ANALISIS KEJADIAN CAMPAK PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
051000112 DESSY NATALYA P
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KEJADIAN CAMPAK PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
051000112 DESSY NATALYA P
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
ANALISIS KEJADIAN CAMPAK PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI
TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 051000112 DESSY NATALYA P
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Juni 2010
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Prof. dr. Nerseri Barus, MPH)
NIP : 194508171973022001 NIP : 195908181985032002 (drh. Rasmaliah, M.Kes)
Penguji II Penguji III
(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH)
NIP : 196404041992031005 NIP : 196404041992031005 (Drs. Jemadi, M.Kes)
Medan, Juni 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular, disebabkan oleh virus dengan gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala mata, diikuti erupsi makulopapula berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi kulit. Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2007, jumlah penderita campak adalah 1.146 orang.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian menganalisis kejadian campak pada anak balita. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Populasi adalah anak balita berusia 12 – 59 bulan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Besar sampel adalah 112 orang. Sampel adalah seluruh balita di lingkungan XIV dan pemilihan lingkungan ditentukan secara purposive.
Ditemukan prevalens rate campak 30,4%, proporsi anak balita berdasarkan umur dan jenis kelamin terbanyak pada anak yang tidak terkena campak kelompok umur 48-53 bulan dengan jenis kelamin perempuan 7,15%, status gizi baik 61,6%, yang tidak mendapat ASI eksklusif 69,6%, yang mendapatkan imunisasi 68,8%, yang mendapat imunisasi umur 9-11 bulan paling banyak pada jenis kelamin perempuan 35,1%, pendidikan ibu paling banyak adalah pendidikan tinggi 57,1%, pekerjaan ibu paling banyak adalah tidak bekerja 70,5%, pengetahuan ibu paling banyak adalah pengetahuan kurang 59,8%. Berdasarkan uji bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian campak p=0,018; RP=2,183. Variabel yang tidak berhubungan dengan campak adalah umur, jenis kelamin, status gizi, ASI Eksklusif, imunisasi, umur pemberian imunisasi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan campak adalah pengetahuan ibu. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = -0,620 + 1,076 X1.
Kepada Posyandu agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang campak sehingga mereka dapat memiliki pemahaman yang baik tentang campak dan pada gilirannya dapat menurunkan prevalens rate campak
ABSTRACT
Measles is a contagious disease caused by virus, the appearance of signs or symptoms are acute exanthem, fever, chataral of mucosa, rhinitis, conjunctivitis, reddish maculopapular rash, and ended with desquamation of the skin. Based on Health Profile of North Sumatera in 2007, there was 1.146 peoples contracted to measles.
The design of this reasearch was cross sectional. The goal of this study was to analize the occurance of measles of under-five children. This research was held in Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Population was all under-five children in Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Sample size was 112 children. Sample was all children in lingkungan XIV which was determined by purposively.
This research found the prevalence rate of measles was 30,4%, proportion of under-five children who didnot contract from measles most in female at age 48-53 month 7,15%, good level of nutrition 61,6%, proportion of under-five children who didn’t get exclusice breastfeeding 69,6%, proportion of under-five children who administered immunization 68,8%, proportion of under-five children who administered immunization by the age 9-11 month most in female 35,1%, proportion of mother’s education most in high education 57,1%, proportion of mother’s occupation most in housewife 70,5%, proportion of mother’s knowledge most in bad-knowledge 59,8%.
According to bivariate test, there was a significant correlation between mother’s knowledge with the occurance of measles (p=0,018; RP=2,183). Variables which had not significant correlation with measles were age, sex, level of nutrition, exclusive breastfeeding, child’s immunization status, age of immunization, mother’s education, and mother’s occupation. The most dominant factor related to measles was mother’s knowledge. The equation of regression was Y = -0,620 + 1,076 X1.
The local government clinic should enhance mother’s knowledge about measles then we may decrease the prevalence rate of measles.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
1. Nama : Dessy Natalya P
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 25 Desember 1986
3. Agama : Kristen Protestan
4. Anak ke : 2
5. Nama Ayah : J. Pasaribu
6. Nama Ibu : Alm. S. Sitorus
7. Alamat : Jl. Tuba II Gg. Tapanuli No. 11 B
Medan
8. Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1993-1999 : SD Negeri 068084 Medan
b. Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 3 Medan
c. Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 5 Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Analisis Kejadian Campak Pada Anak Balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ”
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen
Epidemiologi FKM USU
3. Ibu Prof. dr Nerseri Barus, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Penguji I, yang
telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan
6. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Penguji II, yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Jemadi, MKes, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
memberi bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
8. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
9. Kepada ayahanda tercinta J. Pasaribu dan ibunda tercinta S. Sitorus (alm),
kakakku Martina Uly Sartika Pasaribu, adik-adikku Daniel Septian Pasaribu,
Juwita Adelina Pasaribu, Monalisa Pasaribu dan Allwin Simarmata serta
saudaraku semuanya yang tersayang atas doa, semangat dan bantuan yang
diberikan kepada penulis.
10.Sahabatku Maria Christin Nainggo lan, Sondang Beatrix Siahaan dan Melisa
Siringo-ringo atas dukungan semangat dan doanya.
11.Teman-teman mahasiswa peminatan epidemiologi FKM USU (Novelina
Sirait, Ester Harianja, Nduma Lingga, Cut Hesty, Mena Siregar, Erikson
Marbun, Hendra Sitanggang, Sandro Sinaga, Desnal Simbolon, Doni, Melvida
Ginting) dan terima kasih atas kebersamaannya serta teman-teman peminatan
epidemiologi lain yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih buat
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dan kesempurnaannya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Penyakit Campak ... 7
2.2. Infectious Agent ... 7
2.3. Gejala Klinis ... 7
2.3.1. Stadium kataral (prodormal) ... 7
2.3.2. Stadium erupsi ... 8
2.3.3. Stadium konvalensi ... 8
2.4. Penularan Campak ... 8
2.5. Epidemiologi Campak ... 9
2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Campak ... 9
2.5.2. Determinan Penyakit Campak ... 11
2.6. Komplikasi Penyakit Campak ... 18
2.6.1. Otitis Media ... 18
2.6.2. Ensefalitis ... 18
2.6.3. Bronkopneumonia ... 18
2.6.4. Kebutaan ... 19
2.7. Pencegahan Penyakit Campak ... 19
2.7.1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) ... 19
2.7.2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) ... 19
2.7.3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) ... 19
2.7.4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) ... 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 24
3.2. Defenisi Operasional ... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 29
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 29
4.2.2. Waktu penelitian ... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
5.2.2. Karakteristik Anak Balida ... 39
5.3. Analisis Bivariat ... 44
5.3.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 44
5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 44
5.3.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 45
5.3.4. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 46
5.3.5. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita .... 46
5.3.6. Hubungan Umur Pemberian Imunisasi dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 47
5.3.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 48
5.3.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 49
5.3.9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita ... 49
5.4. Analisis Multivariat ... 50
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Analisis Univariat... 52
6.1.1 Prevalens Rate Campak ... 52
6.1.2. Umur dan Jenis Kelamin ... 54
6.1.3. Status Gizi ... 55
6.1.4. ASI Eksklusif ... 56
6.1.5. Status Imunisasi ... 57
6.1.7. Pendidikan Ibu ... 59
6.1.8. Pekerjaan Ibu ... 60
6.1.9. Pengetahuan Ibu ... 61
6.2. Analisis Bivariat ... 62
6.2.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Campak ... 62
6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Campak ... 63
6.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Campak ... 64
6.2.4. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Campak ... 66
6.2.5. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Campak ... 67
6.2.6. Hubungan Umur Pemberian Imunisasi dengan Kejadian Campak .... 69
6.2.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Campak ... 71
6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Campak ... 72
6.2.9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Campak ... 73
6.3. Analisis Multivariat ... 76
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 78
7.2. Saran ... 79
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Jumlah Balita di 15 Lingkungan Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 31
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Tegal Sari
Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 36
Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kelurahan Tegal Sari
Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 36
Tabel 5.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 37
Tabel 5.4. Distribusi Sarana Pendidikan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 37
Tabel 5.5. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kejadian Campak di Kelurahan
Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 38
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 39
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan Status Gizin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 40
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 40
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan
Status imunisasi Campak di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 41
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan Umur Pemberian Imunisasi Campak dan Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 41
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan
Pendidikan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan
Denai Tahun 2010 ... 43
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Anak Balita Penderita Campak Berdasarkan
Pengetahuan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 43
Tabel 5.14. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Kategori Umur Balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 44
Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan
Kategori Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 44
Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Kategori Status Gizi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 45
Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan
Kategori ASI Eksklusif di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 46
Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan
Kategori Status Imunisasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 46
Tabel 5.19. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Kategori Umur Pemberian Imunisasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala
III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 47
Tabel 5.20. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan
Kategori Pendidikan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 48
Tabel 5.21. Tabulasi Silang Kejadian Campak Pada Anak Balita Berdasarkan
Kategori Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 49
Kategori Pengetahuan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010... 49
Tabel 5.23 Identifikasi Variabel Dominan Kejadian Campak Pada Anak Balita di
Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 50
Tabel 5.24. Variabel Yang Berhubungan Dengan Kejadian Campak Pada Anak Balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24
Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita di
Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 52
Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 54
Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
Tahun 2010... 55
Gambar 6.4. Diagram Pie Distibusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
Tahun 2010... 56
Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 57
Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur Pemberian Imunisasi dan Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari
Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 58
Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Manda la III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 59
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 60
Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
Gambar 6.10. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan Umur di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 62
Gambar 6.11. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 63
Gambar 6.12. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 64
Gambar 6.13. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan ASI Eksklusif di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 66
Gambar 6.14. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010 ... 67
Gambar 6.15. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Umur Pemberian Imunisasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 69
Gambar 6.16. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 71
Gambar 6.17. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 ... 72
Gambar 6.18. Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita
Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Out Put SPSS
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian
ABSTRAK
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular, disebabkan oleh virus dengan gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala mata, diikuti erupsi makulopapula berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi kulit. Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2007, jumlah penderita campak adalah 1.146 orang.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian menganalisis kejadian campak pada anak balita. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Populasi adalah anak balita berusia 12 – 59 bulan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Besar sampel adalah 112 orang. Sampel adalah seluruh balita di lingkungan XIV dan pemilihan lingkungan ditentukan secara purposive.
Ditemukan prevalens rate campak 30,4%, proporsi anak balita berdasarkan umur dan jenis kelamin terbanyak pada anak yang tidak terkena campak kelompok umur 48-53 bulan dengan jenis kelamin perempuan 7,15%, status gizi baik 61,6%, yang tidak mendapat ASI eksklusif 69,6%, yang mendapatkan imunisasi 68,8%, yang mendapat imunisasi umur 9-11 bulan paling banyak pada jenis kelamin perempuan 35,1%, pendidikan ibu paling banyak adalah pendidikan tinggi 57,1%, pekerjaan ibu paling banyak adalah tidak bekerja 70,5%, pengetahuan ibu paling banyak adalah pengetahuan kurang 59,8%. Berdasarkan uji bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian campak p=0,018; RP=2,183. Variabel yang tidak berhubungan dengan campak adalah umur, jenis kelamin, status gizi, ASI Eksklusif, imunisasi, umur pemberian imunisasi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan campak adalah pengetahuan ibu. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = -0,620 + 1,076 X1.
Kepada Posyandu agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang campak sehingga mereka dapat memiliki pemahaman yang baik tentang campak dan pada gilirannya dapat menurunkan prevalens rate campak
ABSTRACT
Measles is a contagious disease caused by virus, the appearance of signs or symptoms are acute exanthem, fever, chataral of mucosa, rhinitis, conjunctivitis, reddish maculopapular rash, and ended with desquamation of the skin. Based on Health Profile of North Sumatera in 2007, there was 1.146 peoples contracted to measles.
The design of this reasearch was cross sectional. The goal of this study was to analize the occurance of measles of under-five children. This research was held in Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Population was all under-five children in Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Sample size was 112 children. Sample was all children in lingkungan XIV which was determined by purposively.
This research found the prevalence rate of measles was 30,4%, proportion of under-five children who didnot contract from measles most in female at age 48-53 month 7,15%, good level of nutrition 61,6%, proportion of under-five children who didn’t get exclusice breastfeeding 69,6%, proportion of under-five children who administered immunization 68,8%, proportion of under-five children who administered immunization by the age 9-11 month most in female 35,1%, proportion of mother’s education most in high education 57,1%, proportion of mother’s occupation most in housewife 70,5%, proportion of mother’s knowledge most in bad-knowledge 59,8%.
According to bivariate test, there was a significant correlation between mother’s knowledge with the occurance of measles (p=0,018; RP=2,183). Variables which had not significant correlation with measles were age, sex, level of nutrition, exclusive breastfeeding, child’s immunization status, age of immunization, mother’s education, and mother’s occupation. The most dominant factor related to measles was mother’s knowledge. The equation of regression was Y = -0,620 + 1,076 X1.
The local government clinic should enhance mother’s knowledge about measles then we may decrease the prevalence rate of measles.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.1
Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan
nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah
bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan
upaya seluruh potensi Bangsa Indonesia, baik masyarakat swasta maupun
pemerintah.1
Sesuai dengan visi pembangunan kesehatan yang ditetapkan Departemen
Kesehatan yaitu untuk mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat maka
direncanakanlah program-program yang mendukung demi tercapainya visi tersebut.
Salah satu dari program tersebut adalah pemberantasan dan pencegahan penyakit
yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
penyakit menular dan tidak menular.2
Diantara semua penyakit menular yang diprioritaskan tersebut, penyakit yang
penyebab kematian anak adalah penyakit campak. Campak merupakan penyakit
menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pada saat ini
campak masih dalam taraf reduksi berdasarkan kesepakatan global sidang WHO. Di
Indonesia program imunisasi campak sudah dimulai sejak tahun 1984 dengan
pemberian satu kali secara rutin kepada bayi umur 9 bulan.2,4
Pada periode sebelum ditemukannya vaksin campak di seluruh dunia, 100 juta
penderita dengan 6 juta kematian (CFR 6%) dilaporkan setiap tahun. Sedikit sekali
orang yang terbebas dari serangan campak selama hidupnya. Pada tahun 2002,
kematian campak di dunia yang dilaporkan sebanyak 777.000. Dari jumlah itu
202.000 atau 25,9% diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% kematian
campak tersebut berasal dari Indonesia.3,4
Pengenalan terhadap vaksin virus hidup telah menurunkan insiden penyakit
ini secara dramatis di Amerika Serikat tetapi masih menjadi penyebab kematian yang
utama pada anak-anak di beberapa negara berkembang khususnya pada anak yang
belum diimunisasi karena cakupan imunisasi rutin yang rendah. Sekitar tahun
1990-an di Amerika Serikat kemati1990-an karena campak sebesar 2-3 per 1000 kasus deng1990-an
kematian terutama pada anak-anak terutama dibawah 5 tahun, sedangkan di negara
berkembang tingkat fatalitas diperkirakan sebesar 3-5% tetapi di beberapa lokasi
sering kali berkisar antara 10%-30%.3,5
Campak jarang menyebabkan kematian pada orang sehat di negara maju.
Tetapi pada anak malnutrisi di negara berkembang dimana tidak tersedia perawatan
tahun 1999 campak menyebabkan hampir 1 juta kematian, sekitar 10% dari kematian
adalah anak-anak dibawah 5 tahun.6
Pada tahun 2006, jumlah penderita campak di Jerman sebanyak 2307 orang,
kemudian jumlah tersebut menurun pada tahun 2007 menjadi 567 orang, dan pada
tahun 2008 meningkat menjadi 917 orang. Di Spanyol jumlah penderita campak
sepanjang tahun 2006 sebanyak 362, kemudian pada tahun 2007 sebanyak 267 orang
penderita, dan pada tahun 2008 sebanyak 297 orang yang dilaporkan menderita
campak.7
Di Zambia pada tahun 2006 sebanyak 459 penderita campak yang dilaporkan,
kemudian pada tahun 2007 terdapat 535 penderita dan ada sebanyak 140 penderita
pada tahun 2008. Sedangkan di Thailand pada tahun 2006 terdapat 3.499 penderita
campak, kemudian sebanyak 3.893 penderita pada tahun 2007 dan jumlah kasus
meningkat tajam pada tahun 2008 yakni sebanyak 7.016 penderita.7
Di Amerika Serikat terjadi 66 kasus campak pada tahun 2005, kemudian pada
tahun 2006 dilaporkan terjadi 55 kasus campak dan sepanjang tahun 2007 terjadi
penurunan kasus campak yang dilaporkan menjadi 43 kasus. Sedangkan pada tahun
2006 di Malaysia tercatat 564 kasus campak, 394 kasus pada tahun 2007 dan 334
penderita campak pada tahun 2008.7 Selanjutnya di India tercatat sebanyak 60.751
penderita pada tahun 2006, kemudian pada tahun 2007 terdapat 36.900 penderita dan
tahun 2008 terjadi 4.818 kasus campak.7
Sebanyak 39.537 kasus campak termasuk 6 kematian dilaporkan sepanjang
bulan Maret tahun 2000 sampai Januari 2001 di Korea. Epidemi tersebut bermula di
konstan pada bulan Oktober 2000. Laporan lain yang diterima WHO sekitar 1.118
kasus campak dengan 76 kasus kematian (CFR 6,8%) di negara bagian Adamawa,
Nigeria pada tahun 2005. Negara bagian lain yang dilaporkan mengalami epidemi
campak adalah Gombe, Jigawa, Kaduna, Kano, and Kebbi.8,9
Berdasarkan hasil SKRT tahun 1996 tentang pola penyakit utama di Indonesia
prevalens rate penyakit difteri, pertusis dan campak sebesar 0,7%. Berdasarkan data
Susenas 2001, proporsi penderita campak di daerah perkotaan yang mengalami
keluhan campak adalah sebesar 0,1%, sedangkan proporsi penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan dan disertai gangguan aktivitas adalah sebesar 0,07% dari total
jumlah penduduk perkotaan 86.558.539 orang. Sedangkan di daerah pedesaan
proporsi penderita yang mengalami keluhan campak adalah sebesar 0,1% dan yang
mengalami keluhan campak yang disertai gangguan aktivitas adalah 0,08% dari total
penduduk 113.122.012 orang.10,11
Jumlah penderita campak di Indonesia selalu mencapai jumlah yang besar.
Kasus yang pernah tercatat sepanjang tahun 2002 adalah sebanyak 14.492 penderita,
tahun 2003 terdapat peningkatan kasus menjadi 24.457 penderita, dan tahun 2004
terjadi 29.171 kasus campak.7
Selanjutnya tahun 2005 berdasarkan data yang dilaporkan kepada WHO
sekurangnya terjadi 15.853 kasus campak, kemudian pada tahun 2006 terdapat
sebanyak 20.422 kasus, tetapi tahun 2007 dan 2008 terjadi penurunan jumlah kasus
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2007, jumlah penderita
campak adalah 1.146 orang.12
Pada tahun 2008, jumlah penderita campak di Kelurahan Tegal Sari Mandala
III Kecamatan Medan Denai adalah 26 orang.13
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dianalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian campak pada balita.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahuinya angka kejadian campak di Kelurahan Tegal Sari Mandala
III maka perlu dianalisis kejadian campak pada anak balita usia 12-59 bulan di
Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis kejadian campak pada anak balita usia 12-59 bulan
di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010.
1.3.2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalens rate campak pada anak balita usia 12-59 bulan
periode 1 tahun di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
Tahun 2010.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi anak balita berdasarkan umur dan jenis
kelamin, status gizi, ASI Eksklusif, status imunisasi, serta umur pemberian
imunisasi dan jenis kelamin.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu berdasarkan pendidikan, pekerjaan
d. Untuk mengetahui hubungan faktor anak (umur, jenis kelamin, status gizi, ASI
Eksklusif, status imunisasi, dan umur pemberian imunisasi) dengan kejadian
campak pada anak balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2010.
e. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (pendidikan, pekerjaan, dan
pengetahuan ibu) dengan kejadian campak pada anak balita di Kelurahan Tegal
Sari Mandala III kecamatan Medan Denai Tahun 2010
f. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap kejadian campak pada
anak balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Tahun 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Tegal Sari dalam program pencegahan
dan pemberantasan campak.
1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian
selanjutnya.
1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Penyakit Campak
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern,
dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa
Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan
saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.5,14,15,16
2.2. Infectious Agent
Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili
paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap
temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau
bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat
maka infektivitasnya akan hilang.3,15,17
2.3. Gejala Klinis
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:
2.3.1. Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal
yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa
prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
2.3.2. Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah
koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum
mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang
berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di
belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya
mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
2.3.3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.18
2.4. Penularan Campak
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui
sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan
sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya
ruam.3,19
2.5. Epidemiologi Campak
2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Campak a. Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi
anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak-anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala
orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi
untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau
belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi
cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak
akan memiliki imunitas seumur hidup. 3,5,20,21
b. Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat
terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum
dapat direalisasikan.16
Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun
1989-1991. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan
imunisasi, termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak
masih dapat menginfeksi sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat
Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus
campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735 kasus
campak pada tahun 2006.7
c. Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada
kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada
virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan
seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya dengan udara pada musim
kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki insiden kejadian campak yang relatif
tinggi pada musim-musim tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat
karena kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang
baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan
manusia.16
Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim
semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret
dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada
musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan
2.5.2. Determinan Penyakit Campak a. Host (Penjamu)
Beberapa faktor Host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara
lain:
a.1. Umur
Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi bayi
terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat
maternal antibodi yang tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan.
Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara signifikan
pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42% pada kelompok usia
kurang dari 4 tahun. Di luar periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan
yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan
individu daripada sifat alamiah virus.16
Di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Australia, anak-anak menghabiskan lebih
banyak waktu di rumah, tetapi ketika memasuki sekolah jumlah anak yang menderita
menjadi meningkat.16
Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan kasus campak di
negara industri terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada
anak dengan usia yang lebih muda di negara berkembang. Cakupan imunisasi yang
intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak
pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda.16,20
Penelitian Casaeri dengan desain kasus kontrol di Kabupaten Kendal
kemungkinan risiko 4,9 kali lebih besar untuk terinfeksi campak dibanding pada anak
umur kurang rentan.22
a.2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada
wanita ataupun pria. Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis besar lebih
tinggi daripada pria. Kejadian campak pada masa kehamilan berhubungan dengan
tingginya angka aborsi spontan.16
Berdasarkan penelitian Suwono di Kediri dengan desain penelitian kasus
kontrol mendapatkan hasil bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita campak lebih
banyak pada anak laki-laki yakni 62%.23
a.3. Umur Pemberian Imunisasi
Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta merupakan faktor yang
penting untuk menentukan umur imunisasi campak dapat diberikan pada balita.
Maternal antibodi tersebut dapat mempengaruhi respon imun terhadap vaksin campak
hidup dan pemberian imunisasi yang terlalu awal tidak selalu menghasilkan imunitas
atau kekebalan yang adekuat.
Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara masih mempunyai
antibodi dari ibu yang dapat mengganggu respons terhadap imunisasi. Menunda
imunisasi dapat meningkatkan angka serokonversi. Secara umum di negara
berkembang akan didapatkan angka serokenversi lebih dari 85% bila vaksin diberikan
pada umur 9 bulan. Sedangkan di negara maju, anak akan kehilangan antibodi
maternal saat berumur 12-15 bulan sehingga pada umur tersebut direkomendasikan
peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat campak yang cukup tinggi di
kebanyakan negara berkembang.19,24
Penelitian kohort di Arkansas menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan
anak yang mendapatkan vaksinasi pada usia >15 bulan, anak yang mendapatkan
vaksinasi campak pada usia <12 bulan memiliki risiko 6 kali untuk terkena campak.
Sedangkan anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan
memiliki risiko 3 kali untuk terkena campak dibanding dengan anak yang mendapat
vaksinasi pada usia 15 bulan.25
Sedangkan sebuah studi kasus kontrol yang juga dilakukan di Arkansas
menyebutkan bahwa anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14
bulan memiliki kemungkinan risiko terkena campak 5,6 kali lebih besar dibanding
anak yang mendapatkan vaksin pada usia 15 bulan atau lebih.25
a.4. Pekerjaan
Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih mudah
mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap penyakit yang
ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua
untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung
memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak
dari orang tua yang berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko
imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding
a.5. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang
berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan
juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan,
dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau
masalah baru.28
Penelitian Agunawan di desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat dengan
desain cross sectional menyebutkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan kejadian penyakit campak pada balita (p=0,000).29
a.6. Imunisasi
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari
berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi
dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi
relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian
imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi
peluang seseorang yang rentan untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum
diimunisasi akan tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan
agen infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat biasanya
Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan
serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar
kasus dan kematian.
Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat
diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat
menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak
sudah mempunyai imunitas.24
Sebuah penelitian kohort yang dilakukan terhadap 627 siswa di Arkansas
mendapatkan bahwa anak yang tidak mendapatkan vaksinasi berisiko 20 kali untuk
terkena campak daripada anak yang memiliki riwayat vaksinasi pada usia 15 bulan
atau lebih.25
Berdasarkan penelitian I Made Suardiyasa di kabupaten Tolitoli Sulawesi
Tengah menyebutkan bahwa anak yang tidak diimunisasi berisiko 29 kali untuk
terkena campak dibanding anak yang mendapat imunisasi.30
a.7. Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi, tetapi
belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan penyakit campak
dan efek yang ditimbulkan penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan
penurunan selera makan dan kemampuan untuk mencerna makanan. Scrimshaw
mencatat bahwa kematian karena campak pada anak-anak yang ada di desa
Guatemala menurun dari 1% menjadi 0,3% tiap tahunnya ketika anak-anak tersebut
diberikan suplemen makanan dengan kandungan protein tinggi. Sedangkan pada desa
angka kematian menunjukkan angka 0,7%. Tetapi karena hanya 27% saja dari
anak-anak tersebut yang secara teratur mengkonsumsi protein ekstra, dapat disimpulkan
bahwa perubahan rate yang didapatkan pada kasus observasi tidak seluruhnya
disebabkan oleh suplemen makanan.
Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang menyebabkan
kegawatan campak bukanlah protein dan kalori tetapi vitamin A. Ketika terjadi
defisiensi vitamin A, kematian atau kebutaan menyertai penyakit campak. Apapun
urutan kejadiannya, kematian yang berhubungan dengan penyakit campak mencapai
tingkat yang tinggi, biasanya lebih dari 10% terjadi pada keadaan malnutrisi.15,18
Penelitian I Made Suardiyasa di kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah
menyebutkan bahwa risiko anak yang memiliki status gizi kurang untuk terkena
campak adalah 5,4 kali dibanding anak dengan status gizi baik.30
Sedangkan penelitian Sulung di Puskesmas Kori Kecamatan Kodi Utara
Kabupaten Sumba Barat dengan desain cross sectional terhadap anak berumur 6 bulan
-15 tahun mendapatkan hasil bahwa kejadian campak ada hubungannya dengan status
gizi dimana anak dengan status gizi kurang mempunyai kemungkinan risiko 2,9 kali
lebih besar untuk terkena campak.31
a.8. ASI Eksklusif
Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat di dalam ASI
yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru. Delapan belas diantaranya
berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam ASI/kolostrum.
Imunoglobulin yang terpenting yang dapat ditemukan pada kolostrum adalah IgA,
IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi terhadap
penyakit infeksi. Selain daripada itu imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan
berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi sampai umur
beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis
penyakit. Adapun jenis antibodi yang dapat ditransfer dengan baik melalui plasenta
adalah difteri, tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.32
Suatu penelitian dengan desain kohort yang dilakukan di Swedia
mendapatkan hasil bahwa pemberian ASI selama >3 bulan dapat memberi
perlindungan terhadap infeksi penyakit campak dengan kata lain pemberian ASI
merupakan faktor protektif terhadap kejadian campak (OR = 0,69).33
b. Agent
Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili
Paramyxoviridae.3
c. Lingkungan
Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan
cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada
populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni <
400.000 orang.19
Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak
jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke
dalam komunitas tertutup yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan
terjadi dengan cepat dan angka serangan mendekati 100%. Pada tempat dimana
2.6. Komplikasi Penyakit Campak
Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai akibat
replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain. 3,20
2.6.1. Otitis Media Akut
Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder.
2.6.2. Ensefalitis
Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak
atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus campak hidup,
pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai
Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian ensefalitis setelah
infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan
virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun
setelah infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak
pada 2 tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
bahwa virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi
setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
2.6.3. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus,
Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang
masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun
2.6.4. Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang
akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.
2.7. Pencegahan Penyakit Campak
2.7.1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan
dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.34
2.7.2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang
terkena penyakit campak, yaitu :3,35
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi
sampai jangka waktu 4-5 tahun.
2.7.3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini
mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan
ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas
a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik
atau darah.
b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk
sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada
ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan
pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari
keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan
pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.
c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya
diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi
terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,
ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.
2.7.4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun
secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas
2.8. Pengetahuan
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena itu perilaku ini
terjadi melalui adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua.29
2.8.1. Perilaku tertutup
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
2.8.2. Perilaku terbuka
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses adopsi perilaku
menurut Rogers (1974) bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku, di dalam
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Selanjutnya, tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara
benar tentang objek yang diketahuinya tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dati komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan tertulis
atau angket.
Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai vaksinasi
khususnya vaksin campak memiliki risiko 9,2 kali untuk tidak membawa anaknya
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Penderita Campak adalah anak balita usia 12-59 bulan yang pernah mengalami
penyakit campak dengan gejala panas, batuk, timbul bintik-bintik merah pada
tubuh, penebalan telinga dan konjungtivitis pada mata selama 1 tahun terakhir.
Kejadian Campak
Faktor Anak : Umur
Jenis kelamin Status gizi ASI Eksklusif Status imunisasi
Umur pemberian imunisasi
Faktor Ibu: Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan
3.2.2. Responden adalah ibu dari sampel yaitu anak balita usia 12-59 bulan yang
berdomisili di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
Tahun 2010.
3.2.3. Kejadian campak adalah hasil wawancara dengan responden terhadap riwayat
penyakit campak yang pernah dialami oleh sampel selama satu tahun terakhir.
Pengukuran dilakukan dengan skala nominal yaitu :
1. Campak 2. Tidak campak
3.2.4. Umur anak adalah usia anak (dalam bulan) pada saat dilakukan pengumpulan
data yang dikategorikan berdasarkan nilai cut of point yang diambil berupa
nilai tengah (median) didapat nilai median bulan, dengan demikian
pengkategoriannya menjadi :
1. 12-31 bulan 2. 32-59 bulan
3.2.5. Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh anak dan dibedakan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.6. Status gizi adalah keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan
melakukan pengukuran antropometri Berat Badan menurut Umur kemudian
diinterprestasikan dengan standar WHO-NCHS (National Centre for Health
Statistic) dengan menggunakan indikator BB/U, yang dikelompokkan atas :38
1. Gizi lebih, bila nilai Z – Score > +2 SD
4. Gizi buruk, bila nilai Z – Score < - 3 SD
Selanjutnya untuk analisa statistik, status gizi dikategorikan menjadi :
1. Status gizi kurang, jika anak mempunyai status gizi kurang dan buruk 2. Status gizi baik, jika anak mempunyai status gizi baik dan gizi lebih.
3.2.7. ASI Eksklusif adalah tindakan ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif
selama 6 bulan kepada bayi yang dikategorikan menjadi :
1. Tidak 2. Ya
3.2.8. Status Imunisasi adalah pemberian imunisasi campak kepada bayi yang
dibedakan menjadi :
1. Tidak 2. Ya
3.2.9. Umur Pemberian Imunisasi adalah usia (dalam bulan) saat balita menerima
imunisasi campak pertama sekali yang diperoleh dari kartu menuju sehat
balita, yang dibedakan atas :
1. < 9 dan > 11 bulan 2. 9-11 bulan
3. Tidak imunisasi
Untuk analisa statistik, umur pemberian imunisasi dikategorikan menjadi : 1. Risiko tinggi, jika tidak imunisasi, < 9 bulan dan > 11 bulan
2. Risiko rendah, jika umur pemberian imunisasi 9-11 bulan
3.2.10. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh Ibu
pada saat dilakukan survei, yang di kelompokkan atas :
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. SD
4. SMA
5. Akademik/PT
Untuk analisa statistik, pendidikan dikategorikan menjadi :
1. Pendidikan rendah, jika pendidikan responden tidak sekolah, SD dan SLTP.
2. Pendidikan tinggi, jika pendidikan responden SLTA dan Akademik/Perguruan Tinggi.
3.2.11. Pekerjaan adalah aktivitas/kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh Ibu
pada saat dilakukan pengumpulan data yang dibedakan atas :
1. PNS 2. Wiraswasta 3. Pegawai Swasta 4. Petani
5. Ibu rumah tangga 6. Lain-lain
Kemudian untuk analisa statistik dikategorikan menjadi :
1. Bekerja, jika pekerjaan ibu adalah PNS, wiraswasta, pegawai swasta, petani, dan lain-lain.
2. Tidak bekerja, jika pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga.
3.2.12. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden terhadap penyakit campak
dengan menanyakan seperangkat pertanyaan.
Untuk mengukur pengetahuan responden maka skala pengukuran digunakan
sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 7 yang akan
dijawab responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut :
Selanjutnya ditetapkan nilai maksimum = 14 dan nilai minimum = 0 jika
seluruh pertanyaan dijawab salah. Berdasarkan skoring maka pengetahuan
responden dibedakan atas :
1. Kurang, jika responden mendapatkan nilai < 60% dari nilai yang telah diberi skoring
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan ini belum pernah dilakukan
penelitian dengan topik tersebut.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2009 sampai Juni 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12-59 bulan yang
berdomisili di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun
2010 yang berjumlah 3.812 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah seluruh anak balita berusia 12-59 bulan di lingkungan XIV.
a. Besar Sampel39
Besar sampel dihitung dengan rumus penghitungan besar sampel minimal
dibawah ini yaitu :
n =
Keterangan:
n = besar sampel minimal
p = proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi.
d = tingkat ketepatan absolut (presisi)
z = standar deviasi normal sesuai dengan dengan derajat kemaknaan 95%.
CI = tingkat kepercayaan (95%)
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel minimal adalah :
n =
n = 96
Untuk mengantisipasi adanya kekurangan sampel maka besar sampel minimal
ditambah 10% dari minimal sampel
sehingga besar sampel (n) = 96 + 9,6
Di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan, pemilihan
lingkungan adalah secara purposive. Alasan pemilihan lingkungan adalah karena
keterbatasan biaya dan waktu dari peneliti. Berdasarkan data dari Kelurahan Tegal
Sari Mandala III, di lingkungan XIV jumlah seluruh anak adalah 112 orang. Adapun
jumlah balita di tiap lingkungan dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Jumlah Balita di 15 Lingkungan Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010.
No Lingkungan Jumlah Balita
1 Lingkungan I 233
2 Lingkungan II 86
3 Lingkungan III 83
4 Lingkungan IV 269
5 Lingkungan V 339
6 Lingkungan VI 337
7 Lingkungan VII 306
8 Lingkungan VIII 168
9 Lingkungan IX 163
10 Lingkungan X 366
11 Lingkungan XI 414
12 Lingkungan XII 258
13 Lingkungan XIII 440
14 Lingkungan XIV 112
15 Lingkungan XV 238
Jumlah 3.812
Berdasarkan tabel di atas, maka seluruh anak balita umur 12-59 bulan di
lingkungan XIV diambil menjadi sampel penelitian karena telah memenuhi syarat
4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan responden mengenai kejadian campak selama satu tahun terakhir pada anak
balitanya dengan menggunakan kuesioner tertutup yang meliputi : pekerjaan ibu,
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, umur anak, jenis kelamin, status gizi balita, ASI
Eksklusif, status imunisasi, dan umur pemberian imunisasi.
4.4.2. Data Sekunder
Untuk data sekunder didapatkan dari Kantor Kelurahan berupa data demografi
dan geografi lokasi penelitian.
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
komputer yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui
tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis yang dilakukan adalah:
4.5.1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau
besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
4.5.2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan menghitung Rasio Prevalens. Untuk mengetahui ada
tidaknya kemaknaan dilakukan analisis uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan
Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus :40
RP = A/(A+B) : C/(C+D)
Keterangan :
A/(A+B) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang
mengalami campak
C/(C+D) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami campak
4.5.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis bivariat,
melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression) untuk
mencari faktor risiko yang paling dominan pada beberapa variabel yang dilakukan
secara bersama-sama terhadap terjadinya campak. Tahapan analisis multivariat yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model.
Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian campak
adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25.41
2) Penentuan faktor-faktor penyebab kejadian campak, variabel yang akan
Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan secara
serentak variabel bebas menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25).
Variabel bebas tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap (Backward
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Geografis42
Kelurahan Tegal Sari Mandala III terletak di Kecamatan Medan Denai Kota
Medan dengan luas wilayah 1,02 Km2 dan memiliki 15 lingkungan.
Batas-batas wilayah Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan
Denai adalah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari Mandala I dan
Kelurahan Tegal Sari Mandala II.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Binjai.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari Mandala I dan Tegal
Sari Mandala III Kecamatan Medan Area.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan sungai
denai.
5.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala III sebanyak 35.958 jiwa
dan 6.949 KK serta 15 lingkungan. Secara rinci data kependudukan menurut agama
dan suku di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010