• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Jenis Kelamin, Usia, Latar Belakang Pendidikan, dan Durasi Penyakit terhadap Fungsi Kognitif pada Pasien Skizofrenik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Jenis Kelamin, Usia, Latar Belakang Pendidikan, dan Durasi Penyakit terhadap Fungsi Kognitif pada Pasien Skizofrenik"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN JENIS KELAMIN, USIA, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, DAN DURASI PENYAKIT TERHADAP FUNGSI KOGNITIF

PADA PASIEN SKIZOFRENIK

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa/ M. Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

MUSTAFA M. AMIN 117041105/ IKJ

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Tesis

:Gambaran Jenis Kelamin, Usia, Latar Belakang

Pendidikan, dan Durasi Penyakit terhadap Fungsi

Kognitif pada Pasien Skizofrenik

Nama Mahasiswa

:Mustafa M. Amin

Nomor Pokok

:117041135

Program Studi

:Magister Kedokteran Klinik

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof.dr. Bahagia Loebis, SpKJ(K) (

Ketua

Anggota

dr. Dapot P. Gultom, SpKJ, M.Kes)

Ketua Program Studi,

Dekan,

(Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K))

(

Prof. dr. Gontar Siregar, SpPD-KGEH)

(3)

Telah diuji pada Tanggal: 16 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ(K)

Anggota

: dr. Dapot P. Gultom, Sp. KJ

dr. Harun T. Parinduri, Sp. KJ(K)

Prof. dr. M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ(K)

dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat Rida dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik-Ilmu Kedokteran Jiwa. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“Gambaran Jenis Kelamin, Usia, Latar Belakang Pendidikan, Dan Durasi Penyakit Terhadap Fungsi Kognitif

Pada Pasien Skizofrenik ”

Dengan selesainya laporan penelitian, perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua Program Magister Kedokteran Klinik dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik-Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ (K), sebagai pembimbing dan guru besar di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan guru penulis yang telah banyak membimbing, memberikan pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan memberikan buku-buku bacaan yang berharga selama penulis menyelesaikan tesis dan mengikuti pendidikan magister, baik dalam pertemuan formal maupun informal.

3. dr. Elmeida Effendy, Sp. KJ , sebagai Ketua Program Studi PPDS I Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

(5)

5. Teman-teman sesama staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Vita Camellia, Sp. KJ, dr. M. Surya Husada, Sp. KJ, dr. Dessy Mawar Zalia, dr. Dapot P. Gultom, Sp. KJ; dr. Vera RB. Marpaung, Sp. KJ; dr. Juskitar, Sp. KJ; dr. Herlina G, Sp. KJ; dr. Mawar G. Tarigan, Sp. KJ; dr. Freddy SN, Sp. KJ, dan dr. Machnizar S, Sp. KJ.

6. Direktur BLUD RSJ Propinsi Sumatera Utara, yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes, sebagai konsultan statistik dalam penelitian ini, yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.

8. Teman-teman sejawat peserta PPDS I Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : dr. Baginda Harahap, M. Ked (KJ), dr. Wijaya Taufik Tiji, M. Ked (KJ), dr. Alfi Syahri R, M. Ked (KJ), dr. Nanda Sari N, M. Ked (KJ), dan dr. Nazli Mahdinasari Nasution.

9. Kedua orang-tua penulis yang sangat penulis hormati dan cintai : Alm. dr. Gading Hakim, Sp. KJ dan Almh. Harbiah Kabidoen atas kasih sayang sejak dari lahir hingga keduanya meninggal dunia. Demikian juga kepada kakak-kakak dan abang-abang : dra. Armi Khairiana; dr. Tapi Harlina, MHA dan drs. H. Ilham Akbar S; MUQ. Fansuri, SE dan Chairiana Lubis, SE; drg. Chairunnisa, MHA dan dr. Mirvan Diza, MHA; Ahmad Maulana, S. Sos dan Verla Gisela Buchari beserta seluruh keponakan atas dorongan semangat dan doa-doa kalian.

10. Kepada mertua : Alm. Anwar Usman, B. Sc dan Suryati Asjek, yang penulis hormati dan sayangi, abang-abang dan kakak ipar : Ikrama Anwar, S. Sos, M. Hum dan Dedes Rahayu, SE; Fahmi Anwar, SE dan Cut Kartika Dewi, SE; Irfan Anwar, SE dan seluruh keponakan yang telah banyak memberikan dorongan semangat serta doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

(6)

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan bermohon semoga Allaah SWT memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2012

(7)

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan...ii

Ucapan terima kasih...iv

Daftar isi...vii

Daftar tabel...ix

Daftar singkatan...x

Daftar lampiran...xi

Abstrak...xii

Bab I Pendahuluan...1

I.1. Latar belakang...1

I.2. Rumusan masalah...3

I.3. Tujuan penelitian...4

I.4. Manfaat penelitian...4

Bab II Tinjauan pustaka...5

II.1. Kognitif pada pasien skizofrenik...5

II.2.

Mini-mental state exam

...7

Kerangka konsep...8

Bab III Metode penelitian...9

Bab IV Hasil...12

IV.1. Karakteristik sampel penelitian...12

IV.2. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik...13

IV.3. Sebaran jenis kelamin pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif...14

IV.4. Sebaran usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif...15

IV.5. Sebaran latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap fungsi

kognitif...15

IV.6. Sebaran durasi penyakit pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif...16

Bab V Pembahasan...17

Bab VI Kesimpulan dan saran...19

(8)

VI.2. Saran...19

Daftar rujukan...20

Lampiran I...23

Lampiran II...25

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, dan durasi penyakit.12

Tabel 2. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik...13

Tabel 3. Orientasi waktu pada pasien skizofrenik...13

Tabel 4. Orientasi tempat pada pasien skizofrenik...13

Tabel 5. Atensi dan kalkulasi pada pasien skizofrenik...14

Tabel 6. Sebaran jenis kelamin pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif...14

Tabel 7. Sebaran usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif...15

Tabel 8. Sebaran latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif...15

(10)

DAFTAR SINGKATAN

GABA

:

γ

-amino butyric acid

MMSE

:

Mini-mental state exam

NMDA

:

N-methyl-D-aspartate

SD

: sekolah dasar

SMTP

: sekolah menengah tingkat pertama

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Mini-mental state exam

...23

Lampiran 2.

Ethical clearance

...25

(12)

ABSTRAK

Latar belakang: skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang pada penelitian

sebelumnya orang yang menderitanya diindikasikan mengalami hendaya kognitif.

Selama ini diterima bahwa kemampuan kognitif yang abnormal dan inadekuat

merupakan karakteristik dari pasien-pasien skizofrenik.

Metode: penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi potong lintang, teknik

pengambilan sampel adalah

non probability sampling

yaitu

consecutive sampling

,

dimana pasien skizofrenik sejumlah 200 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi akan di wawancarai dengan

mini-mental state exam

(MMSE) dan

selanjutnya nilai MMSE akan di interpretasi untuk emngetahui fungsi kognitif dari

pasien tersebut.

Hasil: subjek yang terbanyak adalah pria yaitu 62,5%, rentang usia 25-34 tahun yaitu

46%, latar belakang pendidikan sekolah menengah tingkat atas yaitu 55,5%, dan

durasi penyakitnya >1 tahun yaitu 64,0%. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik

yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 56,5%. Dari jenis kelamin

pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pria terbanyak

mengalami

probable

gangguan kognitif yaitu 35,5% dan wanita terbanyak

mengalami

probable

gangguan kognitif yaitu 21,0%. Dari usia pasien skizofrenik

terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pada kelompok usia 15-24 tahun yang

terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 4,5%, pada kelompok usia 25-34

tahun yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 30,0%, pada

kelompok usia 35-44 tahun yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu

14,5%, dan pada kelompok usia 45-55 tahun yang terbanyak juga

probable

gangguan kognitif yaitu 7,5%, latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap

fungsi kognitif pada latar belakang pendidikan SD yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 4,5%, SMTP yang terbanyak adalah

probable

gangguan

kognitif yaitu 16%, SMTA yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif, namun

Diploma dan Sarjana yang terbanyak adalah normal yaitu 6,5%, dan durasi penyakit

pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif pada durasi penyakit pasien skizofrenik

≤1 tahun yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 23,5%, dan pada

durasi penyakit >1 tahun yang terbanyak juga

probable

gangguan kognitif yaitu 33%.

Kesimpulan: Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 56,5%.

(13)

ABSTRAK

Latar belakang: skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang pada penelitian

sebelumnya orang yang menderitanya diindikasikan mengalami hendaya kognitif.

Selama ini diterima bahwa kemampuan kognitif yang abnormal dan inadekuat

merupakan karakteristik dari pasien-pasien skizofrenik.

Metode: penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi potong lintang, teknik

pengambilan sampel adalah

non probability sampling

yaitu

consecutive sampling

,

dimana pasien skizofrenik sejumlah 200 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi akan di wawancarai dengan

mini-mental state exam

(MMSE) dan

selanjutnya nilai MMSE akan di interpretasi untuk emngetahui fungsi kognitif dari

pasien tersebut.

Hasil: subjek yang terbanyak adalah pria yaitu 62,5%, rentang usia 25-34 tahun yaitu

46%, latar belakang pendidikan sekolah menengah tingkat atas yaitu 55,5%, dan

durasi penyakitnya >1 tahun yaitu 64,0%. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik

yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 56,5%. Dari jenis kelamin

pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pria terbanyak

mengalami

probable

gangguan kognitif yaitu 35,5% dan wanita terbanyak

mengalami

probable

gangguan kognitif yaitu 21,0%. Dari usia pasien skizofrenik

terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pada kelompok usia 15-24 tahun yang

terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 4,5%, pada kelompok usia 25-34

tahun yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 30,0%, pada

kelompok usia 35-44 tahun yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu

14,5%, dan pada kelompok usia 45-55 tahun yang terbanyak juga

probable

gangguan kognitif yaitu 7,5%, latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap

fungsi kognitif pada latar belakang pendidikan SD yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 4,5%, SMTP yang terbanyak adalah

probable

gangguan

kognitif yaitu 16%, SMTA yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif, namun

Diploma dan Sarjana yang terbanyak adalah normal yaitu 6,5%, dan durasi penyakit

pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif pada durasi penyakit pasien skizofrenik

≤1 tahun yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 23,5%, dan pada

durasi penyakit >1 tahun yang terbanyak juga

probable

gangguan kognitif yaitu 33%.

Kesimpulan: Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik yang terbanyak adalah

probable

gangguan kognitif yaitu 56,5%.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Suatu gangguan yang berkaitan dengan demensia di definisikan sebagai suatu penyakit yang menghasilkan kehilangan progresif dan bertahap dari fungsi kognitif. Terlepas dari penelitian-penelitian yang telah berlangsung lebih satu dekade, kontroversi mengelilingi masalah demensia pada skizofrenia. Pada abad yang telah lewat, kebanyakan penelitian telah mengindikasikan bahwa pasien dengan skizofrenia menderita hendaya kognitif.1 Cameron pada tahun 1938 dan 1939 dan Goldstein pada tahun 1939 seperti yang dikutip Marshall tahun 1973,2

Goldberg et al,

melaporkan bahwa telah lama diterima kemampuan kognitif abnormal dan inadekuat merupakan karakteristik dari pasien-pasien yang digambarkan sebagai skizofrenik.

3

Hyde et al,

pada tahun 1988 melakukan penelitian terhadap 39 pasien skizofrenik dengan umur rerata 35 tahun dan membagi pasien tersebut kepada 3 klasifikasi: berorientasi usia, berdisorientasi usia, dan waham usia. Mereka melakukan penapisan orientasi dan kognitif, mini-mental state exam (MMSE), dan pemindaian computerized tomography kepala untuk setiap pasien. Mereka menjumpai skor MMSE untuk kelompok berorientasi usia (n=31) adalah 23,4±2,7, untuk kelompok berdisorientasi usia (n=6) adalah 12,7±6,6, dan kelompok waham usia (n=2) adalah 25±2,8.

1

Harvey et al,

menggunakan MMSE, List Learning, Dementia Rating Scale, Semantic Fluency, Boston Naming, dan Wisconsin Card Sorting Test untuk melaksanakan penelitian potong lintang dari pasien dengan skizofrenia kronik, berusia 18 hingga 69 tahun, mereka menjumpai tidak ada bukti dari percepatan penurunan intelektual, dan tidak ada perbedaan signifikan dijumpai di antara lima kelompok usia (18-29, 30-39, 40-49, 50-59, dan 60-69 tahun) pada pemeriksaan MMSE, Dementia Rating Scale, atau uji lain yang sensitif terhadap demensia. Sementara kemampuan mereka pada Boston Naming Test menurun secara signifikan menurun seiring usianya, hal ini terutama karena usia daripada durasi penyakitnya. Skor MMSE antara 28 hingga 26.

4

(15)

pengamatan tahun pertama dan tahun kedua meskipun faktanya kebanyakan pasien-pasien ini memiliki skor yang rendah saat penilaian awalnya.

Kelly et al,5

Perlick et al, Hoff et al, Andreasen, Josiassen et al, dan Lewine et al seperti yang dikutip oleh Moriarty et al,

melakukan survei pada 182 pasien dengan skizofrenia. Mereka menggunakan 5 pengukuran kognitif: National Adult Reading Test, MMSE, Rivermead Behavioral Memory Test, Executive Interview, Initial Letter Verbal Fluency Test. Hasil pada MMSE, dijumpai 15% pasien menunjukkan hendaya kognitif.

6

melaporkan bahwa saat digunakan Dementia Rating Scale

sebagai suatu pengukuran dependen, subjek skizofrenia wanita menunjukan hendaya yang lebih besar pada perhatian dan konseptualisasi daripada subjek pria. Beberapa penelitian menemukan bahwa subjek skizofrenia pria lebih berhendaya pada uji neuropsikologik pembelajaran verbal dan kelancaran verbal, dan juga lebih memiliki abnormalitas pada struktur otak. Dan, dilaporkan bahwa terdapat interaksi antara jenis kelamin dan awitan usia pada hendaya neurokognitif. Diantara pasien dengan awitan awal, pria lebih berhendaya, sementara di antara pasien awitan lanjut, wanita lebih berhendaya. Moriarty et al,6

Friedman et al,

yang melakukan investigasi perbedaan geriatrik terhadap pasien skizofrenia dengan luaran yang jelek, membandingkannya berdasarkan jenis kelamin pada gejala-gejala klinik dan fungsi kognitif, dengan menggunakan Consortium to Establish a Registry for Alzheimer’s Disease

dan MMSE, mendapatkan hasil bahwa pasien pria dan wanita menunjukkan kemampuan yang sama, dan tidak terdapat perbedaan dari diantara kelompoknya (p>0,10).

7

Camozzato dan Chaves,

melakukan kelompok penelitian kohort dari pasien-pasien skizofrenia dengan memasukkan 57 dari 308 pasien geriatrik (di atas usia 65 tahun) dan 50 dari 85 pasien non geriatrik yang dilaporkan oleh Davidson dkk. Subjek dengan skizofrenik dibandingkan ke kelompok dari 136 subjek sehat dan kepada kelompok dari 118 pasien penyakit Alzheimer. Mereka menggunakan Clinical Dementia Rating, Positive and Negative Syndrome Scale, dan MMSE terhadap semua pasien. Terdapat perbedaan signifikan pada

baseline diantara 3 kelompok subjek. Perbandingan post hoc menunjukkan bahwa kelompok skizofrenik memiliki skor baseline lebih rendah daripada kelompok perbandingan yang sehat atau kelompok Alzheimer (p<0,001). Di akhir 6 tahun pengamatannya mereka menjumpai bahwa pasien skizofrenik berusia lebih tua menunjukkan penurunan yang lebih besar pada skor MMSE sepanjang pengamatan daripada subjek yang berusia lebih muda. Tidak ada efek usia pada perubahan skor MMSE dijumpai pada kelompok perbandingan yang sehat dan yang menderita penyakit Alzheimer.

8

(16)

menggunakan uji kognitif sebagai berikut: MMSE, Spatial Recognition Span, Verbal Fluency, Stroop Test A and B-abbreviated version, dan versi komputer Wisconsin Card Sorting Test.

Mereka menjumpai skor MMSE dari pasien-pasien skizofrenik adalah 26,75±2,83, dibandingkan skor MMSE dari subjek sehat adalah 28,07±1,89 (p=0,015).

Gupta et al,9

Brodaty et al,

pada tahun 2003 menjumpai bahwa skor MMSE, tahun menjalani pendidikan, usia, skor dari Scale for the Assessment of Negative Symptoms, dan skor pada

Brief Psychiatric Rating Scale, berbeda secara signifikan ketika mereka melakukan penelitian pada 85 pasien skizofrenik dengan usia sedikitnya 55 tahun, dan mereka membagi pasien kepada dua kelompok berdasarkan status tempat tinggalnya.

10

Palmer et al,

pada tahun 2003 melakukan penelitian pengamatan selama 5 tahun pada 27 pasien skizofrenik awitan lanjut dan membandingkannya dengan 34 kontrol normal. Mereka menggunakan instrumen standar: Global Assessment of Functioning, Instrumental Activities of Daily Living, Activities of Daily Living, Clinical Dementia Rating, MMSE,

Cognitive Decline Scale, Cambridge Mental Disorders of the Elderly Examination, dan

Hachinski Ischemia Scale. Pemeriksaan neurologik dan pemindaian Magnetic Resonance Imaging juga dilaksanakan pada penilaian baseline. Setelah 5 tahun, mereka menjumpai skor rerata MMSE menurun 6,5 poin sementara kontrol tetap stabil.

11

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dan sepanjang pengetahuan peneliti bahwa belum pernah dilakukan sebelumnya penelitian tentang hal tersebut di publikasikan di Indonesia, maka peneliti berminat melaksanakan penelitian untuk mengetahui gambaran jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, dan durasi penyakit terhadap fungsi kognitif pada pasien skizofrenik dengan menggunakan mini-mental state exam.

pada tahun 2005 membandingkan tiga kelompok dari pasien-pasien berusia tua yang terdiri dari skizofrenik, penyakit alzheimer, dan diabetes mellitus. Mereka menggunakan MMSE untuk menilai tingkat hendaya kognitifnya. Hasilnya adalah skor MMSE berbeda secara signifikan pada pasien skizofrenia, penyakit alzheimer, dan diabetes mellitus.

I.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(17)

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien skizofrenik dengan

menggunakan

mini-mental state exam.

Tujuan khusus

Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan,

dan durasi penyakit terhadap fungsi kognitif pada pasien skizofrenik dengan

menggunakan

mini-mental state exam.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pemahaman

kepada ahli kedokteran jiwa tentang gambaran jenis kelamin, usia, latar

belakang pendidikan, dan durasi penyakit terhadap fungsi kognitif pada

pasien skizofrenik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pemahaman

kepada pasien tentang gambaran jenis kelamin, usia, latar belakang

pendidikan, dan durasi penyakit terhadap fungsi kognitifnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pemahaman

kepada keluarga pasien tentang gambaran jenis kelamin, usia, latar belakang

pendidikan, dan durasi penyakit terhadap fungsi kognitif pada pasien

skizofrenik.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk industri farmasi

agar dapat dilakukan pengembangan farmakoterapi untuk fungsi kognitif

pasien skizofrenik di kemudian hari.

5. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan

yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kognitif pada Pasien Skizofrenia

Menurut Andreasen seperti yang dikutip oleh Tuulio-Henriksson,12 skizofrenia adalah gangguan psikiatrik berat dengan etiologi yang multifaktorial dan kompleks. Prevalensi skizofrenia sekitar 1% di seluruh dunia. Awitan dari gangguan ini, muncul biasanya di usia muda, namun bisa terlihat di segala usia. Risiko penyakitnya sama pada wanita dan pria, tapi pria cenderung memiliki awitan yang lebih awal di bandingkan wanita, dan penyakitnya sering lebih berat pada pria. Tidak ada hanya satu tanda atau gejala untuk mendefinisikan skizofrenia. Gambaran kliniknya heterogen dan di ekspresikan pada beberapa subtipe gangguannya. Usia puncak awitannya adalah 10 hingga 25 tahun untuk pria, dan 25 hingga 35 tahun untuk wanita. Sekitar 90 persen pasien yang mendapat penatalaksanaan skizofrenia adalah diantara 15 hingga 55 tahun.13 Skizofrenia juga telah di karakteristikkan oleh defisit fungsi eksekutif, perhatian, memori, dan intelektual umum.14 Dalam gambaran klinik awal skizofrenia yang di buat oleh Kraepelin, beliau mengatakan, “Efisiensi mental selalu menghilang ke derajat yang cenderung besar. Pasien mengalami distraksi, tidak perhatian...mereka tidak bisa menyimpan pikirannya.”15

Satu hal yang merupakan perubahan paling penting dalam konsep skizofrenia belakangan ini telah ada pemahaman ulang bahwa hendaya kognitif merupakan bagian dari gangguannya.

16

Secara tradisional, hendaya kognitif signifikan hanya pada pasien dengan skizofrenia yang mengalami perburukan di usia tua. Bagaimanapun, selama 25 tahun belakangan ini, bukti telah berkembang untuk menantang pandangan ini. Telah menjadi bukti bahwa hendaya kognitif yang nyata, faktanya, merupakan suatu pola dan seringnya muncul sebelum awitan penyakit ini.

Salah satu jalur yang muncul dari badan sel di area tegmental ventral tapi berproyeksi ke korteks prefrontal di ketahui sebagai jalur dopamin mesokortikal. Cabang jalur ini menuju korteks prefrontal di hipotesiskan meregulasi kognisi dan fungsi eksekutif, dimana cabang yang menuju bagian ventromedial dari korteks prefrontal di hipotesiskan meregulasi emosi dan afek. Peran sebenarnya dari jalur dopamin mesokortikal dalam mediasi gejala skizofrenia masih dalam perdebatan, tapi banyak peneliti percaya bahwa gejala kognitif dan negatif bisa karena defisit aktivitas dopamin pada proyeksi mesokortikal ke korteks prefrontal dorsolateral, dimana gejala afektif dan negatif lain dari skizofrenia bisa

(19)

ventromedial.18 Disfungsi prefrontal telah di dalilkan menjadi sesuatu yang penting terhadap kesulitan kognitif yang bermanifestasi pada skizofrenia. Pasien-pasien skizofrenik telah di jumpai memiliki kemampuan yang jelek pada tugas fungsi prefrontal (seperti Wisconsin Card Sorting Test dan kelancaran semantik).

Pada neurotransmiter, keluarga D

19

1 reseptor dopamin cenderung lebih terlibat secara

langsung pada kognisi daripada keluarga D2 reseptor dopamin, yang diteliti untuk perannya

pada psikosis. Keluarga D1 dari reseptor dopamin berlokasi pada densitas yang relatif tinggi

di dendrit distal dari neuron-neuron piramidal korteks prefrontal. Untuk serotonin, terdapat sekitar 15 reseptor serotonin untuk sistem serotonin, 5-HT1A, 5-HT2A, dan 5-HT6 telah di

identifikasi sebagai sesuatu yang berpotensial penting terhadap kognisi. Karena glutamat juga terlibat secara kuat dalam modulasi long-term potentiation, suatu model untuk pembelajaran dan memori, maka glutamat juga cenderung terlibat dengan kognisi dan neuroplastisitas manusia. Dengan melakukan modulasi glutamat secara farmakologi mendukung untuk memperbaiki kognitif. Sistem glutamat, khususnya komponen dependen

N-methyl-D-aspartate (NMDA), adalah kompleks dan menawarkan berbagai sasaran untuk kemungkinan peningkatan kognitif pada skizofrenia. Peningkatan kecil pada transmisi glutamat NMDA-dependen bisa meningkatkan kognitif, namun bila aktivitas sinaptik meningkat terlalu banyak, bisa menghasilkan neurodegenerasi. Data praklinik menyarankan bahwa asetilkolin memainkan peran penting pada kognisi. Reseptor-reseptor nikotinik berlokasi pada densitas tertinggi di hipokampus manusia dan sepertinya penting dalam aktivitas dari hipokampus. Reseptor-reseptor ini merupakan reseptor ionotropik, memiliki reseptor pentamerik, dan juga memiliki subunit α (contohnya, α2 hingga α9) dan β

(contohnya, β2 hingga β4). Reseptor-reseptor nikotinik yang paling lazim adalah α4/ β2, yang

merupakan reseptor dengan afinitas yang tinggi, dan α7, yang merupakan reseptor nikotinik

dengan afinitas yang rendah. Reseptor-reseptor nikotinik sepertinya melakukan modulasi terhadap pelepasan neurotransmiter, jadinya memperbaiki kognisi, yang artinya reseptor nikotinik adalah reseptor modulator berkenaan kepada kognisi. Penelitian menunjukkan bahwa reseptor-reseptor muskarinik (M1), yang berlokasi dalam konsentrasi yang tinggi

pada kompleks kolinergik basal dan sekitar nukleus dari jalur kortikal-Meynert, berkurang pada korteks prefrontal pasien-pasien dengan skizofrenia. Jalur kortikal-Meynert merupakan rute dimana asetilkolin diantar ke neokorteks untuk melakukan modulasi aktivitas neuronal di neokorteks. Reseptor-reseptor berlokasi sepanjang korteks limbik, neokorteks, dan regio subkortikal. Bagaimanapun, lesi jalur kolinergik menghasilkan defisiensi kognitif, yang terlibat pada mekanisme demensia di penyakit Alzheimer. Sistem γ-amino butyric acid

(20)

agonis GABA pada kognisi orang-orang degan skizofrenia. Penelitian yang dilakukan oleh Lewis et almenunjukkan peningkatan produksi reseptor GABA, khususnya subunit α2, pada

korteks prefrontal jaringan otak pasca kematian dari kasus-kasus skizofrenia. Berdasarkan data tersebut, seseorang bisa memprediksikan bahwa agonis GABA yang menunjukkan afinitas pada subunit α2 dari reseptor GABA akan memiliki aktivitas meningkatkan kognitif

pada skizofrenia.

Beberapa pandangan yang kontras tentang perjalanan fungsi kognitif pada skizofrenia masih ada. Pandangan yang pertama menyarankan bahwa defisit kognitif menjadi memburuk secara progresif selama durasi penyakitnya. Setelah awitan yang perlahan-lahan, fungsi intelektual pasien emnjadi lemah dan kemampuan sosial menjadi kasar. Pandangan yang kedua menyarankan defisit kognitif, sekali muncul, akan relatif stabil.

20

15

II.2. Mini-Mental State Exam

Mini-mental state exam (MMSE) awalnya di desain untuk menyediakan penilaian singkat, terstandard dari status mental yang bisa membedakan antara gangguan fungsional dan organik pada pasien-pasien psikiatrik. Sebagaimana pengalaman dengan uji tersebut meningkat selama bertahun-tahun, fungsi utamanya sekarang menjadi deteksi dan menelusuri progresi hendaya kognitif berhubungan dengan gangguan neurokognitif seperti penyakit Alzheimer.

Mini-mental state exam merupakan skala yang terstruktur penuh yang terdiri dari 30 poin dikelompokkan ke dalam tujuh kategori: orientasi tempat (provinsi, negara, kota, rumah sakit, dan lantai/ kamar), orientasi waktu (tahun, musim, bulan, hari, tanggal), registrasi (dengan segera mengulan tiga kata), perhatian dan konsentrasi (secara berturut mengurangi 7, dimulai dengan 100, atau alternatifnya mengeja kata WAHYU secara terbalik), memanggil (memanggil tiga kata yang sebelumnya di ulangi), bahasa (memberi nama dua benda, mengulangi frase, membaca dengan nyaring, dan memahami kalimat, menulis kalimat, dan mengikuti tiga tahap perintah), dan konstruksi visual (meniru suatu desain).

21

21, 31

Mini-mental state exam di beri skor berdasarkan angka yang dijawab secara lengkap dan benar; angka yang lebih rendah mengindikasikan kemampuan yang buruk dan hendaya kognitif yang lebih besar. Skor total berkisar dari 0 hingga 30 (kemampuan sempurna). Pada 13 studi lebih lanjut yang memeriksa keefektifan cutoff MMSE untuk mendeteksi demensia, sensitivitasnya berkisar dari 63% hingga 100% dan spesifisitasnya berkisar dari 52% hingga 99% ketika di ukur melawan diagnosis klinik independen dari demensia. Yang paling sering

(21)

dari beberapa kemampuan kognitif yang mempengaruhi di awal perjalanan penyakit Alzheimer atau gangguan yang bersifat demensia lainnya (contohnya, keterbatasan item

kelancaran verbal dan memori dan ketiadaan item pemecahan masalah dan penilaian), ketidaksensitivnya terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan (khususnya pada individu dengan tingkat pendidikan tinggi), kerentanannya terhadap floor effects dalam menelusuri progresi demensia pada pasien dengan hendaya kognitif sedang dan berat. Walaupun keterbatasan-keterbatasan ini menghilangkan kegunaan MMSE ke beberapa derajat tertentu, uji ini tetap merupakan instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif.21

KERANGKA KONSEP

PASIEN SKIZOFRENIK: JENIS

KELAMIN, USIA, LATAR

BELAKANG PENDIDIKAN, DAN

DURASI PENYAKIT

FUNGSI KOGNITIF: NORMAL,

PROBABLE

GANGGUAN

KOGNITIF,

DEFINITE

GANGGUAN

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi potong lintang

22-28

III.2. Tempat dan Waktu Penelitian

untuk mengetahui gambaran karakteristik demografik (jenis kelamin, usia,

latar belakang pendidikan) dan durasi penyakit terhadap fungsi kognitif pada

pasien skizofrenik.

Tempat penelitian: BLUD RSJ Provsu.

Waktu penelitian: Bulan Pebruari– Juli 2012.

III.3. Populasi Penelitian

Populasi target: Pasien skizofrenik berusia 15- 55 tahun.

Populasi terjangkau: Pasien skizofrenik berusia 15- 55 tahun yang di rawat

inap di BLUD RSJ Provsu periode Pebruari- Juli 2012.

13

Sampel penelitian: Pasien skizofrenik yang didiagnosis berdasarkan

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi III

(PPDGJ-III).

III.4. Sampel Penelitian 29

Sampel penelitian: Pasien skizofrenik yang didiagnosis berdasarkan

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi III yang

di rawat inap di BLUD RSJ Provsu Medan. Sampel diambil dengan cara

non

probability sampling

yaitu

consecutive sampling,

dimana semua subjek yang

datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai

jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi

.

III.5. Estimasi Besar Sampel

22-28

1. Untuk mengetahui prevalensi gangguan kognitif pada pasien skizofrenik

(23)

n =

2

PQ

n = 1,96

2

. 0,15. 0,85

d

= 195,84= 196

2

0,05

= 1,96

2

d = 5%

Q = 1- P

P = 15%, diambil dari penelitian Kelly dkk dimana mereka menjumpai

prevalensi gangguan kognitif pada pasien skizofrenik sebesar 15%.

III.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

5

Kriteria inklusi

1. Pasien skizofrenik rawat jalan yang memenuhi kriteria diagnostik

PPDGJ-III.

2. Usia 15- 55 tahun.

3. Kooperatif dan dapat di wawancarai.

4. Bisa berbahasa Indonesia.

5. Tingkat pendidikan minimal tamat sekolah dasar.

6. Bersedia ikut serta dalam penelitian

7. Pertama sekali kontak dengan peneliti

Kriteria eksklusi

1. Pasien skizofrenik dengan komorbid diabetes mellitus.

2. Pasien dengan riwayat stroke,

transient ischemic attack,

epilepsi, penyakit

parkinson.

III.7. Persetujuan Setelah Penjelasan

Semua subjek penelitian ini dilaksanakan setelah diperoleh persetujuan

setelah penjelasan dari subjek atau keluarganya, contoh dari persetujuan

setelah penjelasan terlampir di belakang penelitian ini.

(24)

Penelitian telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran USU.

III.9. Cara Kerja

Seluruh pasien skizofrenik yang telah memenuhi kriteria inklusi akan mengisi

lembar persetujuan setelah penjelasan akan dimasukkan sebagai subjek

penelitian, sebelumnya pasien akan menerima penjelasan tentang penelitian

ini. Pasien akan di wawancarai dengan MMSE yang di buat oleh Folstein dan

telah di validasi penggunaannya di Indonesia, dan selanjutnya skor MMSE

akan di interpretasi untuk mengetahui fungsi kognitif pada pasien skizofrenik,

khusus pasien dengan tingkat pendidikan tamat sekolah dasar maka skor

MMSE= 17 masih dianggap normal.

30

III.10. Identifikasi Variabel

Selanjutnya hasil interpretasi tersebut

akan di analisis secara n% dan di sajikan dalam bentuk tabel.

Jenis kelamin adalah variabel nominal.

Usia adalah variabel ordinal.

Latar belakang pendidikan dibagi atas sekolah dasar, sekolah menengah

tingkat pertama, sekolah menengah tingkat atas, diploma, dan sarjana. Latar

belakang pendidikan adalah variabel ordinal.

Durasi penyakit dibagi kepada

≤ 1 tahun dan diatas 1

tahun. Durasi penyakit

adalah variabel nominal.

Mini-mental state exam

adalah variabel ordinal.

III.11. Definisi Operasional

Skizofrenia adalah gangguan psikiatrik berat dengan etiologi yang

multifaktorial dan kompleks.

12

Skizofrenia ditegakkan berdasarkan kriteria

diagnosis PPDGJ-III.

Jenis kelamin adalah perbedaan pensifatan dan perbedaan biologis,

dibedakan atas pria dan wanita.

29

Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Dikelompokkan dalam 4 kelompok:

15- 24 tahun

(25)

45- 55 tahun

Latar belakang pendidikan adalah jenjang pengajaran yang telah diikuti atau

sedang dijalani responden melalui pendidikan formal. Dibagi atas:

Sekolah dasar (SD)

Sekolah menengah tingkat pertama (SMTP)

Sekolah menengah tingkat atas (SMTA)

Diploma dan sarjana

Durasi penyakit adalah lamanya penyakit yang di derita oleh pasien-pasien

skizofrenia. Dibagi atas

≤ 1 tahun dan > 1 tahun.

Mini-mental state exam

adalah skala ukur untuk mendeteksi dan menelusuri

progresi hendaya kognitif berhubungan dengan gangguan neurokognitif.

29

21

Interpretasinya dibagi atas skor 24-30 dikatakan normal, skor 17-23 dikatakan

probable

gangguan kognitif, dan skor 0-16 dikatakan

definite

gangguan

kognitif.

30-31

III.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini bagian atensi dan kalkulasi dari

mini-mental

state exam

di seragamkan kepada seluruh subjek yaitu hanya dilakukan

pengurangan 7 dari angka 100, sedangkan pengejaan kata WAHYU tidak di

lakukan.

Setelah data terkumpul dan di interpretasikan maka data akan di sajikan

(26)

BAB IV

HASIL

Subjek berjumlah 200 orang pasien skizofrenik yang di rawat inap di BLUD RSJ Provsu, dimana pengambilan subjek berlangsung dari bulan Pebruari sampai dengan Juni 2012, dan selanjutnya penyajian hasil penelitian dalam bentuk tabel-tabel n%.

IV.1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, dan durasi penyakit.

Karakteristik responden Jumlah % Jenis kelamin Pria 125 62,5 Wanita 75 37,5 Usia 15-24 tahun 18 9,0 25-34 tahun 92 46,0 35-44 tahun 66 33,0 45-55 tahun 24 12,0 Latar belakang pendidikan Sekolah dasar 20 10,0 Sekolah menengah tingkat pertama 50 25,0 Sekolah menengah tingkat atas 111 55,5 Diploma dan sarjana 19 9,5 Durasi penyakit ≤1 tahun 72 36,0 >1 tahun 128 64,0

(27)

IV.2. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik Tabel 2. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik

Jumlah % Normal 61 30,5

Probable gangguan kognitif 113 56,5

Definite gangguan kognitif 26 13,0

Dari tabel 2 di atas dapat di amati bahwa fungsi kognitif pada pasien skizofrenik yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 56,5%.

Tabel 3. Orientasi waktu pada pasien skizofrenik

Jumlah % Tidak bisa menjawab sama sekali 6 3,0 Menjawab 1 pertanyaan benar 14 7,0 Menjawab 2 pertanyaan benar 37 18,5 Menjawab 3 pertanyaan benar 57 28,5 Menjawab 4 pertanyaan benar 53 26,5 Menjawab semua (5) pertanyaan benar 33 16,5

Dari tabel 3 di atas dapat di amati bahwa pasien skizofrenik yang terbanyak adalah yang mampu menjawab 3 pertanyaan benar tentang orientasi waktu yaitu 28,5%.

Tabel 4. Orientasi tempat pada pasien skizofrenik

Jumlah % Tidak bisa menjawab sama sekali 1 0,5 Menjawab 1 pertanyaan benar 9 4,5 Menjawab 2 pertanyaan benar 29 14,5 Menjawab 3 pertanyaan benar 35 17,5 Menjawab 4 pertanyaan benar 29 14,5 Menjawab semua (5) pertanyaan benar 97 48,5

(28)

Tabel 5. Atensi dan kalkulasi pada pasien skizofrenik

Jumlah % Tidak mampu melakukan pengurangan 7 sama sekali 24 12,0 Mampu melakukan pengurangan 7 sebanyak 1 kali 48 24,0 Mampu melakukan pengurangan 7 sebanyak 2 kali 77 38,5 Mampu melakukan pengurangan 7 sebanyak 3 kali 15 7,5 Mampu melakukan pengurangan 7 sebanyak 4 kali 6 3,0 Mampu melakukan pengurangan 7 sebanyak 5 kali 30 15,0

Dari tabel 5 di atas dapat di amati bahwa pasien skizofrenik yang terbanyak adalah yang mampu melakukan pengurangan 7 sebanyak 2 kali yaitu 38,5%.

IV.3. Sebaran jenis kelamin pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif Tabel 6. Sebaran jenis kelamin pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif

Fungsi kognitif

Normal Probable gangguan kognitif Definite gangguan kognitif n % n % n %

Jenis kelamin

Pria 39 19,5 71 35,5 15 7,5 Wanita 22 11,0 42 21,0 11 5,5 Total 61 30,5 113 56,5 26 13,0

(29)

IV.4. Sebaran usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif Tabel 7. Sebaran usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif

Fungsi kognitif

Normal Probable gangguan kognitif Definite gangguan kognitif n % n % n %

Usia

15-24 tahun 7 3,5 9 4,5 2 1,0 25-34 tahun 23 11,5 60 30,0 9 4,5 35-44 tahun 27 13,5 29 14,5 10 5,0 45-55 tahun 4 2,0 15 7,5 5 2,5 Total 61 30,5 113 56,5 26 13,0

Dari sebaran usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pada kelompok usia 15-24 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 4,5%, pada kelompok usia 25-34 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 30,0%, pada kelompok usia 35-44 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 14,5%, dan pada kelompok usia 45-55 tahun yang terbanyak juga probable gangguan kognitif yaitu 7,5%.

IV.5. Sebaran latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif Tabel 8. Sebaran latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif

Fungsi kognitif

Normal Probable gangguan kognitif Definite gangguan kognitif n % n % n %

Latar belakang pendidikan

SD 5 2,5 9 4,5 6 3,0 SMTP 9 4,5 32 16,0 9 4,5 SMTA 34 17,0 66 33,0 11 5,5 Diploma dan Sarjana 13 6,5 6 3,0 0 0,0

Total 61 30,5 113 56,5 26 13,0

(30)

gangguan kognitif yaitu 16%, SMTA yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, namun Diploma dan Sarjana yang terbanyak adalah normal yaitu 6,5%.

[image:30.595.65.533.177.301.2]

IV.6. Sebaran durasi penyakit pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif Tabel 9. Sebaran durasi penyakit pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif

Fungsi kognitif

Normal Probable gangguan kognitif Definite gangguan kognitif n % n % n %

Durasi penyakit

≤1 tahun 16 8,0 47 23,5 9 4,5 >1 tahun 45 22,5 66 33,0 17 8,5 Total 61 30,5 113 56,5 26 13,0

(31)

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan studi potong lintang. Hasil penelitian terhadap 200 orang subjek didapati karakteristik yang terbanyak adalah pria yaitu 62,5%, rentang usia 25-34 tahun yaitu 46%, latar belakang pendidikan SMTA yaitu 55,5%, dan durasi penyakitnya >1 tahun yaitu 64,0%. Hasil yang sama juga di dapati pada penelitian Kelly, Sharkey, Morrison, Allardyce, dan McCreadie,5 yang didapati karakteristik terbanyak adalah pria, dan juga pada penelitian yang dilakukan oleh Dania, Amin, dan Loebis,32 terhadap 60 orang pasien skizofrenik mendapati karakteristik yang terbanyak adalah pria, rentang usia 21-30 tahun, dan latar belakang pendidikan SMTA, dan Wciórka, Bembenek, Hintze, dan Kühn-Dymecka,33 dimana didapati karakteristik terbanyak adalah pria, rerata usia 33,8±11 tahun, rerata durasi penyakit 10±10 tahun, namun berbeda dalam hal latar belakang pendidikan dimana yang terbanyak adalah SMTP. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kalwa, Rzewuska, dan Borkowska,34

Hasil penelitian ini di dapati bahwa fungsi kognitif pada pasien skizofrenik yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 56,5%. Hal ini berbeda dengan kebanyakan penelitian yang telah mengindikasikan bahwa pasien dengan skizofrenia menderita hendaya kognitif

didapati perbedaan karakteristik dimana rerata usia 56,5±8,9, latar belakang pendidikan SMTP, dan rerata durasi penyakit 31,2±3,8 tahun.

1

, dan laporan yang menyatakan bahwa kemampuan kognitif abnormal dan inadekuat merupakan karakteristik dari pasien-pasien yang digambarkan sebagai skizofrenik.2 Hasil dari penelitian ini lebih sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa pasien skizofrenia memiliki kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.29 Hal lain yang perlu menjadi pertimbangan terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenia pada penelitian ini adalah mekanisme yang mendasari kognisi yang jelek pada skizofrenia masih tidak jelas, serta kebanyakan penelitian gagal mengindikasikan proses patologik skizofrenik yang spesifik,5 tidak terganggunya dorsolateral prefrontal cortex yang berperan terhadap simtom kognitif dan tidak terjadinya defisit aktivitas dopamin pada jalur dopamin mesokortikal,18 kurang terlibatnya reseptor dopamin D1, reseptor serotonin 5-HT1A,

5-HT2A, dan 5-HT6, tidak terjadinya peningkatan aktivitas glutamat yang terlalu banyak, dan

(32)

Pada penelitian ini di dapati fungsi kognitif pada subjek pria terbanyak mengalami

probable gangguan kognitif yaitu 35,5%, dan subjek wanita terbanyak juga mengalami

probable gangguan kognitif yaitu 21,0%. Hal ini berbeda dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa pasien skizofrenia wanita selain memiliki awitan yang lebih tertunda, lebih sedikit simtom negatif, fungsi sosial sebelum sakit yang lebih baik, juga hendaya kognitif yang kurang dalam (extensive).6 Penelitian lain dilaporkan bahwa wanita skizofrenik usia reproduktif, kadar estrogen yang lebih rendah berhubungan dengan simtomatologi negatif yang lebih rendah sebagaimana juga menurunnya kemampuan dalam fungsi kognitif.

Hasil penelitian ini didapati bahwa fungsi kognitif dapat di amati bahwa pada kelompok usia 15-24 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 4,5%, pada kelompok usia 25-34 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 30,0%, pada kelompok usia 35-44 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 14,5%, dan pada kelompok usia 45-55 tahun yang terbanyak juga probable gangguan kognitif yaitu 7,5%. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Friedman et al,

35

7

pada pasien skizofrenik yang berusia lebih tua mengalami penurunan kognitif setelah di amati selama 6 tahun, dan penelitian Brodaty, Sachdev, Koschera, Monk, dan Cullen,10

Hasil penelitian ini didapati fungsi kognitif pada latar belakang pendidikan SD yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 4,5%, SMTP yang terbanyak adalah

probable gangguan kognitif yaitu 16%, SMTA yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, namun Diploma dan Sarjana yang terbanyak adalah normal yaitu 6,5%. Hal yang perlu menjadi perhatian terhadap hasil diatas bahwa MMSE tidak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan (khususnya pada individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi).

juga didapati pada psien skizofrenik berusia 50 tahun ke atas yang di amati ulang setelah lima tahun maka dijumpai penurunan skor MMSE sejumlah 6,5 poin.

Hasil penelitian ini didapati fungsi kognitif pada durasi penyakit pasien skizofrenik ≤1 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 23,5%, dan pada durasi penyakit >1 tahun yang terbanyak juga probable gangguan kognitif yaitu 33%. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hyde et al dalam Kelly et al,

21

5

(33)
(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini didapati bahwa subjek yang terbanyak adalah pria, rentang usia 25-34 tahun, latar belakang pendidikan sekolah menengah tingkat atas, dan durasi penyakitnya >1 tahun. Dari fungsi kognitif pada pasien skizofrenik didapati yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, mampu menjawab 3 pertanyaan benar tentang orientasi waktu, dan mampu menjawab semua pertanyaan benar tentang orientasi tempat.

Dari penelitian ini juga didapati sebaran jenis kelamin pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pria terbanyak mengalami probable gangguan kognitif, dan wanita terbanyak juga mengalami probable gangguan kognitif. Usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pada kelompok usia 15-24 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, pada kelompok usia 25-34 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, pada kelompok usia 35-44 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, dan pada kelompok usia 45-55 tahun yang terbanyak juga probable gangguan kognitif. Latar belakang pendidikan pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif pada latar belakang pendidikan SD yang terbanyak adalah probable

gangguan kognitif, SMTP yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, SMTA yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, namun Diploma dan Sarjana yang terbanyak adalah normal. Dan, durasi penyakit pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif pada durasi penyakit pasien skizofrenik ≤1 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif, dan pada durasi penyakit >1 tahun yang terbanyak juga probable gangguan kognitif.

VI.2. SARAN

Karena keterbatasan penelitian ini adalah hanya dilakukan pada satu lokasi penelitian saja maka di masa yang akan datang perlu diadakan replikasi penelitian dengan melibatkan lebih banyak subjek dan lokasi penelitian.

(35)

DAFTAR RUJUKAN

1. Hyde TM, Nawroz S, Goldberg TE, Bigelow LB, Strong D, Ostrem JL,

et al

. Is

there cognitive decline in schizophrenia? A cross-sectional study. B J Psych

1994;164:494-500.

2. Marshall WL. Cognitive functioning in schizophrenia. B J Psych

1973;123:413-33.

3. Goldberg TE, Kelinman JE, Daniel DG, Myslobodsky MS, Ragland JD,

Weinberger DR. Dementia praecox revisited. Age disorientation, mental

status, and ventricular enlargement. B J Psych 1988;187-190.

4. Harvey PD, White L, Parrella M, Putnam KM, Kincaid MM, Powchik P,

et al

.

The longitudinal stability of cognitive impairment in schizophrenia. Mini-mental

state scores at one- and two-year follow-ups in geriatric in-patients. B J Psych

1995;166:630-3.

5. Kelly C, Sharkey V, Morrison G, Allardyce J, McCreadie R. Nithsdale

schizophrenia surveys 20: cognitive function in a catchment-area-based

population of patients with schizophrenia. B J Psych 2000;177:348-53.

6. Moriarty PJ, Lieber D, Bennett A, White L, Parrella M, Harvey PD,

et al

.

Gender differences in poor outcome patients with lifelong schizophrenia.

Schizophrenia Bulletin 2001;27(1):103-13.

7. Friedman JI, Harvey PD, Coleman T, Moriarty PJ, Bowie C, Parrella M,

et al

.

Six-year follow-up study of cognitive and functional status across the lifespan

in schizophrenia: a comparison with alzheimer’s disease and normal aging.

Am J Psychiatry 2001;158:1441-8.

8. Camozzato A, Chavez LF. Schizophrenia in males of cognitive performance:

discriminative and diagnostic values. Rev Saúde Pública 2002;36(6):743-8.

9. Gupta S, Steinmeyer C, Frank B, Lockwood K, Lentz B, Schultz K. Older

patients with schizophrenia: nature of dwelling status and symptom severity.

Am J Psychiatry 2003;160:383-4.

10. Brodaty H, Sachdev P, Koschera A, Monk D, Cullen B. Long-term outcome of

late-onset schizophrenia: 5-year follow-up study. B J Psych 2003;183:213-9.

11. Palmer BW, Dunn LLB, Appelbaum PS, Mudaliar S, Thal L, Henry R,

(36)

persons with schizophrenia, alzheimer disease, or diabetes mellitus. Arch

Gen Psychiatry 2005;62:726-33.

12. Tuulio-Henriksson A. Cognitive dysfunction in schizophrenia: a familial and

genetic approach. Helsinki (Finlandia): Julkaisija-Utgivare-Publisher; 2005.

13. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatry behavioral

science/ clinical psychiatry. 10

th

14. Weickert TW, Goldberg TE, Gold JM, Bigelow LLB, Egan MF, Weinberger

DR. cognitive impairments in patients with schizophrenia displaying preserved

and compromised intellect. Arch Gen Psychiatry 2000 Sep;57:907-13.

ed. Philadelphia (PA): Lippincott Williams &

Wilkins; 2007.

15. Goldberg TE, Green MF. Neurocognitive functioning in patients with

schizophrenia: an overview. In: Davis KL, Charney D, Coyle JT, Nemeroff CB,

editors. Neuropsychopharmacology: the fifth generation of progress. 5

th

16. Ortiz-Gil J, Pomarol-Clotet E, Salvador R, Canales-Rodriguez EJ, Sarró S,

Gomar JJ, Guerrero A,

et al

. Neural correlates of cognitive impairment in

schizophrenia. B J Psych 2011 Jul 7:1-9.

ed.

Philadelphia (PA): Lippincott Williams & Wilkins; 2002. p. 657-69.

17. O’Carroll R. Cognitive impairment in schizophrenia. Advances in Psychiatric

Treatment 2000;6:161-8.

18. Stahl SM. Stahl’s essential psychopharmacology. Neuroscientific basis and

practical applications. 3

rd

19. Chen EYH. Neurological signs and cognitive impairments in schizophrenia.

Hong Kong Journal of Psychiatry 1997;7(2):14-8.

ed. New York (NY): Cambridge University Press;

2008.

20. Tamminga CA. The neurobiology of cognition in schizophrenia. J Clin

Psychiatry;67(suppl 9):9-13.

21. Folstein MF, Folstein SE, McHUgh PR. Mini-mental state exam. In: Rush Jr

AJ, Pincus HA, First MB, Blacker D, Endicott J, Keith SJ,

et al

, editors.

Handbook of psychiatric measures. Wasington, DC: American Psychiatric

Assaociation, 2000. p. 422-49.

22. Portney LG, Watkins MP. Foundations of clinical research. 2

nd

23. Dahlan SM. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang

ed. Upper

(37)

24. Dahlan SM. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan. 3rd ed. Jakarta (Indonesia): Penerbit Salemba

Medika; 2010.

25. Sastroasmoro S, Gatot D, Kadri N, Pudjiarto PS. Usulan penelitian. In:

Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.

3

rd

26. Ghazali MV, Sastromihardjo S, Rochani S, Soelaryo T, Pramulyo H. Studi

cross-sectional

. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar

metodologi penelitian klinis. 3

ed. Jakarta (Indonesia): Sagung Seto; 2008. p. 29-57.

rd

27. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH.

Perkiraan besar sampel. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar

metodologi penelitian klinis. 3

ed. Jakarta (Indonesia): Sagung Seto; 2008.

p. 112-26.

rd

28. Lubis CP, Lubis M, Pasaribu S, Daulay RM, Ali M. Pedoman penulisan usulan

penelitian dan tesis. Program magister klinik-spesialis ilmu kesehatan anak fk

usu. Medan (Indonesia): USU Press; 2009.

ed. Jakarta (Indonesia): Sagung Seto; 2008.

p. 302-31.

29. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman penggolongan dan diagnosis

gangguan jiwa di indonesia. 3

rd

30. Nasrun MWS. Deteksi dini hendaya kognitif non demensia- prademensia.

Dementia workshop; 2009 Nov 7; Medan, Indonesia.

ed. Jakarta (Indonesia): Departemen

Kesehatan; 1993.

31. Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri.

Modul psikiatri geriatri. Jakarta (Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia;

2008.

32. Dania IA, Amin MM, Loebis B. Perbandingan efek risperidon dan haloperidol

terhadap fungsi kognitif penderita skizofrenik. Majalah kedokteran nusantara.

Vol. 43. No. 1. April 2010:8-14.

33. Wciórka J, Bembenek A, Hintze B, Kühn-Dymecka A. Schizophrenic disorders

– do cognitive dysfunctions relate to course characteristics and the

psychopathological picture? Archives of Psychiatry and Psychotherapy

(38)

34. Agniezska K, Rzewuska M, Borkowska A. Cognitive dysfunction progression

in schizophrenia – relation to functional and clinical outcome. Archives of

Psychiatry and Psychotherapy 2012;1:5-13.

35. Ko YH, Joe SH, Cho W, Park JH, Lee JJ, Jung IK,

et al

. Estrogen, cognitive

function and negative symptoms in female schizophrenia.

(39)

LAMPIRAN I

MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE) (modifikasi FOLSTEIN)

Nama Pasien:………..( Lk / Pr ) Umur:………Pendidikan……...……Pekerjaan:...…………

Riwayat Penyakit: Stroke( ) DM( ) Hipertensi( ) Peny.Jantung( ) Peny. Lain…...………..

Pemeriksa:……….. Tgl ………

Item

Tes

Nilai

maks.

Nilai

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 --- 2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 ---

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3 ---

ATENSI DAN KALKULASI

4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)

5 ---

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 ---

BAHASA

6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, arloji) 2 --- 7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau tetapi ” 1 --- 8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi

dua dan letakkan di lantai”.

3 ---

9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah tangan kiri anda” 1 --- 10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 --- 11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini

1 ---

(40)

Pedoman Skor kognitif global (secara umum):

Nilai: 24 -30: normal

Nilai: 17-23 : probable gangguan kognitif

Nilai: 0-16:definite gangguan kognitif

Catatan: dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat pendidikan dan usia responden

Alat bantu periksa:

Siapkan kertas kosong, pinsil, arloji, tulisan yang harus dibaca dan gambar yang harus ditiru / disalin.

Contoh:

Dikutip dari: Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul psikiatri geriatri. Jakarta (Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008.

(41)
(42)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, dan durasi penyakit
Tabel 2. Fungsi kognitif pada pasien skizofrenik
Tabel 5. Atensi dan kalkulasi pada pasien skizofrenik
Tabel 7. Sebaran usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif
+2

Referensi

Dokumen terkait

DINAS PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL : 1.03. ) - PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG. 20.. Batul dan Kab. Bantul dan Kab.. ) - PERUMAHAN RAKYAT DAN

Ekspresi emosi takut dan heran temyata berpotensi untuk mengalami kemenduaan jika itu dilihat oleh individu dari etnik yang bertleda. Penelitian ini mencoba mencari

[r]

Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel Pembobotan Dari Penilaian Kinerja dan Penilaian Kepentingan Pada Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelanggan Kafe Score Penilaian Responden Terhadap

Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus dimana karena berkat dan rahmatNya, penulis dapat melakukan segala hal, sehingga penulis juga dapat

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang maha pengasih lagi maha penyayang, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW,

Komisaris. c) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal tidak ada anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan

Berdasarkan hasil analisis data simpulannya adalah terdapat dua puluh delapan kutipan yang menunjukkan tipe kepribadian yang mendominasi dalam diri tokoh utama yaitu tipe