i
SELF AWARENESS DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK
PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Maristela Oparekhe Hilapok
131114055
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
iv
Just because you don’t see anything
happening doesn’t mean that
God isn’s working.
“Just keep moving forward
and don’t give a shit about
what anybody thinks.
Do what you have to do,
for you.”
(Johnny Depp)
Beautiful
faces
are everywhere,
but beautiful
minds
are hard to find.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini bagi...
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menopang dan menjadi sumber kekuatan dalam hidup
Kedua Orang tua Tercinta B. Eligius Hilapok & Rita Uropmabin
Kakak-kakak dan adik yang Tercinta Angelus Arie Hilapok
Andriana Hurekdogon Hilapok
Avelina Palek Hilapok Anselma Sesilia Juan Hilapok
Pembimbing yang selalu sabar dan telaten membantu salama proses ini hingga berakhir
Program Studi Bimbingan dan Konseling
viii
ABSTRAK
SELF AWARENESS DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK
PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)
Maristela Oparekhe Hilapok Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang Self
Awareness mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014
dan membuat usulan program untuk mengembangkan Self Awareness dalam diri mahasiswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian survei. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014. Instrumen penelitian yang digunakan menggunakan lima aspek, yaitu attention, wakefulness, architecture, recall of
knowledge, dan emotive. Kuesioner yang digunakan yaitu self awareness dan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu berdasarkan pengkategorisasian. Terdapat lima tingkat dalam pengkategorisasian Self
Awareness mahasiswa angkatan 2014, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma, memiliki tingkat Self Awareness sebagai berikut: 9 (21,95%) sangat tinggi, 18 (43,90%) tinggi, 14 (34,14%) sedang, dan tidak ada mahasiswa yang berada pada kategori
self awareness rendah dan sangat rendah. Melalui hasil perhitungan skor item,
terdapat 39 (95,12%) item tergolong sangat tinggi dan 2 (4,87%) item yang tergolong tinggi. Maka diusulkan topik-topik program pengembangan diri berdasarkan butir-butir item kuesioner terendah yang dapat mengembangkan Self
Awareness mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014.
Judul topik program pengembangan diri mahasiswa yaitu Mengenali Kesehatan Pribadi, Keterampilan Belajar, Manajemen Waktu, dan How to Management Your
Emotions?. Program pengembangan diri dilakukan dengan metode bimbingan
klasikal, konseling kelompok, dan acara weekend dengan tujuan untuk mengembangkan Self Awareness mahasiswa.
ix
ABSTRACT
SELF AWARENESS AND IMPLICATIONS OF PROPOSED TOPICS ON THE
SELF DEVELOPMENT PROGRAM
(A Descriptive Study on Student Guidance and Counseling Program Batch 2014
Sanata Dharma University in Yogyakarta)
Maristela Oparekhe Hilapok Sanata Dharma
2017
This study aims to obtain an overview of Self Awareness among the students of Guidance and Counseling Study Program Batch 2014 and make proposals to develop Self Awareness program within the students.
This type of research is descriptive quantitative research with survey method. The research subjects were all students of Guidance and Counseling Study Program Batch 2014. The research instrument uses five aspects, namely attention, wakefulness, architecture, recall of knowledge, and emotive. The questionnaire used is self-awareness and the data analysis technique used in the study is based on categorization. There are five levels in the categorization of the students’Self Awareness class of 2014, namely very high, high, medium, low and very low.
These results indicate that students of Guidance and Counseling Batch 2014Sanata Dharma University have the Self Awareness as follows: 9 (21.95%) is categorized as very high, 18 (43.90%) as high, 14 (34.14%) as moderate, and no studentwas in the category of low and very lowself-awareness. Through the calculation of scores of items, 39 (95.12%) items were very high and 2 (4.87%) items were high. Therefore,the proposed topics of self-development program were based on the lowest questionnaire items to develop students Self Awareness. The title of the topic of the student self-development program was Recognizing Personal Health, Study Skills, Time Management, and How to Management Your Emotions? Self-development program was carried out using the class guidance method, group counseling, and weekend events carried out to develop students’ Self Awareness.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerahNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “SELF AWARENESS DAN IMPLIKASINYA PADA
USULAN TOPIK PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI (Studi Deskriptif
pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)” ini dengan baik. Tidak sedikit
tantangan atau godaan yang dialami penulis selama menyelesaikan skripsi ini, namun karena kasih dari Tuhan Yesus dan Bunda Maria semua dapat terlewati. Penulis juga menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing, membantu, mendukung serta mendoakan selama proses menyelesaikan skripsi dan mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan yang ada pada skripsi ini. Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A, selaku dosen pembimbing yang sabar telah memberikan waktu, motivasi, ilmu, serta banyak pembelajaran hidup yang diberikan selama proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan serta membekali berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 5. Bapak Stefanus Priyatmoko yang dengan sabar dan tulus membantu pada
bidang administrasi selama penulis menempu studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
7. Orangtuaku tercinta Bapak B. Eligius Hilapok dan Mama Rita Uropmabin yang senantiasa mendukung serta mendoakan dan selalu mengajariku untuk selalu berjuang dan sabar selama kuliah serta proses penyelesaian skripsi ini.
8. Kakak-kakakku yang tercinta Angel, Andri, Ave dan Adikku yang tercinta Juan untuk semangat, motivasi, dukungan, serta doa dan cinta yang diberikan selama ini.
9. Teman-teman seperjuangan prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, kalian istimewa dan luar biasa. Terimakasih buat canda, tawa, kerjasama, dan semua kenangan selama ini.
10.Teman kos Kiki Riana yang selalu memberi semangat, menemani disaat senang maupun susah. Terimakasih untuk dukungannya selama 3 tahun ini.
11.Teman seperjuangan di prodi Bimbingan dan Konseling Mersy Cahyati, Katerina Mangampang, Wahyuni Br. Tarigan, Santiaji Alit, Lourenstius Yoga, dan Anastasia Karisa yang selalu ada dan selalu memberi semangat serta dukungan hingga saat ini.
12.Para sahabatku Kristyana Sentosa, Friska Ruru, dan Regina Rapa yang kebersamaan, dukungan, yang selalu menjadi tempat untuk sharing serta berkeluh-kesah dan kekompakannya selama ini. An Netaiken Motok!! 14.Keluarga besar FKIP Basketball yang selalu menjadi pelarian sewaktu
xii
15.Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang dilakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Yogyakarta, 3 Februari 2017
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Batasan Istilah ... 8
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Hakikat Self Awareness ... 9
1. Pengertian Self Awareness ... 9
2. Ciri-ciri orang yang memiliki Self awareness ... 11
3. Aspek-aspek Self awareness ... 12
4. Fungsi-fungsi Self awareness ... 16
5. Upaya meningkatkan self awarenes ... 18
B. Karakteristik Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 ... 19
1. Pengertian Karakteristik Mahasiswa ... 19
2. Tugas Perkembangan Mahasiswa ... 21
3. Self Awareness Mahasiswa ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 24
A. Jenis atau Desain Penelitian ... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
C. Subjek Penelitian ... 25
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 25
1. Teknik Pengumpulan Data ... 25
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 26
3. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Penelitian ... 37
B. Pembahasan Hasil penelitian ... 42
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 50
xv
B. Saran ... 50
C. Keterbatasan ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 55
LAMPIRAN 1 Tabel Data Validitas ... 56
LAMPIRAN 2 Reabilitas ... 60
LAMPIRAN 3 Kuesioner Self Awarenes ... 61
LAMPIRAN 4 Data Hasil Kuesioner ... 67
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Jumlah Subjek Penelitian ... 25
Tabel 3. 2 Norma Skoring Inventori self awareness ... 27
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Kuesioner Self awareness ... 28
Tabel 3. 4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 31
Tabel 3. 5 Kriteria Guilford ... 32
Tabel 3. 6 Reliabilitas Item ... 33
Tabel 3. 7 Tabel Norma Kategorisasi ... 34
Tabel 3. 8 Tabel Norma Kategorisasi tingkat Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata DharmaYogyakarta ... 35
Tabel 3. 9 Tabel Norma Kategorisasi item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata DharmaYogyakarta ... 36
Tabel 4. 1 Kategorisasi Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 37
Tabel 4. 2 Kategorisasi Skor Item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 40
Tabel 4. 3 Item-item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 42
Tabel 4. 4 Usulan Topik-topik Bimbingan Pengembangan Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma ... 49
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Kategorisasi Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 38 Grafik 4. 2 Kategorisasi Skor Item Self Awareness Mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 40
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai calon konselor yang handal, mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma diharapkan bisa menjalankan fungsi layanan Bimbingan dan Konseling dalam satuan pendidikan bagi konseli seperti penyesuaian diri dengan lingkungan; mampu mengembangkan diri di bidang minat dan bakat; dan pengembangan potensi yang optimal. Hal tersebut dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 111 tahun 2014 pada pasalnya yang ke-2 nomor 1.
seorang konselor yang profesional yang nanti dapat membantu konseli untuk mengembangkan kesadaran diri konseli.
Menurut Kode Etik Profesi Konseling pada Bab II bagian A mengenai kualifikasi seorang konselor, konselor yang profesional dituntut agar memiliki nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang profesi konseling. Semua hal ini dapat di peroleh ketika memiliki kesadaran diri (self
awareness) yang merupakan ”modal dasar” konselor dalam menjalankan tugas (Flurentin, 2010).
Solso (2008) mengemukakan bahwa kesadaran diri (self awareness) merupakan proses fisik dan psikologis yang mempunyai hubungan timbal balik dengan kehidupan mental yang terkait dengan tujuan hidup, emosi, dan proses kognitif yang mengikutinya. Sifat-sifat seseorang yang sudah mengenal dirinya yaitu mampu berinovasi, berpikir secara sehat, bertanggung jawab atas tindakannya, dan bisa mengambil resiko. Drucker ( dalam Lowney, 2005) mengungkapkan bahwa, di dalam lingkungan baru keberhasilan karier tidak di rencanakan. Karier berkembang ketika orang siap akan peluang karena mereka tahu kekuatan mereka, metode kerja, dan nilai-nilai mereka.
Seorang calon konselor yang profesional diharapkan mampu mengenal diri sendiri: kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup mereka. Solso (2008) mengungkapkan aspek-aspek utama dalam kesadaran diri meliputi atttention, wakefulness, architecture, recall of knowledge, dan
emotive. Pribadi yang memiliki self awareness yang baik dapat berpengaruh pada
Self awareness (kesadaran diri) dapat memengaruhi kinerja seorang
konselor, dalam hal ini masih ditemukan beberapa mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang kurang sadar akan pentingnya mengembangkan kesadaran diri (self
awareness). Misalnya mahasiswa masih sering terlambat mengumpulkan tugas,
sehingga tanggung jawab sebagai mahasiswa belum dilaksanakan agar dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa yaitu mengembangkan disiplin ilmu maupun sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan kesadaran diri (self awareness) akan membantu mahasiswa untuk dapat memahami diri sendiri serta dapat membantunya dalam menjalankan tugas nantinya sebagai seorang konselor yang profesional.
Meskipun pada kenyataannya mahasiswa progam studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 sudah berusaha untuk mengembangkan kesadaran diri dengan selalu hadir dalam perkuliahan dan aktif dalam beberapa kegiatan kampus. Masih terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014, antara lain kebiasaan menunda-nunda perkerjaan, kurangnnya niat membaca, tidak empati terhadap teman yang sakit, sikap yang masih seperti pelajar SMA yang mengeluh akan tugas kampus, belum bersikap selayaknya calon konselor, sering melontarkan kata makian kepada teman, dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
dosen pembimbing saat menjalankan program magang baik magang 1, magang 2, dan maupun magang 3 kedepannya agar hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa di tempat magang dapat terbantu dan dosen bisa mengetahui kegiatan apa yang dilakukan oleh mahasiswa saat magang. Self awarenes sangat penting bagi mahasiswa sebagai para calon konselor, agar dapat membantu mahasiswa untuk semakin bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri, bagaimana sikap dirinya dalam bersosialisasi, mengelola emosinya, dan pada akhirnya mahasiswa dapat menjadi pribadi yang matang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membahasnya dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Self Awareness Mahasiswa Program Studi
Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Dan Implikasinya Pada Usulan Topik Program Pengembangan
Diri” dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan Self
Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014
Universitas Sanata Dharma dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Ada indikasi kurangnya kesadaran mengenai pentingnya Self
Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
2. Belum ada gambaran mengenai pentingnya Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
3. Mahasiswa masih belum bisa bersikap layaknya seorang calon konselor, tidak empati terhadap satu dan yang lain, menunda tugas kampus, kurang memiliki niat untuk membaca dan kurang aktif dalam bersosialisasi dengan dosen.
4. Tuntutan Kode Etik Konselor yang mengatakan bahwa konselor yang profesional harus memiliki nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang profesi Konseling.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, fokus diarahkan untuk menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, khususnya mengenai kurangnya kesadaran Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma akan pentingnya Self awareness.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
2. Mengidentifikasi capaian skor item yang belum optimal agar bisa mengusulkan topik-topik program yang sesuai untuk mengembangkan Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
1. Manfaat Praktis
a. Bagi para Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma dapat menggunakan hasil penelitian ini, untuk melihat seberapa tinggi kesadaran diri (self awareness) mereka. Sehingga mahasiswa dapat mengembangkan diri secara optimal sebagai seorang calon konselor profesional.
b. Bagi prodi BK
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan berupa informasi mengenai self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma, yang kiranya dapat memberikan inspirasi mengenai kegiatan yang perlu dilakukan oleh prodi Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan self
awareness mahasiswa.
c. Bagi DPA
Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan informasi mengenai tingkat self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 kepada DPA, yang kiranya dapat menjadi masukan untuk membuat program pengembangan diri mahasiswa. Misalnya dalam kegiatan dialog kelas, weekend kelas,
d. Bagi Dosen Matakuliah
Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan informasi mengenai tingkat self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 kepada dosen matakuliah, yang kiranya dapat menjadi masukan untuk membantu dosen dalam menghadapi mahasiswa. Dosen matakuliah juga dapat membantu mengembangkan
self awareness mahasiswa melalui kegiatan perkuliahan di kelas.
G. Batasan Istilah
1. Kesadaran diri (self awareness) merupakan pengetahuan seseorang untuk menerima dirinya, mengetahui kelebihan serta kekurangan yang dimilikinnya dan mampu mengakuinya di depan orang banyak. Seseorang jika sudah memiliki kesadaran diri maka dapat mengendalikan dirinya terkait dengan tujuan hidup yang dimilikinya, bagaimana mengatur emosi, dan pengaruh emosi terhadap kognitifnya. Terdapat beberapa aspek yang mendukung seseorang untuk mengembangkan kesadaran diri (self awareness) pada dirinya yaitu
atttention, wakefulness, architecture, recall of knowledge, dan emotive.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan pengertian self awareness, ciri-ciri self awareness, aspek-aspek self awareness, fungsi-fungsi self awareness, upaya mengembangkan
self awarenes, karakteristik mahasiswa, tugas perkembangan, dan self awareness
mahasiswa.
A. Hakikat Self Awareness
1. Pengertian Self Awareness
Kesadaran diri (self awareness) merupakan pondasi hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk memahami diri sendiri dan untuk berubah. Sudah jelas bahwa seseorang tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak ia kenal.
Para ahli mempunyai pendapat yang beragam tentang kesadaran diri, Mayer seorang ahli psikologi dari University of New Hampshire yang menjadi koformulator teori kecerdasan (dalam Goleman, 1996) berpendapat bahwa kesadaran diri berarti waspada, baik terhadap suasana hati maupun pikiran seseorang tentang suasana hati.
mengatur emosi serta pengaruh emosi terhadap kognitifnya. Sama halnya yang dikatakan oleh Mayer (dalam Goleman, 1996) emosi dapat dikendalikan dengan kesadaran diri orang terhadap kewaspadaan terhadap suasana hati.
Santrock (2003) mengemukakan kesadaran diri adalah keadaan sadar terjaga atau pengetahuan mengenai peristiwa yang terjadi di luar dan di dalam dirinya, termasuk sadar akan pribadinya dan pemikiran mengenai pengalamannya. Seseorang akan sadar dengan apa yang ia lakukan dan apa yang ia katakan, serta apa yang harus ia lakukan dalam kehidupannya.
Menurut Goleman (1996), kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri. Lebih lanjut Goleman menjelaskan bahwa kesadaran diri adalah kemampuan untuk merasakan, mengartikulasi, dan merefleksikan keadaan emosional seseorang. Setiap emosi yang dirasakan dapat dikendalikan dengan merefleksikan terlebih dahulu peristiwa-peristiwanya.
2. Ciri-ciri orang yang memiliki Self awareness
Goleman (1996) menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam kesadaran diri, yaitu:
a. Mengenali emosi; mengenali emosi diri dan pengaruhnya. Orang dengan kecakapan ini akan:
1) Mengetahui makna emosi yang sedang mereka rasakan dan mengapa terjadi.
2) Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan.
3) Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja. 4) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai
dan sasaran-sasaran mereka.
b. Pengakuan diri yang akurat; mengetahui sumber daya batiniah, kemampuan dan keterbatasan ini. Orang dengan kecakapan ini akan :
1) Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. 2) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman,
terbuka bagi umpan balik yang tulus, perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri.
3) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas.
1) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan
“keberadaannya”.
2) Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran.
3) Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti.
Pada ciri-ciri lebih menekankan bahwa orang yang memiliki self
awareness dapat mengenali emosi yang ia rasakan maupun emosi orang lain serta
mengetahui kemampuan dan keterbatasan yang ia miliki.
3. Aspek-aspek Self awareness
Solso (2008) mengungkapkan aspek-aspek utama dalam kesadaran diri meliputi atttention, wakefulness, architecture, recall of knowledge, dan emotive. Aspek-aspek tersebut merupakan upaya untuk mengurangi variansi dalam pendefinisian pengalaman subjektif yang kita sebut dengan kesadaran. Dari kelima aspek tersebut, ada satu aspek yakni arsitektur yang terlibat dalam proses fisiologis. Aspek-aspek lainnya terlibat dalam proses-proses psikologis, semua aspek-aspek ini saling berhubungan antar satu sama lain dalam menggambarkan kesadaran diri.
a. Atensi; perhatian (attention)
merenungkan pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, dan citra-citra visual saat sadar dengan keadaan yang sedang dialaminya. Misalnya, pada saat ini anda bisa saja menghadirkan bayangan seorang tokoh ternama dalam bernak anda. Hal ini merupakan kemampuan untuk menghadirkan pikiran-pikiran sadar dan memori-memori proses dari masa lalu anda, yang merupakan suatu sistem kerja yang bekerja bersama-sama dengan proses recall pengetahuan.
b. Kesiagaan; keterjagaan (wakefulness)
Kesadaran individu yang siaga dengan kejadian-kejadian yang di alaminya dengan terpengaruh oleh perhatiannya kepada suatu kejadian tersebut. Kesiagaan ini merupakan suatu kondisi mental yang dialami seorang sepanjang hidupnya, dalam tiap hari.
c. Arsitektur (architecture)
d. Mengingat pengetahuan (recall of knowledge)
Proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia disekelilingnya. Kesadaran memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui proses recall dan rekognisi terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai dunia ini. Kesadaran diri ini memiliki tiga komponen antara lain:
1) Pengetahuan diri (self knowledge)
Pengetahuan diri adalah pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang, individu akan sadar dengan dirinya sendiri, bahwa individu memiliki kekurangan serta kelebihan, serta dalam kesehariannya individu sadar hal tersebut adalah dirinya.
2) Pengetahuan tentang dunia (world knowledge)
3) Aktivasi pengetahuan (activation of knowledge)
Seorang individu menyadari tindakan-tindakan orang lain. Kesadaran akan kejujuran individu akan terbentuk dengan melihat orang lain sebagai contoh nyata. Individu akan belajar bagaimana membentuk suatu kesadaran diri dalam dirinya melalui orang lain.
e. Emosi (emotive)
Suatu kondisi sadar, yang biasa dianggap sebagai suatu bentuk perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran atau presepsi). Emosi ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat merespon peristiwa-peristiwa eksternal.
1) Kebaruan (novelty)
Kecenderungan kesadaran untuk mengambil suatu keputusan yang kreatif dan inovatif, dalam menghadapi kejadian-kejadian dalam hidup tanpa mengurangi pengetahuannya yang sudah ada.
2) Kemunculan (emergency)
3) Selektivitas (selectivity) dan Subjektivitas (subjectivity)
Kesadaran individu secara konstan akan memilih sangat sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran-pikiran itu akan berubah secara cepat akibat
Aspek merupakan hal yang paling utama dalam self awareness, dari aspek-aspek ini individu dapat mengetahui sejauh mana individu itu sudah mengembangkan self awareness dalam kehidupannya agar dalam hidup bersosialisasi bisa aware terhadap diri sendiri maupun orang sekitar.
4. Fungsi-fungsi Self awareness
Baars dan McGovern dalam (Solso, 2008) mengungkapkan sejumlah fungsi kesadaran diri, berikut ini adalah penjabaran fungsi-fungsi tersebut:
a. Konteks-setting (context-setting), yakni fungsi dimana sistem-sistem bekerja mengidentifikasi korteks dan pengetahuan mengenai sebuat stimuli yang datang dalam memori. Fungsi ini berperan untuk menjernikan pemahaman mengenai stimulus yang bersangkutan.
b. Adaptasi dan pembelajaran (adaptation and learning), yakni fungsi yang mengendalikan bahwa keterlibatan sadar di perlukan untuk menangani informasi baru dengan sukses.
d. Rekrutmen dan kontrol (recruitment and control), yakni fungsi dimana kesadaran memasuki sistem-sistem motorik untuk menjalankan tindakan-tindakan sadar.
e. Pengambilan keputusan (decision-making), yakni fungsi eksekutif yang berperan membawa informasi dan sumber daya keluar dari ketidaksadaran untuk membantu pengambilan keputusan dan penerapan kendali.
f. Deteksi dan penyuntingan kekeliruan (error detection and editing), yakni fungsi yang berfokus pada kesadaran yang memasuki sisten norma kita. Sehingga kita dapat mengetahui saat kita membuat suatu kekeliruan.
g. Pengorganisasian dan fleksibilitas (organization and flexibility), yakni fungsi yang memungkinkan kita mengendalikan fungsi-fungsi otomatis dalam situasi-situasi yang telah dapat diprediksikan, namun sekaligus memungkinkan kita memasuki sumber-sumber daya pengetahuan yang terspesialisasi dalam situasi-situasi tidak terduga.
5. Upaya meningkatkan self awarenes
Joseph Luft dan Johari Window dan Harry Ingham (1998) mengungkapkan bahwa self awareness berhubungan dengan komunikasi interpersonal. Makin tinggi kesadaran diri semakin mengetahui bagaimana orang berkomunikasi dengan orang lain. Sebaliknya, komunikasi dengan orang lain akan membantu meningkatkan pengetahuan tentang diri seseorang. Karenanya, kesadaran diri adalah suatu hal yang harus ditingkatkan. De Vito (1980) menyebutkan empat hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self
awareness:
1. Bertanya tentang diri kepada diri sendiri. Self talk (berbicara dengan diri sendiri), melakukan monolong dengan diri sendiri adalah salah satu cara mengetahui tentang diri dan pada gilirannya meningkatkan kesadaran-diri. Mendengarkan orang lain. Mendapatkan feedback dari orang lain dalam komunikasi interpersonal adalah hal yang membuat seseorang mendapatkan self knowledge (pengetahuan tentang diri). Sehingga akan meningkatkan self awareness pada diri seseorang.
2. Secara aktif mencari informasi tentang diri sendiri. Tindakan ini akan memperkecil wilayah blind self sekaligus meningkatkan self awareness. 3. Melihat dari sisi yang lain. Setiap orang memiliki pandangan sendiri
4. Meningkatkan open self. Dengan meluaskan wilayah terbuka pada diri sendiri berarti mengurangi wilayah hidden self. Ini berarti juga membuka diri (melakukan self disclosure) kepada orang lain. Membuka diri akan memberikan pengetahuan tentang diri dan meningkatkan kesadaran diri.
Self-awareness biasanya berkurang atau menurun, sehingga menyebabkan
kita akan bertindak tanpa mengindahkan standar atau tidak sesuai dengan nilai-nilai diri sendiri. Orang akan merasa bebas, tanpa ada halangan apapun dan bisa melakukan hal-hal yang oleh orang deindividuation (berkurangnya “nilai” lain biasanya tidak disetujui bisa terjadi akibat stimuli kondisi tertentu, keindividuan seseorang)
B. Karakteristik Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Angkatan 2014
1. Pengertian Karakteristik Mahasiswa
Karakteristik berarti hal yang berbeda tentang seseorang, tempat, atau hal yang menggambarkannya. Sesuatu yang membuatnya unik atau berbeda. Karakteristik dalam individu adalah sarana untuk memberitahu satu terpisah dari yang lain, dengan cara bahwa orang tersebut akan dijelaskan dan diakui. Sebuah fitur karakteristik dari orang yang biasanya satu yang berdiri di antara sifat-sifat yang lain (Sunaryo, 2004).
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma merupakan mahasiswa yang dituntut untuk memiliki kompetensi profesional sesuai dengan Kode Etik profesi konselor sebagai calon konselor.
2. Tugas Perkembangan Mahasiswa
Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Santrock (1999) mengatakan orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, dan transisi secara peran sosial.
Hurlock (1999) menjelaskan masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Hurlock mengatakan masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Berikut ini tugas perkembangan masa dewasa awal :
a. Masa pengaturan (sattle down), hal ini dimana seorang individu sudah mampu bertanggung jawab dalam kehidupannya sendiri. b. Masa bermasalah, masalah-masalah yang baru dihadapi seorang
individu di tahap dewasa awal ini berbeda dengan asalah yang dialaminya saat berada pada masa remaja. Individu diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.
ketakutan-ketakutan atau kekawatiran-kekawatiran dalam menghadapi siklus kehidupan.
d. Masa keterasingan sosial, dalam hal ini hubungan individu dengan teman-teman kelompok sebaya berkurang karena sibuk mempersiapkan karier. Sebagai akibatnya individu akan mengalami krisis keterasingan.
e. Masa ketergantungan, status dewasa awal memberikan kebebasan kepada individu untuk mandiri sehingga tidak bergantung kepada orang tua, teman, dan lainnya.
f. Masa perubahan nilai, hal ini terjadi karena beberapa alasan seperti ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial, dan ekonomi orang dewasa awal.
g. Masa kreatif, bentuk kreatifitas yang akan terlihat tergantung pada minat dan kemampuan individual. Hal ini dapat tercapai ketika individu mengembangkan kemampunnya melalui hobi, dan ada juga yang menyalurkan melalui pekerjaannya.
3. Self Awareness Mahasiswa
Self awareness merupakan kesadaran diri yang dimiliki oleh seseorang,
dimana ia mengetahui kelemahan-kelemahan serta kelebihan-kelebihan yang dimilikinya serta dapat mengelolanya dengan baik dalam kehidupannya. Hal ini di tandai oleh bagaimana seseorang mengenal emosi yang sedang dialaminya, memiliki pengakuan diri yang kuat, dan mempunyai kepercayaan diri yang besar.
Faktor-faktor yang perlu dialami oleh mahasiswa untuk mendukung meningkatkan self awareness yaitu memahami dirinya, mempunyai harapan yang realistis, bebas dari hambatan lingkungan, mampu mengelola tekanan di lingkungan sekitar, dan konsep diri yang stabil. Fenomena yang terjadi pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 adalah masih kurang memiliki self awareness hal ini ditandakan dengan kurang adanya kesadaran diri mahasiswa untuk mengumpulkan tugas pada tepat waktu, berkonsultasi pada dosen pembimbing magang, masih berperikalu yang tidak mencerminkan sikap seorang calon konselor, dan lain sebagainnya.
Pada fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014, terdapat beberapa mahasiswa yang mencoba untuk mengembangkan kesadaran diri mereka walaupun dengan hal kecil seperti mengumpulkan tugas tepat waktu, dan belajar mata kuliah yang ada. Oleh sebab itu mahasiswa butuh pendampingan untuk membantu mengembangkan self
awareness agar dapat mempersiapkan diri untuk menjadi konselor yang
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang jenis atau desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek atau populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data.
A. Jenis atau Desain Penelitian
Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2013) mengatakan bahwa, metode penelitian dilakukan berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2016.
C. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma. Objek penelitiannya adalah self
awareness.
Tabel 3. 1
Jumlah Subjek Penelitian
Jumlah Mahasiswa BK angkatan 2014
62 Orang
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
Angket yang digunakan adalah angket tertutup, artinya alternatif jawabannya sudah disediakan. Responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya. Penyataan yang terdapat dalam inventori ini terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Pernyataan favourable merupakan konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung variabel yang diukur dan unfavourable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai atau tidak mendukung variabel yang diukur.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian.
Instrumen self awareness dalam penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Alternatif jawaban Ragu-ragu (RG) tidak disertakan untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas respon. Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masing item pernyataan dalam instrument ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 2
Norma Skoring Inventori self awareness
Alternatif Jawaban Skor Favourable (+)
Skor Unfavourable (-)
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Responden diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuesioner Self awareness dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang (√). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item, dengan demikian dapat diketahui tingkat penyesuaian diri pada subjek penelitian ini. semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat self
awareness, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin
Tabel 3. 3
Kisi-kisi Kuesioner Self awareness
No Aspek-aspek Indikator Item
Fav
Item Unfav
1. Attention (atensi;
perhatian)
a.Proses kesadaran diri individu yang berpusat pada pengetahuan yang ada dalam dirinya maupun diluar dirinya.
a.Individu setiap hari siaga terhadap setiap hal yang akan ia hadapi.
b.Kesedaran diri individu untuk mempersiapkan tindakan-tidakan yang akan diambilnya dalam menghadapi suatu persoalan.
a.Kesadaran individu di proses oleh pengalaman-pengalaman yang sudah ia alami yang tersimpan dalam otak individu itu sendiri b.Kesadaran di interpretasikan oleh faktor sensorik, sematik, kognitif, dan emosional.
a.Pengambilan informasi pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekitar.
b.Kesadaran tentang jati diri.
c.Kesadaran mengenai kukurangan serta kelebihan yang ada pada dirinya.
d.Kesadaran akan tanggung jawab terhadap peristiwa-peristiwa di sekitarnya.
5. Emotive (emotif) a.Kesadaran individu pada bentuk perasaan atau emosi yang ia rasakan.
b.Kesadaran akan emosi yang muncul dalam diri saat berinteraksi dengan dunia luar.
c.Kesadaran untuk mendeskripsikan emosi-emosi secara subjektif kepada orang lain
3. Validitas dan Reabilitas Instrumen
Sugiyono (2013) menegaskan bahwa, instrumen yang tidak diuji validitas dan reliabilitasnya bila digunakan untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya.
a. Validitas
Sugiyono (2013) mengatakan untuk mengetahui valid tidak suatu instrumen penelitian, bila harga korelasi setiap item instrumen di bawah 0.30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara profesional
judgement (Azwar, 2011). Menurut Ary, Jacobs dan Razavieh (1982)
validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh ahli (expert judgement). Instrumen penelitian ini dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).
Hasil konsultasi yang dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan pengujian empirik dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Pearson
Windows. Rumus korelasi Pearson product moment adalah sebagai
berikut:
∑ ∑ ∑ √[∑ ∑ ][∑ ∑ ]
Keterangan rumus :
x dan y : skor masing-masing skala
n : banyaknya subjek
Tabel 3. 4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
No Aspek-aspek Indikator Valid Gugur
1. Attention (atensi;
perhatian)
a.Proses kesadaran diri individu yang berpusat pada pengetahuan yang ada dalam dirinya maupun diluar dirinya.
b.Kesadaran terhadap perenungan pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, dan cita-cita.
6*,26*
a. Individu setiap hari siaga terhadap setiap hal yang akan ia hadapi.
b. Kesedaran diri individu untuk mempersiapkan tindakan-tidakan yang akan diambilnya dalam menghadapi suatu persoalan.
21*,41 pengalaman-pengalaman yang sudah ia alami yang tersimpan dalam otak individu itu sendiri .
b. Kesadaran di interpretasikan oleh faktor sensorik, sematik, kognitif, dan emosional.
50*,12
32,52*
2*,22
42*,8*
4. Recall of knowledge
(mengingat pengetahuan)
a. Pengambilan informasi pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekitar.
b. Kesadaran tentang jati diri.
c. Kesadaran mengenai kukurangan serta kelebihan yang ada pada dirinya.
d. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap peristiwa-peristiwa di sekitarnya.
e. Menyadari tindakan-tindakan orang lain.
18*,38*
5. Emotive (emotif) a. Kesadaran individu pada bentuk perasaan atau emosi yang ia rasakan.
b. Kesadaran akan emosi yang muncul dalam diri saat berinteraksi dengan dunia luar.
c. Kesadaran untuk mendeskripsikan emosi-emosi secara subjektif kepada orang lain
b. Reliabilitas
Sugiyono (2013) mengatakan jika suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila koefisien reliabilitas minimal 0.60. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui jika nilai Alpha ≥ 0.60, sedangkan suatu instrumen dinyatakan tidak reliabel jika nilai Alpha < 0.60.
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas
Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:
[
]
Keterangan rumus:
S12 dan S22 : varian skor belahan 1 dan varian skor
belahan 2
Sx2 : varian skor skala
Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0. setelah itu hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria
Guilford.
Tabel 3. 5 Kriteria Guilford
No. Koefisien Korelasi Kualifikasi
1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,71 – 0,90 Tinggi
3. 0,41 – 0,70 Cukup
4. 0,21 – 0,40 Rendah
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dan dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 16, diperoleh perhitungan reliabilitas self awareness dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3. 6 Reliabilitas Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.738 41
Hasil perhitungan di atas, peneliti sesuaikan dengan kriteria Guilford dalam ketogorisasi reliabilitas yang telah dibahas sebelumnya. Reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini termasuk dalam kategori Tinggi karena α yang diperoleh adalah sebesar 0,738.
c. Teknik Analisis Data
Guna menganalisis rumusan masalah pertama dan kedua , peneliti menggunakan deskritif kategorisasi dimana responden akan menjawab salah satu data kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, skala pengukuran ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya (Sugiyono, 2013). Azwar (2014) menjelaskan kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula yang digambarkan pada tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3. 7
Tabel Norma Kategorisasi
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjekpenelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti menurut perhitungan skala.
Standar deviasi (σ/sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran
μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritik skor maksimum dan
minimum.
Kategori di atas kemudian diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi self awareness mahasiswa berdasarkan skala penilaian diri
dengan jumlah 41 item yang valid diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut.
Skor maksimum teoritik : 4 x 41 = 164
Skor minimum teoritik : 1 x 41 = 41
Luas jarak : 164- 41 = 123
Standar deviasi ((σ/sd) : = 20,5
μ (mean teoritik) : = 102,5
Hasil perhitungan analisis data skor kuesioner penilaian diri subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma sebagai berikut pada tabel 3.8
Tabel 3. 8
Tabel Norma Kategorisasi tingkat Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata
DharmaYogyakarta
Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
+1,8σ < μ > 139,4 Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤+1,8σ 114,8 – 139,4 Tinggi -0,6σ < μ ≤0,6σ 90,2 – 114,8 Sedang -1,8σ < μ ≤ -0,6σ 52,1 – 90,2 Rendah
μ ≤ -1,8σ < 52,1 Sangat Rendah
Skor maksimum teoritik : 4 x 62 = 248
Skor minimum teoritik : 1 x 62 = 62
Luas jarak : 248 -62 = 186
Standar deviasi ((σ/sd) : = 31
μ (mean teoritik) : = 155
Hasil perhitungan analisis data skor kuesioner penilaian diri subjek disajikan dalam norma kategorisasi item self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma sebagai berikut pada tabel 3.9.
Tabel 3. 9
Tabel Norma Kategorisasi item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata
DharmaYogyakarta
Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
+1,8σ < μ > 155 Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤+1,8σ 136,4 – 155 Tinggi -0,6σ < μ ≤0,6σ 117,8– 136,4 Sedang -1,8σ < μ ≤ -0,6σ 99,2 – 117,8 Rendah
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan uraian mengenai hasil penelitian mengenai self
awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta pembahasan hasil analisis penelitian.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian akan menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu:
1. Tingkat Self Awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
Berdasarkan perolehan data penelitian yang diperoleh melalui kuesioner
self awareness, dapat diketahui gambaran self awareness mahasiswa program
studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dapat dilihat pada tabel 4.1 dan grafik 4.1
Tabel 4. 1
Kategorisasi Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Perhitungan Skor Rentang Skor F Presentase
(%)
Kategori
+1,8σ < μ > 139,4 9 21,95 Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤+1,8σ 114,8 – 139,4 18 43,90 Tinggi -0,6σ < μ ≤0,6σ 90,2 – 114,8 14 34,14 Sedang -1,8σ < μ ≤ -0,6σ 52,1 – 90,2 0 0 Rendah
Kategorisasi tentang self awarenes para mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta disajikan dalam grafik berikut ini.
Grafik 4. 1 Kategorisasi Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 menunjukkan bahwa :
a. Ada 9 (21,95%) mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki self
awareness pada kategori sangat tinggi.
b. Ada 18 (43,90%) mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki self
awareness pada kategori tinggi.
Ju
m
la
h
R
e
sp
o
n
d
e
c. Ada 14 (34,14%) mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki self
awareness kategori sedang.
d. Tidak ada (0%) mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki self
awareness pada kategori rendah maupun sangat rendah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa rata-rata tingkat self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tergolong tinggi yaitu sebesar 43,90%.
2. Hasil skor tiap item self awareness mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Data yang telah terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar (2014) akan menjadi skor item yang nantinya akan masuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Item-item yang memiliki skor dalam kategori sedang hingga sangat rendah adalah item yang digunakan sebagai bahan penyusunan usulan topik-topik program pengembangan self
awareness mahasiswa. Hasil pengkategorisasian item-item skala dapat dilihat
Tabel 4. 2
Kategorisasi Skor Item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Perhitungan Skor Rentang Skor F Presentase
(%)
Kategorisasi skor item self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta disajikan dalam grafik berikut ini.
Grafik 4. 2 Kategorisasi Skor Item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Skor item Self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 menunjukkan bahwa :
a. Ada 39 (95,12%) skor item self awareness pada kategori sangat tinggi. b. Ada 2 (4,87%) skor item self awareness pada kategori tinggi.
c. Tidak ada skor item self awareness pada kategori sedang, rendah, maupun sangat rendah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa secara keseluruhan semua aspek sudah dapat dipahami dengan baik serta telah terpenuhi dengan maksimal oleh para mahasiswa. Rata-rata skor item self
awareness tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 95,12%.
Tebel 4.2 dan grafik 4.2 memperlihatkan sangat tinggi dan tingginya skor item self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Univeristas Sanata Dharma. Dari skor item yang sangat tinggi dan tinggi, peneliti melihat 3 item yang memiliki skor terendah untuk dijadikan dasar dalam menyusun topik-topik program pengembangan self awareness mahasiswa. Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.2 tersebut kita dapat melihat bahwa ada 3 butir item yang memiliki skor rendah dari skor tertinggi lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa skor item yang terendah adalah item yang termasuk dalam kategorisasi tinggi yang memiliki 3 skor terendah diantara skor lain. Dari 3 item yang ada dalam kategori tinggi dan salah satu dari skor sangat tinggi dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyusun topik-topik pengembangan self
Tabel 4. 3
Item-item Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
No Butir Rumusan Pertanyaan Aspek Indikator Skor
1. 16 Saat saya sakit, saya
Proses kesadaran diri individu yang berpusat pada pengetahuan yang
ada dalam dirinya organisasi, maka saya
tidak akan memberi penyusunan usulan topik-topik program pengembangan self awareness mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Pembahasan Hasil penelitian
1. Deskripsi tingkat Self Awareness Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Tingginya tingkat self awareness dari mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa memiliki self awareness yang tergolong baik bagi persiapannya untuk menjadi seorang konselor yang profesional. Artinya, mahasiswa sudah memiliki self awareness yang baik dalam dirinya sehingga harus di pertahankan dan dikembangkan lagi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Solso (2008) bahwa Seseorang jika sudah memiliki kesadaran diri maka dapat mengendalikan dirinya terkait dengan tujuan hidup yang dimilikinya, bagaimana mengatur emosi serta pengaruh emosi terhadap kognitifnya. Sama halnya dengan Santrock (2003) mengemukakan kesadaran diri merupakan keadaan sadar terjaga atau pengetahuan mengenai peristiwa yang terjadi di luar dan di dalam dirinya, termasuk sadar akan pribadinya dan pemikiran mengenai pengalamannya. Seseorang akan sadar dengan apa yang ia lakukan dan apa yang ia katakan, serta apa yang harus ia lakukan dalam kehidupannya.
aspek dalam kehidupannya. Begitupun dengan 34,14% mahasiswa yang tergolong dalam kategori sedang, sehingga mahasiswa harus mampu untuk mulai mengembangkan self awareness pada dirinya. Tetapi dalam hal ini, sebagian besar mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah mampu mengembangkan self awareness dalam pribadi masing-masing.
Jadi, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 sudah mengetahui bagaimana caranya untuk mengendalikan dirinya terkait dengan tujuan hidup yang dimilikinya serta bagaimana mengelola kelemahan serta kelebihan yang dimilikinya. Namun, perlunya pengembangan self awareness yang lebih mendalam agar mahasiswa dapat berkembang secara optimal.
2. Topik-topik usulan program pengembangan diri yang sesuai untuk
meningkatkan Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan
dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
awareness yang termasuk sangat tinggi antara lain: “saya sadar bahwa saya adalah
seorang calon konselor sehingga saya harus berperilaku sesuai dengan tuntutan
profesi saya.”
Tebel 4.2 dan grafik 4.2 juga memperlihatkan bahwa sebagian besar item termasuk dalam katerogi sangat tinggi, hal ini bisa dikarenakan mahasiswa sudah mengikuti berbagai kegiatan dari prodi maupun Universitas untuk mengembangkan diri misalnya PPKM I, Weekend Moral, Magang, Matakuliah dan lain sebagainya. Namun, dari skor sangat tinggi masih ada 3 item terendah yang perlu mendapatkan perhatian khusus, item yang rendah mayoritas berasal dari aspek attention. Mahasiswa Item rendah akan dijadikan dasar untuk menyusun usulan topik-topik program pengembangan diri mahasiswa, terdapat 3 item yang memiliki nilai terendah yang dapat dijadikan topik-topik program pengembangan diri mahasiswa. Artinya, mahasiswa masih membutuhkan pengembangan self awareness dalam dirinya karena masih ada beberapa aspek yang kurang dikembangkan oleh mahasiswa angkatan 2014.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat dilihat bahwa item yang termasuk dalam item yang tergolong rendah diantaranya adalah: Pertama, item
yang berbunyi ”saat saya sakit, saya beristirahat di rumah dan tidak ke rumah
sakit walaupun membutuhkan bantuan medis”. Rendahnya item ini dapat
Solso (2008) mengatakan kesadaran diri individu yang diarahkan dengan memusatkan perhatian terhadap kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Kebanyakan juga mahasiswa yang tinggal di kos, selalu mencoba irit dengan membeli obat di opotik menurut pengetahuan mereka tanpa perlu ke rumah sakit. Hal ini dilakukan karena mahasiswa sudah sering melihat pengalaman temannya atau pengalaman yang pernah dialaminya sendiri.
Kedua, item yang berbunyi “Terkadang saya lupa jika ada tugas yang
belum saya kerjakan.” Item ini tergolong rendah dikarenakan para mahasiswa
mungkin lebih senang beraktivitas dan bersosialisasi dengan lingkungan sosial sekitarnya sehingga lupa akan tugas. Solso (2008) mengungkapkan bahwa individu dapat mengalihkan perhatian kedalam dirinya maupun mengetahui citra-citra visual saat saddar dengan kejadian yang sedang dialaminya. Hal tersebut membuat mahasiswa lebih mengingat kejadian yang baru saja dialaminya atau kejadian yang menyenangkan dalam seharian sehingga lupa akan tugas yang harus dikerjakannya. Mahasiswa juga lebih banyak mengeluh dibandingkan dengan langsung mengerjakan tugas.
Ketiga, item yang berbunyi “Ketika saran saya tidak diterima oleh teman
organisasi, maka saya tidak akan memberi saran atau masukan lagi ketika saya
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat..” Rendahnya item ini dapat
Solso (2008) mengatakan kesadaran diri Suatu kondisi sadar, yang biasa dianggap sebagai suatu bentuk perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran atau presepsi). Emosi ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat merespon peristiwa-peristiwa eksternal. Mahasiswa merasa emosi dengan tanggapan teman organisasi sehingga ketika pertemuan selanjutnya mahasiswa tidak mau memberikan pendapat. Emosi yang belum bisa terkontrol kadang membuat mahasiswa untuk melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukannya seperti mengumpat, serta tidak empati terhadap teman.
3. Usulan Topik Program Mengenai Pengembangan Self Awareness
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 memiliki tingkat self awarenes yang tinggi. Namun, berdasarkan hasil analisis item kuesioner self awarenes terdapat dua aspek yang belum dapat dicapai secara maksimal oleh mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014. Dari hasil analisis keseluruhan item, terdapat 3 item yang memiliki skor rendah dari kategori sangat tinggi, artinya bahwa beberapa mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 ini kurang mengembangkan self awareness dalam diri.
kelompok, atau kegiatan diluar kampus yang dilaksanakan dalam satu semester. Kegiatan ini diisi dengan sharing antar teman kelompok, sharing bersama dosen pembimbing akademik, dan kegiatan outbond yang mengangkat satu jenis permainan mengenai self awareness.
Usulan program pengembangan diri ini dimaksudkan agar para mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma menyadari bahwa perlunya mengembangkan self awareness yang sudah ada pada diri mereka, sehingga mahasiswa lebih mampu menghadapi kesulitan-kesulitan serta dapat mencapai semua tingkat dalam kehidupan.
Program pengembangan diri ini akan dilakukan satu kali dalam satu semester, di mana pada agenda kegiatan para mahasiswa diajak untuk sharing mengenai kesulitan yang dialaminya dalam kegiatan perkuliahan, magang, serta bagaimana relasi dengan lingkungan sosial (keluarga, kos, dan teman bermain), bagaimana hubungan dengan dosen pembimbing akademik dan teman-teman sekelas.
49
Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
No Item Indikator Aspek Usulan Topik Metode
1. Saat saya sakit, saya beristirahat di rumah dan tidak ke rumah sakit walaupun membutuhkan bantuan
2. Terkadang saya lupa jika ada tugas yang belum saya kerjakan.