• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi (Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi (Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU

TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI

(Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran SKRIPSI

FITRIANI 080922013

Diajukan Untuk

Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Ekstensi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

PROGRAM EKSTENSI

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi

Oleh : Fitriani

NIM : 080922013

Disetujui Oleh :

Medan, Juni 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Drs. Amir Purba, M.A

PUDEK 1

(3)

ABSTRAKSI

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI SEKOLAH MADRASAH

ALIYAH NEGERI KISARAN

Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat terbentuk.

Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik dalam belajar maupun diluar jam belajar. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran untuk melihat seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi guru dalam membentuk konsep diri para siswanya.

Data penelitian ini berasal dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang duduk dibangku kelas XI (247 siswa), sedangkan yang menjadi sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili seluruh populasi yang ada sebagai sumber penelitian sebanyak 71 siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.

Dari perhitungan korelasi variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (konsep diri) dengan menggunakan rumus Spearmen, diperoleh besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah = 0.460, besarnya probabilitas

adalah 0.000 lebih kecil dari 0.41-0.70(Ho ditolak dan Ha diterima) yakni terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan dua tanda bintang (**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0.460 berada pada skala 0.41-0.70 yang menunjukkan adanya

hubungan yang cukup berati antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Peranan

Komunikasi Antarpribadi Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi”,

guna memenuhi syarat mendapatkan gelar S1 Ilmu Komunikasi Fisip USU.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis didalam menyusun skripsi

terutama kepada :

1. Bapak Prof. Drs. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Fisip

USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Fisip USU.

3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku dosen pembimbing yang

memberi bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

4. Terima kasih buat semua dosen FISIP dan staff jurusan yang tidak

mungkin saya sebutkan namanya satu persatu.

5.

Untuk Mama dan Papa saya I love you so much, terima kasih buat

kasih sayang yang diberikan kepada penulis dan nasehat yang

diberikan.

6.

Buat keluarga saya, abang-abangku yang baik hati dan kakak-kakak

ipar ku yang cantik-cantik makasih buat dukungannya selama ini (baik

moril maupun materil).

7.

Untuk teman-teman yang telah membantu penulis dalam

(5)

Semoga kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu

penulis mendapat rahmat dan hidayah Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini

mungkin masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki, maka

penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya

membangun dalam memperkaya skripsi ini.

Dan akhirnya semoga tulisan ini dapat member manfaat dan

masukan bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2010

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI………....i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang………1

1.2. Perumusan Masalah………6

1.3. Pembatasan Masalah………..6

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..7

1.5. Kerangka Teori………..8

1.6. Kerangka Konsep………..10

1.7. Model Teoritis………...14

1.8. Operasional Variabel……….15

1.9. Defenisi Operasional……….16

1.10. Hipotesis………18

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Komunikasi………19

2.2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi………...20

2.3. Teori AIDDA………...23

2.4. Teori Jendela Johari………..24

2.5. Konsep Diri Siswa/Siswi………..26

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………32

3.2. Metode Penelitian………...35

3.3. Populasi Dan Sampel………..36

3.4. Tehnik Pengumpulan Data………..39

3.5. Tehnik Analisis Data………...40

3.6. Uji Hipotesis………40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan………43

1.2. Tahap Pengolahan Data………44

1.3. Penyajian Dan Analisa Data……….46

1.4. Analisis Tabel Silang………68

1.5. Test Hipotesis………70

1.6. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis………....72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan………74

1.2. Saran………..75

(8)

ABSTRAKSI

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI SEKOLAH MADRASAH

ALIYAH NEGERI KISARAN

Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat terbentuk.

Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik dalam belajar maupun diluar jam belajar. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran untuk melihat seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi guru dalam membentuk konsep diri para siswanya.

Data penelitian ini berasal dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang duduk dibangku kelas XI (247 siswa), sedangkan yang menjadi sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili seluruh populasi yang ada sebagai sumber penelitian sebanyak 71 siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.

Dari perhitungan korelasi variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (konsep diri) dengan menggunakan rumus Spearmen, diperoleh besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah = 0.460, besarnya probabilitas

adalah 0.000 lebih kecil dari 0.41-0.70(Ho ditolak dan Ha diterima) yakni terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan dua tanda bintang (**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0.460 berada pada skala 0.41-0.70 yang menunjukkan adanya

hubungan yang cukup berati antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi.

(9)

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugerah yang tak ternilai dari Sang Pencipta di

dalam sebuah keluarga. Tanpa kehadiran seorang anak, maka keluarga

tidak akan lengkap. Begitu pentingnya arti seorang anak di dalam sebuah

kelurga sehingga tanggung jawab dalam mendidiknya untuk menjadi

manusia yang berkualitas nantinya pada saat mereka dewasa menjadi suatu

hal yang sangat penting pula. Pendidikan yang diberikan dapat melalui

pendidikan informal maupun formal. Pendidikan informal dapat mereka

peroleh dari orang tua, lingkungan tempat mereka tinggal, dan juga

melalui interaksi dengan teman atau orang-orang disekeliling mereka

setiap harinya sedangkan pendidikan formal mereka dapatkan melalui

sekolah.

Namun banyak orang tua yang kurang menyadari hal tersebut,

kebanyakan dari mereka berfikir sekolah merupakan tempat untuk

mendidik anak mereka baik secara formal maupun informal. Mereka

membebankan semua tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka

kepada guru-guru disekolah. Tentu saja hal tersebut merupakan sebuah

kesalahan yang sangat besar. Guru tidak mungkin mampu untuk

mengontrol semua kegiatan siswa/siswinya pada saat mereka tidak berada

di sekolah, karena pada kenyataannya anak datang dari berbagai macam

lingkungan keluarga, masyarakat dengan pola sikap orang tua terhadap

(10)

mereka peroleh dari sekolah juga sangat memberi pengaruh yang cukup

besar. Pendidikan yang mereka peroleh akan merubah sikap, cara berfikir,

kepercayaan dan pendiriannya tentang sesuatu hal yang semuanya

merupakan bagian dari konsep diri.

Konsep diri sendiri merupakan suatu bagian yang penting dalam

setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Hurlock memberikan

pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang

tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang

dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,

psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri merupakan

sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk

membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Brehm (dalam

Hudaniah, 2003:65) mendefinisikan konsep diri adalah suatu keyakinan

yang dimiliki individu tentang atribut atau ciri-ciri yang dimilikinya.

Menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang

kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita dan seperti

apa diri kita yang kita inginkan. Dengan demikian konsep diri adalah cara

pandang secara menyeluruh tentang diri seseorang, yang meliputi

kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik diri

maupun lingkungan terdekatnya.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang

merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang

memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan

(11)

tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang

bersangkutan. Dalam pembentukan konsep diri seorang anak dibutuhkan

kerjasama antara guru, orang tua dan murid itu sendiri. Dengan adanya

proses komunikasi yang berkesinambungan serta perhatian orang tua dan

guru dalam perkembangan anak, maka akan memudahkan untuk

mengarahkan siswa ke arah konsep diri yang positif.

Sekolah sebagai salah satu tempat pembentukan konsep diri bagi

anak-anak terutama remaja mengutamakan bimbingan dari seorang guru. Tugas

menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas menjadi tanggung

jawab yang sangat besar. Oleh sebab itu, para guru harus memberikan

pendidikan dan contoh sebaik mungkin baik berada didalam maupun

diluar kelas. Semuanya dapat terwujud jika komunikasi yang terjadi

antara guru dengan siswa/siswi berjalan sesuai dengan semestinya.

Adapun komunikasi yang terjadi di dalam kelas berlangsung di saat

guru menyampaikan materi pelajaran atau bimbingan dan sebaliknya para

siswa memberikan respon berupa pendapat, tanggapan, diskusi atau tanya

jawab dengan para guru. Adapun proses komunikasi yang berlangsung

selama aktivitas belajar mengajar dikelas meliputi juga bimbingan dan

penyuluhan, mewujudkan dua sifat komunikasi, yaitu:

1. Verbal Communication atau komunikasi verbal adalah komunikasi

dengan menggunakan lambang bahasa, mancakup komunikasi dengan

bahasa lisan maupun bahasa tulisan

2. Non Verbal Communication atau komunikasi non verbal adalah

(12)

Para ahli psikologi menyadari bahwa pengajaran disekolah atau

pendidikan formal terlalu menekankan perkembangan intelektual semata,

padahal perkembangan sikap dan perasaan (afektif) dan ketrampilan

(psikomotor) serta berfikir divergen atau berfikir kreatif adalah faktor yang

menunjang minat yang dimiliki oleh siswa perlu ditingkatkan, sehingga

akan terbentuklah konsep diri anak yang juga merupakan salah satu faktor

penunjang dalam keberhasilan.

Selanjutnya, terkadang para siswa juga memerlukan bimbingan dan

penyuluhan didalam memecahkan masalah pribadi, karena masalah pribadi

sering menimbulkan pengaruh dalam prestasi belajar mereka dan ini jelas

merugikan siswa terutama karena dapat membawa efek negatif pada

prestasinya di sekolah. Diharapkan dengan adanya bimbingan dan

penyuluhan yang dilakukan oleh guru, dapat memberikan semangat dan

menimbulkan rasa kepercayaan diri dalam diri para siswa dan menciptakan

konsep diri positif. Dengan demikian akan tercipta hubungan yang

intrapersonal yang akrab dan terbuka diantara guru dengan siswa.

Sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu dimana didalamnya

terjadi proses belajar mengajar antara guru dengan siswa/siswinya.

Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran merupakan salah satu

sekolah unggulan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas walaupun sekolah

tersebut berbasis agama islam di kota Kisaran. Sekolah tersebut tidak

hanya unggul dalam bidang agama tetapi juga dalam ilmu pengetahuan

(13)

pidato bahasa asing (bahasa Inggris), lomba cerdas cermat dan masih

banyak lagi perlombaan yang telah dimenangkan oleh siswa/siswi sekolah

tersebut. Oleh sebab itu, tiap tahunnya para orang tua berlomba-lomba

untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah tersebut dan hanya

anak-anak yang mampu melewati tes-tes tertentu yang ditetapkan oleh sekolah

yang dapat belajar di sekolah itu. Para orang tua memiliki keyakinan

bahwa jika anak mereka bersekolah di MAN nantinya dapat menjadi anak

yang berkualitas dalam agama tetapi juga dalam prestasi belajar, sikap dan

prilaku yang semuanya merupakan bagian dari konsep diri.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran, khususnya

siswa/siswi kelas XI. Hal ini dikarenakan, pada saat siswa/siswi duduk di

kelas XI berusia 15-17 tahun, mereka berada pada masa transisi

(peralihan) dari remaja kedewasa terutama dalam cara berfikir. Teman

sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih

mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja

mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan

impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan

dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Mereka bersikap sesuai

dengan apa yang mereka yakini benar dan sesuai dengan diri mereka

walaupun terkadang belum tentu benar. Namun hal tersebut terkadang

mereka abaikan karena sesuatu hal seperti ingin mencari perhatian, ingin

dipuji, pengaruh teman dan masih banyak lagi yang lainnya. Jika hal ini

(14)

negatif tidak hanya dalam sikap dan prilaku tetapi juga prestasi belajar di

sekolah. Disinilah peranan seorang guru sangat besar selain orang tua,

karena pada umunya siswa/siswi lebih banyak menghabiskan waktu

disekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

penulis tertarik untuk memilih judul ”Peranan Komunikasi Antar Pribadi

Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi Sekolah Madrasah

Aliyah Negeri Kisaran”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Melihat bagaimana pengaruh komunikasi antar pribadi guru terhadap

pembentukan konsep diri siswa/siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri

Kisaran yamg berpengaruh pada prestasi belajar”.

1.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas,

maka penulis menetapkan beberapa batasan masalah dalam penelitian ini:

1. Karakteristik guru yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah usia,

jenis kelamin,suku, pengalaman/lama mengajar, dan latar belakang

pendidikan)

2. Metode belajar yang digunakan dalam memberikan materi pelajaran

kepada siswa/siswi dibatasi hanya pada cara penyampaian dan

interaksi.

3. Objek penelitian terbatas pada siswa kelas XI Sekolah Madrasah

(15)

4. Penelitian hanya terbatas pada pembentukan konsep diri yang

berpengaruh dalam prestasi belajar siswa/siswi.

5. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan selesai.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi antar pribadi

yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi dalam pembentukan

konsep diri yang berpengaruh dalam prestasi belajar.

b. Untuk mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis dan membahas

karakteristik dari guru dan siswa/siswi dalam kecendrungannya

terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi Madrasah Aliyah

Negeri Kisaran.

c. Mendeskripsikan dan mengetahui isi-isi komunikasi yang

disampaikan oleh guru dalam pembentukan konsep diri siswa/siswi

Madrasah Aliyah Kisaran.

1.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah penelitian mengenai proses komunikasi dan menambah

referensi khususnya bagi para mahasiswa FISIP USU jurusan

komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

cakrawala penulis tentang sejauh mana pengaruh komunikasi yang

dilakukan oleh guru terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi

(16)

c. Secara praktis, dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang

terkait didalam penelitian dan mengukur kemampuan penulis

dalam membahas dan menggali data yang berhubungan dengan

komunikasi guru dan pembentukan konsep diri siswa/siswi.

I.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian haruslah memiliki kerangka teori sebagai

landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah yang ada.

Untuk itu, perlu disususn kerangka teori yang memuat pokok-pokok

pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti

(Nawawi, 2001: 39).

Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan

dalam penelitian ini yakni: Teori Jendela Johari dan Teori AIDDA yang

merupakan akronim dari Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire

(Keinginan/hasrat), Decision (Keputusan), Action (Tindakan).

I.5.1. Teori Jendela Johari

Pada tahun 1969, Joseph Luft memperkenalkan sebuah teori yang

dikenal dengan Jendela Johari (Johari Window). Teori ini menekankan jika

setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan

sikap dan tingkah lakunya disaat berhubungan dengan orang lain.

Jendela Johari terdiri atas empat bidang, dimana bidang I

menggambarkan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain

mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling

mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang II melukiskan

(17)

dikenal (Liliweri, 1991:49). Adapun hubungan dengan penelitian yang

akan dibahas adalah bagaimana hubungan antara guru dengan siswa/i

disekolah MAN, termasuk ke dalam bidang I,II,III, atau IV.

I.5.2. Konsep Teori AIDDA

Konsep AIDDA ini adalah suatu proses psikolog pada diri

komunikan. Berdasrkan formula AIDDA, komunikasi persuasive didahului

dengan upaya membangkitkan perhatian.

Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan

kata-kata yang merangsang tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika

menghadapi komunikan, tentu saja dalam hal ini perhatian siswa/siswi.

Membangkitkan perhatian tersebut bisa saja dengan mimic wajah, gerakan

tubuh atau hal lainnya yang dapat menarik perhatian siswa/siswi. Apabila

perhatian sudah berhasil dibangkitkan maka menyusul upaya

membangkitkan minat. Contohnya saja dengan memberikan tambahan

nilai tambah ketika siswa/siswi mampu mengerjakan soal tertentu sehingga

timbul minat siswa/siswi untuk mengerjakan soal tersebut. Oleh karena itu,

komunikator harus mengenal betul siapa komunikan yang dihadapinya.

Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada siswa/siswi agar

ajakan, bujukan atau rayuan komunikator (guru).Di sini imbauan

emosional perlu ditampilkan komunikator sehingga pada tahap berikutnya

komunikan mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan

(18)

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan gejala secara

abstarak, contohnya seperti kejadian, keadaan, dan kelompok sehingga

diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya kedalam

konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa

masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Sarwono, 2006: 9).

adapaun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

komunikasi dan komunikasi antar pribadi, konsep diri siswa/siswi,

pengertian guru dan prestasi belajar.

a. Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi

Manusia sebagai makhluk social tidak dapat bertahan hidup tanpa

adanya komunikasi dengan manusia lainnya. Namun demikian tidak

banyak yang benar-benar mengerti makna kata komunikasi yang selalu

dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan.

Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin communicare, yang

berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi berlangsung

apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna

mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang

mengerti tentang sesuaru yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka

komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi

tidak berlangsung. Menurut Effendy dengan mendasarkan defenisi dari

Harold Laswell (suatu defenisi tua yang sampai saat ini masih digunakan)

maka rumusan komunikasi adalah: Siapa, mengatakan apa, melalui saluran

apa, kepada siapa, dengan efek apa (Who says what in which channel to

(19)

Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi antar pribadi

(Interpersonal Communication). Komunikasi antar pribadi melibatkan

komunikator dan komunikan untuk saling bertatap muka secara

langsung (face to face communication). Dengan demikian, bentuk

komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap,

pendapat, dan tingkah laku seperti yang diungkapkan Liliweri (1991:

15): “Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja

maupun tidak disengaja.

b. Konsep diri siswa/siswi

Konsep diri didefenisikan secara umum sebagai keyakinan,

pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu

terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap

yang dimiliki individu. http:/www.e-psikologi.com/2010/01/15.

Sedangkan menurut Stuart dan Sudden konsep diri adalah semua ide,

pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang

dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang

lain. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah

laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka

hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat

individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan

gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Sedangkan siswa/siswi merupakan anak atau pelajar yang melakukan

aktifitas belajar. Jadi konsep diri siswa/siswi adalah gambaran yang

(20)

pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan

lingkungan.

Dalam dunia pendidikan, konsep diri cenderung digunakan untuk

mengetahui bagaimana hubungan konsep diri siswa/siswi dengan

prestasi akademisnya; hubungan yang ada diantara konsep diri guru

dan gaya mengajarnya diruangan kelas; dapatkah

modifikasi-modifikasi konsep diri siswa/siswi dan guru melalui kelompok kerja

intesif dan lainnya dibuat, apakah hal tersebut mempunyai efek pada

penampilan anak sekolah dan guru diruangan kelas; apakah efek-efek

dari bentuk-bentuk organisasi sekolah yang berbeda-beda pada konsep

diri siswa/siswi (Burns, 1993:355).

c. Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa/siswi

karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi

merupakan hasil dari proses belajar. Dalam kegiatan pendidikan formal

tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes

sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Adapaun bentuk kerangka konsep dari variabel diatas adalah:

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, factor, atau unsur yang

menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel berikutnya.

(21)

terikat yang berbeda atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak

muncul (Nawawi, 1995 : 57). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur

yang ada ataupun muncul dipengaruhi oleh variabel bebas dan

bukan oleh variabel lain (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah konsep diri anak yang terbentuk atau tercipta

karena adanya komunikasi yang terjadi antara guru dan

siswa/siswi.

c. Variabel antara (Z)

Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat tetapi tidak dapat diukur. Variabel antara

(22)

I.7. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang ada maka, maka dapat dibentuk model

teoritis sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Komunikasi antar pribadi

antara guru dengan siswa/siswi

Variabel Terikat (Y)

Konsep diri anak terhadap prestasi

belajar

(23)

I.8. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Komunikasi antar pribadi antara guru dengan siswa/siswi

1. Cara guru menyampaikan materi pelajaran

2. Sikap guru dalam

menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi

3. Metode yang digunakan

dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi

4. Kegiatan Diskusi

5. Kegiatan guru dan

siswa/siswi di luar kelas

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Frekwensi kehadiran

disekolah

4. Suku

5. Pekerjaan orang tua

6. Pendidikan orang tua

Variabel Terikat (Y)

Konsep diri anak (siswa/siswi) terhadap prestasi belajar

1. Sikap dalam menerima dan mengikuti pelajaran

2. Kemampuan merespon

arahan dari guru

3. Menerapkan metode-metode dalam belajar

4. Tanya jawab,

mengeluarkan pendapat

5. Menciptakan suasana

(24)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjelasan lebih lanjut tentang

variabel operasional. Defenisi operasioanal dari variabel-variabel

penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (komunikasi antar pribadi antara guru dengan siswa/siswi)

a. Cara guru menyampaikan materi pelajaran: Bagaimana cara

seorang guru mengajar di depan kelas, menjelaskan pelajaran,

sesuai dengan teks atau memberi gambaran yang sesuai dengan

pelajaran.

b. Sikap guru dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi: Sikap

sabar, mengayomi siswa/siswi yang lambat dalam menerima

pelajaran.

c. Metode yang digunakan dalam menghadapi kesulitan belajar

siswa/siswi: penggunaan metode-metode tertentu seperti Quantum

Learning ; Quantum Teaching, SQ4R dan metode lainnya.

d. Kegiatan diskusi: Dilakukan oleh murid saat menemukan soal-soal

yang sulit dipecahkan dengan bantuan arahan dari guru.

e. Kegiatan guru dan siswa di luar kelas: gotong royong

membersihkan taman pada saat hari-hari tertentu, misalnya saja

(25)

2. Variabel Terikat (Konsep diri anak) terhadap prestasi belajar

a. Sikap dalam menerima dan mengikuti pelajaran: tekun,

mendengarkan, dan memperhatikan guru saat menerangkan di depan

kelas

b. Kemampuan merespon arahan guru: dengan tertib mengikuti

pelajaran, mengajukan pertanyaan saat menemukan kesulitan dan

lain-lain.

c. Menerapkan metode dalam belajar: Penggunaan

metode-metode seperti Quantum Learning; Quantum Teaching, SQ4R dalam

pembelajaran dan penguasaan materi serta pembahasan soal.

d. Tanya jawab, mengeluarkan pendapat: Mengajukan pertanyaan,

berani memberikan pendapat atau opini.

e. Menciptakan rasa kekeluargaan, kebersamaan dan rasa saling

memiliki: menjaga sekolah seperti rumah sendiri dan menganggap

orang-orangdidalamnya seperti keluarga.

3. Variabel Antara

Variabel Antara (Karakteristik responden) yaitu nilai-nilai yang

membedakan antara responden yang satu dengan yang lainnya. Usia

siswa/siswi kelas 1 SMA pada umunya berkisar antara 15-17 tahun, jenis

kelamin laki-laki atau perempuan, pekerjaan orang tua yang pada umunya

(26)

1.10. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

diteliti (Suyanto dan Sutina, 2005:43). Dikarenakan merupakan jawaban

sementara, perlu adanya pembuktian yang dilakukan melalui

prosedur-prosedur pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, penulis mengajukan

hipotesa sebagai berikut:.

Ha : terdapat pengaruh antara komunikasi antar pribadi guru

dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi Sekolah Madrasah

(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi

Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa

adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

sebuah komunikasi antara manusia yang satu dengan lainnya. Dengan

adanya komunikasi, maka terciptalah sebuah kehidupan yang saling

melengkapi satu sama lain.

Istilah komunikasi merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa

Inggris “communication” yang berasal dari bahasa latin”communicare

yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan perkataan ini

bersumber pada kata communis yang berarti “sama”, yaitu sama makna

mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara

orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang

dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang

dinyatakan oranglain kepadanya, maka komunikasi itu dapat berlangsung

dan sebaliknya.

Laswell mendefinisikan komunikasi yakni “siapa” mengatakan “apa”

melalui “saluran apa” kepada “siapa” dengan “efek apa” (Who says What

in which Channel to Whom with What Effect) (Liliweri, 1991:6).

Komponen-komponen tersebut adalah;

a. Who (siapa) : komunikator : orang yang menyampaikan pesan.

b. Says What(mengatakan apa) : pesan : pernyataan yang didukung

(28)

c. In Which Channel (saluran) : media : sarana atau saluran yang

mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak

jumlahnya.

d. To Whom (kepada siapa) : komunikan : orang yang menerima

pesan

e. With What Effect (dampak) : efek : dampak atau hasil yang

merupakan pengaruh dari proses komunikasi.

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut Effendy (1986:5)

mendefenisikan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,

maupun tak langsung melalui media. Menurut D. Lawrence (dalam

Cangara, 2006:19) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang

atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan

satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling

pengertian yang mendalam. Dari beberapa defenisi diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari

seorang komunikator kepada komunikan melalui saluran atau media

tertentu dengan maksud untuk mengubah perilaku komunikan sesuai

dengan keinginan komunikator.

II.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi

yang paling efektif dalam mengubah prilaku seseorang, hal ini disebabkan

karena dalam prosesnya ada arus balik langsung, sehingga komunikator

(29)

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua

orang yang berlangsung secara berhadapan (muka) langsung satu sama

lain (face to face) atau bisa juga melalui media seperti telepon.

Rogers mengemukakan komunikasi antar pribadi merupakan

komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka

antara beberapa pribadi dan De Vito memberikan mendefinisikan sebagai

pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek

dan umpan balik yang langsung, sedangkan Effendy berpendapat bahwa

komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dan

komunikan (Liliweri, 1991:12 dan13). Komunikasi jenis ini dianggap

paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku

seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik

bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika

itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti

apakah komunikasinya itu positif atau negative, berhasil atau tidak. Jika

tidak, ia tidak dapat member kesempatan kepada komunikasi untuk

bertanya seluas-luasnya. Berdasarkan beberapa defenisi diatas, dapat

dilihat ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi sebagai berikut:

a. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan dan sambil lalu.

b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan diantara peserta

yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja

(30)

f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan

hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi,

adanya keterpengaruhan.

g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak

membuahkan hasil.

h. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang

bermakna. (Liliweri, 1991:14).

Dalam setiap komunikasi, pesan merupakan hal utama yang ingin

disampaikan komunikator kepada komunikan, begitu pula dengan

komunikasi antar pribadi. Pesan sendiri terdiri atas sekumpulan

lambang-lambang. Lambang-lambang itu merupakan kata-kata verbal dan non

verbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah komunikasi lisan

atau tulisan, sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang

memakai symbol, isyarat, sentuhan, perasaan dan penciuman dalam proses

teerjadinya komunikasi.

Oleh sebab itu, maka suatu pesan harus dipersiapkan yang berarti jika

hendak ditulis atau diucapkan harus benar- benar disusun dengan

memperhatikan beberapa faktor penting. Effendi mengemukakan

faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa

sehinggadapat menarik perhatian komunikan.

b. Pesan harus menggunakan lambing-lambang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,

(31)

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan

tersebut.

d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh

kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana

komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan

tanggapan yang dikehendaki (Liliweri, 1991:20).

II. 3. Teori AIDDA

Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori

AIDDA yang sering disebut A-A Procedure atau Attention ro action

Procedure. Aidda merupakan akronim dari kata Attention (Perhatian),

Interest (Minat), Desire (Keinginan), Decision (Keputusan), dan Action

Tindakan). Tahapan tersebut mengandung pengertian bahwa proses

komunikasi antar pribadi dalam pembentukan konsep diri siswa/i yang

berpengaruh dalam prestasi belajar hendaknya dimulai sengan

membangkitkan perhatian, dimana dalam hal ini, seorang guru harus

mengetahui cara yang tepat untuk menarik perhatian siswa agar siswa

memiliki minat melalui pesan yang berisi informasi yang disampaikan

guru sehingga akan timbul keinginan dan akhirnya diambil keputusan

untuk bertindak terhadap pesan tersebut. (Effendy, 1986:31)

Teori AIDDA merupakan suatu poses psikologi pada diri komunikan.

Berdasarkan formula AIDDA ini, komunikasi persuasive didahului dengan

upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam

(32)

dari segi psikologisnya, maka komponen perubahan yang terjadi pada

teori AIDDA juga bisa ditinjau dari komponen perubahan sikap yang

terjadi pada diri manusia akibat terpaan pesan (Rakhmat, 1986:52) yaitu:

a. Cognitive: Pesan yangdisampaikan ditujukan pada pikiran

komunikan. Hal ini dilakukan agar komunikan tahu dan paham

akan pesan yang disampaikan. Hal ini sama dengan Attention

dalam Teori AIDDA.

b. Afektif: Pada tahap ini tujuan komunikator tidak hanya supaya

komunikan tergerak hatinya hingga timbul perasaan tertentu

seperti minat yang muncul akibat adanya perhatian.

c. Behavioral: Dampak yang timbul adalah berupa tindakan atau

kegiatan. Hal ini sudah bisa mulai dilihat pada proses

pengambuilan keputusan.

Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi

antar pribadi dalam membentuk konsep diri siswa/i yang berpengaruh

dalam prestasi belajar dan bagaimana hasil yang diperoleh jika komunikasi

antar pribadi tersebut berhasil.

II.4. Teori Jendela Johari

Teori Jendela Johari atau yang sering disebut tori “Johari Window”

diperkenalkan pertama kali oleh Joseph Luft pada tahun 1969. Teori ini

merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi

(33)

Adapun gambar dari Jendela Johari adalah sebagai berikut:

Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang

lain

1.Terbuka 2.Buta

3.Tersembunyi 4.Tidak Dikenal

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai

berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan

memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari

bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa

mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat berhubungan dengan orang

kain.

Bingkai 1 atau “bingkai terbuka” menunjukkan orang yang terbuka

terhadap orang lain dan paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar

pribadi. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang lain)

sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan dan

lain-lain. Apabila bingkai 1 diperbesar, maka individu yang termasuk

kedalam nya adalah individu ideal, yakni individu yang selalu terbuka

dengan orang lain.

Bingkai 2 atau “bidang buta” merupakan orang yang tidak

(34)

individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang terlalu

menonjolkan diri, namun buta terhadap dirinya sendiri.

Bingkai 3 atau “bidang tersembunyi” menunjukkan keadaan bahwa

berbagai hal diketahui diri sebdiri namun tidak diketahui orang lain.

Apabila bingkai 3 diperbesar, maka individu yang termasuk kedalamnya

adalah individu yang suka menyendiri, sifatnya seperti penyu.

Bingkai 4 atau “bidang tidak dikenal” menunjukkan berbagai hal

tidak diketahui diri sendiri dan orang lain. Apabila bingkai 4 diperbesar,

maka individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang tahu

banyak tentang orang lain tetapi dia menutup dirinya. (Liliweri, 1991:49)

Jendela Johari mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan

tersebut perlu mempertimbangkan kembali apakah keterbukaan tersebut

akan menghasilkan efek yang positif dalam hubungan antar pribadi. Dalam

penelitian ini, peneliti hendak mengetahui komunikasi antar pribadi yang

terjadi antara guru dengan siswa/ siswi termasuk kedalam bidang Jendela

Johari 1,2,3,atau 4.

II.5. Konsep diri siswa/siswi

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang

dirinya, yang dibentuk melaui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

dari interaksi dengan lingkungan.

Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut:

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan

perasaan positif dan berharga.

(35)

c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi

yang sebenarnya.

William H. Fitss (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep

diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri

merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi

dengan lingkungan. Konsep diri juga berpengaruh kuat dalam tingkah laku

seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, maka akan lebih

mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut karena

merupakan sebuah penilaian.

Namun, dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan

ada yang menilai negative. Maksudnya individu tersebut ada yang

mempunyai konsep diri negative dan konsep diri positif seperti yang

diungkapkan oleh William D. Brooks. Adapun ciri-ciri individu yang

memiliki konsep diri positif adalah:

1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk

mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya

bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai

orang lain.

(36)

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh

masyarakat.

5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum

menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi

lebih baik agar diterima di lingkungannya.

Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negative memiliki ciri:

1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat

dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat

mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang

salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha

untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang

memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang

terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai

logika yang keliru.

2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan

antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini,

(37)

3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak

sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan

orang lain.

4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,

sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban

persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan

berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau

bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).

5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat

prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan

yang merugikan dirinya.

II.6. Pengertian Pendidikan

a. Pendidikan

Pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sysem

Pendidikan Nasional Indonesia Bab I pasal 1, adalah usaha sadar yang

dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

(38)

Dalam kamus Oxford (1995:369) pendidikan adalah sebuah proses

membimbing dan mengajar anak-anak disekolah, memberikan ilmu

pengetahuan dan pengembangan kemampuan. Berdasarkan pengertian

tersebut, komponen utama yang harus ada dalam pendidikan adalah guru

dan siswa sehingga pendidikan tersebutdapat berjalan.

b. Guru

Guru dalam kamus Oxford (1995:1225) adalah” a person who

teaches” yang berarti seorang pengajar. Guru merupakan seseorang yang

memiliki peranan penting dalam mendidik siswa/siswi yang berkualitas.

Memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan

dan perilaku siswa. Dapat menempatkan diri dalam dalam situasi siswa

serta melihat segala sesuatu dari sudut pandang mereka sehingga para

siswa akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan

pemikiran atau ide-idenya. Perbuatannya akan menjadi contoh bagi

siswa/siswinya, oleh sebab itu diharapkan guru dapat menjadi pembimbing

dan membantu para siswa ketika mereka sedang berada disekolah atau pun

diluar sekolah, seperti dengan memberikan nasehat bagaimana untuk

berperilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang ada.

c. Siswa/siswi

Siswa/siswi merupakan anak-anak yang belajar disekolah baik pada

tingkat SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)

dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Keberadaan mereka

(39)

siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun memiliki satu

tujuan ketika mereka datang ke sekolah yaitu belajar. Diharapkan dengan

adanya pembelajaran yang mereka peroleh dari sekolah dapat menjadikan

mereka manusia yang berkualitas saat mereka dewasa dan dapat menjadi

penerus bangsa.

d. Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa/siswi

karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena

kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil

dari proses belajar. Dengan adanya prestasi belajar, diharapkan dapat

memotivasi para siswa untuk bersaing secara sehat untuk menjadi yang

terbaik.

Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk

ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN III.I. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah Madrasah Aliyah Negeri

Kisaran (MAN) yang terletak di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera

Utara, tepatnya di Kelurahan Kisaran Naga Kecamatan Kisaran Timur

kira-kira 180 km dari Kota Medan. Berada pada lingkungan masyarakat

mayoritas beragama Islam yang dikelilingi oleh areal perkebunan sawit

dan karet.

Pada tahun 1990 didirikan MAN Persiapan Negeri, sebagai cikal

bakal MAN Kisaran sekarang ini, yang gedung belajarnya masih

menumpang pada MIN filial Mutiara- Kisaran dan selanjutnya pindah ke

Gedung SMA PGRI berlokasi di Jalan Budi Utomo juga di kelurahan

yang sama. Tak lama kemudian, seiring dengan perkembangan MAN

Persiapan yang begitu pesat, pada tanggal 25 Oktober 1993, MAN

Persiapan berubah statusnya menjadi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran

(MAN Kisaran) secara definitif di bawah kendali Bapak Drs. Moh. Hadi.

Ks yang sebelumnya merupakan Kepala MAN Persiapan.

Kondisi ini ternyata mendapat perhatian pemerintah dengan

terealisasinya dana APBN pada tahun anggaran 1995/1996 untuk

membangun empat ruang belajar dan satu ruang kantor secara permanen.

Dalam perkembangan, dimasa Kepemimpinan Drs. Makmur Syukri

sebagai kepala yang sekarang ini, Madrasah Aliyah Negeri Kisaran atau

yang disingkat MAN Kisaran telah memiliki 20 ruang belajar, 1 kantor

(41)

Laboratorium Komputer, 1 ruang Laboratorium IPA, 1 ruang

Laboratorium IPS, 1 Ruang Bimbingan Konseling dengan joglonya,

.Diantara ruang yang ada, masih ada yang belum representative yang jika

di tinjau dari aspek kepentingan dan kapasitas yang mengelola serta tenaga

dan siswa yang memanfaatkannya, yaitu Ruang Perpustakaan dengan

besaran gedung 8 x 9 meter yang menampung pengunjung 750 orang,

Ruang Bimbingan dan Konseling 2,5m x 8 m untuk 5 konselor , ruang

Guru 7 x 11m untuk 63 orang guru, ruang laboratorium IPA yang masih

bergabung antara Laboratorium Biologi, Fisika dan Kimia yang

diharapkan masing-masing bidang memiliki satu ruang laboratorium.

Ruang sanitasi bagi siswa sudah memenuhi standart perbandingan

sehingga dalam keseharian siswa sudah merasa nyaman menggunakan WC

dengan penjagaan dan perawatan yang intensif. Adapun denah lokasi dapat

dilihat dalam lembar lampiran.

Pendiskripsian lokasi tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh

dari Bapak Ika Irawan, S.Pd selaku wakil kepala Madrasah bidang

HUMAS. Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan

menanyakan beberapa pertanyaan mengenai struktur organisasi Madrasah

Aliyah Negeri Kisaran dan beliau juga menceritakan dengan terbuka

(42)
(43)

III. 2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode

tersebut bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rahmat, 2004 :27).

Metode korelasional dalam penelitian ini diharapkan dapat

menunjukkan variabel dominan bebas berpengaruh di dalam suatu konteks

terhadap variabel-variabel lainnya yang kemungkinan berubah dari

variabel bebas, sehingga akan terlihat sejauh mana pengaruh guru (variabel

dominan bebas) dalam membentuk konsep diri siswa/siswinya yang dapat

diketahui melalui karakteristik guru, karakteristik siswa/siswi, dan cara

guru berinteraksi dengan siswa/siswi baik berada didalam maupun diluar

kelas.

Penganalisaan data menggunakan alat kuisoner yang diberikan

kepada siswa/siswi dan juga melakukan sedikit wawancara dengan guru

sebagai tambahan, pelengkap dan penjelasan. Untuk mencarai harga dan

makna korelasi antara komunikasi antar pribadi guru terhadap

pembentukan konsep diri siswa/siswi dikalkulasikan dengan rumus

Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient)

oleh Spearman. Rumus Spearman yang tergolong ke dalam rumus statistic

nonparametric adalah rumus yang sesuai digunakan untuk mencari harga

(44)

III.3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh periset untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono 2003:55).

Dari pengertian diatas populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi

Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran kelas XI.

Tabel 1

Populasi Siswa/Siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran

No Kelas Jumlah

1 Kelas XI IPA 1 36

2 Kelas XI IPA 2 38

3 Kelas XI IPA 3 38

4 Kelas XI IPA 4 38

5 Kelas XI IPS 1 32

6 Kelas XI IPS 2 34

7 Kelas XI IPS 3 33

Total Populasi 247

(45)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Berdasarkan data yang diperoleh,

makapeneliti menggunakan rumus Slovin dengan presisi 10% sebagai

berikut:

e =kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang dapat ditolerir.

Dari rumus diatas maka besar sampel yang diambil adalah:

n=

c. Teknik Penarikan Sampel

1. Sampling Stratifikasi Proporsional

Penggunaan teknuik ini bertujuan untuk membuat sifat homogen

dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan criteria tertentu

sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relative

(46)

Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada

populasi yang lebih kecil untuk dipilih sebagai sampel dengan rumus:

Sampel=

n = Jumlah sampel secara keseluruhan

N = Jumlah populasi

Tabel 2 sampel

Kelas Populasi Penarikan sampel sampel

(47)

2. Sampling Accidental

Sampling accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui dan cocok

sebagai sumber data. Kecocokan yang dimaksud adalah sesuai dengan

criteria responden yang telah dilakukan, yakni siswa/siswi kelas XI

Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.

III.4. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunnakan dua tehnik

pengumpulan data yaitu:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang akan

menjawab permasalahan dalam penelitian. Adapun cara yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Observasi: Pengamatan langsung kelapangan terutama didalam

kegiatan belajar dan mengajar dikelas, situasi dan lokasi,

keadaan fisik bangunan.

b. Wawancara: Menemui wakil kepala sekolah bagian HUMAS

sebagai bahan penulisan Bab III.

c. Kuesioner: Pengumpulan data dengan menyebarkan daftar

pertanyaan kepada responden siswa/siswi. Kuesioner penelitian

dibuat berdasarkan indicator dari variabel penelitian yang

sebelumnya telah diuji coba untuk melihat validitas dan

realibilitasnya (Hasil uji coba validitas dan reabilitas kuesioner

(48)

2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan

mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan

dan mendukung penelitian.

III.5. Teknik Analisis Data a. AnalisisTabel Tunggal

Analisis tabel tunggal dilakukan dengan membagi-bagikan variabel

penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.

Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data kolom

yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori

(Singarimbun, 2006:266).

b. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang digunakan untuk mengetahui variabel yang

satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga dapat

diketahui apakah bersifat positif atau negative (Singarimbun, 2006:273).

III.6. Uji Hipotesis

Yaitu pengujian datastatistik untuk mengetahui data hipotesis yang

diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan

diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan

rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearmen (Spearmen’s Rho

Rank-OrderCorrelations). Dalam teknik ini setiap data dari

variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil

(49)

Rumus koefisien korelasinya (Kriyantono, 2008:176) adalah:

Rs (rho) = koefisien korelasi rank-order

Angka 1 = bilangan konstan

6 = bilangan konstan

d = perbedaan antara pasangan jenjang

∑ = sigma atau jumlah

N = jumlah individu dalam sampel

Spearmen Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data

dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala

ordinal.

Jika rs < 0, maka hipotesa ditolak

Jika rs > 0, maka hipotesa diterima

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan

skala Guilford (Rakhmat, 2004:29):

< 0,20 = Hubungan rendah sekali; lemas sekali

0,20-0,40 = Hubungan rendah tetapi pasti

0,41-0,70 =Hubungan yang cukup berarti

0,71-0,90 = Hubungan yang tinggi; kuat

>0,90 = Hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat

(50)

Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n > 10,digunakan rumus

ttest tingkat signifikansi 0,05 (Kriyantono, 2008:177) sebagai berikut:

t= 2

1 2

r n



Keterangan:

t = nilai thitung

r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel

jika thitung> ttable, maka hubungannya signifikan

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan

Penelitian di lapangan akan membuktikan bahwa karya ilmiah yang dibuat

oleh seorang peneliti adalah benar adanya dan dapat dipertanggung jawabkan.

Adapun pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari

beberapa tahapan sebagai berikut:

I. Tahap Awal

Tahap awal dalam penelitian ini dimulai dari penjajakan tempat

penelitian yakni Sekolah Madrasah Aliyan Negeri Kisaran yang berlokasi

di JL. Latsitarda Nusantara VIII Kisaran Timur. Tujuannya adalah untuk

menemui kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) untuk memperoleh ijin

melakukan penelitian disekolah tersebut. Kepala MAN menyambut baik

maksud tersebut dan memberikan ijin dengan ketentuan tidak akan

menganggu jam pelajaran siswa/siswi.

2. Pengumpulan Informasi dan Data

Pengumpulan informasi dan data dimulai pada 3 Mei 2010, penelitian

turun kelapangan dengan membawa kuesioner yang telah dipersiapkan.

Pengumpulan data diawali dengan uji coba kuesioner yang kemudian

dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner yang telah diuji serta melakukan

sedikit wawancara dengan beberapa guru guna menambah dan melengkapi

(52)

IV.2. Tahap Pengolahan Data

Sebuah penelitian yang objektif dan benar ditentukan oleh proses

pengolahan data. Pengolahan data yang menjamin ketelitian dan kebenaran

harus mengikuti tahapan sebagai berikut:

1. Klasifikasi Rau Data dan Penomoran

Kuesioner diklasifikasikan menurut ketentuan yang telah

ditetapkan oleh peneliti sebelumnya, seperti jenis kelamin, usia, dan

kelas. Karena respondennya berjumlah 71 orang, maka nomor urutnya

adalah 01/71.

2. Editing

Tahapan selanjutnya adalah editing yaitu proses editing terhadap

data yang berasal dari responden. Tujuannya adalah untuk

memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari

terjadinya kesilapan pengisian data kedalam kotak kode yang telah

disediakan.

3. Coding

Proses pemindahan jawaban-jawaban dari para responden ke

kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam kuesioner berupa bentuk

angka (skor).

4. Inventarisasi Tabel

Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar Fortran

Cobol (FC) kedalam tabel. Tabulasi ini terbagi atas tabulasi tunggal

dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi

(53)

5. Tabulasi Data

Kegiatan berikutnya adalah tabulasi data yang merupakan proses

pemindahan variabel data dalam tabel data percobaan

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas ini dilakukan dengan cara membuat korelasi skor pada

item dengan skor total itemnya. Uji reabilitas menggunakan teknik

belah dua dimana data kuesioner dibagi menjadi item ganjil dan item

genap dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Hasil

pengujian validitas dan reliabilitas 30 item pertanyaan, yang valid dan

reabel hanya 11 item.

Tabel 3

Hasil uji validitas untuk 30 item

Pernyataan Korelasi Pernyataan (rxy)

Pernyataan Korelasi Pernyataan (rxy)

(54)

Untuk hasil uji validitas dan reabilitas penelitian lebih detail dan jelas

dilampirkan pada lampiran.

7. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

Spearman Rank karena data dalam penelitian adalah data ordinal, maka

sesuai dengan korelasi Spearman Rank yang bekerja dengan data

ordinal, berjenjang atau rangking.

IV.3. Penyajian dan Analisa Data

Penyajian data dan analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3

bagian, yaitu:

1. Data Observasi

Data Observasi ini meliputi data mengenai keadaan fisik atau

bangunan dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.

 Jumlah ruang belajar

Jumlah ruang belajar/kelas sebanyak 21 lokal dengan kondisi baik.

Dengan perincian. Tujuh kelas X (satu kelas unggulan), tujuh kelas XI

(satu unggulan) dan tujuh kelas XII. Dilengkapi dengan meja dan kursi

yang dicat berwarna coklat yang sangat layak pakai. Selain itu, terdapat

taman-taman kecil disetiap depan kelas sehingga menambah keasrian dari

sekolah MAN dan terdapat juga satu ruang kantor kepala, 1 kantor tata

(55)

 Perpustakaan

Perpustakaan terdapat pada bangunan permanen terdiri dari ruang baca

yang sekaligus merupakan ruang buku. Perpustakaan MAN Kisaran

memiliki koleksi buku;

a. populer : novel, roman dan kumpulan cerpen

b. ilmiah : sains dan agama

c. buku pelajaran terdiri atas ratusan judul yang dapat di pinjam dengan

membawa pulang dan ada beberapa judul yang hanya boleh di baca di

perpustakaan. Waktu buka perpustakaan dimulai jam 08.00 wib –

16.00 wib. Artinya perpustakaan MAN melayani siswa sampai sore

hari.

d. buku-buku literatur lainnya.

Pada tahun 2008 Perpustakaan MAN Kisaran, melalui penilaian

Team Perpustakaan Daerah Kabupaten Asahan menetapkan

Perpustakaan MAN Kisaran merupakan Perpustakaan Terbaik Pertama

untuk Tkt SLTA Kabupaten Asahan, ini berarti bahwa Perpustakaan

MAN masih lebih baik dibanding dengan Perpustakaan yang dikelola

SLTA lainnya (SMA N 1, SMA N 2, SMA N 3, SMA N 4, SMKN 1,

SMK N 2 yang standar Internasional dan SLTA Lainnya di Kabupaten

Asahan). Dengan harapan ke depan perpustakaan ini dapat

berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan.

Pada tahun 2009 kembali Perpustakaan MAN Kisaran mengukir

(56)

perpustaakaan tingkat SLTA sePropinsi Sumatera Utara. Hal ini

menambah semangat bagi seluruh personil MAN Kisaran untuk lebih

meningkatkan lagi mutu keberadaan Perpustakaan tersebut.

Laboratorium

Tabel.4

Keadaan Laboratorium

No Nama Lab Banyaknya Keterangan

1 Lab IPA 1 Modularkit SMA lengkap

2 Lab IPS 1

Dalam tahap

pembenahan

3 Lab Komputer 1

Masih sangat sederhana

Sarana Olah Raga

Tabel.5 Sarana Olah Raga

No Nama Banyaknya Keterangan

1 Lapangan Bola Voli 1 Lengkap dengan bola dan netnya

2 Lapangan Tenis meja 2 Lengkap

3

Sarana Atletik :

 Lompat Jauh  Lempar Cakram  Tolak Peluru

1

Lengkap

Tahap pembenahan

4 Lapangan

Bulutangkis/takraw 1

Pusat latihan takraw

(57)

2. Data Guru

Dalam dunia pendidikan, peranan seorang guru sangat vital karena

mereka sepenuhnya bertanggung jawab dalam mendidik para

siswanya. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas dalam

proses belajar mengajar ditemukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

Jenis Kelamin

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa guru yang mengajar di

sekolah MAN serta beberapa staf tata usaha lebih banyak perempuan

daripada laki-laki.

Usia

Dari sebaran usia, guru yang mengajar di sekolah Madrasah Aliyah

Negeri Kisaran termasuk kedalam kategori usia produktif, energik dan

bertanggung jawab.

Pendidikan

Ada sebanyak 55 guru pengajar yang latar belakang pendidikannya

umumnya merupakan lulusan sarjana, baik Sarjana Pendidikan, Sosial,

Agama dan Psikology dan satu guru tamatan Diploma.

Masa Kerja

Pada umumnya, para guru yang mengajar di sekolah MAN dengan

(58)

3. Data Responden

Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner terbagi atas tiga

bagian yaitu:

I. Data umum responden

II. Komunikasi antarpribadi Guru III.Konsep diri siswa/siswi

Lebih jelasnya akan diuraikan dalam penjelasan tabel tunggal berikut ini:

I. Data umum responden

Data umum responden yang termasuk dalam penelitian ini meliputi:

jenis kelamin, usia, frekwensi kehadiran di sekolah, suku, pendidikan

orang tua dan pekerjaan orang tua.

Penjelasan temuan data identitas responden akan diuraikan lebih rinci

sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dilapangan atas jawaban

responden, diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 71 orang terdiri

atas 36 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Data tersebut

menunjukkan bahwa jumlah siswa laki-laki dan perempuan di sekolah

Madrasah Aliyah Negeri Kisaran hampir sama rata. Hal ini cukup ideal

untuk mengembangkan tingkah laku sosial tanpa adanya pengaruh

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel.4 Keadaan Laboratorium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kewajiban konsumen membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati dengan pelaku usaha adalah hal yang sudah biasa dan sudah semestinya demikian.Kewajiban yang perlu

SPSS (Independent Samples t-test) Result – Profitability Ratio.

Mengingat pentingnya acara tersebut, kami harapkan Saudara dapat hadir ditempat tidak diwakilkan dan tepat waktu sesuai dengan jadwal pemberitahuan diatas, dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kinerja keuangan daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Daerah Istimewa Yogyakarta selama tahun anggaran

Untuk penentuan daerah penelitian digunakan metode purposive sampling yaitu memilih daerah penelitian dengan pertimbangan tertentu yang mempunyai sangkut paut erat dengan

Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa suplementasi minyak zaitun 8% menghasilkan motilitas dan viabilitas spermatozoa ayam SK lebih baik dari yang lain

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap sampel bahan baku jagung pipil kering di provinsi Yogyakarta didapatkan hasil bahwa aflatoksin terdeteksi pada daerah

Dari hasil pembahasan serta analisa bebagai macam sumber-sumber energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai pembangkit altenatif energi listrik, yaitu: energi angin, energi