i
TANGGUNG JAWAB MAHASISWA
(Studi Deskriptif Tanggung Jawab Dari Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Peningkatan Tanggung Jawab Mahasiswa Program
Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Agustina Dwi Herawati 121114042
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB MAHASISWA
(Studi Deskriptif Tanggung Jawab Dari Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Peningkatan Tanggung Jawab Mahasiswa Program
Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma)
Oleh :
Agustina Dwi Herawati NIM: 121114042
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I
iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
“KATALAIN DARI MUZISAT ADALAH KERJA KERAS, TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI ORANG YANG PERCAYA, PERCAYA BERARTI
BERANI MENGAMBIL RESIKO”
Karya ini saya persembahkan bagi …
Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
Dosen dan staf Program Studi Bimbingan dan Konseling
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
vii ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB MAHASISWA
(Studi Deskriptif Tanggung Jawab Dari Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Peningkatan Tanggung Jawab Mahasiswa Program
Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma) Agustina Dwi HeraWati
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma. Pertanyaan yang dijawab adalah (1) Seberapa tinggi tingkat tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma ? (2) Topik-topik mana yang relevan untuk meningkatkan tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma ?
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 77 orang. Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tanggung jawab yang disusun oleh penulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah menentukan skor dan kategorisasi skor. Hasil uji reliabilitas menunjukkan reliabilitas sebesar 0,976; hasil ini termasuk sangat tinggi, sehingga kuesioner ini reliabel atau dapat dipercaya.
viii ABSTRACT
STUDENTS’ RESPONSIBILITY
(A Descriptive Study Of Responsibility Among The Guidance And Counseling Students Batch 2014 Of Sanata Dharma University And Its Implication To The
Proposed Topics To Increase Students’ Responsibility)
Agustina Dwi HeraWati
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
This research aims to obtain A description of the sense of responsibility among the Guidance and Counseling students Batch 2014 of Sanata Dharma University. The research questions are (1) How much is the level of responsibility among the Guidance and Counseling students of Sanata Dharma University? (2) Which topics are relevant to increase the level of responsibility among the Guidance and Counseling students batch 2014 of Sanata Dharma University?
The type of research being used is descriptive research with a survey method. The subject of the research was seventy-seven students of Guidance and Counseling Program Batch 2014 of Sanata Dharma University. The research is categorized as a population research. The instrument being used is questionnaire about responsibility which was designed by the researcher. The technique of data analysis being used is score classification and score categorization. The result of reliability test shows that the score of 0.976; this result is very high so that the questionnaire is reliable or trustworthy.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat dan
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak yang telah berkenan membimbing, mengkritik, memberi saran, dan
memotivasi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Drs. R.H.Dj, Sinurat, M.A selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh
perhatian dan ketulusan hati memberikan bimbingan serta pengarahan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan
banyak tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABTSRAK vii
ABSTRACT viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GRAFIK xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Indentifikasi Masalah 6
C. Pembatasan Masalah 7
D. Rumusan Masalah 7
E. Tujuan Penelitian 7
F. Manfaat Penelitian 8
G. Definisi Operasional 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
xii
1. Pengertian Perkembangan Mahasiswa pada Masa
Dewasa Awal 10
2. Ciri-ciri Mahasiswa yang Sedang Menjalani Masa
Dewasa Awal 11
B. Pengertian dan Macam-macam Tanggung Jawab serta Karakteristik atau Ciri-ciri Orang yang Memiliki
Tanggung Jawab 14
1. Pengertian dan Tanggung Jawab 14
2. Macam-macam Tanggung Jawab 16
3. Karakteristik atau Ciri-ciri Orang yang Memiliki
Tanggung Jawab 18
C. Kualitas Pribadi Konselor dan Tanggung Jawab Konselor 22 BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian 31
C. Subjek Penelitian 32
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 32
1. TeknikPengumpulan Data 32
2. Instrumen Pengumpulan Data 32
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 35
1. Validitas Kuesioner 35
2. Reliabilitas Kuesioner 36
F. Prosedur Pengumpulan Data 38
1. Tahap Persiapan 38
xiii
G. Teknik Analisis Data 40
1. Menentukan Skor 40
2. Kategorisasi Skor Subjek Penelitian 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Tingkat Tanggung Jawab dari Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas
Sanata Dharma 42
B. Topik-topik Peningkatan Tanggung jawab Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma 45
C. Pembahasan Hasil Penelitian 46
1. Mahasiswa yang kurang tinggi tanggung jawabnya 46
2. Mahasiswa yang tinggi tanggung jawabnya 48
3. Usulan topik-topik untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa Program Studi Bimbingadan Konseling
Universitas Sanata Dharma 50
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan 55
B. Saran untuk Pihak-pihak yang Berkepentingan 56
C. Keterbatasan Penelitian 57
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Kisi-kisi Kuesioner Tanggung Jawab Mahasiswa
Prodi BK Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma 34
Tabel 2 : Daftar Indeks Kualifikasi Reliabilitas 37
Tabel 3 : Reliability Statistics 38
Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian 39
Tabel 5 : Kategorisasi Skor Subjek Penelitian 41
Tabel 6 : Kategorisasi Tingkat Tanggung jawab dari Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 43
Tabel 7 : Perolehan Skor dan Item Kuesioner Berdasarkan Tanggung Jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma 45 Tabel 8 : Usulan topik-topik untuk meningkatkan tanggung jawab
mahasiswa Program Studi Bimbingadan Konseling
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1 : Grafik Tingkat Tanggung jawab dari Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Program Studi Bimbingan
dan Konseling angkatan 2014 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Tanggung Jawab 61
Lampiran 2 : Validitas Penelitian 66
Lampiran 3 : Reliabilitas Penelitian 71
Lampiran 4 : Perhitungan Tabulasi Data Tanggung Jawab Rumus
Kategorisasi Skor 72
Lampiran 5 : Tabulasi Data Kategori Tingkat Tanggung Jawab dari Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 73
Lampiran 6 : Perhitungan Item Kuesioner dengan Rumus Kategorisasi
Skor 75
Lampiran 7 : Tabulasi Data Perolehan Skor Item Kuesioner
Berdasarkan Tanggung Jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas
Sanata Dharma 76
1 BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini disajikan uraian mengenai latar belakang masalah,
indentifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Havighurst (Sumanto, 2014: 110) berpendapat bahwa masa dewasa akan
dialami oleh setiap individu, dan pada periode yang bersangkutan ada tugas-tugas
perkembangan yang harus dilaksanakan. Apabila individu berhasil melaksanakan
tugas-tugas perkembangannya, individu yang bersangkutan akan merasa bahagia dan
akan berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya pada periode yang
berikutnya. Sebaliknya bila terjadi kegagalan akan timbul perasaan tidak bahagia dan
akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Masa dewasa awal secara umum berada dalam rentang usia antara ± 18 tahun
sampai ± 40 tahun. Apabila masa-masa sebelumnya dianggap sebagai umur-umur
pembentukan perkembangan, masa dewasa awal secara umum adalah masa
pemantapan diri dalam pola hidup baru. Bersenang-senang seperti pada masa remaja
sudah lewat, dan sudah saatnya untuk melaksanakan tanggung jawab. Menjalani
tahun-tahun awal masa dewasa awal biasanya terasa sulit, karena ada banyak
permasalahan baru yang harus dihadapi, ada tuntutan untuk mengadakan
penyesuaian diri, dan perlu mempersiapkan diri menghadapi masalah-masalah yang
Tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk melakukan atau
menyelesaikan suatu tugas. Tugas biasanya diberikan oleh seseorang, atau ditentukan
sendiri berdasarkan keadaan yang sedang dihadapi. Suatu tugas memiliki
konsekuensi yang berwujud penerimaan hukuman apabila tugas tidak dilaksanakan
secara benar. Wujud nyata dari tanggung jawab adalah mengerjakan tugas dengan
sebaik mungkin dan mencapai tujuan yang diinginkan serta berani menerima
konsekuensi atau resiko dari setiap tindakan yang dilakukan (Yaumi, 2014: 114).
Tanggung jawab juga mencakup kewajiban melakukan perintah Tuhan Yang
Maha Esa. Orang yang memiliki tanggung jawab akan mengerjakan tugas-tugasnya
dengan sebaik mungkin dan tidak akan menyalahkan orang lain ketika melakukan
kesalahan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah
melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. (Yaumi, 2014: 114).
Pada kehidupan sehari-hari setiap orang memiliki tanggung jawab yang harus
dilakukan, misalnya seorang mahasiswa harus melaksanakan tugas yang telah
diberikan dengan tepat. Karakteristik atau ciri-ciri orang yang bertanggungjawab
antara lain berani menerima resiko dari setiap tindakan yang dilakukan, selalu
berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat, melakukan kewajiban dengan sebaik
mungkin, mandiri dalam menyelesaikan tugas, berusaha melakukan yang terbaik
untuk dirinya sendiri dan orang lain, selalu tekun, rajin, dan terus berusaha (Yaumi,
Penulis memiliki pengalaman mengobservasi selama enam bulan di Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, penulis menenukan
bahwa ada mahasiswa yang masih kurang memiliki tanggung jawab. Ini tampak dari
fenomena seperti: mahasiswa terbiasa menunda-nunda pekerjaan, kurang
bersungguh-sungguh dan tergesa-gesa menyelesaikan tugasnya sehingga hasilnya
tidak maksimal, kurang berani dan kurang rela menanggung resiko dari
kesalahannya, kurang mandiri dalam melakukan tugas-tugas atau terbiasa
mengandalkan orang lain dalam menyelesaikan tugasnya dan kurang proaktif.
Setiap orang dalam melakukan kewajiban mengerjakan tugas harus
beranggung jawab. Dalam perkuliahan sering ada diskusi kelompok, yang tujuannya
adalah agar setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk mengemukakan
pikirannya masing-masing dan memecahkan masalah secara bersama-sama, tetapi
dalam kenyataannya sering kali yang mengerjakan tugas hanya beberapa orang saja.
Dalam diskusi kelompok ada berbagai peran seperti menjadi seorang pemimpin
diskusi, notulis, dan anggota. Agar diskusi kelompok berjalan dengan baik
masing-masing harus menjelaskan perannya dengan baik. Tetapi dalam kenyataannya,
menurut pengalaman peneliti sering ada mahasiswa yang tidak melakukan perannya
dengan baik.
Setiap mahasiswa memiliki karakter yang berbeda. Karakter disebut juga
watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk sejak lahir dan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal seperti keluarga, sekolah, teman
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, memiliki
tanggung jawab, jujur sehingga dapat dipercaya, mandiri, dan karakter mulia lainnya.
Orang yang bertanggungjawab berani membuat keputusan secara bijaksana dan
menanggung akibat dari keputusan yang dibuat.
Mahasiswa yang sedang menjalani masa dewasa awal perlu terus belajar
untuk menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Untuk menjadi pribadi
yang berkembang secara optimal dan utuh dibutuhkan pendidikan dan bimbingan.
Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor yang kompeten perlu memiliki
tanggung jawab dalam dirinya agar dapat dipercaya oleh orang lain. Perguruan tinggi
membantu mahasiswa menjadi pribadi mandiri, memiliki tanggung jawab, disiplin,
pekerja keras, bijaksana, adil, jujur, dan berpikir (logis, kritis, kreatif, dan inovatif).
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma akan menjadi seorang guru Bimbingan dan Konseling atau konselor. Untuk
menjadi seorang guru atau konselor yang kompeten perlu mempunyai kepribadian
yang berkualitas. Cavanagh (Yusuf & Nurihsan, 2010: 37-45) mengemukakan bahwa
kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: (1)
pemahaman diri, (2) kompeten, (3) memiliki kesehatan psikologis yang baik, (4)
dapat dipercaya, (5) jujur, (6) kuat, tegar, dan tabah, (7) hangat atau ramah, (8)
responsif, (9) sabar, (10) sensitif, dan (11) memiliki kesadaran yang holistik.
Menurut Yusuf & Nurihsan (2010: 80), karakteristik yang harus dimiliki oleh
bertangungjawab, kreatif, dan memiliki kemampuan profesional/wawasan keilmuan
dan keterampilan dalam bidang konseling.
Profesi konselor terutama di sekolah memiliki peranan untuk mendorong
perkembangan individu, membantu memecahkan masalah, dan mendorong
tercapainya kesejahteraan indivudu secara fisik, psikologis, intelektual, emosional
ataupun spiritual (Hidayat & Herdi, 2003: 114). Konselor yang mengendalikan dan
sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya konselor menjadi “pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara
menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan
perkembangan masing-masing peserta didik. Dalam kaitannya dengan tujuan,
konselor tidak hanya berhubungan dengan peserta didik atau siswa saja (sebagai
sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara
bersama-sama menunjang pencapaian tujuan, yaitu sejawat (sesama konselor, guru,
dan personal sekolah lainnya), orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Kepada
mereka itulah konselor menjadi “pelayan” dan tanggung jawab dalam arti yang
penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan keprofesionalan (Prayitno & Amti: 2004:
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,
penulis mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan tanggung jawab
mahasiswa sebagai berikut:
1. Mahasiswa kurang tanggung jawab mengerjakan tugas yang diberikan, seperti
terbiasa menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya segera diselesaikan.
2. Mahasiswa kurang tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, seperti
kebiasaannya yang kurang bersungguh-sungguh dan tergesa-gesa sehingga hasil
yang diberikan tidak maksimal.
3. Mahasiswa kurang membiasakan diri untuk bertanggungjawab, sehingga kurang
berani dan rela menanggung resiko dari tindakan yang dilakukan jika melakukan
suatu kesalahan.
4. Mahasiswa kurang membiasakan diri untuk mandiri dalam melakukan
tugas-tugas, atau terbiasa mengandalkan orang lain dalam menjalankan kewajibannya
karena tanggung jawab dalam dirinya kurang tinggi.
5. Mahasiswa kurang bertanggungjawab dalam menjalankan perannya sebagai
pelajar, seperti membiasakan diri untuk bersikap proaktif dalam proses
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian adalah:
1. Tingkat tanggung jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
2. Usulan topik-topik peningkatan tanggung jawab mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
D. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang mau dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma?
2. Usulan topik-topik mana yang relevan untuk peningkatan tanggung jawab
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
2. Untuk mengetahui topik-topik yang relevan untuk peningkatan tanggung jawab
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai tingkat tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sendiri
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru mengenai tanggung
jawab yang harus dimiliki mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling, sebagai calon guru yang harus memiliki kualitas pribadi konselor
dan memahami Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi Konselor.
b. Bagi Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
dapat menggunakan usulan topik-topik dalam hasil penelitian ini untuk
mengembangkan tanggung jawab mahasiswa sebagai bahan masukan untuk
merancang kegiatan mengajar di kelas, dialog program studi, weekend moral,
serta kegiatan lainnya.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam bidang penelitian
G. Definisi Operasional 1. Tanggung jawab:
Kebiasaan untuk: (1) berani menanggung resiko dari setiap tindakan yang
dilakukan, (2) memiliki pengendalikan diri, (3) dapat merencanakan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan, (4) menentukan tujuan hidup yang ingin dicapai,
(5) melakukan kewajiban, (6) mandiri dalam arti melakukan tugas tanpa bantuan
dari orang lain, (7) berusaha mencapai hasil yang baik, (8) proaktif dalam arti
memiliki inisiatif sendiri dan tanggap terhadap situasi yang terjadi, (9) sikap
positif dalam mengerjakan tugas, (10) dan mau merenung atau refleksi, seperti
yang dimaksudkan dengan butir-butir kuesioner yang digunakan.
2. Usulan Topik-Topik Yang Relevan Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Mahasiswa:
Usulan topik-topik yang relevan untuk dijadikan bahan kegiatan untuk
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini disajikan uraian mengenai mahasiswa yang sedang menjalani
masa dewasa awal, pengertian orang yang memiliki tanggung jawab, macam-macam
tanggung jawab, karakteristik atau ciri-ciri pokok orang yang memiliki tanggung
jawab, serta kualitas pribadi konselor dan tanggung jawab konselor.
A. Mahasiswa yang Sedang Menjalani Masa Dewasa Awal
1. Pengertian Perkembangan Mahasiswa pada Masa Dewasa Awal
Khairani (2013: 68-69) menyatakan bahwa periode dewasa merupakan
periode yang terpanjang dalam keseluruhan masa hidup seorang individu, yaitu
antara kurang lebih 18 tahun sampai 60-an. Hurlock (Khairani, 2013)
mengatakan bahwa masa dewasa terbagi dalam beberapa periode, yaitu dewasa
awal: 18 tahun - 40 tahun, dewasa madya: 40 tahun - 60 tahun, dan dewasa akhir:
60 tahun sampai meninggal. Periode dewasa akhir ini sering disebut lanjut usia
atau lansia. Orang dewasa awal adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima statusnya di lingkungan sosial. Periode
dewasa awal merupakan periode yang khas berbeda dari periode-periode
sebelumnya, dan merupakan periode yang terberat, karena orang yang sedang
menjalankan masa dewasa awal diharapkan memiliki pola hidup dan
harapan-harapan yang baru, yang berbeda dari periode sebelumnya; pada masa remaja
Schulenberg & Zarrett (Upton, 2012: 18-20) meyampaikan bahwa
sebagian orang akan berpikir bahwa peralihan ke masa dewasa awal kurang
begitu mudah. Meningkatnya tanggung jawab serta kemandirian di masa dewasa
awal terbukti merupakan hal yang sulit dihadapi. Menurut Jahja (2011: 246-247),
masa dewasa awal merupakan masa yang sulit karena seseorang harus dapat
menyesuaikan diri dan melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
mulai belajar mandiri karena telah mempunyai tugas dan peran yang baru. Jika
tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal tidak dilakukan dengan baik,
individu akan mengalami hambatan di masa yang akan datang.
2. Ciri-ciri Mahasiswa yang Sedang Menjalani Masa Dewasa Awal
Mahasiswa yang sedang menjalani masa dewasa awal memiliki ciri-ciri
(Wibowo & Purnama, 2013: 119; Jahja, 2011: 247-249) sebagai berikut:
a. Masa pengaturan
Masa dewasa awal individu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa,
yang berarti seorang pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan
ditangani sebagai kariernya, dan wanita diharapkan mulai menerima
tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
b. Masa usia reproduktif
Pada dewasa awal merupakan masa untuk menentukan pasangan hidup.
Memusatkan perhatian untuk lebih mengenal pasangan sekitar usia 20-30
tahun. Pembentukan rumah tangga dan menjadi orang tua sekitar usia 30
c. Masa bermasalah (pengendalian diri untuk mengambil keputusan yang tepat)
Masa dewasa awal dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Jika
seseorang tidak siap memasuki masa ini, maka dia akan kesulitan dalam
menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti
persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup dan persoalan keuangan,
perlu dipelajari untuk diatasi.
d. Masa ketegangan emosional (tidak senang dipaksa atau ditekan)
Masa dewasa awal kondisi emosional kurang terkendali, cenderung labil, dan
mudah memberontak karena ia merasa semua serba baru dan asing.
Mendekati usia 30-an ia menjadi lebih tenang dan kondisi emosionalnya
stabil, serta ia dapat mengatasi masalah-masalanya. Ketegangan tersebut
disebabkan karena ia harus mulai mampu melepaskan ketergantungan dari
orang tua, teman-teman, dan mencapai kemandirian secara emosional.
Walaupun ia tetap mempertahankan hubungan emosional yang erat dengan
orang lain, ia tidak terlalu kecewa atau marah bila orang lain berbeda
pendapat dengan dirinya.
e. Masa keterasingan sosial (mengharapkan pengakuan, dipercaya, dihargai)
Seseorang mengalami krisis isolasi, terisolasi atau terasingkan dari kelompok.
f. Masa komitmen (memiliki kepercayaan dan tanggung jawab diri)
Pada masa dewasa awal, orang mulai sadar akan pentingnya sebuah
g. Masa ketergantungan
Meskipun secara hukum telah dianggap mandiri, namun pada masa dewasa
awal orang masih punya ketergantungan pada orang tua maupun
instansi-instansi tertentu secara finansial. Beberapa orang masih dibantu orang tua
dalam segi keuangan, beberapa lagi masih disekolahkan oleh lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa, atau pada pemerintah karena mereka
memperoleh pinjaman untuk membiayai mereka.
h. Masa perubahan nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika berada pada masa dewasa awal berubah
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas.
i. Masa penyesuaian diri dengan hidup baru (pementapan identitas diri)
Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa awal, dia harus lebih
bertanggungjawab karena dia sudah mempunyai kewajiban.
j. Masa kreatif (belajar merupakan proses untuk mencapai aktualisasi diri)
Masa dewasa awal dinamai masa kreatif karena pada masa ini seseorang
bebas untuk berbuat apa yang diinginkan. Pengembangan kreativitas ini akan
B. Pengertian Orang yang Memiliki Tanggung Jawab, Macam-macam Tanggung Jawab, Karakteristik atau Ciri-ciri Orang yang MemilikiTanggung Jawab 1. Pengertian Orang yang Memiliki Tanggung Jawab
Menurut Nashir (2013: 12), orang yang memiliki tanggung jawab adalah
orang yang melakukan apa yang hendak dilakukan, memiliki rencana untuk
mencapai tujuan hidup, tekun dalam menjalankan kewajibannya, terus mencoba
dan tidak putus asa, selalu melakukan yang terbaik, mampu mengontrol diri,
memiliki disiplin diri, berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan
konsekuensi yang ada, tanggung jawab atas (kata-kata, tindakan, sikap), dan
memberikan contoh yang baik bagi orang lain. Samani, Muchlas, & Hariyanto
(2013: 51) berpendapat bahwa orang yang memiliki tanggung jawab adalah
orang yang melakukan tugas dengan sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja
yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik, mampu mengatasi
stes, bertanggungjawab atas pilihan dan keputusan.
Yaumi (2014: 72-73) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah suatu
tugas dan kewajiban untuk dilakukan atau diselesaikan dengan penuh kepuasan,
yang diberikan oleh seseorang atas janji atau keinginan sendiri, dan memiliki
konsekuensi hukuman terhadap kegagalan. Menurut Miller (Yaumi, 2014)
seseorang yang memiliki tanggung jawab dapat diandalkan untuk melaksanakan
tugasnya dan berpegang teguh pada pendirian yang dibuat. Jika seseorang
bertindak dengan tanggung jawab, orang lain tahu bahwa orang ini teguh pada
Fathurrohman, Suryana, & Fatriany (2013: 130) berpendapat bahwa
orang yang memiliki tanggung jawab terbiasa menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya tepat waktu, menghindari sikap ingkar janji, tidak berburuk
sangka terhadap orang lain, dan lalai dalam mengerjakan tugasnya. Tanggung
jawab berarti berani menanggung resiko, tidak melemparkan kesalahan pada
orang lain, menghindari sikap munafik dan putus asa terhadap kegagalan.
Menurut Lickona (2014: 63), tanggung jawab adalah perluasan dari sikap
hormat. Jika kita menghormati orang lain, berarti kita menghargainya. Jika kita
menghargai mereka, berarti kita merasakan tanggung jawab tertentu terhadap
kesejahteraan mereka. Secara harafiah tanggung jawab berarti “kemampuan
untuk menanggung”. Ini berarti kita berorientasi pada orang lain, memberikan
perhatian pada mereka, dan tanggap terhadap mereka. Tanggung jawab
menekankan kewajiban yang harus kita lakukan, seperti seorang guru wajib
mengajar, siswa wajib belajar, dan setiap orang wajib untuk saling menghormati
satu sama lain.
Dari pendapat-pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa tanggung
jawab adalah kebiasaan untuk berani menanggung resiko, mengendalikan diri,
merencanakan langkah untuk mecapai tujuan, menentukan tujuan hidup yang
akan dicapai, melakukan kewajiban, mandiri, berusaha mencapai hasil yang baik,
proaktif, memiliki sikap positif terhadap tugas, mau merenung untuk memberikan
2. Macam-macam Tanggung Jawab
Tanggung jawab luas cakupannya dimulai dari tanggung jawab kepada
diri sendiri, keluarga, masyarakat luas, dan kepada Tuhan. Akibat dari sikap tidak
bertanggungjawab sering kali bukan hanya menimpa individu yang bersangkutan,
tetapi juga menyebabkan kerugian bagi orang lain seperti keluarga, masyarakat,
bangsa, dan Negara. Tanggung jawab yang mesti ada pada manusia (Mustari,
2014: 20-22; Nashir, 2013: 82-83) adalah sebagai berikut:
a. Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan
cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia
memiliki tanggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta.
b. Tanggung jawab personal
Tanggung jawab dan tidak tanggung jawab menyangkut tugas dan kewajiban
yang harus dilakukan dalam hidup individu yang bersangkutan, seperti
seorang mahasiswa harus belajar agar dirinya menjadi sukses. Orang yang
bertanggungjawab kepada dirinya adalah orang yang bisa melakukan kontol
internal sekaligus eksternal. Kontol internal adalah suatu keyakin bahwa ia
boleh mengontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya
adalah hasil dari usahanya sendiri. Orang-orang dari kategori ini merasa
bahwa nasib mereka tidak ditentukan oleh kekuatan luar.
c. Tanggung jawab moral
Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang
hukuman. Hukuman berlaku kepada mereka yang mampu berefleksi atas
situasi mereka, membentuk niat tentang bagaimana mereka bertindak, dan
kemudian melakukan tindakannya itu. Masyarakat umumnya beranggapan
bahwa manusia bertanggungjawab atas tindakan mereka, dan akan
mengatakan bahwa mereka layak mendapatkan pujian atau tuduhan atas apa
yang mereka kerjakan. Demikian karena manusia itu pada dasarnya bertindak
bebas. Kewajiban bertanggungjawab sering kali membawa pada apa yang
disebut tanggung jawab hukum. Seseorang itu secara hukum
bertanggungjawab bagi suatu peristiwa ketika orang itulah yang
menyebabkan terjadinya suatu peristiwa.
d. Tanggung jawab sosial
Sebegitu besarnya tanggung jawab membebani manusia, sehingga manusia
pun bertanggungjawab kepada masyarkat di sekelilingnya. Inilah yang
disebut dengan tanggung jawab sosial. Di sini manusia secara individual atau
kumpulan manusia seperti pemerintah, perusahaan, organisasi mempunyai
tanggung jawab kepada masyarakat secara umum. Tanggung jawab ini dapat
saja bersifat „negatif‟, berarti tiadanya tuduhan yang memberatkan, ataupun
bisa jadi positif‟, yang berarti terdapatnya tanggung jawab untuk bertindak
baik (sikap positif). Tanggung jawab sosial itu bukan hanya masalah memberi
atau tidak membuat kerugian kepada masyarakat. Tetapi bisa juga tanggung
jawab sosial itu merupakan sifat-sifat kita yang perlu dikendalikan dalam
3. Karakteristik atau Ciri-ciri Orang yang Memiliki Tanggung Jawab
Karakteristik atau ciri-ciri pokok orang yang memiliki tanggung jawab
(Josephson, Peter, & Dowd, 2003: 103-123; Mustari, 2014: 122-199; Zubaedi,
2011: 61; Yaumi, 2014: 74-115; Covey, 2001: 24-25; Azwar, 1988: 17-22)
adalah sebagai berikut:
a. Berani menanggung resiko
Berani menanggung resiko berarti: 1) memiliki kesiapan untuk menerima
resiko yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan, seperti: a) berani
menghadapi kegagalan yang telah dilakukan, b) berani menghadapi kesalahan
yang telah dilakukan, c) berani bertindak benar walaupun ada orang yang
tidak setuju, dan 2) mampu untuk melaksanakan yang diterimanya untuk
bersedia menerima resiko apabila melalaikan tugas yang bersangkutan.
b. Kemampuan mengendalikan diri
Kemampuan mengendalikan diri ditandai oleh: 1) adanya kebiasaan berpikir
terlebih dahulu sebelum bertindak, seperti: a) berusaha memutuskan sesuatu
secara matang atau tidak tergesa-gesa, b) mempertimbangkan tindakan yang
akan dilakukan, dan 2) kemampuan mengelola perasaan negatif yang dialami,
seperti: a) mempunyai kesabaran dalam menghadapi situasi yang sulit, b)
mengekspresikan perasaan negatif dengan cara yang tepat.
c. Merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
Merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan mencakup: 1)
program kegiatan yang dilakukan, misalnya membuat rencana harian yang
realistis untuk ditindak lanjuti, dan 2) melaksanakan rencana dari program
yang telah dibuat, seperti: melaksanakan rencana dari program dengan sebaik
mungkin, misalnya konsekuen mengikuti rencana yang sudah dibuat.
d. Menentukan tujuan hidup yang ingin dicapai
Orang yang bertanggungjawab memiliki kemampuan untuk: 1) memenuhi
target dengan membagi waktu dan menepati janji, seperti: a) membuat jawal
kegiatan yang tepat, misalnya melakukan kegiatan yang sesuai dengan jadwal
yang sudah dibuat, b) memanfaatkan waktu luang dengan hal yang
bermanfaat, dan 2) memilih hal-hal apa yang perlu dilakukan, seperti: a)
menentukan prioritas atau hal yang paling penting terlebih dahulu, misalnya
mengerjakan hal-hal yang mendesak yang terkait dengan tujuan yang mau
dicapai, b) memiliki tekad yang kuat untuk mencapai tujuan.
e. Melakukan kewajiban
Melakukan kewajiban mencakup dua hal, yaitu: 1) mau untuk melakukan apa
yang menjadi perannya walaupun yang dilakukan bukan hal yang disukai,
seperti: a) melakukan kewajiban sebagai seorang mahasiswa, b) melakukan
kewajiban sebagai seorang anak, c) terlibat dalam mengerjakan tugas
kelompok, d) melakukan tugas yang dipercayakan dengan senang hati, dan 2)
berpegang teguh pada pendirian, seperti: a) tidak mudah terpengaruh orang
f. Mandiri
Mandiri mencakup dua hal, yaitu: 1) tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas, seperti: a) memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
tergantung orang lain b) mengambil keputusan sendiri, c) mengatasi
hambatan atau masalahnya sendiri, dan 2) tangguh ketika menghadapi
berbagai hambatan, seperti: a) pantang menyerah atau tidak mudah putus asa
(oktimis), b) memiliki daya juang yang tinggi dalam mengemban tugas.
g. Berusaha mencapai hasil yang baik
Orang yang bertanggungjawab berusaha mencapai hasil yang baik yaitu
dengan: 1) melakukan usaha sebaik mungkin dengan hasil yang maksimal,
seperti: a) berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan tugas yang
dipercayakan, b) berkemauan keras untuk mencapai hasil maksimal, dan 2)
bekerja keras dalam mengerjakan tugas, seperti: a) bersungguh-sungguh
mengerjakan tugas yang dipercayakan, b) selalu rajin, tekun, dan disiplin
mengerjakan tugas.
h. Bersikap proaktif
Orang yang memiliki proaktifitas memungkinkannya untuk: 1) berinisiatif
sendiri, seperti: menyelesaikan tugas tanpa diminta atau disuruh, misalnya
spontan terlibat dalam kegiatan kelompok tanpa diminta atau disuruh oleh
teman sekelomok, dan 2) cepat tanggap terhadap situasi, seperti: a)
membereskan benda yang telah digunakan tanpa ada orang lain yang melihat,
tempatnya, b) peka terhadap situasi yang terjadi, misalnya: cepat tanggap
terhadap masalah dan perasaan negatif yang terjadi pada orang lain.
i. Sikap positif terhadap tugas
Orang yang bertanggungjawab memiliki sikap positif terhadap tugasnya
sehingga: 1) dalam ranah kognitif (pikiran): a) memiliki pemikiran positif
yang lebih banyak dan pemikiran negatif yang sedikit terhadap suatu objek
sehingga mengarah pada hal yang positif, b) memiliki pemikiran negatif yang
lebih banyak dan pemikiran positif yang sedikit terhadap suatu objek
sehingga mengarah pada hal yang negatif, 2) dalam ranah afektif (perasaan):
a) menerima kejadian sebenarnya yang sudah terjadi sehingga perasaannya
menjadi positif, b) menolak kejadian sebenarnya yang sudah terjadi sehingga
perasaannya menjadi negatif, dan 3) dalam ranah konatif (perilaku): a)
sanggup untuk menerima pengalaman yang kurang menyenangkan karena
memiliki pemikiran yang baik terhadap kejadian, b) tidak mampu untuk
melakukan usaha sebaik mungkin karena pikiran negatif pada pengalaman.
j. Merenung (refleksi)
Orang yang bertanggungjawab terbiasa berrefleksi: 1) memikirkan hal-hal
apa saja yang sudah dilakukan, seperti: selalu berusaha menangkap
makna/pelajaran dari setiap kejadian/pengalaman yang dialami atau berusaha
menyadari kesuksesan yang dicapai untuk meningkatkan kepercayaan diri,
C. Kualitas Pribadi Konselor dan Tanggung Jawab Konselor 1. Kualitas Pribadi Konselor
Cavanagh (Yusuf & Nurihsan, 2010: 37-45) mengemukakan bahwa
kualitas pribadi konselor ditandai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengetahuan mengenai diri sendiri
Konselor mawas diri atau memahami dirinya dengan baik, dia memahami
secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan
masalah apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman ini sangat penting
bagi konselor, karena konselor yang memiliki persepsi akurat akan
dirinya maka dia juga akan memiliki persepsi yang kuat terhadap orang
lain.
b. Kompetensi
Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai kualitas fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor
untuk membantu klien. Kompetensi dasar yang dimiliki oleh seorang
konselor: penguasaan wawasan dan landasan pendidikan, penguasaan
konsep bimbingan dan konseling, penguasaan kemampuan assesmen,
penguasaan kemampuan mengembangkan progaram bimbingan dan
konseling, penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi,
penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok, penguasaan
kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi, penguasaan
c. Kesehatan psikologis yang baik
Konselor dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari
kliennya. Hal ini penting karena kesehatan psikologis konselor akan
mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilannya. Ketika
konselor memahami bahwa kesehatan psikologisnya baik dan
dikembangkan melalui konseling, maka dia membangun proses konseling
tersebut secara lebih positif, dan konselor dituntut untuk dapat menjadi
model dari suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya.
d. Dapat dipercaya
Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya, seperti: pribadi
yang konsisten, dapat dipercaya oleh orang lain baik ucapan maupun
perbuatannya, tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa,
bertanggungjawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar
janji dan mau membantu secara penuh.
e. Kejujuran
Kejujuran disini memiliki pengertian bahwa seorang konselor diharuskan
memiliki sifat yang terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian
layanannya kepada konseli. Sikap jujur penting dikarenakan: sikap
keterbukaan konselor dan klien memungkinkan hubungan psikologis yang
dekat satu sama lain dalam kegiatan konseling dan kejujuaran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif
f. Kekuatan
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling,
sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien memandang seorang
konselor sebagai orang yang tabah dalam menghadapi masalah, dapat
mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan dapat menanggulangi
kebutuhan dan masalah pribadi. Konselor yang memiliki kekuatan dapat
membuat batas waktu yang pantas dalam konseling, bersifat fleksibel, dan
memiliki identitas diri yang jelas.
g. Kehangatan
Maksud dari bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan
memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor
pada umumnya kurang memiliki kehangatan dalam hidupnya, sehingga ia
kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah dan memberikan perhatian.
Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan
melakukan sharing dengan konseling.
h. Pendengar yang aktif
Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses konseling.
Konselor yang memiliki kualitas ini akan: (a) mampu berhubungan atau
berinteraksi, (b) membantu klien dalam konseling, (c) memperlakukan
klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan respon yang bermakna,
dan (d) berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang
i. Kesabaran
Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien
untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor
menunjukan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor
yang sabar menampilkan kesungguhan dalam proses konseling.
j. Kepekaan
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan dinamika yang
timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor
sangat penting dalam konseling karena hal ini akan memberikan rasa
aman bagi klien dan klien akan lebih percaya diri apabila berkonsultasi
dengan konselor yang memiliki kepekaan.
k. Kesadaran holistik
Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa konselor
memahami secara utuh. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor
seorang yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor
perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah,
dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap
dimensi yang lainnya. Dimensi itu meliputi: aspek fisik, intelektual,
emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual. Konselor yang memiliki
kesadaran holistik menyadari tentang dimensi-dimensi kepribadian yang
kompleks, menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat,
2. Tanggung Jawab Konselor
Tanggung jawab konselor Sekolah (Prayitno & Amti: 2004: 242-245) yaitu:
a. Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor:
1) Memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa
yang harus diperlakukan sebagai individu yang unik.
2) Memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa (kebutuhann
yang menyangkut pendidikan, jabatan/pekerjaan, pribadi, dan sosial)
dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi
setiap siswa.
3) Memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan
konseling, serta aturan ataupun prosedur yang harus dilalui apabila ia
menghendaki bantuan bimbingan dan konseling.
4) Tidak mendesakkan kepada siswa nilai-nilai tertentu yang sebenarnya
hanya sekedar apa yang dianggap baik oleh konselor saja.
5) Menjaga kerahasiaan data tentang siswa.
6) Memberi tahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuat
sesuatu yang berbahaya akan terjadi.
7) Menyelenggarakan pengungkapan data secara tepat dan memberi
tahu siswa tentang hasil kegiatan itu dengan cara sederhana dan
mudah dimengerti.
8) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
9) Melakukan referal kasus secara tepat.
b. Tanggung jawab konselor kepada orang tua, yaitu bahwa konselor:
1) Menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
dan berusaha sekuat tenaga membangun hubungan yang erat dengan
orang tua demi perkembangan siswa.
2) Memberi tahu orang tua tentang peranan konselor dengan asas
kerahasiaan yang dijaga secara teguh.
3) Menyediakan untuk orang tua berbagai informasi yang berguna dan
menyampaikannya dengan cara yang sebaik-baiknya untuk
kepentingan perkembangan siswa.
4) Memperlakukan informasi yang diterima dari orang tua dengan
menerapkan asas kerahasiaan dan dengan cara yang sebaik-baiknya.
5) Menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanya kepada
pihak-pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa
merugikan siswa dan orang tuanya.
c. Tanggung jawab konselor kepada sejawat, yaitu bahwa konselor:
1) Memperlakukan sejawat dengan penuh kehormatan, keadilan,
keobjektifan, dan kesetiankawanan.
2) Mengembangkan hubungan kerja sama dengan sejawat dan staf
administrasi demi terbinanya pelayanan bimbingan dan konseling
3) Membangun kesadaran tentang perlunya asa kerahasiaan, perbedaan
antara data umum dan data pribadi, serta pentingnya konsultasi
sejawat.
4) Menyediakann informasi yang tepat, objektif, luas dan berguna bagi
sejawat untuk membantu menangani masalah siswa.
5) Membantu proses alih tangan kasus.
d. Tanggung jawab konselor kepada sekolah dan masyarakat, yaitu bahwa
konselor:
1) Mendukung dan melindungi program sekolah terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang merugikan siswa.
2) Memberitahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila ada
sesuatu yang dapat menghambat atau merusak misi sekolah, personal
sekolah, ataupun kekayaan sekolah.
3) Mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan
dan konseling untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur
sekolah dan masyarakat.
4) Membantu pengembangan:
a) Kondisi kurikulum dan lingkungan yang baik untuk kepentingan
sekolah dan masyarakat.
b) Program dan prosedur pendidikan demi pemenuhan kebutuhan
c) Proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah
pada umumnya (fungsi bimbingan dan konseling, kurikulum dan
pengajaran, dan pengelolaan/administrasi).
5) Bekerjasama dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik di
sekolah maupun di masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa,
sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih.
e. Tanggung jawab konselor kepada diri sendiri, yaitu bahwa konselor:
1) Berfungsi (dalam layanan bimbingan dan konseling) secara
profesional dalam batas-batas kemampuannya serta menerima
tanggung jawab dan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi tersebut.
2) Menyadari kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayanan
yang diberikan kepada klien.
3) Memonitor bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimana tingkat
keefektifan pelayanan serta menahan segala sesuatu kemungkinan
merugikan klien.
4) Selalu mewujudkan prakarsa demi peningkatan dan pengembangan
pelayanan professional melalui dipertahankannya kemampuan
profesional konselor, dan melalui penemuan-penemuan baru.
f. Tanggung jawab konselor kepada profesi, yaitu bahwa konselor:
1) Bertindak sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri
2) Melakukan penelitian dann melaporkan penemuannya sehingga
memperkaya khasanah dunia bimbingan dan konseling.
3) Berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan organisasi profesional
bimbingan dan konseling baik di tempatnya sendiri, di daerah,
maupun dalam lingkungan nasional.
4) Menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan
konseling serta kebijaksanaan yang berlaku berkenaan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling.
5) Membedakan dengan jelas mana pernyataan yang bersifat pribadi dan
mana pernyataan yang menyangkut profesi bimbingan serta
memperhatikan dengan sungguh-sungguh implikasinya terhadap
31 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan uraian mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan
reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitaian deskriptif dengan menggunakan metode
survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi atau data saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005: 447); penelitian
deskriptif menggunakan angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono,
2013: 13). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat tanggung
jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014
Universitas Sanata Dharma, dan membuat usulan topik-topik peningkatan tanggung
jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma. Pengisian kuesioner dilakukan pada tanggal 27 Mei
2016 pada perkuliahan terakhir sebelum UAS, setelah mendapat ijin dari dosen yang
C. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma, yang berjumalah 77 orang.
Pada saat pengisian kuesioner ada 17 orang yang tidak hadir. Jadi yang menjadi
responden adalah 60 subjek. Karena semua sebenarnya berkesempatan menjadi
subjek penelitian, maka penelitian ini dapat dianggap termasuk penelitian populasi.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiono (2013: 193-199), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian yang dimaksudkan untuk
mendapatkan data. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data tingkat
tanggung jawab melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pernyataan yang diberikan kepada responden untuk dijawab.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tanggung jawab untuk mengukur tingkat tanggung jawab mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
Kuesioner ini menggunakan skala empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS). Ada pernyataan
Skor untuk masing-masing alternatif jawaban pernyataan yang bersifat
favorable (positif) adalah: Sangat Sesuai (SS) memperoleh skor 4, Sesuai (S)
memperoleh skor 3, Kurang Sesuai (KS) memperoleh skor 2, dan Tidak Sesuai
(TS) memperoleh skor 1. Skor untuk masing-masing alternatif jawaban
pernyataan yang bersifat unfavorabel (negatif) adalah: Sangat Sesuai (SS)
memperoleh skor 1, Sesuai (S) memperoleh skor 2, Kurang Sesuai (KS)
memperoleh skor 3, dan Tidak Sesuai (TS) memperoleh skor 4. Kuesioner
tanggung jawab disajikan dalam Lampiran 1.
Pelaksanaan pengumpulan data menggunakan penelitian data terpakai (uji
terpakai). Kelemahan uji coba terpakai adalah jika banyak item yang gugur dan
terlalu sedikit item yang valid, peneliti tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
merevisi skala atau instumennya. Kelebihanya adalah tidak perlu
membuang-buang waktu, tenaga, dan biyaya untuk keperluan uji coba. Sedangkan uji coba
memerlukan waktu, tenaga, dan biaya. Tetapi jika banyak item yang gugur
peneliti masih bisa merevisi item-item sklanya dan meningkatkan kualitas data.
Alasan digunakan uji coba terpakai adalah mempertimbangkan efektivitas waktu
pengumpulan data agar lebih singkat dan tidak mengganggu aktivitas mahasiswa.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang bertolak dari karakteristik
atau ciri-ciri pokok orang yang memiliki tanggung jawab yang diuraikan pada
bab 2. Dalam menyusun kuesioner peneliti membuat kisi-kisi seperti yang
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Tanggung Jawab Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
No Aspek-aspek Indikator No Item
Ʃ Favorable Unfavorable 1. 1. Berani menanggung
resiko
a. Memiliki kesiapan untuk menerima resiko yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan. b. Apabila mendapatkan tugas mampu untuk
melaksanakannya.
a. Selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.
b. Dapat mengatur perasaan negatif yang
berlebihan, seperti mempunyai kesabaran pada situasi yang membuat emosi dan
mengekspresikan perasaan marah dengan cara yang tepat.
a. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan. b. Melaksanakan rencana dari program yang telah
dibuat.
17, 19 69, 70, 4
4. 4. Menentukan tujuan hidup yang akan dicapai
a. Memenuhi target dengan membagi waktu dan menepati janji.
b. Memilih hal-hal apa yang perlu dilakukan kedepan.
a. Melakukan apa yang menjadi perannya. b. Berpegang tenguh pada pendirian atau
komitmen.
6. 6. Mandiri a. Tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.
b. Tangguh ketika menghadapi berbagai hambatan.
29, 31,
a. Melakukan usaha sebaik mungkin dengan hasil yang maksimal.
b. Bekerja keras dalam mengatasi berbagai kesulitan.
8. 8. Bersikap proaktif a. Memiliki inisiatif sendiri dalam meyelesaikan tugas.
b. Cepat tanggap atau peka terhadap situasi yang terjadi, seperti membereskan benda yang telah digunakan tanpa ada orang lain yang melihat.
57, 59,
a. Kognitif (pemikiran positif dan negatif) b. Afektif (perasaan positif dan negatif)
c. Perilaku/ konatif . (perilaku positif dan negatif)
63, 64, 65, 67
62, 58 6
10. 10. Mau merenung (refleksi)
a. Mengevaluasi hal-hal yang sudah dilakukan.
b. Memikirkan hal-hal apa saja yang sudah dilakukan.
18, 20 71,72
4
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas Kuesioner
Menurut Furchan (2005: 293), validitas menunjukkan kemampuan alat
ukur untuk mengukur hal yang seharusnya diukur. Penelitian ini mencari
valiliditas isi. Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki (2009: 339) berpendapat
bahwa validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan kesesuaian antara
instrumen dengan tujuan dan bahan yang mau diungkap atau diteliti. Azwar
(1999: 52) berpendapat bahwa validitas isi adalah sejauh mana item-item tes
mewakili komponen-komponen dalam keseluruh kawasan isi objek yang hendak
diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item tes mencerminkan ciri
perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi). Dalam penelitian ini variabel
yang diukur yaitu tanggung jawab.
Validitas diukur dengan mencari korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product
moment (Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki, 2009: 340). Rumusnya sebagai
berikut:
Keterangaan:
: Koefisien korelasi product moment antara variabel X dan Y (antara skor item dan skor total)
: jumlah X kuadrat (jumlah skor item kuadrat) : jumlah Y kuadrat (jumlah skor total kuadrat) : jumlah responden (jumlah sempel)
Validitas dicari dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) masukan data-data yang akan
dianalisis ke dalam komputer, untuk mengetahui validitas: ambil menu Analyze
(di bagian atas), klik, (a) pilih Correlate, pilih Bivariate, klik, (b) jika dalam kategori kotak dialog sebelah kiri terdapat sejumlah nama variabel, pilih nama
yang dibutuhkan atau semua, klik, dan klik panah ke kanan, (c) pilih Pearson atau sesuai dengan yang dikehendaki, klik, (d) pilih OK. Ketentuan validitas jika
nilai kritis product moment ≥ 0,30 maka dapat dinyatakan item pernyataannya
adalah valid, sedangkan item ≤ 0,30 dinyatakan gugur. Validitas Penelitian disajikan dalam Lampiran 2.
2. Reliabilitas Kuesioner
Menurut Furchan (2005: 293), reliabilitas alat ukur yaitu derajat keajegan
alat dalam mengukur yang diukur. Sugiono (2013) berpendapat bahwa instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas
dicari dengan menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach (α) untuk menguji
Keterangan :
α : Koefisien Alpha Cronbach
: Jumlah butir pernyataan
: Jumalah varian butir
: Jumalah varian total
Reliabilitas dicari dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: ambil menu Analyze (di bagian
atas), klik, (a) pilih Scale, pilih Reliability Analysis, klik (b) jika dalam kategori kotak dialog sebelah kiri terdapat sejumlah nama variabel, pilih nama yang valid
dan klik panah ke kanan, (c) pilih klik Statistics dan muncul daftar, pilih yang
dikehendaki atau ambil semua, klik Continue. (d) pilih OK.
Masidjo (2007: 243) menyatakan bahwa untuk melihat taraf reliabilitas
digunakan pedoman indeks kualifikasi reliabilitas. Hasil perhitungan
dikonsultasikan ke kriteria Guilford. Daftar indeks kualifikasi reliabilitas
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2
Daftar Indeks Kualifikasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Hasil perhitungan reliabilitas penelitian tingkat tanggung jawab
mahasiswa melalui program SPSS dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Keputusan
0.976 Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan melalui program
SPSS, diperoleh taraf reliabilitas dari kuesioner tanggung jawab yang diberikan
kepada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014
Universitas Sanata Dharma, dengan jumlah subjek 60 mahasiswa diperoleh
perhitungan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach senilai 0.976. Hasil
perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford, dan setelah dikonsultasikan
dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria
sangat tinggi. Reliabilitas Penelitian disajikan dalam Lampiran 3.
F. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Menyusun kuesioner tanggung jawab.
b. Peneliti mengkonsultasikan kuesioner tanggung jawab kepada dosen
tanggung jawab sudah dapat mengungkap hal yang diukur dan ditulis secara
benar dan tepat.
c. Peneliti merevisi kuesioner tanggung jawab.
d. Peneliti membicarakan rencana penelitian, dan sekaligus meminta izin kepada
kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk melakukan penelitian
pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pengisian kuesioner tanggung jawab dilaksanakan di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling. Adapun jadwal
pelaksanaan pengumpulan data penelitian adalah seperti yang disajikan dalam
Tabel 4.
Tabel 4
Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
Tempat Tanggal
Pengumpulan Data Penelitian
Waktu Pengumpulan Data Penelitian
Kelas prodi BK angaktan 2014
Jumlah Mahasiswa
Taman 27 Mei 2016 09.30 – 10.00 BK A 39
Leb 27 Mei 2016 11.00 – 11.30 BK B 38
Jumlah 77
Langkah-langkah dalam penyebaran dan pengisian kuesioner tanggung jawab
sebagai berikut:
a. Peneliti menjelaskan maksud pengisian kuesioner penelitian.
c. Peneliti menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner, dan memberikan kesempatan
bagi mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan.
d. Peneliti memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengisi kuesioner
sesuai dengan petunjuk.
e. Pengisian kuesioner tanggung jawab diawasi oleh peneliti sendiri, sehingga
peneliti dapat memastikan bagaimana suasana pada saat pengisian kuesioner.
Mahasiswa mengerjakan kuesioner dengan tenang dan serius.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiono (2013: 207), dalam penelitian kuantitatif, analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabuliasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis
data yang digunakan dalam mengolah dan menganalisa data penelitian tingkat
tanggung jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan
2014 Universitas Sanata Dharma sebagai berikut:
1. Menentukan Skor
Memberikan skor pada masing-masing jawaban dengan kunci jawaban
yang disediakan oleh peneliti. Pernyataan yang bersifat favorable (positif) dan
2. Kategorisasi Skor Subjek Penelitian
Kategorisasi skor subjek penelitian bertujuan untuk mengelompokkan
subjek penelitian berdasarkan tinggi rendahnya tingkat tanggung jawab. Tabulasi
data tanggung jawab dengan rumus kategorisasi skor disajikan dalam lampiran 4.
Kategorisasi subjek penelitian berdasarkan skornya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Kategorisasi Skor Subjek Penelitian
Kriteria Skor Keterangan
Xitem > + 1,5 sb Sangat tinggi tanggung jawabnya
+ 0,5 sb < Xitem ≤ + 1,5 sb Tinggi tanggung jawabnya - 0,5 sb < Xitem ≤ + 0,5 sb Cukup tinggi tanggung jawabnya
- 1,5 sb < Xitem ≤ - 0,5 sb Kurang tinggi tanggung jawabnya - 1,5 sb < Xitem Sangat tidak tinggi tanggung jawabnya
Keterangan:
Skor maksimum empiris : skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian
berdasarkan data nyata lapangan.
Skor minimum empiris : skor terendah yang diperoleh subjek penelitian
berdasarkan data nyata lapangan.
sb (simpangan baku) : luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan
deviasi standar.
(Mean teoritik) : rata-rata teoritik dari skor maksimum dan