• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP HIV/AIDS TAHUN 2011

Oleh :

FADILLAH AKBAR S

080100063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP HIV/AIDS TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

FADILLAH AKBAR S

080100063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011

Nama : Fadillah Akbar S NIM : 080100063

Pembimbing Penguji I

( dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK ) ( dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M )

Penguji II

( Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi )

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan satu penyakit yang semakin meluas dikalangan masyarakat di dunia. HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Di Indonesia, kasus penduduk yang mengidap HIV/AIDS ini sangat tinggi yaitu sejak Januari hingga Maret 2010, kasus yang dilaporkan adalah sebanyak 591 kasus dan di Sumatera Utara adalah sebanyak 485 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai HIV/AIDS.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 48,1%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 16,7%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(5)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of medical problem faced by the world. HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. In Indonesia, the number of cases recorded with HIV/AIDS from January until Maret 2010 is 591 cases As many as 485 people in North Sumatera are reported to have HIV/AIDS. This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards HIV/AIDS in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th in 2011.

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 48,1%, good and less categories respectively 35,2% and 16,7%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel medan 8th grade in 2011 towards HIV/AIDS is at average category. The authorized party are expected to provide information and learning materials on HIV/AIDS of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dalam

penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK

USU.

2. dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK selaku dosen pembimbing, yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Nurchaliza H. Siregar,

Sp.M dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. dr. Guido Muhammad Solihin, Sp.An yang telah menjadi dosen penasihat

akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

5. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta

memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Teman sejawat Juan Carson atas masukan dan bantuannya dalam

pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman sejawat Esanikaruppiah atas masukan dan bantuannya dalam

(7)

8. Teman sejawat Justin Michal atas masukan dan bantuannya dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga

Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada

penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,

dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam melaksanakan

penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011” ini. Harapan

penulis semoga penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi

memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 10 Januari 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .………... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus... ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... ... 4

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 5

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

2.2. HIV/AIDS ... 7

2.2.1. Definisi HIV/AIDS... ... 7

2.2.2. Struktur HIV ... 7

2.2.3. Sel Target... ... 8

(9)

2.2.5. Epidemiologi... ... 10

2.2.6. Faktor Resiko... ... 11

2.2.7. Patogenesis... ... . 11

2.2.7.1. Transmisi Infeksi HIV... .... 11

2.2.7.2. Perlekatan Virus... ... 13

2.2.7.3. Replikasi Virus... ... 14

2.2.8. Diagnosis... ... 15

2.2.9. Penatalaksanaan HIV/AIDS... ... 17

2.2.10. Pencegahan HIV/AIDS... ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL….……… 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 19

3.2. Variabel dan Definisi Operasional... 19

3.2.1. Variabel pengetahuan………..……… 19

3.2.2. Variabel HIV/AIDS……….……..………..…… 20

BAB 4 METODE PENELITIAN... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1. Populasi... ... 21

4.3.2. Sampel... ... 22

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... ... 22

4.3.2.2. Besar Sampel... 22

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 22

4.4.1. Jenis Data... 22

4.4.2. Cara Pengumpulan Data... 22

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 24

(10)

4.5.2. Analisis Data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 25

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 27

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Karakteristik Responden ... 32

5.2.2. Pengetahuan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Gejala Mayor Dan Minor Pada Pasien HIV/AIDS…….. 16

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap

Pertanyaan ………... 23

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Jenis Kelamin………... 26

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua…………... 26

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Sumber Informasi…………... 27

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner

Responden………... 28

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Responden

Menurut Tingkat Pengetahuan…...………... 29

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Tingkat

Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin……… 30

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Tingkat

Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua. 31

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Tingkat

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Ilustrasi Skematik Untuk Struktur HIV-1... 8

Gambar 2.2. Mekanisme Perlekatan Virus... 14

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 4 Lembar Ethical Clearence

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Hasil Penelitian

Lampiran 7 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 8 Informed Consent

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(14)

ABSTRAK

Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan satu penyakit yang semakin meluas dikalangan masyarakat di dunia. HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Di Indonesia, kasus penduduk yang mengidap HIV/AIDS ini sangat tinggi yaitu sejak Januari hingga Maret 2010, kasus yang dilaporkan adalah sebanyak 591 kasus dan di Sumatera Utara adalah sebanyak 485 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai HIV/AIDS.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 48,1%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 16,7%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(15)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of medical problem faced by the world. HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. In Indonesia, the number of cases recorded with HIV/AIDS from January until Maret 2010 is 591 cases As many as 485 people in North Sumatera are reported to have HIV/AIDS. This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards HIV/AIDS in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th in 2011.

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 48,1%, good and less categories respectively 35,2% and 16,7%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel medan 8th grade in 2011 towards HIV/AIDS is at average category. The authorized party are expected to provide information and learning materials on HIV/AIDS of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi HIV pertama kali dikenal pada tahun 1981 sebagai penyakit baru

pada pria homoseksual dan pengguna obat intravena di New York, San Fransisco,

dan Los Angeles pada tahun 1979-1980. HIV/AIDS kemudian meluas dengan

cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia. Dalam waktu sekitar satu dekade

individu yang terpapar HIV bila tanpa diobati akan berkembang menjadi AIDS

akibat defisiensi sistem imun yang diinduksi HIV. AIDS menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia pada awal abad ke-21.

Penyebaran global dimungkinkan dengan meningkatnya mobilitas internasional

dari individu yang terinfeksi.

Penyakit infeksi HIV/AIDS sejak muncul hingga kini terus

menghadirkan berbagai persoalan kesehatan. Persoalan kesehatan adalah masih

tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan, dan angka kematian. Masalah

kedokteran yang berkembang terkait dua hal pokok; yang pertama, interaksi HIV

dengan tubuh manusia; kedua, perilaku yang mengantarkan individu terpapar HIV

(Nasronudin, 2007).

Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia baik secara vertikal dari ibu ke

anak, secara transeksual (homoseksual atau heteroseksual dengan multipartner),

dan horizontal yang lazim terjadi bila ada kontak antar cairan tubuh terutama

darah. Perjalanan alamiah penyakit infeksi HIV memiliki potensi berkembang

menjadi AIDS akibat hadirnya infeksi sekunder atau keganasan (Robbins, 2007).

Dalam triwulan Januari sampai dengan Maret 2010 dilaporkan tambahan

kasus AIDS sebanyak 591 kasus di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara

menduduki peringkat sembilan dengan kasus AIDS sebanyak 485 kasus, setelah

Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah,

dan Sulawesi Selatan. Sumatera Utara memiliki prevalensi sebesar 3,71 penderita

(17)

Indonesia dari tanggal 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2010 adalah 20564

kasus, dengan kematian sebesar 3936 jiwa (Depkes RI, 2010).

Pengembangan pengetahuan infeksi HIV/AIDS perlu dimulai dari

pemahaman mendasar. Pengetahuan tentang infeksi HIV/AIDS perlu

disosialisasikan kepada masyarakat. Dalam mengembangkan tingkat pengetahuan

mengenai penyakit infeksi HIV/AIDS, perlu memahami berbagai konsep dan teori

sehubungan dengan munculnya penyakit infeksi HIV/AIDS. Mengkaji

perkembangan penyakit infeksi HIV/AIDS berarti mendalami hakikat penyakit

tersebut secara sistematik, radikal, dan universal. Tingkat pengetahuan

masyarakat tentang infeksi HIV/AIDS dan cara penularannya menjadi salah satu

faktor pendukung sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS (Nasronudin,

2007).

Berdasarkan data di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian mengenai tingkat pengetahuan siswa SMP terhadap HIV/AIDS, dan

penelitian akan dilaksanakan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII

tahun 2011 .

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel

Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS berdasarkan jenis

kelamin.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS berdasarkan

pekerjaan orang tua.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS berdasarkan

sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi siswa tentang bahaya HIV/AIDS.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini sebagai sarana informatif bagi pihak sekolah untuk

mendidik siswa dan mengadakan penyuluhan supaya siswa mengerti tentang

HIV/AIDS.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang

HIV/AIDS dan memberi pengalaman nyata untuk mengetahui tingkat

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, indra

pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba. Pengetahuan

seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai

kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya mobilitas informasi

tentang sesuatu dilingkungannya.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), dalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

(20)

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dalam kognitif mempunyai

enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu ( Know ), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami ( Comprehension ), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam berbagai situasi.

4. Analisis (Analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation), hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

(21)

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur, adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam

satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan

yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak

seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan semakin

bertambah.

2. Pendidikan, adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku

manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu

dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan

proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan

teknologi yang baru, lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh

pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat

membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi

pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas kehidupannya.

3. Pekerjaan, adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam bidang

pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan

dengan orang lain. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan

kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh

informasi yang berguna.

4. Sumber Informasi, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh

banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh

(22)

2.2. HIV/AIDS

2.2.1. Definisi HIV/AIDS

Integritas sistem imun adalah essensial untuk pertahanan terhadap

infeksi mikroba dan produk toksiknya. Defek salah satu komponen sistem imun

dapat menimbulkan penyakit berat bahkan kematian yang secara kolektif disebut

imunosupresi berat atau defisiensi imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik,

neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis. HIV merupakan retrovirus

obligat intraseluler dengan replikasi sepenuhnya di dalam sel host (Robbins, 2007).

2.2.2. Struktur HIV

HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis dengan diameter 1000

angstrom yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus. Strukturnya terdiri dari

lapisan luar atau envelop yang terdiri atas glikoprotein gp 120 yang melekat pada

glikoprotein gp 41. Di bagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang terdiri dari

protein p17. Setelah inti terdapat komponen penting berupa dua buah rantai RNA

dan enzim reverse transcriptase (Merati dan Jauzi, 2007).

Menurut Brooks, Butel, dan Morse (2005), ciri khas morfologi yang unik

dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur.

Nukleoid yang berbentuk papan dan bersifat diagnostik dapat terlihat pada

mikrograf elektron dalam partikel ekstraseluler yang terbelah pada sudut yang

tepat.

Dikenal dua tipe HIV, yaitu HIV-1 yang ditemukan pada tahun 1983,

dan HIV-2 yang ditemukan pada tahun 1986 pada pasien AIDS di Afrika Barat.

Epidemi HIV secara global terutama disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2

tidak terlalu luas penyebarannya, hanya terdapat di Afrika Barat dan beberapa

(23)

HIV-1 maupun HIV-2 mempunyai struktur yang hampir sama. HIV-1

mempunyai gen vpu tetapi tidak mempunyai gen vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2 mempunyai gen vpx tetapi tidak mempunyai gen vpu. Perbedaan struktur genom ini walaupun sedikit, diperkirakan mempunyai peranan dalam menentukan

patogenitas dan perbedaan perjalanan penyakit diantara kedua tipe HIV tersebut.

Karena HIV-1 lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian klinis dan

laboratoris lebih sering dilakukan terhadap HIV-1 (Merati dan Jauzi, 2007).

Gambar 2.1. Ilustrasi Skematik Untuk Struktur HIV-1 (Robbins, 2007)

2.2.3. Sel Target

Menurut Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta (2006), yang tergolong

(24)

kelenjar getah bening serta organ limfoid di saluran-saluran napas dan cerna.

Organ-organ tersebut merupakan tempat perkembangan sel-sel imunokompeten.

Distribusi struktur limfoid yang luas dan sirkulasi sel limfoid yang

konstan di dalam darah, limf, dan jaringan ikat. Hal ini membuat tubuh memiliki

sistem pertahanan yang rumit dan efisien (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Sel yang merupakan target utama HIV adalah sel yang mempunyai

reseptor CD4, yaitu limfosit CD4+ (sel T helper atau Th) dan monosit/makrofag. Beberapa sel lainnya yang dapat terinfeksi yang ditemukan secara in vivo atau in

vitro adalah megakariosit, epidermal langerhans, periferal dendritik, folikuler

dendritik, mukosa rektal, mukosa saluran cerna, sel serviks, mikroglia, astrosit, sel

trofoblast, limfosit CD8, sel retina, dan epitel ginjal. Beberapa sel yang pada

mulanya dianggap CD4 negatif, ternyata juga dapat terinfeksi HIV namun

kemudian diketahui bahwa sel-sel tersebut mempunyai CD4 kadar rendah. Sel

tersebut antara lain adalah sel mieloid progenitor CD34+ dan sel timosit tripel negatif (Merati dan Jauzi, 2007).

2.2.4. Perjalanan Infeksi HIV

Perjalanan infeksi HIV melalui tiga fase :

Fase pertama adalah fase infeksi akut. Setelah HIV menginfeksi sel

target, terjadi proses replikasi yang menghasilkan virus-virus baru (virion).

Viremia dari begitu banyak virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom semacam flu. Diperkirakan bahwa sekitar

50 sampai 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut

selama 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi virus dengan gejala umum yaitu

demam, faringitis, limfadenopati, artralgia, mialgia, letargi, malaise, nyeri kepala,

mual, muntah, diare, anoreksia, dan penurunan berat badan. Selain itu HIV juga

dapat mengakibatkan gejala pada sistem saraf yaitu meningitis, ensefalitis, neuropati perifer, dan mielopati.

Fase kedua adalah fase infeksi laten. Pembentukan respon imun spesifik

HIV dan terperangkapnya virus dalam Sel Dendritik Folikuler (SDF) di pusat

(25)

dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini jarang ditemukan virion di plasma sehingga jumlah virion di plasma menurun karena sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfa dan terjadi replikasi di kelenjar limfa. Pada fase ini,

jumlah limfosit T-CD4 menurun hingga sekitar 500 sampai 200 sel/mm3.

Fase ketiga adalah fase infeksi kronis. Selama berlangsungnya fase ini,

di dalam kelenjar limfa terus terjadi replikasi virus yang diikuti kerusakan dan

kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfa sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus masuk ke dalam darah. Respon imun

tidak mampu meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan jumlah

limfosit T-CD4 hingga di bawah 200 sel/mm3. Penurunan limfosit T ini

mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap

berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progresif

yang mendorong ke arah AIDS.

Selain tiga fase tersebut ada periode jendela yaitu periode dimana

pemeriksaan tes antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif walaupun virus

sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah yang banyak. Antibodi yang

terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium karena

kadarnya masih belum memadai. Periode jendela sangat penting diperhatikan

karena pada periode jendela ini pasien sudah mampu dan potensial menularkan

HIV kepada orang lain (Nasronudin, 2007).

2.2.5. Epidemiologi

HIV-2 lebih prevalen dibanyak negara di Afrika Barat, tetapi HIV-1

merupakan virus predominan di Afrika bagian tengah dan timur, dan bagian dunia

lainnya. Menurut The Joint United Nations Program OnHIV/AIDS. Diperkirakan bahwa 36,1 juta orang terinfeksi HIV/AIDS pada akhir tahun 2000. Dari 36,1 juta

kasus 16,4 juta adalah perempuan dan 600.000 adalah anak-anak berusia kurang

dari 15 tahun. Infeksi HIV telah menyebabkan kematian pada sekitar 21,8 juta

orang sejak permulaan epidemi pada akhir tahun 1970 an sampai awal tahun 1980

(26)

Sub-Sahara; di daerah tersebut diperkirakan 25,3 juta orang dewasa dan anak-anak

hidup dengan infeksi dan penyakit pada akhir tahun 2000. Daerah lain di dunia

yang mengkhawatirkan adalah Asia Selatan dan Tenggara, diperkirakan 5,8 juta

orang hidup dengan HIV/AIDS pada periode yang sama (Price dan Wilson, 2007).

Di Indonesia, dalam triwulan Januari sampai dengan Maret 2010

dilaporkan tambahan kasus AIDS sebanyak 591 kasus di Indonesia. Provinsi

Sumatera Utara menduduki peringkat sembilan dengan kasus AIDS sebanyak 485

kasus, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Jakarta, Bali, Kalimantan Barat,

Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Sumatera Utara memiliki prevalensi sebesar

3,71 penderita per 100.000 penduduk. Secara kumulatif kasus AIDS berdasarkan

provinsi di Indonesia dari tanggal 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2010

adalah 20564 kasus, dengan kematian sebesar 3936 jiwa (Depkes RI, 2010).

2.2.6. Faktor Resiko

Faktor resiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :

1. Perilaku beresiko tinggi.

• Hubungan seksual dengan pasangan beresiko tinggi tanpa menggunakan

kondom,

• Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum secara

bersama tanpa sterilisasi yang memadai,

• Hubungan seksual yang tidak aman : multipartner, pasangan seks

individu yang diketahui terinfeksi HIV.

2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.

3. Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes penapisan.

4. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak

disterilisasi (Nasronudin, 2007).

2.2.7. Patogenesis

2.2.7.1. Transmisi Infeksi HIV

Pada awalnya transmisi terjadi dari cara homoseksual dari pasangan pria

(27)

terutama melalui heteroseksual. Kini transmisi lebih tergeser ke kontak

antardarah, cairan tubuh, maupun penggunaan jarum suntik. Berikut beberapa

transmisi infeksi HIV :

a. Transmisi melalui kontak seksual, kontak seksual merupakan salah satu cara

utama transmisi HIV diberbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan

dalam cairan semen, cairan vagina, dan cairan serviks. Pada kontak seks

pervaginal, kemungkinan transmisi HIV dari laki-laki ke perempuan

diperkirakan sekitar 20 kali lebih besar daripada perempuan ke laki-laki. Hal

ini disebabkan oleh paparan HIV secara berkepanjangan pada mukosa vagina,

serviks, serta endometrium dengan semen yang terinfeksi. Transmisi infeksi

HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat

membran mukosa yang tipis dan mudah robek sehingga anus sering terjadi

lesi.

b. Transmisi melalui darah atau produk darah, HIV dapat ditransmisikan

melalui darah dan produk darah. Terutama pada individu pengguna narkotika

intravena dengan pemakaian jarum suntik secara bersama dalam satu

kelompok tanpa mengindahkan asas sterilisasi. Dapat juga pada individu

yang menerima transfusi darah atau produk darah yang mengabaikan tes

penapisan HIV.

c. Transmisi secara vertikal, dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada

janinnya sewaktu hamil, sewaktu persalinan, dan setelah melahirkan melalui

pemberian Air Susu Ibu (ASI). Diperkirakan penularan ibu kepada janin atau

bayi terutama terjadi pada masa perinatal. Hal ini didasarkan saat identifikasi

infeksi oleh teknik kultur atau Polymerase Chain Reaction (PCR) pada bayi setelah lahir. Virus dapat ditemukan dalam ASI sehingga ASI merupakan

perantara penularan HIV dari ibu kepada bayi pascanatal. Bila mungkin

pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi sebaiknya dihindari.

d. Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain, Walaupun HIV pernah ditemukan

dalam air liur pada sebagian kecil orang yang terinfeksi, tidak ada bukti yang

meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi HIV baik melalui

(28)

aktivitas HIV. Demikian juga belum ada bukti bahwa cairan tubuh lain

misalnya air mata, keringat, dan urine dapat merupakan media transmisi HIV.

e. Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium, meskipun resiko

penularan kecil tetapi resiko tetap ada bagi kelompok pekerjaan beresiko

terpapar HIV seperti petugas kesehatan, petugas laboratorium, dan orang

yang bekerja dengan spesimen atau bahan yang terinfeksi HIV, terutama bila

menggunakan benda tajam (Nasronudin, 2007).

2.2.7.2. Perlekatan Virus

HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang

memiliki molekul reseptor membran CD4. Sejauh ini, sasaran yang disukai oleh

HIV adalah limfosit T helper CD4+, atau sel T4 (limfosit CD4+). Gp 120 HIV berikatan dengan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga gp 41 dapat memerantarai fusi membran virus ke membran sel. Menurut Doms dan Peiper (1997) dalam

Price dan Wilson (2007) baru-baru ini ditemukan bahwa dua koreseptor

permukaan sel, CCR5 atau CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp 120 dan gp 41

dapat berikatan dengan reseptor CD4+. Koreseptor ini menyebabkan

perubahan-perubahan konformasi sehingga gp 41 dapat masuk ke membran sel sasaran. Setelah virus berdifusi dengan limfosit CD4+, maka berlangsung serangkaian proses komplek yang apabila berjalan lancar, menyebabkan

terbentuknya partikel-partikel virus baru dari sel yang terinfeksi. Limfosit CD4+

yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin

mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasilkan banyak virus (Price dan

(29)

Gambar 2.2. Mekanisme Perlekatan Virus (Robbins, 2007)

2.2.7.3. Replikasi Virus

Setelah terjadi fusi sel-virus, RNA virus masuk ke bagian tengah

sitoplasma limfosit CD4+. Setelah nukleokapsid dilepas, maka terjadi transkripsi terbalik (reverse transcription) dari satu untai –tunggal RNA menjadi DNA salinan (cDNA) untai-ganda virus. Integrasi HIV membantu insersi cDNA virus ke dalam inti sel pejamu. Apabila sudah terintegrasi ke dalam kromosom sel pejamu,

maka dua untai DNA sekarang menjadi provirus. Provirus menghasilkan RNA messenger (mRNA), yang meninggalkan inti sel dan masuk ke dalam sitoplasma. Protein-protein virus dihasilkan dari mRNA yang lengkap dan yang telah mengalami splicing (penggabungan) setelah RNA genom dibebaskan ke dalam sitoplasma. Tahap akhir produksi virus membutuhkan suatu enzim virus yang

disebut HIV Protease , yang memotong dan menata protein virus menjadi segmen-segmen kecil yang mengelilingi RNA virus, membentuk partikel virus

menular yang menonjol dari sel yang terinfeksi. Sewaktu menonjol dari sel

pejamu, partikel-partikel virus tersebut akan terbungkus oleh sebagian dari

membran sel yang terinfeksi. HIV yang baru terbentuk sekarang dapat menyerang

(30)

Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode laten, bahkan saat terjadi

aktivitas virus yang minimal di dalam darah. HIV ditemukan dalam jumlah besar

di dalam limfosit CD4+ dan makrofag diseluruh sistem limfoid pada semua tahap infeksi. Partikel-partikel virus juga telah dihubungkan dengan sel-sel dendritik folikuler, yang mungkin memindahkan infeksi ke sel-sel selama migrasi melalui folikel-folikel limfoid (Price dan Wilson, 2007).

2.2.8. Diagnosis

Menurut Soedarmo et al. (2010), pada awalnya sebelum virus penyebab

AIDS ini ditemukan, batasan yang diberikan untuk suatu sindrom defisiensi imun

adalah adanya infeksi oportunistik dan atau suatu keganasan.

Diagnosis untuk penderita HIV sama untuk mendiagnosa penyakit –

penyakit lain yaitu dimulai dengan anamnese. Harus ditanyakan adakah penderita

tersebut berhubungan seks tanpa alat kontrasepsi dan adakah pasien tersebut

mempunyai banyak pasangan seksual. Juga ditanyakan dengan siapa penderita

tersebut melakukan hubungan seks. Selain itu, harus ditanyakan apakah penderita

tersebut mempunyai kontak dengan darah yang tercemar seperti tertusuk jarum

yang terinfeksi. Menanyakan riwayat keluarga juga penting untuk mengetahui

adakah penderita tersebut mendapat HIV dari luar atau dari ibunya (e-medicine,

2010).

Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa infeksi HIV tidak terlalu penting.

Hal ini dikarenakan tidak ada penemuan yang spesifik untuk infeksi HIV. Secara

umum, infeksi HIV akan menyebabkan limfadenopati di seluruh tubuh dan berat badan yang menurun. Infeksi minor yang oportunistik seperti oral candidiasis

yang luas juga merupakan petunjuk awal untuk infeksi HIV (e-medicine, 2010).

Diagnosis pasti infeksi HIV/AIDS dapat ditegakkan berdasarkan

klasifikasi klinis WHO. Di Indonesia, diagnosis AIDS dibuat bila menunjukkan

tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu

gejala minor.

Untuk pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan serologi

(31)

dilakukan pemeriksaan ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip

dasar yang berbeda dan atau menggunakan preparasi antigen yang berbeda dari

tes yang pertama. Biasanya digunakan enzym-linked immunosorbent assay

(ELISA). Apabila tersedia sarana yang cukup dapat dilakukan tes konfirmasi dengan Western blot (WB), indirect immunofluorescense assays (IFA), atau dengan radio-immunofluorescence assays (RIPA). Hasil pemeriksaan bisa reaktif atau nonreaktif. Makna hasil pemeriksaan antibodi nonreaktif atau negatif antara

lain: memang tidak terinfeksi HIV, berada dalam masa jendela atau individu yang

baru saja terinfeksi dengan kadar antibodi yang belum meningkat, stadium AIDS

sangat lanjut sehingga respon imun tubuh sangat lemah atau tidak mampu

memberikan respon terhadap pembentukan antibodi (Nasronudin, 2007).

Gejala Karakteristik

Mayor Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan

Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

Ensefalopati HIV

Minor Batuk menetap lebih dari 1 bulan

Dermatitis generalisata

Herpes zoster multisegmental berulang

Kandidiasis orofaringeal

Herpes simpleks kronik progresif

Limfadenopati generalisata

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

Retinitis oleh virus sitomegali

Tabel 2.1. Gejala Mayor Dan Minor Pada Pasien HIV/AIDS

(32)

2.2.9. Penatalaksanaan HIV/AIDS

Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk

mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Namun

dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam

mengenai tahapan spesifik dalam replikasi virus sebagai target kemoterapi

antivirus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan

reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes

(Gunawan, 2007).

Strategi penatalaksanaan yang dilakukan meliputi terapi antiretroviral,

terapi infeksi sekunder atau infeksi oportunistik serta malignansi, dukungan

nutrisi berbasis makronutrient dan mikronutrien. Terapi antiretroviral tidak serta

merta segera diberikan begitu saja pada penderita yang dicurigai, tetapi perlu

menempuh langkah-langkah yang arif dan bijaksana, serta mempertimbangkan

berbagai faktor. Tujuan terapi ARV antara lain menurunkan angka kesakitan

akibat HIV, dan menurunkan kematian akibat AIDS, Memperbaiki dan

meningkatkan kualitas hidup penderita seoptimal mungkin, mempertahankan dan

mengembalikan status imun ke fungsi normal, dan menekan replikasi virus

serendah dan selama mungkin sehingga kadar HIV dalam plasma <50 kopi/ml.

Terapi infeksi oportunistik dan malignansi disesuaikan dengan jenis infeksi

sekunder maupun malignansi yang ada.

Dukungan nutrisi juga memiliki peranan yang penting. Pada penderita

HIV sering mengalami gangguan asupan nutrien yang menyebabkan menurunnya

fungsi biologis tubuh. Bahkan pada penderita terjadi perubahan kondisi klinis

bukan hanya karena masalah asupan nutrisi saja, tetapi juga akibat proses

penyakitnya itu sendiri. Imunonutrien penting diperhatikan, karena

penatalaksanaan yang selama ini dilakukan dalam mengelola penderita HIV/AIDS

melalui upaya pengobatan ternyata tidak sepenuhnya mampu membendung

peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS. Hal tersebut

disebabkan karena antiretroviral hanya mampu mengurangi kepadatan virus dalam

(33)

situasi seperti ini terus dibiarkan berlarut-larut maka gangguan fungsi dan

kematian sel akan berlangsung progresif sehingga memiliki potensi untuk jatuh ke

derajat penyakit yang lebih berat. Untuk itu diperlukan suatu inovasi dan langkah

intervensi terapi dengan menambahkan unsur suplemen imunonutrien guna

mengatasi pengaruh ROS tersebut (Nasronudin, 2007).

2.2.10. Pencegahan HIV/AIDS

Dunia medis hingga saat ini hanya bisa menawarkan lima cara

pencegahan penularan HIV. Lima cara itu terkenal dengan istilah strategi

ABCDE. "A" adalah abstinent berarti "tidak melakukan hubungan seks sama sekali". "B" adalah be faithful yang berarti rekomendasi untuk "setia dan tidak berganti-ganti pasangan dan partner seks". "C" adalah condom use yang berarti rekomendasi untuk "menggunakan kondom jika memang berperilaku seksual

beresiko". "D" adalah no drug yang berarti rekomendasi untuk "menghindari dan meninggalkan narkoba khususnya narkoba suntik". "E" adalah education yang berarti rekomendasi untuk "menambah wawasan dan membuka pengetahuan,

khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan reproduksi dan PMS (Penyakit

Menular Seksual)".

Memang evaluasi tentang efektivitas rekomendasi pencegahan HIV ini masih

diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Untuk mengetahui efektifitas

rekomendasi penggunaan kondom, apakah 100% bisa diandalkan atau tidak,

dikarenakan adanya kemungkinan kondom bocor pada saat melakukan hubungan

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Pengetahuan

Definisi Operasional : Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang HIV/AIDS.

Cara Ukur : Pengukuran dilakukan dengan cara angket.

Alat Ukur : Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner melalui pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak

20 pertanyaan dimasukkan ke dalam kuesioner untuk menguji tingkat

pengetahuan siswa.

Hasil ukur : Hasil ukur didapatkan dari 20 pertanyaan tersebut dengan nilai maksimum 20. Jika jawaban benar, diberi nilai 1 dan jika jawaban salah,

diberi nilai 0. Pengetahuan responden kemudian dikategori menjadi tiga

kelompok yaitu : baik, sedang, dan kurang dengan perincian nilai sebagai

berikut (Pratomo, 1990) : Tingkat Pengetahuan - Jenis kelamin - Pekerjaan orang tua - Sumber informasi

(35)

1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 75% atau

mempunyai nilai total skor > 15.

2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75% atau

mempunyai nilai total skor 8 - 15.

3. Kategori kurang apabila responden mempunyai skor < 40% atau

mempunyai nilai total skor < 8 .

• Skala ukur : Ordinal.

3.2.2. Variabel HIV/AIDS

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian

deskriptif. Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah

untuk menggambarkan tingkat pengetahuan siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang HIV/AIDS tahun 2011. Penelitian ini

dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat

pengumpulan data (Mukhtar, 2011).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel

Medan. Alasan memilih lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan berada di tengah kota

sehingga peneliti mengasumsikan bahwa kemungkinan responden lebih rentan

terhadap infeksi HIV/AIDS karena pengaruh pergaulan bebas di tengah kota.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan siswa tentang

HIV/AIDS di sekolah tersebut.

Waktu pengambilan data dilakukan pada semester VII yaitu antara

Oktober hingga November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011. Populasi berjumlah 58

(37)

4.3.2. Sampel

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan kelas VIII.

1. Kriteria Inklusi.

a. Siswa-siswi Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII

tahun ajaran 2011/2012.

b. Bersedia mengisi kuesioner dengan lengkap.

2. Kriteria Eksklusi.

Responden tidak hadir saat penelitian dengan alasan apapun.

4.3.2.2. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi

SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang hadir saat

penelitian yang berjumlah 54 orang, terdapat empat orang yang tidak hadir

dikarenakan sakit dan keluar kota. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

total sampling dan tiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

4.4. Teknik Pengambilan Data 4.4.1. Jenis Data

Jenis data adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber

informasi (Budiarto, 2002).

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Swasta Kristen

Immanuel Medan kelas VIII yang telah terpilih sebagai sampel. Siswa-siswi

tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan

(38)

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas

dan reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan

dalam uji validitas dan reliabilitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama

dengan sampel penelitian. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini

adalah sebanyak 20 orang. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap Pertanyaan

(39)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data dari angket akan diperiksa silang (cross-checked) oleh supervisor (peneliti) di lapangan. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi

akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap

akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer (peneliti). Pada proses pemasukan data, akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dan disajikan dalam

bentuk tabel.

4.5.2. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan metode analisis univariat. Analisis univariat

dilakukan pada variable tingkat pengetahuan untuk memperoleh gambaran

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

SMP ini berada di pusat kota yang beralamat di Jalan Slamat Riyadi No. 1,

Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. SMP ini memiliki 6 ruang

kelas, ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik,

halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang

kepala sekolah. Kelas VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri atas

dua kelas. SMP Swasta Kristen Immanuel Medan mempunyai batas-batas sebagai

berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Hotel Tiara,

b. Sebelah timur berbatasan dengan Gereja HKBP Soedirman,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan penduduk,

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Hotel Polonia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 54 siswa kelas VIII

SMP Swasta Kristen Immanuel Medan, masih berstatus pelajar dan aktif

bersekolah. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi jenis

kelamin, pekerjaan orang tua, dan sumber informasi para siswa SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan. Data lengkap mengenai karakteristik responden

(41)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 32 59,3

Perempuan 22 40,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa jumlah siswa SMP Swasta

Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011 sebanyak 54siswa, dengan

jumlah siswa laki-laki sebanyak 32 responden (59,3%) dan jumlah siswa

perempuan sebanyak 22 responden(40,7%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persen (%)

Pegawai Negeri 16 29,6

Pegawai Swasta 14 25,9

Wiraswasta 22 40,7

Pensiunan 2 3,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa orang tua responden paling

banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 22 orang (40,7%), sedangkan

(42)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber Informasi Frekuensi (n) Persen (%)

Media Cetak 23 42,6

Media Elektronik 13 24,1

Sekolah 3 5,6

Orang Tua 15 27,8

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa responden paling banyak

mendapat sumber informasi dari media cetak yaitu sebanyak 23 orang (42,6%),

sedangkan paling sedikit dari sekolah yaitu sebanyak 3 orang (5,6%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20

pertanyaan mengenai pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS.

Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan

reliabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden

(43)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden

8 Penularan AIDS dari ibu hamil kepada janin

yang dikandungnya.

47 87 7 13

9 Batuk/bersin sebagai cara penularan AIDS. 18 33,3 36 66,7

10 Penggunaan jarum suntik bersama sebagai cara

penularan AIDS.

46 85,2 8 14,8

11 ASI sebagai cara penularan AIDS. 40 74,1 14 25,9

12 Media Penularan AIDS. 37 68,5 17 31,5

13 Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan

AIDS.

27 50 27 50

14 Usaha-usaha perlindungan diri untuk mencegah

penularan AIDS.

25 46,3 29 53,7

15 Berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang

bergizi sebagai pencegahan AIDS.

27 50 27 50

16 Apakah AIDS dapat disembuhkan. 36 66,7 18 33,3

17 Kasus AIDS pertama kali ditemukan di dunia. 21 38,9 33 61,1

18 Kasus AIDS pertama kali ditemukan di

Indonesia.

23 42,6 31 57,4

19 Kepanjangan dari HIV. 41 75,9 13 24,1

(44)

Berdasarkan Tabel 5.4. di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling

banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 4 dengan

persentase sebesar 88,9%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab

dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 9 dengan persentase

sebesar 66,7%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:

baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik

apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan

benar oleh responden sebanyak 16-20. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor

untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden

sebanyak 8-15. Pengetahuan kurang, apabila jumlah skor untuk dua puluh

pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden < 8. Berdasarkan

hasil tersebut maka tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel

Medan pada tahun 2011 dapat dikategorikan pada Tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 19 35,2

Sedang 26 48,1

Kurang 9 16,7

Total 54 100

Pada tabel 5.5. di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden

terhadap HIV/AIDS paling banyak berada pada kategori sedang sebanyak 26

siswa (48,1%), diikuti dengan kategori baik sebanyak 19 siswa (35,2%), dan

(45)

Data lengkap distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan

responden terhadap HIV/AIDS menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel

5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Laki-laki 9 16,7 17 31,5 6 11,1 32 59.3

Perempuan 10 18,5 9 16,7 3 5,6 22 40.7

Total 19 35,2 26 48,1 9 16,7 54 100

Berdasarkan Tabel 5.6. di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan

responden pada kategori baik dilihat dari karakteristik jenis kelaminnya paling

banyak terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan sebanyak 10 siswa

(18,5%). Sedangkan pengetahuan responden pada kategori kurang paling banyak

(46)

Data lengkap distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan

responden terhadap HIV/AIDS menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada

Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua

Jenis Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % N %

Pegawai Negeri 5 9,3 9 16,7 2 3,7 16 29,6

Pegawai Swasta 6 11,1 4 7,4 4 7,4 14 25,9

Wiraswasta 8 14,8 11 20,4 3 5,6 22 40,7

Pensiunan 0 0 2 3,7 0 0 2 3,7

Total 19 35,2 26 48,1 9 16,7 54 100

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan

responden pada kategori baik dilihat dari karakteristik pekerjaan orang tuanya

paling banyak adalah responden yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta

sebanyak 8 orang (14,8%). Sedangkan pengetahuan responden pada kategori

kurang paling banyak adalah responden yang orang tuanya bekerja sebagai

pegawai swasta sebanyak 4 orang (7,4%).

(47)

Data lengkap distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan

responden terhadap HIV/AIDS menurut sumber informasi dapat dilihat pada

Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber

Informasi

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Media Cetak 10 18,5 10 18,5 3 5,6 23 42,6

Media Elektronik 4 7,4 8 14,8 1 1,9 13 24,1

Sekolah 3 5,6 0 0 0 0 3 5,6

Orang Tua 2 3,7 8 14,8 5 9,3 15 27,8

Total 19 35,2 26 48,1 9 16,7 54 100

Berdasarkan Tabel 5.8. di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan

responden pada kategori baik dilihat dari karakteristik sumber informasinya

paling banyak terdapat pada kategori sumber informasi dari media cetak sebanyak

10 siswa (18,5%). Sedangkan pengetahuan responden pada kategori kurang paling

banyak terdapat pada kategori sumber informasi dari orang tua sebanyak 5 siswa

(9,3%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

faktor umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang digunakannya.

Karakteristik siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011

yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik jenis kelamin, pekerjaan

orang tua, dan sumber informasi.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.1. dapat diketahui

(48)

sebanyak 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.6. tingkat

pengetahuan pada kategori baik paling banyak terdapat pada jenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 10 siswa (18,5%). Menurut analisis peneliti, jumlah

perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan

laki-laki karena perempuan lebih rajin dalam mencari informasi dibandingkan

dengan laki-laki. Berbeda dengan hasil penelitian yang didapat oleh Cindy

ditahun 2010, dimana tingkat pengetahuan remaja disalah satu sekolah kota

medan pada kategori baik paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 63,4%. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang didapat

oleh Oktarina ditahun 2007, dimana tingkat pengetahuan masyarakat pada

kategori baik paling banyak juga terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 10,6%.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan orang tua pada tabel 5.2. dapat

diketahui bahwa orang tua responden paling banyak bekerja sebagai wiraswasta

sebanyak 22 orang (40,7%) dan paling sedikit sebagai pensiunan sebanyak 2

orang (3,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.7. tingkat pengetahuan pada

kategori baik paling banyak terdapat pada orang tua responden yang bekerja

sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 8 siswa (14,8%). Menurut peneliti jenis

pekerjaan yang dimiliki oleh orang tua responden dapat menggambarkan secara

tidak langsung sosio-ekonominya yang turut berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan memiliki peranan penting

dalam menentukan kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk

memperoleh informasi yang berguna. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

Oktarina (2007), dimana responden yang bekerja khususnya di luar rumah

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan yang tidak

bekerja.

Berdasarkan karakteristik sumber informasi pada tabel 5.3. dapat diketahui

bahwa sumber informasi paling banyak pada siswa adalah media cetak dengan

jumlah 23 siswa (42,6%) dan paling sedikit adalah sekolah dengan jumlah 3 siswa

(5,6%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.8. tingkat pengetahuan pada kategori baik

(49)

siswa (18,5%). Menurut Notoatmodjo (2010), informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila

seseorang memperoleh banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung

memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut pengamatan peneliti, buku

merupakan sumber informasi bagi siapa saja. Namun hasil yang berbeda didapat

dari penelitian yang dilakukan oleh Cindy ditahun 2010, dimana sumber informasi

remaja terbanyak mengenai HIV/AIDS adalah media elektronik sebesar 33,3%.

Hal ini didukung oleh data SKDI (2007), bahwa sumber informasi tentang

HIV/AIDS pada masyarakat terbanyak berasal dari TV (media elektronik).

5.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini memperlihatkan tingkat

pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011

terhadap HIV/AIDS seperti yang terlihat pada data statistik. Dari hasil analisa data

dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel

Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS berada dalam kategori sedang.

Dalam penelitian ini, pengetahuan yang diuji mengenai HIV/AIDS

meliputi definisi umum, etiologi, klasifikasi, penularan, pencegahan, pengobatan,

epidemiologi, dan kepanjangan HIV/AIDS. Untuk mengukur tingkat pengetahuan

responden, terdapat 20 pertanyaan yang akan ditanyakan melalui kuesioner

sebagai alat ukur yang dipakai oleh peneliti.

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui distribusi frekuensi jawaban

terhadap kuesioner yang diberikan. Pada pertanyaan 1 mengenai pengertian

AIDS dan pertanyaan 2 mengenai siapa saja yang bisa terkena AIDS, sebanyak 36

siswa (66,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa AIDS merupakan penyakit

yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan sebanyak 47 siswa (87%) dapat

menjawab dengan benar bahwa AIDS dapat mengenai semua orang. AIDS

(50)

dan manifestasi neurologis (Robbins, 2007). Jadi AIDS merupakan suatu penyakit

infeksi sehingga dapat mengenai siapa saja.

Pada pertanyaan 3 mengenai simbol solidaritas dari para penderita

AIDS, sebanyak 29 siswa (53,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa

simbolnya adalah pita merah, hal ini sesuai dengan simbol yang telah ditetapkan

oleh sekelompok seniman peduli AIDS yang terhimpun dalam Visual AIDS pada tahun 1991 ( Debbie, 2009 ).

Terdapat sebanyak 48 siswa (88,9%) yang menjawab dengan benar

pertanyaan 4 mengenai penyebab AIDS dan sebanyak 30 siswa (55,6%) yang

menjawab dengan benar pertanyaan 5 mengenai tipe-tipe penyebab AIDS.

Menurut Merati dan Jauzi (2007), HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis

dengan diameter 1000 angstrom yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus

dan dikenal dua tipe HIV, yaitu HIV-1 yang ditemukan pada tahun 1983, dan

HIV-2 yang ditemukan pada tahun 1986.

Pada pertanyaan mengenai penularan AIDS yang terdiri dari 7

pertanyaan berikut dengan distribusi frekuensi jawaban benar dari responden

diantaranya :

• pertanyaan 6 (hubungan seksual) terdapat 45 siswa (83.3%),

• pertanyaan 7 (transfusi darah) terdapat 21 siswa (38,9%),

• pertanyaan 8 (ibu hamil kepada janin yang dikandungnya) terdapat 47 siswa

(87%),

• pertanyaan 9 (batuk/bersin) terdapat 18 siswa (33,3%),

• pertanyaan 10 (penggunaan jarum suntik bersama) terdapat 46 siswa (85,2%),

• pertanyaan 11 (ASI) terdapat 40 siswa (74,1%), dan

• pertanyaan 12 (darah sebagai media penularan) terdapat 37 siswa (68,5%).

Menurut Nasronudin (2007), transmisi infeksi HIV dapat terjadi melalui

hubungan seksual, melalui darah atau produk darah seperti transfusi darah dan

penggunaan jarum suntik bersama, secara vertikal dari ibu kepada janin yang

dikandungnya juga ASI, dan transmisi pada petugas kesehatan/petugas

(51)

menularkan infeksi HIV baik melalui ciuman maupun paparan lain seperti

batuk/bersin.

Pada pertanyaan mengenai upaya pencegahan AIDS yang terdiri dari 3

pertanyaan berikut dengan distribusi frekuensi jawaban benar dari responden

diantaranya :

• pertanyaan 13 (menjaga kebersihan diri bukan sebagai upaya pencegahan)

terdapat 27 siswa (50%),

• pertanyaan 14 (penggunaan kondom) terdapat 25 siswa (46,3%), dan

• pertanyaan 15 (berolahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi bukan

sebagai upaya pencegahan) terdapat 27 siswa (50%).

Menurut Madyan (2009), dunia medis hingga saat ini hanya bisa menawarkan

lima cara pencegahan penularan HIV, yaitu: tidak melakukan hubungan seks sama

sekali, setia dan tidak berganti-ganti pasangan dan partner seks, menggunakan

kondom jika memang berperilaku seksual beresiko, menghindari dan

meninggalkan narkoba khususnya narkoba suntik, menambah wawasan dan

membuka pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan

reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual). Sedangkan menjaga kebersihan

dan mengkonsumsi makanan bergizi bukan merupakan upaya untuk mencegah

AIDS.

Pada pertanyaan 16 mengenai pengobatan AIDS, sebanyak 36 siswa

(66,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa AIDS tidak dapat disembuhkan, hal

ini sesuai dengan strategi penatalaksanaan yang dilakukan di UPIPI dengan salah

satunya adalah terapi antiretroviral dimana tujuan terapi ARV antara lain

menurunkan angka kesakitan akibat HIV, menurunkan angka kematian akibat

AIDS, Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup penderita seoptimal

mungkin, mempertahankan dan mengembalikan status imun ke fungsi normal,

dan menekan replikasi virus serendah dan selama mungkin sehingga kadar HIV

dalam plasma <50 kopi/ml. Jadi pemberian ARV tidak dapat memusnahkan virus

sepenuhnya hanya menekan replikasinya saja.

Terdapat 21 siswa (38,9%) yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan 17

Gambar

Gambar 2.1. Ilustrasi Skematik Untuk Struktur HIV-1
Gambar 2.2. Mekanisme Perlekatan Virus
Tabel 2.1. Gejala Mayor Dan Minor Pada Pasien HIV/AIDS
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Relief Valve , digunakan untuk mengatur tekanan yang bekerja pada sistem dan juga mencegah terjadinya beban lebih atau tekanan yang melebihi kemampuan rangkaian

Judul Tugas Akhir ini adalah Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amoniak dan Asam Sulfat denngan Proses Netralisasi Kapasitas 25.000 Ton Per Tahun.. Adanya prarancangan pabrik

BOGOR 2012.. Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Perubahan Tutupan Lahan, Struktur Genetik, dan Kandungan Biomassa Karbon Pinus merkusii Jungh et de Vriese strain

Rasio utang terhadap aset merupakan rasi yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara tota utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk

Adapun masa sanggah dilaksanakan mulai hari Senin 22 Juli 2013 sampai dengan hari Rabu 24 Juli 2013, sanggahan dapat disampaikan kepada Ketua Panitia Pelelangan Pekerjaan

[r]

Model ini mempunyai tujuan untuk memaksimumkan pendapatan dari semua spesies hewan yang ada dalam ranch. Dalam model ini dapat diketahui banyaknya hewan optimal yang

Nasabah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menunggak (menjadi nasabah gagal) apabila nasabah berada pada usia muda, tingkat pendidikan lebih rendah dari SMA,