FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI
DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2014
RETNO ANDARI 135102024
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D – IV BIDAN PENDIDIKFAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014 ABSTRAK
Retno Andari
Latar Belakang : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium. Pada saat haid, beberapa perempuan ada yang mengalami berbagai gangguan haid yang salah satunya adalah nyeri haid (dismenore).
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik propotionate stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi tentang karakteristik haid dan penimbangan berat badan serta pengukuran tinggi badan. Tempat penelitian dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. Dan analisis data yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan, responden paling banyak berusia 16 tahun sebanyak 65 orang (69,1 %), usia menarche terjadi pada usia < 12 – 14 tahun sebanyak 93 orang (98,9 %), siklus haid normal sebanyak 77 orang (81,9 %), lama haid < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %), status gizi tidak obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %), yang mengalami dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %) dan derajat nyeri pada derajat I sebanyak 60 orang (63,8 %). Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh antara usia menarche (p = 1,000), siklus haid (p = 0,154), lama haid (p = 0, 590), status gizi (p = 0, 371) terhadap kejadian dismenore primer.
Kesimpulan : Dari semua faktor yang diteliti dalam penelitian ini tidak ada yang menunjukkan dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Siswi yang mengalami dismenore disertai dengan umur menarche yang cepat, lama haid yang panjang, siklus haid yang tidak normal dan status gizi yang berlebih agar memeriksakan diri ke dokter untuk pencegahan dini terhadap penyakit – penyakit lainnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA
Dharma Pancasila Medan Tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisanKarya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah ini
sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K), selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh Dosen danStaf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan karya
5. Teristimewa dan tercinta kedua orang tua, Ayah (Wardianto) dan Ibu
(Sariani) yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan,
mendidik, membesarkan penulis dengan cinta dan kasih sayang serta
perhatian.
Semoga bantuan dan budi baik yang berupa materil dan spiritual yang telah
diberikan kepada penulis, mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap
semoga penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan Ilmu Kebidanan.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vi
Daftar Skema ... vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB – I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
1. Tujuan Utama ... 3
2. Tujuan Khusus ... 3
D. Manfaat Penelitian... 4
BAB – II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Remaja ... 5
1. Pengertian Remaja ... 5
2. Tahap – Tahap Masa Remaja ... 5
B. Dismenore ... 6
1. Pengertian Dismenore ... 6
2. Klasifikasi Dismenore ... 6
3. Manifestasi Klinis ... 7
4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Terjadinya Dismenore... 8
5. Intensitas Dismenore ... 14
6. Penanganan Dismenore ... 15
A. Kerangka Konsep ... 18
B. Hipotesis ... 18
C. Defenisi Operasional ... 19
BAB – IV Metodologi Penelitian ... 20
A. Desain Penelitian ... 20
B. Populasi dan Sampel... 20
1. Populasi ... 20
2. Sampel ... 20
C. Tempat Penelitian ... 21
D. Waktu Penelitian ... 21
E. Etika Penelitian ... 21
F. Alat Pengumpulan Data ... 22
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22
H. Pengumpulan Data ... 23
I. Pengolahan Data ... 24
J. Analisis Data ... 24
BAB – V Hasil dan Pembahasan ... 26
A. Hasil ... 26
1. Analisis Univariat... 26
2. Analisis Bivariat ... 29
B. Pembahasan ... 33
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 33
2. Keterbatasan Penelitian ... 37
3. Implementasi Penelitian ... 37
BAB – VI Kesimpulan dan Saran ... 38
A. Kesimpulan ... 38
B. Saran ... 39
Daftar Pustaka ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Manifestasi Klinis Dismenore ... 8
Tabel 2.2. Kategori Batas IMT Untuk Indonesia ... 14
Tabel 2.3. Intensitas Dismenore ... 14
Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 19
Tabel 4.1. Pembagian Responden Kelas XI di SMA Dharma Pancasila ... 21
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Item Kuesioner di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 26
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 27
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 27
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 28
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 28
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 28
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenore di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 29
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Nyeri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 ... 29
Tabel 5.9. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Tahun 2014 ... 30
Tabel 5.10. Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada RemajaPutri di SMA Dharma Pancasila Tahun 2014 ... 31
Tabel 5.11. Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada RemajaPutri di SMA Dharma Pancasila Tahun 2014 ... 32
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Kepada Calon Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Lampiran 3 : Surat Izin Survei Awal
Lampiran 4 : Surat Balasan Survei Awal
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 7 : Lembar Kuesioner
Lampiran 8 : Master Data Penelitian
Lampiran 9 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014 ABSTRAK
Retno Andari
Latar Belakang : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium. Pada saat haid, beberapa perempuan ada yang mengalami berbagai gangguan haid yang salah satunya adalah nyeri haid (dismenore).
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik propotionate stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi tentang karakteristik haid dan penimbangan berat badan serta pengukuran tinggi badan. Tempat penelitian dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. Dan analisis data yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan, responden paling banyak berusia 16 tahun sebanyak 65 orang (69,1 %), usia menarche terjadi pada usia < 12 – 14 tahun sebanyak 93 orang (98,9 %), siklus haid normal sebanyak 77 orang (81,9 %), lama haid < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %), status gizi tidak obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %), yang mengalami dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %) dan derajat nyeri pada derajat I sebanyak 60 orang (63,8 %). Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh antara usia menarche (p = 1,000), siklus haid (p = 0,154), lama haid (p = 0, 590), status gizi (p = 0, 371) terhadap kejadian dismenore primer.
Kesimpulan : Dari semua faktor yang diteliti dalam penelitian ini tidak ada yang menunjukkan dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Siswi yang mengalami dismenore disertai dengan umur menarche yang cepat, lama haid yang panjang, siklus haid yang tidak normal dan status gizi yang berlebih agar memeriksakan diri ke dokter untuk pencegahan dini terhadap penyakit – penyakit lainnya.
BAB – I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak – anak ke masa
dewasa. Masa ini disebut juga sebagai fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seseorang. Masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
kognitif, sosial dan emosional.
Perubahan paling awal yaitu perkembangan secara fisik atau biologis, yang
salah satunya adalah remaja mulai mengalami haid. Haid adalah perdarahan secara
periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium
(Proverawati & Misaroh, 2009).
Perempuan yang sedang haid sering kali disertai dengan berbagai gangguan
haid. Misalnya, mengalami kram karena kontraksi otot – otot halus pada rahim, sakit
kepala, sakit perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa
tersumbat bahkan selalu ingin menangis serta sering berujung pada kemarahan,
depresi hingga nyeri haid (dismenore) yang luar biasa yang dapat mengganggu
aktivitas sehari - hari (Anurogo, 2011).
MenurutAnwar (2011), dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan
rasa kram dan terpusat di abdomen (perut) bagian bawah. Dismenore dapat dibagi
menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer
adalah rasa sakit yang terjadi pada saat haid tanpa dijumpai kelainan pada alat
reproduksi sedangkan dismenore sekunder adalah rasa sakit yang terjadi pada saat
Nyeri haid atau dismenore adalah keluhan yang sering dijumpai di kalangan
wanita usia subur termasuk remaja. Namun, dismenore yang terjadi pada remaja
adalah dismenore primer. Menurut Morgan dan Hamilton (2009) dalam Desi (2011),
dismenore primer yang terjadi pada remaja, persentasenya sebesar 40 – 50%, yang
umumnya terjadi 1 – 3 tahun setelah menarche. Di Canada, didapatkan 60% remaja
yang mengalami dismenore primer dengan kualitas nyeri sedang sampai berat,
diantaranya 51% aktivitas mereka menjadi terbatas dan 17% dari mereka tidak hadir
di sekolah yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu.
Sedangkan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25%, yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso, 2008).
Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu
bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama
untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula
yang tidak kuasa beraktivitas karena nyerinya (Proverawati & Misaroh, 2009).
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore primer, yaitu faktor
endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor konstitusi,
faktor alergi, faktor haid pertama pada usia dini, periode haid yang lama, aliran darah
haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif terkena penyakit,
kegemukan dan mengkonsumsi alkohol (Anuroho, 2011). Namun, dari berbagai
faktor yang dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, masih
banyak yang belum dimengerti. Dan dari survei pendahuluan yang dilakukan peneliti
terhadap 10 orang siswa putri di SMA Dharma Pancasila Medan, didapat 9 siswa
mengalami dismenore dan 1 siswa yang tidak mengalami dismenore. Maka, dari
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA
Dharma Pancasila Medan Tahun 2014”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah adalah:
Apa saja Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada
Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer
pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja
putri ditinjau dari usia menarche di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014.
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja
putri ditinjau dari siklus haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun
2014.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja
putri ditinjau dari lama haid di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun
2014.
d. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada remaja
putri ditinjau dari status gizi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Dapat menjadi sumber informasi dalam pemberian intervensi yang tepat
untuk mengatasi dismenore pada remaja terutama di usia sekolah.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan
Dapat mengoptimalkan peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
dalam mengatasi dismenore pada remaja.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai dismenore yang
terjadi pada remaja.
4. Bagi Remaja (Responden)
Dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai dismenore sehingga
remaja tetap merasa nyaman pada saat haid dan tidak mengganggu aktivitas
belajar.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
BAB – II
TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak – anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa remaja juga merupakan
salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja sering digambarkan
sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan
kegembiraan dan tantangan (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja didefenisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak –
kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif dan perubahan sosial
yang berlangsung antara 10 – 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal
(10 – 13 tahun), masa remaja tengah (14 – 16 tahun) dan masa remaja akhir (17 – 19
tahun). Sedangkan menurut WHO, yang dikatakan usia remaja adalah adalah antara
10 – 18 tahun ( Poltekkes Depkes, 2010).
2. Tahap – Tahap Masa Remaja
Masa remaja berlangsung dalam 3 tahapan yang masing – masing ditandai
dengan isu – isu biologik, psikologik dan sosial, yaitu:
a. Masa Remaja Awal (10 – 14 Tahun)
Masa remaja awal (10 – 14 tahun) ditandai dengan peningkatan yang cepat
dari pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi, tidaklah mengherankan apabila
sebagian besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini
ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya (Pardede,
b. Masa Remaja Menengah (15 – 16 Tahun)
Masa remaja menengah (15 – 16 tahun) ditandai dengan hampir lengkapnya
pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan – keterampilan berpikir baru,
peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk
memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua (Pardede, 2002).
c. Masa Remaja Akhir (17 – 20 Tahun)
Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang
dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem
nilai pribadi (Pardede, 2002).
B. Dismenore
1. Pengertian Dismenore
Beberapa pengertian dismenore, yaitu:
a. Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
perempuan tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering
bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan marah bahkan sampai
pingsan (Mansjoer, 2001).
b. Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan berpusat di
abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
ringan sampai berat (Anwar, 2011).
c. Dismenore adalah rasa nyeri yang menyertai haid, yang dapat mengganggu
aktivitas kehidupan sehari – hari (Manuaba, 2010).
2. Klasifikasi Dismenore
Dismenore dapat dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada
panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan
oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin
yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi.
Molekul yang berperan pada dismenore adalah prostaglandin F2α, yang selalu
menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E menghambat kontraksi
uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin di endometrium saat perubahan
dari fase proliferasi ke fase sekresi. Perempuan dengan dismenore primer
didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa
dismenore. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48
jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan
nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala atau diare sering menyertai
dismenore yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik
(Anwar, 2011).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai
keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis,
mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul atau
irritable bowel syndrome (Anwar, 2011).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Anwar (2011), adapun manifestasi klinis dari dismenore primer dan
Tabel 2.1. Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis
Dismenore Primer Dismenore Sekunder
Usia lebih muda Usia lebih tua
Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
Cenderung timbul setelah dua tahun siklus haid yang teratur
Sering terjadi pada nullipara Tidak berhubungan dengan paritas Nyeri sering terasa sebagai kejang
uterus dan spastik
Nyeri sering terasa terus – menerus dan tumpul
Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama dan kedua haid
Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
Seringkali memerlukan tindakan operatif
Pemeriksaan pelvik normal Berhubungan dengan kelainan pelvik Sering disertai mual, muntah, diare,
kelelahan dan sakit kepala
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik Terdapat kelainan pelvik
4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Terjadinya Dismenore
a. Faktor Penyebab
• Faktor Kejiwaan
Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat informasi yang baik tentang proses haid, mudah mengalami dismenore
primer. Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja
putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dismenore. Perempuan mempunyai emosional
yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami dismenore primer. Faktor
kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan menimbulkan gangguan tidur atau
• Faktor Konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:
Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat
keduanya sehingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen
berkurang. Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat
besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel
tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh
seseorang, termasuk daya tahan terhadap rasa nyeri (Judha, 2012).
Penyakit Menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan
menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap
rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini
adalah asma dan migrain (Judha, 2012).
• Faktor Endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon
progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon
estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase
sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot –
otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah
maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek lain seperti mual, muntah, diare,
pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi
panas. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan
penting pada timbulnya dismenore (Anurogo, 2011).
• Faktor Organik
Faktor organik seperti retrofleksia uterus (kelainan letak atau arah anatomis
rahim), hipoplasia uterus, (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi
kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai
(tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot) dan polip endometrium
(Anurogo, 2011).
• Faktor Alergi
Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada hubungan antara
dismenore dengan urtikaria (biduran), migrain dan asma.
b. Faktor Resiko
• Menarche pada usia lebih awal
Menarche adalah haid pertama kali yang dialami kaum perempuan yang
merupakan tanda awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa
pubertas yang biasanya terjadi pada rentang usia 10 – 16 tahun. Usia menarche
dari tahun ke tahun mengalami perubahan, dari usia 17 tahun menjadi usia 13
tahun. Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat haid pertama sangat
bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat haid yang
pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun sudah
mendapat haid bahkan ada pula yang berusia 8 tahun tapi sudah mendapatkan
haid dan ada pula pada usia 16 tahun baru mendapatkan haid. Menarche pada
usia lebih awal menyebabkan alat – alat reproduksi belum berfungsi secara
nyeri ketika haid. Menurut Widjanarko (2006) dalam Proverawati & Misaroh
(2009) , alat reproduksi perempuan harus berfungsi sebagaimana mestinya,
namun bila menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal dimana alat
reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi
penyempitan pada leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika haid.
• Lama haid lebih dari normal (hipermenore)
Hipermenore adalah pendarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu
haid. Hipermenore adalah pendarahan haid yang banyak dan lebih lama dari
normal yaitu 6 – 7 hari (3 – 7 hari masih normal). Apabila lebih lama dan lebih
banyak (lebih dari 8 hari) dapat dikatakan hipermenore. Penyebab hipermenore
bisa berasal dari rahim berupa mioma uteri, tumor jinak dari otot rahim, infeksi
pada rahim dan dapat juga disebabkan oleh kelainan di luar rahim seperti
kelainan darah misalnya anemia, gangguam pembekuan darah serta juga bisa
disebabkan oleh kelainan hormon atau gangguan endokrin. Lama haid lebih dari
normal akan menyebabkan kontraksi uterus yang lebih sering dan semakin
banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan
inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri sedangkan kontraksi uterus yang terus
– menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadilah dismenore
(Proverawati & Misaroh, 2009).
• Siklus haid yang lama
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid yang berikutnya. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap
sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari tetapi variasinya cukup banyak.
Ada yang panjang siklus haidnya antara 25 – 32 hari dan adapula antara 18 – 42
berperan disini. Semakin panjang siklus haid semakin banyak prostaglandin yang
akan dikeluarkan maka akan menimbulkan rasa nyeri (Judha, 2012).
• Merokok (smoking)
Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat
bermacam – macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early menopause
(lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil. Pada perempuan perokok
terjadi pula peningkatan resiko munculnya kasus kehamilan di luar kandungan
dan keguguran. Sejauh ini terdapat kurang lebih dua puluh penetelitian yang
memaparkan kaitan merokok dengan infertilitas. Penelitian yang dilakukan pada
tikus menunjukkan, nikotin dalam rokok menyebabkan gangguan pada
pematangan ovum (sel telur). Hal inilah yang diduga menjadi penyebab sulitnya
terjadi kehamilan pada perempuan yang merokok. Selain itu, nikotin juga
menyebabkan gangguan pada proses pelepasan ovum dan memperlambat
motilitas tuba, sehingga resiko seorang perempuan perokok untuk mengalami
kehamilan di luar kandungan menjadi 2 – 4 kali lebih tinggi dibandingkan wanita
bukan perokok. Nikotin pula yang menyebabkan timbulnya gangguan haid pada
perempuan yang merokok. Zat yang menyebabkan seseorang ketagihan merokok
ini, ternyata mempengaruhi metabolisme estrogen. Sebagai hormon yang salah
satu fungsinya adalah mengatur siklus haid, kadar estrogen dalam tubuh harus
cukup. Gangguan pada metabolismenya akan menyebabkan haid tidak teratur.
Bahkan dilaporkan bahwa perempuan yang merokok akan mengalami nyeri perut
yang lebih berat pada saat haid.
• Riwayat keluarga yang positif
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Perempuan yang memiliki ibu
besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh perempuan tersebut. Gangguan haid seperti
hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh.
Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama
halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel – sel endometriosis ini
akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam
tubuh (Judha, 2012).
• Nulliparity (belum pernah memiliki anak)
• Kegemukan (obesity)
Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid yang
tidak teratur secara kronis. Hal ini mempengaruhi kesuburan, disamping juga
faktor hormonal yang ikut berpengaruh. Perubahan hormonal atau perubahan
pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan lemak pada perempuan
obesitas. Timbunan lemak memicu pembuatan hormon, terutama estrogen
(Judha, 2012).
Menurut WHO/ FAO/ UNU tahun 1985, menyatakan bahwa pembatasan
berat badan normal orang dewasa detentukan nilai Body Mass Index (BMI) atau
Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Kategori batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat
<17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 – 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat ringan
>25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
>27,0
5. Intensitas Dismenore
Dalam Manuaba (2010), menyebutkan bahwa intensitas dismenore dapat
dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:
Tabel 2.3. Intensitas dismenore
Intensitas Keterangan
Ringan Terjadi sejenak, dapat pulih kembali Tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri
Tidak mengganggu pekerjaan sehari – hari
Sedang Memerlukan obat – obatan untuk
menghilangkan rasa sakit tetapi tidak sampai mengganggu pekerjaan
Berat Rasa sakit yang hebat, sehingga tidak
mampu melakukan tugas harian Memerlukan istirahat
Memerlukan obat dengan intensitas tinggi
Karakteristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran
tingkat keparahan yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale
(VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini
mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai
nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Adapun skala intensitas nyeri adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1. Skala Intensitas Nyeri Numeric
0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/ kram pada perut bagian bawah
1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat
melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi belajar
4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang
nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit/ susah beraktifitas belajar
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,
paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat
berakitifitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar
10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, kaki dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan
tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat
berakitifitas, terkadang sampai pingsan
6. Penanganan Dismenore
Menurut Sarwono (1999), penanganan yang dapat dilaksanakan pada
a. Penjelasan dan nasehat
Perlu dijelaskan kepada pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat dilakukan dengan
diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.
Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya hal – hal tabu atau
tahayul mengenai haid dapat dibicarakan. Nasehat tentang makanan sehat,
istirahat yang cukup dan olahraga dapat membantu. Kadang – kadang diperlukan
psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat – obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres panas pada perut bagian bawah untuk mengurangi
keluhan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah kombinasi aspirin,
fenasetin dan kafein. Obat – obat paten yang beredar di pasaran antara lain
novalgin, ponstan dan acet – aminophen.
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar –
benar dismenore primer, atau jika diperlukan untuk membantu penderita untuk
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini
dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
d. Terapi alternatif
Terapi alternatif dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau botol air
panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga bisa membantu.
mengurangi stres dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi
tegangan pada otot – otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa
nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram haid. Salah
satunya adalah peregangan, yang meliputi berada pada posisi merangkak
BAB – III
KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2010). Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma
Pancasila Medan Tahun 2014” adalah sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Skema 3.1. Skema Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternatif (Ha), yaitu:
1. Ada pengaruh usia menarche terhadap kejadian dismenore primer pada
remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan
2. Ada pengaruh siklus haid terhadap kejadian dismenore primer pada remaja
putri di SMA Dharma Pancasila Medan
3. Ada pengaruh lama haid terhadap kejadian dismenore primer pada remaja
putri di SMA Dharma Pancasila Medan a. Usia Menarche
b. Siklus Haid
c. Lama Haid
d. Status Gizi
Kejadian
4. Ada pengaruh status gizi terhadap kejadian dismenore primer pada remaja
putri di SMA Dharma Pancasila Medan
C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah batasan dari variabel – variabel yang akan
diamati atau diteliti. Defenisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan
[image:32.595.106.533.297.742.2]serta pengembangan instrumen (alat ukur).
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
No. Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Usia Menarche
Usia dimana remaja putri di SMA Dharma
Pancasila Medan mendapatkan haid untuk pertama kalinya
Kuesioner 0 = ≤ 12 – 14 tahun 1 = > 14 tahun
Nominal
2. Siklus Haid Selang antara haid remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan yang sekarang dengan haid selanjutnya
Kuesioner 0 = tidak normal (< 28 hari atau > 35 hari)
1 = normal (28 – 35 hari)
Nominal
3. Lama Haid Banyaknya hari ketika remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan mendapatkan haid
Kuesioner 0 = ≤ 7 hari
1 = > 7 hari
Nominal
4. Status Gizi Hasil dari pengukuran tinggi badan dan berat badan remaja putri di SMA Dharma Pancasila Medan
Timbangan dan alat pengukur tinggi badan
0 = tidak obesitas 1= obesitas
Nominal
5. Dismenore Rasa sakit yang dialami ketika remaja putri di SMA Dharma Pancasila
Medan ketika mendapatkan haid
Kuesioner 0 = tidak dismenore 1=
dismenore
BAB – IV
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik korelasi
dengan metode cross - sectional, dimana penelitian melakukan pengukuran variabel
pada saat itu juga (point time approach).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putri kelas XI di
SMA Dharma Pancasila, yaitu sebanyak 123 orang yang bersumber dari daftar
jumlah siswa di SMA Dharma Pancasila Medan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek penelitian yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini
Kriteria sampel adalah siswa putri yang telah mendapatkan haid, siswa kelas
XI dan bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah propotionate stratified random sampling. Adapun
[image:34.595.121.519.180.313.2]pembagian responden tiap kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pembagian Responden Kelas XI di SMA Dharma Pancasila Medan Kelas Jumlah
Siswa Putri
Jumlah Siswa Putri yang Diambil Sebagai Responden
XI – IPA 1 16 15
XI – IPA 2 21 12
XI – IPA 3 18 15
XI – IPS 1 22 16
XI – IPS 2 26 20
XI – IPS 3 20 16
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. SMA Dharma
Pancasila terletak di Jalan Dr. T. Mansyur No. 71 Medan. SMA Dharma Pancasila
bersebelahan dengan SMP Dharma Pancasila dan Kolam Renang Selayang Medan.
Alasan kenapa penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan karena dari
studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, dari 10 orang remaja putri
didapatkan 9 orang remaja putri mengalami dismenore dan sekolah ini terletak tidak
jauh dari tempat tinggal penulis sehingga memudahkan penulis untuk melakukan
penelitian.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2014.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh surat izin penelitian
mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Dharma
Pancasila Medan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon
responden bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela.
Peneliti membagi lembar persetujuan (Informed Consent) yang dilanjutkan dengan
pengisian kuesioner. Untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality), maka kuesioner
yang diberikan tidak mencantumkan nama responden tetapi dengan menggunakan
kode tertentu pada masing-masing lembar kuesioner tersebut sehingga peneliti yang
mempunyai akses terhadap informasi tersebut dan informasi yang diperoleh hanya
dipergunakan untuk penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang
berisi tujuh pertanyaan. Lima pertanyaan diantaranya adalah tentang karakteristik
haid, yaitu usia menarche, siklus haid, lama haid, mengalami dismenore atau tidak
serta tingkat nyeri yang dirasakan. Sedangkan dua pertanyaan lagi tentang ukuran
tinggi badan dan berat badan.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar –
benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila sudah ada
instrumen pengumpulan data yang standar, maka bisa digunakan oleh peneliti. Alat
ukur yang digunakan adalah timbangan berat badan dengan merek GEA dan alat
pengukur tinggi badan (microtoise ) dengan merek General Care. Setiap siswa
Timbangan dan alat pengukur tinggi badan tersebut harus ditera (dikembalikan ke
nol).
H. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin penelitian,
kemudian peneliti menentukan data responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Setelah mendapatkan calon responden, maka peneliti menemui responden secara
langsung dari kelas ke kelas dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan,
manfaat dan prosedur penelitian serta cara pengisian lembar kuesioner.
Setelah calon responden bersedia untuk menjadi responden maka diminta
untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent). Lalu peneliti
membagikan kuesioner kepada responden, kemudian responden dipersilahkan untuk
menjawab semua pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti dalam bentuk kuesioner
dan diberi waktu selama 10 menit untuk mengisi kuesioner dengan menjawab
seluruh pertanyaan. Agar pengumpulan data dapat berjalan dengan cermat dan teliti,
peneliti mengawasi dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner. Sedangkan
untuk penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, peneliti dibantu oleh 2
asisten (Rina Andriani Harahap dan Nurul Hudaya Lubis).
Setelah semua prosedur telah selesai dilaksanakan, peneliti mengumpulkan
kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksa jawaban responden apakah
sudah terisi seluruhnya. Jika ada yang belum diisi peneliti meminta responden untuk
melengkapinya pada saat itu juga. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap
I. Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data, data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Data-data yang terkumpul diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pengecekan kebenaran dan kelengkapan data yang telah
terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data,
periksa, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden.
2. Coding
Coding data merupakan kegiatan pemberian kode numerik ( angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori pada setiap jawaban yang diberikan
responden.
3. Transfering
Memindahkan data coding dalam bentuk tabel.
4. Tabulasi Data
Untuk menyusun dan menghitung hasil data serta pengambilan kesimpulan
dan dimasukkan dalam Tabel Distribusi Frekuensi.
J. Analisis Data 1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterkaitan antara
variabel dependent dengan variabel independent berdasarkan fenomena masing –
masing variabel dengan menampilkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
variabel yang diteliti, yaitu mengetahui distribusi usia menarche, siklus haid,
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisa keterkaitan antara variabel
independent dengan variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel
independent adalah usia menarche, siklus haid, lama haid dan status gizi
sedangkan variabel dependent adalah kejadian dismenore pada remaja putri,
maka uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test dengan tingkat
BAB – V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja putri di
SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 dengan jumlah responden sebanyak 94
responden. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian.
1. Analisis Univariat
a. Item Kuesioner
Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab
pertanyaan nomor 1 dengan pilihan jawaban A sebanyak 93 orang (98,9%)
sedangkan minoritas responden menjawab pertanyaan nomor 1 dengan pilihan
jawaban B sebanyak 1 orang (1,1%) dan pertanyaan nomor 5 dengan pilihan
[image:39.595.101.547.514.738.2]jawaban D sebanyak 1 orang (1,1%).
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Item Kuesioner Tentang Karakteristik Haid di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Pertanyaan Pilihan Jawaban
A B C D E
f % f % f % f % f %
Pada usia berapakah Anda pertama kali mendapatkan haid?
93 98,9 1 1,1 - - - -
Berapa hari biasanya selang antara haid bulan ini dengan bulan yang akan datang?
14 14,9 77 81,9 3 3,2 - - - -
Berapa hari biasanya Anda mendapatkan haid?
3 3,2 80 51,1 11 11,7 - - - -
Ketika Anda haid, apakah Anda merasakan sakit di daerah perut dan sekitarnya?
8 8,5 86 91,5 - - - -
Jika di pertanyaan nomor 4, Anda menjawab “Ya”, bagaimanakah rasa sakit yang Anda rasakan?
b. Usia Responden
Berdasarkan tabel 5.2. menunjukkan bahwa mayoritas usia responden adalah
16 tahun sebanyak 65 orang (69,1 %) sedangkan minoritas usia responden adalah
[image:40.595.109.531.185.324.2]18 tahun sebanyak 2 orang (2,1 %).
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Usia Frekuensi Persentase (%)
15 4 4,3
16 65 69,1
17 23 24,5
18 2 2,1
Total 94 100
c. Usia Menarche Responden
Berdasarkan tabel 5.3. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami
menarche pada usia < 12 – 14 tahun sebanyak 93 orang (98,9 %) dan minoritas
responden mengalami menarche pada usia > 14 tahun sebanyak 1 orang (1,1 %).
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Usia Menarche Frekuensi Persentase (%)
< 12 – 14 tahun 93 98,9
> 14 tahun 1 1,1
Total 94 100
d. Siklus Haid Responden
Berdasarkan tabel 5.4. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami
siklus haid yang normal sebanyak 77 orang (81,9 %) dan minoritas responden
[image:40.595.104.536.473.576.2]Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Haid di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Siklus Haid Frekuensi Persentase (%)
tidak normal 17 18,1
normal 77 81,9
Total 94 100
e. Lama Haid Responden
Berdasarkan tabel 5.5. menunjukkan bahwa mayoritas lama haid responden
adalah < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %) dan minoritas lama haid responden
[image:41.595.108.531.333.436.2]adalah > 7 hari sebanyak 11 orang (11,7 %).
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Haid di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Lama Haid Frekuensi Persentase (%)
< 7 hari 83 88,3
> 7 hari 11 11,7
Total 94 100
f. Status Gizi Responden
Berdasarkan tabel 5.6. menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak
mengalami obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %) dan minoritas responden
mengalami obesitas sebanyak 21 orang (22,3 %).
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
tidak obesitas 73 77,7
obesitas 21 22,3
g. Kejadian Dismenore Responden
Berdasarkan tabel 5.7. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami
dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %) dan minoritas responden tidak mengalami
[image:42.595.112.532.190.294.2]dismenore sebanyak 8 orang (8,5%).
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenore di SMA Dharma Pancasila
Tahun 2014
Kejadian Dismenore Frekuensi Persentase (%)
tidak dismenore 8 8,5
dismenore 86 91,5
Total 94 100
h. Derajat Nyeri Responden
Berdasarkan tabel 5.8. menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami
dismenore pada derajat I sebanyak 60 orang (63,8 %) dan minoritas responden
mengalami dismenore pada derajat III sebanyak 1 orang (1,1 %).
Tabel 5.8.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Nyeri di SMA Dharma Pancasila Medan
Tahun 2014
Derajat Nyeri Frekuensi Persentase (%)
tidak ada rasa nyeri 8 8,5
derajat I 60 63,8
derajat II 23 24,5
derajat III derajat IV 1 2 1,1 2,1
Total 94 100
2. Analisis Bivariat
a. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer
Berdasarkan tabel 5.9, hasil analisis pengaruh usia menarche terhadap
kejadian dismenore dapat diketahui bahwa dari 93 orang yang menarchenya pada
[image:42.595.108.532.441.588.2]sedangkan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 8 orang (8,6 %). Dan dari
1 orang yang menarchenya pada usia > 14 tahun yang mengalami dismenore
sebanyak 1 orang ( 100 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 lebih
besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada
pengaruh usia menarche terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,914, artinya usia menarche <12-14
tahun mempunyai peluang 0,9 kali berpengaruh terhadap kejadian dismenore
[image:43.595.108.538.298.476.2]primer pada remaja putri dibandingkan usia menarche >14 tahun.
Tabel 5.9.
Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma
Pancasila Medan Tahun 2014 Usia
Menarche
Kejadian Dismenore Total
OR 95% CI
P Value Tidak
Dismenore Dismenore
f % f % f %
0,914
(0,859 – 0,973)
1,000 < 12 – 14
tahun
8 8,6 85 91,4 93 100
> 14 tahun 0 0 1 100 1 100
Jumlah 8 8,5 86 91,5 94
b. Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer
Berdasarkan tabel 5.10, hasil analisis pengaruh siklus haid terhadap kejadian
dismenore dapat diketahui bahwa dari 17 orang yang siklus haidnya tidak normal
yang mengalami dismenore sebanyak 14 orang (82,4 %) dan yang tidak
mengalami dismenore sebanyak 3 orang (17,6 %). Sedangkan dari 77 orang yang
siklus haidnya normal yang mengalami dismenore sebanyak 72 orang (93,5 %)
dan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 5 orang (6,5 %). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,154 lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal
kejadian dismenore primer pada remaja putri. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR = 3,086, artinya siklus haid yang normal mempunyai peluang 3,0 kali
berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri dibandingkan
siklus haid tidak normal.
Tabel 5.10.
Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma
Pancasila Medan Tahun 2014 Siklus
Haid
Kejadian Dismenore Total
OR 95% CI
P Value Tidak
Dismenore Dismenore
f % f % f %
3,086
(0,660 – 14,417)
0,154 Tidak
Normal
3 17,6 14 82,4 17 100
Normal 5 6,5 72 93,5 77 100
Jumlah 8 8,5 86 91,5 94
c. Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian
Berdasarkan tabel 5.11, hasil analisis pengaruh lama haid terhadap kejadian
dismenore dapat diketahui bahwa dari 83 orang yang lama haidnya < 7 hari yang
mengalami dismenore sebanyak 75 orang (90,4 %) dan yang tidak mengalami
dismenore sebanyak 8 orang (9,6 %). Sedangkan dari 11 orang yang siklus
haidnya > 7 hari yang mengalami dismenore sebanyak 11 orang (100 %). Hasil
uji statistik diperoleh nilai p = 0,590 lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal
ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh lama haid terhadap kejadian
dismenore primer pada remaja putri. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
0,904, artinya lama haid <7 hari mempunyai peluang 0,9 kali berpengaruh
terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri dibandingkan lama haid
[image:44.595.99.539.188.364.2]Tabel 5.11.
Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma
Pancasila Medan Tahun 2014 Lama
Haid
Kejadian Dismenore Total
OR 95% CI
P Value Tidak
Dismenore Dismenore
f % f % f %
0,904
(0,842 – 0,969)
0,590 < 7 hari 8 9,6 75 90,4 83 100
> 7 hari 0 0 11 100 11 100
Jumlah 8 8,5 86 91,5 94
d. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Dismenore Primer
Berdasarkan tabel 5.12, hasil analisis pengaruh status gizi terhadap kejadian
dismenore dapat diketahui bahwa dari 73 orang yang tidak obesitas mengalami
dismenore sebanyak 68 orang (93,2 %) dan yang tidak mengalami dismenore
sebanyak 5 orang (6,8 %). Sedangkan dari 21 orang yang obesitas mengalami
dismenore sebanyak 18 orang (85,7 %) dan yang tidak mengalami dismenore
sebanyak 3 orang (14,3 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,371 lebih
besar dari 0,05 yang berarti H0 gagal ditolak maka dapat disimpulkan tidak ada
pengaruh lama haid terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,441, artinya status gizi tidak obesitas
mempunyai peluang 0,4 kali berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer
[image:45.595.102.537.76.247.2]Tabel 5.12.
Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma
Pancasila Medan Tahun 2014 Status Gizi
Kejadian Dismenore Total
OR 95% CI
P Value Tidak
Dismenore Dismenore
f % f % f %
0,441
(0,096 – 2,023)
0,371 Tidak
Obesitas
5 6,8 68 93,2 73 100
Obesitas 3 14,3 18 85,7 21 100
Jumlah 8 8,5 86 91,5 94
B. Pembahasan
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja
Putri
Berdasarkan tabel 5.8, hasil analisis pengaruh usia menarche terhadap
kejadian dismenore dapat diketahui bahwa dari 93 orang yang menarchenya pada
usia <12 – 14 tahun yang mengalami dismenore sebanyak 85 orang (91,4 %).
Sedangkan dari 1 orang yang menarchenya pada usia > 14 tahun yang mengalami
dismenore sebanyak 1 orang ( 100 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Utami, dkk (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia menarche
dengan kejadian dismenore dengan nilai p = 0,659. Dan hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sophia, dkk (2013) yang
menyatakan ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore
dengan nilai p = 0,031.
Menurut Proverawati & Misaraoh (2009), jika seorang perempuan
[image:46.595.101.538.77.256.2]mengalami dismenore. Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat – alat
reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan
– perubahan sehingga timbul rasa nyeri ketika haid. Menurut Widjanarko (2006),
alat reproduksi perempuan harus berfungsi sebagaimana mestinya, namun bila
menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal dimana alat reproduksi
belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada
leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika haid.
Faktor penting yang mempengaruhi kejadian dismenore yang salah satunya
adalah hormon prostaglandin dan kontraksi uterus yang berlebihan. Menurut
Wiknjosastro (1999) dalam Judha (2012), umumnya ada anggapan bahwa kejang
yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang
berlebihan. Hal itu disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi (fase
pramenstruasi) memproduksi prostaglandin F2α yang menyebabkan kontraksi
otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2α berlebih dilepaskan dalam peredaran
darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek seperti diare, nausea (mual)
dan muntah.
b. Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja
Putri
Berdasarkan tabel 5.9, hasil analisis pengaruh siklus haid terhadap kejadian
dismenore dapat diketahui bahwa dari 17 orang yang siklus haidnya tidak normal
yang mengalami dismenore sebanyak 14 orang (82,4 %). Sedangkan dari 77
orang yang siklus haidnya normal yang mengalami dismenore sebanyak 72 orang
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Shopia, dkk (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara siklus
haid dengan kejadian dismenore dengan nilai p = 0,330
Menurut Judha (2012), jika seorang perempuan dengan siklus haid yang lebih
panjang (lebih dari 36 hari), rentan mengalami dismenore. Hal ini dikarenakan
semakin lama siklus haid seorang peremuan maka produksi hormon
prostaglandin akan meningkat. Hormon prostaglandin inilah yang dapat
menyebabkan seorang perempuan mengalami rasa sakit ketika haid.
Selain peningkatan kadar hormon prostaglandin, faktor lain yang dapat
menyebabkan dismenore adalah faktor kejiwaan. Menurut Wiknjosastro (1999)
dalam Judha (2012), gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi
mereka tidak mendapat informasi yang baik tentang proses haid, mudah
mengalami dismenore primer.
c. Pengaruh Lama Haid Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja
Putri
Berdasarkan tabel 5.10, hasil analisis pengaruh lama haid terhadap kejadian
dismenore dapat diketahui bahwa dari 83 orang yang lama haidnya < 7 hari yang
mengalami dismenore sebanyak 75 orang (90,4 %). Sedangkan dari 11 orang
yang siklus haidnya > 7 hari yang mengalami dismenore sebanyak 11 orang
(100 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Utami, dkk (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama haid
dengan kejadian dismenore dengan nilai p = 0,324. Dan hasil penelitian ini tidak
menyatakan ada hubungan lama haid dengan kejadian dismenore dengan nilai p =
0,046.
Menurut Proverawati & Misaroh (2009), sama seperti halnya siklus haid yang
panjang, lama haid juga akan menyebabkan kadar hormon prostaglandin
meningkat. Maka semakin lama haid semakin tinggi pula kadar hormon
prostaglandin yang dihasilkan.
Riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) merupakan salah
satu faktor dismenore. Kondisi anatomi dan fisiologis dari seseorang pada
umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara - saudaranya (Shopia,
2013).
d. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Dismenore Primer pada Remaja
Putri
Berdasarkan tabel 5.11, hasil analisis pengaruh status gizi terhadap kejadian
dismenore dapat diketahui bahwa dari 73 orang yang tidak obesitas mengalami
dismenore sebanyak 68 orang (93,2 %). Sedangkan dari 21 orang yang obesitas
mengalami dismenore sebanyak 18 orang (85,7 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulastin (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian dismenore remaja putri dengan nilai p = 0,687. Dan hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shopia, dkk (2013)
yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kejadian dismenore dengan nilai p = 0,043.
Menurut Judha (2012), perempuan dengan status gizi yang berlebih dapat
mengakibatkan dismenore karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang
darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita. Sehingga darah yang
seharusnya mengalir pada proses haid terganggu dan mengakibatkan nyeri pada
saat haid.
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah keterbatasan dalam hal untuk meneliti
semua faktor – faktor yang ada. Jika peneliti selanjutnya tertarik mengambil judul
penelitian dengan judul yang sama, peneliti mengharapkan peneliti selanjutnya dapat
menggali lebih dalam lagi faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kejadian dismenore. Dan jika peneliti selanjutnya memiliki biaya dan waktu yang
lebih banyak, dapat melakukan pemeriksaan kadar hormon prostaglandin pada
sampel yang sedang haid. Ini bertujuan untuk membuktikan apakah benar, jika
hormon prostaglandinlah yang dapat menyebabkan rasa nyeri pada saat haid.
3. Implementasi Penelitian
a. Bagi Pelayanan Kebidanan
Dapat menjadi sumber informasi dalam pemberian intervensi yang tepat
untuk mengatasi dismenore pada remaja terutama di usia sekolah.
b. Bagi Remaja (Responden)
Dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai dismenore sehingga
remaja tetap merasa nyaman pada saat haid dan tidak mengganggu aktivitas
belajar.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang sama
BAB – VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore
primer pada remaja putri di SMA Dharma Pancasila, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Responden paling banyak berusia 16 tahun, yaitu sebanyak 65 orang
(69,1 %).
2. Usia menarche responden terjadi pada usia < 12 – 14 tahun, yaitu sebanyak
93 orang (98,9 %).
3. Siklus haid responden adalah normal sebanyak 77 orang (81,9 %).
4. Lama haid responden adalah < 7 hari sebanyak 83 orang (88,3 %).
5. Status gizi responden adalah tidak obesitas sebanyak 73 orang (77,7 %).
6. Responden mengalami dismenore sebanyak 86 orang (91,5 %).
7. Responden yang mengalami dismenore paling banyak mengalami dismenore
pada derajat I, yaitu sebanyak 60 orang (63,8 %).
8. Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh usia menarche terhadap kejadian
dismenore karena didapatkan p – value = 1,000.
9. Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh siklus haid terhadap kejadian
dismenore karena didapatkan p – value = 0,154.
10.Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh lama haid terhadap kejadian
dismenore karena didapatkan p – value = 0, 590.
11.Berdasarkan uji statistik, tidak ada pengaruh status gizi terhadap kejadian
B. Saran
1. Bagi Responden
Siswa putri yang mengalami dismenore disertai dengan umur menarche yang
cepat, lama haid yang panjang, siklus haid yang tidak normal dan status gizi
yang berlebih agar memeriksakan diri ke dokter untuk pencegahan dini
terhadap penyakit – penyakit lainnya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Jika peneliti selanjutnya memiliki biaya dan waktu yang lebih banyak, dapat
melakukan pemeriksaan kadar hormon prostaglandin pada sampel yang
sedang haid. Ini bertujuan untuk membuktikan apakah benar, jika hormon
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, D & Ari W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: Andi
Anwar, dkk. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Desi, N. (2011). Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche Terhadap Dismenore
Primer Pada Siswi Kelas IX SMPN 87 Jakarta
Hacker, N.F. & Goerge M. (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates
Hastono, S.P. (2001). Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Judha, dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Laila, N.N. (2011). Buku Pintar Menstruasi. Yogyakarta: Buku Biru
Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius
Manuaba, I.B.G, dkk. (2010). Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans
Info Media
Narendra, dkk. (2002). Buku Ajar 1 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
Sagung Seto
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Pakaya, D. (2013). Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Dismenore Primer
pada Siswi Kelas VIII SMPN 6 Gorontalo
Proverawati, A. (2009). Menarche, Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:
Nuha Medika
Shopia, dkk. (2013). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada
Siswi SMK Negeri 10 Medan
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. (2010). Kesehatan Remaja, Problem dan
Solusinya. Jakarta: Salemba Medika
Utami, dkk. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalamualaikum Wr. Wb/ Salam sejahtera
Dengan hormat,
Nama saya Retno Andari, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Saya sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun
2014”.
Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan yang paling sering
terjadi pada perempuan muda atau remaja. Hampir semua perempuan mengalami
rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah dan
biasanya juga disertai mual, pusing bahkan pingsan. Namun, dismenore yang paling
sering ditemukan pada remaja adalah dismenore primer.
Dismenore atau nyeri haid dibagi menjadi 2, yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada
kelainan alat – alat genital. Sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
dijumpai dengan adanya kelainan alat – alat genital.
Penyebab dismenore primer bisa beragam, misalnya dari faktor endokrin,
faktor kejiwaan atau gangguan psikis, haid pertama pada usia yang amat dini,
periode haid yang lama, aliran darah haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga
yang positif terkena penyakit, kegemukan dan mengonsumsi alkohol.
Tujuan pen