• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Mobil Bekas Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Mobil Bekas Di Kota Medan"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN

MEMBELI MOBIL BEKAS

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

GUMALA ULFAH 087019079/IM

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN

MEMBELI MOBIL BEKAS

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

GUMALA ULFAH 087019079/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI MOBIL BEKAS DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Gumala Ulfah

Nomor Pokok : 087019079

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui,

Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Drs. Syahyunan, M.Si.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)

(4)

Telah diuji pada:

Tanggal 22 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.

Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si.

2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

Membeli Mobil Bekas di Kota Medan”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan benar.

Medan, September 2010 Yang membuat pernyataan,

Gumala Ulfah

(6)

ABSTRAK

Besarnya peluang dan juga tantangan bagi para pemasar dalam persaingan untuk merebut konsumen mobil bekas di kota Medan, membuat para pemasar harus lebih cerdas dalam menyusun strateginya. Para pemasar harus mengetahui terlebih dahulu apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Motivasi konsumen merupakan suatu dorongan di dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Hal ini dikarenakan harga mobil bekas yang lebih murah, kondisi mesin juga masih bagus, maupun sistem pembelian mobil bekas lebih ringkas dan praktis di bandingkan dengan membeli mobil baru. Persepsi konsumen mengenai mobil bekas, bahwa membeli mobil bekas tidak kalah gengsinya dengan membeli mobil baru, dikarenakan banyak mobil bekas yang di jual masih dalam kondisi bagus. Dari latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1). Sejauhmana pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari: motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian terhadap keputusan konsumen membeli mobil bekas di Kota Medan, dan 2). Sejauhmana pengaruh faktor pengalaman dan pengetahuan terhadap pembelajaran konsumen membeli mobil bekas di Kota Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Manajemen Pemasaran, yang berkaitan dengan motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian, serta keputusan pembelian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Populasi adalah masyarakat yang telah melakukan BBN mobil di Kota Medan pada tahun 2009 berjumlah 30.842 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 90 persen, dan jumlah sampel sebanyak 100 orang responden.

Hasil penelitian uji Hipotesis Pertama menunjukkan bahwa motivasi, persepsi,

pembelajaran, dan kepribadian secara serempak berpengaruh sangat signifikan

terhadap keputusan pembelian mobil bekas di Kota Medan, dan secara parsial variabel persepsi berpengaruh lebih dominan dari pada motivasi, pembelajaran dan kepribadian. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, pengalaman dan pengetahuan secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap pembelajaran pembelian mobil bekas di Kota Medan, dan secara parsial variabel pengalaman berpengaruh lebih dominan dari pada pengetahuan.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang

dilakukan penulis adalah: ”Analisis Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi

Keputusan Konsumen Membeli Mobil Bekas di Kota Medan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku

Ketua Komisi Pembimbing.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

(8)

5. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA., Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si., dan

Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA. selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik

yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Drs. H. Surya Djahisa, M.Si., dan Ibunda

Hj. Khairul Bariah tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

8. Adikku tersayang, atas semangat dan motivasinya.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XV di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan

kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh

pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, September 2010 Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Gumala Ulfah, lahir di Binjai, Provinsi Sumatera Utara tanggal 8 Maret 1981,

anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ayahanda Drs. H. Surya Djahisa,

M.Si., dan Ibunda Hj. Khairul Bariah.

Pendidikan dimulai dari sekolah dasar di SD Ahmad Yani Binjai, tamat dan

lulus tahun 1993. Melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di SMP

Negeri 1 Binjai, tamat dan lulus tahun 1996. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke

sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Binjai, tamat dan lulus tahun 1999.

Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Fakultas Teknik Elektro di

Sekolah Tinggi Telekomunikasi Telkom Bandung, tamat dan lulus tahun 2003.

Setelah itu meneruskan jenjang Strata 1 (S-1) Fakultas Teknik Elektro di Sekolah

Tinggi Telekomunikasi Telkom Bandung, tamat dan lulus tahun 2005. Pada tahun

2008 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister Ilmu

Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Medan, September 2010

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Perumusan Masalah... 6

I.3. Tujuan Penelitian... 7

I.4. Manfaat Penelitian... 7

I.5. Kerangka Berpikir... 8

I.6. Hipotesis... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

II.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen... 11

II.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.. 13

II.1.2. Tipe Perilaku Keputusan Konsumen... 15

(11)

II.2. Teori Tentang Motivasi... 18

II.2.1. Pengertian Motivasi... 18

II.2.2. Klasifikasi Motivasi... 18

II.2.3. Jenis-jenis Motivasi... 18

II.3. Teori Tentang Persepsi... 20

II.3.1. Pengertian Persepsi... 20

II.3.2. Proses Persepsi... 22

II.3.3. Pengolahan Informasi dalam Persepsi Konsumen... 22

II.4. Teori Tentang Pembelajaran... 23

II.4.1. Pengertian Pembelajaran... 23

II.4.2. Syarat Proses Pembelajaran... 24

II.5. Teori Tentang Persepsi... 24

II.5.1. Pengertian Kepribadian... 24

II.5.2. Karakteristik Pribadi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 25

II.6. Teori Tentang Pengalaman... 25

II.7. Teori Tentang Pengetahuan... 26

II.7.1. Pengertian Pengetahuan... 26

II.7.2. Jenis-jenis Pengetahuan... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

(12)

III.3. Populasi dan Sampel... 28

III.4. Teknik Pengumpulan Data... 29

III.5. Jenis dan Sumber Data... 30

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 30

III.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 30

III.6.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua... 31

III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 32

III.7.1. Uji Validitas... 33

III.7.1.1. Uji validitas instrumen variabel motivasi... 34

III.7.1.2. Uji validitas instrumen variabel persepsi... 35

III.7.1.3. Uji validitas instrumen variabel pembelajaran... 36

III.7.1.4. Uji validitas instrumen variabel kepribadian... 37

III.7.1.5. Uji validitas instrumen variabel keputusan pembelian... 38

III.7.1.6. Uji validitas instrumen variabel pengalaman... 39

III.7.1.7. Uji validitas instrumen variabel pengetahuan... 40

(13)

III.8. Model Analisis Data... 42

III.8.1. Model Analisis Data Hipotesis Pertama... 42

III.8.2. Model Analisis Data Hipotesis Kedua... 44

III.9. Pengujian Asumsi Klasik... 47

III.9.1. Uji Normalitas... 47

III.9.2. Uji Multikolinieritas... 47

III.9.3. Uji Heteroskedastisitas... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

IV.1. Hasil Penelitian... 49

IV.1.1. Gambaran Umum Masyarakat Pembeli Mobil Bekas di Medan... 49

IV.1.2. Karakteristik Responden... 52

IV.1.2.1. Karakteristik responden berdasarkan usia... 52

IV.1.2.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin... 53

IV.1.2.3. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan... 54

IV.1.2.4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan... 55

IV.1.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian... 56

IV.1.3.1. Penjelasan responden atas variabel motivasi... 56

(14)

IV.1.3.3. Penjelasan responden atas variabel

pembelajaran... 65

IV.1.3.4. Penjelasan responden atas variabel kepribadian... 69

IV.1.3.5. Penjelasan responden atas variabel keputusan pembelian... 74

IV.1.3.6. Penjelasan responden atas variabel pengalaman... 78

IV.1.3.7. Penjelasan responden atas variabel pengetahuan... 81

IV.2. Pembahasan... 85

IV.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 85

IV.2.1.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis pertama... 85

IV.2.1.2. Hasil uji hipotesis pertama... 87

IV.2.1.3. Koefisien determinasi (R-Square)... 88

IV.2.1.4. Uji serempak hipotesis pertama... 89

IV.2.1.5. Uji parsial hipotesis pertama... 90

IV.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua... 92

IV.2.2.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis kedua... 92

IV.2.2.2. Hasil uji hipotesis kedua... 94

IV.2.2.3. Koefisien determinasi (R-Square)... 95

IV.2.2.4. Uji serempak hipotesis kedua... 96

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 99

V.1. Kesimpulan... 99

V.2. Saran... 100

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

I.1. Jumlah Bea Balik Nama Mobil Bekas di Kota Medan... 3

III.1. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 30

III.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 31

III.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi... 33

III.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Persepsi ... 34

III.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pembelajaran ... 35

III.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepribadian ... 36

III.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keputusan Pembelian... 37

III.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pengalaman ... 38

III.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pengetahuan ... 39

III.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel... 40

IV.1. Total Jumlah Penjualan Mobil Bekas di Kota Medan pada Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008 ... 50

IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 52

IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 54

IV.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55

(17)

IV.7. Penjelasan Responden Atas Pemenuhan Keinginan dalam

Hal Pembelian Mobil Bekas ... 57

IV.8. Penjelasan Responden Atas Kesesuaian Harapan dengan

Kondisi Mobil Bekas ... 58

IV.9. Penjelasan Responden Atas Dorongan Keinginan untuk

Membeli Mobil Bekas... 59

IV.10. Penjelasan Responden Atas Ketersediaan Informasi yang

Ada Tentang Mobil Bekas ... 60

IV.11. Penjelasan Responden Atas Daya Tarik dari Informasi

yang Disajikan Sehubungan dengan Mobil Bekas... 61

IV.12. Penjelasan Responden Atas Pemahaman Tentang Informasi

yang Ditawarkan Pemasar Mobil Bekas ... 62

IV.13. Penjelasan Responden Atas Penerimaan Terhadap

Keberadaan Kondisi Mobil Bekas ... 63

IV.14. Penjelasan Responden Atas Pengingatan Kondisi Mobil

Bekas yang Pernah Tahu (coba) Sebelumnya ... 64

IV.15. Penjelasan Responden Atas Manfaat dari Informasi

Tentang Mobil Bekas ... 65

IV.16. Penjelasan Responden Atas Daya Tarik dari Iklan yang

Ditawarkan oleh Showroom Mobil Bekas ... 66

IV.17. Penjelasan Responden Terhadap Pengaruh Iklan Atas

Motivasi untuk Membeli Mobil Bekas ... 67

IV.18. Penjelasan Responden Terhadap Penguatan Informasi Atas

Dorongan untuk Membeli Mobil Bekas... 68

IV.19. Penjelasan Responden Atas Sikap Kehati-hatian

Melakukan Pemilihan Membeli Mobil Bekas ... 69

IV.20. Penjelasan Responden Atas Kesesuaian antara Citra Diri

(18)

IV.21. Penjelasan Responden Atas Tingkat Kepuasan Melakukan

Pembelian Mobil Bekas ... 71

IV.22. Penjelasan Responden Atas Tingkat Toleransi Anda

Terhadap Ketidakjelasan (ketidakpastian) dalam Hal

Pembelian Mobil Bekas ... 72

IV.23. Penjelasan Responden Atas Penguasaan Diri dalam Hal

Melakukan Pemilihan Membeli Mobil Bekas ... 73

IV.24. Penjelasan Responden Atas Kemampuan Mobil Bekas

untuk Memenuhi Kebutuhan Transportasi... 74

IV.25. Penjelasan Responden Atas Kegiatan Melakukan

Pencarian Mobil Bekas ... 75

IV.26. Penjelasan Responden Atas Pemilihan dalam Hal Mencari

Alternatif Pembelian Mobil Bekas... 76

IV.27. Penjelasan Responden Atas Ketepatan Keputusan dalam

Hal Pembelian Mobil Bekas ... 76

IV.28. Penjelasan Responden Atas Kepuasan Setelah Melakukan

Pembelian Mobil Bekas ... 77

IV.29. Penjelasan Responden Atas Kualitas Mobil Bekas yang

Ditawarkan oleh showroom Mobil Bekas ... 78

IV.30. Penjelasan Responden Atas Daya Tarik Aksesoris Mobil

Bekas yang Ditawarkan di Showroom Mobil Bekas... 79

IV.31. Penjelasan Responden Atas Kemudahan Melakukan

Perawatan pada Mobil Bekas ... 80

IV.32. Penjelasan Responden Atas Daya Tarik dari Merek Mobil

untuk Melakukan Pembelian Mobil Bekas ... 81

IV.33. Penjelasan Responden Atas Kelengkapan dari Fitur yang

Ditawarkan oleh Showroom Mobil Bekas ... 82

IV.34. Penjelasan Responden Atas Daya Tarik dari Kelengkapan

(19)

IV.35. Penjelasan Responden Atas Tingkat Kemudahan

Pengoperasian Mobil Bekas... 84

IV.36. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama ... 86

IV.37. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama ... 88

IV.38. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama ... 89

IV.39. Hasil Uji F Hipotesis Pertama... 89

IV.40. Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama ... 90

IV.41. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua... 93

IV.42. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua... 95

IV.43. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Kedua….. ... 96

IV.44. Hasil Uji F Hipotesis Kedua... 96

(20)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama... 9

I.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua... 10

II.1. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap... 16

IV.1. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 85

IV.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 87

IV.3. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua... 92

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Karakteristik Responden... 104

2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 106

3 Deskriptif Variabel... 112

4 Pengujian Regresi... ... 120

(22)

ABSTRAK

Besarnya peluang dan juga tantangan bagi para pemasar dalam persaingan untuk merebut konsumen mobil bekas di kota Medan, membuat para pemasar harus lebih cerdas dalam menyusun strateginya. Para pemasar harus mengetahui terlebih dahulu apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Motivasi konsumen merupakan suatu dorongan di dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Hal ini dikarenakan harga mobil bekas yang lebih murah, kondisi mesin juga masih bagus, maupun sistem pembelian mobil bekas lebih ringkas dan praktis di bandingkan dengan membeli mobil baru. Persepsi konsumen mengenai mobil bekas, bahwa membeli mobil bekas tidak kalah gengsinya dengan membeli mobil baru, dikarenakan banyak mobil bekas yang di jual masih dalam kondisi bagus. Dari latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1). Sejauhmana pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari: motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian terhadap keputusan konsumen membeli mobil bekas di Kota Medan, dan 2). Sejauhmana pengaruh faktor pengalaman dan pengetahuan terhadap pembelajaran konsumen membeli mobil bekas di Kota Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Manajemen Pemasaran, yang berkaitan dengan motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian, serta keputusan pembelian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Populasi adalah masyarakat yang telah melakukan BBN mobil di Kota Medan pada tahun 2009 berjumlah 30.842 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 90 persen, dan jumlah sampel sebanyak 100 orang responden.

Hasil penelitian uji Hipotesis Pertama menunjukkan bahwa motivasi, persepsi,

pembelajaran, dan kepribadian secara serempak berpengaruh sangat signifikan

terhadap keputusan pembelian mobil bekas di Kota Medan, dan secara parsial variabel persepsi berpengaruh lebih dominan dari pada motivasi, pembelajaran dan kepribadian. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, pengalaman dan pengetahuan secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap pembelajaran pembelian mobil bekas di Kota Medan, dan secara parsial variabel pengalaman berpengaruh lebih dominan dari pada pengetahuan.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu

mempermudah hidup manusia. Sejak ditemukannya alat transportasi tersebut, gerak

hidup manusia berubah menjadi lebih mudah dan dinamis. Semakin berkembangnya

zaman semakin banyak pula pilihan mobil yang ditawarkan oleh produsen. Dengan

banyaknya keluaran mobil terbaru ditambah dengan semakin gencarnya iklan tentang

mobil-mobil terbaru, membuat sebagian konsumen tertarik dan terdorong untuk dapat

menukar (menjual) mobilnya dan menggantinya dengan mobil keluaran terbaru,

sehingga hal ini menciptakan mobil bekas yang masih layak pakai untuk kembali

diperjualbelikan kepada konsumen lainnya.

Selain dari banyaknya keluaran mobil terbaru, ada beberapa hal yang

mendorong bisnis penjualan mobil bekas di Indonesia terus meningkat, yaitu harga

mobil baru yang semakin tinggi.Selain itu salah satu faktor yang menentukan harga

jual kendaraan baru adalah nilai tukar rupiah terhadap US Dollar atau Yen Jepang.

Jika nilai tukar rupiah melemah, maka produsen mobil di Indonesia terpaksa

menaikkan harga jual kendaraannya. Hal ini membuat harga mobil baru terus

meningkat. Sehingga calon pembeli yang kemampuan daya belinya tidak terlalu kuat,

(24)

Alasan lainnya, konsumen tidak ingin menunggu mobil baru yang terlalu

lama. Pada beberapa tipe mobil yang laris di pasaran, masa tunggu kendaraan keluar

dari showroom kadang terlalu lama. Sehingga banyak calon pembeli yang tidak sabar

menunggu masa indent tersebut, akhirnya lebih memilih mencari alternatif lain

dengan membeli mobil bekas yang bisa langsung dipakai. Hal ini berlaku ketika

kapasitas produksi atau kuota impor suatu model tidak lagi sesuai dengan banyaknya

permintaan pasar. Contohnya pada Mobil Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Nissan

Grand Livina, Honda Jazz, dan lain-lain.

Meski tidak ada data yang pasti jumlah mobil bekas, karena tidak seluruh

pembeli mobil bekas langsung melakukan pendaftaran balik nama sehingga transaksi

mobil bekas susah dideteksi. Menurut Leovan Widjaja, General Manager Mobil 88

yang sudah menangani bisnis ini 18 tahun lebih, sekitar 10 persen dari mobil baru

yang terjual tahun lalu diperjual belikan lagi tahun ini. Makin tua tahunnya,

persentasi penjualan juga makin tinggi. Berdasarkan perkiraan itu, jumlah mobil

bekas yang terjual dalam lima tahun terakhir, yaitu sejak 2004 sampai 2008 mencapai

1.025.400 unit (www.otomotif.kompas.com). Hal ini menunjukkan bahwa bisnis

mobil bekas cukup dinamis dan menjanjikan.

Namun besarnya peluang bisnis mobil bekas di Indonesia tidak sejalan dengan

kondisi penjualan mobil bekas sekarang ini di kota Medan. Hal ini dapat dilihat pada

(25)

Tabel I.1. Jumlah Bea Balik Nama Mobil Bekas di Kota Medan

Tahun Jumlah Bea Balik Nama

(unit)

2007 16.631 2008 35.067 2009 30.842 Sumber: Laporan Tahunan Seksi BPKB SUBDIT MIN REGIENT

Ditlantas Polda Sumut

Pada tahun 2009, pemerintah memberikan keringanan pada masyarakat yaitu,

mulai tanggal 1 September 2009 sampai 31 Desember 2009, sesuai dengan

diterbitkannya Peraturan Gubernur (Pergub) Sumut No 22 Tahun 2009 tentang

Pemberian Pengurangan dan Pembebasan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (PKB dan BBNKB). Pada intinya, Pergub ini mengatur

ketentuan tentang pengurangan pokok pajak dan penghapusan denda dan bunga pajak

kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) serta

pembebasan pokok BBNKB bagi kendaraan bermotor yang mutasi dari luar Sumut

(www.pemkomedan.go.id), namun hal ini tidak mampu meningkatkan jumlah

pembelian mobil bekas di kota Medan.

Sejalan dengan keluhan beberapa pengusaha mobil bekas di kota Medan.

Aguan, pemilik showroom Sumatera Mobil di jalan Nibung Raya Medan mengatakan

bahwasannya, penjualan mobil bekas di showroomnya pada bulan Februari lalu

mengalami penurunan 40 hingga 50 persen dibandingkan dengan bulan Januari

(26)

bekas, mengaku permintaan mobil bekas di kota Medan turun sekitar 20%

dibandingkan dengan periode sama tahun 2009 (www.bataviase.com).

Besarnya peluang dan juga tantangan bagi para pemasar dalam persaingan

untuk merebut konsumen mobil bekas di kota Medan, membuat para pemasar harus

lebih cerdas dalam menyusun strateginya yaitu dengan mengetahui

pertimbangan-pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. Sehingga dapat membantu

para pemasar untuk menentukan segmen pasar dan juga strategi. Oleh karena itu, para

pemasar dalam mencapai tujuannya tersebut harus mengetahui terlebih dahulu apa

yang diinginkan dan yang dibutuhkan oleh konsumen. Dalam hal ini dapat dilakukan

dengan cara mempelajari bagaimana motivasi, persepsi, pembelajaran, dan

kepribadian konsumen dalam melakukan keputusan pembelian mobil bekas di Kota

Medan.

Motivasi konsumen merupakan suatu dorongan di dalam diri seseorang untuk

melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam konteks ini dapat dilihat bagaimana

motivasi seorang konsumen untuk lebih memilih melakukan pembelian mobil bekas

di bandingkan dengan melakukan pembelian mobil baru, hal ini dikarenakan harga

mobil bekas yang lebih murah, kondisi mesin juga masih bagus, maupun sistem

pembelian mobil bekas lebih ringkas dan praktis di bandingkan dengan membeli

mobil baru yang terkadang harus melalui sistem menunggu (indent). Hal ini juga

sejalan dengan persepsi konsumen mengenai mobil bekas, bahwa membeli mobil

(27)

Selanjutnya pembelajaran konsumen akan suatu produk terbentuk dari

pengetahuan maupun dari pengalaman sendiri atau orang lain yang telah

menggunakan suatu produk tertentu. Kebanyakan pembelajaran tentang suatu produk

adalah di sengaja yakni melalui pencarian informasi, baik dari media massa atau dari

orang lain, namun ada juga yang tidak di senganja, misalnya melalui iklan atau artikel

yang ada di majalah.. Dalam konteks ini pembelajaran konsumen untuk melakukan

pembelian mobil bekas banyak berasal dari orang lain (teman dan keluarga) dan dari

iklan yang dimuat oleh produsen mobil bekas.

Sebelum mengambil keputusan membeli suatu produk dalam hal ini

pembelian mobil bekas, konsumen terlebih dahulu akan melakukan pencarian

informasi dari berbagai sumber, baik dari segi faktor produk maupun faktor

non-produk. Faktor produk terdiri dari keiritan bahan bakar, resposivitas mesin, tingkat

kejarangan rusak, penampilan luar dan dalam serta kecepatan maksimal. Sedangkan

faktor non-produk meliputi reputasi merek, harga suku cadang (spare-part),

ketersediaan spare-part, ketersediaan bengkel dan harga jual kembali. Konsumen bisa

mendapatkan informasi baik dari iklan, pengalaman sendiri maupun orang lain yang

telah menggunakan produk mobil tersebut. Maupun dengan melakukan test drive

memberikan manfaat pada calon konsumen untuk mengenali karakter mobil bekas

tersebut dan menciptakan pengalaman tersendiri.

Pengetahuan konsumen diperlukan sebelum membeli mobil bekas, selain

kondisi mobil, kekurangan dan kelebihan mobil, harga pasaran, biaya perawatan, juga

(28)

Sedangkan kepribadian konsumen merupakan ciri- ciri kejiwaan seseorang

baik pembawaan dari lahir maupun disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang

menentukan dan mencerminkan bagaimana memberi respon terhadap lingkungannya.

Kepribadian konsumen cenderung mempengaruhi dalam hal membeli mobil bekas

yaitu bagaimana konsumen memuaskan kebutuhan dan keinginannya akan suatu

kenderaan melalui tipe, corak maupun kualitas yang ada pada mobil bekas. Akhirnya

dengan melihat dan mempertimbangkan keempat faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen untuk memilih pembelian mobil bekas, maka pemasar akan lebih

memahami kebutuhan dan keinginan dari konsumen sehingga strategi yang

diterapkan juga tentunya akan lebih baik dan berhasil.

I.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh faktor-faktor internal yang terdiri dari: motivasi, persepsi,

pembelajaran, dan kepribadian terhadap keputusan konsumen membeli mobil

bekas di Kota Medan?

2. Sejauhmana pengaruh faktor pengalaman dan pengetahuan terhadap

(29)

I.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor internal yang terdiri

dari: motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian terhadap keputusan

konsumen membeli mobil bekas di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor pengalaman dan

pengetahuan terhadap pembelajaran konsumen membeli mobil bekas di Kota

Medan.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi bagi pihak pemasar produk mobil bekas untuk dapat

menentukan kebijakan dan pengembangan strategi pemasaran yang sesuai

dengan kebutuhan pasar, khususnya perilaku konsumen dalam membeli mobil

bekas di Kota Medan.

2. Sebagai penambah khasanah penelitian bagi Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai penambah dan memperluas pengetahuan bagi peneliti dalam bidang

pemasaran khususnya perilaku konsumen yang berkaitan dengan pengambilan

keputusan pembelian.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

(30)

I.5. Kerangka Berpikir

Untuk dapat memenangkan persaingan, maka tentunya pemasar haruslah

memahami kondisi pasar dan melakukan analisis yang tepat. Dalam menganalisis

kondisi pasar tersebut, pemasar perlu melakukan analisis perilaku konsumen untuk

mengidentifikasi bagaimana perilaku membeli konsumen dan proses pembeliannya

beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian.

Analisis perilaku konsumen ditujukan untuk mempelajari bagaimana individu,

kelompok, dan organisasi dalam memilih, membeli, menggunakan barang, jasa dan

ide untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Pemasar perlu mempelajari

keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku beli konsumen.

Mowen (2002) menyatakan bahwa, “Motivasi adalah keadaan yang diaktivasi

atau digerakkan dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan”. Dapat

diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya tujuan yang ingin dicapai oleh

seseorang.

Kotler (2007) menyatakan bahwa,” Persepsi adalah proses yang digunakan

individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi

guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti”

Solomon (2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “ a relatively

permanent change in behavior that is caused by experience”. Dapat diartikan bahwa

pembelajaran adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang diakibatkan oleh

(31)

Kotler (2007) menyatakan bahwa kepribadian adalah “Ciri bawaan psikologis

manusia (human psychological traits) yang khas yang menghasilkan tanggapan yang

relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya”.

Kotler (2007) menyatakan bahwa, “Keputusan pembelian merupakan tahap

evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada dalam

kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang

disukai”.

Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka kerangka berpikir penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Motivasi

Kepribadian Persepsi

Pembelajaran

Keputusan Pembelian Mobil Bekas

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama

Schiffman & Kanuk (2007) menyatakan bahwa, “Pembelajaran merupakan

hasil pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang diperoleh”.

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “Konsumen dapat belajar tentang produk

atau jasa melalui pengalaman penggunaan pribadi secara langsung. Pembelajaran

(32)

pengertian akan proses mental yang menentukan orang mempelajari informasi (yaitu

bagaimana informasi diteruskan keingatan jangka panjang)”.

Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka kerangka berpikir penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengalaman

Pengetahuan

Pembelajaran

Gambar I.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua

I.6. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor internal yang terdiri dari: motivasi, persepsi, pembelajaran, dan

kepribadian berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil bekas di Kota

Medan.

2. Faktor pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap pembelajaran

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen merupakan suatu tindakan yang tunjukkan oleh konsumen

dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang

mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam arti lain perilaku

ditunjukkan, yakni bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang

terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan/ menukarkan dengan barang

atau jasa yang diinginkannya. Analisis tentang berbagai faktor yang berdampak pada

perilaku konsumen menjadi dasar dalam pengembangan strategi pemasaran. Untuk

itu pemasar wajib memahami konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya,

dan bagaimana konsumen mengambil keputusan

Menurut Mowen (2002) bahwa, “perilaku konsumen (consumer behaviour)

didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa,

pengalaman serta ide-ide”.

Sedangkan menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen merupakan

studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli,

menggunakan, dan memposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk

(34)

The American Marketing Association dalam Setiadi (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut terdapat 3 (tiga) ide penting perilaku konsumen, yaitu :

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang

konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara afeksi (perasaan) dan kognisi

(pemikiran), perilaku dan kejadian di sekitar.

3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah

untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.

Peter dan Olson (1999) dalam Simamora (2003) menyatakan bahwa perilaku

konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan.

Untuk lebih jelasnya mereka menyatakan bahwa keputusan meliputi suatu pilihan

“antara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku”.

Sastradipora (2003) menyatakan bahwa: “perilaku konsumen adalah proses

dimana para individu menetapkan jawaban atas pertanyaan: perlukah, apakah,

kapankah, dimanakah, bagaimanakah, dan dari siapakah membeli barang atau jasa”.

Solomon (2003) menyatakan bahwa, “consumer behavior is the process

involved when individuals or groups selest, purchase, use, adn dispose of goods,

services, ideas, or experiences to satisfy their needs and desires”. Yang dapat

diartikan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses yang melibatkan

seseorang ataupun suatu kelompok untuk memilih, membeli, menggunakan dan

memanfaatkan barang-barang, pelayanan, ide, ataupun pengalan untuk memenuhi

(35)

II.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kotler (2007) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi

oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut

1. Faktor Budaya. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku

pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.

Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan

identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup

kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Pada dasarnya, semua

masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering

ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen

dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut

nilai, minat, dan perilaku serupa.

Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang didalam kelas

sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari

dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang merasa dirinya menempati posisi

inferior atau superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas sosial ditandai oleh

sekumpulan variabel-seperti pekerjaan, penghasilan, kesejahteraan, pendidikan,

dan orientasi nilai-bukannya satu variabel. Keempat, individu dapat pindah dari

satu tangga ke tangga lain pada kelas sosialnya selama masa hidup mereka.

Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi

(36)

2. Faktor sosial. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti

kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan

membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan memengaruhi

perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut orang untuk

mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang

akan produk dan merek aktual. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan

saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas

agama, politik, dan ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. Kedudukan

orang itu dimasing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan

statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh

seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.

3. Faktor pribadi. Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan,

keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.

4. Faktor psikologi. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan

karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan

keputusan pembelian. Empat proses psikologis penting-motivasi, persepsi,

pembelajaran, dan memori-secara fundamental mempengaruhi tanggapan

konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.

Menurut Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu

(37)

sikap. Sedangkan faktor eksternal antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan,

kondisi lingkungan, kegiatan pemasaran perusahaan dan situasi.

II.1.2. Tipe Perilaku Keputusan Konsumen

Menurut Assael dalam Simamora (2003) bahwa ada 4 (empat) tipe perilaku

pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan perbedaan

diantara merek sebagai berikut:

1. Perilaku Membeli yang rumit (Complex Buying Behavior).Perilaku membeli yang

rumit akan menimbulkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan menyadari

adanya perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli ini

terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli,

beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian,

jam tangan, komputer pribadi dan lainnya. Biasanya konsumen tidak tahu banyak

tentang kategori produk dan harus belajar untuk mengetahuinya.

2. Perilaku Membeli untuk mengurangi keragu-raguan (Dissonace Reducing Buying

Behavior). Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk itu mahal, tidak

sering dilakukan, beresiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan

merek tidak terlihat. Contohnya karpet, keramik, pipa PVC dan lain-lain. Pembeli

biasanya mempunyai respons terhadap harga atau kenyamanan.

3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior).Konsumen

membeli produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena

(38)

mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka

tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk

seperti gula, garam, air mineral dalam kemasan, deterjen dan lain-lain.

4. Perilaku pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior).

Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan.

Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Perilaku

demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah

dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.

II.1.3. Tahapan-tahapan dalam Proses Keputusan Pembelian

Kotler (2007) mengatakan bahwa, “para konsumen melewati lima tahap :

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian,

perilaku pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum

pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu”.

Mengenali   Kebutuhan 

Mengenali Kebutuhan

Perilaku Pasca Pembelian Keputusan

Membeli Evaluasi

Alternatif Pencarian

Informasi Sumber: Kotler (2007)

(39)

Kotler (2007), penjelasan secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali

masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan

internal atau eksternal.

2. Pencarian Informasi. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong

untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang

lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar

lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin

mulai aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan

mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Melalui pengumpulan

informasi, konsumen tersebut mempelajari merek-merek yang bersaing beserta

fitur-fitur merek tersebut.

3. Evaluasi alternatif. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan

model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang

berorientasi kognitif. Model tersebut menganggap konsumen membentuk

penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar

akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen

berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat terntentu dari

solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai

sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan

(40)

4. Keputusan Pembelian. Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi

terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen juga

membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai.

5. Perilaku sesudah pembelian. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami

ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau

mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga

terhadap informasi yang mendukung keputusannya.

Menurut Kotler (2007) bahwa, “Para konsumen membetuk harapan mereka

berdasarkan pesan yang diterima dari para penjual, teman dan sumber-sumber

informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar

ketidakpuasan konsumen. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan,

pelanggan akan kecewa, jika ternyata sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas,

jika melebihi harapan, pembeli akan sangat puas”.

II.2. Teori Tentang Motivasi

II.2.1. Pengertian Motivasi

Simamora (2003) menyatakan bahwa, “Motif adalah suatu kebutuhan yang

cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan”.

Kotler (2007) menyatakan bahwa, “seseorang memiliki banyak kebutuhan

pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis yaitu kebutuhan tersebut

(41)

lain bersifat psikogenis yaitu kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti

kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok”.

Dalam Kotler (2007) terdapat tiga teori yang paling terkenal yaitu :

1. Teori Freud. Sigmund Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis

yang membentuk perilaku konsumen sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memahami motivasi dirinya. Ketika seseorang mengamati merek-merek tertentu, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan yang terlihat nyata pada merek-merek tersebut,

melainkan juga pada petunjuk (clues) lain yang samar. Wujud, ukuran,

berat, bahan, warna dan nama merek dapat memicu asosiasi (arah pemikiran) dan emosi tertentu.

2. Teori Maslow. Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia

tersusun dalam hierarki, yang paling mendesak sampai yang paling kurang mendesak. Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan-kebutuhan fisik, kebutuhan-kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Jika seseorang berhasil memuaskan kebutuhan yang penting, kemudian dia akan berusaha memuaskan kebutuhan yang terpenting berikutnya.

3. Teori Herzberg. Frederick Herzberg mengembangkan teori dua faktor

yang membedakan dissatisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan

ketidakpuasan) dan satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan).

Tidak adanya dissatisfiers saja tidak cukup, sebaliknya satisfiers harus ada

secara aktif untuk memotivasi pembelian.

McClelland dalam Mowen (2002) menyatakan bahwa,” tiga kebutuhan

pembelajaran mendasar yang akan memotivasi orang yaitu kebutuhan prestasi, afiliasi

dan kekuasaan”.

Schiffman dan Kanuk (2000) menyatakan bahwa motivasi adalah “driving

force wihtin individuals that impels them to action. This driving force is produced by

state of tension, which exists as the result of an unfulfilled need”. Dapat diartikan

bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.

(42)

tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.

Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan

memenuhi kebutuhan tersebut.

II.2.2. Klasifikasi Motivasi

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “motivasi yang dimiliki tiap konsumen sangat berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil. Bila dilihat dari hal itu maka motivasi yang dimiliki oleh konsumen secara garis besar dapat terbagi dua kelompok besar, antara lain motivasi yang berdasarkan rasional dan motivasi yang berdasarkan emosional. Motivasi yang berdasarkan rasional akan menentukan pilihan terhadap suatu produk dengan memikirkan secara matang serta dipertimbangkan terlebih dahulu untuk membeli produk tersebut. Sedangkan untuk motivasi yang berdasarkan pada emosional, konsumen terkesan terburu-buru untuk membeli prosuk tersebut dengan tidak mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi untuk jangka panjang”.

II.2.3. Jenis-jenis Motivasi

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, terkadang konsumen mengalami suatu

dorongan terhadap suatu objek atau kondisi tertentu. Kekuatan dorongan ini dapat

berupa kekuatan mendekati ataupun menjauhi suatu objek. Menurut Schiffman dan

Kanuk (2007) menyatakan bahwa “dorongan positif sebagai kebutuhan, keinginan

atau hasrat dan menyebut dorongan negatif sebagai rasa takut atau keenganan. Tetapi

walaupun kekuatan motivasi positif dan negatif kelihatan sangat berbeda dari sudut

kegiatan fisik (dan kadang-kadang bersifat emosional), keduanya pada dasarnya sama

(43)

II.3. Teori Tentang Persepsi

II.3.1. Pengertian Persepsi

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “persepsi didefinisikan sebagai proses

dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengertikan masukan informasi

untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini”.

Shiffman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah “sebagai

proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli

kedalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia”.

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa persepsi adalah “bagaimana seorang

konsumen melihat realitas diluar diriny atau dunia sekelilingnya”.

Mowen (2002) menyatakan bahwa, “persepsi adalah proses dimana individu

diekspos untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut, dan

memahaminya”.

Kotler (2007) menyatakan bahwa, “persepsi itu lebih penting daripada realitas, karena persepsi itulah yang akan mempengaruhi perilaku aktual konsumen. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi yaitu perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.

1. Perhatian selektif. Orang mengalami sangat banyak rangsangan setiap

hari. Karena seseorang tidak mungkin dapat menanggapi semua rangsangan itu, kebanyakan rangsangan akan disaring, proses yang dinamakan perhatian selektif. Berdasarkan temuan rangsangan yaitu orang cenderung memerhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhannya saat ini, orang cenderung memerhatikan rangsangan yang mereka antisipasi, dan orang cenderung memerhatikan rangsangan yang berdeviasi besar terhadap ukuran rangsangan normal.

2. Distorsi selektif. Merupakan kecenderungan menafsirkan informasi

(44)

3. Ingatan Selektif. Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tetapi cenderung mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka. Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung mengingat hal-hal baik yang disebutkan tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik yang disebutkan tentang prosuk pesaing.

4. Persepsi subliminal. Mekanisme persepsi selektif menuntut keterlibatan

dan pemikiran aktif pihak konsumen.

Menurut Stanton dalam Setiadi (2003) mengatakan bahwa “persepsi dapat

didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu,

stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera”. Stimuli atau

stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat

mempengaruhi tanggapan individu.

Sunarto (2004) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang digunakan

oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi

masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti”.

II.3.2. Proses Persepsi

Setiadi (2003) menyatakan bahwa proses persepsi terdiri dari:

1. Seleksi Perseptual. Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap

dan memilih stimulus berdasarkan pada psychological set yang dimiliki.

Psychological set yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori

konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen. Oleh karena itu, dua proses yang

masuk ke dalam definisi seleksi adalah : perhatian (attention) dan persepsi

selektif (selectif perception).

2. Organisasi persepsi. Organisasi persepsi (perceptual Organization) berarti

bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh.

(45)

menarik perhatian konsumen baik disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen.

II.3.3. Pengolahan Informasi dalam Persepsi Konsumen

Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dalam Sumarwan (2004) mengutip

pendapat William Mcguire yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan

informasi (the information-processign model), yaitu:

1. Pemaparan (explosure) : pemaparan stimulus, yang menyebabkan konsumen

menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya.

2. Perhatian (attention) : kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen

terhadap stimulus yang masuk.

3. Pemahaman (comprehension) : interpretasi terhadap makna stimulus.

4. Penerimaan (acceptance) : dampak persuasif stimulus kepada konsumen.

5. Retensi (retention) : pengalihan makna stimulus dan persuasi ke ingatan

jangka panjang (long-term memory).

II.4. Teori Tentang Pembelajaran

II.4.1. Pengertian Pembelajaran

Mowen (2002) menyatakan bahwa “pengetahuan diperoleh melalui proses

pembelajaran kognitif”. Pembelajaran kognitif (cognitive learning) adalah sebuah

proses aktif dimana orang berusaha untuk mengendalikan informasi yang mereka

dapatkan. Para konsumen belajar baik melalui pendidikan maupun melalui

(46)

Schiffman dan Kanuk (2000) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “from a

marketing perspective, the process by which individuals acquaire the purchase and

consuption knowledge and experience that they apply to future related behavior”.

Yang dapat diartikan dari perspektif pemasaran, proses belajar konsumen dapat

diartikan sebagi sebuah proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan dan

pengalam pembelian dan konsumsi yang akan ia terapkan pada perilaku yang terkain

pada masa datang.

Simamora (2003) menyatakan bahwa, “proses pembelajaran menjelaskan

perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman, dan kebanyakan

perilaku konsumen adalah hasil proses pembelajaran. Secara teori, pelajaran

seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan

penguatan”.

Kotler (2007) menyatakan bahwa “pendorong (drives) adalah rangsangan

internal kuat yang mendorong tindakan. Isyarat (clues) adalah rangsangan kecil yang

menentukan kapan, dimana, dan bagaimana tanggapan seseorang”.

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “proses belajar menjelaskan perubahan

dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman”.

II.4.2. Syarat Proses Pembelajaran

Schiffman dan Kanuk (2000); Loudon dan Della Bitta (1993) dalam Sumarwan (2004), menyatakan bahwa proses belajar bisa terjadi karena adanya empat unsur yang mendorong proses belajar tersebut yaitu :

1. Motivasi (motivation). Adalah daya dorong dari dalam diri konsumen.

(47)

2. Isyarat (clues). Adalah stimulus yang mengarahkan motivasi tersebut. Isyarat akan mempengaruhi cara konsumen bereaksi terhadap suatu motivasi.

3. Respon (response). Adalah reaksi konsumen terhadap isyarat. Belajar

terjadi ketika konsumen bereaksi terhadap isyarat tersebut.

4. Pendorong dan penguatan (reinforcement). Adalah sesuatu yang

meningkatkan kecenderungan seseorang konsumen untuk berperilaku pada masa datang karena adanya isyarat atau stimulus.

II.5. Teori Tentang Kepribadian

II.5.1. Pengertian Kepribadian

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “kepribadian adalah perilaku yang dinamis

dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap

lingkungannya secara unik”.

Mowen (2002) menyatakan bahwa, “konsep kepribadian memiliki empat

aspek penting yaitu perilaku menunjukkan konsistensi, perilaku membedakan

seseorang denngan yang lainnya, perilaku berinteraksi dengan situasi dan pengukuran

kepribadian tunggal tidak dapat memprediksi perilaku tertentu”.

Simamora (2003) menyatakan bahwa, “tiap orang mempunyai kepribadian

yang khas dan ini akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian sangat

bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau

merek”.

Kotler (2007) menyatakan bahwa, “kepribadian biasanya digambarkan dengan

menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan,

(48)

II.5.2. Karakteristik Pribadi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “keputusan membeli dipengaruhi oleh

karakteristik seperti : umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya

hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli”.

II.6. Teori Tentang Pengalaman

Mowen dan Minor (2002) menyatakan bahwa, “pengalaman konsumsi dapat

didefinisikan sebagai kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama

pemakaian produk atau jasa”.

Setiadi (2003) menyatakan bahwa, “sumber informasi konsumen dapat dikelopokkan menjadi empat kelompok yaitu :

1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasaran dan pameran.

3. Sumber umum : media massa, organisasi konsumen.

4. Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan produk.

II.7. Teori Tentang Pengetahuan

II.7.1. Pengertian Pengetahuan

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa, “Pengetahuan konsumen akan

mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang

lebih banyak, maka ia akan lebih baik dalam mengambil keputusan, ia akan lebih

efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu merecall informasi

(49)

II.7.2. Jenis-jenis Pengetahuan

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) dalam Sumarwan (2002) menyatakan bahwa, jenis pengetahuan terbagi dalam 3 (tiga) jenis:

1. Pengetahuan produk. Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai

informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk.

2. Pengetahuan pembelian. Pengetahuan pembelian meliputi berbagai

informasi yang diproses oleh konsumen untuk memperolrh suatu produk. Pengetahuan produk terdiri atas pengetahuan dimana membeli produk dan kapan membeli produk.

3. Pengetahuan pemakaian.Suatu produk akan memberikan manfaat kepada

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan September 2010.

III.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Singarimbun dan Effendy

(2006) menyatakan bahwa “Survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari

satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang

pokok”.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Nasir (2005) menyatakan

bahwa, “penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekolompok

manusia, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang

yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena

yang diselidiki”. Sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa, “penelitian

kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang dirinci sejak awal, langkah penelitian yang

sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk

(51)

penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat

mewakili, serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul”.

Penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatori. Sugiyono (2005) menyatakan

bahwa “penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan

kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan

yang lain”.

III.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang telah melakukan

Bea Balik Nama (BBN) mobil bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2009.

Data diperoleh bahwa populasi masyarakat yang telah melakukan BBN mobil di Kota

Medan pada tahun 2009 berjumlah 30.842 orang (Laporan tahunan Ditlantas Polda

SUMUT Tahun 2009).

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003),

dengan rumus sebagai berikut :

2

1 Ne

N n

 

Dimana:

n = Besaran sampel

N = Besaran populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran

(52)

Atas dasar rumus tersebut, dan menggunakan tingkat presisi 90 persen

(tingkat kesalahan sama dengan 10% ). Populasi berjumlah 30.842 unit mobil bekas

yang telah BBN kendaraan di Kota Medan, maka diperoleh jumlah sampel sebagai

berikut :

Banyaknya sampel yang diambil dalam penelitian ini sebesar 100 orang

(responden).

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random

sampling (sampling acak), dimana populasi darimana sampel diambil merupakan

populasi yang homogen yang hanya mengandung satu ciri (Arikunto, 2006).

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara,

kuesioner, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara (interview) kepada pihak-pihak yang berhak atau berwenang untuk

memberikan informasi dan keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Daftar pertanyaan (questionaire) yang diberikan kepada konsumen mobil bekas di

Kota Medan yang menjadi responden dalam penelitian.

3. Studi dokumentasi dengan mengumpulkan dan mempelajari data-data yang

(53)

tahun 2010 yang diperoleh dari Samsat Kota Medan serta data pendukung

lainnya.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari daftar pertanyaan

(questionare) dan wawancara (interview) yang diberikan kepada responden

terpilih.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi meliputi

literatur, artikel, jurnal yang berkaitan dengan mobil bekas dari perpustakaan,

internet.

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

III.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Pada hipotesis pertama, terdapat empat variabel bebas (independent variable)

yang digunakan, yaitu motivasi (X1), persepsi (X2), pembelajaran (X3) dan

kepribadian (X4), dan satu variabel terikat (dependent variable), yaitu keputusan

(54)

Definisi operasional variabel hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel III.1

sebagai berikut :

Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Variabel

Penelitian Definisi Variabel Indikator Pengukuran

Motivasi (X1)

Faktor yang mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya.

1. Kebutuhan

2. Keinginan yang tidak terpenuhi

3. Harapan

Skala Likert

Persepsi (X2)

Sekumpulan tahap pengolahan informasi yang akan

menstimulus konsumen terhadap keputusan pembelian.

1. Pemaparan

Faktor yang menciptakan suatu proses belajar konsumen berdasarkan pengalaman dari lingkungannya.

1. Kebutuhan informasi 2. Iklan

3.Responterhadap stimulus

Skala Likert

Kepribadian (X4)

Suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri konsumen yang sangat menentukan perilaku yang terkontrol dan sesuai dengan dengan tuntutan lingkungan sehingga reaksinya tidak merugikan konsumen.

1. Teliti dan kehati-hatian 2. Citra diri

3. Bentuk ekspresi diri.

Skala Likert

Keputusan Pembelian

(Y)

Semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang

mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa serta kegiatan mengevaluasi.

1. Pengenalan Kebutuhan 2. Pencarian Produk 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan pembelian 5. Perilaku pasca pembelian

Skala Likert

III.6.2. Identifikasi danDefinisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

Pada hipotesis kedua, terdapat satu variabel bebas (independent variable)

yang digunakan, yaitu pengalaman (X1) dan pengetahuan (X2), dan satu variabel

(55)

Definisi operasional variabel hipotesis kedua dapat dilihat pada Tabel III.2

sebagai berikut:

Tabel III.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

Variabel

Penelitian Definisi Variabel Indikator Pengukuran

Pengalaman (X)

Kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama pemakaian produk atau jasa.

1. Kualitas produk 2. Aksesoris Mobil 3. Perawatan

Skala Likert

Pengetahuan (X2)

Semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk.

Faktor yang menciptakan suatu proses belajar konsumen berdasarkan pengalaman dari lingkungannya

1. Kebutuhan informasi 2. Iklan

3. Respon terhadap stimulus

Skala Likert

III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden yang dijadikan sampel

penelitian, maka terlebih dahulu harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas

dan reliabilitas dilakukan pada 30 (tiga puluh) orang yang telah melakukan BBN dan

bukan menjadi responden dalam penelitian. Menurut Umar (2003) bahwa ”sangat

disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal 30 orang. Dengan jumlah

30 orang ini distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal”. Uji validitas

dan reabilitas dilakukan dengan bantuan program Software SPSS 15.0 (Statistical

Package for the Social Sciences)

Menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa “ instrumen yang valid dan

reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan

(56)

III.7.1. Uji Validitas

Menurut Umar (2003), ”validitas menunjukkan sejauhmana alat pengukur itu

mampu mengukur apa yang ingin diukur”.

Untuk menentukan validitas digunakan teknik korelasi product moment

dengan banduan perangkat lunak SPSS versi 15.0. Jika angka korelasi yang diperoleh

lebih besar dari pada angka kritis maka pernyataan tersebut valid, jadi kalau tidak

valid berarti instrumen harus segera direvisi, dengan menambah item pertanyaan atau

mengurangi, disesuaikan dengan keadaan data (Kuncoro, 2003). Berdasarkan

pengujian validitas instrument dengan Software Statistical Package For Social

Science versi 15.0 nilai validitas terdapat pada kolom Corrected Item-Total

Corelation.

Menurut Sugiono (2005), “Jika nilai Corrected Item-Total Corelation setiap

pertanyaan lebih besar daripada 0,30 maka butir-butir pertanyaan dari instrumen

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama
Gambar I.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua
Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
Tabel III.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Persepsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan dalam hal ini Doorsmeer Prima Mobil Medan dapat melihat peluang dan kekuatan ini sebagai kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha kedepannya namun harus

Bdii4 eog{ rcmli'u ltudos Pid!. ddon tu y!r3

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor kualitas, merek, harga, dan fasilitas terhadap keputusan membeli konsumen pada usaha pakaian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MEMBELI MOBIL TOYOTA AVANZA PADA PT ASTRA INTERNATIONAL-..

Pratiwi, Putu Ayu Okky Arya, Ida Bagus Sudiksa, dengan judul “Pengaruh Marketing MIX Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Mobil Toyota Avanza Pada PT Agung AutoMall

Harga yang dibayar untuk mobil Toyota Avanza sangat sesuai dengan manfaat yang didapat3. Harga mobil Toyota

produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian mobil toyota avanza Uji F merupakan perhitungan untuk mengetahui apakah variabel

Hasil penelitian adalah produk, harga, promosi, distribusi, dan pelayanan berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku konsumen dalam membeli mobil Toyota Avanza