PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU
TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI
(Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran SKRIPSI
FITRIANI 080922013
Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Ekstensi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
PROGRAM EKSTENSI
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi
Oleh : Fitriani
NIM : 080922013
Disetujui Oleh :
Medan, Juni 2010
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Drs. Amir Purba, M.A
PUDEK 1
ABSTRAKSI
PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI SEKOLAH MADRASAH
ALIYAH NEGERI KISARAN
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat terbentuk.
Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik dalam belajar maupun diluar jam belajar. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran untuk melihat seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi guru dalam membentuk konsep diri para siswanya.
Data penelitian ini berasal dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang duduk dibangku kelas XI (247 siswa), sedangkan yang menjadi sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili seluruh populasi yang ada sebagai sumber penelitian sebanyak 71 siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dari perhitungan korelasi variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (konsep diri) dengan menggunakan rumus Spearmen, diperoleh besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah = 0.460, besarnya probabilitas
adalah 0.000 lebih kecil dari 0.41-0.70(Ho ditolak dan Ha diterima) yakni terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan dua tanda bintang (**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0.460 berada pada skala 0.41-0.70 yang menunjukkan adanya
hubungan yang cukup berati antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Peranan
Komunikasi Antarpribadi Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi”,
guna memenuhi syarat mendapatkan gelar S1 Ilmu Komunikasi Fisip USU.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis didalam menyusun skripsi
terutama kepada :
1. Bapak Prof. Drs. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Fisip
USU.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Fisip USU.
3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku dosen pembimbing yang
memberi bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Terima kasih buat semua dosen FISIP dan staff jurusan yang tidak
mungkin saya sebutkan namanya satu persatu.
5.
Untuk Mama dan Papa saya I love you so much, terima kasih buatkasih sayang yang diberikan kepada penulis dan nasehat yang
diberikan.
6.
Buat keluarga saya, abang-abangku yang baik hati dan kakak-kakakipar ku yang cantik-cantik makasih buat dukungannya selama ini (baik
moril maupun materil).
7.
Untuk teman-teman yang telah membantu penulis dalamSemoga kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu
penulis mendapat rahmat dan hidayah Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini
mungkin masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya skripsi ini.
Dan akhirnya semoga tulisan ini dapat member manfaat dan
masukan bagi kita semua. Amin.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI………....i
KATA PENGANTAR………...ii
DAFTAR ISI………iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang………1
1.2. Perumusan Masalah………6
1.3. Pembatasan Masalah………..6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..7
1.5. Kerangka Teori………..8
1.6. Kerangka Konsep………..10
1.7. Model Teoritis………...14
1.8. Operasional Variabel……….15
1.9. Defenisi Operasional……….16
1.10. Hipotesis………18
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Komunikasi………19
2.2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi………...20
2.3. Teori AIDDA………...23
2.4. Teori Jendela Johari………..24
2.5. Konsep Diri Siswa/Siswi………..26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………32
3.2. Metode Penelitian………...35
3.3. Populasi Dan Sampel………..36
3.4. Tehnik Pengumpulan Data………..39
3.5. Tehnik Analisis Data………...40
3.6. Uji Hipotesis………40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan………43
1.2. Tahap Pengolahan Data………44
1.3. Penyajian Dan Analisa Data……….46
1.4. Analisis Tabel Silang………68
1.5. Test Hipotesis………70
1.6. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis………....72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan………74
1.2. Saran………..75
ABSTRAKSI
PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI SEKOLAH MADRASAH
ALIYAH NEGERI KISARAN
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat terbentuk.
Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik dalam belajar maupun diluar jam belajar. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran untuk melihat seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi guru dalam membentuk konsep diri para siswanya.
Data penelitian ini berasal dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang duduk dibangku kelas XI (247 siswa), sedangkan yang menjadi sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili seluruh populasi yang ada sebagai sumber penelitian sebanyak 71 siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dari perhitungan korelasi variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (konsep diri) dengan menggunakan rumus Spearmen, diperoleh besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah = 0.460, besarnya probabilitas
adalah 0.000 lebih kecil dari 0.41-0.70(Ho ditolak dan Ha diterima) yakni terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan dua tanda bintang (**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0.460 berada pada skala 0.41-0.70 yang menunjukkan adanya
hubungan yang cukup berati antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi.
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugerah yang tak ternilai dari Sang Pencipta di
dalam sebuah keluarga. Tanpa kehadiran seorang anak, maka keluarga
tidak akan lengkap. Begitu pentingnya arti seorang anak di dalam sebuah
kelurga sehingga tanggung jawab dalam mendidiknya untuk menjadi
manusia yang berkualitas nantinya pada saat mereka dewasa menjadi suatu
hal yang sangat penting pula. Pendidikan yang diberikan dapat melalui
pendidikan informal maupun formal. Pendidikan informal dapat mereka
peroleh dari orang tua, lingkungan tempat mereka tinggal, dan juga
melalui interaksi dengan teman atau orang-orang disekeliling mereka
setiap harinya sedangkan pendidikan formal mereka dapatkan melalui
sekolah.
Namun banyak orang tua yang kurang menyadari hal tersebut,
kebanyakan dari mereka berfikir sekolah merupakan tempat untuk
mendidik anak mereka baik secara formal maupun informal. Mereka
membebankan semua tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka
kepada guru-guru disekolah. Tentu saja hal tersebut merupakan sebuah
kesalahan yang sangat besar. Guru tidak mungkin mampu untuk
mengontrol semua kegiatan siswa/siswinya pada saat mereka tidak berada
di sekolah, karena pada kenyataannya anak datang dari berbagai macam
lingkungan keluarga, masyarakat dengan pola sikap orang tua terhadap
mereka peroleh dari sekolah juga sangat memberi pengaruh yang cukup
besar. Pendidikan yang mereka peroleh akan merubah sikap, cara berfikir,
kepercayaan dan pendiriannya tentang sesuatu hal yang semuanya
merupakan bagian dari konsep diri.
Konsep diri sendiri merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Hurlock memberikan
pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang
dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri merupakan
sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Brehm (dalam
Hudaniah, 2003:65) mendefinisikan konsep diri adalah suatu keyakinan
yang dimiliki individu tentang atribut atau ciri-ciri yang dimilikinya.
Menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita dan seperti
apa diri kita yang kita inginkan. Dengan demikian konsep diri adalah cara
pandang secara menyeluruh tentang diri seseorang, yang meliputi
kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik diri
maupun lingkungan terdekatnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan. Dalam pembentukan konsep diri seorang anak dibutuhkan
kerjasama antara guru, orang tua dan murid itu sendiri. Dengan adanya
proses komunikasi yang berkesinambungan serta perhatian orang tua dan
guru dalam perkembangan anak, maka akan memudahkan untuk
mengarahkan siswa ke arah konsep diri yang positif.
Sekolah sebagai salah satu tempat pembentukan konsep diri bagi
anak-anak terutama remaja mengutamakan bimbingan dari seorang guru. Tugas
menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas menjadi tanggung
jawab yang sangat besar. Oleh sebab itu, para guru harus memberikan
pendidikan dan contoh sebaik mungkin baik berada didalam maupun
diluar kelas. Semuanya dapat terwujud jika komunikasi yang terjadi
antara guru dengan siswa/siswi berjalan sesuai dengan semestinya.
Adapun komunikasi yang terjadi di dalam kelas berlangsung di saat
guru menyampaikan materi pelajaran atau bimbingan dan sebaliknya para
siswa memberikan respon berupa pendapat, tanggapan, diskusi atau tanya
jawab dengan para guru. Adapun proses komunikasi yang berlangsung
selama aktivitas belajar mengajar dikelas meliputi juga bimbingan dan
penyuluhan, mewujudkan dua sifat komunikasi, yaitu:
1. Verbal Communication atau komunikasi verbal adalah komunikasi
dengan menggunakan lambang bahasa, mancakup komunikasi dengan
bahasa lisan maupun bahasa tulisan
2. Non Verbal Communication atau komunikasi non verbal adalah
Para ahli psikologi menyadari bahwa pengajaran disekolah atau
pendidikan formal terlalu menekankan perkembangan intelektual semata,
padahal perkembangan sikap dan perasaan (afektif) dan ketrampilan
(psikomotor) serta berfikir divergen atau berfikir kreatif adalah faktor yang
menunjang minat yang dimiliki oleh siswa perlu ditingkatkan, sehingga
akan terbentuklah konsep diri anak yang juga merupakan salah satu faktor
penunjang dalam keberhasilan.
Selanjutnya, terkadang para siswa juga memerlukan bimbingan dan
penyuluhan didalam memecahkan masalah pribadi, karena masalah pribadi
sering menimbulkan pengaruh dalam prestasi belajar mereka dan ini jelas
merugikan siswa terutama karena dapat membawa efek negatif pada
prestasinya di sekolah. Diharapkan dengan adanya bimbingan dan
penyuluhan yang dilakukan oleh guru, dapat memberikan semangat dan
menimbulkan rasa kepercayaan diri dalam diri para siswa dan menciptakan
konsep diri positif. Dengan demikian akan tercipta hubungan yang
intrapersonal yang akrab dan terbuka diantara guru dengan siswa.
Sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu dimana didalamnya
terjadi proses belajar mengajar antara guru dengan siswa/siswinya.
Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran merupakan salah satu
sekolah unggulan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas walaupun sekolah
tersebut berbasis agama islam di kota Kisaran. Sekolah tersebut tidak
hanya unggul dalam bidang agama tetapi juga dalam ilmu pengetahuan
pidato bahasa asing (bahasa Inggris), lomba cerdas cermat dan masih
banyak lagi perlombaan yang telah dimenangkan oleh siswa/siswi sekolah
tersebut. Oleh sebab itu, tiap tahunnya para orang tua berlomba-lomba
untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah tersebut dan hanya
anak-anak yang mampu melewati tes-tes tertentu yang ditetapkan oleh sekolah
yang dapat belajar di sekolah itu. Para orang tua memiliki keyakinan
bahwa jika anak mereka bersekolah di MAN nantinya dapat menjadi anak
yang berkualitas dalam agama tetapi juga dalam prestasi belajar, sikap dan
prilaku yang semuanya merupakan bagian dari konsep diri.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran, khususnya
siswa/siswi kelas XI. Hal ini dikarenakan, pada saat siswa/siswi duduk di
kelas XI berusia 15-17 tahun, mereka berada pada masa transisi
(peralihan) dari remaja kedewasa terutama dalam cara berfikir. Teman
sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih
mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja
mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan
impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan
dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Mereka bersikap sesuai
dengan apa yang mereka yakini benar dan sesuai dengan diri mereka
walaupun terkadang belum tentu benar. Namun hal tersebut terkadang
mereka abaikan karena sesuatu hal seperti ingin mencari perhatian, ingin
dipuji, pengaruh teman dan masih banyak lagi yang lainnya. Jika hal ini
negatif tidak hanya dalam sikap dan prilaku tetapi juga prestasi belajar di
sekolah. Disinilah peranan seorang guru sangat besar selain orang tua,
karena pada umunya siswa/siswi lebih banyak menghabiskan waktu
disekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
penulis tertarik untuk memilih judul ”Peranan Komunikasi Antar Pribadi
Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi Sekolah Madrasah
Aliyah Negeri Kisaran”.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Melihat bagaimana pengaruh komunikasi antar pribadi guru terhadap
pembentukan konsep diri siswa/siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri
Kisaran yamg berpengaruh pada prestasi belajar”.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas,
maka penulis menetapkan beberapa batasan masalah dalam penelitian ini:
1. Karakteristik guru yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah usia,
jenis kelamin,suku, pengalaman/lama mengajar, dan latar belakang
pendidikan)
2. Metode belajar yang digunakan dalam memberikan materi pelajaran
kepada siswa/siswi dibatasi hanya pada cara penyampaian dan
interaksi.
3. Objek penelitian terbatas pada siswa kelas XI Sekolah Madrasah
4. Penelitian hanya terbatas pada pembentukan konsep diri yang
berpengaruh dalam prestasi belajar siswa/siswi.
5. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan selesai.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi antar pribadi
yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi dalam pembentukan
konsep diri yang berpengaruh dalam prestasi belajar.
b. Untuk mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis dan membahas
karakteristik dari guru dan siswa/siswi dalam kecendrungannya
terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi Madrasah Aliyah
Negeri Kisaran.
c. Mendeskripsikan dan mengetahui isi-isi komunikasi yang
disampaikan oleh guru dalam pembentukan konsep diri siswa/siswi
Madrasah Aliyah Kisaran.
1.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah penelitian mengenai proses komunikasi dan menambah
referensi khususnya bagi para mahasiswa FISIP USU jurusan
komunikasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
cakrawala penulis tentang sejauh mana pengaruh komunikasi yang
dilakukan oleh guru terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi
c. Secara praktis, dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang
terkait didalam penelitian dan mengukur kemampuan penulis
dalam membahas dan menggali data yang berhubungan dengan
komunikasi guru dan pembentukan konsep diri siswa/siswi.
I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian haruslah memiliki kerangka teori sebagai
landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah yang ada.
Untuk itu, perlu disususn kerangka teori yang memuat pokok-pokok
pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti
(Nawawi, 2001: 39).
Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan
dalam penelitian ini yakni: Teori Jendela Johari dan Teori AIDDA yang
merupakan akronim dari Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire
(Keinginan/hasrat), Decision (Keputusan), Action (Tindakan).
I.5.1. Teori Jendela Johari
Pada tahun 1969, Joseph Luft memperkenalkan sebuah teori yang
dikenal dengan Jendela Johari (Johari Window). Teori ini menekankan jika
setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan
sikap dan tingkah lakunya disaat berhubungan dengan orang lain.
Jendela Johari terdiri atas empat bidang, dimana bidang I
menggambarkan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain
mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling
mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang II melukiskan
dikenal (Liliweri, 1991:49). Adapun hubungan dengan penelitian yang
akan dibahas adalah bagaimana hubungan antara guru dengan siswa/i
disekolah MAN, termasuk ke dalam bidang I,II,III, atau IV.
I.5.2. Konsep Teori AIDDA
Konsep AIDDA ini adalah suatu proses psikolog pada diri
komunikan. Berdasrkan formula AIDDA, komunikasi persuasive didahului
dengan upaya membangkitkan perhatian.
Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan
kata-kata yang merangsang tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika
menghadapi komunikan, tentu saja dalam hal ini perhatian siswa/siswi.
Membangkitkan perhatian tersebut bisa saja dengan mimic wajah, gerakan
tubuh atau hal lainnya yang dapat menarik perhatian siswa/siswi. Apabila
perhatian sudah berhasil dibangkitkan maka menyusul upaya
membangkitkan minat. Contohnya saja dengan memberikan tambahan
nilai tambah ketika siswa/siswi mampu mengerjakan soal tertentu sehingga
timbul minat siswa/siswi untuk mengerjakan soal tersebut. Oleh karena itu,
komunikator harus mengenal betul siapa komunikan yang dihadapinya.
Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada siswa/siswi agar
ajakan, bujukan atau rayuan komunikator (guru).Di sini imbauan
emosional perlu ditampilkan komunikator sehingga pada tahap berikutnya
komunikan mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan gejala secara
abstarak, contohnya seperti kejadian, keadaan, dan kelompok sehingga
diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya kedalam
konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa
masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Sarwono, 2006: 9).
adapaun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komunikasi dan komunikasi antar pribadi, konsep diri siswa/siswi,
pengertian guru dan prestasi belajar.
a. Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi
Manusia sebagai makhluk social tidak dapat bertahan hidup tanpa
adanya komunikasi dengan manusia lainnya. Namun demikian tidak
banyak yang benar-benar mengerti makna kata komunikasi yang selalu
dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan.
Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin communicare, yang
berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi berlangsung
apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna
mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang
mengerti tentang sesuaru yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka
komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi
tidak berlangsung. Menurut Effendy dengan mendasarkan defenisi dari
Harold Laswell (suatu defenisi tua yang sampai saat ini masih digunakan)
maka rumusan komunikasi adalah: Siapa, mengatakan apa, melalui saluran
apa, kepada siapa, dengan efek apa (Who says what in which channel to
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi antar pribadi
(Interpersonal Communication). Komunikasi antar pribadi melibatkan
komunikator dan komunikan untuk saling bertatap muka secara
langsung (face to face communication). Dengan demikian, bentuk
komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap,
pendapat, dan tingkah laku seperti yang diungkapkan Liliweri (1991:
15): “Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja
maupun tidak disengaja.
b. Konsep diri siswa/siswi
Konsep diri didefenisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu
terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap
yang dimiliki individu. http:/www.e-psikologi.com/2010/01/15.
Sedangkan menurut Stuart dan Sudden konsep diri adalah semua ide,
pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah
laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka
hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat
individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan
gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Sedangkan siswa/siswi merupakan anak atau pelajar yang melakukan
aktifitas belajar. Jadi konsep diri siswa/siswi adalah gambaran yang
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, konsep diri cenderung digunakan untuk
mengetahui bagaimana hubungan konsep diri siswa/siswi dengan
prestasi akademisnya; hubungan yang ada diantara konsep diri guru
dan gaya mengajarnya diruangan kelas; dapatkah
modifikasi-modifikasi konsep diri siswa/siswi dan guru melalui kelompok kerja
intesif dan lainnya dibuat, apakah hal tersebut mempunyai efek pada
penampilan anak sekolah dan guru diruangan kelas; apakah efek-efek
dari bentuk-bentuk organisasi sekolah yang berbeda-beda pada konsep
diri siswa/siswi (Burns, 1993:355).
c. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa/siswi
karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Dalam kegiatan pendidikan formal
tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes
sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Adapaun bentuk kerangka konsep dari variabel diatas adalah:
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah segala gejala, factor, atau unsur yang
menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel berikutnya.
terikat yang berbeda atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak
muncul (Nawawi, 1995 : 57). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi.
b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur
yang ada ataupun muncul dipengaruhi oleh variabel bebas dan
bukan oleh variabel lain (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah konsep diri anak yang terbentuk atau tercipta
karena adanya komunikasi yang terjadi antara guru dan
siswa/siswi.
c. Variabel antara (Z)
Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat tetapi tidak dapat diukur. Variabel antara
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep yang ada maka, maka dapat dibentuk model
teoritis sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) Komunikasi antar pribadi
antara guru dengan siswa/siswi
Variabel Terikat (Y)
Konsep diri anak terhadap prestasi
belajar
I.8. Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
Komunikasi antar pribadi antara guru dengan siswa/siswi
1. Cara guru menyampaikan materi pelajaran
2. Sikap guru dalam
menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi
3. Metode yang digunakan
dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi
4. Kegiatan Diskusi
5. Kegiatan guru dan
siswa/siswi di luar kelas
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Frekwensi kehadiran
disekolah
4. Suku
5. Pekerjaan orang tua
6. Pendidikan orang tua
Variabel Terikat (Y)
Konsep diri anak (siswa/siswi) terhadap prestasi belajar
1. Sikap dalam menerima dan mengikuti pelajaran
2. Kemampuan merespon
arahan dari guru
3. Menerapkan metode-metode dalam belajar
4. Tanya jawab,
mengeluarkan pendapat
5. Menciptakan suasana
I.9. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penjelasan lebih lanjut tentang
variabel operasional. Defenisi operasioanal dari variabel-variabel
penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (komunikasi antar pribadi antara guru dengan siswa/siswi)
a. Cara guru menyampaikan materi pelajaran: Bagaimana cara
seorang guru mengajar di depan kelas, menjelaskan pelajaran,
sesuai dengan teks atau memberi gambaran yang sesuai dengan
pelajaran.
b. Sikap guru dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi: Sikap
sabar, mengayomi siswa/siswi yang lambat dalam menerima
pelajaran.
c. Metode yang digunakan dalam menghadapi kesulitan belajar
siswa/siswi: penggunaan metode-metode tertentu seperti Quantum
Learning ; Quantum Teaching, SQ4R dan metode lainnya.
d. Kegiatan diskusi: Dilakukan oleh murid saat menemukan soal-soal
yang sulit dipecahkan dengan bantuan arahan dari guru.
e. Kegiatan guru dan siswa di luar kelas: gotong royong
membersihkan taman pada saat hari-hari tertentu, misalnya saja
2. Variabel Terikat (Konsep diri anak) terhadap prestasi belajar
a. Sikap dalam menerima dan mengikuti pelajaran: tekun,
mendengarkan, dan memperhatikan guru saat menerangkan di depan
kelas
b. Kemampuan merespon arahan guru: dengan tertib mengikuti
pelajaran, mengajukan pertanyaan saat menemukan kesulitan dan
lain-lain.
c. Menerapkan metode dalam belajar: Penggunaan
metode-metode seperti Quantum Learning; Quantum Teaching, SQ4R dalam
pembelajaran dan penguasaan materi serta pembahasan soal.
d. Tanya jawab, mengeluarkan pendapat: Mengajukan pertanyaan,
berani memberikan pendapat atau opini.
e. Menciptakan rasa kekeluargaan, kebersamaan dan rasa saling
memiliki: menjaga sekolah seperti rumah sendiri dan menganggap
orang-orangdidalamnya seperti keluarga.
3. Variabel Antara
Variabel Antara (Karakteristik responden) yaitu nilai-nilai yang
membedakan antara responden yang satu dengan yang lainnya. Usia
siswa/siswi kelas 1 SMA pada umunya berkisar antara 15-17 tahun, jenis
kelamin laki-laki atau perempuan, pekerjaan orang tua yang pada umunya
1.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
diteliti (Suyanto dan Sutina, 2005:43). Dikarenakan merupakan jawaban
sementara, perlu adanya pembuktian yang dilakukan melalui
prosedur-prosedur pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, penulis mengajukan
hipotesa sebagai berikut:.
Ha : terdapat pengaruh antara komunikasi antar pribadi guru
dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi Sekolah Madrasah
BAB II
URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi
Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa
adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui
sebuah komunikasi antara manusia yang satu dengan lainnya. Dengan
adanya komunikasi, maka terciptalah sebuah kehidupan yang saling
melengkapi satu sama lain.
Istilah komunikasi merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa
Inggris “communication” yang berasal dari bahasa latin”communicare”
yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan perkataan ini
bersumber pada kata communis yang berarti “sama”, yaitu sama makna
mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara
orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang
dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang
dinyatakan oranglain kepadanya, maka komunikasi itu dapat berlangsung
dan sebaliknya.
Laswell mendefinisikan komunikasi yakni “siapa” mengatakan “apa”
melalui “saluran apa” kepada “siapa” dengan “efek apa” (Who says What
in which Channel to Whom with What Effect) (Liliweri, 1991:6).
Komponen-komponen tersebut adalah;
a. Who (siapa) : komunikator : orang yang menyampaikan pesan.
b. Says What(mengatakan apa) : pesan : pernyataan yang didukung
c. In Which Channel (saluran) : media : sarana atau saluran yang
mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya.
d. To Whom (kepada siapa) : komunikan : orang yang menerima
pesan
e. With What Effect (dampak) : efek : dampak atau hasil yang
merupakan pengaruh dari proses komunikasi.
Berdasarkan paradigma Laswell tersebut Effendy (1986:5)
mendefenisikan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media. Menurut D. Lawrence (dalam
Cangara, 2006:19) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam. Dari beberapa defenisi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
seorang komunikator kepada komunikan melalui saluran atau media
tertentu dengan maksud untuk mengubah perilaku komunikan sesuai
dengan keinginan komunikator.
II.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang paling efektif dalam mengubah prilaku seseorang, hal ini disebabkan
karena dalam prosesnya ada arus balik langsung, sehingga komunikator
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang yang berlangsung secara berhadapan (muka) langsung satu sama
lain (face to face) atau bisa juga melalui media seperti telepon.
Rogers mengemukakan komunikasi antar pribadi merupakan
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka
antara beberapa pribadi dan De Vito memberikan mendefinisikan sebagai
pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek
dan umpan balik yang langsung, sedangkan Effendy berpendapat bahwa
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dan
komunikan (Liliweri, 1991:12 dan13). Komunikasi jenis ini dianggap
paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik
bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika
itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti
apakah komunikasinya itu positif atau negative, berhasil atau tidak. Jika
tidak, ia tidak dapat member kesempatan kepada komunikasi untuk
bertanya seluas-luasnya. Berdasarkan beberapa defenisi diatas, dapat
dilihat ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi sebagai berikut:
a. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan dan sambil lalu.
b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.
c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan diantara peserta
yang tidak mempunyai identitas yang jelas.
d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja
f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan
hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi,
adanya keterpengaruhan.
g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak
membuahkan hasil.
h. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang
bermakna. (Liliweri, 1991:14).
Dalam setiap komunikasi, pesan merupakan hal utama yang ingin
disampaikan komunikator kepada komunikan, begitu pula dengan
komunikasi antar pribadi. Pesan sendiri terdiri atas sekumpulan
lambang-lambang. Lambang-lambang itu merupakan kata-kata verbal dan non
verbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah komunikasi lisan
atau tulisan, sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang
memakai symbol, isyarat, sentuhan, perasaan dan penciuman dalam proses
teerjadinya komunikasi.
Oleh sebab itu, maka suatu pesan harus dipersiapkan yang berarti jika
hendak ditulis atau diucapkan harus benar- benar disusun dengan
memperhatikan beberapa faktor penting. Effendi mengemukakan
faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa
sehinggadapat menarik perhatian komunikan.
b. Pesan harus menggunakan lambing-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana
komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki (Liliweri, 1991:20).
II. 3. Teori AIDDA
Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori
AIDDA yang sering disebut A-A Procedure atau Attention ro action
Procedure. Aidda merupakan akronim dari kata Attention (Perhatian),
Interest (Minat), Desire (Keinginan), Decision (Keputusan), dan Action
Tindakan). Tahapan tersebut mengandung pengertian bahwa proses
komunikasi antar pribadi dalam pembentukan konsep diri siswa/i yang
berpengaruh dalam prestasi belajar hendaknya dimulai sengan
membangkitkan perhatian, dimana dalam hal ini, seorang guru harus
mengetahui cara yang tepat untuk menarik perhatian siswa agar siswa
memiliki minat melalui pesan yang berisi informasi yang disampaikan
guru sehingga akan timbul keinginan dan akhirnya diambil keputusan
untuk bertindak terhadap pesan tersebut. (Effendy, 1986:31)
Teori AIDDA merupakan suatu poses psikologi pada diri komunikan.
Berdasarkan formula AIDDA ini, komunikasi persuasive didahului dengan
upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam
dari segi psikologisnya, maka komponen perubahan yang terjadi pada
teori AIDDA juga bisa ditinjau dari komponen perubahan sikap yang
terjadi pada diri manusia akibat terpaan pesan (Rakhmat, 1986:52) yaitu:
a. Cognitive: Pesan yangdisampaikan ditujukan pada pikiran
komunikan. Hal ini dilakukan agar komunikan tahu dan paham
akan pesan yang disampaikan. Hal ini sama dengan Attention
dalam Teori AIDDA.
b. Afektif: Pada tahap ini tujuan komunikator tidak hanya supaya
komunikan tergerak hatinya hingga timbul perasaan tertentu
seperti minat yang muncul akibat adanya perhatian.
c. Behavioral: Dampak yang timbul adalah berupa tindakan atau
kegiatan. Hal ini sudah bisa mulai dilihat pada proses
pengambuilan keputusan.
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi
antar pribadi dalam membentuk konsep diri siswa/i yang berpengaruh
dalam prestasi belajar dan bagaimana hasil yang diperoleh jika komunikasi
antar pribadi tersebut berhasil.
II.4. Teori Jendela Johari
Teori Jendela Johari atau yang sering disebut tori “Johari Window”
diperkenalkan pertama kali oleh Joseph Luft pada tahun 1969. Teori ini
merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi
Adapun gambar dari Jendela Johari adalah sebagai berikut:
Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri
Diketahui orang lain
Tidak diketahui orang
lain
1.Terbuka 2.Buta
3.Tersembunyi 4.Tidak Dikenal
Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai
berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan
memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari
bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa
mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat berhubungan dengan orang
kain.
Bingkai 1 atau “bingkai terbuka” menunjukkan orang yang terbuka
terhadap orang lain dan paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar
pribadi. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang lain)
sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan dan
lain-lain. Apabila bingkai 1 diperbesar, maka individu yang termasuk
kedalam nya adalah individu ideal, yakni individu yang selalu terbuka
dengan orang lain.
Bingkai 2 atau “bidang buta” merupakan orang yang tidak
individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang terlalu
menonjolkan diri, namun buta terhadap dirinya sendiri.
Bingkai 3 atau “bidang tersembunyi” menunjukkan keadaan bahwa
berbagai hal diketahui diri sebdiri namun tidak diketahui orang lain.
Apabila bingkai 3 diperbesar, maka individu yang termasuk kedalamnya
adalah individu yang suka menyendiri, sifatnya seperti penyu.
Bingkai 4 atau “bidang tidak dikenal” menunjukkan berbagai hal
tidak diketahui diri sendiri dan orang lain. Apabila bingkai 4 diperbesar,
maka individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang tahu
banyak tentang orang lain tetapi dia menutup dirinya. (Liliweri, 1991:49)
Jendela Johari mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan
tersebut perlu mempertimbangkan kembali apakah keterbukaan tersebut
akan menghasilkan efek yang positif dalam hubungan antar pribadi. Dalam
penelitian ini, peneliti hendak mengetahui komunikasi antar pribadi yang
terjadi antara guru dengan siswa/ siswi termasuk kedalam bidang Jendela
Johari 1,2,3,atau 4.
II.5. Konsep diri siswa/siswi
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melaui pengalaman-pengalaman yang diperoleh
dari interaksi dengan lingkungan.
Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan
perasaan positif dan berharga.
c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi
yang sebenarnya.
William H. Fitss (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep
diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri
merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Konsep diri juga berpengaruh kuat dalam tingkah laku
seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, maka akan lebih
mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut karena
merupakan sebuah penilaian.
Namun, dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan
ada yang menilai negative. Maksudnya individu tersebut ada yang
mempunyai konsep diri negative dan konsep diri positif seperti yang
diungkapkan oleh William D. Brooks. Adapun ciri-ciri individu yang
memiliki konsep diri positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai
orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi
lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negative memiliki ciri:
1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat
dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat
mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang
salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha
untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang
memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang
terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai
logika yang keliru.
2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini,
3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak
sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan
orang lain.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan
berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau
bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan
yang merugikan dirinya.
II.6. Pengertian Pendidikan
a. Pendidikan
Pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sysem
Pendidikan Nasional Indonesia Bab I pasal 1, adalah usaha sadar yang
dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
Dalam kamus Oxford (1995:369) pendidikan adalah sebuah proses
membimbing dan mengajar anak-anak disekolah, memberikan ilmu
pengetahuan dan pengembangan kemampuan. Berdasarkan pengertian
tersebut, komponen utama yang harus ada dalam pendidikan adalah guru
dan siswa sehingga pendidikan tersebutdapat berjalan.
b. Guru
Guru dalam kamus Oxford (1995:1225) adalah” a person who
teaches” yang berarti seorang pengajar. Guru merupakan seseorang yang
memiliki peranan penting dalam mendidik siswa/siswi yang berkualitas.
Memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan
dan perilaku siswa. Dapat menempatkan diri dalam dalam situasi siswa
serta melihat segala sesuatu dari sudut pandang mereka sehingga para
siswa akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan
pemikiran atau ide-idenya. Perbuatannya akan menjadi contoh bagi
siswa/siswinya, oleh sebab itu diharapkan guru dapat menjadi pembimbing
dan membantu para siswa ketika mereka sedang berada disekolah atau pun
diluar sekolah, seperti dengan memberikan nasehat bagaimana untuk
berperilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang ada.
c. Siswa/siswi
Siswa/siswi merupakan anak-anak yang belajar disekolah baik pada
tingkat SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Keberadaan mereka
siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun memiliki satu
tujuan ketika mereka datang ke sekolah yaitu belajar. Diharapkan dengan
adanya pembelajaran yang mereka peroleh dari sekolah dapat menjadikan
mereka manusia yang berkualitas saat mereka dewasa dan dapat menjadi
penerus bangsa.
d. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa/siswi
karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil
dari proses belajar. Dengan adanya prestasi belajar, diharapkan dapat
memotivasi para siswa untuk bersaing secara sehat untuk menjadi yang
terbaik.
Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk
ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian
BAB III
METODE PENELITIAN III.I. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah Madrasah Aliyah Negeri
Kisaran (MAN) yang terletak di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera
Utara, tepatnya di Kelurahan Kisaran Naga Kecamatan Kisaran Timur
kira-kira 180 km dari Kota Medan. Berada pada lingkungan masyarakat
mayoritas beragama Islam yang dikelilingi oleh areal perkebunan sawit
dan karet.
Pada tahun 1990 didirikan MAN Persiapan Negeri, sebagai cikal
bakal MAN Kisaran sekarang ini, yang gedung belajarnya masih
menumpang pada MIN filial Mutiara- Kisaran dan selanjutnya pindah ke
Gedung SMA PGRI berlokasi di Jalan Budi Utomo juga di kelurahan
yang sama. Tak lama kemudian, seiring dengan perkembangan MAN
Persiapan yang begitu pesat, pada tanggal 25 Oktober 1993, MAN
Persiapan berubah statusnya menjadi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran
(MAN Kisaran) secara definitif di bawah kendali Bapak Drs. Moh. Hadi.
Ks yang sebelumnya merupakan Kepala MAN Persiapan.
Kondisi ini ternyata mendapat perhatian pemerintah dengan
terealisasinya dana APBN pada tahun anggaran 1995/1996 untuk
membangun empat ruang belajar dan satu ruang kantor secara permanen.
Dalam perkembangan, dimasa Kepemimpinan Drs. Makmur Syukri
sebagai kepala yang sekarang ini, Madrasah Aliyah Negeri Kisaran atau
yang disingkat MAN Kisaran telah memiliki 20 ruang belajar, 1 kantor
Laboratorium Komputer, 1 ruang Laboratorium IPA, 1 ruang
Laboratorium IPS, 1 Ruang Bimbingan Konseling dengan joglonya,
.Diantara ruang yang ada, masih ada yang belum representative yang jika
di tinjau dari aspek kepentingan dan kapasitas yang mengelola serta tenaga
dan siswa yang memanfaatkannya, yaitu Ruang Perpustakaan dengan
besaran gedung 8 x 9 meter yang menampung pengunjung 750 orang,
Ruang Bimbingan dan Konseling 2,5m x 8 m untuk 5 konselor , ruang
Guru 7 x 11m untuk 63 orang guru, ruang laboratorium IPA yang masih
bergabung antara Laboratorium Biologi, Fisika dan Kimia yang
diharapkan masing-masing bidang memiliki satu ruang laboratorium.
Ruang sanitasi bagi siswa sudah memenuhi standart perbandingan
sehingga dalam keseharian siswa sudah merasa nyaman menggunakan WC
dengan penjagaan dan perawatan yang intensif. Adapun denah lokasi dapat
dilihat dalam lembar lampiran.
Pendiskripsian lokasi tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh
dari Bapak Ika Irawan, S.Pd selaku wakil kepala Madrasah bidang
HUMAS. Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan
menanyakan beberapa pertanyaan mengenai struktur organisasi Madrasah
Aliyah Negeri Kisaran dan beliau juga menceritakan dengan terbuka
III. 2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode
tersebut bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor
berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rahmat, 2004 :27).
Metode korelasional dalam penelitian ini diharapkan dapat
menunjukkan variabel dominan bebas berpengaruh di dalam suatu konteks
terhadap variabel-variabel lainnya yang kemungkinan berubah dari
variabel bebas, sehingga akan terlihat sejauh mana pengaruh guru (variabel
dominan bebas) dalam membentuk konsep diri siswa/siswinya yang dapat
diketahui melalui karakteristik guru, karakteristik siswa/siswi, dan cara
guru berinteraksi dengan siswa/siswi baik berada didalam maupun diluar
kelas.
Penganalisaan data menggunakan alat kuisoner yang diberikan
kepada siswa/siswi dan juga melakukan sedikit wawancara dengan guru
sebagai tambahan, pelengkap dan penjelasan. Untuk mencarai harga dan
makna korelasi antara komunikasi antar pribadi guru terhadap
pembentukan konsep diri siswa/siswi dikalkulasikan dengan rumus
Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient)
oleh Spearman. Rumus Spearman yang tergolong ke dalam rumus statistic
nonparametric adalah rumus yang sesuai digunakan untuk mencari harga
III.3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh periset untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono 2003:55).
Dari pengertian diatas populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi
Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran kelas XI.
Tabel 1
Populasi Siswa/Siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran
No Kelas Jumlah
1 Kelas XI IPA 1 36
2 Kelas XI IPA 2 38
3 Kelas XI IPA 3 38
4 Kelas XI IPA 4 38
5 Kelas XI IPS 1 32
6 Kelas XI IPS 2 34
7 Kelas XI IPS 3 33
Total Populasi 247
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Berdasarkan data yang diperoleh,
makapeneliti menggunakan rumus Slovin dengan presisi 10% sebagai
berikut:
e =kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir.
Dari rumus diatas maka besar sampel yang diambil adalah:
n=
c. Teknik Penarikan Sampel
1. Sampling Stratifikasi Proporsional
Penggunaan teknuik ini bertujuan untuk membuat sifat homogen
dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan criteria tertentu
sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relative
Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada
populasi yang lebih kecil untuk dipilih sebagai sampel dengan rumus:
Sampel=
n = Jumlah sampel secara keseluruhan
N = Jumlah populasi
Tabel 2 sampel
Kelas Populasi Penarikan sampel sampel
2. Sampling Accidental
Sampling accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui dan cocok
sebagai sumber data. Kecocokan yang dimaksud adalah sesuai dengan
criteria responden yang telah dilakukan, yakni siswa/siswi kelas XI
Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
III.4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunnakan dua tehnik
pengumpulan data yaitu:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang akan
menjawab permasalahan dalam penelitian. Adapun cara yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Observasi: Pengamatan langsung kelapangan terutama didalam
kegiatan belajar dan mengajar dikelas, situasi dan lokasi,
keadaan fisik bangunan.
b. Wawancara: Menemui wakil kepala sekolah bagian HUMAS
sebagai bahan penulisan Bab III.
c. Kuesioner: Pengumpulan data dengan menyebarkan daftar
pertanyaan kepada responden siswa/siswi. Kuesioner penelitian
dibuat berdasarkan indicator dari variabel penelitian yang
sebelumnya telah diuji coba untuk melihat validitas dan
realibilitasnya (Hasil uji coba validitas dan reabilitas kuesioner
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan
dan mendukung penelitian.
III.5. Teknik Analisis Data a. AnalisisTabel Tunggal
Analisis tabel tunggal dilakukan dengan membagi-bagikan variabel
penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.
Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data kolom
yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori
(Singarimbun, 2006:266).
b. Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang digunakan untuk mengetahui variabel yang
satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga dapat
diketahui apakah bersifat positif atau negative (Singarimbun, 2006:273).
III.6. Uji Hipotesis
Yaitu pengujian datastatistik untuk mengetahui data hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan
diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan
rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearmen (Spearmen’s Rho
Rank-OrderCorrelations). Dalam teknik ini setiap data dari
variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil
Rumus koefisien korelasinya (Kriyantono, 2008:176) adalah:
Rs (rho) = koefisien korelasi rank-order
Angka 1 = bilangan konstan
6 = bilangan konstan
d = perbedaan antara pasangan jenjang
∑ = sigma atau jumlah
N = jumlah individu dalam sampel
Spearmen Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data
dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala
ordinal.
Jika rs < 0, maka hipotesa ditolak
Jika rs > 0, maka hipotesa diterima
Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan
skala Guilford (Rakhmat, 2004:29):
< 0,20 = Hubungan rendah sekali; lemas sekali
0,20-0,40 = Hubungan rendah tetapi pasti
0,41-0,70 =Hubungan yang cukup berarti
0,71-0,90 = Hubungan yang tinggi; kuat
>0,90 = Hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat
Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n > 10,digunakan rumus
ttest tingkat signifikansi 0,05 (Kriyantono, 2008:177) sebagai berikut:
t= 2
1 2
r n
Keterangan:
t = nilai thitung
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
jika thitung> ttable, maka hubungannya signifikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan
Penelitian di lapangan akan membuktikan bahwa karya ilmiah yang dibuat
oleh seorang peneliti adalah benar adanya dan dapat dipertanggung jawabkan.
Adapun pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut:
I. Tahap Awal
Tahap awal dalam penelitian ini dimulai dari penjajakan tempat
penelitian yakni Sekolah Madrasah Aliyan Negeri Kisaran yang berlokasi
di JL. Latsitarda Nusantara VIII Kisaran Timur. Tujuannya adalah untuk
menemui kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) untuk memperoleh ijin
melakukan penelitian disekolah tersebut. Kepala MAN menyambut baik
maksud tersebut dan memberikan ijin dengan ketentuan tidak akan
menganggu jam pelajaran siswa/siswi.
2. Pengumpulan Informasi dan Data
Pengumpulan informasi dan data dimulai pada 3 Mei 2010, penelitian
turun kelapangan dengan membawa kuesioner yang telah dipersiapkan.
Pengumpulan data diawali dengan uji coba kuesioner yang kemudian
dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner yang telah diuji serta melakukan
sedikit wawancara dengan beberapa guru guna menambah dan melengkapi
IV.2. Tahap Pengolahan Data
Sebuah penelitian yang objektif dan benar ditentukan oleh proses
pengolahan data. Pengolahan data yang menjamin ketelitian dan kebenaran
harus mengikuti tahapan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Rau Data dan Penomoran
Kuesioner diklasifikasikan menurut ketentuan yang telah
ditetapkan oleh peneliti sebelumnya, seperti jenis kelamin, usia, dan
kelas. Karena respondennya berjumlah 71 orang, maka nomor urutnya
adalah 01/71.
2. Editing
Tahapan selanjutnya adalah editing yaitu proses editing terhadap
data yang berasal dari responden. Tujuannya adalah untuk
memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari
terjadinya kesilapan pengisian data kedalam kotak kode yang telah
disediakan.
3. Coding
Proses pemindahan jawaban-jawaban dari para responden ke
kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam kuesioner berupa bentuk
angka (skor).
4. Inventarisasi Tabel
Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar Fortran
Cobol (FC) kedalam tabel. Tabulasi ini terbagi atas tabulasi tunggal
dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi
5. Tabulasi Data
Kegiatan berikutnya adalah tabulasi data yang merupakan proses
pemindahan variabel data dalam tabel data percobaan
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas ini dilakukan dengan cara membuat korelasi skor pada
item dengan skor total itemnya. Uji reabilitas menggunakan teknik
belah dua dimana data kuesioner dibagi menjadi item ganjil dan item
genap dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Hasil
pengujian validitas dan reliabilitas 30 item pertanyaan, yang valid dan
reabel hanya 11 item.
Tabel 3
Hasil uji validitas untuk 30 item
Pernyataan Korelasi Pernyataan (rxy)
Pernyataan Korelasi Pernyataan (rxy)
Untuk hasil uji validitas dan reabilitas penelitian lebih detail dan jelas
dilampirkan pada lampiran.
7. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi
Spearman Rank karena data dalam penelitian adalah data ordinal, maka
sesuai dengan korelasi Spearman Rank yang bekerja dengan data
ordinal, berjenjang atau rangking.
IV.3. Penyajian dan Analisa Data
Penyajian data dan analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Data Observasi
Data Observasi ini meliputi data mengenai keadaan fisik atau
bangunan dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
Jumlah ruang belajar
Jumlah ruang belajar/kelas sebanyak 21 lokal dengan kondisi baik.
Dengan perincian. Tujuh kelas X (satu kelas unggulan), tujuh kelas XI
(satu unggulan) dan tujuh kelas XII. Dilengkapi dengan meja dan kursi
yang dicat berwarna coklat yang sangat layak pakai. Selain itu, terdapat
taman-taman kecil disetiap depan kelas sehingga menambah keasrian dari
sekolah MAN dan terdapat juga satu ruang kantor kepala, 1 kantor tata
Perpustakaan
Perpustakaan terdapat pada bangunan permanen terdiri dari ruang baca
yang sekaligus merupakan ruang buku. Perpustakaan MAN Kisaran
memiliki koleksi buku;
a. populer : novel, roman dan kumpulan cerpen
b. ilmiah : sains dan agama
c. buku pelajaran terdiri atas ratusan judul yang dapat di pinjam dengan
membawa pulang dan ada beberapa judul yang hanya boleh di baca di
perpustakaan. Waktu buka perpustakaan dimulai jam 08.00 wib –
16.00 wib. Artinya perpustakaan MAN melayani siswa sampai sore
hari.
d. buku-buku literatur lainnya.
Pada tahun 2008 Perpustakaan MAN Kisaran, melalui penilaian
Team Perpustakaan Daerah Kabupaten Asahan menetapkan
Perpustakaan MAN Kisaran merupakan Perpustakaan Terbaik Pertama
untuk Tkt SLTA Kabupaten Asahan, ini berarti bahwa Perpustakaan
MAN masih lebih baik dibanding dengan Perpustakaan yang dikelola
SLTA lainnya (SMA N 1, SMA N 2, SMA N 3, SMA N 4, SMKN 1,
SMK N 2 yang standar Internasional dan SLTA Lainnya di Kabupaten
Asahan). Dengan harapan ke depan perpustakaan ini dapat
berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan.
Pada tahun 2009 kembali Perpustakaan MAN Kisaran mengukir
perpustaakaan tingkat SLTA sePropinsi Sumatera Utara. Hal ini
menambah semangat bagi seluruh personil MAN Kisaran untuk lebih
meningkatkan lagi mutu keberadaan Perpustakaan tersebut.
Laboratorium
Tabel.4
Keadaan Laboratorium
No Nama Lab Banyaknya Keterangan
1 Lab IPA 1 Modularkit SMA lengkap
2 Lab IPS 1
Dalam tahap
pembenahan
3 Lab Komputer 1
Masih sangat sederhana
Sarana Olah Raga
Tabel.5 Sarana Olah Raga
No Nama Banyaknya Keterangan
1 Lapangan Bola Voli 1 Lengkap dengan bola dan netnya
2 Lapangan Tenis meja 2 Lengkap
3
Sarana Atletik :
Lompat Jauh Lempar Cakram Tolak Peluru
1
Lengkap
Tahap pembenahan
4 Lapangan
Bulutangkis/takraw 1
Pusat latihan takraw
2. Data Guru
Dalam dunia pendidikan, peranan seorang guru sangat vital karena
mereka sepenuhnya bertanggung jawab dalam mendidik para
siswanya. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas dalam
proses belajar mengajar ditemukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
Jenis Kelamin
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa guru yang mengajar di
sekolah MAN serta beberapa staf tata usaha lebih banyak perempuan
daripada laki-laki.
Usia
Dari sebaran usia, guru yang mengajar di sekolah Madrasah Aliyah
Negeri Kisaran termasuk kedalam kategori usia produktif, energik dan
bertanggung jawab.
Pendidikan
Ada sebanyak 55 guru pengajar yang latar belakang pendidikannya
umumnya merupakan lulusan sarjana, baik Sarjana Pendidikan, Sosial,
Agama dan Psikology dan satu guru tamatan Diploma.
Masa Kerja
Pada umumnya, para guru yang mengajar di sekolah MAN dengan
3. Data Responden
Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner terbagi atas tiga
bagian yaitu:
I. Data umum responden
II. Komunikasi antarpribadi Guru III.Konsep diri siswa/siswi
Lebih jelasnya akan diuraikan dalam penjelasan tabel tunggal berikut ini:
I. Data umum responden
Data umum responden yang termasuk dalam penelitian ini meliputi:
jenis kelamin, usia, frekwensi kehadiran di sekolah, suku, pendidikan
orang tua dan pekerjaan orang tua.
Penjelasan temuan data identitas responden akan diuraikan lebih rinci
sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dilapangan atas jawaban
responden, diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 71 orang terdiri
atas 36 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Data tersebut
menunjukkan bahwa jumlah siswa laki-laki dan perempuan di sekolah
Madrasah Aliyah Negeri Kisaran hampir sama rata. Hal ini cukup ideal
untuk mengembangkan tingkah laku sosial tanpa adanya pengaruh