ANALISIS KEMAMPUAN KANAL BANJIR DALAM
MENANGGULANGI MASALAH BANJIR
KOTA MEDAN KAITANNYA DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH
TESIS
Oleh
JONES HENDRA M. SIRAIT
087003010/PWD
SE
K O L A
H P
A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KEMAMPUAN KANAL BANJIR DALAM
MENANGGULANGI MASALAH BANJIR
KOTA MEDAN KAITANNYA DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JONES HENDRA M. SIRAIT
087003010/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS KEMAMPUAN KANAL BANJIR DALAM MENANGGULANGI MASALAH BANJIR KOTA MEDAN KAITANNYA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
Nama Mahasiswa : Jones Hendra M. Sirait
Nomor Pokok : 087003010
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D) Ketua
(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) Anggota
(Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. H. Bachtiar Hassan Miraza, SE)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 01 Maret 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D
Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
3. Agus Purwoko, S. Hut, M.Si
ABSTRAK
Jones Hendra M. Sirait, 087003010/PWD, “Analisis Kemampuan Kanal Banjir Dalam Menanggulangi Masalah Banjir Kota Medan Kaitannya dalam Pengembangan Wilayah” dibawah bimbingan Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D (Ketua); Dr. Ir. Rahmanta, M.Si (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi umum masalah banjir di kota Medan dan penyebabnya serta penanggulangan banjir yang dibutuhkan berdasarkan kondisi umum tersebut. Oleh karena itu dibuat solusi penanggulangan masalah banjir dengan pembangunan kanal banjir dengan asumsi dengan adanya kanal banjir maka masalah banjir yang berasal dari air hulu sungai Deli, air hujan dan air drainase perkotaan dapat ditampung dalam bangunan kanal banjir tersebut. Dan banjir yang selalu terjadi di kota Medan dapat diminimalisasi secara perlahan.
Penelitian dilakukan pada titik-titik lokasi genangan banjir dimana dilakukan penelitian terhadap kondisi umumnya saja sebagai penyebab terjadinya banjir serta penanggulan yang dibutuhkan. Oleh karena itu secara khusus dilakukan studi pada kanal banjir yang memiliki panjang mencapai 3,8 km. Dimana bagian hulu kanal banjir terletak pada sungai Deli dan sedangkan bagian hilir terletak pada sungai Percut dan berada di wilayah kota Medan dengan melalui beberapa kecamatan yaitu ; kecamatan Medan Johor, Delitua dan kecamatan Marendal.
Dengan pembangunan kanal banjir di kota Medan yang merupakan sistem pengelolaan banjir perkotaan terpadu adalah bagian dari perencanaan dan pengembangan wilayah, dengan melihat banjir berdasarkan batas hidrologis dan batas administrasi serta mensinergikan antara batas hidrologis dengan batas administrasi yang selanjutnya akan meningkatkan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat di sekitar kanal banjir serta memacu pertumbuhan ekonomi untuk lokasi-lokasi dan tempat pemukiman masyarakat yang selama ini sering terkena banjir.
ABSTRACT
Jones Hendra M. Sirait, 087003010/PWD, "Analysis of Flood Channel capacity Tackling Problems In Medan Floods in Relation to Regional Development"
under the guidance of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD (Chair); Dr. Ir. Rahmanta, M.Si (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member).
This research was conducted to identify the general condition of flooding problems in the city of Medan and its causes as well as flood prevention needs based on these general conditions. Therefore, prevention solutions created flooding problems with the construction of flood channels with the assumption that the existence of the flood canal flooding problems originating from the deli river water, rain water and urban drainage water can be accommodated in buildings that flood channel. And flooding that always occurred in Medan can be minimized gradually. Research conducted at the location of points where the floodwaters carried out a study of general conditions just as the causes of the floods and required. Therefore, a study conducted specifically on the canal flooding that has reached the 3.8 km long. Where the upstream channel is located on River Flood Deli and while located on the lower Percut River and in any area of Medan with the several districts, namely : Medan Johor distric, Delitua district and Marendal district. With the construction of flood canals in the city of Medan, which is urban flood management system is part of an integrated planning and regional development, with seeing the flood based on hydrological boundaries, and administrative boundaries and synergy between hydrological boundaries with administrative boundaries will further enhance the development of quality of life and public life in Flood and around the canal spur economic growth for the locations and places for public housing is often affected by flooding.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus saya ucapkan serta Allah Bapa
Yang Maha Kuasa karena berkat limpahan karunia, rahmat, dan berkat-Nya penulisan
Tesis ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini dengan hati
yang tulus dan penuh kerendahan hati, saya sampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah berperan serta dalam menyelesaikan tesis ini sekaligus
menyelesaikan program pendidikan Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang tulus dan iklas kepada semua pihak, terutama kepada Yang Terhormat :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Komisi pembimbing, yaitu Bapak Prof. Ir. Zulkarnain Nasution, MSc, Ph.D,
Bapak Dr. Ir. Rahmanta Tarigan, M.Si dan Bapak Kasyful Mahalli,SE, M.Si.
Dimana diantara kesibukan rela meluangkan waktu berharganya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Dosen Penguji yaitu Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, Bapak Agus Purwoko,
S. Hut, M.Si dan Bapak Ir. Supriadi, M.Si yang telah banyak memberikan
4. Ibu Kepala Balai Sungai Sumatera II dan Bapak Kepala Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Propinsi Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan
bantuan moril serta izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Sekolah Pascasarjana PWD Universitas Sumatera Utara.
5. Secara khusus dan yang amat mulia kepada kedua orangtua, Ir. John Viter Sirait
(Papa) dan Siti Sorkamina Sianipar (Mama), Kakanda dan Adinda serta seluruh
keluarga yang selalu memberikan dorongan dalam penyelesaian Pendidikan di
Sekolah Pascasarjana PWD Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana PWD Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan partisipasi, bantuan dan dorongan moril
dalam penyelesaian tesis ini.
Tesis ini tidak mungkin terlepas dari kesalahan yang ada di luar kemampuan
Penulis. Untuk hal tersebut, saya dengan senang hati menerima saran dan kritik untuk
penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu
Perencanaan Wilayah khususnya, untuk rekayasa teknik pengelolaan banjir perkotaan
dan minimal ada suatu yang dapat dipetik dari tesis ini. Semoga pihak-pihak lain
dapat mengkaji lebih lanjut untuk kesempurnaan yang diharapkan.
Medan, Maret 2010 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, tanggal 04 Mei 1981 dari pasangan Bapak Ir. John
Viter Sirait dan Ibu Siti Sorkamina Sianipar. Penulis merupakan anak ke kedua dari
empat bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan formal dari tingkat SD sampai dengan SLTA di
Medan pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1999. Jenjang pendidikan tinggi
Diploma Teknil Sipil diperoleh di Politeknik Negeri Medan pada tahun 1999 sampai
dengan tahun 2002 dan dilanjutkan ke Program Ektension pada Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2005. Kemudian penulis mengikuti pendidikan Magister pada Program studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
Riwayat pekerjaan penulis mulai diangkat sebagai pegawai honorer bekerja
pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Sumatera Utara dan bertugas
sebagai staff Teknik Perencanaan Bagian Proyek Pengendalian Banjir dan Perbaikan
Sungai II di Medan dari tahun 2004-2007. Lalu pada tahun 2007-2009 bertugas
sebagai staff Program Pengawasan dan Pelaksanaan Proyek Pengendalian Banjir dan
Perbaikan Sungai II di Medan. Pada tahun 2009 penulis diangkat sebagai calon
pegawai negeri sipil dan ditempatkan bertugas sebagai staff teknik pada Sub Dinas
Sumatera Utara dan pada tahun 2010 penulis diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Saat ini penulis bertugas pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi
Sumatera Utara sebagai staff teknik pada seksi rawa dan pantai Sub Dinas
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
2.1 Pengertian Banjir dan Penyebabnya ... 9
2.2.Daerah Aliran Sungai Deli... 14
2.3.Siklus Hidrologi... 18
2.4.Debit Air Maksimum... 21
2.4.1.Karakteristik DAS…... 22
2.4.2.Saluran Drainase……... 24
2.5.Penelitian Terdahulu... 24
2.6.Kerangka Berfikir... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 29
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian... 29
3.2.Jenis dan Sumber Data... 29
3.3.Teknik Pengumpulan Data... 29
3.4.Metode Analisa Data... 30
3.5.Defenisi Variabel... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 33
4.1.Gambaran Umum Kota Medan... 33
4.2. Kanal Banjir Dalam Satuan Wilayah Sungai... 34
4.3. Debit Kanal Banjir……... 40
4.4. Debit Air Dari Sungai Deli... 44
4.5. Debit Air Dari Air Hujan……….… 47
4.7. Analisis Hasil Regresi…... 51
4.8. Implementasi Hasil Penelitian Terhadap Pengembangan Wilayah………. 53
4.8.1. Teori Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah ... 58
4.8.2. Banjir Kaitannya Terhadap Penataan Ruang Dalam Pengembangan Wilayah... 61
4.8.3. Perencanaan Pengembangan Wilayah Sungai... 62
4.8.4. Zoning, Konsep Zero Delta Q dan Kompensasi Hilir-Hulu... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 67
5.1.Kesimpulan... 67
5.2.Saran... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Penyebab Banjir dan Prioritasnya……….10
4.1 Data Aliran Sungai Pada Kanal Banjir………..37
4.2 Daerah Yang Dilalui Kanal Banjir………38
4.3 Luas Catchment Area Berdasarkan Jenis Peruntukan………...39
4.4 Rata-Rata Debit Air Kanal Banjir Tahun 2007………...41
4.5 Rata-Rata Debit Air Kanal Banjir Tahun 2008………..………...42
4.6 Rata-Rata Debit Air Kanal Banjir Tahun 2009………..…...43
4.7 Pemanfaat Sungai Deli...45
4.8 Data Debit Air Hulu Sungai Deli...46
4.9 Data Rata-Rata Curah Hujan...48
4.10 Data Debit Air Drainase Perkotaan...50
4.11 Hasil Analisis Hubungan Debit Kanal Banjir Dengan Variabel...51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Rencana Induk Proyek Pengendalian Banjir Medan
dan Sekitarnya……...…...6
2.1 Bagan Integrated Flood Controland River Basin Management…………..12
2.2 Perubahan Run-off...……….16
2.3 Siklus Hidrologi………...19
2.4 Kerangka Berfikir...………....27
4.1 Peta Wilayah Sungai………...36
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Analisis Hasil Regresi... 73
2. Peta Lokasi Rawan Banjir Kec. Medan Baru... 82
3. Peta Lokasi Rawan Banjir Kec. Medan Polonia... 83
4. Peta Lokasi Rawan Banjir Kec. Medan Barat... 84
5. Peta Lokasi Rawan Banjir Kec. Medan Maimun... 85
6. Peta Sistem Pengendalian Banjir Kota Medan... 86
7. Gambar Sketsa dan Foto Udara Kanal Banjir... 87
8. Gambar Kanal Banjir... 88
9. Gambar Kanal Banjir (sedang dikerjakan)... 89
10. Gambar Kanal Banjir (sedang dikerjakan)... 90
11. Gambar Dokumentasi Daerah Banjir di Kec. Medan Polonia... 91
12. Gambar Dokumentasi Daerah Banjir di Kec. Medan Maimun Dan Kec. Medan Baru... 92
13. Gambar Dokumentasi Daerah Banjir di Kec. Medan Polonia... 93
14. Gambar Dokumentasi Daerah Banjir di Kec. Medan Polonia... 94
ABSTRAK
Jones Hendra M. Sirait, 087003010/PWD, “Analisis Kemampuan Kanal Banjir Dalam Menanggulangi Masalah Banjir Kota Medan Kaitannya dalam Pengembangan Wilayah” dibawah bimbingan Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D (Ketua); Dr. Ir. Rahmanta, M.Si (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi umum masalah banjir di kota Medan dan penyebabnya serta penanggulangan banjir yang dibutuhkan berdasarkan kondisi umum tersebut. Oleh karena itu dibuat solusi penanggulangan masalah banjir dengan pembangunan kanal banjir dengan asumsi dengan adanya kanal banjir maka masalah banjir yang berasal dari air hulu sungai Deli, air hujan dan air drainase perkotaan dapat ditampung dalam bangunan kanal banjir tersebut. Dan banjir yang selalu terjadi di kota Medan dapat diminimalisasi secara perlahan.
Penelitian dilakukan pada titik-titik lokasi genangan banjir dimana dilakukan penelitian terhadap kondisi umumnya saja sebagai penyebab terjadinya banjir serta penanggulan yang dibutuhkan. Oleh karena itu secara khusus dilakukan studi pada kanal banjir yang memiliki panjang mencapai 3,8 km. Dimana bagian hulu kanal banjir terletak pada sungai Deli dan sedangkan bagian hilir terletak pada sungai Percut dan berada di wilayah kota Medan dengan melalui beberapa kecamatan yaitu ; kecamatan Medan Johor, Delitua dan kecamatan Marendal.
Dengan pembangunan kanal banjir di kota Medan yang merupakan sistem pengelolaan banjir perkotaan terpadu adalah bagian dari perencanaan dan pengembangan wilayah, dengan melihat banjir berdasarkan batas hidrologis dan batas administrasi serta mensinergikan antara batas hidrologis dengan batas administrasi yang selanjutnya akan meningkatkan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat di sekitar kanal banjir serta memacu pertumbuhan ekonomi untuk lokasi-lokasi dan tempat pemukiman masyarakat yang selama ini sering terkena banjir.
ABSTRACT
Jones Hendra M. Sirait, 087003010/PWD, "Analysis of Flood Channel capacity Tackling Problems In Medan Floods in Relation to Regional Development"
under the guidance of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD (Chair); Dr. Ir. Rahmanta, M.Si (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member).
This research was conducted to identify the general condition of flooding problems in the city of Medan and its causes as well as flood prevention needs based on these general conditions. Therefore, prevention solutions created flooding problems with the construction of flood channels with the assumption that the existence of the flood canal flooding problems originating from the deli river water, rain water and urban drainage water can be accommodated in buildings that flood channel. And flooding that always occurred in Medan can be minimized gradually. Research conducted at the location of points where the floodwaters carried out a study of general conditions just as the causes of the floods and required. Therefore, a study conducted specifically on the canal flooding that has reached the 3.8 km long. Where the upstream channel is located on River Flood Deli and while located on the lower Percut River and in any area of Medan with the several districts, namely : Medan Johor distric, Delitua district and Marendal district. With the construction of flood canals in the city of Medan, which is urban flood management system is part of an integrated planning and regional development, with seeing the flood based on hydrological boundaries, and administrative boundaries and synergy between hydrological boundaries with administrative boundaries will further enhance the development of quality of life and public life in Flood and around the canal spur economic growth for the locations and places for public housing is often affected by flooding.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat sesuai Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Saat ini kerusakan lingkungan telah
mengarah pada keadaan sektor sumber daya air yang kritis dan konflik penggunaan
untuk berbagai keperluan seperti air minum, air irigasi, pembangkit listrik tenaga air,
air industri. Untuk mencapai pemecahan yang efektif dan berkelanjutan atas
permasalahan air yaitu: air berlebih (banjir), air kekurangan (kekeringan), air
terkontaminasi (tercemar) dan alokasi air, diperlukan adanya paradigma baru dalam
pengelolaan sumber daya air yang amanah (good water governance) pada
pengelolaan sumber daya air termasuk pengelolaan banjir, sumber daya hutan dan
lainnya.
Suatu pendekatan pengelolaan sumber daya air terpadu yang baru harus
diciptakan untuk menggantikan sistem pengembangan dan pengelolaan sumber daya
air tradisional, dengan ciri-ciri pendekatan yang akan diterapkan , yaitu : hulu-hilir
(upstream-downstream) serta pendekatan berbasis teknis dan sektor (Ditjen SDA,
2008; Kodoatie dan Sjarief, 2008; UU No.7, 2004). Untuk mengatasi kemungkinan
Sungai (DAS) dan atau river basin, selanjutnya akan disebut dengan DAS, mengenal
pendekatan satu sungai (one river), satu rencana (one plan) dan satu pengelolaan
terkoordinasi (and one integrated management) yang perlu diwujudkan secara nyata
(Sjarief, 2008).
Untuk mengembangkan wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan
tenaga kerja, kesenjangan potensi ekonomi, dan untuk mengembangkan sumber daya
air serta mengendalikan banjir maka diperlukan suatu sistim pengendalian banjir.
Perkembangan daerah sekitarnya yang cukup pesat selanjutnya memperluas rencana
pengembangan kota Medan dan sekitarnya, yaitu dengan konsep Mebidang (Medan –
Binjai – Deli Serdang).
Di kota Medan dan di sekitarnya melintas beberapa sungai, yaitu :
1. Sungai Belawan dengan anak sungainya, sungai Badera
2. Sungai Deli dengan anak sungainya, sungai Babura, Sikambing dan sungai Putih
3. Sungai Kera
4. Sungai Percut
5. Sungai Tuan
6. Sungai Pantai Labu
7. Sungai Serdang dengan anak sungainya, sungai Belumai, sungai Batugingging
dan sungai Kuala Namu.
Sungai Deli adalah sungai yang mengalir membelah inti kota Medan. Sungai
ini sering mengalami banjir dan melimpasi areal di sekitarnya. Bencana banjir tanggal
Medan (daerah utara Helvetia) dengan seluas 45 km2 dan mengakibatkan korban
jiwa. Sungai Percut yang melintasi di sekitar kota Medan juga mempunyai kondisi
yang hampir sama. Banjir tanggal 23 Desember 1992 mengakibatkan melimpasnya
air di daerah sekitar sungai dan daerah utara, dengan luas yang hampir sama dengan
yang diakibatkan banjir sungai Deli. Limpasan air terjadi karena tidak cukupnya
kapasitas alir air sungai-sungai tersebut.
Kejadian banjir di kota Medan yang hampir rata-rata 10-12 kali/tahun sangat
dipengaruhi oleh kondisi DAS sungai Deli dan DAS Belawan di daerah hulu.
Mencakup kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan kota Medan serta
disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu :
1. Banjir akibat kiriman dari daerah hulu
2. Banjir di kota Medan sendiri akibat kondisi drainase kota yang sangat buruk
(poor drainage).
Bencana banjir di kota Medan sebagian besar terjadi di sepanjang sungai Deli.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli dengan luas 481,62 km2 berawal dari pegunungan
Bukit Barisan pada ketinggian 1.725 m di atas permukaan laut hingga pantai Selat
Malaka. Sungai Deli dengan panjang 75,8 km mengalir melalui kota Medan yang
berada di bagian hilir DAS Deli dengan ketinggian berkisar 0-40 m di atas permukaan
laut. Sungai ini merupakan saluran utama yang mendukung drainase kota Medan
dengan cakupan luas wilayah pelayanan sekitar 51% dari luas kota Medan.
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan pada daerah aliran sungai Deli,
bangunan perumahan, perkantoran maupun industri di sepanjang sungai. Dimana luas
daerah genangan ± 9.000 ha yang terdiri dari daerah pemukiman, industri dan areal
transportasi yang semua ini terjadi antara lain disebabkan akibat penampang
sungai/anak sungai melalui daerah potensial tersebut semakin kecil disebabkan
tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, bertambahnya aliran permukaan, kerusakan
daerah tangkapan air di hulu sungai, dan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat
dimana sering membuang sampah ke sungai/anak sungai dan sangat minimnya biaya
operasi serta pemeliharaan untuk bangunan drainase yang sudah ada, diantaranya
adalah merekomendasikan upaya untuk pengendalian banjir kota Medan berupa
pembuatan saluran kanal banjir (floodway). Olehkarena itu pemerintah membuat
suatu studi yang dikenal dengan “The Detailed Design Study on Medan Flood
Control Project” . Dengan hasil rekomendasi pembuatan kanal banjir (floodway).
Dengan adanya pembangunan kanal banjir tersebut diharapkan akan memotong
puncak banjir pada sungai Deli sebelum memasuki daerah kota Medan dan kemudian
mengalirkannya sebahagian ke sungai Percut.
Banjir pada hakekatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS
yang tidak tepat. Bencana banjir menjadi populer setelah dalam waktu yang hampir
bersamaan (akhir bulan Januari 2002) beberapa kota dan kabupaten di Indonesia
terpaksa harus mengalami bencana ini. Bahkan, Medan yang notabene merupakan
ibukota Provinsi Sumatera Utara, terpaksa harus terendam air. Sudah tentu kerugian
yang harus diderita oleh masyarakat sangatlah besar. Dari hasil investigasi Tim
Belawan di daerah hulu. Mencakup kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan
kota Medan disimpulkan bahwa bencana banjir secara fisik disebabkan oleh (1) curah
hujan yang tinggi, (2) karakteristik DAS itu sendiri, (3) penyempitan saluran
drainase, (4) perubahan penutupan lahan. Dari ke 4 (empat) penyebab banjir tersebut,
2 (dua) penyebab pertama berada diluar kemampuan manusia untuk dapat melakukan
intervensi yaitu curah hujan yang tinggi dan karakteristik DAS itu sendiri. Artinya,
dua penyebab pertama merupakan keadaan kiriman dari suatu DAS. Manusia dalam
hal ini hanya mampu atau mungkin untuk melakukan intervensi pada faktor penyebab
banjir diatas. Namun demikian, untuk dapat melakukan intervensi yang tepat perlu
terlebih dahulu diketahui akar permasalahan yang melatarbelakangi penyebab
tersebut. Dengan demikian, resep yang diberikan tidak sekedar penyembuh
sementara, tetapi bersifat berkelanjutan.
Perubahan tata guna lahan merupakan sumber permasalahan banjir. Hal
dikarenakan perubahan tata guna lahan tersebut akan mempengaruhi pengaliran air
yang terjadi, yaitu koefisien C (koefisien Run-off) dalam rumus debit pengaliran air.
Apabila lahan berubah dari lahan resapan menjadi lahan kedap air seperti perkerasan
aspal dan atap bangunan akan mengasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan
menjadi basah, berapapun kemiringannya artinya air tidak dapat meresap dan
langsung mengalir di atas permukaan sehingga mengakibatkan debit air yang besar.
Apabila saluran (drainase) yang ada dibangun dengan perencanaan lahan yang resap
air, maka perubahan tata guna lahan yang kedap air dapat menjadi penyebab
Penanganan masalah banjir kota Medan selama ini baru difokuskan pada
bagian alur sungai saja (in-stream) dan belum menyentuh pada pengelolaan DAS (off
stream) seperti pekerjaan perbaikan sungai (river improvement) dan pembangunan
floodway yang telah selesai dibangun dimana proses pembangunan dikerjakan Dinas
Pengairan Provinsi Sumatera Utara Cq. Proyek Pengendalian Banjir dan Perbaikan
Sungai. Sedangkan penanganan drainase kota Medan dilakukan oleh Project Medan
Metropolitan Urban Development Project (MMUDP) untuk drainase primer
mencapai 75% dan Pemko Medan untuk drainase sekunder dan kota mencapai 100%
(pekerjaan rutin setiap tahun). Gambar berikut ini akan dijelaskan Rencana Induk
Pengendalian Banjir Medan dan Sekitarnya.
Sumber: Proyek Pengendalian Banjir Medan, 2001
Dari gambar 1.1 diatas dijelaskan bahwa melalui pembuatan kanal banjir (floodway)
diharapkan akan memotong puncak banjir dengan pada sungai Deli sebelum
memasuki daerah kota Medan dan kemudian mengalirkannya sebahagian ke sungai
Percut, sehingga dengan demikian kota Medan dapat terhindar dari banjir.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air
sungai yang berasal dari hulu sungai Deli?
2. Bagaimana kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air
yang berasal dari air hujan?
3. Bagaimana kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air
yang berasal dari drainase-drainase kota Medan?
4. Bagaimana manfaat kanal banjir (floodway) dalam pengembangan wilayah
yang dititik beratkan pada pencegahan banjir yang didasarkan pada cara
pengendalian debit banjir kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk menganalisis kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung
2. Untuk menganalisis kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung
debit air yang berasal dari air hujan.
3. Untuk menganalisis kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung
debit air yang berasal dari drainase-drainase kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mencakup manfaat untuk :
1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan ; sebagai bahan masukan dalam melakukan
kajian ilmiah bidang sumber daya air untuk mengkaji pengaruh tingkat
kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air sungai yang
berasal dari hulu sungai Deli, air hujan dan drainase-drainase kota Medan.
2. Manfaat bagi pemerintah ; sebagai bahan masukan dalam menentukan arah
kebijakan dalam pengelolaan alur sungai Deli dan pengaturan tata ruang kota,
sehingga diharapkan di masa yang akan datang kerugian-kerugian yang
diakibatkan oleh banjir dapat dikurangi.
3. Manfaat bagi masyarakat ; sebagai bahan masukan untuk mengetahui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Banjir dan Penyebabnya
Menurut Hasibuan (2004), banjir adalah jumlah debit air yang melebihi
kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai
atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.
Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan
air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : (1) Perubahan tata guna lahan
di Daerah Aliran Sungai (DAS); (2) Pembuangan sampah; (3) Erosi dan sedimentasi;
(4) Kawasan kumuh sepanjang jalur drainase; (5) Perencanaan sistem pengendalian
banjir yang tidak tepat; (6) Curah hujan yang tinggi; (7) Pengaruh fisiografi/geofisik
sungai; (8) Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai; (9) Pengaruh air
pasang; (10) Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut air laut);
(11) Drainase lahan; (12) Bendung dan bangunan air; dan (13) Kerusakan bangunan
pengendali banjir. (Kodoatie, 2002),
Kodoatie (2008) memaparkan penyebab banjir dan prioritasnya seperti pada
Tabel 2.1. Penyebab Banjir dan Prioritasnya
No Penyebab Banjir Alasan Mengapa Prioritas Penyebab
1 Perubahan Tata Guna
Lahan
Debit Puncak naik dari 5 sampai 35
kali karena DAS tidak ada yang
menahan maka aliran air permukaan
(run off) menjadi besar, sehingga
berakibat debit di sungai menjadi
besar dan terjadi erosi lahan yang
berakibat sedimentasi di sungai
sehingga kapasitas sungai menjadi
turun.
Manusia
2 Sampah Sungai / drainase tersumbat sampah,
jika air melimpah akan keluar dari
sungai karena daya tampung saluran
berkurang
Manusia
3 Erosi dan Sedimentasi Akibat perubahan tata guna lahan,
terjadi erosi yang berakibat
sedimentasi masuk ke sungai sehingga
daya tampung sungai berkurang.
Penutup lahan vegetatif yang rapat
(misal semak-semak, rumput)
merupakan penahan laju erosi paling
tinggi.
Manusia dan
4 Kawasan kumuh di
sepanjang sungai /
drainase
Dapat merupakan penghambat aliran,
maupun daya tampung sungai.
Masalah kawasan kumuh dikenal
sebagai faktor penting terhadap
masalah banjir daerah perkotaan.
Manusia
5 Perencanaan sistem
pengendalian banjir
tidak tepat
Sistem pengendalian banjir memang
dapat mengurangi kerusakan akibat
banjir kecil sampai sedang, tapi
mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir yang besar. Limpasan
pada tanggul waktu banjir melebihi
banjir rencana menyebabkan
keruntuhan tanggul, kecepatan air
sangat besar menyebabkan bobolnya
tanggul sehingga menimbulkan banjir.
Manusia
6 Curah Hujan Pada musim penghujan, curah hujan
yang tinggi akan mengakibatkan banjir
di sungai dan bilamana melebihi
tebing sungai maka akan timbul banjir
atau genangan air/banjir.
Alam
seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
Daerah Aliran Sungai, kemiringan
sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar kedalaman,
potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai, dll.
Alam
8 Kapasitas Sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir
pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi DAS
dan erosi tanggul sungai yang
berlebihan dan sedimentasi di sungai
itu karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan
yang tidak tepat.
Manusia dan
Alam
9 Kapasitas Drainase
yang tidak memadai
Karena perubahan tata guna lahan
maupun berkurangnya tanaman /
vegetasi serta tindakan manusia
mengakibatkan pengurangan kapasitas
saluran / sungai sesuai perencanaan
yang dibuat.
Manusia
10 Drainase Lahan Drainase perkotaan dan
pengembangan pertanian pada daerah
bantaran banjir akan mengurangi
kemampuan bantaran dalam
menampung debit air yang tinggi.
11 Bendung dan
bangunan air
Bendungan dan bangunan lain seperti
pilar jembatan dapat meningkatkan
elevasi muka air banjir karena efek
aliran balik (backwater).
Manusia
12 Kerusakan bangunan
pengendalian banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai
dari bangunan pengendali banjir
sehingga menimbulkan kerusakan dan
akhirnya tidak berfungsi dapat
meningkatkan kuantitas banjir.
Manusia dan
Alam
Pengaruh air pasang Air pasang memperlambat aliran
sungai ke laut. Waktu banjir
bersamaan dengan air pasang tinggi
maka tinggi genangan atau banjir
menjadi besar karena terjadi aliran
balik (backwater).
Manusia
Sumber : Kodoatie dan Roestam, 2008
jadi menurut tabel diatas, dapat dikatakan bahwa konsep pengendalian banjir harus
dilakukan secara terpadu baik in-stream (badan sungai) maupun off-stream
(DAS-nya) dengan melaksanakan pekerjaan baik secara metode struktur (tugas
pembangunan) dan non struktur (tugas umum pemerintahan), sehingga akan tercapai
Berikut akan dijelaskan mengenai skema sistem pengendalian banjir dengan 2
(dua) metode struktur dari Pembangunan dan Pelayanan. Dapat dijelaskan pada
gambar berikut ini ;
Pengendalian Banjir
Metode Struktur Metode Non Struktur
(Tugas Umum Pemerintahan)
Perbaikan dan Pengaturan Sistem Sungai
- Sistem jaringan sungai
- Normalisasi Sungai
- Perlindungan
Pengaturan Tata Guna Lahan Pengendalian Erosi
Lembaga tetap, lengkap, handal dan kuat
Peran Serta Masyarakat Konsep Zero Delta Q
Sumber : Kodoatie dan Roestam, 2008
Gambar 2.1 Bagan Integrated Flood Control and River Basin Management
Penanganan drainase kota dalam rangka penanggulangan banjir meliputi
banyak faktor, sehingga perlu konsep yang jelas dan saling terkait untuk dapat
ditindaklanjuti. Berdasarkan hasil penjelasan gambar 2.1 diatas terhadap masalah
pengendalian banjir dan kebutuhan penanganan di lokasi banjir dijelaskan bahwa
penangananan banjir itu sendiri dapat di susun konsep umum dan konsep teknis
1. Pembuatan masterplan drainase mikro yang selaras dengan masterplan
drainase makro sehingga seluruh kegiatan pembangunan dan rehabilitasi
saluran-saluran drainase di kota Medan dapat mengacu kepada masterplan
drainase tersebut termasuk sistem operasional dan pemeliharaan
(maintenance)
Program Tahap Berikut
Selanjutnya diharapkan tahapan berikutnya adalah penanganan wilayah-wilayah
yang juga diharapkan tercakup dalam masterplan sistem drainase, yaitu :
1. Penanganan Wilayah Hilir
Salah satu alternative penanganan yang dapat dipertimbangkan adalah polder
system. Contoh-contoh daerah yang dimaksud antara lain kampung Mabar,
KIM, dan Labuhan Deli. Saluran induk yang terdekat adalah sungai Deli.
Selama sungai meluap, permukaan air lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Untuk mengalirkan area-area ini diusulkan memakai sistem polder yang
merupakan kombinasi antara “waduk penyimpan air” dan “ pintu-pintu air
dengan klep” dan kemungkinan menggunakan pompa.
2. Penanganan Wilayah Tengah
Sebagai bagian dari sistem operasional dan pemeliharaan (maintenance) maka
perlu dipertimbangkan penyediaan fasilitas penggelontor (flushing) untuk
saluran-saluran drainase yang ada. Fasilitas penggelontor akan dibutuhkan
selama musim kemarau, pada saat aliran lambat dan secara beruntun untuk
pula kemampuan membersihkan saluran, sehingga sangat potensial untuk
menciptakan sedimentasi di sepanjang saluran.
3. Penanganan Wilayah Hulu
Beberapa alternative penanganan wilayah hulu telah dipertimbangkan melalui
beberapa studi terdahulu seperti pembuatan floodway, bendungan (dam),
upaya konversi alam, pemulihan kantong-kantong air dan retensi air. Konsep
dan program tersebut merupakan bagian dari kebutuhan perencanaan ke depan
bagi pembangunan dalam rangka penanggulangan banjir di perkotaan.
2.2. Daerah Aliran Sungai Deli
Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak- anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari air
hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Wilayah Sungai (WS) adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 km2 (Sosrodarsono, 1985).
Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai suatu common good
yang diberikan oleh suatu DAS. Jasa DAS yang utama adalah fungsi hidro-orologis
dan fungsi ekologi (Departemen Kehutanan Balitbang, 2002).
Wilayah daratan biasanya disebut Daerah Tangkapan Air (DTA) atau
Chatmen Area merupakan ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya
alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaatan sumber
daya alam.
Oleh karena komponen ekosistem saling berinteraksi satu sama lain, maka
terganggunya salah satu komponen ekosistem tersebut akan mempengaruhi
komponen yang lain. Contoh kondisi tersebut adalah terjadinya peristiwa banjir di
daerah DAS bagian hilir pada musim hujan karena kerusakan lingkungan pada daerah
hulu akibat penebangan hutan, cara bercocok tanam yang tidak mengikut kaidah
konservasi tanah, atau adanya aktivitas pembukaan lahan (Dinas Pengairan Propsu,
2003).
Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan
dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan yang berada dalam suatu
daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit puncak sungai akan
meningkat antara 6 sampai 10 kali. Angka 6 dan angka 20 ini tergantung jenis hutan
dan jenis pemukiman (Kodoatie dan Syarif, 1996).
Suatu kawasan hutan bila diubah menjadi pemukiman maka yang terjadi
adalah bahwa hutan yang bisa menahan run-off cukup besar diganti menjadi
pemukiman dengan resistensi run-off yang kecil. Akibatnya ada peningkatan aliran
sungai yang besar. Perubahan run-off akibat perubahan tata guna lahan dapat dilihat
pada (Gambar 2.2)
res na
Sumber : Kodoatie, Robert, J, 1996
Gambar 2.2 Perubahan Run-off
Ilustrasi dari gambar diatas menerangkan bahwa perubahan fungsi DAS Deli
dimana DAS Deli yang terletak di tengah kota Medan merupakan salah satu DAS
paling prioritas di kota ini. Sehingga usaha rehabilitasi fungsi DAS Deli perlu segera
dilakukan karena rusaknya kondisi ekosistem sudah sampai pada taraf
membahayakan yang pada gilirannya akan berpengaruh baik terhadap kondisi DAS
itu sendiri maupun terhadap kehidupan masyarakat yang bermukim disekitar
lingkungan DAS tersebut. Dari gambar diatas diterangkan bahwa akibat perubahan
fungsi tata guna lahan yang sebelumnya peruntukan DAS sungai sebagai kawasan
hutan sebagai daerah resapan air berubah fungsi tempat pemukiman masyarakat.
Misal
resapan besar karena ada air yang terperangkap tanaman,
ada banyak waktu
run-offkecil karena
semua jadi bangunan
apan kecil kare tak ada air yang
Akibatnya daerah resapan air menjadi kecil sehingga aliran air sungai terganggu,
dapat dilihat dari perubahan debit air puncak yang sebelumnya Qa= 10 m3/dtk
menjadi lebih besar Qb = 200 m3/dtk, serta daya resap lahan berkurang dari 5 m3/dt
menjadi 0,5 m3/dt akibat yang ditimbulkan adalah bencana banjir (Gambar 2.2)
Pada saat ini, sebahagian besar sistim pengendalian banjir kota Medan,
termasuk sistim sungai Deli – sungai Percut, untuk tingkatan debit banjir periode
ulang bervariasi 10 sampai 25-tahunan, telah selesai dilaksanakan. Dengan selesainya
Kanal Banjir (Floodway) maka sebahagian debit air sungai Deli akan beralih melalui
Kanal Banjir dan masuk ke sungai Percut. Air akan mulai mengalir melalui Kanal
Banjir apabila debit air di sungai Deli telah mencapai 134 m3/det. Pengalihan debit
akan berlangsung lebih besar lagi apabila debit air di sungai Deli semakin besar. Saat
debit air di sungai Deli mencapai 292 m3/det maka pengalihan debit air melalui Kanal
Banjir akan mencapai 67 m3/det (Irwansyah, 2004).
Akan tetapi, sebahagian daerah yang berada di tepi (di dalam lembah) sungai
Deli, yaitu penggalan mulai dari daerah di sekitar kantor DPRD Medan sampai ke
Jembatan Avros, masih akan tetap tergenang. Penggalan ini adalah daerah yang
rencana penanganannya belum terlaksana (kegiatan FC-103) karena tidak termasuk
lagi dalam program MMUDP. Terjadinya genangan tersebut dikarenakan kapasitas
alir air sungai kurang dari yang dibutuhkan. Sebahagian dari penggalan sungai
tersebut hanya mempunyai kapasitas alir air sungai 130 – 221 m3/det. Bahkan,
bahagian lainnya, yaitu di daerah Kampung Aur dan Sei Mati, hanya mempunyai
periode ulang 1-tahunan. Dengan demikian, setiap terjadi kenaikan debit sungai,
maka air akan keluar dari alur sungai dan menggenangi seluruh lembah sungai (seluas
+ 4 ha), yang hampir seluruhnya dihuni oleh penduduk.
Jadi pelaksanaan peningkatan kapasitas alir air sungai sebagai suatu sistim
dan untuk melaksanakan pembangunan bangunan-bangunan pengendali banjir yang
diperlukan agar sungai dapat menampung dan mengalirkan air hingga debit desain
tertentu, baik yang berasal dari daerah hulu maupun yang berasal dari
drainase-drainase kota. Dengan pengendalian banjir tersebut maka diharapkan
kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh banjir dapat dikurangi.
2.3. Siklus Hidrologi
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak manfaatnya bagi
kebutuhan manusia. Air yang terdapat di alam ini dalam bentuk cair, tetapi dapat
berubah dalam bentuk padat/es, salju dan uap yang terkumpul di atmosfer. Air juga
tidaklah statis tetapi selalu mengalami perpindahan. Air menguap dari laut, danau,
sungai, tanah dan tumbuh-tumbuhan akibat panas matahari. Kemudian akibat proses
alam air yang dalam bentuk uap berubah menjadi hujan, yang kemudian sebagian
menyusup ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian
lagi mengalir di atas permukaan tanah (run off). Air permukaan ini mengalir ke dalam
sungai, danau, kemudian mengalir ke laut, kemudian dari tempat itu menguap lagi
Siklus air (siklus hidrologi) adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dengan air
dari saat ia jatuh ke bumi (hujan) hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh
kembali ke bumi (Arsyad, 1985)
Selaras hal tersebut untuk mengetahui/memprediksi besarnya debit air hujan
maka perlu diketahui siklus hidrologi seperti yang dijelaskan pada gambar berikut ini:
Sumber : Kodoatie dan Roestam, 2008
Gambar 2.3 Siklus Hidrologi
Gambar diatas menjelaskan bahwa siklus hidrologi merupakan konsep dasar
keseimbangan air secara global dan menunjukkan semua hal yang berhubungan
dengan air. Prosesnya sendiri berlangsung mulai dari tahap awal terjadinya proses
(evapotranspirasi), lalu terjadi hujan akibat berat air atau salju yang ada di gumpalan
awan. Lalu air hujan jatuh keatas permukaan tanah yang mengalir melaui akar
tanaman dan ada yang langsung masuk ke pori-pori tanah. Dan didalam tanah
terbentuklah jaringan air tanah (run off) yang juga mengalami transpirasi dengan butir
tanah. Sehingga dengan air yang berlebih tanah menjadi jenuh air sehingga
terbentuklah genangan air (sungai, danau, empang, dll)
Hujan merupakan suatu peristiwa siklus hidrologi yang terjadi tidak merata di
semua tempat, ada tempat yang mempunyai curah hujan yang tinggi dan ada tempat
yang mempunyai curah hujan yang rendah. Tinggi rendahnya curah hujan tersebut
disebabkan oleh letak suatu daerah dan iklim setempat, serta kebasahan udara (uap).
Pada umumnya di lereng gunung curah hujan lebih besar dibandingkan di daratan
(Soetedjo, 1970).
Menurut Sosrodarsono (1985), hujan yang terbanyak adalah di daerah
khatulistiwa antara 50 sampai dengan 100 sebelah utara dan selatan equator. Analisis
hidrologi dimaksud untuk memprediksikan keberadaan sumber air pada area
penelitian dengan menggunakan persamaan-persamaan empiris yang
memperhitungkan parameter-parameter alam yang mempengaruhinya. Dimana
analisis hidrologi ini ditujukan untuk memberikan estimasi mengenai besaran
kebutuhan dan ketersediaan air pada lokasi penelitian yang diperlukan dalam
perencanaan lebih lanjut, secara keseluruhan hasil analisis tersebut adalah merupakan
Langkah-langkah dalam analisis hidrologi ini yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
1. Data curah hujan dan klimatologi yang diambil untuk kebutuhan analisis
hidrologi minimal diambil dari 3 (tiga) Stasiun Pencatat Hujan yang dinilai
dapat mewakili pola distribusi hujan pada Daerah Aliran Sungai Deli,
sedangkan data iklim diambil dari stasiun terdekat.
2. Data yang hilang atau kesenjangan data suatu pos penakar hujan pada saat
tertentu dapat diisi dengan bantuan data yang tersedia pada pos-pos penakar di
sekitarnya pada saat yang sama. Cara yang dipakai dinamakan ratio normal.
Syarat untuk menggunakan cara ini adalah tinggi hujan rata-rata tahunan pos
penakar yang datanya hanya diketahui, disamping dibantu dengan data tinggi
hujan rata-rata tahunan dan data pada pos-pos penakar disekitarnya.
Berdasarkan ketersediaan data pos duga air telah tersedia pada lokasi
kegiatan, langkah lain menentukan debit maksimum sungai Deli diambil dari data Pos
duga air.
2.4. Debit Air Maksimum
Debit air maksimum merupakan kondisi puncak/kritis yang terjadi pada saat
volume Kanal Banjir (Floodway) penuh. Hal ini disebabkan masuknya air ke Kanal
Banjir (Floodway) secara bersamaan yang menyebabkan kemampuan untuk
yang dilakukan tim EDCS konsultan bahwa penyebab banjir yang ada di kota Medan
diakibatkan oleh sistem drainasenya yang kurang berfungsi maksimal.
Asumsi debit desain QD dengan Periode Ulang T-tahunan yaitu :
(QD 10-tahunan) Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q > QD adalah
10%
(QD 25-tahunan) Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q > QD adalah
4%
(QD 50-tahunan) Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q > QD adalah
2%
(QD 100-tahunan) Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q > QD adalah
1%
Dengan demikian, pada setiap tahun, kemungkinan debit dengan besaran
berapapun bisa saja terjadi. Kemungkinan dilampauinya kapasitas alir air sungai tetap
ada setiap tahunnya. Penanganan sungai yang dilakukan tidaklah dapat mengubah
status dataran banjir menjadi dataran bebas banjir.
2.4.1. Karakteristik DAS
Karakteristik DAS meliputi bentuk dan kemiringan lereng. Berdasarkan hasil
tinjauan di lapangan, karakteristik DAS di tiga lokasi kajian menunjukkan adanya
persamaan yaitu daerah hulu sampai daerah tengah dengan kelerengan yang terjal
Berdasarkan karakteristik demikian, begitu hujan jatuh maka air hujan dari
daerah hulu langsung mengalir ke bawah dengan waktu konsentrasi yang singkat.
Jika drainase daerah hilir kurang memadai maka aliran permukaan tersebut akan
menyebar kemana-mana menggenangi daerah pemukiman dan jalan. Masing-masing
DAS mempunyai bentuk yang berbeda sehingga respon terhadap hujan juga
berbeda-beda. Untuk bentuk DAS yang memanjang respon hujan
Dalam UU No.41 Tahun 1999 minimal hutan dalam satu DAS adalah 30
persen. Berdasarkan hal tersebut DAS Deli mempunyai hutan sekitar 6 persen dari
luas DAS. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa keberadaan hutan yang sedikit
menyebabkan banjir. Hutan dapat mengurangi banjir hanya pada curah hujan sedang.
Pada curah hujan yang besar, hutan sudah tidak mampu menguranginya. Namun
demikian hutan dapat mengurangi erosi yang menyebabkan pendangkalan di sungai
atau saluran sehingga fungsi hutan ini lebih menjaga saluran sungai agar lancar
mengalirkan air. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Asdak Chay (1995) yang
menyebutkan bahwa keberadaan hutan dapat dipandang sebagai kegiatan pendukung
dari usaha lain dalam menurunkan terjadinya banjir. Selain itu hutan berfungsi
menjaga kontinuitas aliran, karena hutan dapat mengatur tata air yaitu menampung air
pada musim penghujan dan mengalirkannya pada musim kemarau.
Selain perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke pemukiman dan dari
tanaman keras ke tanaman semusim, ada lagi perubahan penggunaan lahan yang
cukup signifikan menyebabkan banjir yaitu penggunaan situ dan rawa untuk
mempunyai tempat lagi untuk transit. Aliran permukaan akan langsung mengalir dan
menambah aliran dari sekitarnya sehingga menyebabkan banjir atau menggenangi
pemukiman di daerah bekas situ atau rawa.
Kawasan resapan air di hulu DAS memiliki peran yang sangat penting dalam
siklus hidrologi di suatu DAS. Sayangnya, kebanyakan masyarakat awam memahami
DAS hanya sebatas pada air sungai yang mengalir. Padahal sistem sungai adalah
suatu hal yang sangat komplek dan terkait erat serta dipengaruhi oleh berbagai faktor
dari suatu DAS. Karenanya tidak mengherankan bila pada saat ini banyak kawasan
resapan air di hulu DAS telah mengalami perubahan fungsi, misalnya menjadi
pemukiman. Parahnya lagi, saat ini tercatat 58 DAS di Indonesia dalam kondisi kritis
(Pusat Data dan Informasi Publik, 2002).
2.4.2. Saluran Drainase
Saluran drainase memiliki peran sangat penting sebagai jalan bagi air untuk
sampai ke laut yang merupakan tujuan akhir dari air yang mengalir. Seperti halnya
jalan, kapasitas saluran drainase haruslah sesuai dengan volume air yang akan
disalurkannya. Banjir yang terjadi di ketiga daerah kajian juga dipicu oleh kurang
memadainya saluran drainase. Di beberapa tempat volume saluran drainase
mengalami penyusutan karena beberapa hal, yaitu semakin banyaknya masyarakat
yang terpaksa bermukim di bantaran sungai, masih berkembangnya perilaku
limpasan, pengusahaan bantaran sungai sebagai areal pertanian, dan kondisi fisik
palung sungai.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan, yaitu untuk kegiatan
pengelolaan dan pemeliharaan sungai sebagai fungsi drainase untuk pencegahan
banjir di daerah kota Medan salah satunya yaitu :
Nasib (2003) dengan judul penelitian ; Persepsi masyarakat terhadap
pemukiman di daerah aliran sungai Deli kecamatan Medan Maimon, hasil penelitian
menyimpulkan bahwa keberadaan pemukiman penduduk di daerah aliran sungai Deli
seringkali menimbulkan kerawanan pada saat terjadi banjir hal ini diperburuk lagi
dengan kondisi perumahan yang kumuh sehingga menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan, kebersihan dan kerawanan sosial.
Astuti (2005) dengan judul penelitian ; Analisis penanggulangan banjir
ditinjau dari kondisi drainase di kota Medan, menyimpulkan bahwa penyebab
permasalahan terjadinya banjir di kota Medan yaitu ; kurang dalamnya saluran induk
yang ada sehingga tidak dapat menampung kebutuhan elevasi pengaliran air dari
saluran-saluran sekunder disekitarnya, kurangnya kapasitas saluran sekunder yang
ada, kurangnya kapasitas saluran induk yang ada, beban aliran air yang tidak terbagi
sesuai kapasitasnya, adanya sedimentasi dan tumpukan sampah yang berada pada
saluran, dan kurang berfungsinya atau tidak adanya jalan masuk air (street inlet) dari
Hasibuan (2007) dengan judul penelitian : Model koordinasi kelembagaan
pengelolaan banjir perkotaan terpadu, hasil penelitian didapat kesimpulan yaitu ;
1. Definisi pengelolaan banjir perkotaan terpadu adalah terintegrasinya subsistem
atau domain yang mempengaruhi tercapainya pengelolaan banjir perkotaan dalam
kerangka DAS, hal ini dipengaruhi oleh koordinasi yang baik dan saling
keterkaitan (pooled interdependency) antara: a) domain Dinas Pengairan,
Kehutanan, dan Tarukim Provinsi (domain regional provinsi pengelolaan DAS
lintas kabupaten/kota), b) koordinasi domain DAS dalam kabupaten, c) koordinasi
domain DAS dalam kota, d) koordinasi domain penegakan law enforcement tata
ruang dan garis sempadan, dan e) koordinasi domain peran serta masyarakat.
2. Pengelolaan banjir perkotaan terpadu merupakan bagian dari perencanaan
wilayah, dengan melihat banjir berdasarkan batas hidrologis, tapi dalam
melaksanakan tugas, visi, misi, action plan, dilihat berdasarkan batas administrasi
serta mensinergikan antara batas hidrologis dengan batas administrasi.
2.6. Kerangka Berfikir
Analisis kemampuan kanal banjir dalam menanggulangi masalah banjir kota
Medan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
bahaya banjir dan penanggulangannya untuk mengurangi dampak kerusakan akibat
banjir dengan alasan bahwa di kota Medan ini terdapat penduduk sekitar 2,6 juta jiwa
52
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan juga mempunyai pengaruh dalam
pergerakan perekonomian kota Medan.
Proyek dimaksudkan untuk melaksanakan peningkatan kapasitas alir air kanal
banjir sebagai suatu sistim dan untuk melaksanakan pembangunan
bangunan-bangunan pengendali banjir yang diperlukan agar sungai dapat menampung dan
mengalirkan air hingga debit desain tertentu, baik yang berasal dari daerah hulu
maupun yang berasal dari drainase-drainase kota. Dengan pengendalian banjir
tersebut maka diharapkan kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh banjir dapat
Air dari hulu sungai deli
Air dari air hujan Kanal banjir (floodway) Kota Bebas Banjir Pengembangan Wilayah
Air dari drainase perkotaan
Solusi Penanggulangan
Sumber Permasalahan Banjir Sasaran yang ingin
dicapai
- Teknologi
- Sumber Daya Alam
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kanal Banjir (floodway) dalam menampung
debit air dalam pencegahan bahaya banjir dengan alasan bahwa di kota Medan ini
terdapat penduduk sekitar 2,6 juta jiwa dan juga terdapat bangunan
infrastruktur/objek vital milik pemerintah dan masyarakat yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan juga mempunyai pengaruh dalam pergerakan
perekonomian kota Medan.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder tentang debit air yang melintasi
Kanal Banjir (floodway). Debit air itu bersumber dari debit air sungai yang berasal
dari hulu sungai Deli, air hujan dan drainase-drainase perkotaan. Dimana seluruh data
didapat dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi, BMG, dan instansi lainnya.(sumber
data tahun 2007-2009)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder lainnya dihimpun dari instansi terkait seperti :
2. Balai Wilayah Sungai Sumatera II ;
3. Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ;
4. Badan Meteorologi Geofisika Medan ;
5. Badan Perencana Pembangunan Daerah Provinsi ;
6. Penelitian terdahulu dan instansi lainnya.
3.4. Metode Analisa Data
Seluruh data yang telah diperoleh dari instansi terkait tersebut diolah dan
ditabulasi di lapangan kemudian dimasukkan kedalam tabel frekuensi serta analisis.
Untuk menganalisis permasalahan bagaimanakah Kanal Banjir (floodway)
dalam menampung debit air dalam pencegahan bahaya banjir. Debit air itu bersumber
dari debit air sungai yang berasal dari hulu sungai Deli, air hujan dan
drainase-drainase perkotaan. Data dimasukkan dalam daftar frekuensi tangensi, yaitu
penganalisisan melalui tabel.
Untuk melihat pengaruh debit Kanal Banjir (floodway) terhadap kemampuan
mengatasi bahaya banjir dianalisis dengan alat statistik Regresi Linier Berganda
menggunakan SPSS 15 dengan formula sebagai berikut :
Persamaan Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
dimana : Y = Debit Kanal Banjir (floodway)
b0 = konstanta persamaan
b2 = koefisien debit air air yang berasal dari air hujan
b3 = koefisien debit air yang berasal dari drainase perkotaan
e = galad
X1 = Debit air yang berasal dari hulu sungai Deli
X2 = Debit air yang berasal dari air hujan
X3 = Debit air yang berasal dari drainase-drainase perkotaan
2.7. Definisi Variabel
1. Air Hujan adalah butiran-butiran air yang mengkristal di lapisan awan dan
mencair pada suhu dan tekanan tertentu menjadi titik-titik air yang jatuh
secara vertikal ke permukaan bumi (Soemarto, 1995).
2. Drainase perkotaan adalah suatu tindakan teknis berupa bangunan air yang
bertujuan untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan,
rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga
fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Secara umum adalah serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan
air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal (Sosrodarsono, 1976).
3. Daerah aliran sungai Deli adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai Deli dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
4. Kanal Banjir (floodway) adalah bangunan yang kontruksinya dibuat dari
bahan beton berfungsi sebagai pengalih debit air sungai yang berlebih untuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan letak
wilayah pada posisi 030.30’ LU-030.48’ LU dan 980.39’ BT-980.47’ 36” BT dengan
ketinggian tempat 0 meter - 40 meter diatas permukaan laut. Suhu kota Medan pada
pagi hari berkisar 23,70 C–25,10 C, siang berkisar 29,20 C–32,90 C, dan pada malam
hari berkisar 26,0 0C – 30,8 0C, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 68 %
sampai 93 % yang berpenduduk 2,210,743 jiwa ini pada malam hari dan hampir
mencapai 2,6 juta jiwa pada siang hari (terdapat ± 400 ribu jiwa sebagai commuters)
memiliki luas wilayah 26.510 ha (265,10 km2), atau 3,6 % dari luas keseluruhan
Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota paling utama di Provinsi Sumatera
Utara yang juga menjadi kota pusat pemerintahan. Daerah ini juga memiliki potensi
yang cukup besar untuk menjadi pusat pertumbuhan segala sektor, antara lain ;
perdagangan, industri, dan jasa. kota Medan juga adalah salah satu kota dengan
jumlah penduduk paling padat dan mempunyai pertumbuhan penduduk yang paling
tinggi di Sumatera Utara.
Posisi dan letak kota Medan berada di dataran pantai Timur Sumatera Utara,
persis di antara Selat Malaka dan jajaran pegunungan yang membujur dari barat daya
sampai wilayah tenggara pulau Sumatera menjadikan kota Medan daerah yang
permukaan laut, dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Sehingga
dengan curah hujan tinggi menyebabkan banjir kerap menjadi permasalahan pada
daerah ini. Dan kejadian-kejadian banjir ini dinilai telah menyebabkan kerusakan
yang serius dan menjadi faktor utama yang menghambat perkembangan kota Medan.
Perluasan wilayah kota Medan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi
Sumatera Utara No.66/III/Propinsi Sumatera Utara dengan menetapkan luas wilayah
menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan yakni kecamatan Medan Timur, Medan
Barat, Medan Baru dan Medan Polonia. Pada Tahun 1973 terjadi perluasan kota
Medan menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan. Melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.59 Tahun 1991, 11 Kecamatan yang ada
dimekarkan menjadi 19 kecamatan. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.35 Tahun 1991 tentang pembentukan kecamatan di Sumatera
Utara termasuk 2 pemekaran kecamatan di kota Medan sehingga menjadi 21
kecamatan.
4.2. Kanal Banjir Dalam Satuan Wilayah Sungai
Kanal Banjir merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Deli dan
sungai Percut. Bagian hulu kanal banjir terletak pada sungai Deli dan sedangkan
bagian hilir terletak pada sungai Percut dan berada di wilayah kota Medan dengan
melalui beberapa kecamatan yaitu ; kecamatan Medan Johor, kecamatan Delitua dan
Kanal Banjir dibangun dengan harapan dapat meminimalisasi masalah banjir
yang kerap terjadi di kota Medan. Masalah banjir ini yang menjadi sumber utama
kerusakan infrastruktur kota. Efek kerusakan antara lain yaitu kerusakan pada irigasi
(pertanian), industri (perusahaan), domestik (rumah tangga) dan perkotaan
(perkantoran, sosial, sekolah). Perlu ditambahkan bahwa Kanal Banjir bermuara di
sungai Percut. Letak geografis Kanal Banjir berada sekitar 15 km dari pusat kota
Medan arah ke Selatan terletak pada 03º23’ Lintang Utara dan 98º55’ Bujur Timur.
Dengan cakupan pelayanan efektif seluas 526,1 km2 yang meliputi 3 kecamatan
yaitu ; kecamatan Medan Johor, kecamatan Delitua dan kecamatan Marendal.
Kanal Banjir memiliki panjang sekitar 3,80 km dengan luas daerah aliran
pertemuan dua sungai, yaitu sungai Deli 351,9 km2 , dan sungai Percut 174,2 km2
dengan debit maksimum 300 m3/det dan debit minimum 190 m3/det (untuk sungai
Deli), dan debit maksimum 320 m3/det dan debit minimum 220 m3/det (untuk sungai
Percut) memiliki cabang dan anak cabang seperti yang dijelaskan pada gambar 4.1
Sumber : Dirjen SDA Departemen PU, 2008
Gambar 4.1 Peta Wilayah Sungai
Jumlah penduduk disekitar Satuan Wilayah Sungai (SWS) DAS Deli tepatnya
pada Kanal Banjir Tahun 2008 tercatat sebanyak 20,560 jiwa yang tersebar di 10
desa/kelurahan di atas areal luas 255 Ha. Tingginya curah hujan yang turun di kota
Medan akhir-akhir ini dengan luasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli yang
berfungsi sebagai hutan untuk tempat simpanan air sudah sangat tidak layak lagi
sehingga kota Medan sering dilanda banjir. Artinya kapasitas atau daya tampung
mengurangi beban air dari DAS Deli dengan mendistribusikan sebagian debit airnya,
serta dari pemukiman penduduk untuk dialirkan ke DAS Percut melalui Kanal Banjir.
Sehingga Kanal Banjir bisa disebutkan juga sebagai shortcut lintasan aliran sungai
guna meminimalisasi banjir di kota Medan. Sehingga air sungai (banjir) tidak
langsung masuk ke dalam inti kota, melainkan dibawa ke luar kota Medan melalui
DAS Percut dan langsung menuju laut (Selat Malaka).
Kanal Banjir merupakan bangunan pengalih air sungai yang bersumber dari
sungai Deli (hulu) dan sungai Percut (hilir) yang mempunyai beberapa anak sungai.
Kanal banjir mengalir antara dua sungai besar tersebut diatas, sehingga merupakan
infrastruktur yang sangat vital untuk mendukung pencegahan banjir di kota Medan
seperti tertera pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Aliran Sungai Pada Kanal Banjir.
Letak Sungai Ranting Sungai
Hulu
Sumber : Dinas Pengairan Sumatera Utara, 2008
Kanal Banjir memberikan manfaat bagi penduduk kota Medan khususnya
kepentingan menampung debit air yang berlebih yang selama ini tidak tertampung
pada sungai Deli. Seiring dengan masuknya musim penghujan maka resiko terjadinya
banjir akan semakin besar. Dengan kondisi cathman area cenderung semakin
menurun fungsinya sehingga mengakibatkan daerah resapan air semakin menurun.
Untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian SDA yang ada serta upaya untuk
mengurangi efek masalah banjir yang akan terus terjadi baik sekarang maupun masa
mendatang, maka perlu di tata sistem pengendalian banjir dari sumber daya air yang
ada.
Secara administratif, Kanal Banjir berada pada 3 (tiga) kecamatan seperti
Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Daerah Yang Dilalui Kanal Banjir
No Kecamatan Jumlah Desa
(desa)
1 Medan Johor 3
2 Delitua 4
3 Marendal 3
Jumlah 10
Sumber : Diolah dari Medan Dalam Angka 2008
Untuk memantau perkembangan dan pola air sungai secara konsisten, maka di
bangun stasiun-stasiun meteorologi pada beberapa tempat yang dianggap menjadi
Keseluruhan luas catchment area kanal banjir adalah 526,10 km2 yang terdiri
dari 3 jenis peruntukan seperti Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Luas Catchment Area Berdasarkan Jenis Peruntukan
No Peruntukan Luas Persen
1 Hutan 111. 403-175.014 km 12-18%
2 Semi Hutan 243.732-256.571 km 30-40%
3 Areal Terbuka 386.560-420.228 km 45-50%
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2008
Daerah aliran sungai yang termasuk golongan hutan ini diperkirakan sekitar
12%-18% dari keseluruhan DAS Deli, luasan areal jenis golongan hutan ini
cenderung berkurang, diakibatkan besarnya kegiatan alih fungsi lahan menjadi areal
perkebunan, perladangan dan pertanian masyarakat.
Pengalihan fungsi lahan yang semula adalah areal hutan dirubah menjadi areal
perkebunan masyarakat, dan dijumpainya banyak permukiman-permukiman tumbuh
dari masyarakat. Keadaan ini memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap
kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kanal Banjir yaitu DAS Deli sebagai
daerah hulu Kanal Banjir.
Permukiman-permukiman masyarakat juga menjadi kendala bagi lancarnya
aliran air Kanal Banjir yang diakibatkan karena kanal banjir juga harus menanggung
beban limbah domestik, serta adanya campur tangan masyarakat yang membendung