• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Kadar Serum Feritin Bayi Baru Lahir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Kadar Serum Feritin Bayi Baru Lahir"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR SERUM FERITIN BAYI BARU LAHIR

T E S I S

OLGA RASIYANTI SIREGAR 077103001 / IKA

PROGRAM MAGISTER KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

(2)

PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR SERUM FERITIN BAYI BARU LAHIR

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

OLGA RASIYANTI SIREGAR 077103001 / IKA

PROGRAM MAGISTER KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat

Terhadap Kadar Serum Feritin Baru Lahir Nama Mahasiswa : Olga Rasiyanti Siregar

Nomor Induk Mahasiswa : 077103001

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K)) Ketua

( Dr.Lily Irsa, SpA(K)) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

(4)

Tanggal lulus : 09 Juni 2010

Telah diuji pada Tanggal : 09 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR SERUM FERITIN BAYI BARU LAHIR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Juni 2010

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya, serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan keahlian di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K), dan Dr. Lily Irsa, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

(7)

SpA(K) selaku Sekretaris Program Studi periode tahun 2007 hingga saat ini, yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

3. Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2007–2011 yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Prof. Dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), Dr. Nelly Rosdiana, SpA, Dr. Selvi Nafianti, SpA, Dr. H. Emil Azlin, SpA, Dr. Pertin Sianturi, SpA, Dr. Hj. Bugis Mardina Lubis, SpA, Dr. Beby Sofyani Hasibuan, SpA, M.Ked(Ped), Dr. Lily Emsyah, SpA, Dr. Rasyidah, SpA, Dr M. Ali, SpA(K) dan Dr. Muara P.Lubis, SpOG, serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran, membantu saya dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara periode 1995- 2010 serta Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK- USU.

(8)

7. Teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian, serta penulisan tesis ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik saya,

Kepada kakakku dan abang iparku dan semua keluargaku, terima kasih atas perhatian, doa, dorongan serta bantuan moril dan spiritual yang telah diberikan.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wasalam,

Medan, Juni 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan Pembimbing iii

Pernyataan v

Ucapan Terima Kasih vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Singkatan dan Lambang xiii

Abstrak xiv

BAB 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Hubungan Plasenta dan Status Besi Janin 4

2.2. Status Besi pada Bayi Baru Lahir 5

2.3. Pengaruh Lamanya Pengikatan Tali Pusat 6 Terhadap Status Besi pada Bayi Baru Lahir 2.4. Kerangka Konseptual 8 BAB 3. Metodologi 3.1. Desain 9

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 9

3.3. Populasi dan Sampel 9

3.3. Besar Sampel 10

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 11

3.5. Persetujuan 11

3.6. Etika Penelitian 12

3.7. Cara Kerja 12

3.8. Identifikasi Variabel 13

3.9. Definisi Operasional 13

(10)

BAB 4. Hasil 15

BAB 5. Pembahasan 18

BAB 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan 26

6.2. Saran 26

Ringkasan 27

Daftar Pustaka 31

Lampiran 1. Jadwal Penelitian 35

2. Personil Penelitian 36

3. Biaya 36

4. Lembar Penjelasan Penelitian Kepada Orang tua 37

5. Lembar Persetujuan 38

6. Lembar Kuesioner 39

7. Persetujuan Komisi Etik 40

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rerata konsentrasi kadar serum feritin pada bayi 7

antara pengikatan tali pusat tertunda dan dini

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka konseptual 8

Gambar 4.1. Diagram CONSORT 15

(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

% : persen

n : jumlah subyek / sampel

≥ : lebih besar dari atau sama dengan > : lebih besar dari

< : lebih kecil dari

µg : mikrogram

α : alfa

β : beta

cm : centimeter

EDTA : Ethylenediamine Tetra Acetic Acid

g : gram

g/dL : gram per deciliter Hb : hemoglobin Ht : hematokrit

IK : interval kepercayaan kgBB : kilogram berat badan

L : liter

ml : mililiter

mg : miligram

ml/kg : mililiter per kilogram mm3 : milimeter kubik P : tingkat kemaknaan

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SD : Standar Deviasi

S : Simpang Baku

SPSS : Statistic Package for the Social Sciences X1-X2 : perbedaan klinis yang diinginkan (clinical

judgement)

(14)

ABSTRAK

Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin (Hb) dan merupakan kelainan hematologi yang paling sering terjadi pada bayi dan anak. Pengukuran status besi adalah dengan mengukur kadar serum feritin karena feritin merupakan salah satu bentuk cadangan besi. Status besi pada bayi juga dipengaruhi status ibu selama masa kehamilan. Salah satu cara perbaikan status besi bayi dimulai selama masa kehamilan atau awal kelahiran adalah dengan penundaan pengikatan tali pusat, karena dapat mempengaruhi volume darah yang ditransfer melalui plasenta.Walaupun waktu optimal pengikatan tali pusat masih menjadi perdebatan, tetapi para praktisi melakukan segera setelah bayi lahir. Pengertian dari pengikatan tali pusat “segera” pada penelitian ini adalah 15 detik sedangkan pengikatan tali pusat “terlambat” adalah 2 menit. Pengikatan tali pusat tertunda(2 menit) dapat menurunkan terjadinya ADB pada bayi baru lahir.

Tujuan. Mengetahui pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar serum feritin bayi baru lahir.

Bahan dan cara kerja. Suatu penelitian uji klinis acak sederhana tersamar tunggal yang dilakukan sejak bulan September 2009 sampai November 2009, di dua RSU (RSUP H.Adam Malik dan RSUP dr Pirngadi) di Medan, propinsi Sumatera Utara, dilakukan pada bayi baru lahir yang memenuhi kriteria, secara acak bayi dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok I yang dilakukan pengikatan tali pusat dini (15 detik setelah lahir) atau tertunda (2 menit setelah lahir) pada kelompok II. Bayi diletakkan di atas perut ibu sebelum dilakukan pemotongan tali pusat dan kadar serum feritin bayi diukur dari darah vena umbilikal yang diambil 24-48 jam setelah lahir.

Hasil. Dari total 60 bayi, diperoleh 30 bayi pada kelompok I dan 30 bayi pada kelompok II. Nilai rerata serum feritin pada kelompok I 329 (181,3) mg/dl dan 556 (463) mg/dl pada kelompok II (95% IK: 45,1  409,2; P=0,015).

Kesimpulan. Ada perbedaan bermakna pada kadar serum feritin antara pengikatan tali pusat dini dan tertunda.

Kata kunci. Waktu pengikatan tali pusat, kadar serum feritin, bayi baru lahir.

(15)

ABSTRACT

Background. Iron deficiency anemia is common disorder of hematologic in infants and children and caused by depletion of iron that need for haemoglobin synthesis. Ferritin level can be measuring iron status because ferritin is one of iron stored. Iron status in infant has influced by iron status in mother. Delayed cord clamping can reduced incidency of iron deficiency and increased iron profile. Early cord clamping is clamping the cord 15 seconds after baby birth and delayed cord clamping is clamping the cord about 2 minutes after baby birth.

Objective. We aimed to investigate whether a difference of timing of cord clamping might have impact on ferritin level on newborn term infants. Methods. A randomized, single blind trial study was conducted on September to Novemeber 2009, at two general hospitals in Medan, North Sumatera province, which eligible newborn infants were randomly assigned to early cord clamping = ECC (15 seconds after delivery) in the first group or delayed cord clamping = DCC (2 minutes after delivery) in the second group. The infants were placed on the mother’s abdomen before the umbilical cord were clamped and ferritin level were measured from the umbilical cord blood.

Results. Totally 60 infants were eligible which consist of 30 infants of each group. From ferritin level, we found in early clamping group 329 (181,3) mg/dl and 556 (463) mg/dl in delayed clamping group (95% CI: 45,1  409,2; P=0,015).

Conclusion. There was a significant difference on ferritin level between early and delayed cord clamping.

(16)

ABSTRAK

Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin (Hb) dan merupakan kelainan hematologi yang paling sering terjadi pada bayi dan anak. Pengukuran status besi adalah dengan mengukur kadar serum feritin karena feritin merupakan salah satu bentuk cadangan besi. Status besi pada bayi juga dipengaruhi status ibu selama masa kehamilan. Salah satu cara perbaikan status besi bayi dimulai selama masa kehamilan atau awal kelahiran adalah dengan penundaan pengikatan tali pusat, karena dapat mempengaruhi volume darah yang ditransfer melalui plasenta.Walaupun waktu optimal pengikatan tali pusat masih menjadi perdebatan, tetapi para praktisi melakukan segera setelah bayi lahir. Pengertian dari pengikatan tali pusat “segera” pada penelitian ini adalah 15 detik sedangkan pengikatan tali pusat “terlambat” adalah 2 menit. Pengikatan tali pusat tertunda(2 menit) dapat menurunkan terjadinya ADB pada bayi baru lahir.

Tujuan. Mengetahui pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar serum feritin bayi baru lahir.

Bahan dan cara kerja. Suatu penelitian uji klinis acak sederhana tersamar tunggal yang dilakukan sejak bulan September 2009 sampai November 2009, di dua RSU (RSUP H.Adam Malik dan RSUP dr Pirngadi) di Medan, propinsi Sumatera Utara, dilakukan pada bayi baru lahir yang memenuhi kriteria, secara acak bayi dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok I yang dilakukan pengikatan tali pusat dini (15 detik setelah lahir) atau tertunda (2 menit setelah lahir) pada kelompok II. Bayi diletakkan di atas perut ibu sebelum dilakukan pemotongan tali pusat dan kadar serum feritin bayi diukur dari darah vena umbilikal yang diambil 24-48 jam setelah lahir.

Hasil. Dari total 60 bayi, diperoleh 30 bayi pada kelompok I dan 30 bayi pada kelompok II. Nilai rerata serum feritin pada kelompok I 329 (181,3) mg/dl dan 556 (463) mg/dl pada kelompok II (95% IK: 45,1  409,2; P=0,015).

Kesimpulan. Ada perbedaan bermakna pada kadar serum feritin antara pengikatan tali pusat dini dan tertunda.

Kata kunci. Waktu pengikatan tali pusat, kadar serum feritin, bayi baru lahir.

(17)

ABSTRACT

Background. Iron deficiency anemia is common disorder of hematologic in infants and children and caused by depletion of iron that need for haemoglobin synthesis. Ferritin level can be measuring iron status because ferritin is one of iron stored. Iron status in infant has influced by iron status in mother. Delayed cord clamping can reduced incidency of iron deficiency and increased iron profile. Early cord clamping is clamping the cord 15 seconds after baby birth and delayed cord clamping is clamping the cord about 2 minutes after baby birth.

Objective. We aimed to investigate whether a difference of timing of cord clamping might have impact on ferritin level on newborn term infants. Methods. A randomized, single blind trial study was conducted on September to Novemeber 2009, at two general hospitals in Medan, North Sumatera province, which eligible newborn infants were randomly assigned to early cord clamping = ECC (15 seconds after delivery) in the first group or delayed cord clamping = DCC (2 minutes after delivery) in the second group. The infants were placed on the mother’s abdomen before the umbilical cord were clamped and ferritin level were measured from the umbilical cord blood.

Results. Totally 60 infants were eligible which consist of 30 infants of each group. From ferritin level, we found in early clamping group 329 (181,3) mg/dl and 556 (463) mg/dl in delayed clamping group (95% CI: 45,1  409,2; P=0,015).

Conclusion. There was a significant difference on ferritin level between early and delayed cord clamping.

(18)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin (Hb). Diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan ADB. Anemia ini juga merupakan kelainan hematologi yang paling sering terjadi pada bayi dan anak.1 ADB menimbulkan manifestasi klinis yaitu gangguan motorik, berkurangnya kemampuan kognitif, gangguan perilaku, dan gangguan mielinisasi irreversibel.2,3

Penelitian di Chili melaporkan prevalensi defisiensi besi dari 1657 bayi berusia 1 tahun sebesar 34.9% dan dari 186 bayi dengan anemia ternyata 84,9% penyebabnya adalah ADB.4 Di Asia Tenggara prevalensi ADB mencapai 60% sampai 70%. Dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia, diperkirakan 50 sampai 70 juta orang menderita ADB. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1992 menunjukkan bahwa 55% balita menderita ADB. Penelitian terhadap 990 bayi Indonesia berusia 3 sampai 5 bulan, menunjukkan prevalensi ADB sebesar 71%.5

(19)

status besi juga dipengaruhi status besi ibu selama masa kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya transportasi besi dari ibu ke janin selama masa kehamilan melalui plasenta. Salah satu cara perbaikan status besi bayi dimulai selama masa kehamilan atau awal kelahiran adalah dengan penundaan pengikatan tali pusat, karena dapat mempengaruhi volume darah yang ditransfer melalui plasenta.6

Pengikatan dan pemotongan tali pusat merupakan tindakan yang selalu dilakukan pada bayi baru lahir. Disamping hal itu, waktu optimal pengikatan tali pusat masih menjadi perdebatan, tetapi para praktisi melakukan segera setelah bayi lahir.7 Selama lebih dari satu abad, pengertian dari pengikatan tali pusat “segera” adalah pengikatan tali pusat kurang dari satu menit dan pengikatan tali pusat “terlambat” berarti pengikatan tali pusat lebih dari lima menit. Saat ini pengertian dari pengikatan tali pusat “segera” adalah kurang dari 2 menit sedangkan pengikatan tali pusat “terlambat” adalah lebih dari 2 menit. Pengikatan tali pusat tertunda dapat menurunkan ADB pada bayi baru lahir.8-10

1.2. Perumusan Masalah

(20)

Untuk itu penelitian ini mencoba menilai apakah waktu pengikatan tali pusat mempengaruhi kadar serum feritin bayi baru lahir?

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan kadar feritin bayi baru lahir yang tali pusatnya diikat segera setelah lahir dengan dua menit setelah lahir

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar feritin pada bayi baru lahir yang tali pusatnya diikat segera setelah lahir dengan yang ditunda dua menit setelah lahir.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti dalam hal mengenai waktu pengikatan tali pusat yang tepat terhadap kadar serum feritin.

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bayi, khususnya terhadap pencegahan ADB sejak dini.

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hubungan Plasenta dan Status Besi Janin

Sirkulasi darah ibu dan janin terjadi melalui plasenta selama kehamilan. Plasenta mengandung darah sekitar 75 sampai 125 mL pada bayi. Arteri umbilikalis akan mengalami konstriksi setelah kelahiran, kemudian vena umbilkalis akan mengalami dilatasi, dan akhirnya darah akan mengalir melalui plasenta. Sekitar 1 dari 400 kehamilan berhubungan dengan pendarahan transplasenta janin sekitar > 30 mL dan sekitar 1 dari 2000 kehamilan berhubungan dengan perdarahan transplasenta janin sekitar > 100 mL. Bila janin menerima transfusi sebanyak 30 sampai 50 mL per menit, hal ini bisa menyebabkan polisitemia.11

(22)

suplementasi besi pada ibu saat trimester akhir terjadi peningkatan kadar serum ferritin pada 3 bulan pasca kelahiran pada bayi.14

2.2. Status Besi pada Bayi Baru Lahir

(23)

2.3. Pengaruh Lamanya Pengikatan Tali Pusat terhadap Status Besi pada Bayi Baru Lahir

Pengikatan tali pusat yang terlalu dini menjadi penyebab utama terjadinya anemia pada bayi, sehingga sejumlah penelitian menganjurkan pengikatan tali pusat terlambat sebagai tindakan pencegahan anemia. Penelitian di Guatemala melaporkan hubungan pengikatan tali pusat yang tertunda dengan kadar hematokrit (Ht) dan Hb yang tinggi pada BBL.16 Hal ini juga didukung oleh penelitian di Buenos Aires yang melaporkan prevalensi Ht meningkat 10% pada bayi dengan pengikatan tali pusat tertunda.17

Penelitian di Mesir melaporkan peningkatan kadar Ht dan Hb pada BBL disebabkan oleh peningkatan viskositas plasma dan agregasi sel darah merah, yang bersamaan dengan penurunan perubahan sel darah merah.18 Penelitian di Lousiana melaporkan penundaan pengikatan tali pusat dapat menurunkan kebutuhan sirkulasi darah dan albumin dan juga dapat meningkatkan kadar Ht, Hb, eritrosit dan tekanan darah.19

(24)

yang kuat antara kadar serum feritin dengan pengikatan tali pusat yang tertunda (sesuai tabel 2.1).22

Penelitian di Birmingham melaporkan hubungan antara kadar serum feritin dengan perkembangan kognitif dan juga hubungan kadar serum feritin tali pusat yang rendah dengan hasil tes mental dan psikomotor yang rendah saat usia 5 tahun.10 Penelitian di Rhode Island melaporkan pengikatan tali pusat yang tertunda dapat mencegah terjadinya perdarahan intraventrikular dan late onset sepsis pada bayi berat lahir amat rendah, terutama bayi laki - laki.23 Penelitian di St. Louis melaporkan hubungan antara status besi dan feritin yang rendah dengan perkembangan mental dan psikomotor.24

Tabel 2.1. Rerata konsentrasi kadar serum feritin pada bayi antara pengikatan tali pusat tertunda dan dini. 16,20

Sumber Tertunda

Mean (SD) Feritin, µg/L

Dini

Mean (SD) Feritin, µg/L

Gheethaneeth dkk (1997)

(25)

2.4. Kerangka Konseptual

Plasenta ibu – janin: - Pengikatan tali pusat dini - Pengikatan tali pusat tertunda Iatrogenik Perdarahan : - Persalinan - Infeksi - Peny.lain Status besi ibu

- Asupan - Kesehatan - Absorpsi

Status besi janin Status besi Janin

Heme enzim Transferin Cadangan Myoglobin Heme

Feritin Hemosiderin

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

(26)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain

Metode yang digunakan adalah uji klinis tersamar tunggal untuk menilai pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar feritin bayi baru lahir

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP.H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan bekerjasama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi yang dilakukan pada bulan September sampai November 2009

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah semua bayi yang lahir di RS.H.Adam Malik dan RSUD. Pirngadi Medan.

Populasi terjangkau adalah populasi target yang lahir di RS.H.Adam Malik dan RSUD. Pirngadi Medan selama periode penelitian.

(27)

3.4. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen sebagai berikut :25

2 (Z α + Z β)S ) n1 = n2 = 2

( X 1 – X2 )

n1 = n2 : besar sampel masing-masing kelompok.

Zα = deviasi baku normal :1.96 ( untuk α = 0.05)

Zβ = power penelitian 80% : 0.842 (untuk β = 0.2)

S = simpang baku kadar feritin pengikatan tali pusat dini dan tertunda: 29.2 mg/dl16

X1 – X2 = perbedaan kadar feritin yang diinginkan : 21.5

2 ( 1.96 + 0.842)29.2 ) n1 = n2 = 2

21.5

(28)

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

1. Neonatus cukup bulan

2. Cara persalinan spontan pervaginam 3. Berat badan lahir ≥ 2500 sampai 4000 g 4. Skor Apgar menit pertama ≥ 7

5. Orang tua bersedia ikut dalam penelitian

Kriteria Eksklusi

1.Ibu diabetes, preeklamsia, eklamsia, hipertensi, mendapat diazepam atau oksitosin untuk induksi persalinan

2.Kelainan kongenital

3.Trauma lahir : hematoma sefal, perdarahan subaponeurosis, hematoma, caput succedaneum

3.6. Persetujuan

(29)

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja

Bayi yang lahir secara spontan dan memenuhi kriteria inklusi diacak secara sederhana untuk menentukan kelompok, yaitu kelompok pertama pengikatan tali pusat 15 detik setelah seluruh badan bayi lahir dan kelompok kedua pengikatan tali pusat 2 menit setelah seluruh badan bayi lahir. Sampel dikumpulkan secara consecutive sampling. Pengacakan dilakukan dengan menggunakan amplop yang seragam dan terutup yang berisi keterangan mengenai ketentuan tindakan yang akan dilakukan, dengan jumlah yang sesuai, dimana amplop akan dibuka sebelum ibu melahirkan saat di ruang persalinan dan ibu tidak diberitahukan mengenai ketentuan tindakan tersebut. Pengikatan tali pusat dilakukan sesuai dengan ketentuan isi amplop tersebut dimana waktu pengikatan tali pusat diukur dengan dengan menggunakan pengukur waktu. Setelah seluruh badan bayi lahir, bayi diletakkan di atas perut ibu sebelum dilakukan pemotongan tali pusat. Tindakan ini dilakukan saat di ruang persalinan bekerjasama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi.

(30)

dilakukan perawatan bayi. Darah bayi sebanyak 2 cc diambil dari vena umbilikalis 24 sampai 48 jam setelah lahir dengan spuit lalu dimasukkan ke dalam tabung vaccutainer berisi EDTA dan segera dikirim ke laboratorium patologi klinik untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan serum feritin dengan menggunakan Cobas 6000 tahun 2007.

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas Skala

Pengikatan tali pusat dini/tertunda Nominal dikotom

Variabel Tergantung

Kadar feritin Numerik rasio

3.10. Definisi Operasional

• Neonatus Cukup Bulan : bayi baru lahir dengan usia kehamilan

≥ 38 minggu dan ≤ 42 minggu

• Usia kehamilan : dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan

menggunakan rumus Naegel atau New Ballard Score dari bayi yang dilahirkan

• Persalinan spontan : persalinan dengan presentasi belakang

(31)

• Pengikatan tali pusat dini : pengikatan tali pusat pada 15 detik

pertama setelah kelahiran

• Pengikatan tali pusat tertunda : pengikatan tali pusat pada 2

menit pertama setelah kelahiran

• Feritin : zat antara pada proses penyerapan zat besi atau

protein yang mengandung besi.

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

(32)

BAB 4. HASIL

Selama periode penelitian, terdapat 272 ibu hamil yang direncanakan untuk melahirkan secara spontan. Sejumlah 180 ibu dieksklusikan dan akhirnya diperoleh 92 ibu yang memenuhi kriteria untuk kemudian dilakukan tindakan pengacakan (randomisasi) dimana didapatkan 46 bayi pada setiap kelompok, baik pada kelompok I (pengikatan tali pusat dini) ataupun kelompok II (pengikatan tali pusat tertunda). Total 30 bayi pada kelompok pengikatan tali pusat dini, dan 30 bayi pada kelompok pengikatan tali pusat tunda (Gambar 4.1)

●135 ibu menolak ikut serta

● 18 komplikasi kehamilan atau persalinan ● 25 melahirkan secara SC / ekstraksi vakum ● 2 kembar

272 ibu hamil yang direncanakan melahirkan spontan

92 ibu memenuhi kriteria dan diacak

46 bayi dengan pengikatan tali pusat dini

46 bayi dengan pengikatan tali pusat tertunda

• 8 trauma lahir

• 2 gagal pengambilan darah • 6 skor Apgar < 7

30 bayi dianalisis 30 bayi dianalisis

• 9 trauma lahir

[image:32.595.107.530.369.660.2]

• 3 gagal pengambilan darah • 4 skor Apgar < 7

(33)
(34)
[image:34.595.111.516.279.404.2]

Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kadar Hb dan Ht ibu dan bayi. Pengambilan Hb dan Ht ibu dilakukan sebelum melakukan tindakan partus. Dari tabel berikut dapat dilihat kadar Hb dan Ht ibu tidak berbeda bermakna, sementara Hb dan Ht bayi yang tali pusatnya diikat 2 menit setelah lahir lebih tinggi dibandingkan pengikatan tali pusat dini. Tabel 4.2. Kadar hemoglobin dan hematokrit ibu dan bayi

Kelompok I Kelompok II

( n = 30 ) ( n = 30 ) IK 95% P Hb Ibu (gr%) 11.41 (1.10) 11.81 (1.27) -0.206 sampai 0.994 0.194 Ht Ibu (%) 34.24 (3.08) 35.05 (3.60) -0,869 sampai 2.485 0.339 Hb bayi (gr%) 16.23 (1.03) 18.37 (1.06) 1.612 sampai -2.673 0.0001 Ht bayi (%) 47.80 (3.94) 53.47 (2.13) 4.065 sampai 7.276 0.0001 Nilai dalam mean (SD)

(35)

BAB 5. PEMBAHASAN

Pada negara berkembang, sebanyak 50% anak – anak menderita anemia defisiensi besi pada usia 12 bulan. Faktor – faktor risiko terjadinya anemia defisiensi besi meliputi berat lahir rendah, ibu dengan anemia defisiensi besi selama kehamilan, dan jenis kelamin pria.26 Pencegahan anemia defisiensi besi merupakan prioritas karena pengaruh keadaan anemia defisiensi besi terhadap perkembangan.27 Sejak beberapa dasawarsa yang lalu , sudah diketahui bahwa pengikatan tali pusat tunda dapat memberikan efek positif terhadap status hematologis setelah lahir.28-30

Pada waktu dilahirkan bayi masih tetap berhubungan dengan ibunya melalui tali pusat. Bayi dipisahkan dari plasenta dengan melakukan pengikatan dan pemotongan tali pusat. Pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan pada kala tiga persalinan, kemudian tali pusat diklem dengan memakai cunam dan dipotong dengan jarak 5-10 cm dari umbilikus.31

(36)

merekomendasikan untuk melakukan penundaan pengikatan tali pusat hingga 2 menit untuk bayi normal.34

Pembuluh darah plasenta mengandung sepertiga volume darah fetus, dimana setengahnya akan kembali kepada bayi dalam waktu 1 menit setelah lahir. Volume darah yang kembali kepada bayi tergantung pada waktu pengikatan tali pusat sebagai berikut :19

• Penundaan pengikatan tali pusat 15 detik : 75-78 ml/kg

• Penundaan pengikatan tali pusat 60 detik : 80-87 ml/kg

• Penundaan pengikatan tali pusat 120 detik : 83-93 ml/kg

(37)

uterus berkontraksi dengan baik. Stripping dan milking tali pusat tidak dilakukan karena hal ini tidak dianjurkan dan akan mempengaruhi volume darah bayi.

Tidak terdapat perbedaan bermakna pada karakteristik kedua grup penelitian ini, didapatkan jumlah bayi laki-laki lebih banyak ditemukan pada kelompok pengikatan tali pusat tertunda (19%) dibanding dini (13%), rerata berat badan lahir lebih tinggi ditemukan pada kelompok pengikatan tali pusat dini (3154 gram) dibanding tertunda (3064 gram) dan rerata panjang badan bayi pada kelompok pengikatan tali pusat dini 49,07 cm dan tertunda 49,00 cm (sesuai tabel 4.1).

Ibu diabetes mellitus (suatu penelitian mendapatkan ibu yang menderita diabetes mellitus memiliki volume darah yang tersisa di plasenta lebih besar), preeklamsia, eklamsia, hipertensi, mendapat diazepam atau oksitosin untuk induksi persalinan dapat mempengaruhi transfusi plasenta yang terjadi.39 Bias dihindari dengan cara menyeragamkan Hb ibu dan mengeksklusikan faktor – faktor tersebut.

(38)

terjadi,39 dan transfusi plasenta yang lebih berarti terjadi pada persalinan pervaginam.40-41

Pengikatan tali pusat tertunda mengakibatkan darah plasenta mengalir ke neonatus sehingga terjadi peningkatan volume darah 30% dan 60% eritrosit.42 Pada kelompok bayi yang dilakukan pengikatan tali pusat tertunda mempunyai peningkatan hematokrit yang signifikan dibandingkan kelompok bayi yang dengan pengikatan tali pusat segera.16

Metaanalisis menunjukkan hemoglobin bayi baru lahir lebih tinggi secara signifikan pada kelompok yang dilakukan pemotongan tali pusat tertunda.7

[image:38.595.112.542.579.666.2]

Pada penelitian ini pengikatan tali pusat tertunda dilakukan 2 menit setelah kelahiran dan pengikatan tali pusat dini dilakukan 15 detik setelah lahir. Tindakan pengikatan tali pusat tertunda menurunkan terjadinya anemia defisiensi besi pada bayi baru lahir sedangkan pengikatan tali pusat dini dapat menyebabkan defisiensi besi.9 Nilai normal hematologis untuk darah bayi usia 1 sampai 3 hari dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 Nilai normal status hematologis bayi usia 1 sampai 3 hari.43

(39)

Peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan viskositas plasma dan agregasi sel darah merah, yang bersamaan dengan penurunan deformabilitas sel darah merah.18 Penundaan pengikatan tali pusat dapat menurunkan kebutuhan sirkulasi darah dan albumin, juga dapat meningkatkan kadar hematokrit, hemoglobin, eritrosit dan tekanan darah.19

Bayi yang tali pusatnya diikat segera mengalami penurunan kadar hemoglobin rata- rata lebih rendah secara signifikan pada usia 12,24,72 dan 96 jam dibandingkan dengan kelompok bayi yang dilakukan pengikatan tali pusat tertunda.44

Pada penelitian ini, didapatkan nilai hemoglobin dan hematokrit yang lebih tinggi pada bayi dengan pengikatan tali pusat tunda dibandingkan tali pusat dini (sesuai tabel 4.2)

Homeostasis zat besi dipertahankan terutama oleh yang mengatur zat besi dalam usus, yang mana diatur oleh enterosit. Efisiensi penyerapan zat besi secara normal diatur sesuai dengan keberadaan zat besi. Divalent metal transporter – 1 (DMT-1) secara aktif mentransport zat besi dalam makanan yang telah direduksi ke dalam enterosit. DMT-1 pada villus enterosit akan meningkat jika kekurangan zat besi dan menurun jika terjadi kelebihan zat besi.45,46

(40)

dan bentuk heme dimana besinya langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi.1

Besi non heme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferi, kemudian akan membentuk kompleks transferin besi yang kemudian akan masuk ke dalam sel mukosa. Didalam sel mukosa, besi akan dilepaskan dan apotransferin kembali ke dalam lumen usus. Selanjutnya sebagian besi bergabung dengan apoferitin membentuk feritin sedangkan besi yang tidak diikat oleh apoferitin akan masuk ke peredaran darah dan berikatan dengan apotransferin membentuk transferin serum. 1

(41)

Di dalam sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam eritrosit yang selanjutnya bersenyawa dengan porfirin membentuk heme dan persenyawaan globulin dengan heme membentuk hemoglobulin. Setelah eritrosit berumur 120 hari fungsinya kemudian menurun dan selanjutnya dihancurkan ke dalam sel retikuloendotelial. Hemoglobin mengalami degradasi menjadi biliverdin dan besi. Selanjutnya biliverdin direduksi menjadi bilirubin, sedangkan besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus atau tetap disimpan sebagai cadangan tergantung aktivitas eritopoisis.1,49

Di dalam tubuh, cadangan besi ada 2 bentuk yaitu feritin (mudah larut, tersebar di parenkim dan makrofag serta terbanyak di hati) dan hemosiderin (tidak mudah larut, lebih stabil, lebih sedikit, ditemukan dalam sel Kupfer dan makrofag di limpa dan sumsum tulang). Cadangan besi berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh. Apabila pemasukan besi dari makanan tidak mencukupi, maka terjadi mobilisasi besi dan cadangan besi untuk mempertahankan kadar Hb. 1,47

(42)

peranan homeostasis dari absorpsi usus saat bayi berusia kurang dari 6 bulan tetapi kemudian bayi mampu mengatur menurunkan transport zat besi usus sebagai respon terhadap suplemen zat besi. Ketidakmampuan bayi mengatur absorpsi zat besi usus cenderung menyebabkan bayi akan mengalami kekurangan zat besi jika pemasukan zat besi makanan kurang dan kelebihan zat besi jika kadar zat besi makanan tinggi.47

(43)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pengikatan tali pusat tertunda selama 2 menit setelah kelahiran menunjukkan peningkatan nilai serum feritin secara bermakna.

6.2. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar. Bila memungkinkan, dilbandingkan berdasarkan posisi bayi terhadap plasenta. atau cara persalinan (spontan dengan SC). Sebaiknya dilakukan pemeriksaan status hematologis ibu dan penilaian status hematologis bayi lainnya sehingga evaluasi lebih lanjut dapat dilakukan bila ditemukan anemia pada bayi.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Raspati H, Reniarti L, Susanah S. Anemia defisiensi besi. Dalam: Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi onkologi anak. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005. h. 98-9

2. Lozoff B, Andraca I, Castilo M, Smith BS, Walter T, Pino P. Behavioral and development effects of preventing iron – deficiency anemia in healthy full – term infants. Pediatrics. 2003; 112:846-54 3. Halterman JS, Kaczorowski JM, Aligne A, Auinger P, Szilagyi PG.

Iron deficiency and cognitive achievement among school – aged children and adolescent in the United states. Pediatrics. 2001; 107:1381-6

4. Lozoff B. Iron deficiency in infancy : applying a physiologic framework for prediction. Am J Clin Nutr. 2006: 84(6):1412-21

5. Hellen Keller International. Indonesia Crisis Bulletin. Iron deficiency anemia in Indonesia. Report of the policy workshop on iron deficiency anemia in Indonesia. Jakarta: Helen Keller Internasional, 1997. h.1-16

6. Andrews NC & Bridges KR. Disorders of iron metabolism and sideroblastic anemia. Dalam: Nathan DG, Orkin SH, penyunting. Nathan and Oski’s hematology of infancy and childhood. Edisi ke-5. Pennsylvania:Saunders,1998.h. 423-61

7. Van Rheenen PF, Brabin J. A Practical approach to timing cord clamping in resource poor settings. BMJ. 2006; 333:954-7

8. Philip AGS. Delayed cord clamping in preterm infants. Pediatrics. 2006; 117(4):1434-5

9. Glader B. Anemias of inadequate production. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB & Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007. h. 2014-6

10. Tamura T, Picciano MF. Folate and human reproduction. Am J Clin Nutr. 2006; 83:993-1016

11. Narang A, Kumar R. Materno – fetal hematological interactions. Dalam: Lokeshwar MR, Dutta AK & Sachdeva A, penyunting. Textbook of neonatal hematology – oncology. New Delhi: Jaypee Brothers, 2003. h. 29-40

12. Singla PN, Chand S, Agarwal KN. Cord Serum and placental tissue iron status in maternal hypoferremia. Am J Clin Nutr.1979; 32:1462-5

(45)

14. Preziosi P, Prual A, Galan P, Daouda H, Boureima H, Hercberg S. Effect of iron supplementation on the iron status of pregnant women: consequences for newborns. AMJ. 1997; 66:1178-82

15. Dalman PR. Nutrisional anemias. Dalam: Hoffman JLE & Rudolph CD, penyunting. Rudolph’s Pediatrics. Edisi ke-20. Connecticut: Appleton & Lange, 1996. h.1176-80

16. Grajeda R, Escamilla RP, Dewey KG. Delayed clamping of the umbilical cord improves hematologic status of guatemalan infants at 2 mo of age. Am J Clin Nutr. 1997; 65:425-31

17. Cernadas JMC, Carroli G, Pellegrini L. The effect of timing cord clamping on neonatal venous hematocrit values and clinical outcome at term : a randomized controlled trial. Pediatrics. 2006; 117(4):779-86

18. Aziz SFA, Shaheen MY, Hussein S, Soliman S. Early cord clamping and its effect on some hematological determinants of blood viscosity in neonates. Diunduh dari : http//:www.Obgyn.net. Diakses bulan Desember 2007

19. Ibrahim HM, Krouskop RW, Lewis DF, Dhanireddy R. Placental transfussion: umbilical cord clamping and preterm infants. J of Perinatol. 2000; 20:351-4

20. Gheethanath RM, Ramji S, Thirupuram S, Rao YN. Effect of timing of cord clamping on the iron status of infants at 3 months. Indian Pediatrics.1997; 34:102-6

21. Chaparro CM, Neufeld LM, Alavez GT. Delayed umbilical cord clamping improves iron status at 6 months of age. Lancet. 2006; 367:1997-2004

22. Hutton EK, Hassan ES. Late vs early clamping of the umbilical cord in full term neonates. JAMA. 2007; 297(11):1241-52

23. Mercer JS, Vohr BR, McGrath MM, Padbury JF, Wallach M, Oh M. Delayed cord clamping in very preterm infants reduces the incidence of intraventricular hemmorhage and late – onset sepsis : a randomized controlled trial. Pediatrics. 2006; 117(4):1235-42 24. Flemming RE. Cord serum ferritin levels, fetal iron status and

neurodevelopmental outcomes : correlation and confounding variables. J Pediatr. 2002; 140:145-8

25. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, BudimanI, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto, 2008. h.302-31

(46)

27. Grantham-McGregor S, Ani C. A review of the studies of iron deficiency on cognitive development in children. J Nutr. 2001;131:649-68

28. Duckman S, Merk H, Lehman MX, Regan E. The Importance of gravity in delayed ligation of the umbilical cord. Am J Obstet Gynecol. 1953;66:1214-23

29. Whipple GA, Sissin TRC, Lund J. Delayed ligation of the umbilical cord. Obstet Gynecol. 1957;10:603-10

30. DeMarsh QB, Windle WF, Alt HL. Blood volume of newborn infants in relation to early and cord clamping of umbilical cord. Am J Dis Child. 1942;63:1123-9

31. Cunningham FG, Hauth JC, Leveno KJ, Gilstrap L, Bloom SL, Wenstrom KD. Anatomy and physiology. Dalam: Cunningham FG, Hauth JC, Leveno KJ, Gilstrap L, Bloom SL, Wenstrom KD, et al, penyunting. William obstetrics. Edisi ke-22. New York: McGraw-Hill; 2005. h.39-150

32. Rabe H, Reynolds G, Diaz-Rosello J. Early versus delayed umbilical cord clamping in preterm infants. Cochrane Database Syst Rev. 2004; 4;CD003248.

33. Philip AGS, Saigal S. When should we clamp the umbilical cord?. NeoReviews. 2004; 5(4):142-53.

34. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan obstetrik neonatal emergensi dan komprehensif. Jakarta;2007.h.60-62

35. Miller DR. Normal blood values from birth through adolescence. Dalam: Miller DR, Baehner RL, Miller LP, penyunting. Blood diseases of infancy and childhood. St.Louis: Mosby; 2005. h.30-53. 36. Newman WA. Dorland’s illustrated medical dictionary. Edisi ke-28.

Philadelphia: Saunders; 1994. h.995.

37. Bain BJ, Bates I. Basic haematological techniques. Dalam: Lewis SM, Bain BJ, Bates I, penyunting. Dacie and Lewis practical haematology. Edisi ke-9. London: Elsevier; 2001. h.19-43.

38. Lubis B. Eritropoisis. Dalam: Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi onkologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: BP IDAI; 2005. h.1-6.

39. Moss AJ, Couchard MM. Placental transfusion: early versus late clamping of the umbilical cord. Pediatrics.1967; 40(1):109-26.

40. Aladangady N, McHugh S, Aitchison TC, Wardrop CA, Holland BM. Infant’s blood volume in a controlled trial of placental transfusion at preterm delivery. Pediatrics. 2006; 117:93-98

(47)

42. Mercer JS. Current best evidence: a review of the literature on umbilcal cord clamping. J Mid-wifery Womens Health. 2001; 46:402-14

43. Strauss RG, Mock DM, Johnson KJ, Cress GA, Burmeister LE, Zimmerman MB, et al. A randomized clinical trial comparing immediate versus delayed clamping of the umbilical cord in preterm infants: short term clinical and laboratory endpoints. Transfusions 2008; 48:658-65

44. Lanzkowsky P. Effects of early and late clamping of umbilical cord on infant’s hemoglobin level. BMJ. 1960;1777-82

45. Leong WI, Bowlus CL, Talkvizt J, Lonnerdal B. DMT-1 and FPN-1 expression during infancy : development regulation of iron absorption. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol.2003;285:1153-61

46. Leong WI, Bowlus CL, Talkvizt J, Lonnerdal B. Iron supplementation during infancy – effects on expression of iron transporters, iron absorption, and iron utilization in rats pups. Am J Clin Nutr.2003;78:1203-11

47. Collard KJ. Iron homeostasis in the neonate. Pediatrics.2009;123(2):1208-15

48. Singla PN, Tyagi M, Shankar R, Desh D, Kumar A. Fetal iron status in maternal anemia. Acta Pediatr Scand. 1996;85:1327-30

49. Bhargava M, Kumar R, Iyer PU, Ramji S, Kapani S, Bhargava SK. Effect of maternal anemia and iron depletion on fetal iron stores, birth weight and gestation. Acta Pediatr Scand. 1996;78:321-22 50. Gupta R, Ramji S. Effect of delayed cord clamping on iron stores in

(48)

LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian

September - November 2009

1. Persiapan : 3 minggu 2. Pelaksanaan : 2 bulan

3. Penyusunan Laporan : 2 minggu 4. Penggandaan/Pengiriman : 2 minggu

September 2009

Oktober 2009

November 2009 Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan Laporan

(49)

2. Personil Penelitian 1. Ketua penelitian :

Nama : Dr. Olga Rasiyanti Siregar

Jabatan : Peserta PPDS Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2. Anggota Penelitian :

1. Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpAK 2. Dr. Nelly Rosdiana, Sp.A

3. Dr. Selvi Navianti, Sp.A 4. Dr. Susilowati, SpA 5. Dr. Fellycia Tobing 6. Dr. Anna Triana

7. Dr.Suratmin 3. Biaya

1. Honorarium : Rp. 3.500.000

2. Bahan / perlengkapan : Rp. 4.000.000 3. Transportasi / Akomodasi : Rp. 200.000 4. Penyusunan / Penggandaan : Rp. 1.000.000 5. Seminar hasil penelitian : Rp. 1.300.00

(50)

4 Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Yth. Bapak / Ibu…..

1. Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, Nama saya dokter……., bertugas di Divisi Hematologi - Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Saat ini Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pemotongan tali pusat pada bayi dilakukan 2 menit setelah lahir (pengikatan tali pusat tertunda) karena pada pengikatan tali pusat tertunda ini banyak keuntungan yang dapat diambil seperti tercukupinya kebutuhan zat besi bayi dalam 3 bulan setelah lahir dan berkurangnya kejadian anemia pada bayi.

3. Oleh karena itu kami akan melakukan pengikatan tali pusat tertunda kepada bayi Bapak/Ibu dan kemudian akan mengambil sampel darah sebanyak 2cc untuk melihat nilai feritin

4. Jika Bapak/Ibu bersedia maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan.

(51)

5. Lembar Persetujuan

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ny

Umur : Pekerjaan : Alamat :

Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian

“PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR SERUM FERITIN BAYI BARU LAHIR”. Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat tanpa paksaan siapapun.

Medan,...

(52)

6.Kuesioner

Nama pasien :………..

Lahir tanggal : ……….. pkl………….. IDENTITAS IBU :

1. (a) Nama : ……….. (b) Alamat : ... (c) Umur : ……….. ... (d) Pendidikan :

(i) SD (ii) SMP (iii) SMA (iv) Akademi (v) S-1 2. Riwayat menstruasi :

Siklus ……… hari sekali Banyaknya …………

HPHT……….→ usia kehamilan: ……..minggu 3. Riwayat obstetrik :

(a) Usia saat menikah: ………thn (b) Gravida : i) 1 ii) 2 iii) 3 iv) 4 v) > 5 (c) Paritas : i) 1 ii) 2 iii) 3 iv) 4 v) > 5 4. Usia kehamilan:

(a) 28-34 minggu (b) 34-37 minggu (c) > 37 minggu 5. Riwayat anak sebelumnya pucat :

(a) Ya (b) Tidak IDENTITAS BAYI:

6. Apgar Store menit ke 1 dan 5 : …/…..

Berat badan lahir :... Panjang badan lahir :...

(53)
(54)

8.Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dr. Olga Rasiyanti Siregar Tempat / Tanggal lahir : Medan / 2 Maret 1983

Alamat : Jl. Bunga Asoka No. 38 Medan Pendidikan

1. Taman Kanak- Kanak di TK Perwanis Medan, selesai tahun 1989 2. Sekolah Dasar di SD Percobaan Negeri, tamat tahun 1995

3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Medan, tamat tahun 1998

4. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, tamat tahun 2001 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2006 Riwayat Pekerjaan

1. Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU tahun 2009- sekarang

Pendidikan Spesialis

Gambar

Tabel 2.1. Rerata konsentrasi kadar serum feritin pada bayi antara pengikatan   tali pusat tertunda dan dini
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 4.1.  Diagram CONSORT
Tabel 4.2. Kadar hemoglobin dan hematokrit ibu dan bayi
+2

Referensi

Dokumen terkait

pada Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya yang Terdaftar di Kopertis Surabaya. Number of Higher Educational Institutions, Students, Lecturers and Alumni of Private Higher

Selama Januari–Maret 2014 penumpang luar negeri yang datang di Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 10,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama

Pangeran Purbaya, Raden Kuning, Raden Krincing, Tumenggung Mertoyuda, Tumenggung Singaranu, prajurit telik sandi beserta ratusan prajurit Keraton Mataram dengan gagah berani

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, usia, tingkat Pendidikan, lama usaha, serta pendapatan per-bulan mempengaruhi tingkat

internal atau eksternal hasil wawancara peneliti dengan 20 siswa SMKN X Bandung, bahwa 50% siswa sudah yakin akan kemampuan yang di miliki untuk mencapai karir dimasa depan,

Usaha manusia untuk menunda dan mempercepat kedatangan ajal merupakan usaha sia-sia karena kedatangan ajal bagi setiap orang berbeda-beda karena ini menyangkut Ilmu Allah

Berupa informasi status pengiriman seperti nama pengirim, alamat penerima, nama penerima, tanggal pengiriman, jenis pengiriman (pos ekspress atau pos kilat), berat barang (ukuran

– Memiliki kriteria untuk menghentikan proses.. • Algoritma yang baik harus bersifat efisien waktu dan penggunaan memori komputer. Hasil akhir fase penyelesaian masalah adalah