siklus haid tidak normal.

Tabel 5.10.

Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma

Pancasila Medan Tahun 2014 Siklus

Haid

Kejadian Dismenore Total

OR 95% CI

P Value Tidak

Dismenore Dismenore

f % f % f %

3,086

(0,660 – 14,417)

0,154 Tidak

Normal

3 17,6 14 82,4 17 100

Normal 5 6,5 72 93,5 77 100

Jumlah 8 8,5 86 91,5 94

c. Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian

Berdasarkan tabel 5.11, hasil analisis pengaruh lama haid terhadap kejadian

dismenore dapat diketahui bahwa dari 83 orang yang lama haidnya < 7 hari yang

mengalami dismenore sebanyak 75 orang (90,4 %) dan yang tidak mengalami

dismenore sebanyak 8 orang (9,6 %). Sedangkan dari 11 orang yang siklus

haidnya > 7 hari yang mengalami dismenore sebanyak 11 orang (100 %). Hasil

uji statistik diperoleh nilai p = 0,590 lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal

ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh lama haid terhadap kejadian

dismenore primer pada remaja putri. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

0,904, artinya lama haid <7 hari mempunyai peluang 0,9 kali berpengaruh

terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri dibandingkan lama haid

[image:44.595.99.539.188.364.2]
(45)

Tabel 5.11.

Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma

Pancasila Medan Tahun 2014 Lama

Haid

Kejadian Dismenore Total

OR 95% CI

P Value Tidak

Dismenore Dismenore

f % f % f %

0,904

(0,842 – 0,969)

0,590 < 7 hari 8 9,6 75 90,4 83 100

> 7 hari 0 0 11 100 11 100

Jumlah 8 8,5 86 91,5 94

d. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Dismenore Primer

Berdasarkan tabel 5.12, hasil analisis pengaruh status gizi terhadap kejadian

dismenore dapat diketahui bahwa dari 73 orang yang tidak obesitas mengalami

dismenore sebanyak 68 orang (93,2 %) dan yang tidak mengalami dismenore

sebanyak 5 orang (6,8 %). Sedangkan dari 21 orang yang obesitas mengalami

dismenore sebanyak 18 orang (85,7 %) dan yang tidak mengalami dismenore

sebanyak 3 orang (14,3 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,371 lebih

besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal ditolak maka dapat disimpulkan tidak ada

pengaruh lama haid terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri. Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,441, artinya status gizi tidak obesitas

mempunyai peluang 0,4 kali berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer

[image:45.595.102.537.76.247.2]
(46)

Tabel 5.12.

Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma

Pancasila Medan Tahun 2014 Status Gizi

Kejadian Dismenore Total

OR 95% CI

P Value Tidak

Dismenore Dismenore

f % f % f %

0,441

(0,096 – 2,023)

0,371 Tidak

Obesitas

5 6,8 68 93,2 73 100

Obesitas 3 14,3 18 85,7 21 100

Jumlah 8 8,5 86 91,5 94

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja

Putri

Berdasarkan tabel 5.8, hasil analisis pengaruh usia menarche terhadap

kejadian dismenore dapat diketahui bahwa dari 93 orang yang menarchenya pada

usia <12 – 14 tahun yang mengalami dismenore sebanyak 85 orang (91,4 %).

Sedangkan dari 1 orang yang menarchenya pada usia > 14 tahun yang mengalami

dismenore sebanyak 1 orang ( 100 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Utami, dkk (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia menarche

dengan kejadian dismenore dengan nilai p = 0,659. Dan hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sophia, dkk (2013) yang

menyatakan ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore

dengan nilai p = 0,031.

Menurut Proverawati & Misaraoh (2009), jika seorang perempuan

[image:46.595.101.538.77.256.2]
(47)

mengalami dismenore. Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat – alat

reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan

– perubahan sehingga timbul rasa nyeri ketika haid. Menurut Widjanarko (2006),

alat reproduksi perempuan harus berfungsi sebagaimana mestinya, namun bila

menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal dimana alat reproduksi

belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada

leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika haid.

Faktor penting yang mempengaruhi kejadian dismenore yang salah satunya

adalah hormon prostaglandin dan kontraksi uterus yang berlebihan. Menurut

Wiknjosastro (1999) dalam Judha (2012), umumnya ada anggapan bahwa kejang

yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang

berlebihan. Hal itu disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi (fase

pramenstruasi) memproduksi prostaglandin F2α yang menyebabkan kontraksi

otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2α berlebih dilepaskan dalam peredaran

darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek seperti diare, nausea (mual)

dan muntah.

b. Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja

Putri

Berdasarkan tabel 5.9, hasil analisis pengaruh siklus haid terhadap kejadian

dismenore dapat diketahui bahwa dari 17 orang yang siklus haidnya tidak normal

yang mengalami dismenore sebanyak 14 orang (82,4 %). Sedangkan dari 77

orang yang siklus haidnya normal yang mengalami dismenore sebanyak 72 orang

(48)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Shopia, dkk (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara siklus

haid dengan kejadian dismenore dengan nilai p = 0,330

Menurut Judha (2012), jika seorang perempuan dengan siklus haid yang lebih

panjang (lebih dari 36 hari), rentan mengalami dismenore. Hal ini dikarenakan

semakin lama siklus haid seorang peremuan maka produksi hormon

prostaglandin akan meningkat. Hormon prostaglandin inilah yang dapat

menyebabkan seorang perempuan mengalami rasa sakit ketika haid.

Selain peningkatan kadar hormon prostaglandin, faktor lain yang dapat

menyebabkan dismenore adalah faktor kejiwaan. Menurut Wiknjosastro (1999)

dalam Judha (2012), gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi

mereka tidak mendapat informasi yang baik tentang proses haid, mudah

mengalami dismenore primer.

c. Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja

Putri

Berdasarkan tabel 5.10, hasil analisis pengaruh lama haid terhadap kejadian

dismenore dapat diketahui bahwa dari 83 orang yang lama haidnya < 7 hari yang

mengalami dismenore sebanyak 75 orang (90,4 %). Sedangkan dari 11 orang

yang siklus haidnya > 7 hari yang mengalami dismenore sebanyak 11 orang

(100 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Utami, dkk (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama haid

dengan kejadian dismenore dengan nilai p = 0,324. Dan hasil penelitian ini tidak

(49)

menyatakan ada hubungan lama haid dengan kejadian dismenore dengan nilai p =

0,046.

Menurut Proverawati & Misaroh (2009), sama seperti halnya siklus haid yang

panjang, lama haid juga akan menyebabkan kadar hormon prostaglandin

meningkat. Maka semakin lama haid semakin tinggi pula kadar hormon

prostaglandin yang dihasilkan.

Riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) merupakan salah

satu faktor dismenore. Kondisi anatomi dan fisiologis dari seseorang pada

umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara - saudaranya (Shopia,

2013).

d. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja

Putri

Berdasarkan tabel 5.11, hasil analisis pengaruh status gizi terhadap kejadian

dismenore dapat diketahui bahwa dari 73 orang yang tidak obesitas mengalami

dismenore sebanyak 68 orang (93,2 %). Sedangkan dari 21 orang yang obesitas

mengalami dismenore sebanyak 18 orang (85,7 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mulastin (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi dengan

kejadian dismenore remaja putri dengan nilai p = 0,687. Dan hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shopia, dkk (2013)

yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

kejadian dismenore dengan nilai p = 0,043.

Menurut Judha (2012), perempuan dengan status gizi yang berlebih dapat

mengakibatkan dismenore karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang

(50)

darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita. Sehingga darah yang

seharusnya mengalir pada proses haid terganggu dan mengakibatkan nyeri pada

saat haid.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah keterbatasan dalam hal untuk meneliti

semua faktor – faktor yang ada. Jika peneliti selanjutnya tertarik mengambil judul

penelitian dengan judul yang sama, peneliti mengharapkan peneliti selanjutnya dapat

menggali lebih dalam lagi faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi

kejadian dismenore. Dan jika peneliti selanjutnya memiliki biaya dan waktu yang

lebih banyak, dapat melakukan pemeriksaan kadar hormon prostaglandin pada

sampel yang sedang haid. Ini bertujuan untuk membuktikan apakah benar, jika

hormon prostaglandinlah yang dapat menyebabkan rasa nyeri pada saat haid.

3. Implementasi Penelitian

a. Bagi Pelayanan Kebidanan

Dapat menjadi sumber informasi dalam pemberian intervensi yang tepat

untuk mengatasi dismenore pada remaja terutama di usia sekolah.

b. Bagi Remaja (Responden)

Dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai dismenore sehingga

remaja tetap merasa nyaman pada saat haid dan tidak mengganggu aktivitas

belajar.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang sama

(51)

BAB – VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore

primer pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Responden paling banyak berusia 16 tahun, yaitu sebanyak 65 orang

(69,1 %).

2. Usia menarche responden terjadi pada usia < 12 – 14 tahun, yaitu sebanyak

93 orang (98,9 %).

3. Siklus haid responden adalah normal sebanyak 77 orang (81,9 %).

4. Lama haid responden adalah < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %).

5. Status gizi responden adalah tidak obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %).

6. Responden mengalami dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %).

7. Responden yang mengalami dismenore paling banyak mengalami dismenore

pada derajat I, yaitu sebanyak 60 orang (63,8 %).

8. Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh usia menarche terhadap kejadian

dismenore karena didapatkan p – value = 1,000.

9. Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh siklus haid terhadap kejadian

dismenore karena didapatkan p – value = 0,154.

10.Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh lama haid terhadap kejadian

dismenore karena didapatkan p – value = 0, 590.

11.Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh status gizi terhadap kejadian

(52)

B. Saran

1. Bagi Responden

Siswa putri yang mengalami dismenore disertai dengan umur menarche yang

cepat, lama haid yang panjang, siklus haid yang tidak normal dan status gizi

yang berlebih agar memeriksakan diri ke dokter untuk pencegahan dini

terhadap penyakit – penyakit lainnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Jika peneliti selanjutnya memiliki biaya dan waktu yang lebih banyak, dapat

melakukan pemeriksaan kadar hormon prostaglandin pada sampel yang

sedang haid. Ini bertujuan untuk membuktikan apakah benar, jika hormon

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, D & Ari W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: Andi

Anwar, dkk. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Desi, N. (2011). Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche Terhadap Dismenore

Primer Pada Siswi Kelas IX SMPN 87 Jakarta

Hacker, N.F. & Goerge M. (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:

Hipokrates

Hastono, S.P. (2001). Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika

Judha, dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:

Nuha Medika

Laila, N.N. (2011). Buku Pintar Menstruasi. Yogyakarta: Buku Biru

Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius

Manuaba, I.B.G, dkk. (2010). Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans

Info Media

Narendra, dkk. (2002). Buku Ajar 1 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:

Sagung Seto

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Pakaya, D. (2013). Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Dismenore Primer

pada Siswi Kelas VIII SMPN 6 Gorontalo

Proverawati, A. (2009). Menarche, Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:

Nuha Medika

(54)

Shopia, dkk. (2013). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada

Siswi SMK Negeri 10 Medan

Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. (2010). Kesehatan Remaja, Problem dan

Solusinya. Jakarta: Salemba Medika

Utami, dkk. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada

(55)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr. Wb/ Salam sejahtera

Dengan hormat,

Nama saya Retno Andari, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Saya sedang

melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2014”.

Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan yang paling sering

terjadi pada perempuan muda atau remaja. Hampir semua perempuan mengalami

rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah dan

biasanya juga disertai mual, pusing bahkan pingsan. Namun, dismenore yang paling

sering ditemukan pada remaja adalah dismenore primer.

Dismenore atau nyeri haid dibagi menjadi 2, yaitu dismenore primer dan

dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada

kelainan alat – alat genital. Sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang

dijumpai dengan adanya kelainan alat – alat genital.

Penyebab dismenore primer bisa beragam, misalnya dari faktor endokrin,

faktor kejiwaan atau gangguan psikis, haid pertama pada usia yang amat dini,

periode haid yang lama, aliran darah haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga

yang positif terkena penyakit, kegemukan dan mengonsumsi alkohol.

Tujuan pen

Gambar

Tabel 2.1. Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis
Tabel 2.3. Intensitas dismenore Intensitas
Gambar 2.1. Skala Intensitas Nyeri Numeric
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Defenisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skala ukur Independen (Bebas) yaitu Obesitas pada remaja SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Kegemukan atau berat badan yang berlebihan pada remaja akibat dari

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI.. DI SMK NEGERI

penelitian ini, yaitu “Apakah ada hubungan antara usia menarche dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMK. Negeri

PENGARUH MINUMAN KUNYIT TERHADAP TINGKAT NYERI DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 TANJUNG MUTIARA..

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan status gizi dan usia menarche dengan dismenore primer pada remaja putri di SMA Nasional Makassar tahun 2013, maka

berkaitan obesitas dengan harga diri pada remaja SMA Dharma Pancasila. Kelurahan

“Hubungan Obesitas dengan Harga Diri Remaja di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan”. Kode Responden : (di isi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis factor yang berhubungan dengan kejadian dismenore primer (status gizi, aktivitas fisik dan stress) pada remaja putri di