• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Lembaga-Lembaga Zakat Di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Lembaga-Lembaga Zakat Di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI DAN RESPON MASYARAKAT

TERHADAP EKSISTENSI LEMBAGA-LEMBAGA ZAKAT DI

KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II

Medan)

OLEH

SARMAK HASBI SIDQI HASIBUAN

080501001

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan respon masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 60 masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dan respon masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan sangat baik. Hal ini terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang perkembangan lembaga zakat. Kemudian untuk lokasi lembaga zakat juga mendapatkan respon positif karena lokasi-lokasi kantor lembaga zakat sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Informasi tentang lembaga zakat pun sangat banyak baik melalui media cetak maupun elektronik. Dengan eksistensi/kehadiran lembaga zakat diharapkan mampu membantu masyarakat yang ingin menyalurkan dana zakat maupun membantu masyarakat yang kurang mampu dalam ekonominya.

(3)

ABSTRACT

This research aims to determine the public's perception and response in Pulo Brayan Darat II Medan about the existences of zakat institutions in Medan. This study took a sample of 60 people who lived in Pulo Brayan Darat II Medan with using descriptive analysis method with the help of software SPSS 16.0

The results showed that the public’s perception and response Pulo Brayan Darat II about the existence of zakat institutions in Medan is very good. It can be seen from the public knowledge about the development of zakat institusion. And then, for the location of zakat institusion also get a positive response because the locations of zakat’s office is very strategic so can be easily reached by the public. Information about zakat institusion is very much not only from mass media but also from electronic media. The existences of zakat institution should be able to help people who want to distribute zakat funds and to help people in the low economy.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Lembaga-Lembaga Zakat Di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan)”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, terutama kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Alm. Baginda Somodum Hasibuan dan Almh. Lancahaya Lubis beserta seluruh keluarga besar.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak

(5)

selesainya skrispsi ini. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staff dan karyawan Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan yang telah memberikan data-data yang terkait dengan penelitian skripsi ini. 6. Seluruh Staff Pengajar dan staff Administrasi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, April 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI Dalam Lembaga Pengelolaan Zakat... 18

2.1.5 Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat... 20

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 39

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Pulo Brayan Darat II

Medan ... 41

4.1.1 Program Kerja Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan... 42

4.1.2 Struktur Organisasi Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan... 45

4.2 Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... 46

4.2.1 Profil Responden... 46

4.2.1.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Zakat Yang DiKeluarakan... 51

4.2.1.5 Data Responden Berdasarkan Keputusan Membayar Zakat di Lembaga Zakat... 53

4.2.1.6 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi Tentang Lembaga Zakat... 54

4.2.2 Persepsi Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Terhadap Eksistensi Lembaga Zakat Di Kota Medan... 56

4.2.2.1 Persepsi Responden Berdasarkan Lama Mengenal Lembaga Zakat.... 57

4.2.2.2 Persepsi Responden Berdasarkan Perkembangan Lembaga Zakat... 58

4.2.3 Respon Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan Terhadap Eksistensi Lembaga Zakat Di Kota Medan... 60

DAFTAR PUSTAKA... 67

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Data Kependudukan Kelurahan Pulo Brayan Darat II

Menurut Lingkungan Per Desember 2012 (Jiwa)... 41 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.. 48 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan

Tingkat Pendidikan... 49 4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan. 50 4.5 Data Responden Berdasarkan Jenis Zakat Yang

Dikeluarkan... 52 4.6 Data Responden Terhadap Keputusan Membayar Zakat. 53 4.7 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi

Tentang Lembaga Zakat... 55 4.8 Persepsi Mengenai Lama Responden Mengenal

Lembaga Zakat ... 57 4.9 Persepsi Masyarakat Terhadap Perkembangan Lembaga

Zakat... 59 4.10 Respon Masyarakat Terhadap Lokasi Lembaga Zakat.. 61 4.11 Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran Lembaga

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Pulo Brayan Darat

II Medan ... 45 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Zakat Yang

Dikeluarkan... 52 4.3 Data Responden Terhadap Keputusan Membayar Zakat. 54 4.4 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi

Tentang Lembaga Zakat... 56 4.5 Persepsi Masyarakat Berdasarkan Lama Responden

Mengenal Lembaga Zakat... 58 4.6 Persepsi Masyarakat Terhadap Perkembangan

Lembaga Zakat ... 60 4.7 Respon Masyarakat Terhadap Lokasi Lembaga

Zakat... 62 4.8 Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran Lembaga

(10)

DAFTAR SINGKATAN

BAZ : Badan Amil Zakat

BAZDASU : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional

BKM : Badan Kenaziran Mesjid

BMT : Baitul Mal wa Tamwil

KMA : Keputusan Menteri Agama

LAZ : Lembaga Amil Zakat

LAZISNU : Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah Nahdatul Ulama

PDB : Produk Domestik Bruto

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto PKPU : Pos Keadilan Peduli Ummat

RZI : Rumah Zakat Indonesia

SKB : Surat Keputusan Bersama

UGM : Universitas Gadjah Mada

UMKM : Usaha Kecil Mikro Menengah

UPZ : Unit Pengumpulan Zakat

ZIS : Zakat, Infaq, Sedekah

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan respon masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 60 masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dan respon masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan sangat baik. Hal ini terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang perkembangan lembaga zakat. Kemudian untuk lokasi lembaga zakat juga mendapatkan respon positif karena lokasi-lokasi kantor lembaga zakat sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Informasi tentang lembaga zakat pun sangat banyak baik melalui media cetak maupun elektronik. Dengan eksistensi/kehadiran lembaga zakat diharapkan mampu membantu masyarakat yang ingin menyalurkan dana zakat maupun membantu masyarakat yang kurang mampu dalam ekonominya.

(12)

ABSTRACT

This research aims to determine the public's perception and response in Pulo Brayan Darat II Medan about the existences of zakat institutions in Medan. This study took a sample of 60 people who lived in Pulo Brayan Darat II Medan with using descriptive analysis method with the help of software SPSS 16.0

The results showed that the public’s perception and response Pulo Brayan Darat II about the existence of zakat institutions in Medan is very good. It can be seen from the public knowledge about the development of zakat institusion. And then, for the location of zakat institusion also get a positive response because the locations of zakat’s office is very strategic so can be easily reached by the public. Information about zakat institusion is very much not only from mass media but also from electronic media. The existences of zakat institution should be able to help people who want to distribute zakat funds and to help people in the low economy.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap negara menganut sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada ideologi dan falsafah masing-masing negara tersebut. Begitu juga dengan sistem perekonomian yang ada di Indonesia. Beberapa sistem perekonomian telah dianut oleh Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga zaman reformasi sekarang ini. Seperti dikemukakan oleh Atje Partadiredja (1983), seorang pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagian besar negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, menganut sistem ekonomi campuran.

Perekonomian Indonesia sampai saat ini masih relatif stabil. Hal ini ditandai dengan utang Indonesia yang sudah dibawah 25% dari Produk Domestik Bruto (PDB) (http://finance.detik.com). Menurut lembaga pemeringkat kelas dunia Fitch’s Rating, ini merupakan peringkat yang setara dengan investment grade yang berarti Indonesia masuk ke dalam kategori negara dengan investasi yang baik. Keadaan ini sangat menggembirakan karena mengingat usaha pemerintah yang terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sampai di atas 6% dan menekan defisit anggaran di bawah 2,5%.

(14)

atas dasar harga konstan 2000 mencapai angka 6,35%. Sedangkan besaran PDRB Sumatera Utara pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 275,70 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 118,64 triliun (www.bpssumut.com).

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 mencapai angka 6,58%. Di mana PDRB Sumut atas dasar harga berlaku mencapai Rp 314,16 triliun, sedangkan berdasar atas dasar harga konstan 2000 tercapai sebesar Rp 126,45 triliun (www.bpssumut.go.id). Hal ini menandakan bahwa perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2011 mengalami peningkatan.

(15)

pendidikan yang rendah, dan lain-lain mampu diatasi dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah Kota Medan.

Masalah pembangunan yang harus mendapat perhatian penting dari pemerintah Kota Medan adalah masalah penganguran dan kemiskinan. Husni (Kepala Bidang (Kabid) Ekonomi Bappeda Kota Medan, 2011) menyatakan bahwa terjadi penurunan tingkat pengangguran dari tahun 2006-2009 karena meningkatnya kesempatan kerja yaitu sebanyak 68.368 orang. Atau dengan kata lain, terdapat rata-rata terciptanya lapangan kerja pertahun sekitar 22.789 orang. Namun, adanya pertambahan jumlah angkatan kerja di Kota Medan belum sebanding dengan pertambahan lapangan kerja dikarenakan juga dengan adanya kenaikan pertumbuhan penduduk. Kenaikan jumlah penduduk yang cukup besar di Kota Medan menyebabkan angka kemiskinan di Kota Medan belum bisa diatasi oleh Pemerintah Kota Medan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di bawah garis kemiskinan di Sumatera Utara Maret 2010 sebanyak 1.490.900 orang. Hal ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 berjumlah 1.499.700 orang.

(16)

Indonesia. Masyarakat tidak bisa diam saja dan menuntut pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yang jumlahnya akan terus meningkat bila tidak ada kerjasama pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, harus dibuat langkah-langkah yang tepat untuk menanggulangi kemiskinan. Program-program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah cenderung menjadi program yang rawan akan korupsi, kolusi, nepotisme, sehingga sasaran program pemberantasan kemiskinan lebih sering salah sasaran dan memperbesar angka kemiskinan baru (www.zisindosat.com).

Berbagai cara telah pemerintah dan pihak-pihak terkait (perbankan dan swasta) lakukan untuk menanggulangi kemiskian. Misalnya pemberian bantuan dana pernerintah melalui Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan, pemberian kredit kepada masyarakat, pemberdayaan dana zakat yang disalurkan masyarakat melalui unit pengumpulan zakat (UPZ) lembaga keuangan syariah bekerjasama dengan lembaga-lembaga zakat, dan lain-lain.

(17)

Dalam perekonomian Islam, sumber pendapatan primer pada masa Rasulullah SAW adalah zakat dan ’ushr (zakat hasil pertanian) sebagaimana diwajibkan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 60. Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam perekonomian lain. Menurut Veithzal Rivai dalam Akselerasi Pengembangan Pendidikan Tinggi Ekonomi Islam di Indonesia, sistem perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam. Seperti kisah Qarun pada masa Nabi Musa yang tidak bersedia untuk mengeluarkan kewajibannya membayar zakat sehingga Allah SWT atas izin-Nya memberikan azab kepada Qarun berupa tanah runtuh yang dahsyat.Dimana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebanggaannya. Oleh karena itu, kewajiban untuk mengeluarkan dan membayar zakat sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Apalagi pada zaman sekarang orang tidak perlu susah untuk membayar zakat karena banyaknya lembaga zakat. Dengan adanya lembaga zakat diharapkan mampu menjadi perantara antara mustahik dan muzakki.

(18)

pemanfaatan zakat, infaq, sedekah secara berdaya guna dan berhasil guna dari masyarakat untuk masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sedangkan Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Lembaga zakat yang resmi milik pemerintah yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berada di seluruh Indonesia termasuk Kota Medan dengan nama BAZDA SU. Di Kota Medan pun juga telah banyak muncul lembaga zakat yang dibentuk oleh masyarakat diantaranya adalah Rumah Zakat Indonesia (RZI), Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Dompet Dhuafa, Portal Infaq, Lembaga Amil Zakat (LAZ), LAZIS Pimpinan Daerah Muhammadiyah I Sumut, LAZIZ Nahdatul Ulama (LAZIANU), Rumah Yatim, beberapa Baitul Maal yang memiliki program ZIS seperti BMT Bina Sarana Mandiri, beberapa Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) bank syariah di Kota Medan seperti BNI Syariah, Badan Kenaziran Mesjid (BKM), dan unit pengumpulan zakat (UPZ) yang ada di beberapa kantor-kantor atau departemen-departemen di Kota Medan seperti UPZ di Kantor Pemerintahan Kota Medan.

(19)

pemerintah atau lembaga zakat yang dibentuk masyarakat. Oleh karena itu, perlu koordinasi diantara lembaga-lembaga tersebut agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Lembaga-lembaga zakat ini terus berbenah diri dalam upaya memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Lembaga-lembaga zakat tersebut berperan aktif dalam meningkatkan kehidupan masyarakat kurang mampu (kaum dhuafa) dengan memberikan bantuan berupa dana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun sebagai modal usaha. Lembaga zakat memberikan program-program yang bisa meningkatkan kemandirian masyarakat sehingga tidak bergantung lagi kepada pemerintah.

Dalam wawancara awal dengan beberapa masyarakat sekitar Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan pada bulan Oktober, keberadaan lembaga zakat di Kota Medan menimbulkan berbagai opini beragam bagi masyarakat Kota Medan khususnya masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan. Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan II yang didominasi oleh masyarakat Muslim ini ikut merasakan keberadaan lembaga zakat yang telah banyak di Kota Medan. Berbagai persepsi dan respon tentang lembaga zakat pun semakin membuat lembaga zakat berkembang dan menuju kearah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba menganalisis persepsi dan respon masyarakat terhadap lembaga zakat. Untuk itu penulis mengambil judul: “Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi

Lembaga-Lembaga Zakat di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan?

2. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi terkait seperti Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS), Departemen Agama, Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Kenaziran Mesjid (BKM), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lainnya.

2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Lingkup Lembaga Zakat

2.1.1 Pengertian Lembaga Zakat

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Bab I Ayat 1 & 2 menerangkan bahwa Lembaga zakat adalah lembaga swadaya masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq, sedekah secara berdaya guna dan berhasil guna dari masyarakat untuk masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sedangkan Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sedangkan pengertian BAZIS secara istilah antara lain ditemukan dalam surat keputusan bersama (SKB) Mentri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 1991/57 Tahun 1991 tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah. Dalam pasal 1 SKB tersebbut dinyatakan bahwasanya yang disebut BAZIZ adalah “Lembaga swadaya masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq, sedekah secara berdaya guna berhasil guna”.

(22)

ayat 1 Keputusan Menteri disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Badan Amil Zakat (BAZ) adalah: organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan Agama.

Dari kedua pengertian di atas SKB Mentri Dalam Negeri dan Menteri Agama serta UU Nomor 38 Tahun 1999, tampak ada perbedaan. Menurut SKB, BAZIS itu adalah Lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat, sedangkan menurut UU Nomor 38 Tahun 1999, BAZIS itu dibentuk oleh pemerintah. Untuk menangani perbedaan persepsi itu, maka dalam UU Nomor 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2 selain Badan Amil Zakat dilengkapi pula dengan Lembaga Amil Zakat yang sama pengertiannya dengan BAZIS yang dikemukakan SKB. Dengan demikian, dalam struktur organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 dibedakan antara Badan Amil Zakat dengan Lembaga Amil Zakat. Kalau BAZ dibentuk oleh pemerintah sedangkan LAZ dibentuk atas prakarsa masyarakat.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Zakat Dalam Islam

Dalam pengelolaan baik zakat, infaq dan sedekah terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi dan ditaati agar pengelola dapat berhasil dalam mengelola zakat sesuai dengan yang diharapkan, adapun prinsip-prinsip tersebut menurut M.A. Manan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice (Lahore, 1970: 285) zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:

(23)

satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga kalau orang yang bersangkutan belum membayarkan zakatnya, belum merasa sempurna ibadahnya.

2. Prinsip pemerataan dan keadilan, cukup jelas menggambarkan tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan tuhan kepada umat manusia.

3. Prinsip produktifitas dan kematangan, menekankan bahwa zakat memang wajar harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu. Hasil (produksi) tersebut hanya dapat dipungut setelah lewat jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu.

4. Prinsip nalar, yaitu orang yang diharuskan bayar zakat adalah seseorang yang berakal sehat dan bertanggung jawab. Dari sinilah ada anggapan bahwa orang yang belum dewasa dan tidak waras bebas dari zakat yang dalam hal ini merupakan suatu ibadat.

5. Prinsip kebebasan, menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani serta rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk kepentingan bersama. Zakat tidak dipungut untuk orang yang sedang dihukum atau orang yang sedang sakit jiwa.

(24)

Zakat tidak mungkin dipungut, kalau karena pemungutan itu orang yang membayarnya akan menderita (Mubyarto, 1986: 33).

2.1.3 Tugas dan Fungsi Lembaga Zakat

Sebagaimana tercantum dalam pasal 8 UU Nomor 38 Tahun 1999 tugas pokok lembaga pengelola zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sedangkan fungsinya sebagaimana tercantum dalam Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 1991 /47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah. Pasal 6 bahwa fungsi utamanya telah sebagai wadah pengelola, penerima, pengumpulan, penyaluran dan pendayaguna zakat, infaq dan sedekah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai wujud partisipasi umat Islam dalam pembangunan nasional serta sebagai pembinaan dan pengembangan swadaya masyarakat.

Petunjuk teknis pengelolaan zakat yang dikeluarkan oleh institusi Managemen Zakat (2001) dikemukakan susunan orgãnisasi lembaga pengelolaan zakat seperti Badan Amil Zakat sebagai berikut:

1. Badan Amil Zakat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.

2. Dewan Pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota.

(25)

4. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi unsur ketua, sekretaris, bagian keuangan, bagian pengumpulan, bagian pendistribusian dan pendayagunaan.

5. Anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsur pemerintah. Unsur pemerintah terdiri atas unsur u1ama kaum cendekia, tokoh masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait.

Fungsi dan tugas pokok pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) menurut (Hafidhudhin, 2002: 131) antara lain:

a. Dewan Pertimbangan

Adapun fungsi dewan pertimbangan adalah memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial. Sedangkan tugas pokok dewan pertimbangan (Hafidhudhin, 2002: 131) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.

Setiap lembaga pengelolaan zakat memiliki kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan lembaga zakat tersebut. Untuk itu, diperlukan Dewan Pertimbangan sebagai badan yang ditunjuk untuk memberikan garis-garis kebijakan tersebut tentang apa yang harus dilakukan oleh lembaga pengelolaan zakat.

(26)

Rencana kerja yang telah ditetapkan oleh badan pelaksana dan komisi pengawas harus mendapat persetujuan dan dewan pertimbangan untuk disahkan menjadi program kerja.

3. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta ataupun tidak berkaitan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat.

4. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas baik diminta maupun tidak diminta.

Dewan pertimbangan dapat memberikan saran dan rekomendasi tentang apa yang hendak dan akan dilakukan oleh badan pelaksana dan dewan komisi. Setiap rencana kerja yang dilakukan harus mendapat perhatian dari dewan pertimbangan.

5. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksana dari Komisi Pengawas.

Setiap akhir periode, setiap lembaga pengelolaan zakat wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan segala kegiatannya kepada dewan pengawas dengan tujuan untuk dievaluasi agar kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki di tahun depan. Setiap laporan pertanggungjawaban harus disahkan oleh dewan pertimbangan.

6. Menunjuk akuntan publik.

(27)

b. Komisi Pengawas

Dalam lembaga pengelolaan zakat, fungsi komisi pengawas adalah Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana. Sedangkan menurut (Hafidhudhin, 2002: 131) tugas pokok komisi pengawas adalah sebagai berikut:

1. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan

Setiap rencana kerja yang telah disusun dan disahkan oleh lembaga zakat harus diawasi oleh komisi pengawas. Tujuannya adalah agar rencana kerja tersebut dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

2. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan Pertimbangan

Dewan Pertimbangan merupakan suatu badan yang memberikan saran dan rekomendasi kepada Komisi Pengawas dalam mengelolan lembaga zakat. Untuk itu, setiap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh dewan pertimbangan harus mendapat perhatian dan pengawasan oleh Komisi Pengawasan.

3. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

Komisi pengawasan melakukan pemantauan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh badan pelaksana dengan tujuan agar kegiatan dan program tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang telah disepakati.

(28)

Komisi pengawas harus melakukan pemerikasaan rutin segala apapun yang dilakukan oleh lembaga pengelolaan zakat. Baik dalam laporan keuangan, kegiatan, dan lain-lain.

c. Badan Pelaksana

Adapun fungsi badan pelaksana adalah sebagai pelaksana pengelolaan zakat. Sedangkan tugas pokok badan pelaksana adalah sebagai berikut (Hafidhudhin, 2002: 132):

1. Membuat rencana kerja

Setiap lembaga pengelola zakat harus menyusun rencana kerja mengenai apa yang akan dilakukan selama satu tahun. Setiap rencana kerja yang dibuat nantinya akan dilaporkan dalam rapat anggota untuk kemudian di sahkan menjadi rencana kerja.

2. Melaksanakan oprasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Setiap rencana kerja yang telah disahkan melalui rapat harus dijalankan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Rencana kerja tersebut harus dijalankan sebaik-baiknya karena akan dimintai pertanggungjawabannya di akhir periode atau akhir tahun.

3. Menyusun laporan tahunan.

(29)

4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah.

Setelah lembaga zakat tersebut membuat laporan tahunan dan laporan pertanggungjawaban, selanjutnya laporan tersebut harus disampaikan kepada pemerintah sebagai pengawas lembaga zakat.

5. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat ke dalam maupun ke luar.

Segala sesuatu yang dilakukan oleh lembaga zakat harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya karena setiap tindakan itu akan diperhatikan dan harus dipertanggungjawabkan.

Salah satu tugas penting lain dan lembaga pengelolaan zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secar terus-menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti khutbah jum’at, media ta’lim, seminar, diskusi dan lokakarya, melalui surat kabar, majalah, radio, internet maupun televisi. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal diharapkan masyarakat muzakki akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui lembaga zakat yang kuat, aman, dan terpercaya.

2.1.4 Alur Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Dalam Lembaga Pengelolaan

Zakat

(30)

1. Fakir dan Miskin

Fakir dan miskin sebenarnya memiliki perbedaan tetapi dalam kenyatannya sering disamakan yaitu mereka yang tidak memiliki penghasilan sama sekali, atau memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan pada kelompok ini dapat bersifat konsumtif dan dapat pula bersifat produktif. 2. Kelompok Amil

Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari zakat, maksimal satu perdelapan atau 12,5 %. dengan catatan bahwa petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut.

3. Kelompok Muallaf

Yaitu kelompok orang yang baru masuk Islam. Mereka diberi zakat agar bersungguh-sungguh dalam ber-Islam dan sehingga bertambah keyakinan mereka bahwa segala pengorbanan mereka dengan sebab memeluk agama Islam tidak sia-sia.

4. Memerdekakan Budak Belian

Artinya bahwa zakat itu antara lain harus dipergunakan untuk membebaskan budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan.

5. Kelompok Gharimin

(31)

6. Fi Sabilillah

Pada zaman Rasulullah saw golongan yang termasuk kategori ini adalah para sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji yang tetap. Tetapi berdasarkan lafaz sabilillah di jalan Allah SWT. Sebagian ulama membolehkan memberi zakat tersebut untuk membangun masjid, lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan para da’i, menerbitkan buku agama, majalah, brosur, dan lain-lain.

6. lbnu Sabil

Adalah orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan karena tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya.

2.1.5 Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat

Yusuf Al Qaradhawi dalam bukunya Fiqh Zakat (1991: 586), menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu rukun Islam (rukun Islam ketiga), karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim.

2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.

(32)

(keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariat Islamiyyah. 4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat dengan pengetahuan tentang zakat yang relatif memadai, para amil zakat diharapkan terbebas dari kesalahan dan kekeliruan yang diakibatkan dan kebodohannya pada masalah zakat tersebut.

5. Memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya amanah dan jujur merupakan syarat yang sangat penting, akan tetapi juga harus ditunjang oleh kemampuan dalam melakukan tugas.

Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis, antara lain adalah (Hafidhudhin, 2002: 173):

1. Berbadan hukum

Maksudnya adalah lembaga zakat harus memiliki badan hukum yang diperoleh dan Departemen Agama sehingga memiliki kekuatan hukum yang jelas agar masyarakat lebih percaya untuk menyisihkan zakat ke lembaga zakat tersebut.

2. Memiliki data muzakki dan mustahik

(33)

3. Memiliki program kerja yang jelas

Sebagai lembaga yang dipercaya oleh masyatakat, lembaga zakat harus memiliki program kerja yang jelas agar masyarakat tidak ragu untuk menyalurkan menyisihkan dana zakat mereka ke lembaga tersebut.

4. Memiliki pembukuan yang baik

Keberadaan lembaga zakat sekarang ini sangat berpengaruh kepada masyarakat. Setiap dana zakat yang terhimpun dan tersalur, harus transparan. Oleh karena itu, lembaga zakat dituntut untuk memiliki pembukuan yang baik agar muzakki percaya dengan lembaga zakat yang ada.

5. Melampirkan surat pemyataan bersedia diaudit

Setiap lembaga zakat harus melaporkan setiap kegiatannya kepada muzakki agar transparansi dapat terjaga. Lembaga zakat harus bersedia diaudit laporan keuangannya agar tidak terjadi kecurangan dalam pelaksanaanya.

Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari setiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan semakin bergairah menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat. 2.2 Ruang Lingkup Zakat

2.2.1 Pengertian Zakat

(34)

Menurut etimologi syari’at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Perintah zakat termasuk kewajiban yang utama dalam Islam yang dikeluarkan oleh orang yang telah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang dianggap telah lebih dari segi jumlah dan pantas untuk dikeluarkan untuk kesejahteraan umat sesuai syariat yang berlaku.

2.2.2 Syarat-Syarat Zakat

Menurut pendapat para ulama, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah harta yang dimiliki seorang muslim yang baligh dan berakal yang dimiliki serta dapat dipergunakan hasil atau manfaatnya.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kewajiban zakat ialah: 1. Pemilikan harta yang pasti dan kepemilikan penuh yaitu harta benda yang

akan dizakatkan berada dalam kekuasaan dan dimiliki oleh si pemberi zakat. 2. Berkembang, yaitu harta tersebut berkembang baik secara alami berdasarkan

sunatullah maupun karena usaha manusia.

3. Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dizakatkan telah melebihi dari kebutuhan pokok seseorang atau keluarga yang mengeluarkan zakat tersebut. 4. Bersih dari utang, yaitu harta yang akan dizakatkan harus bebas dari utang

baik kepada Allah (nazar) maupun utang kepada manusia.

(35)

6. Mencapai haul, yaitu harta tersebut telah mencapai waktu tertentu untuk dikeluarkan zakatnya, biasanya berlaku setiap satu tahun.

2.2.3 Jenis-Jenis Zakat

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap muslim yang dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua hijriah (Yusuf al-Qaradhawi dalam kitabnya Fiqh Az-Zakah )yaitu pada bulan Ramadhan diwajibkan untuk mensucikan diri dari orang yang berpuasa dari perbuatan dosa. Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-minta pada saat hari raya (Hasan, 2006:107).

2. Zakat Maal

Maal (harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan dimanfaatkan, sedangkan menurut syara’ adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut kebiasaannya (Kartika, 2006:24). Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan serta penghasilan yang dimiliki oleh seorang Muslim yang telah mencapai nishab dan haulnya. Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar dan waktu dikeluarkannya ditetapkan berdasarkan hukum agama.

3. Zakat Hasil Pemiagaan

(36)

perseorangan maupun secara kelompok yang wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebagai zakat uang.

4. Zakat Hasil Perternakan dan Perikanan

Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang sedang seperti kambing dan domba dan yang berukuran kecil kecil seperti unggas,ikan dan lain-lain. Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan.

5. Zakat Pertambangan

Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Teungku, 2006:149). Hasil tambang tidak disyaratkan haul, zakatnya wajib dibayar ketika barang itu telah digali. Hal ini mengingat bahwa haul disyaratkan untuk menjamin perkembangan harta, sedang dalam hal ini perkembangan tersebut telah terjadi sekaligus, seperti dalam zakat tanaman.

(37)

barang tambang yang cukup atau sebab lain, maka hal ini memengaruhi penggabungan yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini harus diperhatikan nisab ketika dimulai kembali penggalian baru.

6. Zakat Hasil Pertanian

Adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbi-umbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buah-buahan (kelapa, pisang, kelapa sawit dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll); rumput-rumputan (sere, bamboo, tebu); daun-daunan (teh, tembakau, vanili); kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, kacang tanah) (Kartika, 2006:28).

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila menggunakan pengairan secara alami seperti, air hujan, sungai, mata air, adalah 10%. Sedangkan yang menggunakan alat-alat tertentu, sekira air tidak dapat menjangkau pada lahan pertanian kecuali dengan alat tersebut, maka kadar zakatnya adalah 5%. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan selain untuk alat pengairan tersebut diatas, seperti pupuk, obat-obatan, upah petugas irigasi, dan lain-lain, tidak dapat berpengaruh pada kadar zakat yang harus dikeluarkan, meskipun ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan.

7. Zakat Pendapatan dan Profesi

(38)

Hasil profesi merupakan sumber pendapatan orang-orang masa kini, seperti pegawai negeri, swasta, konsultan, dokter, dan notaris. Para ahli fikih kontemporer bersepakat bahwa hasil profesi termasuk harta yang harus dikeluarkan zakatnya, mengingat zakat pada hakikatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin diantara mereka (sesuai dengan ketentuan syarak). Walaupun demikian, jika hasil profesi seseorang tidak mencukupi kebutuhan hidup (diri dan keluarga)nya, ia lebih pantas menjadi mustahiq (penerima zakat). Sedang jika hasilnya sekadar untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit, ia belum juga terbebani kewajiban zakat. Kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan pokok, yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan biaya yang diperlukan untuk menjalankan profesinya

8. Zakat Rikaz

Menurut istilah ahli ulama, barang-barang yang disimpan didalam tanah yang berupa emas, perak dan sebagainya sejak zaman purbakala atau sering disebut dengan harta karun, yang termasuk didalamnya barang atau harta yang ditemukan terpendam di tanah hak miliknya namun tidak ada pemiliknya. Setiap orang yang mendapat harta rikaz, yakni harta milik orang-orang dahulu yang ditanam di dalam tanah dan wajib dikeluarkan zakatnya pada ketika itu juga (Kartika, 2006:33).

2.2.4 Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat

(39)

tersendiri. Menurut Heri Sudarsono (2003: 135) dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, manfaat dan hikmah zakat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menghindari kesenjangan antara agniyah dan dhu’afa.

Maksudnya adalah agar tidak ada batasan antara si kaya dan si miskin. Dimana si kaya dapat membantu si miskin agar dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baik dengan zakat yang diberikan oleh si kaya.

2. Alat pembersih harta dari penjagaan dan ketamakaan orang jahat.

Setiap rezeki yang didapatkan, ada sebagian merupakan hak orang lain. Terkadang rezeki yang didapat belum tentu halal di hadapan Allah SWT. Untuk itu, dianjurkan setiap umat Islam untuk mengeluarkan zakat agar rezeki yang didapatkannya tersebut halal.

3. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution) dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

Zakat merupakan tanggung jawab bagi Muslim yang mampu untuk membayar zakat. Zakat yang dibayarkan ke lambaga-lembaga zakat nantinya akan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga terjadi keseimbangan distribusu harta dari si kaya kepada si miskin.

4. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam.

Sistem kemasyarakatan Islam terdiri atas prinsip-prinsip: ummat wahidan

(umat yang sath), musawah (persamaan derajat), ukhuwah islamiyah

(40)

5.Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir).

Zakat adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mensucikan harta-harta yang didapat agar menjadi halal. Dengan membayar zakat, maka manusia akan terbebas dari harta yang tidak halal serta mampu mensucikan diri dari kotoran dosa.

6.Zakat adalah ibadah maaliyah

Maksudnya adalah zakat yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi dan pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat kebersamaan umat dan bangsa sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.

2.3 Pengertian Persepsi

Definisi tentang persepsi dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun definisi yang diberikan oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal berasal dari kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin

perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445).

(41)

menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006:358).

Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003:445) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Definisi persepsi menurut para ahli sangat beragam, seperti yang dikemukakan berikut ini. Persepsi menurut Epstein & Rogers (dalam Stenberg, 2008:105) adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009:110).

Menurut Wittig (1977:76) persepsi adalah proses menginterpretasikan stimulus oleh seseorang (perception is the process by which a person interprets sensory stimuli). Persepsi muncul dari beberapa bagian pengalaman sebelumnya.

(42)

ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002:94) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Menurut Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003:54) persepsi merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh sistem saraf di otak.

(43)

a. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

b. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran persepsi.

c. Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

Sementara menurut Bimo Walgito (2010: 101) dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu :

1. Adanya objek yang diamati

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera atau reseptor

(44)

yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori.

3. Adanya perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi.

Robbins ( 2001 : 89 ) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu :

1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.

2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.

3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi individu. 2.4 Pengertian Respon

(45)

karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.

Dalam istilah Psikologi, respon dikenal dengan proses memunculkan dan membayangkan kembali gambaran hasil pengamatan. Menurut Kartono (1996 : 58) “respon bisa didefenisikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan”. Sedangkan Ahmadi (1992 :64) menyatakan respon adalah “gambaran ingatan dan pengamatan yang mana objek yang telah diamati tidak lagi berada di dalam ruang atau waktu pengamatan”. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa terjadinya respon itu harus melalui pengamatan terlebih dahulu.

Syah (1995 : 118) mengemukakan bahwa “pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera, seperti mata dan telinga”. Jadi, respon adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan seseorang setelah melalui proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan, respon tidak terikat oleh tempat dan waktu. Selain itu, yang menjadi objek dalam respon tersebut masih kabur dan tidak mendetail dan juga tidak memerlukan adanya perangsang dan bersifat imajiner.

(46)

2.4.1 Teori Respon

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian utama (Rahmat, 2004: 218) yaitu:

1. Kognitif

Adalah respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. respon ini timbul apabila adanya peruhahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak ramai terhadap sesuatu.

3. Konatif

Yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.

Oleh kanena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan antara lembaga zakat selaku pengelola zakat (amil) dan muzakki, apakah strategi stimulus lembaga zakat dapat diterima oleh objek lembaga zakat atau sebaliknya tidak dapat diterima. Jika strategi stimulus lembaga zakat dapat diterima berarti komunikasi lembaga zakat dan muzakki dapat efektif dan lancar begitu juga sebaliknya.

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Seseorang

(47)

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis sejauh mana persepsi dan respon masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan khususnya masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan.

3.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, diperoleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, literatur, media internet, serta baban bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Penentuan Pemilihan Sampel

(49)

memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Teguh,1999: 160).

Melalui wawancara yang telah dilakukan dengan pihak Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan, diketahui bahwa jumlah penduduk muslim yang ada di Kelurahan tersebut sebanyak 13.790 orang yang terdiri dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua. Melalui data ini, penulis berasumsi bahwa masyarakat yang mengerti akan eksistensi lembaga-lembaga zakat adalah masyarakat yang berada pada level dewasa sampai orang tua. Sehingga populasi yang dipilih masyarakat berada pada level dewasa sampai orang tua. Oleh karena itu, penulis memilih sebanyak 60 masyarakat sebagai masyarakat. Pemilihan sampel berdasarkan jarak 1 km dari kantor lurah Pulo Brayan Darat II Medan. Hal ini dilakukan karena lebih mudah mengatur pembagian kuesioner untuk masyarakat dan juga dikarenakan keterbatasan waktu sehingga penulis rasa sudah cukup mewakili masyarakat di Kelurahan Pulo Brayan Darat II tersebut. Sebagai catatan bahwa sampel yang diambil dilakukan secara acak (sample random sampling) dimana setiap masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk mengisi daftar pertanyaan dalam kuesioner tanpa memperhatikan strata yang ada diantara para masyarakat, selain itu masyarakat melakukan pengisian kuesioner sendiri tanpa dipengaruhi orang lain (self administered survey).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(50)

Sedangkan dalam kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang disusun dengan sangat teliti dan hati-hati. Kuesioner ini ditujukan kepada masyarakat Muslim Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan. Jawaban atas pertanyaan mi digunakan sebagai dasar utama dalarn pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.

2. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini antara lain diperoleh dan buku-buku, internet, dan lain-lain.

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data

(51)

3.6 Definisi Operasional

1. Lembaga zakat adalah suatu lembaga yang didirikan dan dikelola masyarakat dalam pengumpulan sekaligus penyaiuran dana zakat, infaq, dan sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan.

2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap umat Islam dan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sedangkan infaq dan sedekah adalah pemberian berupa materi kepada pihak tertentu yang hukumnya tidak wajib.

3. Persepsi masyarakat adalah cara masyarakat Kota Medan Kelurahan Pulo Brayan Darat II memandang dan mengartikan sesuatu yang dalam hal ini mengenai eksistensi lembaga zakat.

4. Respon masyarakat adalah hasil pengamatan masyarakat akan eksistensi lembaga-lembaga zakat di Kota Medan.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan

Kelurahan Pulo Brayan Darat II merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kota Medan yang berada di Kecamatan Medan Timur. Kelurahan Pulo Brayan Darat II terletak di Jalan Mandau No. 12. Jumlah penduduk di Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan adalah 17.218 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 8.607 jiwa dan perempuan sebanyak 8.611 jiwa yang tersebar di 15 lingkungan di Kelurahan tersebut. Berikut ini adalah data kependudukan Kelurahan Pulo Brayan Darat II menurut lingkungan, yaitu:

Tabel 4.1

Data Kependudukan Kelurahan Pulo Brayan Darat II Menurut Lingkungan Per Desember 2012 (Jiwa)

No Lingkungan Kepala Keluarga Laki-Laki (A)

(53)

4.1.1 Program Kerja Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan

Berdasarkan instruksi Walikota Medan Nomor : 075/ INS/ 2011 mengenai tugas dan tanggung jawab Kepala Kelurahan dalam rangka pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan termasuk Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan bahwa Kepala Kelurahan se-Kota Medan agar melaksanakan program-program dalam kaitannya dengan tugas-tugas Kepala Kelurahan sebagai Administrator Pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan bahwa salah satu program yang dimaksud adalah bidang kebersihan, keamanan dan ketertiban.

Kelurahan Pulo Brayan Darat II juga melaksanakan program pemberdayaan kelurahan yang meliputi:

1. Bidang Kebersihan

a. Mengawasi masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan, keindahan, dan kerapian di lingkungannya masing-masing dan menjaga agar tidak ada lagi sampah yang berserakan.Dengan demikian kebersihan tetap terjaga.

b. Mengawasi pengangkatan sampah dari rumah masyarakat dan yang berserakan, ke TPS yang sudah ditentukan.Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik dengan Masyarakat.

(54)

d. Mengawasi pelaksanaan penyapuan terhadap jalan-jalan protokol dan jalan-jalan lainnya yang berada di wilayah kerjanya dan memerintahkan petugas kebersihan agar mematuhi dan melaksanakan tugasnya sesuai wilayah kerja dan jam kerja yang telah ditentukan.Dengan demikian jalan-jalan tetap terjaga kebersihannya. e. Mengawasi masyarakat agar tidak membuang sampah ke dalam parit

dan membersihkan sampah-sampah yang ada dalam parit agar air mengalir dengan lancar.

f. Menggerakkan masyarakat melaksanakan kegiatan gotong-royong pada hari Jum’at dan Minggu untuk membersihkan parit yang tersumbat.Dengan adanya gotong-royong yang dilaksanakan maka masyarakat akan sadar tentang hidup bersih.

g. Melaksanakan pembersihan dan perawatan terhadap lokasi tanah kuburan yang berada di wilayah kerjanya.

h. Melaksanakan pembersihan saluran dan pengangkatan tumpukan-tumpukan tanah yang berada di badan jalan agar air yang berada di badan jalan dapat mengalir dengan lancar.Dengan demikian tidak terjadi penumpukan sampah.

2. Bidang Keamanan

(55)

upaya-upaya jahat dari orang-orang yang ingin berbuat jahat seperti pencurian,maling dan lain sebagainya

b. Mengaktifkan siskamling dan Pam Swakarsa di wilayah kerja.Dengan aktinya siskamling dan Pam Swakarsa keamanan semakin terjamin. c. Melaksanakan koordinasi dengan aparat keamanan.

3. Bidang Ketertiban

a. Menata PKL agar berjualan pada tempat-tempat yang telah ditentukan supaya tidak terjadi kemacetan dijalan.

b. Menertibkan PKL yang berjualan di trotoar atau diatas parit di jalan trotoar.dengan demikian lalu lintas akan terhindar dari kemacetan karena ulah PKL.

c. Mengawasi masyarakat yang membangun tanpa izin.ini untuk menghindari pembangunan yang dilakukan secara sembarangan.

d. Membongkar bangunan yang tidak memiliki izin.Dilakukan untuk menertibkan bangunan yang tidak mempunyai izin.

e. Menjaga dan memelihara rambu-rambu lalu lintas agar tidak rusak oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

f. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan galian yang dilaksanakan oleh PLN, TELKOM, PN Gas, dan PDAM Tirtanadi. 4. Bidang Pembinaan Masyarakat

(56)

b. Menghadiri setiap undangan masyarakat dan menghimbau peran aktif warga untuk pembangunan wilayah.

c. Memelihara dan meningkatkan taraf kesehatan dan gizi warga masyarakat.

d. Menyusun dan melaksanakan program pemberdayaan ekonomi rakyat dan pemberian fasilitas kemudahan/kelancaran administrasi pelatihan, permodalan, pemasaran, melalui kerjasama dengan instansi sektoral. 5. Bidang Pelayanan Masyarakat

a. Melaksanakan pendataan terhadap masyarakat yang tidak memiliki KRT/KTP.

b. Melaksanakan pelayanan kepengurusan KRT/KTP.

c. Melaksanakan pelayanan berupa pemberian dan pengurusan surat-surat.

(57)

4.1.2 Struktur Organisasi Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan

Diisi Oleh Lima Belas Kepala Lingkungan

Gambar 4.1

(58)

Bagan di atas menunjukkan mengenai struktur organisasi Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan. Sama halnya dengan kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Medan, Kelurahan Pulo Brayan Darat II di pimpin oleh seorang lurah. Kemudian ada sekretaris yang bertugas di bidang administrasi untuk surat masuk dan surat keluar. Dibawah lurah terdapat bidang-bidang diantaranya kasi pembangunan, kasi trantib, kasi pembiayaan, dan kelompok jabatan fungsional. Kemudian, di Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan ini memiliki lingkungan sebanyak 15 dan dikepalai oleh 15 kepala lingkungan (kepling).Dengan demikian seorang lurah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap program-program yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini Walikota Medan.

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan

4.2.1 Profil Responden

(59)

4.2.1.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian ini dapat terlihat perbandingan antara tingkat usia dengan jenis kelamin responden. Perbandingan usia dengan jenis kelamin ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara tingkat usia laki-laki dan usia perempuan sebagai warga Kelurahan Pulo Brayan Darat II yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dalam Tabel 4.2 ini akan diuraikan data tersebut.

(60)

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Usia Keterangan Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan

29 tahun – 33 tahun Jumlah 1 0 1

% dari total 1,67 0,0 1,67

34 tahun - 38 tahun Jumlah 5 1 6

% dari total 8,33 1,67 10,0

39 tahun - 43 tahun Jumlah 19 2 21

% dari total 31,67 3,33 35,0

44 tahun - 48 tahun Jumlah 15 2 17

% dari total 25,0 3,33 28,33

49 tahun - 53 tahun Jumlah 14 1 15

% dari total 23,33 1,67 25,0

Total Jumlah 54 6 60

% dari total 90,0 10,0 100,0

Sumber: Data Primer, 2013

4.2.1.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

(61)

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Keterangan Jenis Kelamin Total

(62)

4.2.1.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan

Setiap warga masyarakat di Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan pasti memiliki pekerjaan dan pendapatan. Pekerjaan dan tingkat pendapatan yang mereka miliki juga bermacam-macam. Jenis pekerjaan yang dipilih sebagai jawaban bagi masyarakat yaitu PNS (TNI,POLRI), pegawai swasta, wirausaha, ibu rumah tangga, dan lainnya (jasa). Berikut ini akan ditampilkan data responden berdasarkan pekerjaan dan pendapatan yang akan diuraikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan

(63)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui 1 responden memiliki penghasilan dibawah upah minimum regional (UMR) yaitu dibawah Rp 500.000; adalah ibu rumah tangga. Sedangkan responden yang berpenghasilan tertinggi dari berbagai pekerjaan yaitu >Rp 3.501.000; berjumlah 9 responden atau dengan presentase sebesar 15,0%. Untuk responden yang berpenghasilan Rp 2.501.000; - Rp 3.500.000; dipilih sebanyak 13 responden (21,67%). Responden yang memiliki pendapatan Rp 1.501.000; - Rp 2.500.000; dari berbagai pekerjaan tersebut sebanyak 26 orang (43,33%). Sedangkan untuk responden yang berpenghasilan Rp 501.000;-Rp 1.500.000; berjumlah 11 orang dengan presentase sebesar 18,33%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa jumlah masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan yang paling banyak bekerja sebagai wirausaha dengan jumlah masyarakat sebanyak 25 orang (41,67%).

4.2.1.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Zakat Yang Dikeluarkan

Masyarakat ketika memilih menyalurkan dana ZIS melalui suatu lembaga pengelolaan zakat pasti juga akan memilih salah satu bentuk donasi atau jenis zakat yang ingin disalurkannya kepada mustahik, dalam hal ini melalui lembaga zakat. Ada beberapa jenis dana yang dapat dipilih untuk di alurkan melalui lembaga zakat, diantaranya seperti zakat fitrah, zakal maal/harta, zakat pendapatan dan profesi, infaq, dan sedekah.

(64)

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Jenis Zakat Yang Dikeluarkan

Jenis Zakat Frekuensi Presentase (%)

Zakat Fitrah 58 96,7

Zakat Maal 1 1,7

Zakat Pendapatan dan Profesi 1 1,7

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jenis zakat yang dikeluarkan oleh responden bervariasi. Hal ini ditandai dengan perbedaan jenis zakat yang dikeluarkan. Kebanyakan responden membayar zakat fitrah yaitu sebanyak 58 responden (96,7%). Sedangkan untuk zakat maal dan zakat pendapatan dan profesi masing-masing hanya dipilih oleh 1 responden (1,7%). Sehingga terlihat nyata bahwa kebanyakan responden membayar zakat fitrah. Untuk lebih jelasnya, akan diperlihatkan melalui Gambar 4.2.

Gambar 4.2

(65)

4.2.1.5 Data Responden Berdasarkan Keputusan Membayar Zakat di

Lembaga Zakat

Setiap muslim yang telah memiliki penghasilan wajib mengeluarkan zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Setiap muslim yang memulai untuk membayar zakat biasanya memilih membayar zakat di lembaga zakat yang berada di sekitar daerahnya. Terkadang keputusan membayar zakat dipengaruhi oleh pihak-pihak sekitarnya dan adanya tuntutan untuk membayar zakat yang ditentukan oleh perusahaannya. Keputusan responden untuk membayar zakat pun diperoleh dengan cara yang berbeda-beda. Responden biasanya mengambil referensi lembaga zakat yang menjadi tujuan penyaluran dana ZIS. Beberapa keputusan tersebut bisa dipengaruhi dari diri sendiri maupun dari pihak lain. Untuk itu, melalui Tabel 4.6 akan dijelaskan mengenai data responden berdasarkan keputusan yang mempengaruhi masyarakat untuk membayar zakat di lembaga zakat.

Tabel 4.6

Data Responden Terhadap Keputusan Membayar Zakat di Lembaga Zakat

Keputusan Membayar Zakat Frekuensi Persentase (%)

Atas Keputusan Saya Sendiri 12 20,0

Saran Staff Lembaga Zakat 4 6,7

Saran Dari Keluarga 19 31,7

Saran Dari Ustad atau Dari Guru Agama 21 35,0

Lainnya 4 6,7

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2013

(66)

dengan presentase sebesar 31,7%. Kemudian, 12 responden memutuskan membayar zakat atas keputusan diri sendiri dengan presentase sebesar 20%. Sedangkan untuk saran staff lembaga zakat dan lainnya dipilih sebanyak masing-masing 4 responden dengan presentase sebesar 6,7%.

Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa kecenderungan persepsi responden Kelurahan Pulo Brayan Darat II membayar zakat dikarenakan saran dari ustad atau guru agama mereka masing-masing. Untuk lebih jelasnya, akan disajikan juga melalui Gambar 4.3.

Gambar 4.3

Persepsi Responden Terhadap Keputusan Membayar Zakat di Lembaga Zakat

4.2.1.6 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi Tentang Lembaga

Zakat

(67)

dalam mengelola dana zakat yang disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Pengetahuan/informasi tentang lembaga zakat yang di peroleh responden pun berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat yang ingin membayar zakat harus memiliki informasi yang jelas tentang lembaga zakat tersebut. Informasi tentang lembaga zakat dapat mereka lihat melalui media cetak dan media elektronik. Melalui Tabel 4.7 ini, akan terlihat sumber informasi atau pengetahuan masyarakat tentang lembaga zakat.

Tabel 4.7

Data Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi Tentang Lembaga Zakat

Informasi Lembaga Zakat Frekuensi Persentase (%)

Internet 2 3,3

Radio 7 11,7

Surat Kabar/Majalah 46 76,7

Lainnya 5 8,3

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat terlihat bahwa sebanyak 46 responden mendapat pengetahuan/informasi tentang lembaga zakat melalui surat kabar/majalah dengan presentase sebesar 76,7%. Untuk 7 responden mendapatkan informasi tentang lembaga zakat dari radio (11,7%). Demikian, untuk 5 responden mengetahui informasi dari sumber lainnya yaitu televisi, brosur/selebaran, dari pegawai lembaga zakat, dan lain-lain dengan presentase sebesar 8,3%. Sedangkan 2 responden (3,3%) mengetahui lembaga zakat dari internet.

(68)

maka media elektronik seperti internet tidak banyak dipilih karena pengetahuan akan media internet pun sanagat minim. Lembaga zakat harus juga melakukan promosi melalui cara lainnya (melalui seminar atau kuliah umum) agar semakin banyak masyarakat mengetahui keberadaan lembaga zakat. Untuk lebih jelasnya, akan terlihat melalui Gambar 4.4

Gambar 4.4

Data Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi Tentang Lembaga Zakat

4.2.2 Persepsi Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Terhadap Eksistensi

Lembaga Zakat di Kota Medan

(69)

Darat II Medan terhadap eksistensi lembaga zakat di Kota Medan. Untuk itu, diperlukan suatu pemahaman yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam penelitian ini.

4.2.2.1 Persepsi Masyarakat Berdasarkan Lama Mengenal Lembaga Zakat

Masyarakat Muslim berkewajiban untuk membayar zakat. Dimana zakat tersebut nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Setiap warga muslim yang telah memiliki pendapatan dan mampu wajib mengeluarkan zakatnya. Persepsi masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II pun bermacam-macam. Untuk itu, pada tabel dibawah ini akan terlihat data persepsi masyarakat mengenai lamanya masyarakat mengenal lembaga zakat. Adapun uraiannya akan ditampilkan melalui Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Persepsi Mengenai Lama Masyarakat Mengenal Lembaga Zakat

Lama Mengenal Lembaga Zakat

Frekuensi Presentase (%)

3 tahun - 7 tahun 10 16,7

Sumber: Data Primer, 2013

Gambar

Tabel 4.1 Data Kependudukan Kelurahan Pulo Brayan Darat II
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan
Tabel 4.2
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk Nasional, pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang pada triwulan II tahun 2016 ( q-to-q ) juga mengalami pertumbuhan positif, atau

(2) Ketentuan mengenai organisasi dan tata kelola PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Statuta masing­masing PTS yang ditetapkan dengan peraturan Badan

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,17 persen terjadi karena peningkatan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 1,53 persen,

67 Komariyati Universitas Tanjungpura DISEMINASI TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN TERNAK DAN PUPUK ORGANIK CAIR SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LIMBAH OLAHAN IKAN DI DESA KUALA SECAPAH

Jika orangtua/wali calon mahasiswa keberatan atas penetapan UKT yang diumumkan, dapat mengajukan banding dengan cara mencetak surat pernyataan tidak menerima hasil

Setalah klik ‘Generate’ pada menu ‘DATA FILE’, maka akan muncul tampilan seperti gamba dibawah ini yang menampil nama file data yang default pada folder default dari excel.

Dengan perhitungan Fuzzy RPN, mode kegagalan paling kritis pada koridor III adalah jalur yang belum steril dari pengguna kendaraan pribadi (0,742), sedangkan pada

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana asuhan bayi usia 2-6 hari antara lain yaitu : minum, BAB, BAK, Perawatan kulit, Perawatan tali