• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Promosi Pemerintah Daerah Dalam Memperkenalkan Batik Khas Jonegoroan Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro ( Studi Pada Disperingdag Kabupaten Bojonegoro )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Promosi Pemerintah Daerah Dalam Memperkenalkan Batik Khas Jonegoroan Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro ( Studi Pada Disperingdag Kabupaten Bojonegoro )"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PROMOSI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMPERKENALKAN BATIK KHAS JONEGOROAN KEPADA

MASYARAKAT KABUPATEN BOJONEGORO ( Studi Pada Disperindag Kabupaten Bojonegoro )

S K R I P S I

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Bayu Dwi Permana Putra NIM: 08220346

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Komunikasi Promosi Pemerintah Daerah Dalam Memperkenalkan Batik Khas Jonegoroan Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro ( Studi Pada Disperindag Kabupaten Bojonegoro )”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentu begitu banyak yang telah membantu peneliti. Oleh karena itu, peneliti sangat-sangat mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang mana telah memberikan peneliti segala kemudahan dan kenikmatan jasmani rohani yang peneliti dapatkan.

2. Keluarga tercinta, Bapak Kusnan dan Ibu Enyk Yuliantie yang telah memberikan dorongan moriil dan materiil kepada peneliti. Mas Andik dan juga dek Tita yang mampu menghibur dan memberi semangat.

3. Bapak Nurudin, M.Si yang telah menjadi guru dalam bagian hidup peneliti untuk membentuk mental dan menjadikan pribadi yang disiplin, serta menjadikan diri peneliti lebih mau untuk banyak belajar.

4. Bapak Drs, Jainuri, M. Si, yang telah mempermudah jalan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Rektorat Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

7. Jurusan Ilmu Komunikasi beserta semua dosen-dosen dan staf karyawan/karyawati Ilmu Komunikasi.

(7)

9. Teman-teman kos padepokan joyo yang selalu menjadi tempat berbagi dalam suka maupun duka.

10.Teman-teman seperjuangan yaitu irzam, ucik, nasich, andre davie, meti, andika nico, bagus rio, babi dan lain-lain.

11.Dan tak lupa Sari Kisma Kerti yang menemani selama 5 tahun ini, dan selalu menjadi motivasi saya untuk cepat lulus.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kekurangan adalah milik hambanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin

Malang, Oktober 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

C. Pemilihan Media Komunikasi dan Fungsi ... 23

D. Teori Komunikasi Promosi ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

(9)

C. Teknik Penentuan Informan ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Teknik Analisis Data... 32

F. Keabsahan Data ... 34

BAB IV. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 36

A. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro ... 36

1. Sejarah Kabupaten Bojonegoro ... 36

2. Disperindag Kabupaten Bojonegoro ... 38

3. Sejarah Batik Bojonegoro ... 42

BAB V. PEMBAHASAN ... 46

A. Identitas Subyek Penelitian ... 46

B. Komunikasi Promosi Pemerintah Daerah Dalam Memperkenalkan Batik Khas Jonegoroan Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro ... 48

BAB VI. PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan... 57

B. Saran Akademis ... 58

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 29

Gambar 2 Triangulasi “teknik” pengumpulan data ... 32

(11)

Daftar Pustaka A. Buku

Agus Salim. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana. 2006. hal: 20.

Anshori, Yusak dan Kusrianto, Adi, 2011, Keesotisan Batik Jawa Timur, Memahami Motif dan Keunikannya, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Basu Swastha, 2000 Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit: Liberty, Yogyakarta.

Basu Swasta, dan Irawan, 2008, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, BPFE, Yogyakarta.

Endang, Sri. R. dan Mulyani, Sri. 2009.Bekerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan .Jakarta: Erlangga

Hamidi. 2007. Metede Penelitian dan Teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Erlangga

Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran: Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Prehallindo: Jakarta.

Krisyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, PR, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group

Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.

Yogyakarta:LKis

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung :PT.Remaja Rosdakarya Offset, 2007. hal: 178

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Richarrd J. Semenik (2002), Promotion and Integrated Marketing Communications,

South-Western,5101 Madison Road, Ohio

Ruslan, Rusadi. 2010. Manajemen Public Relation danMedia Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Suprapto, Tommy. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi Yogyakarta: MedPress 2009

(12)

Sugiono, 2010. Memahami Peneitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA

Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA

B. Non Buku

www.bloggerbojonegoro.com, diunggah pada tanggal 20 oktober 2012 pukul 14.00 WIB

Utami, Puji Sedya. 2011. Makna Simbolik Kreasi Bat ik Khas

Daerah Bojonegoro Sebagai Kekayaan Budaya Nasional. From ht t p:/ / karya-ilmiah.um.ac.id/ index.php/ PPKN/ art icle/ view / 13590. Akses Pukul 15.26 WIB

http://disperindag.bojonegorokab.go.id/2013/06/visi-misi/, akses pukul 16.46 WIB http://disperindag.bojonegorokab.go.id/2013/06/tugas-pokok-dan-fungsi/, akses pukul

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut dengan culture, yang berasal dari kata bahasa latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dan dalam Indonesia dibahasakan dengan ”kultur” .

Kebudayaan yang “taken for granted” sangat melekat dalam diri manusia. Begitu pula Indonesia bentang daerahnya dari Sabang sampai Merauke memiliki kebudayaan tak terhitung dan sangat bernilai. Dari ragam bentuk tari, bahasa, suku yang berbeda-beda menjadi keunikan sendiri bagi daya tarik Indonesia dan daerahnya itu sendiri. Kebudayaan menjadi kompas dalam perjalanan hidup manusia, sebagai pedoman dalam tingkah laku. Wajar sebagai masyarakat majemuk Indonesia memiliki banyak budaya di setiap daerahnya.

Kebudayaan yang sudah tertanam lama dan turun temurun dihasilkan oleh nenek moyang itu akhirnya menjadi suatu ciri khas di daerah masing-masing. Contoh saja Reog Ponorogo yang sempat menjadi perbincangan hangat saat ada pengklaiman dari negara Malaysia November 2007 silam. Reog menjadi identitas masyarakat Ponorogo. Sama halnya dengan batik yang setiap daerah di Indonesia memiliki tapi dengan corak yang berbeda-beda untuk menunjukan identitas daerahnya. Batik sendiri merupakan hasil karya kerajinan yang dituangkan dalam

(14)

2

kain. Yang dalam bahasa Jawa hasil dalam bertanya pada seorang pembatik, batik berasal dari kata "amba" yang berarti menulis dan "nitik" yang berarti titik. Batik merupakan seni melukis yang dituangkan dalam kain dengan menggunakan lilin. Walaupun di modernisasi ini banyak kain batik dari hasil cetak mesin.

Batik oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible

Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. (Diaskes di

www.bloggerbojonegoro.com pada tanggal 20 Oktober pukul 14.00 WIB).

Perhatian masyarakat akan batik sangat besar dari dulu sampai sekarang. Kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap ini diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia karena batik Indonesia memiliki motif yang beragam dan memiliki makna filosofi yang mendalam dalam setiap gambarnya. Selain itu penghargaan oleh UNESCO menjadikan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia itu juga didasarkan karena pemerintah dan rakyat Indonesia dinilai telah melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya itu secara turun-temurun. Sehingga batik dianggap busana resmi untuk digunakan dalam acara- acara keagamaan, pernikahan dan acara resmi lainnya di setiap daerahnya. Sekarang setiap orang merasa bangga memakai batik, tidak hanya yang tua tetapi juga yang muda. Dalam setiap kain batik memiliki makna tersendiri yang menunjukan nilai budaya atau ciri khas identitas daerah tersebut.

(15)

3

banyak kerajaan yang sarat akan tata krama. Ragam hias dan motif yang menyusun pola batik selalu mempunyai arti filosofi, mungkin dalam hal sejarah, magis, kesenian, agama dan lain-lain. Ragam motif dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik di Indonesia memiliki ragam motif dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun daerah pesisir yang menjadi pesinggahan kapal, menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh bangsa Cina, yang memperkenalkan corak phoenix. Penjajah dari bangsa Eropa juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan motif batik, sehingga coraknya pun diambil dari budaya dan kebiasaan yang dilakukan seperti adanya bunga tulip. Batik tulis tradisonal mempertahankan coraknya yang masih dipakai dalam upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki lambang dan makna tertentu.

Seperti halnya kabupaten Bojonegoro merupakan bagian dari kabupaten di Jawa Timur yang menyimpan kebudayan yang beragam. Dalam hal batik, di Kabupaten Bojonegoro sebenarnya telah mempunyai batik yang telah dikenal yaitu batik Jumput. Batik Jumput ini berasal dari Desa Prayungan Kecamatan Sumberrejo. Tapi kurang berkembang akibat kurangnya daya tarik masyarakat dan pengenalan pemerintah tentang batik.

(16)

4

penciptaan identitas daerah Bojonegoro itu sendiri. Yang dibantu DEKRANASDA (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kabupaten Bojonegoro yang diketuai juga oleh Ibu Mufadho Suyoto sebagai mitra kerja pemerintah yang merupakan kelompok pencipta, pecinta dan peminat seni kerajinan dalam masyarakat yang mempunyai persamaan dan kehendak untuk mengembangkan seni produktifitas dan pemasaran kerajinan Kabupaten Bojonegoro. Dari lomba tersebut akhirnya terkumpul sekitar 600 motif batik karya peserta. Kemudian dari 600 hasil motif batik tersebut tim penilai dari IPB memilih 9 motif terpilih. Kemudian tercipta sembilan motif yang unik dan khas Bojonegoro yang di launching pada 29 Desember 2009 pada acara tahunan pemilihan duta wisata Bojonegoro. Batik tersebut diberi nama batik Jonegoroan oleh bupati Bojonegoro. Motif batik yang terpilih adalah Gastro Rinonce (Motif Kilang Minyak dan Gas Bumi), Jagung Miji Emas (Motif Jagung), Mliwis Mukti (Motif Burung Legendaris Jelmaan Angling Dharma, Mliwis Putih), Parang Dahono Munggal (Motif Wisata Api Abadi, Kahyangan Api), Parang Jembul Sekar Rinandar (Motif Hewan Sapi), Pari Sumilak (Motif Padi), Rancak Thengul (Motif Wayang Thengul, khas Bojonegoro), Sata Gondo Wangi (Motif Tembakau), dan Sekar Jati (Motif Daun Jati). Sembilan motif batik Jonegoroan diatas merupakan gambaran dari hasil potensi alam dan budaya yanga ada di daerah Kabupaten Bojonegoro.

(17)

5

mempunyai makna padi yang sudah siap di panen di seluruh wilayah Bojonegoro. Diharapkan ke depan Bojonegoro menjadi lumbung padi. Motif sata ganda wangi, sejak dahulu tembakau Bojonegoro sudah dikenal seluruh nusantara sehingga menjadi salah satu produk unggulan lainnya. Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman ini menghasilkan aroma yang khas/harum yang berbeda dengan daerah lain. “Sata” bahasa Jawa yang berarti tembakau, “ganda” bahasa Jawa yang berarti aroma, “wangi” bahasa Jawa yang berarti harum, sehingga bermakna tembakau Bojonegoro memiliki aroma harum. Diharapkan nama Bojonegoro menjadi harum dan terkenal lewat tembakau sebagai salah satu potensinya. Dalam makna yang terkandung dalam batik bisa menunjukan identitas dalam daerahnya

Penciptaan ini tentunya menciptakan dan mempengaruhi perkembangan batik di Bojonegoro. Setelah ada pengembangan dan pelestarian batik. Disini ada peran pemerintah dalam pengenalannya kepada masyarakat Bojonegoro. Dari berbagai motif baru dan pemaknaan lewat batik itu sendiri pemerintah menginginkan adanya peningkatan hasil kekayaan alam dan budaya Bojonegoro dengan cara peran pemerintah menganjurkan masyarakatnya mengembangkan dan memakai batik. Adanya pemasaran dan pengenalan batik di Bojonegoro merupakan bentuk komunikasi. Perlintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal dan non verbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. (Dr. Alo Liliweri, M.S, 2002: 12).

(18)

6

belakangan ini mulai dilaunchinya batik jonegoroan sebagai salah satu progam untuk menguatkan identitas masyarakat, sehingga berdampak pada sektor kehidupan di masyarakat Kabupaten Bojonegoro. Selain itu dalam beberapa bulan terakhir peneliti mengamati adanya perkembangan mengenai penciptaan motif baru selain dari kesembilan batik yang telah ditetapkan pada akhir 2009. Tentunya pemerintah mempunyai cara promosi dalam mengenalkan motif khas batik jonegoroan ini kepada masyarakat, khususnya masyarakat Bojonegoro. Melihat seberapa besar daya tarik masyarakat terhadap batik motif baru di Bojonegoro.

Merujuk pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi dengan mengangkat sebuah judul “Komunikasi Promosi Pemerintah Daerah Dalam Memperkenalkan Batik Khas Jonegoroan Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro ( Studi Pada Disperindag Kabupaten Bojonegoro )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah “Komunikasi promosi apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam memperkenalkan batik khas Jonegoroan kepada masyarakat kabupaten Bojonegoro?”

C. Tujuan Penelitian

(19)

7

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Akademis

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis. Khususnya dalam bidang komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi penilaian siswa kualitatif dan kuantitatif yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft MySQL Server 2000 dan Microsoft Visual Basic 6.0

Artinya tidak terbukti bahwa likuiditas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, peluang untuk tepat waktu dalam penyampaian

Salah satu terapi yang digunakan oleh konselor adalah konseling traumatik, proses konseling tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kali pertemuan yaitu melihat trauma

Pada awalnya, para siswa bin- gung dengan istilah sound bracketing drill, tetapi kemudian dijelaskan ten- tang strategi tersebut.. siklus I ini, terdapat beberapa peren- canaan

HUBUNGAN KANDUNGAN LOGAM BERAT (Pb & Cu) DAN UKURAN IKAN BANDENG (Chanos Chanos) DARI KAWASAN PANTAI SEMARANG: STUDI..

maka seteJah diJakukan analisa data didapatkan basil sebanyak 14.4% responden merasa sangat puas, 81,8% responden merasa puas, 2,2% responden ragu-ragu, 1,6 % responden tidak

Dalam peneli an ini yang menjadi objek peneli an adalah penerapan Peraturan Walikota Yogyakarta Tentang Permohonan Pengadaan dan Pemanfaatan Tanah Untuk Ruang Terbuka Hijua Publik

Pada prinsipnya, tindakan untuk pengelolaan dan perlindungan pantai dari abrasi/erosi adalah dengan (a) pencegahan, dengan melakukan pengaturan penggunaan lahan