DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali.2010. Museum di Indonesia Kendala dan Harapan, Jakarta
Benjamin, Andrew. 2010. Writing Art And Architecture. Melbourne
De Chiara, Yoseph, Time Saver Standards for Building Types, New York : Mc.
Graw HillBook Company
Goldsmith, Selwyn. 2000. Universal Design: A Manual of Practical Guidance for
Architect. Oxford : Architectural Press:
Neufert, Ernst, Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Jakarta : Erlangga. ( Alih Bahasa
oleh Sjamju Amril).
Neufert, Ernst, Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta : Erlangga. ( Alih Bahasa
oleh Sunarto Tjahjadi ).
Sidhharta, Eko Budihardjo, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno
Bersejarah, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Stake, Robert E. 2010. Qualitative research: studying how things work. New York: Guilford Press
Sutaarga, M. Amir. 1999, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta
Sutaarga, M. Amir. 2000. Studi Museologia. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud
Metropolitan Mebidangro Visi 2027
RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah tingkat II Medan
www.arsitektur-neo-vernakular-fazil.blogspot.com
www.scribd.com
www.Wikipedia.com
http://www.gobatak.com
BAB III
METODE PENDEKATAN PERANCANGAN
Metode pendekatan perancangan menjelaskan tahapan-tahapan yang
dilakukan selama proses pra-perancangan, dimulai dari menetukan kawasan,
melakukan diskusi dan asistensi, melakukan studi lapangan dan studi pustaka,
hingga akhirnya dapat menetukan lokasi site perancangan dan menentukan fungsi
bangunan yang dirancang. Berikut ini dijelaskan mengenai metode pendekatan
perancangan secara lebih rinci.
3.1 Tahap 1 (Diskusi dan Briefing Dalam Menentukan Kawasan Proyek)
Tanggal Keterangan Senin, 22 Februari 2016 Briefing dan diskusi bersama tim kerja dan dosen
pembimbing mengenai program kerja dan penentuan
lokasi proyek.
Selasa, 23 Februari 2016 Diskusi bersama tim kerja dan dosen pembimbing
mengenai lokasi pasti proyek dan pengarahan untuk
survey lokasi (survey lapangan).
Pada tahap ini kawasan proyek yang diajukan oleh tim kerja yaitu Sei
Mangke, Kab. Simalungun dan Kuala Namu. Setelah tahapan diskusi dilakukan
akhirnya diputuskan lokasi proyek yang diambil berada di kawasan Bengkel Pulo
3.2 Langkah Kedua (Survey Lokasi)
Tanggal Keterangan Rabu, 24 Februari 2016 Survey lokasi di Bengkel Pulo Brayan,
mengumpulkan dan mencatat data-data lokasi.
Kamis, 25 Februari 2016 Membahas hasil data survey. Mengasistensikan dan
mendiskusikannya bersama dengan tim kerja dan
dosen pembimbing.
Jum’at. 26 Februari
2016
Menganalisa site kawasan bersama dengan tim kerja
dan dosen pembimbing. Dimulai dengan peraturan
yang diterapkan pada kawasan perancangan,
pemilihan tema perancangan kawasan dan membuat
sketsa cepat mengenai rencana perancangan kawasan.
Pada tahap ini disimpulkan bahwa kawasan Bengkel Pulo Brayan akan
dilakukan renewal development dengan menambahkan fungsi-fungsi bangunan
yang dapat memfasilitasi kegiatan yang tidak hanya kegiatan masyarakat sekitar
tetapi juga masyarakat diluar kawasan. Hal ini bertujuan untuk menjadikan
kawasan ini sebagai daerah yang menjanjikan dan memberikan input bagi Kota
Medan dan daerah perencanaan Mebidangro.
3.3 Tahap 3 (Survey Lapangan dan Mencari Data Kepustakaan Untuk Menguatkan Analisa Data Lokasi)
Tanggal Keterangan Selasa, 01 Maret 2016 Survey tim kerja ke Kantor PT. KAI di Jl. Jawa
untuk menyampaikan surat izin wawancara
dengan pihak PT. KAI perihal perencanaan
kawasan pada tanah milik PT. KAI.
Kamis, 03 Maret 2016 Survey tim kerja dan dosen pembimbing ke
kantor PT. KAI menanyakan surat balasan untuk
izin wawancara, namun belum mendapatkan surat
balasan.
Survey tim kerja ke Perpustakaan Daerah untuk mencari data sejarah Kota Medan.
Jum’at, 04 Maret 2016 Survey kembali tim kerja ke Perpustakaan Daerah
untuk mencari data sejara kawasan Bengkel Pulo
Brayan.
Survey kembali tim kerja ke BWS (Badan Warisan Sumatera) dan bertemu dengan beberapa
narasumber. Survey ini mendapatkan hasil
informasi mengenai data sejarah kota Medan,
sejarah kawasan Bengkel Pulo Brayan dan sejarah
mengenai kereta api di Kota Medan.
Setelah mendapatkan data pendukung untuk melakukan proyek
perencanaan kawasan, maka langkah selanjutnya adalah membuat desain renewal
development kawasan Bengkel Pulo Brayan berdasarkan hasil analisa data lokasi
dan data pendukung. Perencanaan kawasaan ini memegang konsep
mempertahankan nilai sejarah dengan tema sustainable (arsitektur berkelanjutan).
Untuk lebih menguatkan kegiatan perancangan proyek ini, tim kerja dan dosen
pembimbing masih menunggu surat balasan dari PT. KAI untuk melakukan
3.4 Tahap 4 (Mendesain Rancangan Kawasan dengan Fungsi-Fungsi Bangunan yang Diperlukan)
Tanggal Keterangan Sabtu - Senin, 05 - 07
Maret 2016
Mengerjakan rancangan Masterplan Kawasan Bengkel
Pulo Brayan bersama dengan tim kerja.
Selasa, 08 Maret 2016 Mendiskusikan hasil rancangan Masterplan Kawasan
Bengkel Pulo Brayan bersama tim kerja dan dosen
pembimbing.
Rabu - Jum’at, 09 - 11
Maret 2016
Mengerjakan maket kawasan existing.
Hal yang perlu diingat dalam merencanakan perancanan kawasan ini
adalah diharapkan kawasan ini dapat menarik minat masyarakat diluar kota
Medan bahkan wisatawan asing untuk berkunjung ke Kota Medan.
3.5 Tahap 5 (Mengerjakan Revisi Perancangan Kawasan Bengkel Pulo Brayan)
Setelah tahap 3 dilakukan, diperoleh beberapa revisi-revisi yang harus
dilakukan dalam perancangan Kawasan Bengkel Pulo Brayan. Berikut adalah
proses revisi yang dilakukan.
Gambar 3.3 Gambar proses revisi perancangan kawasan
3.6Tahap 6 (Belajar dari Tanjung Balai)
Selama proses perancangan kami mendapatkan kesempatan untuk
mendesain suatu kawasan di Tanjung Balai. Kesempatan ini sekaligus menjadi
pembelajaran bagi kami dalam mendesain suatu rancangan kawasan. Berikut
merupakan hasil desain rancangan kawasan Tanjung Balai yang telah dikerjakan
Gambar 3.4 Alternatif Masterplan Kawasan Tanjung Balai
Selama proses perancangan kawasan, kami juga mengerjakan suasana dari
masterplan tersebut. Hal ini sangat berguna bagi kami karena kami dapat belajar
untuk mengerjakan suasana dari kawasan perancangan yang ada di Pulo Brayan.
3.7 Tahap 7 (Mendapatkan Hasil Rancangan Kawasan Yang Sudah Disetujui dengan Desain Fungsi Bangunan Yang Sudah Ditentukan)
Gambar 3.6 Gambar Hasil Akhir Perancangan kawasan
Setelah menetapkan hasil akhir Masterplan Kawasan Bengkel Pulo
Brayan, maka diputuskan desain fungsi bangunan yang akan dirancang oleh
masing-masing tim kejra adalah sebagai berikut : Apartemen, dengan tema Hi-Tech,
Concert hall, dengan tema arsitektur futuristik
Convention and Exhibition, dengan tema Arsitektu Hemat Energi, Youth center, dengan tema green arsitektur,
Museum sejarah Kota Medan dengan tema Arsitektur Neo-Vernakular, Pusat Industri, dengan tema arsitektur industrial
3.8Tahap 8 (Merancang Suasana Kawasan Bersejarah Pulo Brayan)
Setelah merancang masterplan kemudiang langkah selanjutnya adalah
merancang suasana kawasan bersejarah Pulo Brayan. Kami bekerja sama dan
membagi tugas dalam merancang suasana kawasan ini. Hasil dari kerja kami
3.9Tahap 9 (Hasil Akhir Masterplan Setelah Revisi)
Langkah ini merupakan langkah terakhir. Masterplan yang telah dirancang
kemudian direvisi setelah mendapat masukan dari beberapa dosen pembimbing
lainnya. Masukan – masukan ini menambah daya tarik dari kawasan bersejarah
Pulo Brayan tersebut.
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN 4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Analisa Lokasi
Lokasi proyek Museum Sejarah Kota Medan terletak di jalan pertama
yang berada di kawasan Pulo Brayan. Kawasan ini memiliki banyak potensi untuk
dikembangkan menjadi daya tarik Kota Medan.
Potensi lahan selanjutnya adalah lokasi berada di kawasan yang
mengandung banyak nilai sejarah terutama di bidang per-keretaapian. Sehingga
masih banyak bangunan – bangunan bersejarah yang dapat menjadi daya tarik
bagi lokasi perancangan.
4.1.2 Analisa Tata Guna Lahan
Gambar 4.2 Peta Tata Guna Lahan Eksisting
Dalam analisa tata guna lahan ini akan dibahas mengenai fungsi eksisting
lahan, dan solusi untuk memanfaatkan setiap bagian kawasan perancangan untuk
Kawasan sekitar lokasi perancangan memiliki tata guna lahan yang
didominasi oleh pergudangan, permukiman, dan bangunan komersil. Tidak ada
tersedia ruang terbuka hijau yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar.
Perancangan ruang terbuka hijau sangat diperlukan di kawasan bersejarah Pulo
Brayan tersebut.
4.1.3 Analisa Kontur
Lokasi site memiliki kontur yang relative datar. Hal ini dapat dilihat dari topografi kecamatan Medan Timur yang berbatasan dengan lokasi perancangan.
Gambar 4.3 Peta Kontur Lokasi Perancangan (Sumber : RUTRK)
Dapat dilihat dari peta bahwa kontur di sekitar lokasi perancangan relatif
4.1.4 Analisa Peraturan
Berdasarkan RUTRK Medan, lokasi perancangan yang berada di Medan
Timur mempunyai peta pemanfaatan ruang sebagai berikut.
Gambar 4.4 Peta Pemanfaatan Ruang Lokasi (Sumber : RUTRK)
Pemanfaatan ruang pada lokasi perancangan akan digunakan sebagai guna
lahan suaka dan cagar budaya. Pembangunan museum pada lokasi perancangan
sesuai dengan peraturan pemanfaatan ruang pada RUTRK yaitu sebagai media
4.1.5 Analisa Bangunan Sekitar
Gambar 4.5 Peta Bangunan Sekitar
1. Perumahan Belanda 2 Menara Air
5. Stasiun Lama 6.RS Marta Friska 7.Sungai Deli
4.1.6 Analisa Lalu Lintas
Arus lalu lintas dari dan menuju kawsan perancangan terlihat padat lancar.
Untuk yang melewati fly over kendaraan lancar, tetapi jika melewati jalan
dibawah fly over (Jl. Yos Sudarso dan sekitarnya) maka arus lalu lintas terbilang
macet. Hal ini dikarenakan jalan yang kecil dan adanya lintasan rel kereta api.
Untuk itu pada perancangan kembali kawasan Bengkel Pulo Brayan, jalan ini
akan diperlebar. Ini bertujuan untuk mengurangi penumpukkan kendaraan dan
memberikan ruang hawa untuk bangunan yang berada dibawah fly over. Titik
lampu merah pada kawasan ini ada di persimpangan Jl. Krakatau-Jl. Cemara dan
persimpangan Jl. Yos Sudarso-Jl. Cemara.
Berikut adalah uraian untuk intensitas kendaraan disekitar kawasan
perancangan :
Jalan Cemara : padat lancar, dengan dominasi kendaraan pribadi beroda empat, dan kendaraan berat.
Jalan Krakatau : padat lancar, dengan dominasi kendaraan pribadi beroda empat, kendaraan berat dan angkutan umum..
Fly over : lancar, dengan dominasi kendaaran pribadi beroda empat, dan kendaraan berat.
Jalan Yos Sudarso : sedikit macet, dengan dominasi angkutan umum, kendaraan pribadi roda dua dan empat.
Jalan Bengkel dan Jalan Lampu : lancar, sedikit yang melintas jalan ini karena daerah permukiman penduduk. Dominasi kendaraan di jalan ini adalah
4
b
4.1.7 Pras Saran
berikut:
Saran Terd
terse
1. Saran
Terd
sarana na yang ter
na Pendidika
dapat Yayasa
ebar di kawas
Gambar
na Kesehata
dapat Rumah
Gambar
rsedia di se
an
an Wanita K
san Pulo Bra
r 4.6 Sarana P
an
h sakit Umum
r 4.7 Sarana K
ekitar kawa
Kereta Api d
ayan.
Pendidikan di
m Martha Fr
Kesehatan di
asan peranc
dan beberap
Lokasi Peran
iska di jalan
Lokasi Peran
angan adala
pa sekolah n
ncangan
n Yos Sudars
ncangan
ah sebagai
negeri yang
4
m
2. Saran
Terd
4.1.8 Anali Kara masyarakatn Karakter L Masyarakat Perekonom na Ibadah dapat beberap Gambar sa Karakter akter lingkun nya, perekon Lingkungan t mian
pa masjid, ge
r 4.8 Sarana P
ristik Lingk ngan pada ka
nomiannya, d n Masyara umumny kota unt banyak a menungg Hal ini semrawu
Untuk p
sebagian
ereja dan ma
Pendidikan di
kungan Seki awasan Beng
dan keadaan
akat di kaw
ya memakai tuk menuju angkutan ko gu penumpa membuat ut perekonomia
n besar ad
adrasah di ka
Lokasi Peran
itar
gkel Pulo Br
topografiny
Keteranga wasan Bengk
kendaraan u
u suatu tem
ta yang park
ang terutama kawasan an masyarak dalah ekono awasan Pulo ncangan rayan dapat ya. an
kel Pulo Br
umum sepert
mpat. Oleh k
ker sembaran
a di jalan Yo
Pulo Braya
kat pada ka
kawasan ini adalah kegiatan komersil, dimana
masyarakatnya banyak yang membuka retail yang
menjual kebutuhan kawasan seperti rumah makan,
bengkel, kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya.
Topografi Kondisi Topografi di kawasan ini relatif datar, dan
hampir tidak terlihat sedikitpun area yang berkontur di
kawasan ini. Karena kawasan ini relatif datar maka
topografi kawasan ini tidak terlalu memberikan
masalah untuk perancangan kawasan dan perancangan
fungsi bangunan. Untuk jenis kondisi tanah di
kawasan ini tidak terlalu keras. Jenis tanahnya adalah
bekas persawahan, ini dapat dilihat dari beberapa
tempat yang tanahnya terlihat rendah dan tergenang
air setelah terjadi hujan.
4.1.9 Analisa Sirkulasi
Sirkulasi di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Cemara merupakan sirkulasi
dengan jalur dua arah. Tingkat kemacetan di kawasan ini cukup tinggi terutama di
bawah jembatan layang Pulo Brayan (fly Over). Kondisi jalan pada kawasan
perancangan dapat dikatakan cukup baik, akan tetapi tidak tersedia penataan jalur
hijau dan jalur pedestrian bagi pejalan kaki.
Oleh sebab itu, pada perencanaan perancangan kawasan Bengkel Pulo
Brayan perlu diperhatikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung dan
penggunan jalan. Tidak hanya yang menggunakan kendaraan, tetapi juga yang
menggunakan sepeda dan bagi pejalan kaki.
4.1.10 Analisa View
Lokasi perancangan memiliki 4 view:
View Timur : Perumahan Warga
View Selatan : Balai Yasa
View Barat : Perumahan Warga
View Utara : Perumahan Warga
4.1.11 Analisa Matahari
Matahari merupakan salah satu faktor penting untuk perancangan bangunan.
Analisa matahari akan mempengaruhi bentuk bangunan dan orientasi bangunan.
Karena panas dari sinar matahari dapat mengganggu kenyamanan di dalam
bangunan.
Gambar 4.11 Analisa Matahari (Sumber : Data Pribadi)
Potensi Masalah Solusi
-Memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber penerangan didalam bangunan
-Panas matahari dapat mengganggu kenyamanan di dalam bangunan
4.1.12 Analisa Angin
Arah angin yang mendominasi di kawasan ini adalah arah angin dari Utara
ke Selatan, arah angin dari Timur ke Barat, dan arah angin dari Timur Laut ke
Barat Daya. Namun angin yang berhembus paling stabil adalah angin yang berasal
dari arah Utara menuju ke Selatan.
Gambar 4.12 Analisa Angin (Sumber : Data Pribadi)
Potensi Masalah Solusi
-Memanfaatkan sirkulasi
angin sebagai sumber
penghawaan didalam
bangunan
-Hembusan angin dapat
mempengaruhi beban
lateral pada bangunan
-Menggunakan void
didalam bangunan
sebagai jalur sirkulasi
4.1.13 Analisa Kebisingan
Kebisingan merupakan faktor penting dalam perancangan, karena dapat
mengganggu kenyamanan di dalam bangunan. Oleh karena itu analisa kebisingan
harus dilakukan agar dapat mengetahui sumber kebisingan tersebut.
Gambar 4.13 Analisa Kebisingan (Sumber : Data Pribadi)
Potensi Masalah Solusi
-Bagian timur dan selatan
site memiliki tingkat
kebisingan yang rendah
-Tingkat kebisingan
paling besar berasal dari
jalan raya
-Perancangan taman di
sekitar museum dapat
4.2 Analisa Fungsional
4.2.1 Analisa Kebutuhan Ruang & Program Ruang
Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di
dalam bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan
fungsi yang tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu fasilitas utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi
utama yang direncanakan akan diakomodasi oleh manajemen museum ini
sedangkan fasilitas pendukungnya melayani fungsi utama dan fungsi lain yang
diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan fungsi utama.
Kebutuhan ruang dari museum sejarah dan seni ini adalah : Ruang Pameran
Ruang untuk meletakkan benda-benda sejarah dan seni untuk
dipamerkan. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :
- Ruang galeri
- Ruang simpan
- Ruang pembersihan dan perawatan
Ruang Pengelola
Ruang pengelola adalah area tempat kerja buat pengawas,
karyawan yang bekerja di museum tersebut. Beberapa ruang yang
dibutuhkan adalah :
-Ruang Manager
- Ruang Sekretaris Manager
- Ruang Karyawan
- Ruang Rapat
- Ruang tunggu
- Loker
- Ruang istirahat
Ruang Diskusi
Ruang untuk melakukan diskusi, workshop, dan pembahasan
materi yang didiskusikan. Ruang yang dibutuhkan adalah:
- Ruang diskusi
- Ruang workshop
- Ruang fotografi
- Ruang penyimpanan bahan materi
- gudang
Ruang Penelitian Umun dan Pusat Data
Ruang penelitian umum untuk meneliti benda-benda yang
berkaitan dengan bahan materi ilmiah yang didiskusikan sehingga
menjadi penelitian yang dapat dimasukkan dalam penyimpanan data.
Penyimpanan data merupakan database untuk dijadikan pusat pencarian
data yang akurat. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :
-Kamar mandi
- Toilet
- Janitor
- Ruang Penyimpanan alat
- Ruang alat
- Ruang Genset
Ruang Keamanan
Ruang keamanan untuk membantu keamanan museum. Beberapa ruang
yang dibutuhkan adalah :
-Ruang kontrol
- Ruang security
- Ruang ganti
- Ruang istirahat
Program Ruang Dalam Museum Area Museum
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Loket pengelola Ticketing
Tempat informasi
4 org 1.5 m2 6 m2 NAD
Penitipan barang
pengunjung Tempat menitip barang
150 0.78m2 117 m2 NAD
Lobby pengunjung Menunggu berkumpul
300 0.8 m2 240 m2 NAD
Ruang pameran sejarah
pengunjung Melihat pameran Galeri
150 org 6‐10 m2 900 m2 NAD
Ruang pameran seni
pengunjung Melihat pameran Galeri
150 org 6‐10 m2 900 m2 NAD
Mini auditorium
pengunjung Diskusi informasi
300 org 1.05 m2 315 m2 NAD
Ruang koordinasi auditorium
pengelola 15 org 0.8 m2 12 m2 NAD
Ruang simpan
pengelola 100 m2 ASS
Sirkulasi 20 % 2590 x 20%
Total 3108
Tabel 4.2 Program Ruang Luar Museum
Area Penelitian dan Data Umum
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Perpustakaan Pengunjung
Peneliti
Membaca Studi Melihat Buku
50 org 2 m2 100 m2 NAD
Ruang komputer
Pengunjung Peneliti
Browsing Internet Searching
50 org 2 m2 100 m2 NAD
Ruang Studio potografi
Ruang Penelitian
peneliti Meneliti Belajar Menganalisa
20 org 6‐10 m2 200 m2 NAD
Ruang Diskusi Pengunjung Peneliti
Diskusi Berpendapat
20 org 6‐10 m2 200 m2 NAD
Ruang
Workshop dan Bengkel
Peneliti Studi Literatur
20 org 6‐10 m2 200 m2 NAD
Ruang Penyimpanan Service peneliti menyimpan benda
‐ ‐ 50 m2 SP
Ruang staff pengelola istirahat 10 org 2‐5 m2 50 m2 NAD
Sirkulasi 20 % 910 x 20%
[image:30.612.127.538.364.652.2]Total 1092
Tabel 4.3 Program Ruang Luar Museum
Area Pengelola
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber R.Kepala
Museum
pengelola Istirahat Kerja
4 org 2‐5 m2 20 m2 NAD
Ruang sekretaris
pengelola Isitirahat
Kerja
4 org 2‐5 m2 20 m2 NAD
Ruang TU pengelola Administrasi 6 orang 2‐5 m2 30 m2 NAD Ruang Tunggu peneliti
pengunjung
Menunggu 30 org 0.8 m2 24 m2 NAD
Ruang Rapat pengelola Diskusi Rapat
30 org 1.5‐2 m2 60 m2 NAD
Ruang Karyawan
pengelola Isitirahat Kerja
50 org 1.2 m2 60 m2 NAD
Loker Karyawan pengelola Ganti Pakaian SImpan
Barang
‐ ‐ 40 m2 ASS
Ruang Istirahat pengelola istirahat 30 org 1.2 m2 60 m2 NAD
Sirkulasi 20 % 314 x 20%
Total 376.8
Souvenir dan Restorant
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Banquet Pengunjung
Pelayan
Menikmati hidangan Mengantar
Hidangan
350 org 1.85m² /org
161,2m2 NAD
Bar counter Pengunjung Pelayan
Memesan Makanan & minuman
150 org 0.65m2 /org
24,4m2 NAD
R.Penyim panan
pegawai Menyimpan Bahan Makanan
5 org 3 m2 15 m2 ASS
Toilet Pria Pengunjung Pegawai Pengelola
Buang Air Membersihka
n WC
0,9m2 /unit 0,72m2 /unit 0,4m2 /unit
1,8 m2 1,44 m2 2,08 m2
NAD NAD NAD Toilet Pria Pengunjung
Pegawai Pengelola
Buang Air Membersihka
n WC
0,9m2 /unit 0,72m2 /unit
0,4m2 /unit
1,8 m2 1,44 m2 2,08 m2
NAD NAD NAD Kasir Kasir
Pengunjung
Membayar Makanan Melayani
pembayaran
2m2/unit 4m2 SP
Dapur Pelayan Pegawai
Memasak Menyiapkan
Makanan Mencuci
‐ ‐ 100 m2 ASS
Gudang Pegawai Menimpan
alat kebersihan
6 m2 ASS
R.Pegawai Pegawai Pengelola
Istirahat Ganti Pakaian
10 org 5‐10m2 /org
80m2 NAD
Souvenir Pegawai Pengunjung
Beli barang 300m2 ASS
Sirkulasi 20 % 701 x 20%
[image:31.612.127.539.125.648.2]Total 840
Servis Dan Utilitas
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Ruang Security Pegawai Menjaga
Gedung
6 org 2‐5 m2 30 m2 NAD
Ruang Kontrol Pegawai servis
Mengontrol Gedung
5 org 2‐5 m2 25 m2 NAD Ruang cctv Pegawai Servis Menjaga
Gedung
3 orang 2‐5 m2 15 m2 NAD
Ruang alat dan keamanan
Pegawai Servis
Menjagagedung - -
25 m2 ASS
Ruang operator dan sound
Pegawai servis
Mengatur pengeras suara gedung
‐ ‐ 25 m2 ASS
Sirkulasi 20 % 120 x 20%
[image:32.612.127.528.560.710.2]Total 134
Tabel 4.6 Program Ruang Luar Museum Keterangan Sumber:
NAD : Neufret, Ernest.1992.Data Arsitek,jilid 1 dan 2.Erlangga.Jakarta TS : De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for
Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York. SP : Studi Pengamatan
A : Asumsi
Program Ruang Luar Museum
Program ruang luar ditunjukkan dengan tabel berikut: Kelompok
Pengguna
Kapasitas Asumsi Standar (m2 )
Besaran Ruang Sumber Pengelola 1 manager
2 asisten manager 5 sekretaris 2 tata usaha 5 teknisi 5 office boy
80% mobil @ 1 orang
20% roda 2 @ 1 orang
1 mobil 2,5x 5 = 12,5
1 kereta 1x2.5=2.5
Mobil 80%x20=16 16x12.5=200m2
Sepeda Motor 20%x20=4 4x2.5=10m2
Tour Tourist 60 orang (peak time)
Akomodasi bus 100% @40 orang
1 bus: 3x8=24
Bus 60/40=2 2x24 = 48 m
NAD
Pengunjung 300 orang 40% mobil @ 1 orang
30% Sepeda Motor @ 1 orang
1 mobil: 2.5x5=12.5
1 Sepeda Motor: 1x2.5=2.5 Mobil 40%x300=120 120x12.5=1500 m2
Sepeda Motor 30%x300=90 90x2.5=225 m
NAD
[image:33.612.133.520.104.322.2]30% berjalan kaki dan naik kendaran umum
Tabel 4.7 Program Ruang Luar Museum
4.2.2 Analisa Bentuk Massa
Bentuk massa bangunan merespon dari bentuk site, merespon dari bentuk
bangunan dan kondisi disekitar site serta mempertimbangkan view bangunan,
sehingga mempunyaikesalarasan antara bangunan disekitar site. Selain itu juga,
bentukan bangunan bertemakansesuatu atau mempunyai konsep tertentu yang
masih kontekstual.
Museum Sejarah Kota Medan memakai tema neo – vernacular. Alasan
pemilihan tema ini adalah agar pengunjung yang datang ke museum tetap dapat
melihat unsur budaya local dari kota Medan melalui bentukan massa bangunan.
Hal yang harus diperhatikan dalam bentukan massa adalah :
Bentuk massa bersifat modern tetapi tetap mengadopsi bentukan peralatan tradisional adat batak yaitu dalihan natolu. Dalihan natolu merupakan
sebuah tungku yang terbuat dari batu untuk memasak. Penggunaan
bentukan tungku ini karena perancangan ini menggunakan tema neo –
vernacular.
Memaksimalkan orientasi massa bangunan menghadap Balai yasa sehingga masyarakat yang melewati jalan tersebut dapat tertarik untuk
[image:34.612.244.400.175.330.2]mengunjungi museum.
Gambar 4.14 Tungku Memasak Batak (Dalihan Natolu)
Bentukan tungku ini akan diadopsi kedalam bentukan massa museum.
Makna tungku ini adalah sifat kekeluargaan yang melambangkan kota Medan
pada masa merebutkan kemerdekaan.
4.3 Analisa Teknologi 4.3.1 Analisa Struktur
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower
structure) dan struktur atas ( upper structure). Struktur bawah ( lower Structure)
yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah
permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper
structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti
kolom, balok, plat, atap. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang
Komponen struktur bagian atas pada bangunan musem:
Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse)
lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total ( total collapse) seluruh
struktur. (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban
seluruh bangunan ke pondasi. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal.
Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok – balok yang
bertumpu pada kolom – kolom bangunan. Atap
Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik. Untuk bangunan
museum, penutup atap akan menggunan struktur atap bentang lebar.
Komponen struktur bagian bawah pada bangunan musem:
Pondasi
Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian
bangunan lain di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban – beban
gempa bumi, dan lain-lain. Untuk bangunan museum akan menggunakan
beberapa jenis pondasi yaitu, pondasi tiang pancang dan pondasi telapak. Basement
Basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari
bangunan gedung. Pada masa ini basement dibuat sebagai usaha untuk
mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan mahal.
Struktur dinding basement harus dihitung dengan tepat agar dapat
memikul beban tekanan tanah.
4.3.2 Analisa Utilitas
Bangunan museum yang dirancang harus dapat dipakai dengan nyaman
dan dapat dinikmati oleh pengunjung. Kenyamanan berkaitan dengan sistem
utilitas bangunan tersebut. Sistem ini meliputi keamanan, penghawaan,
pencahayaan, pencegah dan penanggulangan kebakaran, sanitasi, elektrikal,
penangkal petir, dan pembuangan sampah.
Elektrikal
- Sumber arus listrik dari PLN dan dari generator sebagai energi cadangan.
Jika arus dari PLN padam, sebelum generator bekerja, digunakan satu daya
bebas gangguan Uninterupted Power Supply ( UPS ).
- Penempatan generator di basemen.
Diagram 4.1 Sistem Elektrikal Plumbing
Sistem Plumbing terdiri dari air bersih, air kotor padat, dan air kotor
cair.
- Air Bersih
Sumber air bersih museum berasal dari PDAM, apabila air PDAM tidak
berjalan dengan lancar, maka sumur bor akan digunakan sebagai
sumber air cadangan.
- Air Kotor Cair
Air kotor cair akan di treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran pembuangan air kotor kota.
Diagram 4.3 Sistem Pembuangan Air Kotor Cair
- Air Kotor Padat
Air kotor padat akan di treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran pembuangan air kotor kota.
Diagram 4.4 Sistem Pembuangan Air Kotor Padat
Penghawaan
Sistem penghawaan dapat dibagi dua yaitu penghawaan alami dan penghawaan
Penghawaan Alami Penghawaan Buatan Keuntungan Biaya lebih murah
Dapat menjadi bagian dari estetika bangunan
Penghawaan dapat merata di setiap ruangan
Tingkat kelembaban dan suhu dapat dikontrol
Udara yang dialirkan dapat dibersihkan
Kerugian Penghawaan yang terjadi tidak dapat dikontrol
Penghawaan tidak merata pada setiap ruangan
Penghawaan bergantung pada iklim setempat
Biaya lebih mahal
Membutuhkan ruangan sebagai tempat mesin penghawaan Membutuhkan perawatan
Tabel 2.8 Perbandingan Penghawaan
Kenyamanan thermal secara alami dapat diperoleh dengan cara :
- Penggunaan sun screen dan shading
- Penggunaan kaca reflektif
- Penggunaan sistem kaca ganda
- Penggunaan air pendingin
- Penggunaan blower (roof fan) untuk mempercepat aliran udara.
Kenyamanan thermal secara buatan dapat diperoleh dengan cara :
- Penghawaan sistem AC Central
- Penghawaan sistem AC Packege (split)
Pencegah Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran terbagi dua jenis, yaitu :
- Pencegahan
- Smoke Detector
- Heat Detector
- Penanggulangan
- Sprinkler
- Fire Hydrant
- fire Extinguser
- Pilar Hydrant
Penyelamatan dengan menggunakan tangga kebakaran. Syarat tangga kebakaran
adalah:
- Terbuat dari bahan tahan api
- Terdapat penekanan asap
- Di lantai dasar langsung ke luar ke alam bebas
- Radius penempatan kira-kira 40 m
Sampah
Pengolahan sampah harus dilakukan secara baik dan benar agar tetap
menjaga kenyamanan di dalam bangunan. Sumber utama sampah berasal dari:
- Area kerja pengelola berupa kertas-kertas bekas
- Area pengunjung berupa bungkusan-bungkusan bekas makanan
- Area logistik yaitu dapur
Sampah akan dikumpulkan menurut jenisnya yaitu sampah kering, sampah basah, dan sampah berbahaya lainnya yang dapat mengandung zat-zat racun.
Penyediaan tong sampah dengan berbagai jenis akan mempermudah pengunjung
4.4 Kesimpulan
Judul proyek ini adalah Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo
Brayan. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, maka bangunan ini akan
menghasilkan design sebagai berikut :
Bangunan menggunakan tema neo – vernakular agar nilai budaya setempat dapat dikenal oleh pengunjung museum. Bentukan Massa akan
mengadopsi dari bentuk Tungku Masak Adat Batak Orientasi bangunan Balai Yasa
BAB V KONSEP
Pada Bab V ini menyajikan konsep dasar, konsep perancangan tapak,
konsep perancangan bangunan, konsep perancangan struktur bangunan, serta
konsep perancangan utilitas bangunan.
5.1 Konsep Massa
Bangunan Museum Sejarah Kota Medan yang dirancang mengambil
bentukan dasar dari segitiga dan juga tabung, berikut ini merupakan tahapan –
tahapan dari gubahan massa bangunan.
Gambar 5.1 Tahap Pertama Gubahan Massa
Bangunan mengambil bentukan segitiga dan lingkaran dengan
[image:42.612.213.441.323.447.2]mempertimbangkan bentukan site perancangan.
Bentukan selanjutnya mengambil bentukan daun tembakau yang
merupakan tanaman kebanggan Kota Deli pada jaman penjajahan hingga
sekarang.
Gambar 5.3 Tahap Ketiga Gubahan Massa
Tahap selanjutnya mengubah bentuk lingkaran menjadi bentukan dalihan
natolu (tungku memasak adat batak). Bentukan ini menyerupai bentuk tungku
karena bangunan mengambil tema neo vernakular yang mengadopsi budaya batak
dan melayu.
Gambar 5.4 Tahap Keempat Gubahan Massa
Tahap terakhir merupakan tahap penambahan ukiran – ukiran batak dan
melayu yang mempunyai makna tersirat. Ukiran – ukiran ini bertujuan agar
5.2 Konsep Perancangan Tapak
5.2.1 Konsep Matahari
Gambar 5.5 Konsep Matahari Keterangan :
Daerah terkena sinar matahari
Penggunaan skylight pada bangunan dapat memberikan pencahayaan
alami kepada bangunan. Konsep pencahayaan alami ini dapat menghemat
[image:44.612.138.525.167.429.2]5.2.2 Konsep Angin
Gambar 5.7 Konsep Angin Keterangan :
Jalur Sirkulasi Angin
Penggunaan void pada bangunan tower memberikan sirkulasi untuk angin
yang akan melintas di dalam bangunan. Sirkulasi angin ini merupakan sumber
penghawaan didalam bangunan untuk bagian koridor bangunan. Dengan adanya
sirkulasi yang tiada henti menyebabkan tidak terjadinya kelembaban pada
bangunan.
5.2.3 Konsep Kebisingan
Gambar 5.9 Penerapan Konsep Kebisingan
Perancangan landscape dapat membuffer sumber kebisingan yang berasal
5.3 Konsep Sirkulasi
Gambar 5.10 Konsep Sirkulasi Kendaraan
Keterangan :
Alur Sirkulasi Kendaraan Site
Lokasi site dapat dicapai melalui Jalan Yos Sudarso, dan keluar melalui
Jalan Pusaka. Hal ini dilakukan agar menghindari dampak kemacetan pada area
sekitar museum. Sirkulasi didalam site diatur untuk mengitari bangunan sehingga
5.4 Konsep Zoning Tapak
Salah satu faktor terbesar berkembangnya Kota Medan adalah Tembakau
Deli yang terkenal sangat baik kualitasnya. Konsep perancangan tapak didesain
berbentuk seperti bunga tembakau agar mengingatkan kembali sejarah
perkembangan Kota Medan. Taman Bunga dan rekreasi air juga terdapat didalam
[image:48.612.163.478.250.508.2]perancangan tapak agar dapat memanjakan pengunjung yang datang.
Gambar 5.11 Konsep Penzoningan
Keterangan :
: Ruang Terbuka Hijau
5.5 Konsep Tata Ruang Dalam
Gambar 5.12 Konsep Tata Ruang Dalam
Keterangan :
Zona Pengelola & Pendukung Museum
Zona Pameran Museum
Sirkulasi Museum
Lantai pertama museum merupakan zona pengelola dan pendukung
museum. Di lantai satu ini juga terdapat retail komersil yang digunakan sebagai
took souvenir maupun restoran. Lantai kedua hingga lantai keenam museum
5.6Konsep Penerapan Tema
Bangunan museum menggunakan tema Neo-Vernakular. Beberapa unsure
tema yang digunakan pada museum ini adalah bentukan museum yang
mengadopsi tungku memasak adat batak. Selain itu penggunaan ornament –
[image:50.612.142.497.215.653.2]ornament batak dan melayu juga melengkapi tema dari perancangan museum ini.
5.7 Konsep Utilitas 5.7.1. Konsep Air Bersih
Gambar 5.14 Konsep Skematik Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM yang kemudian masuk ke raw water
tank. Kemudian air mengalami proses penyaringan dan disimpan di ground water
tank. Air yang berada di ground water tank dipompa menuju roof water tank yang
kemudian akan disalurkan pada setiap lantai bangunan.
[image:51.612.138.499.179.313.2]5.7.2. Konsep Air Kotor
Gambar 5.15 Konsep Skematik Air Kotor
Limbah kotor yang berasal dari bangunan terbagi menjadi dua jenis, yaitu
limbah cair dan padat. Limbah cair yang berasal dari setiap lantai bangunan akan
kemudian menuju riol kota. Sedangkan limbah padat yang berasal dari tiap lantai
akan disalurkan ke pembuangan akhir melalui shaft kemudian masuk ke
septictank ( proses pemisahan padat dan cair ) sampai akhirnya menuju riol kota.
5.7.3 Konsep Elektrikal
Gambar 5.16 Konsep Skematik Listrik
Sumber listrik pada bangunan berasal dari PLN kemudian masuk ke
MVSB dimana aliran listrik masih bertegangan tinggi. Listrik kemudian
disalurkan menuju trafo yang mengubah tegangan tinggi ke tegangan rendah.
Setelah aliran listrik dalam tegangan rendah, listrik dialirkan ke setiap lantai
bangunan melalui mesin pompa.
5.7.4. Konsep Penghawaan
AC ( Air Conditioning ) atau sistem tata udara pada bangunan
menggunakan AC FCU dimana air berasal dari PDAM kemudian masuk ke
ground water tank setelah itu menuju ke chiller dimana chiller merupakan sebuah
mesin refrigerasi yang berfungsi mendinginkan air pada sisi evaporatornya setelah
itu air dipompa menuju cooling tower yang berfungsi untuk mendinginkan air
yang dipakai pendinginan condenssor chiller dengan cara melewati air panas pada
filamen didalam cooling tower yang dihembus oleh udara sekitar dengan blower
yang suhunya lebih rendah, kemudian udara masuk ke FCU dimana FCU ialah
mesin penukar kalor, dimana udara panas dari ruangan dihembuskan melewati
coil pendingin di dalam FCU sehingga menjadi udara dingin yang selanjutnya
didistribusikan ke ruangan.
5.7.5. Konsep Telepon
Gambar 5.18 Konsep Skematik Telepon
Sumber utama berasal dari telkom kemudian masuk ke PABX dan
diteruskan ke MDF telepon yang akan disalurkan ke CTBT telepon yang berada di
5.7.6. Konsep Pemadam Kebakaran
Gambar 5.19 Konsep Skematik Pemadam Kebakaran
Sprinkler merupakan salah satu elemen antisipasi kebakaran pada
bangunan. Air yang keluar dari sprinkler merupakan air yang berasal dari PDAM
kemudian masuk menuju penampungan ( ground water tank ) setelah itu air
dipompa menuju pipa tegak yang berada di setiap lantai bangunan yang akan
1.6Konsep Struktur
Gambar 5.20 Konsep Struktur
Struktur merupakan bagian penting dari perancangan museum ini.
Museum ini mengambil system struktur jenis Rigid Frame. Dimana struktur ini
bertumpu pada balok dan juga kolom bangunan. Museum ini juga menggunakan
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
Perjalanan akhirnya sampai di titik puncaknya. Langkah demi langkah
yang dijalani akhirnya dapat membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Proses
perancangan yang selama ini dilalui telah selesai dan akan menjadi kebanggan
yang tak ternilai harganya. Berikut ini merupakan gambaran hasil dari
perancangan.
[image:56.612.139.486.292.557.2] Masterplan Kawasan
Gambar 6.1 Masterplan Green Deli Oasis (Sumber : Data Pribadi)
Peta Situasi/Tapak (Lampiran) Rancangan Tapak (Lampiran) Rancangan Arsitektur (Lampiran)
Perspektif Suasana BangunanGambar 6.2 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 1 (Sumber : Data Pribadi)
[image:57.612.134.493.393.602.2]Gambar 6.4 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 3 (Sumber : Data Pribadi)
[image:58.612.135.498.370.577.2]Gambar 6.6 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 5 (Sumber : Data Pribadi)
[image:59.612.135.508.374.584.2]
Perspektif Interior BangunanGambar 6.11 Suasana Interior Ruang Audio Visual (Sumber : Data Pribadi)
Maket PerancanganGambar 6.13 Maket Green Deli Oasis (Sumber : Data Pribadi)
[image:64.612.136.510.406.622.2]Gambar 6.15 Maket Museum Medan Heritage 2 (Sumber : Data Pribadi)
[image:65.612.136.510.372.589.2]KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam proses perancangan
kawasan “Green Deli Oasis” yang terletak di Pulo Brayan Bengkel Medan dan
perancangan Museum Sejarah Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. “Green Deli Oasis” akan membangkitkan kembali nilai – nilai sejarah yang telah terkubur di kawasan Pulo Brayan.
2. “Green Deli Oasis” akan menjadi suatu kawasan di Kota Medan yang dapat menjadi kebanggaan dan daya tarik bagi kota ini.
3. “Green Deli Oasis” akan menyediakan fasilitas – fasilitas yang bermanfaat bagi penduduk kota, terutama untuk ruang terbuka hijau yang
keberadaannya sangat minim di Kota Medan bagian utara.
4. Museum Sejarah Kota Medan akan menjadi destinasi utama wisata pendidikan.
5. Museum Sejarah Kota Medan akan menjadi sarana pendidikan sejarah bagi penduduk yang berasal dari dalam maupun luar kota.
6. Museum Sejarah Kota Medan akan menyediakan rekreasi indoor dan outdoor yang dapat membuat pengunjung mengenang peristiwa penting
yang telah terjadi di masa lalu.
7. Bangunan memakai tema Neo-Vernakular yang berfungsi untuk mengangkat nilai budaya lokal menjadi suatu kebanggaan bagi Kota
Medan.
8. Bangunan mengadopsi bentuk “Dalihan Natolu” yaitu tungku memasak adat batak yang mempunyai tiga kaki. Filosofi ini mengandung makna
keharmonisan kekeluargaan yang melambangkan Kota Medan.
9. Motif “Itik Pulang Petang” diterapkan kedalam perancangan museum dan memiliki makna kekeluargaan dan kebersamaan yang menggambarkan
penduduk Kota Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di
Kawasan Pulo Brayan.
Menurut Internasional Council of Museum (ICOM)3, Museum adalah
lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk mengumpulkan,
melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah
kemanusiaan yang berwujud benda dan takbenda beserta lingkungannya, untuk
tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.
Pengertian Sejarah4 adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang
peristiwa masa lampau dalam kehidupan manusia yang benar-benar terjadi dan
disusun secara sistematis dan kronologis
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga
di Indonesia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Museum Sejarah Kota
Medan adalah suatu bangunan umum yang memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai nilai – nilai sejarah yang ada di Kota Medan.
2.2 Lokasi
Lokasi Perancangan Museum Sejarah Kota Medan berada di kawasan Pulo
Brayan, Kota Medan, Sumatera Utara. Di sekitar kawasan terdapat jajaran rumah
toko, rumah tinggal, sungai deli, rumah sakit, dll. Lokasi ini juga memiliki banyak
fasilitas peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda
Judul Proyek : Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan
Pulo Brayan
Tema Proyek : Arsitektur Neo - Vernakular
Lokasi Proyek : Pulo Brayan
Luas Site :±90 Ha
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Syarat lokasi strategis berdirinya museum adalah sebagai berikut5 : Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk
masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan
masyarakat umu lainnya.
Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen iklim yang
berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidaknya
harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65 %.
Alternatif 1
Lokasi lahan : Jalan Pertama
Orientasi site : menghadap ke Barat (menghadap ke Balai Yasa)
Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Yos Sudarso
Luas site : +/- 2 Ha
Batas – batas lahan :
Utara : Perumahan penduduk Selatan : Perumahan penduduk Timur : Perumahan penduduk Barat : Balai yasa
Alternatif 2
Lokasi lahan : Jalan Cemara
Orientasi site : menghadap ke Selatan (menghadap jalan Cemara)
Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Cemara
Luas site : +/- 2 Ha
Batas – batas lahan :
Utara : Perumahan Penduduk Selatan : Bangunan Komersil Timur : Perumahan Penduduk Barat : Perumahan penduduk
Gambar 2.3 Lokasi Site di Jalan Cemara
Alternatif 3
Lokasi lahan : Jalan Bengkel
Orientasi site : menghadap ke Timur (menghadap jalan Bengkel)
Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Bengkel
Luas site : +/- 2 Ha
Batas – batas lahan :
No. Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Nilai Nilai Nilai
1. Jarak lokasi dari Stasiun 4 2 2
2. Kontur/topografi lokasi 4 4 4
3. Kondisi jalan 4 4 3
4. Tingkat kenyamanan 3 3 4
5. Aksesibilitas : Kendaraan pribadi Transportasi umum Pejalan kaki
4 4 4 4 4 3 3 2 2 6. Fasilitas pendukung :
Tempat ibadah Sarana pendidikan Rumah sakit Pusat perbelanjaan Permukiman 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 3 4
7. Tingkat kemacetan 3 3 4
8. Tingkat polusi : Polusi suara Polusi udara Polusi sampah
3 3 3 3 3 3 4 4 3
9. Ketersediaan air bersih 4 4 4
10. Ketersediaan jaringan listrik dan telepon
4 4 4
11. Lokasi yang aman dari bencana alam dan banjir
4 4 4
12. Kesesuaian dengan RUTRK dan RTRW Kota Medan
4 3 3
Total Penilaian 73 68 67
4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Tidak Baik
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Nilai Lokasi
Berdasarkan hasil penilaian dari tabel di atas, maka lokasi site yang paling
sesuai adalah di jalan Pertama. Pemilihan lokasi di jalan ini dikarenakan lokasi
2.2.1.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Dalam pemilihan lokasi perancangan Museum Sejarah Kota Medan, perlu
untuk memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK).
Fungsi perancangan harus sesuai dengan lokasi yang terdapat di dalam kebijakan
pemerintah. Rencana Kawasan menurut Mebidangro :
No Kawasan Pusat Kegiatan
1 Kawasan Perkotaan Inti Medan
a. Pusat pemerintahan provinsi;
b. Pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan;
c. Pusat perdagangan dan jasa skala internasiona, nasional
dan regional;
d. Pusat pelayanan pendidikan tinggi
e. Pusat pelayanan olah raga skala internasional, nasional
dan regional;
f. Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional
dan regional;
g. Pusat kegiatan industri kreatif
h. Pusat kegiatan industri manufaktur;
i. Pusat kegiatan industri hilir pengelolaan hasil sektor
unggulan perkebunan, perikanan dan kehutanan;
j. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang
dan angkutan barang regional;
k. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan
nasional;
l. Pusat pelayanan transportasi udara internasional dan
nasional;
m.Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
n. Pusat kegiatan pariwisata; dan
o. Pusat kegiatan pertemuan, pameran dan sosial budaya.
Berdasarkan Buku Mebidangro, terdapat beberapa fungsi pusat kegiatan yang dibutuhkan di kawasan perkotaan inti medan, yaitu Pusat kegiatan
pariwisata, pameran dan sosial budaya. Oleh karena itu fungsi bangunan museum
sudah sesuai dengan kegiatan tersebut. Sasaran peuntukan menurut RUTRK :
WPP Cakupan Kecamatan Pusat
Pengembangan
Sasaran Peruntukan
A 1. Kec. Medan Belawan
2. Kec. Medan Marelan 3. Kec. Medan Labuhan
Belawan Pelabuhan, industri, pemukiman,
rekreasi, maritim, usaha kegiatan
pembangunan jalan baru,
jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan.
B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran,
perdagangan, rekreasi indoor,
pemukiman, pembangunan jalan
baru, jaringan air minum,
pembuangan sampah dan sarana pendidikan.
C 1. Kec. Medan Timur 2. Kec. Medan Perjuangan 3. Kec. Medan Tembung 4. Kec. Medan Area 5. Kec. Medan Denai 6. Kec. Medan Amplas
Aksara Pemukiman, perdagangan dan
rekreasi, kegiatan pembangunan sambungan air minum, septic
tank, jalan baru, rumah
permanen, serta pendidikan
kesehatan.
D 1. Kec. Medan Johor
2. Kec. Medan Kota 3. Kec. Medan Baru 4. Kec. Medan Maimoon 5. Kec. Medan Polonia
Inti Kota Kawasan perdagangan,
perkantoran, rekreasi indoor dan
pemukiman, dengan program
kegiatan pembangunan
perumahan permanen,
penanganan sampah dan sarana pendidikan.
E 1. Kec. Medan Barat 2. Kec. Medan Petisah 3. Kec. Medan Sunggal 4. Kec. Medan Selayang 5. Kec. Medan Tuntungan
Sei Sikambing Kawasan pemukiman,
perdagangan dan rekreasi,
dengan program kegiatan
pembangunan sambungan air
minum, septick tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan kesehatan. Tabel 2.3 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan
Menurut RUTRK, daerah kecamatan Medan Barat diperuntukkan untuk
perdagangan dan rekreasi. Fungsi Museum sudah sesuai dengan RUTRK yaitu
untuk rekreasi.
2.2.1.2 Pencapaian
Bangunan museum merupakan sebuah bangunan rekreasi yang bertujuan
untuk mendatangkan banyak pengunjung. Untuk itu harus diperhatikan beberapa
hal untuk pencapaian, antara lain :
Berada di lokasi strategis yang dapat diakses banyak jalan, karena
museum merupakan bangunan publik yang diperuntukkan bagi
masyarakat.
Dapat dicapai melalui berbagai jenis kendaraan, baik itu kendaraan
pribadi maupun kendaraan umum. Oleh karena itu diperlukan halte
maupun stasiun yang berada di dekat lokasi
Sangat diprioritaskan untuk dapat dicapai dengan berjalan kaki, oleh
Kuala Namu 45 menit
Tol Belmera 15 menit Tanjung Morawa 45
menit
Pusat Kota 15 menit Belawan 30 menit
Binjai 50 menit Berastagi 2 jam 15 menit
Diagram 2.1 Pencapaian Lokasi site
2.2.1.3 Area Pelayanan
Area Pelayanan Museum Sejarah Kota Medan mencakup seluruh Kota
Medan terutama di kawasan Pulo Brayan yang meliputi Kecamatan Medan Timur,
Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli. Lokasi
2.2.1.4 Persyaratan Lain
Lokasi site adalah lahan kosong sehingga tidak diperlukan pembebasan
lahan. Lokasi memiliki nilai lahan yang tinggi dan terletak pada posisi strategis,
yaitu berada di jalur penghubung Kota Belawan dan Kota Medan. Lokasi juga
berada di kawasan bersejarah Pulo Brayan yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Pemilihan lokasi disesuaikan dengan peraturan tata ruang kota yang sudah
ditetapkan.
2.2.2 Deskripsi Kondisi Existing Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Kondisi existing tapak rancangan pada saat sekarang ini merupakan lahan
kosong.
Luas Lahan : 15.000 m2 atau 1,5 Ha
Kontur : Kondisi lahan relative datar dan tidak berkontur
KLB : 5
KDB : 50% - 75%
GSB : (1/2n) + 1 (n = lebar jalan) Ketinggian bangunan : -
Pemilik : -
Bangunan existing : Perumahan Penduduk
Keistimewaan site : - Site berada di dekat Balai Yasa
-Site merupakan kawasan Transit Oriented
Development (TOD).
-Kawasan di sekitar site memiliki nilai
sejarah tinggi.
2.3 Tinjauan Umum Proyek
2.3.1 Perkembangan Kota
Perjalanan sudah menemukan titik terang lokasi dimana harta karun
berada. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah melihat garis besar yang ada di
dalam peta. Garis besar ini merupakan petunjuk penting dalam menemukan harta
tersebut.
Pada perkembangannya Kota Medan dikembangkan menjadi kawasan
Metropolitan Mebidangro yang meiliki integrasi satu kawasan dengan kawasan
lainnya. Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro
sebagai Pusat Kegiatan Nasoinal (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan
Mebidangro yang berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara memiliki kedudukan
strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional
Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Poin penting ini menjadi landasan utama bagi
pengembangan Metropolitan Mebidangro untuk menjadi pusat pelayanan kegiatan
ekonomi regional tersebut. Selain itu, kawasan Metropolitan Mebidangro
diharapkan mampu memberikan pelayanan yang prima untuk penduduk
Metropolitan Mebidangro.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Perencanaan
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo,
menyatakan bahwa penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro bertujuan
untuk mewujudkan :
Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing secara internasional dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan
nasional di bagian utara Pulau Sumatera.
Lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan DAS (daerah aliran sungai).
Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Khusus pada kawasan Medan Timur dikhususkan untuk menjadi pusat
beberapa kegiatan, diantaranya :
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis, Pusat pelayanan transportasi (TOD), Pusat kegiatan sosial-budaya.
Pada bagian Utara Kecamatan Medan Timura terdapat satu potensi yang
menjadi salah satu pengembangan Metropolitan Mebidangro, yaitu Stasiun KA
Pulo Brayan kota Medan dan lingkungan sekitar Stasiun KA yang memiliki nilai
heritage, dengan elemen-elemen ruang yang dikembangkan adalah :
Pusat komersial pelayanan Medan Timur sekaligus Medan bagian utara Jasa perhotelan, perkantoran.
Pusat pelayanan transportasi (Stasiun KA Pulo Brayan). Ruang Terbuka Hijau Taman Kota.
2.3.2 Kebijakan Pembangunan
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Medan mencerminkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, antar kecamatan, dan antar pemangku kepentingan.
Tujuan penataan ruang Kota Medan pada masa yang akan datang tidak akan
terlepas dari peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih
luas. Untuk mendukung pengembangan peran dan fungsi Kota Medan sebagai
Pusat Kegiatan Nasional, serta tanggap dengan dinamika perkembangan dan
permasalahan Kota Medan saat ini, maka kebijakan dan strategi pengembangan
Kota Medan yang akan dituju, adalah:
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028
Terwujudnya pemanfaatan ruang Kota Medan yang sesuai dengan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kota
Metropolitan serta tanggap terhadap dinamika perkembangan kota yang
pesat;
Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di kawasan utara dan pusat kota yang diperkirakan mempunyai
skala pelayanan lokal, regional dan Internasional, sehingga diharapkan
terbina hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan antar
kawasan utara Medan dengan kawasan pusat Kota maupun daerah
belakangnya;
Penataan Ruang Kota Medan harus berwawasan lingkungan dengan mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan yang tepat
dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses perencanaan dan implementasinya;
Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memadai;
Melindungi kawasan sosial-budaya (bersejarah) yang merefleksikan elemen-elemen dari unit historis, sejarah pembangunan kota, arsitektur,
aerkeologi, teknologi dan budaya melalui pelestarian kawasan
Gambar 2.6 Peta Pola Ruang Kecamatan Medan Timur (Sumber : RUTRK)
2.3.3 Deskripsi Proyek
Museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004)
adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat,
menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan
lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.
Peruntukkan lahan pada kawasan perancangan adalah
bangunan fungsi campuran, transportasi, perumahatan, komersil dan ruang
Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada
9, yaitu sebagai berikut :
Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
Konservasi dan preservasi.
Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.
Visualisasi warisan budaya dan alam.
Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.
Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara,
menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan
kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan
bukti-bukti nyata berupa benda-benda- dari manusia dan lingkungannya.
Kawasan Pulo Brayan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Akan tetapi
banyak masyarakat yang belum mengetahui nilai sejarah yang dikandung kawasan
ini. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan suatu museum yang dapat
memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya sejarah yang dimiliki
Kota Medan.
Selain itu, fungsi museum di kawasan Pulo Brayan ini juga sebagai
penunjang konsep urban renewal kawasan yang dapat menjadi daya tarik
2.3.4 Klasifikasi Museum
Berdasarkan (Pasal 2 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
No.KM.33/PL.303/MKP/2004), museum dibedakan berdasarkan koleksi yang
disimpan menjadi museum umum dan museum khusus.
Museum Umum ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai
cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah
Museum Nasional di Jakart yang koleksinya mencakup kekayaan budaya
dari seluruh pelosok Indonesia.
Museum Khusus ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang
seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus
adalah Museum IPTEK, Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum
Reptil, Museum Air Tawar, dan berbagai museum lainnya di Taman Mini
Indonesia Indah yang koleksinya terbatas pada tema tertentu.
Berdasarkan (Sutaarga, 1999), klasifikasi museum dapat ditinjau dari
beberapa sudut pandang, antara lain :
Berdasarkan status hukum dan kepemilikannya, museum dapat dibagi menjadi :
a. Museum dengan status kepemilikan pemerintah
b. Museum dengan status kepemilikan swasta
Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugas dan status hukum pendirian serta tujuan penyelenggaraan (kedudukannya), museum dapat dibagi
menjadi tiga yaitu :
a. Museum Nasional
b. Museum Lokal :
- Museum Provinsi
-Museum Kabupaten
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan
Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah gambaran umum mengenai pengguna
dan aktivitasnya yang terjadi didalam bangunan. Pelaku dan pengguna museum
sejarah dan seni ini adalah : Pengunjung
Merupakan pengunjung dari Museum Sejarah Kota Medan. Pengunjung
ini dapat dari berbagai kalangan. Pengelola
Merupakan pengelola dari Museum Sejarah Kota Medan Peneliti
Merupakan Peneliti benda – benda bersejarah yang akan di pajang di
dalam museum. Service
Merupakan pegawai servis dari Museum Sejarah Kota Medan.
Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh
pelaku kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah : Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan. Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).
Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.
Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama
sebagai fasilitas tambahan. Beberapa kegiatan pendukung: Souvenir dan Reatil
2.4.2 Deskripsi Perilaku Pengunjung
Diagram 2.2 Perilaku Pengunjung Pengelola
Diagram 2.3 Perilaku Pengelola
TICKETING PARKIR
ENTRANCE
LOBBY TANGGA
HALL
TOILET
SOUVENIR
CAFE FOOD
GALERI
KANTOR PARKIR
ENTRANCE
TOILET
RUANG PERTEMUAN
TAMAN
CAFE FOOD
PULANG TAMAN
Servis
Diagram 2.4 Perilaku Pengelola
2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Museum merupakan bangunan publik. Oleh karena itu luasan museum
diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut. Pendistribusian luas areal
museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata, dimana luas areal
untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran.
Populasi Total Luas Areal Museum (m2 )
10.000 650 – 1300
25.000 1115 – 2230
50.000 1800 – 3600
100.000 2700 – 5500
250.000 4830 – 9800
500.000 7600 – 15.000
> 1.000.000 12.000 – 23.500
Tabel 2.4 Standard Luasan Museum
LOBBY PARKIR
ENTRANCE
TOILET
RUANG ALAT
GUDANG DAPUR
TAMAN
Dalam perancangan museum, harus dipikirkan pembagian ruang, jumlah
ruang, ukuran ruang, faktor elemen iklim, sirkulasi udara yang baik, juga masalah
sistem penggunaan cahaya. Persyaratan minimal bangunan terdiri dari dua
komponen yaitu bangunan pokok dan penunjang. Secara umum gedung museum
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Bangunan dikelompokkan berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, ketenangan dan keramaian serta keamanan.
Pintu masuk dibedakan atas pintu masuk utama dan pintu masuk khusus. Area publik terdiri dari bangunan umum (pameran tetap dan temporer)
serta bangunan auditorium meliputi seluruh ruang pendukungnya.
Ar