RINGKASAN
Rosmiati. "Pemanfaatan Bahan Buangan (Limbah) Tongkol Jagung Untuk
Pembuatan Furfural
Dengan Metode Destilasi" dibawah bimbingan : Prof Dr. Ir.
Setiaty Pandia sebagai Ketua, Prof Dr. Ir. Zulkifli Lubis, MappSc, Drs. Chairuddin,
M.Se sebagai Anggota,
Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup
yang
meliputi
kebijaksanaan
penataan,
pemanfaatan,
pengembangan,
pemeliharaan, pernulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (UU. RI
No.2311997).
Dengan adanya kegiatan peningkatan produksi pertanian, mengandung resiko
pencemaran limbah padat berupa bahan buangan (limbah) tongkoljagung.
Minimasi limbah dengan pemanfaatan menjadi suatu produk dapat mengurangi beban
peneemaran lingkungan, dan dapat menambah pendapatan penghasilan petani jagung.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium PTKI Medan, Jagung yang diambil
tongkolnya adalah jagung varitas Pioner dan Bisi 2 untuk mendapatkan fufural
dengan metode destilasi. Sampel tongkol jagung diambil
dari
Desa Lau Bakery,
Keeamatan Paneur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Uji statistik yang digunakan yaitu Uji Beda Dua Mean berdasarkan matched
pair untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara tongkol jagung varitas Pioner
dengan Bisi 2, dengtan hipotesa :
H
o
ditolak jika t
Hitung>
t
label.Dari hasil perhitungan diperoleh t
Hitung =0,3318 dan
t
Tabel =2,228, yang berarti tidak ada perbedaan antara tongkol jagung jenis Pioner
dengan Bisi 2.
Hasil Uji laboratorium diperoleh :
I.
Mencari kadar furfural yang dihasilkan untuk pioner adalah
=9,84%, dan untuk
jenis Bisi 2 adalah
=9,84%.
2. Kadar air tongkol jagung jenis pioner
ｾ2,2112% dan untuk jenis Bisi 2
ｾ2,4750%.
3. Berat jenis furfural untuk jenis Pioner
=1,2593
gr/ml
dan untuk jenis Bisi 2
=
1,1531
grim
I
4: Indeks bias furfural yang diperoleh untuk pioner
=1,52
dan untuk Bisi 2
=1,5166
5. Dari hasil tinjauan Aspek Ekonomi terhadap pengolahan tongkol jagung menjadi
furfural dengan cara destilasi ( pcnyulingan ) pada skala industri kecil, dengan
memperhtingkan semua faktor yang terkait pada proses produksi scsuai dengan
pcdoman Profil Industri Kecil yang diterbitkan Dircktorat Jenderal Industri Kecil
Departemen Perindustrian RL
Dengan perencanaan produksi 96 Kg Furfural per hari atau .
28,224
kg
pertahun diperoleh harga pokok
Rp,
4.505
I
kg, bila dibandingkan dengan harga
furfural di pasaran dunia sebcsar US
$
1.700 per ton, atau setara dengan Rp.
13.940,-per kg, pembuatan furfural dari tongkol jagung layak untuk dilakukan, disamping
untuk meningkatkan penghasilan petani jagung dimana harga jagung saat ini berkisar
Rp. 800,- Rp. 1.000,- per kg, juga dapat mengurangi beban pencemaran lingkungan.
Hal ini disebabkan karena tongkol jagung itu sendiri maupun ampas dari pembuatan
furfural dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pemanas ketel penyulingan.
11
ABSTRACT
Rosmiati : She has carried out the research: "The Use of comcorb for making
Furfural with Distilation method under the guidance Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia as
chairman, Prof. Ir. Zulkitli Lubis, MappSc and Drs. Chairuddin M.Sc as the member.
Environment processing is as an integrated effort for maintaining the function
of environment including arrangement policy, the usage, development, recovery,
supervision and environment control (Law No 23
I
1997 of Republic Indonesia).
By having such efforts for increasing
agriculture
production, it has the risk for
waste pollution such as waste of corncorb. Waste minimization by such as usage can
be as solution for reducing the burden of environment pollution and it can enhance
the income offarmers.
This research conducted at PTKI Laboratory Medan. The com taken as the
sample Pioner vaiety and Bisi 2 for getting furfural with destilation method. The
sample of comcorb taken from Lau Bakery village, Pancur Batu sub district, Deli
Serdang regency, North Sumatera province.
ttest is two mean difference test based on mathced pair for knowing of whether
there is diffrence between corncorb for Pioner variety with Bisi 2 with the hypothesis:
H,
rejected if ttest
>
ttable . from that calculation, it is obtained !test
=0,3318 and
ttable
=2,228 which means there is no difference between comcorb for Pioner with
Bisi 2.
From the result oflaboratory test, it can
be
obtained that:
I. The percentage of Furfural produced from Pioner
type
is 9,84
%
and for Bisi 2 is
9,84
%
2. Water soluble of comcorb for Pioner
type
is 2,2112
%
and for Bisi 2 type is
2,4750
%
3. The weight of Furfural for Pioner type is 1,2593
grlml
and for Bisi 2 type is
,
1,1531 grim!
4. The index of bias for Furfural ofPioner
type
is 1,52 and for Bisi 2 type is 1,5166.
5. Seen from economical aspect toward the processing of comcorb into Furfural
using destilation at small industry scale by considering all factors related to
production process, in fact it has been suitable with the reference into small
industry profile published by Geberal Directore of Small Industry, Industry
Departement.
With production plan of Furfural is 96 kglday or 28,224 kg/year, it is obtained the
original price for Rp. 4505 /kg compared to Furfural price at world market for US
$
1,700/ton
or similar to Rp. 13,940/kg. In additon, to add the income of farmers for
corn plants with the present price Rp. 800 up to Rp 1000 /kg, it can also reduce the
burden for environment poll ution.
It
is caused that such as com or waste of corncorb
form Furfural making can be used as ketel distilation heater fuel.
III
