Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
DIBEBERAPA PASAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
SKRIPSI
Oleh :
SONETA BUTARBUTAR NIM. 031000137
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B DAN NATRIUM BENZOAT PADA CABAI MERAH ( capsicum annum l.) GILING YANG DIJUAL DIBEBERAPA
PASAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
SONETA BUTARBUTAR NIM. 031000137
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul
ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B DAN NATRIUM BENZOAT PADA CABAI MERAH ( capsicum annum l.) GILING YANG DIJUAL DIBEBERAPA
PASAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh
SONETA BUTARBUTAR NIM. 031000137
Yang telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 3 Juli 2007 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
TIM PENGUJI
Ketua Penguji Penguji I
dr. Wirsal Hasan, MPH DR. Irnawati marsaulina, MS
NIP. 131645295 NIP. 1312089428
Penguji II Penguji III
Ir. Evi Naria, Mkes Dra. Nurmaini, MKM
NIP. 132049787 NIP. 131996171
Medan, September 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
dr. Ria Masniri Lubis, Msi NIP. 131124053
Abstrak
Cabai merah (Capsicum annum L.) giling adalah hasil penggilingan cabai merah. Pada umumnya cabai merah giling dapat bertahan paling lama lima hari sebelum akhirnya busuk. Penggunaan bahan tambahan makanan seperti Rhodamin B bertujuan untuk mendapatkan warna yang lebih bagus dan Natrium benzoat bertujuan untuk mendapatkan daya tahan yang lama.
Penggunaan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, keracunan, dan gangguan fungsi hati atau kanker hati dengan cara menumpuk di lemak sedangkan natrium benzoat jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan keram perut, rasa kebas dimulut, bersifat akumulatif di hati yang dapat menimbulkan penyakit kanker dan kematian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengethui ada tidaknya penggunaan Rhodamin B, Natrium benzoat, dan menganalisa kadar Natrium benzoat pada cabai merah giling.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif yaitu dengan menggunakan metode pelarut air untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan Rhodamin B, metode esterifikasi untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan natrium benzoat, dan metode titrasi unruk mengetahui kadar natrium benzoat pada cabai merah giling.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 10 sampel cabai merah giling tidak satupun sampel yang mengandung Rhodamin B dan dua sampel yang mengandung Natrium bemzoat yaitu pada pedagang yang memproduksi sendiri di pasar Sambu dengan kadar natrium benzoat sebesar 1,10 g/kg dan Suka Rame dengan kadar Natrium benzoat sebesar 0,87 g/kg. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang penggunaan Natrium benzoat yang diijinkan adalah tidak melebihi 1g/kg.
Dengan demikian, cabai merah giling yang berasal dari pedagang yang memproduksi sendiri di pasar Suka Rame masih aman untuk dikonsumsi dan cabai merah giling yang berasal dari pedagang yang memproduksi sendiri di pasar Sambu tidak aman untuk dikonsumsi.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Sang Juru Selamat karena Anugrah dan
kasihNya semata penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Analisa
Kandungan Rhodamin B dan Natrium Benzoat pada Cabai Merah ( capsicum annum l.) Giling Yang Dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Medan Tahun 2007”
yang merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di
FKM USU Medan
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, Msi., Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Indra Chahaya, Msi., Selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Wirsal Hasan, MPH, Selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan pikiran dan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
4. DR. Irnawati Marsaulina, MS., Selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pikiran dan waktu dalam memberikan bimbingan,
petunjuk dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Dra. Norma Sinaga Selaku Dosen Pembimbing di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
7. Buat Orang tuaku yang terkasih M. Tampubolon yang selalu ada untuk
mendoakan, mendukung, memotivasi, menasehati, membimbing da
menyediakan segala meteri yang diperlukan.
8. Buat semua saudara-saudaraku. Terimakasih untuk doa dan dukungan yang
kalian berikan.
9. Buat rekan-rekan seperjuangan stambuk 2003 terkhusus Ade Christa, Ermi
Susanti, Jamari, Dahlia, Yanz Stefanus, Ruth, Novri, Echa. Terimakasih untuk semua kebersamaan kita.
10. Buat teman-teman kelompok kecil Ester. K’ Sandes, Vierto, Novri dan Eva.
Terimakasih untuk semua doa, motivasi dan dukungannya
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Akhirnya pada semua pihak yang telah medukung penyelesaian skripsi ini,
penulis mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
kiranya Tuhan memberkati.
Medan, Juli 2007
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Setiap orang
memiliki hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dalam
rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka pemerintah telah
mengusahakan berbagai cara dan upaya sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 10 yang dilakukan melalui beberapa kegiatan, dimana salah
satu dari kegiatan itu adalah pengamanan makanan dan minuman (Depkes RI, 1992).
Keamanan makanan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau
bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah zat itu
secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur secara
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
1992). Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan
bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak
boleh digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering
mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai
dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian
sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan
makanan yang berbahaya (Syah, 2005).
Zat pewarna seperti halnya citarasa, juga merupakan suatu pelengkap daya
tarik makanan, minuman, serta bumbu masak. Penambahan zat warna dalam
makanan, minuman, dan bumbu masak seperti cabai giling mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen. Rhodamin B terbuat dari
dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik
bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol dam sutra.
Zat pewarna sintesis Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna yang dilarang untuk
makanan dan dinyatakan sebagai bahan berbahaya menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/1985 dan direvisi melalui Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang zat warna yang dinyatakan
berbahaya dan dilarang di Indonesia.
Penggunaan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Walaupun penggunaan Rhodamin B
telah dilarang digunakan tetapi masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat
Rhodamin B untuk produk cabai merah giling sebagai pewarna merah. Alasan
penggunaan pewarna ini adalah untuk memperbaiki warna merah cabai merah giling
yang berkurang (menjadi pundar) akibat penambahan bahan campuran seperti wortel.
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia menyatakan bahwa cabai merah giling di DKI Jakarta
mengandung zat pewarna yang tidak diijinkan untuk dimakan seperti Rhodamin B
(Djarismawati, 2004).
Bahan pengawet berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba agar
makanan dan minuman bisa bertahan lama. Penggunaan pengawet terutama
dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi makanan mudah rusak. Dengan
pemberian bahan pengawet tersebut, diharapkan makanan tetap terpelihara
kesegarannya. Selain itu untuk mencegah terjadinya kerusakan bahan makanan
(Syah, 2005).
Natrium Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan
dan minuman. Penggunaan bahan pengawet tidak selalu aman terutama jika
digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Di Indonesia, penggunaan Natrium
Benzoat dalam makanan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan. Tingginya kandungan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
merah giling dapat menimbulkan gejala kejang-kejang terus menerus, hiperaktif,
penurunan berat badan dan dapat menyebabkan kematian (Nurcahyani, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian
terhadap cabai merah giling yang dijual di beberapa pasar di kota Medan. Mengingat
cabai merah giling hanya dapat bertahan paling lama 5 hari, harganya murah, banyak
diperdagangkan dan banyak dijumpai penggunaannya dalam masyarakat.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui ada
tidaknya Rhodamin B dan Natrium Benzoat sebagai bahan tambahan makanan pada
cabai merah giling dan menganalisa kadar Natrium Benzoat pada cabai merah giling
yang dijual di beberapa pasar di kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keberadaan zat pewarna Rhodamin B dan zat pengawet
Natrium Benzoat dan kandungan Natrium Benzoat yang digunakan sebagai bahan
tambahan pada cabai merah giling yang dibuat oleh penyalur dan pedagang yang
memproduksi sendiri cabai merah giling yang dijual di beberapa pasar di kota
Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
1. Untuk mengetahui ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B yang dibuat oleh
penyalur dan pedagang yang memproduksi sendiri cabai merah giling yang
beredar di beberapa pasar di kota medan.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya zat pengawet Natrium Benzoat yang dibuat oleh
penyalur dan pedagang yang memproduksi sendiri cabai merah giling yang
beredar di beberapa pasar di kota medan.
3. Untuk memeriksa kandungan zat pengawet Natrium Benzoat yang terdapat di
dalam produk cabai merah giling yang dibuat oleh penyalur dan pedagang yang
memproduksi sendiri cabai merah giling yang beredar di beberapa pasar di kota
medan.
4. Untuk menganalisa kandungan zat pengawet Natrium Benzoat yang terdapat di
dalam produk cabai merah giling yang dibuat oleh penyalur dan pedagang yang
memproduksi sendiri cabai merah giling dan dibandingkan dengan Permenkes RI
No. 722/Menkes/Per IX/1988.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk bagi produsen atau pengolah makanan dalam memproduksi
cabai merah giling.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam memilih makanan olahan yang aman
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
3. Memberi masukan bagi Departemen Kesehatan, instansi, dan dinas terkait untuk
lebih memperhatikan penggunaan pengawet dan pewarna sebagai bahan
tambahan makanan khususnya pada cabai merah giling yang beredar dipasaran.
4. Sebagai masukan dan pengalaman bagi penulis mengenai bahan tambahan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
2.1. Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan
Makanan diperlukan untuk kehidupan, karena dari makanan didapatkan
energi yang diperlukan untuk melangsungkan pelbagai faal tubuh. Dalam ilmu
kedokteran atau kesehatan telah lama diketahui bahwa antara makanan dan kesehatan
terdapat hubungan erat. Misalnya, seseorang yang memakan makanan yang tidak
cukup mengandung gizi mudah terserang penyakit kekurangan gizi. Selanjutnya ilmu
kedokteran atau kesehatan juga memperhatikan cara mengelola bahan makanan,
karena jika cara mengelola tersebut salah akan mengakibatkan kerusakan beberapa
zat yang terdapat dalam bahan makanan. Kesemua hal yang menyangkut makanan
ini bukan menjadi perhatian ilmu kesehatan lingkungan (Azwar, 1996).
Dari sudut kesehatan lingkungan perhatian terutama ditujukan pada higiene
dan sanitasi makanan tersebut. Kebersihan makanan dan minuman adalah:
1. Kebersihan dari makanan minuman itu sendiri yang merupakan usaha higiene
makanan.
2. Kebersihan dari lingkungan sekitar dimana makanan itu berada. Hal ini merupakan
usaha sanitasi makanan.
Sanitasi makanan dan minuman tidak dapat dipisahkan dari sanitasi lingkungan
karena sanitasi makanan dan minuman adalah usaha untuk mengamankan dan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu
(Yuliarsih, 2002):
1. Faktor fisik
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh faktor fisik adalah ruangan
yang kurang mendapat pertukaran udara yang kurang lancar, suhu yang panas atau
lembab, dan lain-lain.
2. Faktor kimia
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh faktor kimia adalah karena :
a. Adanya pencemaran gas atau cairan yang merugikan kesehatan atau adanya
partikel-partikel yang beracun.
b. Zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan.
c. Zat pewarna tekstil yang digunakan untuk memberi warna pada makanan.
d. Obat-obat penyemprot hama yang digunakan untuk sayuran dan buah ketika
ditanam.
3. Mikrobiologi
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh faktor mikrobiologi karena
adanya pencemaran oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit.
2.2. Makanan dan Kesehatan
Secara umum makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi
(mengandung hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral). Makanan merupakan salah
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kebiasaan
mengolah makanan secara tradisional, menyimpan dan penyajian yang tidak bersih,
dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
Ada dua faktor yang menyebabkan suatu makanan menjadi berbahaya bagi
manusia antara lain (Chandra, 2006):
1. Kontaminasi
a. Parasit, misalnya: cacing dan amuba.
b. Golongan mikroorganisme, misalnya: salmonela dan shigella.
c. Zat kimia, misalnya: bahan pengawet dan pewarna.
d. Bahan-bahan radioaktif, misalnya kobalt dan uranium.
e. Toksin atau racun yang dihasilkan mikroorganisme, misalnya: stafilokokus dan
clostridium botulinum.
2. Makanan yang pada dasarnya telah mengandung zat berbahaya, tetapi tetap
dikonsumsi manusia karena ketidaktahuan mereka dapat dibagi menjadi tiga
golongan:
a. Secara alami makanan itu memang telah mengandung zat kimia beracun,
misalnya singkong yang mengandung HCN, ikan, dan kerang yang
mengandung unsur toksik tertentu ( Hg dan Cd) yang dapat melumpuhkan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
b. Makanan dijadikan sebagai media perkembangbiakan sehingga dapat
menghasikan toksin yang berbahaya bagi manusia, misalnya dalam kasus
keracunan makanan akibat bakteri.
c. Makanan sebagai perantara. Jika suatu makanan yang terkontaminasi
dikonsumsi manusia, di dalam tubuh manusia agent penyakit pada makanan itu
memerlukan masa inkubasi untuk berkembangbiak dan setelah beberapa hari
dapat mengakibatkan munculnya gejala penyakit. Misalnya penyakit typhoid
abdominalis dan disentri basiler.
2.3. Higiene Perorangan
Para pekerja yang menangani bahan pangan seperti menyembelih,
menyimpan, mengangkut, mengolah atau mempersiapkan sering menyebabkan
kontaminasi mikrobiologis pada bahan pangan. Para pekerja yang terinfeksi oleh
patogen dapat mengkontaminasi makanan tersebut dengan memegangnya.
Pengolahan yang tidak terkendali dengan baik dapat meningkatkan bahaya dengan
memberi peluang organisme patogen atau perusak tetap hidup atau berkembang biak.
Kriteria penjamah makanan yang memenuhi syarat kesehatan :
1. Seorang penjamah makanan harus mempunyai temperamen yang baik.
2. Seorang penjamah makanan harus mengetahui higiene perorangan yang terdiri dari
kebersihan panca indra dan kebersihan pakaian kerja.
3. Harus berbadan sehat dengan mempunyai surat keterangan sehat.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Pekerja yang sakit flu, demam atau diare sebaiknya tidak dilibatkan dalam
proses makanan sampai gejala-gejala hilang. Pekerja yang memiliki luka pada
tubuhnya harus menutupi luka tersebut dengan pelindung yang kedap air, misalnya
plester, sarung tangan plastik atau karet untuk menjamin tidak berpindahnya mikroba
ke dalam makanan.
Setiap tenaga pengolahan makanan pada saat bekerja harus memakai
(Hardinsyah, 2000) :
a. Celemek
Celemek yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak boleh digunakan sebagai
lap tangan. Setelah tangan menyentuh celemek sebaiknya segera dicuci. Celemek
harus ditanggalkan bila pekerja meninggalkan ruang pengolahan.
b. Tutup kepala
Rambut dari kepala, muka atau lengan, walaupun kadang-kadang terkontaminasi
oleh S.aureus dan bakteri lain bukan merupakan sumber kontaminasi utama
mikroba pada makanan. Penanganan, menyisir dan penyikatan rambut mungkin
akan memindahkan mikroorganisme lebih banyak pada makanan melalui tangan
daripada rambut yang jatuh ke dalam makanan tidak disukai. Oleh karena itu
penggunaan tutup kepala dalam ruangan pengolahan makanan lebih berdasarkan
pertimbangan estetik daripada keamanan pangan. Tutup kepala harus dikenakan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 c. Sarung tangan
Sarung tangan kadang-kadang robek atau berlubang dan kerugian lain dari sarung
tangan adalah umumnya jarang dicuci sesering tangan. Sarung tangan plastik
sekali pakai biasanya berguna untuk menangani makanan masak atau makanan
lain yang tidak dipanaskan lebih lanjut. Sarung tangan ini hanya dipakai untuk
tujuan tertentu dan dibuang bila menjadi kotor, berlubang atau robek.
d. Tidak merokok dan tidak makan / mengunyah
Makan, merokok, dan mengunyah selama penanganan makanan secara estetik
tidak diterima dan memberi peluang perpindahan organisme dengan tangan dari
bibir dan mulut pada makanan. Mengunyah tembakau dan merokok mendorong
keluarnya ludah yang dapat mengkontaminasi makanan.
e. Tidak memakai perhiasan
Perhiasan seperti cincin dan jam tangan harus dilepaskan sebelum memasuki
daerah pengolahan. Penggunaan make-up dan parfum juga tidak diperkenankan.
f. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja
Selama pencucian tangan dimana terbentuk busa yang kemudian dibilas akan
menghilangkan banyak mikroba patogen yang berasal dari makanan. Pada waktu
pencucian tangan, kombinasi aktivitas emulsifikasi dari sabun pada lemak, minyak
dan pelumas, efek abrasif dari penggosokan air akan menghilangkan dan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
ini. Tangan dibasahi di bawah air hangat yang mengalir, tangan diberi busa dan
digosok-gosok paling sedikit 15 detik. Selanjutnya dibilas dan dikeringkan dengan
handuk kering.
g. Selalu memakai pakaian yang bersih
Pakaian pengolah makanan harus selalu bersih. Apabila tidak ada ketentuan
khusus untuk menggunakan seragam, pakaian sebaiknya tidak bermotif dan
berwarna terang. Hal ini dilakukan agar pengotoran pada pakaian dapat terlihat.
Pakaian kerja sebaiknya dibedakan dengan pakaian harian. Disarankan untuk
mengganti dan mencuci pakaian secara periodik untuk mengurangi resiko
kontaminasi.
2.4. Fasilitas Sanitasi Penyediaan Air Bersih
Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit. Volume
rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter.
Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar
kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a. Air hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat
disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas.
b. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
c. Air tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara
alamiah. Proses-proses yang telah dialami oleh air hujan tersebut, di dalam
perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih
murni dibandingkan air permukaan.
Air yang diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut
antara lain (Chandra, 2006):
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung pelbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia dan atau hewan, dan lazimnya muncul
karena hasil perbuatan manusia. Pengolahan air limbah perlu dilakukan mengingat air
limbah mengandung banyak zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Adapun tujuan pengolahan air limbah adalah untuk:
a) Melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit.
b) Melindungi timbulnya kerusakan tanaman terutama jika air limbah tersebut
mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan hidup.
Jika air limbah tersebut dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya maka
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:
1. Tidak sampai mengotori sumber air minum.
2. Tidak menjadi tempat berkembangbiaknya pelbagai bibit penyakit dan vektor.
3. Tidak mengganggu kesenangan hidup, misalnya dari segi bau dan pemandangan.
4. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk berekreasi,
berenang, dan sebagainya.
5. Tidak terbuka.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengolahan air limbah dilakukan dalam dua
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
1. Menyalurkan air limbah tersebut jauh dari daerah tempat tinggal, tanpa diolah
sebelumnya.
2. Menyalurkan air limbah tersebut setelah diolah sebelumnya, dan kemudian
dibuang ke alam.
Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan
manusia tetapi yang bukan biologis dan umumnya bersifat padat. Macam dan
komposisi sampah beraneka ragam. Demikian pula jumlah yang dihasilkan karena
jumlah sampah pada umumnya ditentukan oleh:
1. Kebiasaan hidup masyarakat
2. Musim atau waktu
3. Standar hidup
4. Macam masyarakat
5. Cara pengelolaan sampah
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah yang dianggap
baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit
serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu
penyakit. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah meliputi tiga hal
pokok yaitu:
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara, sebelum sampah tersebut
dikumpulkan untuk kemudian diangkut serta dibuang. Dalam penyimpanan sampah
yang bersifat sementara, sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk
macam atau jenis sampah tertentu. Adapun syarat-syarat tempat sampah yang
dianjurkan adalah:
a. Konstuksinya kuat dan tidak mudah bocor.
b. Tempat sampah mempunyai tutup.
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat.
2. Pengumpulan sampah
Sampah yang disimpan sementara perlu dikumpulkan untuk kemudian diangkut
dan dibuang atau dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpulkan cukup
besar maka perlu dibangun rumah sampah. Tempat pengumpulan sampah yang
memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut:
a. Dibangun di atas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah
b. Mempunyai dua buah pintu satu untuk untuk tempat masuk sampah dan yang lain
untuk mengeluarkan
c. Perlu ada lubang ventilasi bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya lalat
d. Di dalam rumah sampah harus ada keran air untuk membersihkan lantai
e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus
f. Tempat tersebut mudah dicapai
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Ditinjau dari perjalanan sampah maka pembuangan atau pemusnahan adalah tahap
akhir yang harus dilakukan terhadap sampah. Pembuangan sampah dilakukan
didaerah tertentu yang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan
manusia. Syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah
adalah (Azwar, 1996):
a) Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air
lainnya yang dipergunakan oleh manusia.
b) Tidak pada tempat yang sering terkena banjir
c) Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia
Sanitasi Peralatan dan Wadah
Sanitasi wadah dan peralatan pengolahan perlu diperhatikan, karena permukaan
peralatan pengolahan seringkali menjadi sumber kontaminasi pada bahan pangan
yang diolah jika tidak dibersihkan dengan baik. Sanitasi yang dilakukan terhadap
wadah atau peralatan pengolahan pada umumnya meliputi pencucian dan perlakuan
sanitasi menggunakan sanitaiser. Pencucian terutama dilakukan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dan sisa-sisa bahan yang diolah sedangkan perlakuan sanitasi
menggunakan sanitaiser ditujukan untuk membunuh sebagian besar atau semua
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan wadah atau peralatan pengolahan
tersebut.
Prinsip dasar persyaratan peralatan dalam pengolahan makanan adalah aman
sebagai alat perlengkapan memproses makanan. Aman ditinjau dari bahan yang
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
1. Persyaratan umum, bahan yang digunakan harus anti karat, halus, mudah
dibersihkan, air tidak berbau dan tidak berasa. Hindari bahan-bahan antimon,
Cadmium, dan timah hitam.
2. Bila digunakan plastik, dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan
permukaannya.
Fasilitas Cuci Tangan
Sebagian besar terjadinya pencemaran makanan disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari tangan manusia. Oleh karena itu, mencuci tangan
merupakan suatu keharusan bagi setiap orang yang bekerja di tempat penyiapan,
pengolahan, pemasakan, penyimpanan, dan penyajian makanan. Untuk itu di
tempat-tempat pengolahan makanan harus disediakan fasilitas pencuci tangan yang dapat
digunakan oleh pekerja. Jumlah fasilitas pencuci tangan harus sebanding dengan
jumlah pekerja.
Air bersih untuk mencuci tangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup
baik air dingin maupun air panas. Sabun atau detergen harus disediakan di tempat
mencuci tangan dan handuk untuk mengeringkan tangan yang sudah yang bersih.
Handuk untuk mengeringkan tangan juga harus disediakan dalam jumlah yang cukup.
Sebaiknya handuk yang sudah dipakai jangan digunakan lagi oleh pekerja lain untuk
mengeringkan tangan (Moehyi, 1992).
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi.
Tujuan persyaratan bahan baku dalam proses produksi makanan adalah
(Tjahjonowati, 2002):
1. Menjamin produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan keamanan
makanan.
2. Menjamin bahwa proses yang diterapkan dapat mengendalikan mutu dan
keamanan makanan karena produksi dirancang untuk menangani dan mengolah
bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu.
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau dan sebagainya. Bahan yang
berkualitas baik biasanya terbebas dari kerusakan dan pencemaran baik secara
biologis misalnya bakteri, virus, dan jamur, fisik misalnya penyok, tercampur debu,
kerikil, dan pecahan kaca maupun kimia misalnya pestisida, bahan pewarna, bahan
pengawet dan sebagainya (Kusmayadi, 2005).
2.5.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah untuk membantu dalam proses pengolahan dalam
membentuk karakteristik tertentu pada makanan. Tambahan Pangan biasanya bukan
merupakan ingredien khas makanan, mempunyai tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut. Bahan tambahan dan bahan penolong
yang digunakan untuk memproduksi makanan tidak boleh merugikan atau
membahayakan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang
ditetapkan (Tjahjonowati, 2002).
2.5.3. Cara Pengolahan
Cara pengolahan adalah cara atau perbuatan yang dilakukan oleh tenaga
pengolah dalam mengolah agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat mulai dari bahan
mentah sampai penyajian. Adapun hal penting yang diperhatikan dalam cara
pengolahan makanan dan minuman adalah (Tjahjonowati, 2002):
1. Tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan dan minuman sebagai akibat
kotornya tangan pengolah atau alat-alat pengolah yang dipergunakan (bahan baku
yang dipergunakan tidak tercemar).
2. Tidak terjadi kerusakan makanan dan minuman sebagai akibat cara pengolahan
yang salah.
3. Zat aditif yang ditambahkan pada makanan dan minuman tidak boleh melebihi
ambang batas maksimum yang diijinkan.
2.6. Sanitasi Lingkungan Pengolahan
Sanitasi merupakan bagian penting dalam industri pangan yang harus
dilaksanakan dengan baik. Tanpa sanitasi yang baik sulit dihasilkan produk pangan
yang aman bagi kesehatan dan bermutu tinggi dengan masa simpan yang cukup.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
persiapan, pengolahan dan pengemasan produk makanan, pembersihan dan sanitasi
pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja.
Sanitasi lingkungan dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit
dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan
dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Untuk mempraktekkan ilmu ini, maka
seseorang harus mengubah segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara
langsung atau tidak langsung membahayakan terhadap kehidupan manusia
(Hardinsyah, 2000).
Peran lingkungan yang dapat mempengaruhi makanan terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Lingkungan fisik meliputi air, udara, suhu, tanah, kelembaban, dan lain-lain.
2. Lingkungan kimia meliputi pestisida, food additive (bahan tambahan makanan),
antibiotika, dan logam.
3. Lingkungan biologi meliputi jasad renik, tumbuhan, hewan, dan manusia.
3.1. Cabai Merah (Capsicum annum L.)
3.1.1. Definisi Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Cabai merah adalah buah cabai merah dari spesies Capsicum annum L. yang
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Cabai merah merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat
ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan asal-usulnya,
cabai berasal dari Peru (Prajnanta,1993).
3.1.2 Jenis-Jenis Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Sesuai dengan namanya, cabai ini berwarna merah apabila sudah matang dan
berwarna hijau ketika masih muda atau belum matang. Cabai merah terdiri dari
beberapa jenis yaitu :
1. Cabai Keriting
Ukurannya lebih kecil dari cabai biasa, tetapi rasa dan aromanya lebih pedas dan
tajam dibandingkan dengan cabai merah biasa. Keunggulan cabai keriting antar lain
tahan terhadap serangan penyakit keriting daun.
Ciri-ciri :
a. Bentuk berkelok-kelok dengan permukaan buah tidak merata (keriting)
b. Buah muda berwarna hijau, tua atau matang berwarna merah
c. Tanaman tegak, ukuran daun lebar dan besar dibandingkan cabai biasa
d. Warna daun hijau tua bercampur warna putih
2. Cabai Tit atau Tit super
Varietas ini dikenal sebagai cabai lokal dengan tinggi tanaman antara 30 – 70 cm
dan mampu menumbuhkan 8 – 10 cabang yang mampu membentuk banyak kuncup.
Potensi varietas ini dalam membentuk bunga sangat bagus sehingga mampu
membutuhkan calon bunga sampai 500 buah meskipun yang tumbuh menjadi buah
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 Ciri-ciri :
a. Buah berwarna merah tua menyala
b. Bentuk lebih besar, panjang dan mulus serta ujung mengecil runcing dan bengkok
c. Panjang buah sekitar 10 – 15 cm
3. Cabai hot beauty
Varietas ini dikenal secara umum oleh para petani sebagai cabai Taiwan. Cabai
ini merupakan cabai hibrida yang diproduksi dari Taiwan.
Ciri-ciri :
a. Bentuk dan ukuran buahnya besar, panjang dan lurus
b. Daging buah tipis dengan rasa kurang pedas
c. Warna buah merah menggiurkan dengan tingkat kesegaran yang dapat bertahan
lama.
d. Bentuk tanaman tegak agak tinggi dengan daun kecil-kecil
4. Cabai merah lainnya
Selain varietas-varietas tersebut di atas, beberapa varietas-varietas lainnya yang
umum dibudidayakan oleh para petani di Indonesia antar lain: varietas cabai
semarang, cabai paris, dan cabai jatilaba. Cabai semarang mirip cabai tit super, hanya
sedikit berbeda pada ukuran buah yang relatif lebih kecil, pangkalnya lurus dan ujung
bengkok. Cabai paris mempunyai ciri-ciri ukuran buah besar, lurus dari pangkal
sampai ujung, warna buah merah kekuning-kuningan dan berurat atau bergaris putih.
Sedangkan cabai jatilaba ukuran buahnya besar, lurus, berkerut-kerut, berujung
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
3.1.3. Komposisi Kimia Buah Cabai
Adapun komposisi kimia yang terdapat di dalam buah cabai adalah :
1. Kapsaikin
Merupakan unsur aktif dan pokok yang berkhasiat. Terdiri dari lima komponen
kapsainoid yaitu nordihidro kapsaikin, kapsaikin, dihidro kapsaikin, homo
kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin.
2. Kapsikidin, yaitu senyawa yang terdapat di dalam biji cabai.
3. Kapsikol
4. Zat warna kapsantin
5. Karoten
6. Kapsarubin
7. Zeasantin
8. Kriptosantin
Selain mengandung senyawa-senyawa di atas, cabai juga mengandung gizi
berupa protein dan vitamin yang berguna bagi tubuh, seperti yang terlihat pada tabel
dibawah ini (Wiryanta, 2002).
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Kandungan Gizi Cabai Merah Segar Per 100 Gram
No. Kandungan Gizi Satuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin C Vitamin B1 Vitamin B2 Niasin Kapsaikin Pektin Pentosan Pati 31,0 kal 1,0 gram 0,3 gram 7,3 gram 29,0 mg 24,0 mg 0,5 mg 470 (SI) 18,0 mg 0,05 mg 0,03 mg 0,20 mg 0,1-1,5 % 2,33 % 8,57 % 0,8-1,4 % Sumber: Departemen Pertanian RI dalam: Wiryanta, 2002.
3.2. Cabai dan Kesehatan
Selain sebagai penyedap makanan, cabai juga digunakan sebagai penggugah
selera makan. Khasiat penggugah selera makan tersebut sebenarnya dirangsang oleh
minyak atsiri yang ditimbulkan cabai saat dikunyah atau oleh aromanya yang terhirup
hidung sebelum disantap. Kapsaikin sendiri merangsang keluarnya air liur di mulut
dan merangsang kerja lambung sehingga pencernaan makanan menjadi lancar. Cabai
juga banyak digunakan untuk terapi kesehatan. Berbagai hasil penelitian
membuktikan bahwa buah cabai dapat membantu menyembuhkan kejang otot,
rematik, sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai juga dapat membantu melancarkan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Selain itu cabai dapat digunakan sebagai obat oles kulit untuk meringankan
rasa pegal dan dingin akibat rematik dan encok karena bersifat analgesik. Komponen
kapsaikin dapat dijadikan obat untuk pengobatan sirkulasi darah yang tidak lancar di
tangan, kaki, dan jantung. Kapsikidin berguna untuk memperlancar sekresi asam
lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Kapsikol berfungsi sebagai
pengganti minyak kayu putih yang berguna untuk mengurangi pegal-pegal, rematik,
sakit gigi, sesak napas, dan gatal-gatal. Salah satu obat luar yang mengandung cabai
adalah koyo (Wiryanta, 2002).
3.3. Cabai Merah (Capsicum annum L.) Giling
Cabai merah giling adalah hasil penggilingan cabai merah segar, dengan atau
tanpa bahan pengawet. Umumnya cabai giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %,
bahkan ada mencapai 30%. Selain garam, sering ditambahkan asam atau Natrium
Benzoat sebagai pengawet dan wortel serta kulit bawang putih agar menambah berat
dan homogen. Saat ini umumnya cabai giling dipasarkan secara curah tanpa kemasan.
Cabai merah giling hanya dapat bertahan paling lama 5 hari sebelum akhirnya busuk
(Hardinsyah, 2003).
3.4. Membuat Cabai Merah (Capsicum annum L.) Giling 3.4.1. Bahan Dan Peralatan
Bahan
- Cabai merah
- Garam
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 Peralatan
- Mesin giling
- Ember
- Sendok
3.4.2. Proses Pembuatan Cabai Merah Giling
Banyak penjual di pasar menjual cabai giling yang merupakan campuran
cabai giling dengan garam atau ditambahkan bahan lain seperti wortel dan kulit
bawang putih agar menambah berat dan homogen. Adapun cara membuat cabai
merah giling adalah terlebih dahulu cabai merah dicuci dengan bersih kemudian cabai
merah digiling dengan menggunakan mesin giling dengan ditambah garam kemudian
bubur cabai merah hasil penggilingan ditampung dalam wadah sambil diaduk rata
dengan sendok kemudian siap dijual (Hardinsyah, 2003).
3.5. Bahan Tambahan Makanan
3.5.1. Defenisi Bahan Tambahan Makanan
Berdasarkan Permenkes RI No. 722 / Menkes / Per / IX / 1988 menyatakan
bahwa bahan tambahan makanan adalah bahan yang tidak dikonsumsi langsung
sebagai makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan , dan penambahannya ke
dalam pangan ditujukan untuk mengubah sifat-sifat makanan.
Secara khusus kegunaan bahan tambahan pangan di dalam pangan adalah
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
1. Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroorganisme perusak
pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu
pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, dan lebih enak di mulut
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera
4. Meningkatkan kualitas pangan
5. Menghemat biaya.
Bahan tambahan makanan tidak boleh digunakan untuk:
1. Penipuan bagi konsumen
2. Menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan
3. Menurunkan nilai gizi makanan
4. Tujuan penambahan yang lebih praktis.
Bahan Tambahan Makanan Yang Diijinkan
Berdasarkan Permenkes No. 722/ Menkes/ Per/ IX/1988 menyatakan bahwa
bahan tambahan makanan yang diijinkan digunakan dalam makanan adalah (Depkes
RI, 1988) :
1. Anti oksidan dan anti oksidan sinergis
Bahan tambahan yang digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi.
Contoh : asam askorbat dan asam eritrobat serta garamnya untuk produk daging,
ikan, dan buah-buahan kaleng. Butilhidroksi anisol (BHA) atau butilhidroksi
toluen (BHT) untuk lemak, minyak, dan margarin.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang
berupa serbuk, tepung, atau bubuk. Contoh : Ca silikat, Mg karbonat, dan Si
dioksida untuk merica dan rempah lainnya. Garam stearat dan tri Ca fosfat pada
gula, kaldu, dan susu bubuk.
3. Pengatur keasaman
Bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan
mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh : asam laktat, sitrat, dan
malat digunakan pada jeli. Natrium bikarbonat, karbonat, dan hidroksida
digunakan sebagai penetral pada mentega.
4. Pemanis buatan
Bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan
yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh : sakarin dan siklamat.
5. Pemutih dan pematang tepung
Bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan tepung dan
atau pematangan tepung hingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh : aseton peroksida dan benzoil peroksida.
6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
Bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan
sistem dispersi yang homogen pada makanan. Biasa digunakan untuk makanan
yang mengandung air atau minyak. Contoh : polisorbat untuk pengemulsi es krim
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju, karagenan dan agar untuk
pemantap dan pengental produk susu dan keju.
7. Pengawet
Bahan tambahan makanan yang dapat mencegah fermentasi, pengasaman atau
peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Biasa
ditambahkan pada makanan yang mudah rusak atau yang disukai sebagai medium
pertumbuhan bakteri atau jamur. Contoh : asam benzoat dan garamnya dan ester
para hidroksi benzoat untuk produk buah-buahan, kecap, keju, dan margarin,
asam propionat untuk keju dan roti.
8. Pengeras
Bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya
makanan. Contoh : Al sulfat, Al K sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras pada acar
ketimun dalam botol, Ca klorida, Ca glukonat, dan Ca sulfat pada buah kaleng
seperti tomat dan apel.
9. Pewarna
Bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan. Contoh : karmin, ponceau 4R, eritrosin warna merah, green FCF, green
S warna hijau, kurkumin, karoten, yellow kuinolin, tartrazin warna kuning, dan
karamel warna coklat.
10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa
Bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 11. Sekuestran
Bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada pada
makanan sehingga dicegah terjadinya oksidasi yang dapat menimbulkan
perugahan warna dan aroma. Biasa ditambahkan pada produk lemak dan minyak
atau produk yang mengandung lemak atau minyak seperti daging dan ikan.
Contoh : asam folat dan garamnya.
12. Enzim
Bahan tambahan makanan yang berasal dari hewan, tanaman atau jasad renik
yang dapat menguraikan makanan secara enzimatik. Biasa untuk mengatur proses
fermentasi makanan. Contoh : amilase dari aspergillus niger untuk tepung
gandum, dan rennet dalam pembuatan keju.
13. Penambah gizi
Bahan tambahan makanan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal
maupun campuran yang dapat memperbaiki atau memperkaya gizi makanan.
Contoh : asam askorbat, feri fosfat, inositol, tokoferol, vitamin A, B12, dan
vitamin D.
14. Humektan
Bahan tambahan makanan yang dapat menyerap lembab sehingga dapat
mempertahankan kadar air dalam makanan. Contoh : gliserol untuk keju, es krim
dan sejenisnya dan triaseti untuk adonan kue.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Bahan tambahan makanan yang dapat menghilangkan busa yang dapat timbul
karena pengocokan dan pemasakan. Contoh : dimetil polisiloksan pada jeli,
minyak dan lemak, sari buah dan buah nenas kalengan, silikon dioksida amorf
pada minyak dan lemak.
3.5.3. Bahan Tambahan Yang Tidak Diijinkan
Bahan tambahan yang tidak diijinkan atau dilarang digunakan dalam makanan
karena bersifat karsinogenik berdasarkan Permenkes No. 722/ Menkes/ Per/ IX/1988
dan direvisi melalui Permenkes No.1168/Menkes/Per/X/1999 adalah (Depkes RI,
1999):
1. Asam borat dan senyawanya
2. Asam salisilat dan garamnya
3. Dietilpirokarbonat
4. Dulsin
5. Kalium klorat
6. Kloramfenikol
7. Minyak nabati yang dibrominasi
8. Nitrofurazon
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 10. Kalium Bromat
3.6. Bahan Pewarna Makanan
Zat warna adalah senyawa yang larut dalam air dan menghasilkan warna dalam
larutan. Zat warna ini dibuat dalam bentuk serbuk, granul, pasta, dan dispersi. Warna
penting bagi makanan , baik bagi makanan yang tidak diproses maupun yang
diproses. Bersama-sama dengan bau rasa dan tekstur, warna memegang peranan
penting dalam keterterimaan makanan dan dapat memberi petunjuk terhadap
perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (Deman, 1989).
Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan
maupun dilarang) diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
239/Menkes/Per/V/1985 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No.
722/MenKes/Per/IX/1988 mengenai bahan tambahan makanan. Bahan pewarna
makanan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu:
1. Pewarna alami
Bahan pewarna alami dapat diperoleh dari tanaman ataupun hewan. Bahan
pewarna alami ini meliputi pigmen yang sudah terdapat dalam bahan atau
terbentuk pada proses pemanasan, penyimpanan, atau pemprosesan. Beberapa
pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil, karotenoid,
tanin, antosianin, dan antoxantin. Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak
cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna
alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan
yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung
pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna
buatan adalah tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan
sebagainya.
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat
menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang
digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap
cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan
disimpan (Anonimous, 2004).
Beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan yaitu
(Wiryanta, 2002):
1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur
yang ekstrim akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
2. Memperbaiki variasi alami warna.
3. Membuat identik produk pangan.
4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan .
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari
selama produk disimpan.
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
Rhodamin B (C28H31CIN2O3) adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk
kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan
berwarna merah terang berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan
histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna
kertas dan tekstil. Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan
pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi, dan lain-lain . Pewarna ini
terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini
sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas,
wol dam sutra ( Djarismawati, 2004 ).
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelarangan penggunaan
Rhodamin B dalam obat, makanan, dan kosmetik yaitu Permenkes No.
239/MenKes/Per/V/1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan berbahaya dan
tidak boleh digunakan dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No.
722/MenKes/Per/IX/1988 (Dirjen POM, 2002).
3.6.2. Dampak Rhodamin B Terhadap Kesehatan
Dalam uji toksisitas zat warna Rhodamin B terhadap hewan menunjukkan
terjadinya perubahan bentuk dan organisasi sel dalam jaringan hati dari normal ke
patologis, yaitu perubahan sel hati menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya
mengalami desintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai
dengan terjadinya piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan
sitolisis dari sitoplasma. Terjadinya degenerasi lemak ini disebabkan karena
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
struktur retikulum endoplasmik sehingga proses sintesa protein menjadi menurun dan
sel kehilangan daya untuk mengeluarkan trigliserida, akibatnya mengakibatkan
nekrosis hati ( Djarismawati, 2004).
Penggunaan Rhodamin B dalam waktu lama dan jumlah yang banyak pada
manusia dapat menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati dengan cara
menumpuk di lemak yang lama kelamaan jumlahnya terus bertambah di dalam tubuh.
Sedangkan mengkonsumsi Rhodamin B dalam waktu singkat dapat menyebabkan
iritasi pada saluran pencernaan dan dapat menyebabkan keracunan. Bila
mengkonsumsi makanan berwarna yang mengandung Rhodamin B, urine akan
berwarna merah atau merah muda (Dirjen POM, 2002).
3.7. Bahan Pengawet Makanan
Bahan pengawet makanan merupakan bahan yang ditambahkan pada makanan
untuk mencegah atau menghambat terjadinya kerusakan atau pembusukan makanan.
Berdasarkan Permenkes No.722/Per IX/1988 terdapat 26 jenis pengawet yang
diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Adapun kelompok pengawet tersebut
adalah: asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksi
benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium
propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium
sorbat, Natrium Benzoat, metil-p-hidroksi benzoat, Natrium bisulfit, natirum
metabisulfit, Natrium nitrat, Natrium nitrit, Natrium propionat, Natrium sulfit, nisin,
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
yang dibenarkan sedangkan pengawet yang tidak diizinkan adalah formalin dan
boraks (Depkes RI, 1988).
3.7.1. Natrium Benzoat
Natrium Benzoat merupakan kristal putih yang dapat ditambahkan secara
langsung kedalam makanan atau dilarutkan terlebih dahulu di dalam air atau
pelarut-pelarut lainnya. Natrium Benzoat sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan
mikroba ( Winarno, 1980).
Batas maksimum Na Benzoat yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan RI
Nomor: 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang penggunaan Na Benzoat yang diizinkan
oleh Depkes RI tidak melebihi 1 gr/kg (Depkes, 1988).
3.7.2. Dampak Pengawet Natrium Benzoat Terhadap Kesehatan
Natrium Benzoat jika dalam penggunaannya tidak melebihi dosis yang
diperbolehkan maka tidak akan menimbulkan dampak buruk terhadap tubuh. Akan
tetapi pengkonsumsian Natrium Benzoat secara berlebihan dapat menyebabkan
keram perut, rasa kebas dimulut, bagi mereka yang mengalami lelah atau penyakit
ruam kulit ( seperti jenis urtikaria dan eksema ). Pengawet ini dapat memperburuk
keadaan, juga bersifat menumpuk akumulatif di hati yang dapat menimbulkan
penyakit kanker dalam jangka panjang dan dapat merusak sitem saraf serta penurunan
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 3.8. Kerangka Konsep
Cabai merah
Ada
Pemeriksaan Laboratorium
Rhodamin B
Tidak
Memenuhi Permenkes RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu
untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan Rhodamin B dan Natrium Benzoat dan
menganalisa kandungan pengawet Natrium Benzoat pada cabai merah giling dengan
menggunakan pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di beberapa pasar di kota medan yaitu :
1. Pasar Aksara
2. Pasar Sukaramai
3. Pasar Sambu
4. Pasar Sei Sikambing
5. Pasar Simpang Limun
Kelima Pasar di atas merupakan pasar yang cukup besar dan lengkap di kota
Medan, banyak dijumpai pembeli, penyalur dan pedagang yang memproduksi sendiri
cabai merah giling, dan terletak di pinggir jalan sehingga mudah di jangkau
masyarakat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 3.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah cabai merah giling yang dibuat oleh penyalur dan
pedagang yang memproduksi sendiri cabai merah giling yang beredar di lima pasar
di kota Medan.
3.4. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa cabai merah giling berasal dari penyalur dan pedagang yang
memproduksi sendiri, diambil dari pedagang yang paling banyak menjual cabai
merah giling dan paling ramai dikunjungi masyarakat. Kemudian dari masing-masing
pasar tersebut sampel diambil sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam
masing-masing plastik lalu sampel dibawa untuk diperiksa di laboratorium Kesehatan Daerah
Kota Medan.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap zat pewarna Rhodamin B dan zat pengawet Natrium Benzoat yang terkandung dalam
cabai merah giling.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan,
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Prosedur Kerja Pemeriksaan Rhodamin B 1. Alat-alat
- Corong pisah - Beaker glass 250 ml
- Erlenmeyer
- Kertas saring whatman
- Batang pengaduk
2. Bahan
- Cabai merah giling - Pelarut air
- Pewarna Rhodamin B
- Etil asetat 85 ml
- Metanol 10 ml
- Amonia 5 ml
3. Cara Kerja
Pemeriksaan Rhodamin B dilakukan dengan menggunakan pelarut air yaitu:
1. Sampel yang sudah halus ditambahkan pelarut air dan diaduk sampai zat warna
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
2. Larutan disaring kemudian filtratnya ditampung
3. Lalu filtratnya ditotolkan pada kertas saring whatman bersama-sama dengan zat
warna bandingnya
4. Kertas whatman dimasukkan ke dalam bejana kromatografi berisi larutan etil
asetat 85 ml, metanol 10 ml, dan amonia 5 ml, yang telah dijenuhkan terlebih
dulu selama 30 menit
5. Elusi dilakukan sampai pelarut merambat naik mencapai tinggi 14 cm dari tepi
bawah kertas
6. Elusi dihentikan dan kertas di angkat serta dikeringkan
7. Bercak atau noda yang dihasilkan ditandai dengan pensil
8. Bila perambatan warna sampel dengan warna Rhodamin B sama tinggi maka
berarti sampel mengandung Rhodamin B.
3.6.2. Prosedur Kerja Pemeriksaan Natrium Benzoat 1. Alat-alat
- Buret
- Beaker gelas
- Batang pengaduk
- Bola aspirator
- Corong pisah
- Corong kecil
- Gelas ukur
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009 - Labu erlenmeyer
- Labu tentukur
- Neraca kasar
- Neraca analitik
- Oven
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Statif
- Water bath
2. Bahan
- Cabai merah giling - Aquadest
- Asam sulfat
- Eter
- Etanol
- Phenolptalein
- Natrium hidroksida
3. Cara Kerja Pemeriksaan Natrium Benzoat secara Kualitatif Pemeriksaan dilakukan dengan reaksi esterifikasi yaitu :
1. Sampel ditambah etanol ditambah asam sulfat dimasukkan didalam erlenmeyer
lalu dikocok
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
3. Uapkan di atas penangas air, kapas akan tercium bau pisang ambon.
4. Untuk lebih memastikan hasil kualitatif dapat dilakukan uji kuantitatif dengan
metode titrasi. Penggunaan Natrium Benzoat dapat dilihat dari adanya perubahan
warna saat melakukan titrasi dengan NaOH dari tidak berwarna menjadi warna
merah jambu muda. Jika tidak ditemukan perubahan warna sampai pada akhir
titrasi maka hal ini menunjukkan tidak ditemukannya Natrium Benzoat dalam
sampel.
4. Cara Kerja Pemeriksaan Natrium Benzoat secara Kuantitatif 1. Timbang 50 gr cabai merah giling lalu pindahkan kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 50 ml air suling lalu dikocok hingga homogen
3. Ditambahkan asam sulfat 4 N hingga suasana asam, cek dengan indikator
universal
4. Ditambahkan 20 ml eter lalu disari selama 30 menit. Pisahkan lapisan eter (bagian
atas) dan dikumpulkan
5. Diulangi penyarian 2 kali selama 15 menit, masing-masing menggunakan 15 ml
eter
6. Dikumpulkan sari eter kedalam erlenmeyer dan dicuci dengan aquadest, selama
10 menit sari eter dikumpulkan didalam labu erlenmeyer
7. Sari eter diuapkan di water bath pada suhu 60 °C
8. Kedalam sisa sari eter ditambahkan 15 ml etanol dan 20 ml aquadest dikocok
Soneta Butarbutar. Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007.2007
USU e-Repository©2009
9. Tambahkan 2-3 tetes indikator fenolptalein
10. Titrasi dengan larutan Natrium hidroksida 0,1 N titik akhir titrasi ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu
muda
11. Catat volume pentiter
12. Lakukan titrasi blanko
Kadar Natriumbenzoat =
1. Ambil 20 ml aquadest tambahkan 15 ml etanol masukkan kedalam erlenmeyer (V1-V2) x N x BM x 100 %
W (mg)
Dimana:
V1 : Volume titrasi untuk sampel
V2 : Volume titrasi untuk blanko
N : Normalitas NaOH yang dipakai
BM : Berat molekul asam benzoat (144,11)
W : Berat sampel yang ditimbang
Pembuatan Blanko :
2. Tambah