PERGESERAN MAKNA TERHADAP NILAI BUDAYA BATAK PADA
SASTRA LISAN AEK SIPANGOLU DI DESA SIMANGULAMPE
(KAJIAN SEMIOTIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
SUDIATI LUMBAN GAOL
NIM 2123210019
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i ABSTRAK
Sudiati Lumban Gaol, NIM 2123210019, Pergeseran Makna Terhadap Nilai Budaya Batak Toba Pada Sastra Lisan Aek Sipangolu Di Desa Simangulampe (Kajian Semiotik), Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia/S-1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Sastra lisan adalah Kesusasteraan yang mencakup ekspresi kesusasteraan warga. Suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, sastra lisan tersebut akan mudah memudar. Untuk itu solusi yang ditawarkan untuk mempertahankan sastra lisan adalah dengan mempublikasikannya melalui penelitian dan dokumentasi, dengan demikian sastra lisan akan selalu hidup.
Cerita lisan Aek Sipangolu merupakan salah satu bentuk sastra lisan milik masyarakat Batak Toba, tepatnya di Desa Simangulampe Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran nilai-nilai budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, mengutamakan makna dan konteks, sehingga menuntut peran peneliti yang tinggi. Narasumber dalam penelitian ini ada enam orang, yaitu dua ahli budaya di Desa Simangulampe sekaligus ketrurunan asli Si Singamangaraja, dan empat orang merupakan masyarakat dari desa Simangulampe.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, Cerita lisan Aek Sipangolu mengandung kelima nilai-nilai budaya Non-material Batak Toba. Adapun lima budaya Non-material tersebut adalah nilai Kekerabatan, Nilai Religi, nilai hagabeon, nilai hasangapon, dan nilai hamoraon.Terdapat 17 peristiwa tutur dalam cerita lisan Aek Sipangolu. Namun dari kelima nilai budaya tersebut tidak semua yang mengalami pergeseran. Nilai hasangapon tidak mengalami pergeseran, nilai kekerabatan, hagabeon dan hamoraon sebagian mengalami pergeseran, sedangkan nilai Religi mengalami pergeseran. Sastra lisan Aek Sipangolu yang masih dikeramatkan masyarakat Simangulampe, hingga saat ini dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Hal itulah sebabnya masih banyak yang datang mandi ataupun marsuap ke tempat ini.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatNya, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
berjudul “Pergeseran Makna Terhadap Nilai Budaya Batak Pada Sastra Lisan Aek
Sipangolu Di Desa Simangulampe (Kajian Semiotik)” Skripsi ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari
berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
5. Dr. Wisman Hadi, M. Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.
6. Hendra K. Pulungan, S. Sos.M.I.Kom., Dosen Pembimbing Skripsi.
7. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.
8. Prof. Dr. Rosmawaty, M. Pd., Dosen Pengarah.
9. Dr. Abdurrahman A, M.Hum., Dosen Pengarah.
10. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
11. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Kuradin Leonardus Lumban Gaol dan
iii
penulis didalam doa dan kasih sayangnya, sehingga penulis tersemangati
selama menyelesaikan studi S1.
13. Kakak penulis Herti Yanti Lumban Gaol, Uli Lina Lumban Gaol, dan kepada
abangku Parulian Lumban Gaol, Aprino Lumban Gaol, dan juga kepada adik
tersayang Hotni Mariana Lumban Gaol, trimakasih untuk doa dan
dukungannya selama ini.
14. Teman terdekat di hati H. Martinus Simamora yang selalu menyemangati,
trimakasih buat inspirasi dan dukungannya selama penyusunan Skripsi.
15. Teman seperjuangan Nondik 2012 Putri Nadia, Tiara Andianika, Natalia
Nikasia, Tiur, Himen Trigen, Ruliansyah, dan yang belum penulis sebutkan
satu persatu. Beserta teman-teman kos 182 yang selalu menghibur penulis,
teristimewa kepada adik kos Bagus Johari Siregar dan Cindi Togatorop.
16. Amang Camat Kec. Bakti Raja, Kab. Humbang Hasundutan, amangboru Op.
Angel Manik, trimakasih atas bantuan dan keramahannya selama penelitian
penulis, juga Jokoprianto teman seperjuangan selama dilokasi penelitian.
Biarlah kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan berupa
berkat kemudahan. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2016
Penulis,
Sudiati Lumban Gaol
iv
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 7
5. Turi-turian Bagian Prosa Batak Toba ... 19
6. Jenis-jenis Turi-turian (Cerita Rakyat) ... 20
7. Cerita Rakyat Batak Toba “Aek Sipangolu” ... 23
8. Semiotik ... 27
9. Kondisi Kunjungan Desa Merdeka ... 32
a. Gambaran Umum Desa Simangulampe, Kec. Baktiraja, Kab. Humbang Hasundutan ... 35
b. Keadaan Penduduk ... 36
B. Pertanyaan Penelitian ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Metodologi Penelitian ... 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38
C. Sumber Data ... 39
D. Kriteria Responden ... 40
E. Instrumen Penelitian ... 40
v
G. Teknik Analisi Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
Tabel 3.1 Lima Nilai Budaya Batak Toba yang Terdapat dalam Cerita Aek
Sipangolu ... 46
Tabel 3.2 Pergeseran Makna Terhadap Nilai – nilai Budaya Cerita Aek
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Identifikasi Pergeseran Nilai Budaya Batak Pada Sastra Lisan Aek
Sipangolu ... 81
Lampiran 2 Naskah Cerita Lisan Aek Sipangolu Dalam Bahasa Batak ... 93
Lampiran 3 Naskah Cerita Lisan Aek Sipangolu Dalam Bahasa
Indonesia ... 101
Lampiran 4 Biodata Narasumber ... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Raja Sisingamangaraja XII yang seperti kita ketahui merupakan salah satu
Pahlawan dari Tapanuli yang berjasa besar semasa Penjajahan di Indonesia terutama
dalam pertarungan rakyat sumatera utara dalam melawan Belanda dan tentu memiliki
berbagai peninggalan yang belum diinventarisasikan. Salah satu peninggalan-Nya
adalah keberadaan Aek Sipangolu (air kehidupan). Oleh karena peneliti merupakan
penduduk asli dari Tapanuli yang ingin mencoba mengkaji salah satu turi-turian
milik daerah sendiri dan ingin mencoba mendokumentasikannya, sehingga dapat
diinventarisasikan. Kendati demikian aek sipangolu dapat dikenal oleh masyarakat
luas di Indonesia, terkhusus masyarakat lokal serta dapat diketahui keberadaannya.
Turi-turian Aek Sipangolu mengandung banyak nilai-nilai budaya Batak Toba.
Nilai-nilai budaya tersebut dapat dianalisis secara semiotik, Dalam cerita tersebut
menggunakan beberapa simbol untuk menandakan sesuatu yang bernilai budaya.
Bahkan acara-acara ritual oleh masyarakat yang terdapat dalam cerita sesudah
keberadaan Aek Sipangolu tentu menggunakan simbol-simbol petunjuk yang
bermakna terhadap nilai budaya. Jadi, hubungan antara suatu bentuk dan makna tidak
bersifat pribadi, tetapi sosial yang artinya “disepakati oleh kehidupan sosial”. Setelah
2
sekarang, nilai-nilai budaya dalam cerita lisan tersebut pun telah mengalami
pergeseran semiotik.
Kebenarannya Aek Sipangolu atau air kehidupan mampu menyembukan
berbagai penyakit setelah datang marsuap (mandi) ke tempat ini. Bukan hanya
Masyarakat disekitar aek sipangolu saja, tapi juga dari berbagai desa tertentu bahkan
masyarakat dari perantauan yang mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh juga
datang mandi kesana. Oleh karena itu peneliti semakin tertarik meneliti kelapangan
langsung untuk mengetahui kebenaran dari cerita tersebut, lewat memahami berbagai
persepsi masyarakat dari berbagai sudut pandang. Biasanya mereka yang
membutuhkan penyembuhan melakukan acara Ritual tertentu serta berdoa kepada
Opung Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk meminta penyembuhan.
Pada proses Ritual biasanya dipandu oleh opung juru kunci Aek Sipangolu. Namun
keyakinan akan mual ini tentu saja memiliki perbedaan persepsi bagi semua kalangan
bawah, menengah, juga kalangan atas yang berdomisili disekitar aek sipangolu.
Kajian tentang sastra lisan dan foklor seperti Legenda Aek Sipangolu sendiri
dapat menggunakan teori analisis Semiotik. Secara umum, ilmu semiotik diartikan
ilmu yang mempelajari antara tanda dan petanda. Semiotik dalam kebudayaan
merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua
yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita
beri makna.
Setiap suku memiliki cerita rakyat yang menarik dan khas. Sastra lisan Aek
3
Sisingamangaraja XII menancap di atas tanah hingga mengeluarkan air. Air tersebut
lalu mengalir membentuk satu muara yang selanjutnya dikenal dengan “Aek
Sipangolu”. Air tersebut diminum dan diberikan Beliau kepada Gajah yang
ditungganginya yang sedang kehausan. Masyarakat Bakara mengakui adanya roh
Beliau yang turut mengabulkan Doa dari setiap orang yang melakukan ritual di
tempat tersebut. Karena itu cerita rakyat ini menarik untuk dibahas lebih lanjut
dengan pendekatan Semiotik, karena beragamnya penilaian masyarakat terhadap
nilai-nilai budaya pada cerita itu sendiri. Tentu dari sekian jumlah penduduk di
kecamatan tersebut ada yang meyakini adanya penyembuhan dari aek tersebut.
Namun selain meyakini tentu ada juga yang belum meyakini atau pun tidak
meyakininya sama sekali.
Dari sejumlah nilai-nilai budaya Batak Toba yang terkandung dalam cerita
lisan aek sipangolu banyak yang telah mengalami pergeseran makna. Simbol-simbol
yang dipakai didalamnya dapat dijadikan sebagai penanda yang bermakna. Namun
makna dalam penanda tersebut dapat berubah fungsi ataupun mengalami pergeseran
makna atau petanda. Misalnya seperti kata Raja yang begitu banyak dipakai sebagai
penanda dalam suatu rujukan diantara peristiwa tuturan dalam tiap naskah cerita.
Menurut Suwardi Endraswara (dalam Enjelina Sinaga 2012:1) sastra lisan
adalah karya yang penebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun
temurun. Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, banyak karya sastra yang
memudar karena tidak dapat dipertahankan. Selain keterbatasan memori manusia
4
dewasa ini ikut menggeser sastra lisan yang pernah ada, termasuk sastra lisan
masyarakat Batak Toba yang memiliki nilai budaya tinggi, yang seharusnya dapat
dijaga kelestariannya.
Cerita lisan Aek Sipangolu (air kehidupan) merupakan salah satu bentuk
sastra lisan milik masyarakat Batak Toba, yang dapat ditemui di Desa Simangulampe
Bakara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Air yang dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit ini merupakan salah satu air pusaka
peninggalan Kerajaan Raja Sisingamangaraja XII.
Dilatarbelakangi oleh penjabaran sebelumnya, akhirnya peneliti membuat
judul “Pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya batak pada Sastra Lisan Aek
Sipangolu di Desa Simangulampe (Kajian Semiotik)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai budaya Batak Toba yang terdapat dalam sastra lisan Aek
Sipangolu?
2. Bagaimana pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya Batak dalam sastra
lisan Aek Sipangolu?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus
5
difokuskan pada analisis Semiotik terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung pada
sastra lisan Aek Sipangolu di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten
Humbang Hasundutan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Aek Sipangolu?
2. Apakah terjadi pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam sastra lisan Aek Sipangolu?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Batak Toba pada sastra lisan Aek
Sipangolu.
2. Untuk mengetahui bagaimana semiotik yang terdapat pada nilai-nilai budaya
dalam sastra lisan Aek Sipangolu.
3. Untuk mengetahui bagaimana pergeseran makna pada nilai-nilai budaya Aek
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat
bermanfaat bagi kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang
membahas mengenai cerita rakyat.
1. Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam
Sastra Lisan.
2. Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya
Kajian Semiotik.
3. Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman untuk memperkenalkan
Sastra Lisan aek sipangolu.
Manfaat Praktis
Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil dari penelitian ini sangat
bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan sastra dari masyarakat dan dalam bidang
penelitian sastra lisan.
1. Memberi masukan positif bagi masyarakat agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran yang berakibat kesalahfahaman terhadap keberadaan aek
sipangolu.
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang cerita rakyat yang jarang dibahas khususnya pada
77 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Cerita lisan Aek Sipangolu mengandung kelima nilai-nilai budaya
Non-material Batak Toba. Adapun lima nilai budaya Non-Non-material tersebut
adalah nilai Kekerabatan, Nilai Religi, nilai Hagabeon, nilai Hasangapon,
dan nilai Hamoraon. Kelima nilai budaya Batak Toba tersebut terdapat
tujuh belas peristiwa tutur dalam cerita lisan Aek Sipangolu. Namun dari
kelima nilai budaya tersebut tidak semua yang mengalami pergeseran
makna. Nilai Hagabeon tidak mengalami pergeseran makna. Nilai
kekerabatan, hamoraon dan hasangapon sebagian mengalami pergeseran,
sedangkan nilai Religi telah mengalami pergeseran makna.
2. Cerita lisan Aek Sipangolu masih sangat relevan terhadap masyarakat desa
Simangulampe. Mereka masih mempercayai kekuatan Aek Sipangolu,
nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita Aek Sipangolu tidak terlepas
dengan pola budaya yang dianut oleh masyarakat Simangulampe, itulah
sebabnya hingga sekarang Aek Sipangolu dikeramatkan oleh masyarakat
78
B.Saran
1. Perlu kiranya ada campur tangan pemerintah dalam melestarikan dan
mensosialisasikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang terpendam
milik masyarakat setempat.
2. Penelitian tentang kajian budaya, khususnya dalam cerita lisan masih
belum banyak dilakukan. Untuk itu harapan peneliti agar kiranya ada
penelitian-penelitian lainnya dalam penelitian kebahasaan, khususnya di
bidang cerita lisan (Folklor).
3. Disarankan kembali bagi peneliti berikutnya agar lebih meneliti cerita
79
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Roland. 1972. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Jakarta: Jalasutra
Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers
Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori. Yogyakarta: Layar
Fiske, John. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Bandung : Jalasutra
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
M. A. K. Halliday-Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. FPBS IKIP Yokyakarta: Gadjah Mada University Press
Maharkesti, R. A. 1996. Kajian Nilai-Nilai Budaya Bersih Kali Di Gunung Bang. Yokyakarta: Laporan Penelitian Jarahnitra
Panjaitan, Listra. 2014. Nilai-nilai Budaya Batak Toba Pada Sastra Lisan Martua Limang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Medan.
Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Situmeang, Doangsa P.L (2003) Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba, Jakarta: Djambatan.
Situmeang, Derisma Elvina. 2011. Nilai-Nilai Budaya Pada Legenda Batu Kursi Di Samosir. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Medan.
80
Arlynda, Prisma Mahardini, dkk. 2013. Legenda Dam Bagong Desa Ngantru Trenggalek Jawa Timur: Telaah Kajian Folklor. Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No. 2
Harisah, Afifah & Masiming, Zulfitria. 2008. Persepsi Manusia Terhadap Tanda, Simbol, dan Spasial. Jurnal SMARTek, Vol.6, No.1
Sartini Ni Wayan. 2010. “Tinjauan Teoretik Tentang Semiotik”. Dalam Jurnal Satra UniversitasAirlangga.
Sinta, D.S. 2012. Kedudukan Legenda Mbah Semendhi Bagi Masyarakat Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No. 2
Wulandari, Fiki Trisnawati. 2011. Pergeseran Semiotik Makna: Nilai Budaya Bekakak Gamping. Yokyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial dan Budaya.
Widyagani, Faris Aditya. 2012. Analisis Pergeseran Makna SemiotikTerjemahan Komik Bleach. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi SastraInggris UI.
Zainuddin, dkk. 2013. Analisis Ideologi Dalam Teks Upacara Melengkan Budaya Etnik Gayo Dalam Perspektif Semiotika Sosial. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.