• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEJENUHAN BELAJAR MAHASISWA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Hendrikus Nahak NIM: 121114075

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iii

HALAMAN MOTTO

Jangan pernah menyesal dengan suatu kegagalan yang kamu lakukan, akan tetapi tetaplah bersyukur karena suatu kegagalan merupakan satu langkah maju menuju

kesuksesan.

Moris Keta Hodi Halua, Hamulak No Serisu.

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan

Kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Malaikat Kecilku dan Pelindungku

Bapak Kornelis Letto Taek dan Mama Thresia Marghareta Abuk. Kakak Gaspar Burak dan Dominggas Rafu

Bapak Emanuel Bele Bau Romo Paulus Wiryono

Juster Donal Sinaga Kakak Stefanus Mau

Keluarga Besar Suku Lahoan Bei Ikun

Keluarga Suku Laninis dan Keluarga Besar Suku Lianain. Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

TINGKAT KEJENUHAN BELAJAR MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

Hendrikus Nahak Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan usulan-usulan topik bimbingan belajar. Kejenuhan belajar digolongkan menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berjumlah 53 orang. Alat pengumpalan data yang digunakan oleh peneliti adalah Skala Kejenuhan Belajar Mahasiwa, yang terdiri dari 40 item, dengan nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach 0.867. Teknik analisis data yang digunakan adalah membuat tabulasi dari skor masing-masing item, menghitung persentase masing-masing aspek, menghitung butir instrumen yang perolehan skornya tinggi dan deskripsi kategorisasi distribusi normal, dengan 5 kategori, Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki skor kejenuhan belajar kategori tinggi dan sedang dengan rincian sebagai berikut: sebanyak 11 mahasiswa ( 20,75 %) mengalami kejenuhan belajar tinggi, dan 42 mahasiswa (79,24 %) mengalami kejenuhan belajar sedang. Butir item yang perolehan skor tinggi menggambarkan kejenuhan belajar mahasiswa yaitu sangat tinggi 1 item, tinggi 14 item, sedang 21 item, rendah 3 item dan sangat rendah 1 item. Maka dari itu, 14 item yang berada pada kategori tinggi dapat dijadikan usulan-usulan topik bimbingan belajar.

(9)

viii

ABSTRACT

STUDENTS’ STUDYING SATURATION LEVEL

(Descriptive Study of the Students of the Guidance and Counseling Study Program Batch 2013 Sanata Dharma University Yogyakarta)

Hendrikus Nahak Sanata Dharma University

2017

The aim of this research was to measure studying saturation level among the guidance and counseling students batch 2013 and some suggested topics for tutoring programs. Studying saturation levels were classified into five categories, namely: very high, high, medium, low, and very low.

The type of this research was a quantitative descriptive. The subjects of this research were 53 guidance and counseling students batch 2013, Sanata Dharma University. Data collection instrument that was used by the researcher was Students Saturation Level Scale, which consisted of 40 items with Cronbach’s Alpha reliability coefficient 0.867. Data analysis technique was applied to make a tabulation of each item, to count the percenta ge of each aspect, to count the item instrument that had a high score and to describe five normal distribution categories, namely: very high, high, medium, low, very low.

The result of this research showed that more than half of the guidance and counseling students batch 2013, Sanata Dharma University had high and medium studying saturation levels, the details are as follows: 11 students (20.75%) experienced high level of saturation, and 42 students (79.24%) experienced medium level of saturation. Item which had high score described students’ studying saturation levels that were: 1 item was very high, 14 items were high, 21 items were medium, 3 items were low and 1 item was very low. Therefore, 14 items that belonged to high category could be proposed as suggestion topics of tutoring.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat perlindungan, dan karunianya bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Sanata Dharma.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini banyak menemui hambatan- hambatan serta kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat diselesaikan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharam Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

(11)

x

7. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling 2012 yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

8. Orangtuaku tercinta Bapak Kornelis Leto Taek dan Mama Thresia Margaretha Abuk, serta program kerja sama Baku Peduli yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan skripsiku dan seluruh keluarga besar yang telah mendukung serta memberikan motivasi dalam karya skripsiku sehingga semuanya dapat diselesaikan dengan lancar dan baik.

9. Teman –teman Baku Peduli Belu 02 ( Ari Caca, Any Keun, Corma, Febby, Greg, Hendro, Lina, Sintus, Stevi, Lia dan Lisa) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

10.Teman –teman seperjuanganku ( Ari Caca, Betty, Donny, Meks, Armed, dan Iron) yang selalu memberikan motivasi dan selalu membantu ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman Rakat Atambua-Jogja ( Okto Morais Amaral, Roy Atok, Putra Wahab, Halek Jr, Jimmy, Sukardi Lahoan, Akehy, Moruk, Santus Besin, Farid Bambang, Malik Jr, Rolly Bas, Mauk Sipri, Liber Amaral, Vhyana, Lhyana, Delvhy dan Ady Bauk) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

12.Teman-teman Asrama Student Resident Sanata Dharma Yogyakarta ( Neppi, Milo, Daus, Andy, Ricko, Chris, Heron, Frengki, Marita dan Lhyana) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 13.Terspesial buat kekasihku Maria Gaudensiana Aek yang selalu mensupport

(12)
(13)

xi A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Defenisi Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Kejenuhan Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

(14)

xii

3. Karakteristik Kejenuhan Belajar ... 12

4. Faktor-Faktor Kejenuhan Belajar ... 13

B. Hakikat Mahasiswa Sebagai Dewasa Awal ... 24

1. Pengertian Dewasa Awal ... 24

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 25

3. Ciri-Ciri Dewasa Awal ... 28

4. Karakteristik Periode Dewasa Awal ... 30

5. Minat Dewasa Awal Pada Belajar ... 32

6. Hambatan-hambatan belajar...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...38

C. Subyek Penelitian ...38

D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ... 38

E. Validitas dan Realibilitas Instrument ... 40

1. Validitas ... 40

2. Realibilitas ... 42

F. Teknik Analis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskriptif Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa ... 48

2. Gambaran Persentase Kejenuhan Belajar Mahasiswa ... 50

3. Indentifikasi Butir Instrumen Yang Perolehan Skornya Tinggi……….51

(15)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59

B. Keterbatasan Penelitian ... 59

C. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ... 39

Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Sebelum Uji Coba ...39

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Kejenuhan Belajar Final ...42

Tabel 4. Kualifikasi Reliabilitas ... 43

Tabel 5. Reliabilitas Statistics... 44

Tabel 6. Norma Penggolongan Kategorisasi Kejenuhan Belajar Mahasiswa ...45

Tabel 7. Kategori Skor Subjek Penelitian... 46

Tabel 8. Kategori Skor Item Penelitian...46

Tabel 9. Kategori Aspek Kejenuhan Belajar...47

Tabel 10. Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta...48

Tabel 11. Analisis Aspek Kejenuhan Belajar...50

Tabel 12. Kategori Butir Item Instrumen Penelitian...52

Tabel 13. Kesebelas Item Beserta Besaran Skornya...52

(17)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Diagram Pie Persentase Aspek Kejenuhan Belajar

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi- Kisi Skala Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa ...64

Lampiran 2 : Kuesioner Kejenuhan Belajar Mahasiswa ...65-70

Lampiran 3 : Realibilitas ... 71

Lampiran 4 : Surat Penelitian ... 72

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini disajikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan defenisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam pengertian yang luas merupakan kegiatan yang

meliputi semua perbuatan atau semua usaha dari generasi yang lebih

tingkat pengetahuan dan pengalaman untuk mengalihkan pengetahuan,

pengalaman serta keterampilannya kepada generasi tingkat

pengetahuannya lebih rendah. Pendidikan mempunyai fungsi sebagai salah

satu cara dalam menyiapkan generasi yang lebih mudah agar dapat

memenuhi fungsi hidupnya baik secara jasmani maupun rohani.

Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kehidupan

yang semakin kompleks dan beraneka ragam serta perkembangan

teknologi yang semakin canggih dan perkembangan budaya yang semakin

luas. Sistem pendidikan yang dirancangkan oleh pemerintah sekarang ini

merupakan salah satu wahana dalam pembentukan karakteristik

kepribadian remaja yang lebih baik, sehingga diharapkan mampu dalam

mengembangkan aspek pengetahuan, sikap dan nilai keterampilan

(kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang diperolehnya dari dalam dunia

pendidikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya

(21)

pengamatan peneliti menemukan bahwa, penggunaan metode tidak variasi

dalam proses pembelajaran sehingga mahasiswa mengalami kejenuhan

belajar akibatnya tujuan dari proses pembelajaran tidak dapat berjalan

dengan baik dan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar seseorang yang

melampaui batas kemampuan fisik karena lelah dan bosan. Namun

kejenuhan yang umum terjadi adalah karena keletihan yang melanda

mahasiswa, sehingga bisa berperilaku menyimpang seperti membolos,

melalaikan tugas, dan malas mengerjakan tugas. Keletihan dapat

dikategorikan menjadi tiga macam yaitu: keletihan indera, keletihan fisik,

dan keletihan mental.

Keletihan indera dan fisik seperti mata, telinga atau indera lainnya.

Pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah

istrahat yang cukup, terutama tidur nyenyak dan mengonsumsi makanan

dan minuman yang bergizi, dan sebaliknya keletihan pada mental tidak

dapat diatasi dengan cara sederhana seperti cara untuk mengatasi keletihan

lainnya.

Masalah–masalah yang biasa terjadi di lingkungan perkuliahan

terkait dengan kejenuhan yang sering dialami mahasiswa khususnya ketika

pelaksanaan proses perkuliahan yakni apabila mahasiswa sudah jenuh atau

bosan maka ada mahasiswa yang sering keluar ruangan dengan meminta

(22)

Kejenuhan belajar merupakan salah satu jenis kesulitan belajar

yang sering terjadi pada kalangan mahasiswa. Secara harafiah kejenuhan

berarti padat atau penuh sehingga tidak dapat memuat menerima apapun.

Selain itu juga, jenuh mempunyai arti jemu atau bosan. Kejenuhan yang

dialami mahasiswa dapat menyebabkan usaha belajar yang dilakukan

sia-sia yang disebabkan oleh suatu akal yang tidak bekerja sebagaimana

mestinya dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru

yang diperoleh.

Faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa mengalami kejenuhan

dalam belajar, seperti kehilangan motivasi dan konsolidasi yang

merupakan salah satu tingkat keterampilan yang di miliki mahasiswa

sebelum mencapai pada tingkat keterampilan selanjutnya. Artinya,

mahasiswa tersebut telah mengalami kejenuhan yang berasal dari dalam

dirinya sendiri. Sedangkan salah satu contoh faktor kejenuhan yang

berasal dari luar yaitu mahasiswa berada pada situasi kompetitif yang ketat

dan menuntut kerja intelek yang berat (Muhibbin Syah, 2010:170).

Mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saat ini sudah

menempuh tujuh semester. Mereka sudah mencapai 144 SKS. Mereka di

harapkan dapat menyelesaikan studinya 8 semester (4 tahun). Akan tetapi

sebagian mahasiswa yang belum mencapai target tersebut harus kuliah

(23)

kuliah yang belum lulus atau mata kuliah wajib lulus yang belum lulus

sehingga sangat menguras tenaga, pikiran, dan waktu.

Separuh dari mahasiswa selalu menunda-nunda mengerjakan tugas

perkuliahan yang diberikan oleh setiap dosen. Mereka beranggapan bahwa

masih ada waktu untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang diberikan.

Pada akhirnya, tugas perkuliahan semakin banyak dan semakin menumpuk

sehingga mahasiswa kewalahan untuk mengerjakannya.

Ada kalanya mahasiswa, menggunakan sistem kebut semalaman

(deadline), sebuah sistem yang sering dipakai oleh mahasiswa untuk

menyelesaikan tugas perkuliahan. Sehingga tugas perkuliahan yang

dikerjakannya hasilnya tidak semaksimal mungkin karena keletihan dan

kelesuhan yang membuat mahasiswa tidak berkonsentrasi dalam

mengerjakan tugas perkuliahan.

Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu

curir yang artinya” pelari’’ dan curere yang berarti “ tempat berpacu”. Kurikulum adalah semua kegiatan proses pendidikan dan pengalaman

potensial ( isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di

dalam lingkungan pendidikan maupun diluar lingkungan pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan (Zainal, 2011: 4).

Kurikulum 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta merupakan sebuah kurikulum baru

yang mulai diterapkan pada tahun akademik 2013/2014. Kurikulum ini

(24)

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam konsep KKNI, sarjana

masuk dalam level 6. Kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan

dan menyeimbangkan kemampuan soft skilss dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan ( Fadlillah 2014 : 16). Kurikulum

2013 ini menuntut mahasiwa harus aktif mencapai 70 % dan 30 %

merupakan tambahan materi dari berbagai dosen yang mengampuh mata

kuliah tersebut. Jumlah sks setiap semester tidak menentu (rata-rata 20

sks) akan tetapi setiap mata kuliah ada yang 6 sks, 4 sks, dan 2 sks.

Sistem kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum 2006. Jumlah

sks Kurikulum 2006 sebanyak 152 sks sebagai syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana pendidikan. Sedangkan jumlah sks Kurikulum 2013

sebanyak 144 sks sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

pendidikan. Pada kurikulum 2013 ada beberapa mata kuliah memiliki

besaran sks (6 sks dan 6 jam pertemuan). Dalam satu semester jumlah

sksnya bisa mencapai 24 sks. Bagi mahasiswa yang IPK nya tidak

mencapai standar (3,0) tidak bisa mengambil sebanyak 24 sks dalam satu

semester, sehingga mahasiswa tersebut dianjurkan untuk mengambil

setelah semester berikutnya. Apabila pada semester ganjil ada satu mata

kuliah berjumlah 6 sks dan mahasiswa tersebut nilainya tidak mencapai

standar atau tidak lulus harus menunggu satu tahun untuk bisa

memperbaiki nilainya. Kejadian seperti ini membuat mahasiswa merasa

jenuh dan bosan dengan proses perkuliahan. Sistem kebut semalam, yang

(25)

presentasi, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Sistem kebut

semalam ini, hampir digunakan oleh seluruh mahasiswa di wilayah

Indonesia khususnya mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Tahun Akademik 2013/2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta’’.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, peneliti

mengidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ditemukan beberapa mahasiswa kurang memiliki motivasi dari

dalam diri untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.

2. Ditemukan beberapa mahasiswa menunda-nunda untuk

mengerjakan tugas perkuliahan, sehingga semakin banyak dan

semakin menumpuk tugas perkuliahan.

3. Ada beberapa mahasiswa acuh tak acuh terhadap tugas perkuliahan

yang diberikan oleh setiap dosen.

4. Ketika mengerjakan tugas kelompok, ada kalanya mengharapkan

(26)

C. Batasan Masalah

Untuk memperoleh hasil lebih mendalam mengenai tingkat kejenuhan

belajar mahasiswa angkatan 2013, maka peneliti membatasi permasalahan

pada variabel yang akan di teliti yaitu kejenuhan belajar mahasiswa

angkatan 2013.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan

2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta?

2. Seberapa tinggi persentase masing-masing aspek kejenuhan belajar

mahasiswa menggambarkan tingkat kejenuhan belajar mahasiswa

Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

3. Butir-butir skala kejenuhan belajar mahasiswa mana saja yang

teridentifikasi perolehan skornya tinggi sebagai dasar penyusunan

(27)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan di teliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengukur tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Menganalisis aspek kejenuhan belajar mahasiswa berdasarkan

besaran persentase skor.

3. Mengidentifikasi butir-butir skala kejenuhan belajar yang

perolehan skornya tinggi sebagai dasar penyusunan topik-topik

bimbingan belajar.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

bagi tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Tahun Akademik 2013/2014 Universitas

(28)

2. Manfaat praktis

a. Dosen

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam memberikan

materi maupun tugas perkuliahan. Sehingga mahasiswa tidak

mengalami kejenuhan dalam belajar

b. Bagi mahasiswa

Membantu mahasiswa untuk mengurangi tingkat kejenuhan

belajar baik dilingkungan perkuliahan maupun diluar

lingkungan perkuliahan.

G. Definisi Istilah

1. Kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi mental seseorang saat

mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga

mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak

bergairah untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang

yang dilakukan secara sengaja yaitu usaha melalui latihan dan

pengalaman, sehingga timbul kecakapan baru dalam dirinya.

3. Dewasa awal merupakan masa pencarian kemantapan dan masa

reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan

ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan

masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan

(29)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan kajian pustaka tentang kejenuhan belajar,

dan hakikat mahasiswa sebagai dewasa awal.

A. Hakikat Kejenuhan Belajar 1. Pengertian Belajar

Dalam proses pendidikan di perguruan tinggi, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Pencapaian tujuan pendidikan

banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh

seseorang sebagai mahasiswa. Menurut Winkel (2010) belajar adalah

suatu aktivitas mental maupun psikis yang dialami langsung oleh

seseorang dalam berinteraksi aktif dengan lingkungan, sehingga dapat

menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam pengelolaan

pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan-perubahan ini

bersifat relatif konstan dan tidak membekas.

Menurut Gagne dan Berliner (Makmun, 2014) belajar merupakan

suatu proses usaha seseorang mengubah perilakunya karena hasil

pengalaman. Belajar mengandung tiga ciri yaitu: belajar berkaitan

dengan perubahan perilaku, perubahan perilaku tersebut terjadi karena

didahului oleh pengalaman, dan perubahan perilaku yang disebabkan

(30)

Menurut Slameto (2003) belajar merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru secara menyeluruh, sebagai hasil dari pengalamannya

sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu usaha sadar individu

untuk mencapai tujuan peningkatkan diri atau sebuah proses yang

memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi,

keterampilan, dan sikap yang baru serta melibatkan proses mental

internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi

sosial.

2. Pengertian Kejenuhan Belajar

Syah (2010: 180) mengatakan bahwa jenuh dapat berarti jemu dan

bosan dimana sistem akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan yang

diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman

baru. Sedangkan kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang

digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.

Sejalan dengan Syah, Suparno (2001:15) mendefenisikan

kejenuhan sebagai tekanan sangat mendalam yang sudah sampai titik

jenuh. Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat

(31)

mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak

bergairah untuk melakukan aktivitas belajar (Hakim, 2004:62).

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kejenuhan belajar merupakan kondisi dimana

emosional dan fisik seseorang yang tidak dapat memproses informasi–

informasi atau pengalaman baru karena tekanan sangat mendalam yang

berkaitan dengan belajar sehingga tidak bersemangat untuk melakukan

aktivitas belajar.

3. Karakteristik Kejenuhan Belajar

Menurut Hakim (Mulyati 2004: 63) kejenuhan belajar adalah

tanda-tanda atau gejala-gejala yang sering dialami yaitu timbulnya rasa

enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar. Sedangkan menurut

Reber (Muhibbin Syah, 2010:170), tanda-tanda kejenuhan belajar adalah

sebagai berikut:

a. Merasa seakan–akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari

proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki

kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan–akan pengetahuan dan

kecekapan yang diperolahnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga

siswa merasa sia-sia dengan waktu belajarnya. Contohnya: Merasa

tidak memiliki pengetahuan walaupun mempelajarinya

b. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagai mana yang diharapkan

(32)

stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang dalam

keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang

diharapkan dalam memproses berbagai informasi yang diterima atau

pengalaman baru yang didapatnya. Contohnya: Tidak dapat mengingat

kembali banyak materi yang diberikan.

c. Kehilangan motivasi dan konsolidasi.

Siswa yang dalam keadaan jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi

mempunyai motivasi yang dapat membuatnya bersemangat untuk

meningkatkan pemahamnnya terhadap pelajaran yang diterimanya atau

dipelajarinya. Contohnya: Tidak dapat memotivasi diri dalam

mengerjakan tugas.

Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa, tanda-tanda kejenuhan belajar disebabkan karena

rasa malas, lesu, tidak bersemangat untuk belajar sehingga proses

belajarnya tidak ada kemajuan sebagai mana yang diharapkan dalam

memproses informasi atau pengalaman dan kehilangan motivasi untuk

belajar.

4. Faktor-Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar

Menurut Syah (2010:164) faktor-faktor penyebab kejenuhan

belajar adalah sebagai berikut:

a. Terlalu lama waktu untuk belajar tanpa atau kurang istirahat,

(33)

b. Lingkungan belajar yang tidak mendukung.

Lingkungan yang mendukung dapat meningkatkan motivasi belajar

begitu pula dengan lingkungan yang kurang mendukung dapat

menyebabkan kejenuhan belajar.

c. Lingkungan yang baik menimbulkan suasana belajar yang baik,

sehingga kejenuhan dalam belajar akan berkurang, begitupun

sebaliknya.

d. Konflik

Adanya konflik dalam lingkungan belajar anak baik itu konflik

dengan guru atau teman sangat mempengaruhi proses belajar

seseorang.

e. Tidak adanya umpan balik positif terhadap belajar.

Gaya belajar yang berpusat pada guru atau siswa tidak diberi

kesempatan dalam menjelaskan maka siswa dapat merasa jenuh.

f. Mengerjakan sesuatu karena terpaksa.

Tidak adanya minat siswa dalam belajar dapat menyebabkan

kejenuhan belajar terhadap pelajaran itu.

Menurut Suparno (2001:52) faktor penyebab kejenuhan belajar

adalah:

a. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.

b. Belajar hanya di tempat tertentu.

c. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.

(34)

e. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat

belajar.

Menurut Ahmadi (2013) faktor-faktor penyebab kejenuhan

belajar yaitu:

a. Faktor Interal

Faktor internal adalah faktor yang berada dari dalam individu

yang belajar. Faktor tersebut dapat di golongkan menjadi dua

golongan yaitu faktor-faktor fisiologi dan faktor-faktor psikologi.

1) Faktor-faktor fisiologi

Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat

mempengaruhi belajar. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat

menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi

yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

2) Faktor-faktor psikologis

Ada tujuh yang tergolong kedalam faktor psikologi yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor psikologis yaitu:

intelegensi, minat, bakat, perhatian, motivasi, motif,

kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor

(35)

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar yaitu

dapat di kelompokkan menjadi beberapa faktor yaitu:

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana keadaan rumah tangga, dan keadaan ekonomi

keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan mahasiswa,

relasi, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran

dan waktu sekolah, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

keberadaan siswa dalam masyarakat.

4) Faktor waktu

Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada

atau tidaknya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur

(36)

5) Faktor media sosial

Media sosial merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi proses belajar remaja masa kini, jika remaja

salah menggunakan media sosial maka proses belajarnya akan

terganggu.

Slameto (2010:54) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kejenuhan belajar dapat digolongkan menjadi

dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern adalah sebagai

berikut:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor-faktor intern dibagi menjadi dua yaitu:

faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

1) Faktor Jasmaniah

a) Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang

berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan

terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga ia akan

cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan

(37)

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

Cacat tubuh itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan tangan,

dan sebagainya. Keadaan cacat tubuh juga sangat

mempengaruhi proses belajar seseorang. Seseorang yang cacat

belajarnya akan terganggu.

2) Faktor Psikologis

a) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu

pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek. Untuk dapat

menjamin hasil belajar yang baik, maka seseorang harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika

bahan pelajaran tidak menjadi perhatian seseorang maka

timbullah kebosanan sehingga seseorang tidak lagi suka

belajar.

b) Minat

Adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan

mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai

hasil belajar yang maksimal. Minat merupakan komponen

psikis yang berperan mendorong seseorang untuk meraih

(38)

c) Motivasi

Motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar

yang dicapainya. Menurut Maslow (Rusman 2013) motif-motif

belajar yaitu adanya kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa

aman, kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dari orang

lain, kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan, dan

kebutuhan aktulisasi diri.

d) Inteligensi

Intelegensi merupakan kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan

belajar. Dalam situasi yang, seseorang yang mempunyai tingkat

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun begitu

seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi

belum pasti berhasil dalam belajarnya.

e) Memori

Memori merupakan kemampuan untuk merekam,

menyimpan, dan mengungkapkan kembali apa yang telah

dipelajari akan sangat membantu dalam proses belajar dan

mencapai hasil belajar yang lebih baik.

f) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau

(39)

juga berhubungan dengan kemantangan, karena kemantangan

berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini

perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika seseorang

ingin belajar sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan

lebih baik.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang

belajar. faktor ekstern di bagi menjadi tiga yaitu: faktor

keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap

belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang

pertama dan utama. Keluarga yang sehat artinya untuk pendidikan

dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

dalam ukuran besar. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan

berpengaruh terhadap proses belajarnya.

b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan

saudaranya juga mempengaruhi proses belajarnya. Demi

kelancaran belajar seseorang, perlu diusahakan relasi yang baik di

(40)

c) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar

seseorang. Seseorang yang sedang belajar selain harus terpenuhi

kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, dan perlindungan

kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang

belajar, meja kursi, penerangan, alat tulis-menulis dan buku buku

pelajaran. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga

mempunyai uang.

2) Faktor sekolah

a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di

dalam mengajar. Mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh

orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai,

dan mengembangkannya.

b) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar

(pagi, siang, dan sore hari). Waktu sekolah juga mempengaruhi

proses belajar seseorang. Jika pelajaran dilaksanakan pada sore

hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana

siswa harus beristirahat, tetapi mengikuti proses belajar-mengajar

(41)

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses

itu sendiri. Cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasi dengan

gurunya. Guru yang kurang baik berinteraksi dengan siswa secara

akrab menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.

Siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif

dalam belajar.

d) Siswa dengan Siswa.

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang

kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri

atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan

dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan

mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk

mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah karena di sekolah

mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari

teman-temannya.

3) Faktor masyarakat

a) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

terhadap proses belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari

orang-orang yang tidak terpelajar, dan mempunyai kebiasan yang tidak

(42)

lingkungan masyarakat tersebut, akibatnya proses belajarnya

terganggu dan bahkan kehilangan semangat belajar.

b) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul seseorang lebih cepat

masuk dalam jiwannya. Teman bergaul yang baik akan

berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya teman

bergaul yang jelek pasti mempengaruhi proses belajar temannya.

c) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian

dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak misalnya

berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan proses

belajarnya akan terganggu, jika tidak bijaksana dalam mengatur

waktunya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar maka dapat

disimpulkan bahwa, kejenuhan belajar disebabkan oleh dua yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yaitu

faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor-faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor eksternal

yaitu lingkungan keluarga, sekolah, media sosial dan lingkungan

(43)

B. Hakikat Mahasiswa Sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan

diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial

baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya.

Menurut Hurlock, (Jahja, 2011: 246) dewasa awal adalah masa

pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang

penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi

sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan

nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi indvidu. Pada masa

ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap

orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Menurut Santrock,

(Jahja; 2011) dewasa awal adalah masa kemandirian ekonomi dan

pribadi dalam membuat keputusan untuk bekerja dan menjalin

hubungan dengan lawan jenis serta perjuangan antara ketertarikan pada

kemandiran dan menjadi terlibat secara sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa, masa dewasa merupakan masa seseorang dalam menyesuaikan

diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan masa dimana seseorang

harus melepaskan ketergantungannya terhadap orangtua dan mulai

(44)

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Havighurst (Rochmah, 2005:80-83) membagi kehidupan masa

dewasa menjadi tiga fase, yaitu: dewasa awal, dewasa madya, dan

dewasa lanjut. Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang

harus diselesaikan individu adalah:

a. Memilih pasangan hidup

Masa dewasa muda merupakan masa awal membina karier dan

keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih

pasangan hidup sebagai suami istri. Pasangan suami istri selain

didasari oleh pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat,

kesamaan tujuan hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan

melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.

b. Belajar hidup dengan pasangan

Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang

yang memiliki dua latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin

minat dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka

memiliki kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup

bersama. Pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan-perbedaan

tersebut tidak muncul begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan

usaha dari kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa

(45)

c. Memulai hidup berkeluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Hampir seluruh aspek

kehidupan kemasyarakatan ada didalam keluarga. Dalam keluarga

ada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan,

kesehatan, keamanan, etika, estetika, dan lain-lain. Suami istri

dengan anak-anaknya, harus mengembangkan mekanisme kerja,

menciptakan iklim kehidupan dan lain-lain sehingga semua

kebutuhan dapat terpenuhi dan semua urusan keluarga dapat

diselesaikan dengan baik.

d. Memelihara dan mendidik anak

Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai

pemersatu suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak

harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik. Jika tidak,

mungkin saja anak itu bukan lagi penghibur dan penerus

kebanggaan, tetapi menjadi sumber kedukaan dan kegundahan.

Memelihara pertumbuhan fisiknya relatif lebih mudah

dibandingkan dengan mendidik kerohaniannya. Membimbing

perkembangan rohani (psikis) anak membutuhkan kesiapan

tertentu dari kedua orang tuanya.

e. Mengelola rumah tangga

Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang

memiliki banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya

(46)

tersebut perlu direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga

dapat membentuk satu kesatuan yang harmonis.

f. Memulai kegiatan pekerjaan

Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah,

tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas

keluarga. Seorang dewasa muda harus mempersiapkan, memilih,

serta memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan latar

belakang pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan dirinya

seoptimal mungkin dalam pekerjaan tersebut. Walaupun seseorang

telah mengikuti pendidikan untuk suatu pekerjaan, tetapi dalam

praktek masih harus banyak belajar dan mengembangkan diri.

g. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara

Seorang dewasa muda harus mampu membina hubungan sosial

dengan sesama warga masyarakat. Selain ia dituntut mematuhi

semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat,

ia juga dituntut untuk memelihara dan mengawasinya, ia juga

dituntut untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan.

h. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial

Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti

kelompok etnis, agama, budaya, profesi, hobi dan lain-lain.Seorang

dewasa muda dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok

(47)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa,

masa dewasa dibagi menjadi tiga fase yaitu fase dewasa awal,

dewasa madya, dan dewasa usia lanjut. Pada masa awal ini,

tugas-tugas dan tahapan perkembangan harus dilaksanakan dengan baik

sehingga individu akan tumbuh dan berkembang secara optimal

dan menjadi pribadi yang sehat. Perubahan minat, mobilitas sosial,

dan penyesuaian peran seks pada masa ini juga sangat berpengaruh

bagi tiap individu.

3. Ciri-ciri Dewasa Awal

Dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Pada masa

dewasa awal ini, identitas diri didapat sedikit demi sedikit sesuai

dengan umur kronologisnya. Menurut Sumanto (2014: 246)

menyebutkan ciri-ciri dewasa awal sebagai berikut:

a. Masa pengaturan (settle down)

Pada masa ini, seseorang akan mencoba-coba sebelum ia

menentukan mana yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan

permanen. Ketika ia telah menentukan pola hidup yang diyakini

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan

pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan

(48)

b. Masa Usia Produktif

Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia

ini merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan

hidup dan menikah. Pada masa ini, organ reproduksi sangat

produksi dalam menghasilkan keturunan.

c. Masa Ketegangan Emosional

Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi

emosionalnya tidak terkendali. seseorang cenderung labil, resah,

dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang

sangat bergelora, mudah tegang, dan khawatir dengan status dalam

pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai

orang tua.

d. Masa Komitmen

Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan

pentingnya sebuah komitmen. Seseorang mulai membentuk pola

hidup, tanggung jawab dan komitmen baru.

e. Masa perubahan nilai

Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa

dewasa berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya

semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kacamata

orang dewasa. Pada masa ini juga seseorang akan lebih

menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal

(49)

Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa,

ciri-ciri dewasa awal meliputi masa pengaturan, masa usia produktif,

masa ketegangan emosional, masa komitmen, dan masa perubahan

nilai. Pada masa ini, seseorang mulai menentukan arah dan tujuan

hidup masing-masing dan tidak tergantung kepada orang lain.

4. Karakteristik Periode Dewasa Awal

Karakteristik yang menonjol dalam masa dewasa awal yang

membedakannya dengan masa kehidupan yang lain, nampak dalam

adanya peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupannya,

melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan dengan

remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi. Menurut Sumanto

(2014 : 90) Karakteristik dewasa awal sebagai berikut yaitu:

a. Merupakan periode pemantapan dan pengendapan. Apabila

kematangan telah tercapai, seseorang diharapkan mulai memikul

tanggung jawab dan mengadakan pemantapan-pemantapan dalam:

1) Bidang kerja

Yang dipilih sebagai kariernya dimasa depan bagi

umumnya pria dan beberapa wanita. Sedangkan bagi beberapa

wanita lainnya memilih sebagai ibu rumah tangga saja, atau

memilih berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus

(50)

2) Bidang kehidupan keluarga

Yaitu dalam memilih calon teman hidupnya. Umumnya,

sebelum mantap dalam memilih, terlebih dahulu mencoba

bergaul dengan bermacam-macam teman, sampai menemukan

yang cocok. Atau sampai akhirnya memutuskan untuk hidup

sendiri.

b. Merupakan usia reproduktif

Pasangan-pasangan yang menikah pada usia mudah

memusatkan perhatian untuk menjadi orang tua sekitar usia 20-30

tahun. Sedangkan mereka yang sekolah terus meniti karir, baru

menjadi orang tua sekitar usia 30 tahun, manakala sudah merasa

betul-betul siap.

c. Merupakan periode penuh ketegangan emosional

Dengan meninggalkan masa remaja dan memasuki masa

dewasa, terjadi kenaikan/ketegangan emosi, karena dirasakannya

semua serba baru dan asing baginya. Kadang-kadang mereka ingin

merubah keadaan masyarakat (ingat, usia mahasiswa yang penuh

gejolak dan ide-ide baru), namun mendekati usia 30-an umumnya

mereka telah menjadi tenang dan emosional stabil, serta telah dapat

mengatasi masalah-masalahnya. Ketegangan tersebut antara lain

disebabkan karena mereka harus mulai mampu melepaskan

ketergantungan dari orang tua, teman-teman dan mencapai

(51)

hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Mereka tidak

terlalu merasa kecewa atau marah bila orang lain tidak sependapat

dengannya, atau tidak senang dengannya.

5. Minat Dewasa Awal pada Belajar

Minat timbul bersumber dari hasil pengenalan dengan lingkungan,

atau hasil berinteraksi dan proses belajar dengan lingkunganya. Bila

minat terhadap sesuatu sudah dimiliki seseorang, maka ia akan

menjadi potensi bagi orang lain bersangkutan untuk dapat meraih

sukses di bidang itu. Menurut Hurlock (Makmun, 2014: 136) minat

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan

apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika

seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi

berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan.

Kepuasan seseorang menurun maka minatnya juga akan menurun.

Minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara dan

dapat berubah-ubah.

Menurut Jahja (2011, 63) minat adalah suatu dorongan yang

menyebabkan terikatnya perhatian inidividu pada objek tertentu seperti

pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan

aspek kognitif, afektif, dan motorik. Minat bersumber dari motivasi

(52)

bersifat tetap (persistent) sehingga ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasaan.

Menurut Makmun (2014:12) belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui

bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru

sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik.

Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap,

tingkah laku dan daya penerimaan.

Menurut Winkel (2010) belajar adalah suatu aktivitas mental

maupun psikis yang dialami langsung oleh seseorang dalam

berinteraksi aktif dengan lingkungan, sehingga dapat menghasilkan

perubahan-perubahan positif dalam pengelolaan pemahaman,

keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan-perubahan ini bersifat relatif

konstan dan tidak membekas.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang minat dan belajar di atas,

dapat disimpulkan minat adalah keinginan terhadap sesuatu yang

bermanfaat bagi perkembangan dirinya sedangkan belajar adalah suatu

usaha sadar individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman

baru. Jadi minat belajar adalah rasa senang, tertarik, dan keinginan

yang tinggi terhadap proses belajar yang dipandang memberi

(53)

6. Hambatan-hambatan Belajar

Menurut Syah, (2003: 185-186) hambatan-hambatan belajar yang

sering dialami seseorang dalam proses belajar adalah sebagai berikut:

a. Disleksia (Dyslexia)

Disleksia adalah ketidakmampuan belajar membaca. Membaca

merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol

berupa huruf atau kata. Hal ini akan berdampak pada kemampuan

membaca pemahaman. Orang yang memiliki keterlambatan

kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau

mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang

seharusnya tidak diucapkan, sisipan, dan penggantian kata). Mereka

juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah

dibacanya.

b. Disgrafia ( Dysgraphia)

Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar menulis.

Ketidakmampuan belajar menulis melibatkan proses menggambar

simbol simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka. Kesulitan

menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas menulis, yaitu:

1) Mengeja, yaitu aktivitas memproduksi urutan huruf yang

tepat dalam ucapan atau tulisan dari suku kata/kata.

Kemampuan yang dibutuhkan aktivitas mengeja yaitu:

decoding (kemampuan menguraikan kode/simbol visual),

auditori ( ingatan atas obyek kode/simbol yang sudah

(54)

2) Menulis cetak dan menulis sambung, yaitu aktivitas

membuat gambar simbol tertulis. Sebagian orang

berkesulitan belajar umumnya lebih mudah menuliskan

huruf cetak yang terpisah-pisah daripada menulis huruf

sambung. Dalam menulis huruf cetak, rentang perhatian

yang dibutuhkan mereka relatif pendek, karena mereka

menulis per huruf. Sedangkan saat menulis huruf sambung

rentang perhatian yang dibutuhkan relatif lebih panjang,

karena mereka menulis per kata.

c. Diskalkulia (Dyscalculia)

Diskalkulia adalah ketidakmampuan berlajar berhitung.

Ketidakmampuan berhitung adalah kesulitan dalam menggunakan

bahasa simbol untuk berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan

ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas atau jumlah. Kesulitan berhitung

dapat dikelompokkan menurut tingkatan, yaitu kemampuan dasar

berhitung, kemampuan dalam menentukan nilai tempat, kemampuan

melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, kemampuan

memahami konsep perkalian dan pembagian.

Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa,

hambatan-hambatan belajar seseorang disebabkan karena ketidakmampuan

belajar membaca ((Dyslexia), ketidakmampuan menulis (Dysgraphia),

(55)

hambatan-hambatan belajar ini membuat proses belajar seseorang

(56)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan tentang jenis penelitian, subyek penelitian, teknik

dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrumen, dan teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian

kuantitatif dekriptif ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai

kondisi, berbagai situasi, dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat

yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Menurut

Sugiyono (2013) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan

untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian

secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Menurut Nazir (2005:55), metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran, dan suatu peristiwa yang terjadi dimasa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau skala

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta peristiwa, dan

sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian kuantitatif dengan

metode deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran mengenai Tingkat

Kejenuhan Belajar Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan

(57)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang terletak di Jl. Paingan, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan

Depok Timur, Kabupaten Sleman. Pengambilan data penelitian ini dilakukan

pada tanggal 25-26 Oktober 2016.

C. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2013

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Tahun Akademik 2013/2014. Jumlah mahasiswa pada penelitian

ini adalah 53 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 43 orang

perempuan. Penelitian ini termasuk penelitian sampel.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

berupa penyebaran skala tentang kejenuhan belajar kepada mahasiswa

angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Skala yang digunakan dikembangkan berdasarkan skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013).

Alternatif jawaban yang disediakan dalam skala ini berpedoman pada

(58)

memilih alternatif jawaban yang memiliki skor netral, maka jumlah alternatif

jawaban yang disediakan dimodifikasi menjadi lima alterntif jawaban.

Alternatif jawaban yang digunakan sangat tidak setuju (STS) dengan bobot

setiap altenatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2013:135).

Tabel 1.

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban

NO Pernyataan

Skala yang digunakan adalah Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa yang

dikembangkan dari karakteristik kejenuhan belajar menurut Reber ( Syah, 2010).

Adapun kisi-kisi Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Kisi-Kisi Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa (Sebelum Uji Coba)

N diperoleh dari proses belajar tidak ada tentang suatu materi perkuliahan. tentang suatu materi perkuliahan. kembali banyak materi yang diberikan.

12, 29, 35

(59)

N o

Karakteristik Indikator Item Jlh

Favo Unfavo

atau pengalaman. b. Tidak bisa berkonsentrasi saat mengikuti proses perkuliahan. mengingat materi sangat rendah.

3 Kehilangan motivasi dan konsolidasi.

a. Tidak dapat memotivasi diri dalam mengerjakan perhatian untuk mengikuti proses perkuliahan.

E. Validitas dan Realibilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang

menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur

(Arikunto, 2002: 122). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk memperoleh (mengukur) data yang valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (Sugiyono, 2013: 173).

Validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap

isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar,

(60)

berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya di

konsultasikan kepada ahli (dosen pembimbing).

Setelah melakukan validitas isi yang di lakukan oleh ahli, validitas

instrument diuji secara empiris dengan melakukan uji konsistensi internal

menggunakan rumus product moment. Menurut Azwar, (2007 : 19)

adapun rumus product moment adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= korelasi produk moment = nilai setiap butir

= nilai dari jumlah butir = jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi

16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2011:

95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap

memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu,

suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

Dari hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti, maka

didapatkan 40 item Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa yang valid.

Sehingga item Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa yang digunakan

berjumlah 40 item. Hasil uji validitas instrumen menggunakan SPSS dapat

(61)

Tabel 3.

Kisi-Kisi Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa ( Final)

No Karakteristik Indikator Item Jlh proses belajar tidak ada kemajuan. mengerti tentang suatu materi perkuliahan. mengerti tentang suatu materi perkuliahan. kembali banyak materi yang diberikan.

memotivasi diri dalam mengerjakan tugas.

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar,

(62)

mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai

reliabel (Azwar, 2007:176).

Menurut Azwar (2011:4) konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas

alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of

measurement), sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel

(sampling error) yang mengacu pada konsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda.

Peneliti melakukan uji reliabilitas menggunakan program SPSS

versi 16 dengan uji Cronbach’s Alpha. Menurut Azwar (2007: 76) adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai

berikut:

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan

kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209).

Tabel 4.

Negatif – 0,20 Sangat rendah

(63)

Perhitungan reliabilitas penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha dan memberikan hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

,867 40

Berdasarkan tabel perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa,

taraf reliabilitas Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa berada pada

kualifikasi tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil tingkat

kejenuhan belajar mahasisiwa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan untuk

mengetahui item kejenuhan belajar mahasiswa yang tergolong tinggi.

Teknik Analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang

ordinal (Azwar 2011: 107-108). Ada lima kategorisasi yang digunakan

(64)

Tabel 6.

Norma Penggolongan Kategorisasi Kejenuhan Belajar Mahasiswa

Penghitungan Skor Item Kategori µ+1,5σ < X Sangat Tinggi

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah

σ : Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ : Mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum.

Kategori tersebut menjadi patokan untuk menentukan tinggi

rendahnya kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta..

Kategorisasi subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan (item 40)

sebagai berikut:

Jadi, dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam lima kategori,

sehingga keenam satuan deviasi standar dibagi dalam lima bagian adalah

(65)

Tabel 7.

Kategori Skor Subjek Penelitian

Penghitungan Skor Item Rerata Skor Kategori X > µ+1,5σ X > 130 Sangat Tinggi µ+0,5σ< X µ+1,5σ 110 < X ≤ 130 Tinggi

µ-0,5σ<X µ + 0,5σ 90 < X 110 Sedang

µ-1,5σ<X ≤ µ - 0,5σ 70 < X ≤ 90 Rendah

X µ - 1,5σ X 70 Sangat rendah

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam

mengelompokkan skor subjek dalam kategorisasi atau skala kejenuhan belajar

mahasiswa.

Kemudian, kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui

perhitungan (dengan jumlah subjek 53) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 53x 4 = 212 X minimum teoritik : 53 x 1 = 53 Luas Jarak : 212 – 53 = 159

σ : 159 : 6 = 26,5

µ : (212 + 53): 2 = 132,5

Jadi Penentuan kategorisasi item-item setelah dilakukan

penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8.

Kategori Skor Item Penelitian

Penghitungan Skor Item Rerata Skor Kategori X> µ+1,5σ X >172,25 Sangat Tinggi µ+0,5σ< X µ+1,5σ 145,75 < X 172,25 Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ 119,25 < X 145,75 Cukup Tinggi µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ 92,75< X 119,25 Rendah

(66)

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan untuk mengelompokkan

skor item dalam kategorisasi.Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah

No. 2 digunakan teknik analisis data deskriptif persentase, dengan rumus

sebagai berikut:

Tabel 9.

Kategori Aspek kejenuhan belajar

x 100%

Rumus ini digunakan untuk menghitung skor persentase tiap-tiap item

dalam presentase atau skala kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program

Gambar

Grafik 1 : Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi
Gambar 1 : Diagram Pie Persentase Aspek Kejenuhan Belajar
gambar simbol
Tabel 1. Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ada 11 (18,33%) mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma yang tergolong sangat

Usulan program yang dapat diberikan agar daya juang mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma mencapai hasil yang maksimal

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat penyesuaian diri mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Bagi Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Saran peneliti adalah agar mahasiswa penyusun skripsi angkatan 2014 tetap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa aktivis kampus Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat aktualisasi diri

Deskripsi Kemampuan Perencanaan Karier Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 Hasil penelitian ini menunjukkan

pertimbangan dalam memberikan pembinaan kepada mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma agar mahasiswa menyadari pentingnya