• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI SEPEDA FIXIE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI SEPEDA FIXIE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepeda fixie saat ini, menjadi sepeda yang fenomenal, tiba-tiba melejit

diantara semakin menjamurnya sepeda motor diperkotaan. Sepeda fixie menjadi

sepeda tren masa kini, menjadi sepeda gaul, sepeda anak muda sekarang. Bukan

rumah saja yang sekarang tren dengan gaya minimalis sepeda fixie dikatakan

identik dengan gaya minimalis, sepeda ini tampilannya sederhana tetapi keren

dan semarak bak pelangi. Keunikan sepeda ini adalah pada warnanya, bisa

dikombinasikan warna-warna yang disukai, pada kerangka, stang maupun

bannya. Itulah sepeda yang sedang tren dikalangan muda sampai pekerja. Kata

Fixie berasal dari kata Fixed Gear. Fixed Gear ini adalah gear belakang yang

dibuat mati jadi pedal sepeda akan ikut berputar saat roda berputar. Untuk

mengerem atau mengurangi laju sepeda cukup dengan menahan putaran pedal ke

arah belakang (untuk yang tidak menggunakan rem depan), dan sebenarnya ini

hal utama yang membedakan sepeda fixie dengan jenis sepeda lainnya. Banyak

anak muda yang menggunakan sepeda ini entah karena sepeda ini memiliki

keunikan sendiri atau hanya sekedar mengikuti tren yang ada. Sekarang ini tak

jarang kita temui sebuah perkumpulan tersendiri untuk sepeda ini. Para pemilik

sepeda fixie ini sengaja membuat perkumpulan untuk kemudian pada suatu

waktu berkumpul dan menggayuh sepedanya bersama-sama untuk berkeliling.

Menggunakan sepeda saat ini tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi untuk

gaya hidup.

Perkembangan sepeda fixie di Indonesia terlebih di Jakarta berkembang

sangat pesat dan sebagian besar penggunanya adalah anak muda, mereka

membentuk komunitas yang tujuannya bertukar pikiran, bersepeda bersama-sama

dan menambah teman baru. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

komunitas-komunitas fixie yang ada, beberapa komunitas-komunitas fixie yang berada di Jakarta

diantaranya adalah ID Fixed, Tremorz, Sektor, Fire Snake, Cixie, Fufufu, Woof,

dan Fixed Bandit (Stephanie, 2011), komunitas fixie tersebut dapat ditemukan

pada Rabu malam di kawasan Menteng. Di kawasan Jakarta Barat, komunitas

(2)

2

sepeda Tepon biasa mengadakan kumpul-kumpul di tiap Rabu, Jumat, dan

Minggu (car free day) di sebuah warung daerah Puri Indah blok A.

Fenomena bersepeda fixie tidak hanya ada pada masyarakat perkotaan

seperti Jakarta, tapi juga di daerah-daerah Nusantara. Salah satunya di Kota

Malang, Jawa Timur, yang memiliki “Malang Fixed Gear Single Speed”, atau

lebih dikenal dengan nama “MLGfgss” (Masril, 2012). MLGfgss merupakan

komunitas sepeda fixie pertama di Kota Malang yang berdiri pada Oktober

2010. Awalnya hanya beberapa orang saja yang berkumpul, tetapi

lama-kelamaan peminatnya terus meningkat. Adapun agenda rutin MLGfgss

diantaranya seminggu tiga kali yakni Rabu, Jumat dan Minggu mengadakan

kegiatan sepeda bersama. Uniknya, setiap kegiatan itu memiliki tema yakni Rabu

bertemakan Wednesday Night Ride (WNR), dimana mereka bersepeda pada hari

Rabu malam dengan mengelilingi Kota Malang dari sore hingga larut malam.

Kegiatan hari Jumat bertemakan Friday Biking Love (FBL) dimana semua jenis

sepeda boleh serta, tidak hanya fixie. Sedangkan kegiatan bersepeda di hari

Minggu bertema Sunday Skidday, yakni kegiatan yang khusus dilakukan bagi

mereka yang hobi melakukan skid (nge-trick).

Banyaknya peminat fixie ini membuat sebuah komunitas fixie di Jakarta

mengadakan sebuah acara khusus untuk sepeda yang satu ini. Acara “Gowes

1.000 Fixie”, Minggu (26/6/2011), menambah perbendaharaan rekor Museum

Rekor Indonesia (Romdhon, 2011). Acara tersebut diadakan oleh komunitas

sepeda Fixie bernama Komunitas Tremorz. Di acara itu berhasil menghadirkan

1.423 sepeda fixie dan menggayuh sepeda fixie bersama di seputar area

Kuningan. Dari banyaknya komunitas fixie yang ada serta dengan diadakannya

sebuah acara khusus untuk sepeda fixie ini terlihat jelas bahwa sepeda yang satu

ini banyak menarik perhatian banyak orang.

Sepeda fixie ini semakin berkembang menjadi sepeda gaul di kalangan

anak muda jaman sekarang, sayangnya sepeda ini ternyata dapat membahayakan

penggunanya. “Sepeda ini dapat membahayakan keselamatan pengendara dan

kesejahteraan umum pengguna lainnya. Ini tidak berhubungan dengan seberapa

besar pengalaman mereka,” ujar salah satu polisi lokal yang tidak disebutkan

(3)

3

mengeluarkan peringatan keras setelah seorang pengedara sepeda fixie

mengalami luka kepala serius. Pihak berwenang menegaskan pelarangan

penggunaan sepeda fixie yang tidak memenuhi standar keselamatan, atau bahkan

tidak punya fitur keselamatan sama sekali. Meskipun tidak diklaim sebagai

sepeda ilegal, pemerintah Jerman mulai mewaspadai bahaya penggunaan sepeda

fixie yang tanpa fitur pengaman. Apalagi, sepeda tersebut memang tidak

memiliki rem sehingga dikhawatirkan membahayakan keselamatan. Sepeda fixie

umumnya tidak memiliki rem, dan untuk mengerem sepeda fixie ini adalah

dengan menahan laju pedal ke belakang. Padahal rem adalah hal yang terpenting

ketika mengendarai sebuah sepeda. Dapat dibayangkan ketika pengendara sepeda

fixie tiba-tiba dalam suatu keadaan yang mengharuskan untuk mengerem secara

mendadak, jelas ini akan menimbulkan kecelakaan pada pengendara itu.

Bahaya yang ada pada sepeda fixie itu nampaknya tidak dihiraukan sama

sekali, yang paling dipentingkan justru bagaimana agar dapat mengikuti tren dan

dianggap gaul. Tidak sedikit kita jumpai remaja rela mengeluarkan uang yang

cukup banyak hanya untuk mengikuti tren semata. Bahkan di salah satu situs

internet ada seseorang yang berniat mengumpulkan uang receh demi membeli

sepeda fixie, hanya karena sepeda fixie menjadi sebuah alat transportasi yang

sedang ramai diperbincangkan (Wijaya, 2011). Kebanyakan remaja pada

umumnya memilih mengikuti tren hanya karena takut dibilang ketinggalan

jaman. Sehingga yang terjadi adalah mereka membeli sepeda fixie hanya untuk

kepentingan tren semata dan agar dianggap gaul oleh orang-orang disekitarnya,

tanpa menghiraukan apakah sepeda fixie itu benar-benar menunjang aktivitasnya

ataukah justru membahayakan atau merugikan dirinya sendiri.

Banyak konsumen yang membeli suatu produk bukan hanya dari manfaat

produk itu sendiri, melainkan karena adanya kepuasan lain yang diterima oleh

konsumen sebagai sebuah kompensasi setelah membeli produk tersebut.

Sebagaimana dikatakan oleh Mowen dan Minor (2002) bahwa orang sering

membeli produk bukan untuk manfaat fungsional, tetapi lebih untuk nilai

simboliknya. Selanjutnya Grubb dan Grathwohl (dalam Mowen dan Minor,

2002), menjelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan konsumen dalam

(4)

4

konsep dirinya kepada observer, kemudian konsumen berharap bahwa observer

akan memiliki persepsi yang diinginkan dari sifat alami produk secara simbolik,

dan akhirnya konsumen berharap bahwa observer akan memandang dirinya

seperti memiliki sifat simbolik yang hampir sama dengan produk tersebut.

Apa yang membuat sebuah produk dipandang sebagai simbol oleh para

konsumen? Yang paling penting adalah kemampuan produk untuk

mengkomunikasikan diri konsumen kepada orang lain. Mowen dan Minor (2002)

menjelaskan bahwa produk yang komunikatif memiliki tiga karakteristik.

Pertama, produk itu terlihat yaitu pembeliannya, konsumsinya, dan disposisinya

terlihat jelas oleh orang lain. Kedua, produk itu memiliki variabilitas yaitu,

beberapa konsumen memiliki sumber daya untuk memilikinya dimana orang lain

tidak dapat. Jika seseorang memiliki produk dan hal itu identik bagi setiap orang,

maka hal ini tidak dapat dijadikan simbol. Ketiga, produk secara simbolik

memiliki kepribadian. Pelambangan pribadi merujuk pada seberapa jauh produk

menunjukkan citra stereotipe dari pengguna rata-rata. Seseorang dapat dengan

mudah melihat bagaimana produk-produk simbolik memiliki karakteristik dapat

dilihat, variabilitas dan pelambangan pribadi.

Manusia mempunyai pandangan dan persepsi atas dirinya sendiri. Dengan

demikian, setiap individu berfungsi sebagai subyek dan obyek persepsi. Konsep

diri yang dimiliki oleh seorang individu adalah berupa penilaian-penilaian

terhadap dirinya sendiri. Cooley dalam Rakhmat (2007) menyebut gejala seperti

itu sebagai looking glass self (cermin diri). Seakan-akan individu itu menaruh

cermin didepannya. Selanjutnya individu (konsumen) menilai bagaimana diri

mereka memandang mereka sendiri. Konsep diri yang ada pada konsumen bisa

berhubungan dengan sifat-sifat seperti bahagia, kebergantungan, modern, praktis,

energetis, serius, pengendalian diri, kesuksesan, sensitif dan agresif. Sutisna

(2002) menjelaskan bahwa secara umum konsep diri diatur oleh dua prinsip

yaitu, keinginan untuk mencapai konsistensi dan keinginan untuk meningkatkan

harga diri (self-esteem). Pencapaian konsistensi berarti bahwa konsumen akan

bertindak menurut konsep diri yang sebenarnya. Perilaku pembelian konsumen

yang diarahkan untuk pencapaian konsep diri, itulah yang disebut sebagai

(5)

5

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku

individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh

perilaku. Dengan kata lain perilaku individu akan sesuai dengan cara individu

memandang dirinya sendiri. Menurut Hurlock (1973) konsep diri adalah

pandangan individu mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua komponen,

yaitu konsep diri sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran mengenai

diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran individu

mengenai kepribadian yang diinginkan. Konsep diri inilah yang kemudian dapat

memunculkan intensi membeli konsumen pada suatu produk. Pengertian intensi

secara sederhana adalah niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

Intensi membeli merupakan salah satu intensi berperilaku. Mowen dan Minor

(2002) mengatakan bahwa intensi perilaku berkaitan dengan keinginan konsumen

untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membuang, dan

menggunakan produk, dimana intensi membeli dapat diartikan sebagai

kecenderungan untuk membeli merek tertentu. Intensi membeli di dalamnya

terkandung makna rencana individu atau kelompok untuk membeli, rencana ini

dipengaruhi oleh evaluasi individu atas perilaku, harapan orang lain atas perilaku

dan potensi untuk mewujudkan perilakunya. Oleh karena itu intensi membeli ini

dapat digunakan sebagai prediktor dari perilaku membeli.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Christina Maria Agustin

(2007) tentang “Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan Intensi Membeli

Pakaian Fashion pada Remaja”, membuktikan bahwa ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara gaya hidup hedonis dengan intensi membeli pakaian

fashion pada remaja, jadi gaya hidup tinggi maka intensi membeli pakaian tinggi

dan sebaliknya. Juga penelitian yang dilakukan oleh Yuswin Amirawati (2009)

tentang “Hubungan antara Aktualisasi Diri dengan Intensi Membeli Laptop pada

Dosen”, membuktikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

aktualisasi diri dengan intensi membeli laptop pada dosen. Hal ini menunjukkan

bahwa aktualisasi diri yang tinggi akan memiliki intensi membeli laptop yang

tinggi pula dan sebaliknya. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rima Zhuhriah Auda (2009) tentang “Pengaruh Citra Merek terhadap Intensi

(6)

6

citra merek terhadap intensi membeli, semakin tinggi tingkat citra merek maka

semakin tinggi pula tingkat intensi membeli

Seseorang memandang dan melakukan evaluasi terhadap sebuah produk

tak lepas dari konsep diri yang ia miliki. Oleh karena itu penelitian ini

dilaksanakan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan intensi membeli.

Dalam hal ini berarti bagaimana konsep diri membentuk perilaku seseorang

dalam intensi membeli sepeda Fixie. Hawkins, Best dan Coney (2004) telah

mengkategorikan konsep diri menjadi dua tipe yaitu, konsep diri independen dan

konsep diri interdependen. Konsep diri Independen mendefinisikan dirinya

berdasarkan apa yang mereka lakukan, apa yang mereka miliki, dan

karakteristik pribadi yang membuat mereka berbeda dengan individu lain,

sedangkan konsep diri interdependen mendefinisikan dirinya dalam konteks

peran sosial, hubungan dengan keluarga serta kelompok. Ketika seseorang

bersikap independen dalam memilih suatu produk maka ia hanya membeli

produk yang benar-benar mencerminkan konsep dirinya yang sebenarnya

sehingga ia akan menilai sebuah produk sesuai dengan keyakinan dirinya

sendiri dan cenderung tidak mudah tergiur dengan adanya penawaran sebuah

produk yang ada. Namun seringkali yang terjadi adalah orang lebih memilih

untuk mengikuti tren yang ada daripada mencari produk yang sesuai dengan

konsep diri yang ia miliki, individu yang seperti itu akan mudah terpengaruh

orang-orang disekitarnya atau mengikuti tren yang sedang berkembang

sehingga ia akan cenderung mudah tergiur dengan adanya penawaran sebuah

produk yang ada. Perilaku inilah yang kemudian dapat memunculkan intensi

membeli tertentu pada seseorang. Pada sebuah tipe konsep diri memiliki

ciri-ciri tertentu yang dapat mempengaruhi bagaimana ia memandang dan

mengevaluasi sebuah produk dan kemudian akan berpengaruh pula pada

intensi membelinya, dalam hal ini berarti intensi membelinya pada sepeda

fixie. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Hubungan Konsep Diri

(7)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara konsep diri independen dengan

intensi membeli sepeda fixie?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

konsep diri independen dengan intensi membeli sepeda fixie.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Konsumen terutama bagi

akademisi yang ingin mengetahui hubungan konsep diri independen dengan

intensi membeli.

2. Secara praktis, yaitu sebagai bahan acuan penelitian dimasa yang akan datang

(8)

HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI SEPEDA FIXIE

SKRIPSI

Oleh :

Veva Ardhyaning Kencana Sari

08810091

FAKULTAS PSIKOLOGI

(9)

HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI SEPEDA FIXIE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Veva Ardhyaning Kencana Sari

08810091

FAKULTAS PSIKOLOGI

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Hubungan Konsep Diri Independen dengan Intensi Membeli Sepeda Fixie”,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk mengarahkan, memberikan saran, dan

membimbing saya dengan dengan sabar dan ikhlas sehingga skripsi ini dapat

tersusun dengan baik.

3. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan

sabar dan ikhlas hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si, selaku dosen wali psilologi 2008 kelas B yang

telah memberikan dukungan dan doanya, serta arahan dan bimbingan sejak

awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

5. Para Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang atas kerjasamanya

menjadi subjek dalam penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai TU Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

7. Orangtuaku tersayang dan tercinta ayahanda Pudji Asmono dan ibunda Ni

Wayan Seri Hayati yang telah memberikan kasih sayang yang luar biasa,

semangat, doa serta dukungan moril maupun materil yang terus-menerus

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

(14)

8. Kakakku tersayang dan tercinta “Gita” dan suaminya “Arqom”, yang

memberi semangat dan selalu menemani penulis ketika orangtua sedang jauh

di luar kota.

9. Untuk orang yang setia dan selalu siap membantu “Stevanus Herdianto

Rumiar Hadi” yang berusaha menyempatkan waktunya untuk menemani

mengantri bimbingan skripsi dan mencari bahan skripsi. Terimakasih atas

doa, kesabaran serta motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10.Sahabat terbaik dan tersayang “Anggi, Astika, Widya, Arinda, Dendik,

Karina, Fitri, Manda, Nina, Evika” yang memberikan semangat dan telah

menjadi teman yang baik dan menyenangkan serta selalu ada saat suka

maupun duka.

11.Semua teman, kerabat, dan keluarga besar Psikologi 2008 kelas B yang telah

memberi semangat, saran dan masukan, terimakasih atas kebersamaannya

selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua

pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Semoga hasil dari penelitian ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak.

Malang, Mei 2012

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Konsep Diri ... 8

1. Pengertian Konsep Diri ... 8

2. Peranan Konsep Diri ... 9

3. Konsep Diri pada Riset Konsumen ... 10

4. Komponen Konsep Diri ... 12

5. Dimensi Konsep Diri ... 13

6. Konsep Diri Independen dan Interdependen ... 14

B. Intensi Membeli ... 15

1. Pengertian Intensi ... 15

2. Pengertian Intensi Membeli ... 16

3. Proses Terbentuknya Intensi ... 17

4. Faktor Intensi ... 19

5. Kekhusuan Intensi ... 19

C. Sepeda Fixie ... 20

1. Pengertian Sepeda Fixie ... 20

2. Karakteristik Sepeda fixie ... 21

D. Hubungan Konsep Diri Independen dengan Intensi Membeli Sepeda Fixie ... 22

E. Kerangka Pemikiran ... 25

F. Hipotesis ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Rancangan Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 27

(16)

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 29

1. Jenis Data ... 29

2. Metode Pengumpulan Data ... 30

E. Validitas dan Reliabilitas ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 37

F. Prosedur Penelitian ... 39

1. Tahap Persiapan ... 39

2. Tahap Pelaksanaan ... 40

3. Tahap Pengolahan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Rancangan Analisis Data ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Data ... 42

B. Hasil Analisis Data ... 43

C. Pembahasan ... 44

BAB V. PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran-saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor pada Skala Likert ... 31

Tabel 3.2 Blue Print Skala Konsep Diri Independen ... 32

Tabel 3.3 Blue Print Skala Intensi Membeli ... 33

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Skala Konsep Diri Independen ... 35

Tabel 3.5 Blue Print Skala Konsep Diri Independen setelah Try out ... 35

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Skala Intensi Membeli ... 36

Tabel 3.7 Blue Print Skala Intensi Membeli setelah Try out ... 36

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Skala Konsep Diri Independen ... 37

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Skala Intensi membeli ... 38

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Konsep Diri Independen dengan Skala Intensi Membeli ... 38

Tabel 3.11 Rancangan Analisa Data Product Moment ... 41

Tabel 4.1 Rangkuman Deskripsi Data Konsep Diri Independen ... 42

Tabel 4.2 Rangkuman Deskripsi Data Intensi Membeli Sepeda Fixie ... 43

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Theory of Planned Behavior ... 18

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Amirawati, Y. 2009. Hubungan antara Aktualisasi Diri dengan Intensi Membeli Laptop pada Dosen (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Auda, R. Z. 2009. Pengaruh Citra Merek terhadap Intensi Membeli (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara, Medan).

Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

________, 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________, 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________, 2009. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________, 2009. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ajzen, Icek. 2006. The Theory of Planned Behavior. aizen@psyh.umas.edu (diakses tanggal 27 Desember 2011)

Bakrie, C. A. 2011. Inilah Alasan di Indonesia Banyak Pakai Sepeda Fixie. http://citranews.com (diakses tanggal 5 November 2011).

Christina, M. A. 2007. Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis Dengan Intensi Membeli Pakaian Fashion pada Remaja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Dayakisni, T., & Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial (Ed. Revisi). Malang: UMM Press.

Fishbein, M., & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company inc.

Hawkins, Best., & Coney. 2004. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. New York: McGraw-Hill Companies Inc.

Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development. Kogakusha: McGraw-Hill Companies Inc.

(20)

Loudon, D. L., Bitta, A. J. D. 1979. Consumer Behavior: Concepts and Aplications. New York. Mc Graw-Hill Inc.

Mangkunegara, A. P. 1988. Perilaku Konsumen. Bandung: Eresco.

Masril, V. 2012. Malang Fixed Gear Single Speed. http://www.tnol.co.id (diakses tanggal 10 Februari 2012).

Mowen, J. C., & Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. (Terj. Salim. L). Jakarta: Erlangga.

Nabilakanesar. 2011. Sepeda Fixie. http://lifestyle.kompasiana.com (diakses tanggal 5 November 2011).

Peter, J. P., & Olson, J. C. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. (Terj. Sihombing. L). Jakarta: Erlangga.

Pudjijogyanti, C. R. 1988. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.

Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Romdhon, F. 2011. Gowes 1000 Fixie Masuk Rekor Muri. http://arsipberita.com (diakses tanggal 5 November 2011).

Solomon, M. R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. United States of America: Prentice Hall Internasional.

Stephanie, D. 2011. Beraksi dengan Sepeda Fixie. http://urbanesia.com (diakses tanggal 5 November 2011).

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wardhana, J. 2011. Fenomena Sepeda Fixie. http://klik-informatika.com (diakses tanggal 5 November 2011).

Wijaya, R. P. 2011. Mengumpulkan Uang Receh Demi Sepeda Fixie. http://wordpress.com (diakses tanggal 10 Februari 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan matriks SWOT, strategi yang dipilih dalam pembangunan daerah tertinggal antara lain : meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan

Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Untuk Meningkatkan.. Pendapatan Asli

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah mahasiswa menjadi mengerti tentang ketersedian kualitas sarana dan pelayanan yang ada di kampus, sehingga mahasiswa dapat

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul: “POLA PENGOBATAN

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur wanprestasi dan tindak pidana penipuan, apakah wanprestasi dalam perjanjian termasuk salah satu bentuk tindak

Tiga nanas unggul yang telah dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor yakni: Delika Subang, Mahkota Bogor, dan Pasir Kuda. Pasir Kuda

Masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar partisipasi warga dalam pelestarian bangunan dan struktur cagar budaya yang meliputi pelindungan, pemanfaatan,

Hasil pengukuran dapat diketahui bahwa terjadi perubahan persentase susut bobot pada buah belimbing dewa selama penyimpanan pada suhu 5 0 C baik buah dengan perlakuan aloe