• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konflik Dan Kejenuhan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Melalui Motivasi Terhadap Karyawan Pt. Tolan Tiga Indonesia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konflik Dan Kejenuhan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Melalui Motivasi Terhadap Karyawan Pt. Tolan Tiga Indonesia Medan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KONFLIK DAN KEJENUHAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN MELALUI MOTIVASI TERHADAP

KARYAWAN PT. TOLAN TIGA INDONESIA MEDAN

OLEH

Dessy Natasya Tobing 110502111

PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i ABSTRAK

PENGARUH KONFLIK DAN KEJENUHAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN MELALUI MOTIVASI KARYAWAN

PT. TOLAN TIGA INDONESIA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konflik dan kejenuhan terhadap kepuasan kerja karyawan melalui motivasi karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Sampel penelitian ini adalah 48 orang karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia Medan dengan menggunakan metode proportionate stratified random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dan konflik melalui motivasi berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja. Sedangkan, kejenuhan secara parsial berpengaruh negative dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dan kejenuhan melalui motivasi berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja. Secara simultan pengaruh konflik dan kejenuhan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi karyawan.

(3)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF CONFLICT AND BURNOUT TOWARDS WORK SATISFACTION THROUGH MOTIVATION TO EMPLOYEE OF

PT. TOLAN TIGA INDONESIA MEDAN

This research aims to determined the effect of conflict and burnout towards work satisfaction through motivation to employee of PT. Tolan Tiga Indonesia Medan. The type of this research is quantitative descriptive with survey method. Sample of this research is 48 employees of PT. Tolan Tiga Indonesia Medan, using proportionate stratified random sampling. The hypothesis in this research is tested using multiple regression analysis and path analysis. This research shows that partially conflict has positive and significant effect towards work satisfaction, and conflict through motivation has negative effect towards work satisfaction. Meanwhile, burnout partially has negative and significant effect towards work satisfaction, and burnout through motivation has negative effect towards work satisfaction. Simultaneously conflict and burnout have significant effect towards work satisfaction and employee’s motivation.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpah rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konflik Dan Kejenuhan Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan Melalui Motivasi Terhadap Karyawan PT. Tolan Tiga

Indonesia Medan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Di dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga penulis, kedua orang tua penulis Ayahanda Tasman L. Tobing,

Ibunda Sabrina Siregar dan Adinda Martinus Yohansen Tobing yang

memberikan dukungan baik secara moril dan material sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, Msi selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung,

M.Si selakuk Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas

(5)

iv

5. Ibu selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberi arahan dan

membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu selaku Dosen Pembaca Penilai yang turut memberi masukan dan

arahan untuk menyempurnakan skripsi ini.

7. Michael, S.Ars yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi.

8. Vivi Widyanti, SE, Agustino, SE, Tiffany Karmelia, SE, Kevin Aris, Yessi

Giovanni, SE, Defani Sembiring, Petrica Fitri, Septiany, Deby Ginting,

dan seluruh sahabat-sahabat stambuk 2011 Program Studi S1 Manajemen

yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang sudah membantu

dalam pengerjaan penelitian ini. Semoga doa yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan berkah dari Tuhan dan penelitian bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2015

Penulis,

(6)

v

2.1.4 Cara-Cara Mengendalikan Konflik ... 13

2.2 Teori Kejenuhan (Burnout) ... 15

2.3.3 Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja ... 24

2.4 Teori Motivasi ... 26

2.4.1 Pengertian Motivasi ... 26

2.4.2 Teori-Teori Motivasi ... 27

2.4.3 Asas-Asas Motivasi ... 30

2.4.4 Tipe-Tipe Motivasi ... 30

2.4.5 Faktor-Faktor Penentu Motivasi ... 32

(7)

vi

3.10.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 49

3.11 Uji Asumsi Klasik ... 49

3.11.1 Uji Normalitas ... 50

3.11.2 Uji Heteroskedastisitas ... 50

3.11.3 Uji Multikolinearitas... 51

3.12 Uji Hipotesis ... 52

4.1.1 Sejarah Berdiri PT. Tolan Tiga Indonesia ... 56

4.1.2 Ruang Lingkup Perusahaan ... 57

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 59

4.2 Hasil Uji Validitas dan Realiabilitas ... 63

4.2.1 Hasil Uji Validitas ... 63

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 64

4.3 Analisis Deskriptif ... 65

4.3.1 Karakteristik Responden ... 65

4.3.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

4.3.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66

4.3.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Departemen ... 66

(8)

vii

4.4.1 Uji Normalitas ... 81

4.4.1.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ... 81

4.4.1.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik ... 82

4.4.1.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov ... 83

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 84

4.4.2.1 Pendekatan Grafik dengan Scatter Plot ... 85

4.4.2.2 Pendekatan Statistik dengan Glejser ... 85

4.4.3 Uji Multikolinieritas ... 86

4.5.1.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ... 90

4.5.1.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik ... 91

4.5.1.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov ... 92

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas ... 93

4.5.2.1 Pendekatan Grafik dengan Scatter Plot ... 94

4.5.2.2 Pendekatan Statistik dengan Glejser ... 94

(9)
(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ... 2

Gambar 2.1 ... 38

Gambar 4.1 ... 82

Gambar 4.2 ... 83

Gambar 4.3 ... 85

Gambar 4.4 ... 91

Gambar 4.5 ... 92

Gambar 4.6 ... 94

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 125

Lampiran 2 ... 129

Lampiran 3 ... 131

Lampiran 4 ... 134

(12)

i ABSTRAK

PENGARUH KONFLIK DAN KEJENUHAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN MELALUI MOTIVASI KARYAWAN

PT. TOLAN TIGA INDONESIA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konflik dan kejenuhan terhadap kepuasan kerja karyawan melalui motivasi karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Sampel penelitian ini adalah 48 orang karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia Medan dengan menggunakan metode proportionate stratified random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dan konflik melalui motivasi berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja. Sedangkan, kejenuhan secara parsial berpengaruh negative dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dan kejenuhan melalui motivasi berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja. Secara simultan pengaruh konflik dan kejenuhan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi karyawan.

(13)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF CONFLICT AND BURNOUT TOWARDS WORK SATISFACTION THROUGH MOTIVATION TO EMPLOYEE OF

PT. TOLAN TIGA INDONESIA MEDAN

This research aims to determined the effect of conflict and burnout towards work satisfaction through motivation to employee of PT. Tolan Tiga Indonesia Medan. The type of this research is quantitative descriptive with survey method. Sample of this research is 48 employees of PT. Tolan Tiga Indonesia Medan, using proportionate stratified random sampling. The hypothesis in this research is tested using multiple regression analysis and path analysis. This research shows that partially conflict has positive and significant effect towards work satisfaction, and conflict through motivation has negative effect towards work satisfaction. Meanwhile, burnout partially has negative and significant effect towards work satisfaction, and burnout through motivation has negative effect towards work satisfaction. Simultaneously conflict and burnout have significant effect towards work satisfaction and employee’s motivation.

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberhasilan dan kesuksesan suatu perusahaan ditentukan oleh kualitas

Sumber Daya Manusia-nya. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan asset

utama bagi perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif berbagai aktifitas

dalam suatu perusahaan. Manusia mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status

dan latar belakang pendidikan yang dibawa ke dalam suatu lingkungan organisasi

perusahaan. Pikiran, perasaan dan keinginan manusia dapat mempengaruhi

sikapnya terhadap pekerjaan. (Aspriati, 2012:3)

Mengingat pentingnya SDM bagi perusahaan, maka perusahaan harus

memperhatikan kepuasan kerja karyawannya. Kepuasan kerja karyawan akan

sangat mempengaruhi sikap karyawan tersebut dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaannya. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan

antara lain : jenis pekerjaan, rekan kerja, tunjangan, perilaku yang adil, keamanan

kerja, peluang menyumbang gagasan, gaji/upah, pengakuan kinerja dan

kesempatan bertumbuh.

PT. Tolan Tiga Indonesia yang berlokasi di Medan adalah pusat aktivitas

dari SIPEF Group Indonesia. Sebagai perusahaan swasta yang memiliki

perkebunan yang tersebar di Sumatera dan Jawa sehingga perlu mendeteksi

masalah ketidakpuasan karyawan agar sumber daya manusia di dalam perusahaan

tersebut dapat bekerja lebih baik. PT. Tolan Tiga Indonesia mengelola dan

(15)

2 dan keuangan dan administrasi untuk 20 perkebunan kelapa sawit, 6 perkebunan

karet, 1 perkebunan teh, 5 pabrik minyak sawit mentah, 3 pabrik karet dan 1

pabrik teh.

Gambar 1.1 Perkebunan yang Dikelola PT. Tolan Tiga Sumber : www.tolantiga.co.id diakses pada 17 November 2014

Seperti terlihat pada Gambar 1.1 terdapat total 35 perkebunan yang

dikelola oleh PT. Tolan Tiga Indonesia. Sedangkan yang mengatur seluruh

operasi perkebunan tersebut adalah kantor pusat yang berlokasi di Medan.

Pekerjaan seperti ini yang dapat mengakibatkan seorang karyawan sering

merasakan ketidakpuasan kerja, karena kejenuhan akan pekerjaannya, hasil

pekerjaan yang kurang memuaskan sehingga menyebabkan konflik yang terjadi di

(16)

3 Karyawan mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat

mempengaruhi pikiran atau sikap terhadap pekerjaannya. Sikap kerja ini yang

akan menentukan prestasi kerja dan kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaan

yang dibebankan kepadanya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja karyawan

maka moral kerja, dedikasi, kecintaan dan disiplin karyawan juga akan meningkat.

Maka, produktifitas karyawan juga akan meningkat dan perusahaan tentu

mendapatkan keuntungan.

Menurut (Fathoni,2006:174) kepuasan kerja merupakan sikap emosional

yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh

moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan ini dinikmati dalam

pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan

kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan

dengan memperoleh hasil tujuan kerja, penempatan, perlakuan dan suasana

lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja

dalam pekerjaan ini akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa

dari pelaksanaan tugas – tugasnya. Kepuasan kerja kombinasi luar dan dalam

pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang

seimbang antara jasa dengan pelaksanaan pekerjannya.

Tuntutan pekerjaan yang banyak merupakan beban kerja bagi karyawan

PT. Tolan Tiga sehingga sangat erat kaitannya dengan puas atau tidaknya mereka

saat bekerja. Dan juga suasana atau lingkungan kerja yang kurang kondusif

menjadi salah satu penyebab ketidakpuasan karyawan. Kepuasan kerja

(17)

4 mereka dapat mengaktualisasikan diri bagi pengembangan individu maupun bagi

kemajuan organisasi, sehingga karyawan dapat lebih produktif bekerja.

Motivasi yang rendah juga dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam

bekerja, dimana karyawan merasa tidak dihargai atas hasil kerja selama ini.

Motivasi menyangkut bagaimana cara mendorong semangat kerja seseorang, agar

mau bekerja dengan memberikan secara optimal kemampuan dan keahliannya

guna mencapai tujuan organisasi. Motivasi menjadi penting karena dengan

pemberian motivasi diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias

untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi yang tinggi akan

mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya namun apabila motivasi yang

dimiliki rendah maka orang tersebut kurang mampu untuk mencapai tujuan

perusahaan.

Menurut Danim (2004:15) motivasi adalah setiap kekuatan yang muncul

dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau keuntungan tertentu di

lingkungan dunia kerja atau di pelataran kehidupan pada umumnya. Motivasi pada

prinsipnya merupakan kemudi yang kuat dalam membawa seseorang

melaksanakan kebijakan manajemen yang biasanya terjelma dalam bentuk

perilaku antusias, berorientasi kepada tujuan, dan memiliki target kerja yang jelas.

Motivasi adalah suatu masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan

keinginan dari setiap anggota organisasi berbeda.

PT. Tolan Tiga sebagai perusahaan yang menaungi banyak pekerja dari

berbagai bidang dengan beragam jenis tuntutan membuat jarak pimpinan dengan

(18)

5 jarang hal ini bisa menyebabkan ketersinggungan antar karyawan, sehingga

muncul berbagai konflik di antara karyawan. Konflik dapat saja disebabkan oleh

perbedaan usia, pengalaman, pendidikan atau juga dikarenakan faktor perilaku

dari individu yang berada di perusahaan. Konflik yang cukup sering terjadi adalah

konflik antar individu di perusahaan. Salah satu konflik yang terjadi adalah

miskomunikasi antar karyawan. Miskomunikasi disebabkan oleh karyawan yang

tidak saling memahami selama proses pertukaran informasi, karyawan yang tidak

menyampaikan informasi maupun perkembangan informasi yang ada dan

pemberian petunjuk yang tidak lengkap atau sulit untuk dipahami.

Menurut Supardi (2002:76) konflik didefinisikan sebagai segala macam

interaksi pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak. Konflik

mempunyai potensi menjadi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan

kegiatan organisasi tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola. Konflik

sebagai pengembangan pelaksanaan kegiatan organisasi disebut sebagai

persaingan. Perbedaan konflik dan persaingan terletak pada apakah salah satu

pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian

tujuannya.

Keadaan psikologis karyawan juga harus tetap terjaga, meskipun tuntutan

pekerjaan banyak. Tidak hanya tuntutan pekerjaan yang banyak, keadaan seperti

deadline pekerjaan yang mendesak, suasana kerja yang monoton, dan banyaknya

waktu yang tersita di kantor adalah penyebab terjadinya kejenuhan di PT. Tolan

Tiga. Kejenuhan atau burnout merupakan kondisi di mana orang–orang

(19)

6 stress, kejenuhan menyebabkan orang – orang yang sebelumnya sangat

berkomitmen pada pekerjaan mereka menjadi kecewa serta kehilangan minat dan

motivasi.

Kejenuhan adalah istilah yang menggambarkan kondisi emosional

seseorang yang merasa lelah dan jenuh secara mental, emosional dan fisik sebagai

akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat. Dampak umum yang terjadi dari

burnout adalah penurunan komitmen terhadap organisasi dan penurunan

produktifitas. Stress di tempat kerja dianggap memiliki hubungan erat dengan

kondisi burnout kronis yang gagal ditangani sehingga dapat menyebabkan kondisi

tersebut dan secara tidak langsung membuat berkurangnya kepuasan kerja

karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

Pada ruang lingkup perusahaan, konflik kerja ditambah kejenuhan yang

tinggi dan motivasi yang rendah memiliki hubungan yang erat dengan rendahnya

tingkat kepuasan kerja Dan hal tersebut akan menimbulkan fenomena yang

merugikan dan dapat menghancurkan tujuan organisasi perusahaan, di antaranya

kelambanan kerja, penurunan efisiensi kerja, kecemburuan sosial, penurunan

semangat kerja, penurunan produktivitas kerja, senioritas (karyawan yang bekerja

lebih lama di perusahaan memanfaatkan kekuasaan yang diperolehnya untuk

memperlakukan orang lain sehingga berpotensi mengakibatkan perasaan –

perasaan negatif dalam diri korban, seperti tertekan, merasa tidak berharga,

marah, dendam, yang bisa berujung pada semangat kerja yang rendah,

produktivitas yang menurun bahkan keluar dari pekerjaan), yang akhirnya

(20)

7 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah

1. Apakah konflik berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan PT. Tolan

Tiga Medan?

2. Apakah kejenuhan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan PT.

Tolan Tiga Medan?

3. Apakah konflik berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja

karyawan PT. Tolan Tiga Medan?

4. Apakah kejenuhan berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja

karyawan PT. Tolan Tiga Medan?

5. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT.

Tolan Tiga Medan?

6. Apakah konflik berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepuasan

kerja melalui motivasi karyawan PT. Tolan Tiga Medan?

7. Apakah kejenuhan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepuasan

kerja melalui motivasi karyawan PT. Tolan Tiga Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

8 1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh konflik terhadap motivasi

kerja karyawan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kejenuhan terhadap motivasi

kerja karyawan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh konflik secara langsung

terhadap kepuasan kerja karyawan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kejenuhan secara langsung

terhadap kepuasan kerja karyawan.

5. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh motivasi terhadap kepuasan

kerja karyawan.

6. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh konflik secara tidak

langsung terhadap kepuasan kerja melalui motivasi karyawan.

7. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kejenuhan secara tidak

langsung terhadap kepuasan kerja melalui motivasi karyawan.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada Manajemen PT. Tolan

Tiga Indonesia dalam menangani masalah – masalah Sumber Daya

Manusia. Agar dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan kepuasan

kerja karyawan, juga mengurangi konflik dan kejenuhan di antara

karyawan.

b. Bagi Peneliti / Penulis

(22)

9 menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan dan

memperluas wahana berpikir ilmiah dalam bidang manajemen sumber

daya manusia.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi bagi penulis selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan

(23)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konflik

2.1.1 Pengertian Konflik

Walton dalam Winardi (2001:169) mengatakan bahwa hubungan –

hubungan antar kelompok, tidak selalu berjalan dengan baik. Senantiasa dapat

timbul kemungkinan konflik antar individu, dan konflik antar kelompok. Konflik

timbul, apabila terdapat ketidaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial,

mengenai persoalan – persoalan substansi, dan atau antagonisme emosional.

Menurut Supardi & Anwar (2002:76) konflik biasanya timbul dalam

organisasi sebagai hasil adanya masalah – masalah komunikasi, hubungan pribadi

atau struktur organisasi. Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam

interaksi pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak. Konflik

organisasi (organization conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih

anggota – anggota atau kelompok – kelompok organisasi yang timbul karena

adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya – sumber daya

yang terbatas atau kegiatan – kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa

mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.

Konflik didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan di antara

dua pihak yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka

dan/atau menganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi

lawannya. Gangguan yang dilakukan dapat meliputi usaha–usaha yang aktif atau

(24)

11 2.1.2 Penyebab Konflik Kerja

Menurut Ernie & Saefullah (2005:135) konflik yang terjadi biasanya

disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena:

1. Faktor Komunikasi (Communication Factors)

Faktor komunikasi dapat menjadi penyebab konflik ketika para anggota

dalam sebuah organisasi maupun antarorganisasi tidak dapat atau tidak

mau untuk saling mengerti dan saling memahami dalam berbagai hal

dalam organisasi.

2. Faktor Struktur Tugas dan Struktur Organisasi

Struktur tugas dapat menyebabkan konflik ketika sebagian anggota tidak

bisa memaami pekerjaan mereka dari struktur tugas yang ada, atau juga

terjadi ketidaksesuaian dalam hal pembagian kerja, maupun prosedur kerja

yang tidak dipahami. Struktur organisasi dapat menyebabkan konflik

ketika sebagian anggota merasa tidak cocok untuk berada di suatu bagian

dalam organisasi, atau juga bisa berupa adanya upaya untuk meraih satu

posisi tertentu, maupun berbagai hal lainnya yang terkait dengan posisi

atau bagian yang ada dalam organisasi.

3. Faktor Personal

Faktor personal dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi ketika

individu – individu dalam organisasi tidak dapat saling memahami satu

sama lain, sehingga terjadi berbagai persoalan yang dapat mendorong

terciptanya konflik antar indivdu, baik di dalam satu bagian tertentu

(25)

12 4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat menjadi sumber konflik ketika lingkungan di

mana setiap indivifu bekerja tidak mendukung terwujudnya suasana kerja

yang kondusif bagi efektivitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang

maupun setiap kelompok kerja.

2.1.3 Jenis – Jenis Konflik

Menurut Supardi & Anwar (2002:78) ada lima jenis konflik dalam

kehidupan organisasi:

1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu

menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk

melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan

atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, di mana hal ini sering

diakibatkan oleh perbedaan – perbedaan kepribadian. Konflik ini juga

berasal dari adanya konflik antar peranan seperti antara manajer dan

bawahan.

3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara

individu menangani tekanan untuk keseragaman yang dilaksanakan oleh

kelompok kerja mereka.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi

pertentangan kepentingan antar kelompok.

5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan

(26)

13 mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi dan jasa,

harga – harga lebih rendah dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

2.1.4 Cara – Cara Mengendalikan Konflik

Menurut Rivai (2003:164) ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

menagatasi atau mengendalikan konflik, yaitu:

1. Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk

mengemukakan pendapatnya tentang kondisi – kondisi penting yang

diinginkan, yang menurut persepsi masing – masing harus dipenuhi

dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia.

2. Cara lain yang sering ditempuh untuk mengatasi situasi konflik ialah

dengan meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan

memberikan argumentasi kuat mengenai posisi tersebut, dan sebaliknya.

3. Kewenangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok. Seorang

manajer yang bertugas memimpin suatu kelompok, untuk mengambil

keputusan, atau memecahkan masalah secara efektif, perlu memiliki

kemahiran menggunakan kekuasaan atau kewenangan yang melekat pada

perannya.

Selain itu ada beberapa cara untuk mengatasi konflik menurut

Tampubolon (2008:88) yaitu:

1. Mengatasi Konflik Melalui Jalur Hierarki Komando

Konflik yang dihadapi bisa diatasi dengan mempergunakan alur hierarki

(27)

14 atau atasan tertinggi memiliki kewenangan atau wibawa untuk

menyelesaikan setiap permasalahan dalam organisasi yang dipimpinnya.

2. Mengatasi Konflik Melalui Pimpinan Tertinggi

Konflik yang terjadi akibat perselisihan yang sangat pribadi bukan akibat

dari dalam pekerjaan, yang jika tidak terselesaikan, dapat menimbulkan

dendam dan konflik secara fisik. Penyelesaiannya, harus diketahui semua

orang di dalam organisasi sehingga peran utama pimpinan tertinggi sangat

diharapkann, dilihat dari segi kekuasaan dan kewenangannya sebagai

pimpinan tertinggi, dia dapat memutuskan langkah terbaik dalam

penyelesaian konflik itu.

3. Mengatasi Konflik Melalui Arbitrase

Mengatasi konflik yang timbul akibat permasalahan dalam tuntutan

pembenaran hak dan kewajiban (equity and legal) antara karyawan dengan

pimpinan, pada umumnya diatasi dengan memanfaatkan lembaga

arbitrase, yang dibentuk pemerintah ataupun tenaga professional (expert)

di bidang perselisihan perburuhan yang diakui oleh organisasi di mana

terjadi konflik.

4. Mengatasi Konflik Melalui Ombudsman

Ombudsman merupakan lembaga bagian yang dibentuk di dalam suatu

organisasi yang mempunyai kualifikasi untuk mengetahui dan menguasai

banyak permasalahan di dalam organisasi. Ombudsman memiliki fasilitas

komunikasi, baik ke atas (top management) maupun ke bawah (lower

(28)

15 memutuskan setiap permasalahan, tetapi dapat memberikan solusi kepada

pimpinan tertinggi untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan

konflik di dalam organisasi.

2.2 Teori Kejenuhan (Burnout) 2.2.1 Pengertian Kejenuhan (Burnout)

Istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan kepada

masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1973. Ia mengamati

perubahan perilaku para sukarelawan setelah bertahun – tahun bekerja. Hasil

pengamatannya, ia laporkan dalam sebuah jurnal psikologi professional pada

tahun 1973 yang disebut sebagai sindrom burnout. Menurutnya, para relawan

tersebut mengalami kelelahan mental, kehilangan komitmen, dan penurunan

motivasi seiring dengan berjalannya waktu. (Farber, 1991:108)

Menurut Griffin (2003:149) kejenuhan adalah perasaan letih (secara fisik

dan mental) yang mungkin muncul saat seseorang mengalami stress yang terlalu

parah dalam jangka waktu yang lama. Burnout berakibat pada kelelahan

berkepanjangan, frustasi, dan keputusasaan. Lalu diikuti oleh peningkatan

kekakuan (tubuh), penurunan kepercayaan diri, dan perilaku penarikan diri

psikologis. Sang individu akan takut pergi ke kantor, sering kali bekerja lebih

panjang tetapi meraih lebih sedikit dibanding sebelumnya, dan menampakkan

keletihan mental dan fisik.

Kemudian Pines dan Aronson (1989:13) mendefinisikan burnout sebagai

kelelahan secara fisik, emosional dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka

(29)

16 dialami oleh seseorang yang bekerja di sektor pelayanan sosial yang cukup lama.

Dalam jangka panjang seseorang akan mengalami kelelahan, karena ia berusaha

memberikan sesuatu secara maksimal, namun memperoleh apresiasi yang

minimal.

Beban kerja yang berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang

harus dilayani, tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang

bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang melampaui kapasitas dan

kemampuan individu. Selain itu, beban kerja yang berlebihan dapat mencakup

segi kuantitaif yang berupa jumlah pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat kesulitan

pekerjaan tersebut yang harus ditangani. Dengan beban kerja yang berlebihan

menyebabkan karyawan merasakan adanya ketegangan emosional saat bekerja

sehingga dapat mengarahkan perilaku karyawan untuk menarik diri secara

psikologis dan menghindari diri untuk terlibat. (Maslach, 1982:63)

Kejenuhan meskipun jarang berakibat fatal, merupakan kondisi yang

menganggu di mana orang – orang kehilangan makna tujuan dasar dan

penyelesaian pekerjaannya. Kejenuhan berbeda dengan stress, kejenuhan

menyebabkan orang – orang yang sebelumnya sangat berkomitmen pada

pekerjaan mereka menjadi kecewa serta kehilangan minat dan motivasi (Mondy,

2009:)

2.2.2 Penyebab Kejenuhan (Burnout)

Menurut Caputo (1991, 12) penyebab burnout adalah sebagai berikut

(30)

17 1. Interaksi Dengan Publik

Pekerjaan yang melibatkan interaksi sosial dengan publik bersifat

sangat melelahkan. Pekerjaan tersebut membutuhkan banyak

energy untuk bersabar dalam menghadapi berbagai masalah yang

muncul, serta aktif dalam menjelaskan permintaan dan harapan

public yang tidak jelas, dan menunjukkan keahlian sosial yang

sesuai, tidak peduli apa yang pekerja itu rasakan.

2. Konflik Peran

Dua faktor penting dari konflik peran merupakan pemicu terhadap

burnout. Pertama adalah karena seseorang merasa kurang cocok

dengan pekerjaannya. Yang kedua adalah konflik antara nilai –

nilai individu dan tuntutan pekerjaan.

2. Penyebab Personal

Faktor penyebab personal dibagi menjadi empat, meliputi:

1. Jenis Kelamin

Peran gender umumnya menjadi faktor penentu stress dalam

pekerjaan. Ketika laki – laki maupun perempuan bekerja dalam

profesi yang dianggap bersifat feminine atau maskulin, pekerja

dapat mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri.

2. Usia

Orang yang berusia muda memiliki kemungkinan mengalami

burnout lebih besar daripada orang yang berusia lebih tua. Orang –

(31)

18

burnout, tetapi usia seseorang menjadi faktor yang lebih penting

daripada senioritas di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatann pengalaman hidup membuat individu memiliki

kemampuan yang lebih besar untuk mengatasi tekanan yang

mengarah ke burnout.

3. Status Perkawinan

Menjelaskan bahwa status perkawinan juga berpengaruh terhadap

timbulnya burnout. Alasannya adalah:

1.Seseorang yang telah berkeluarga pada umumnya

cenderung berusia lebih tua, lebih stabil dan lebih matang

secara psikologis,

2.Keterlibatan dengan keluarga dan anak dapat

mempersiapkan mental seseorang dalam menghadapi

masalah pribadi dan konflik emosional,

3.Kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga dapat

membantuk seseorang dalam mengatasi tuntutan emosional

dalam pekerjaan, dan

4.Seseorang yang telah berkeluarga memiliki pandangan

yang lebih realistis.

4. Pendidikan

Bahwa orang dengan empat tahun kuliah (sarjana) merupakan yang

(32)

19 pendidikan pascasarjana. Mereka yang berpendidikan di bawah

sarjana memiliki resiko terkena burnout lebih sedikit.

2.2.3 Gejala Terkena Kejenuhan (Burnout)

Menurut Potter (2005) burnout tidak terjadi dalam waktu singkat. Ini

adalah proses kumulatif, dimulai dengan tanda peringatan kecil, yang ketika

diabaikan bisa berkembang menjadi kondisi serius. Potter (2005) menjelaskan

gejala – gejala burnout meliputi:

1. Emosi Negatif

Terkadang perasaan frustasi, marah, depresi, ketidakpuasan dan

kegelisahan yang merupakan bagian normal dari kehidupan dan bekerja.

Akan tetapi pada orang yang terperangkap dalam siklus burnout emosi

negatif ini lebih sering terjadi sehingga lama – kelamaan menjadi kronis.

Dalam tahap – tahap selanjutnya terlihat kecemasan, rasa bersalah,

ketakutan yang kemudian menjadi depresi. Kemurungan dan mudah marah

juga merupakan tanda – tanda burnout.

2. Frustasi

Perasaan frustasi di dunia kerja dalam sebagian besar waktu bekerja dan

dalam melaksanakan tanggung jawab merupakan gejala awal burnout.

Namun, banyak korban burnout menyalahkan diri sendiri dengan

menunjukkan mereka frustasi atas kegagalan mereka sendiri.

3. Depresi

Perasaan depresi mendalam hampir sama dengan kelelahan emosional dan

(33)

20 sebagai respon terhadap situasi pekerjaan, hal itu dapat menjadi masalah

dalam diri individu yang menyebabkan gangguan kesehatan yang

memburuk dan penampilan kerja.

4. Masalah Kesehatan

Cadangan emosional korban burnout terkuras dan kualitas hubungannya

memburuk, ketahanan fisik mereka juga menurun. Mereka tampaknya

berada dalam keadaan tegang atau stress kronis. Lebih sering terkena

penyakit ringan, seperti pilek, sakit kepala, insomnia dan sakit punggung.

Korban burnout mengalami frustasi, perasaan bersalah, bahkan depresi.

5. KinerjaMenurun

Tingkat energi yang tinggi, kesehatan yang baik, dan kondisi prima yang

diperlukan untuk bekerja dengan kinerja tinggi semuanya bisa habis akibat

burnout. Efisiensi dan kualitas kerja mengalami penurunan. Kinerja

menurun mengakibatkan bekerja menjadi lebih menyakitkan dan kurang

menguntungkan, absensi juga akan meningkat, selain itu korban burnout

sering mengalami kondisi emosional. Tinggal menunggu waktu saja

sampai terjadi penurunan yang cukup besar dalam kualitas kinerja.

Hasilnya adalah penurunan produktivitas.

2.2.4 Aspek – Aspek Kejenuhan (Burnout)

Maslach dalam Sutjipto (2001:6) mengemukakan bahwa terdapat tiga

(34)

21 1. Kelelahan emosional yang ditandai dengan perasaan frustasi, putus asa,

sedih, tidak berdaya, tertekan dan merasa terjebak, mudah tersinggung dan

mudah marah tanpa alasan yang jelas;

2. Depersonalisasi, ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan

sosial, apatis, tidak peduli terhadap lingkungan dan orang – orang yang

ada di sekitarnya;

3. Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri, yakni individu tidak pernah

merasa puas dengan hasil karyanya sendiri, merasa tidak pernah

melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Sementara itu, Greenberg & Baron (1993:129) juga mengemukakan empat

aspek kejenuhan (burnout), yaitu:

1. Kelelahan fisik yang ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah

tidur, dan kurangnya nafsu makan;

2. Kelelahan emosional, ditandai dengan depresi, perasaan tidak berdaya,

merasa terperangkap dalam pekerjaannya, mudah marah serta cepat

tersinggung;

3. Kelelahan mental, ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain,

bersifat negatif terhadap orang lain, cenderung merugikan diri sendiri,

pekerjaan, organisasi dan kehidupan pada umumnya;

4. Rendahnya penghargaan terhadap diri, ditandai dengan tidak pernah puas

terhadap hasil kerja sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang

(35)

22 2.3 Teori Kepuasan Kerja

2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Adakalanya manusia bekerja hanya bermaksud mengisi waktu luang,

menghilangkan kejenuhan, atau alasan – alasan lain, seperti ingin menggerakkan

fisik agar mengeluarkan keringat. Jawaban paling umum dari pertanyaan

“mengapa orang bekerja” adalah bahwa mereka melakukan pekerjaan itu untuk

memperoleh kepuasan. Di samping untuk memenuhi kebutuhan hidup dari hari ke

hari, seseorang bekerja untuk memperoleh kepuasan kerja dan kepuasan yang

diperoleh dari hasil pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan kombinasi aspek

psikologis, sosiologis, dan suasana lingkungan. (Danim, 2004:109)

Menurut Umar (2008:38) kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan

pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Apabila

seseorang bergabung dalam suatu organisasi sebagai seorang pekerja, ia

membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa

lalu yang menyatu membentuk harapan kerja. Kepuasan kerja menunjukkan

kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan

pekerjaan.

Menurut Daft (2002:241) kepuasan kerja adalah sebuah sikap positif

terhadap pekerjaan seseorang. Secara umum, orang – orang mengalami sikap ini

ketika pekerjaan mereka sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan dan kepentingan –

kepentingan mereka, ketika kondisi kerja dan pengharapan (seperti gaji)

(36)

23 Pentingnya kepuasan bervariasi dan tergantung pada besarnya kendali yang

dimiliki karyawan.

Sedangkan menurut Griffin (2003:15) kepuasan atau ketidakpuasan kerja

adalah suatu sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu bahagia

atau puas pada pekerjaannya. Faktor – faktor pribadi seperti kebutuhan –

kebutuhan dan cita – cita individu mempengaruhi sikap ini, bersama – sama faktor

– faktor kelompok dan organisasional seperti hubungan dengan rekan kerja dan

supervisor serta kondisi kerja, kebijakan kerja dan kompensasi. Karyawan yang

memiliki kepuasan kerja cenderung jarang absen, memberikan kontribusi –

kontribusi positif, dan mau tinggal lebih lama dalam organisasi. Sebaliknya,

karyawan yang tidak puas cenderung lebih sering absen, mungkin mengalami

stress yang mengganggu rekan kerja, dan mungkin terus menerus mencari

pekerjaan baru.

Moorse dalam Panggabean (2004:35) mengemukakan bahwa pada

dasarnya, kepuasan kerja tergantung kepada apa yang diinginkan seseorang dari

pekerjannya dan apa yang mereka perole. Orang yang paling tidak merasa puas

adalah mereka yang mempunyai keinginan paling banyak, namun mendapat

paling sedikit. Sedangkan, yang paling merasa puas adalah orang yang

menginginkan banyak dan mendapatkannya.

2.3.2 Aspek – Aspek Kepuasan Kerja

Berkaitan dengan aspek – aspek kepuasan kerja, secara khusus Kreitner

dan Kinicki dalam Panggabean (2004:38) mengemukakan bahwa aspek – aspek

(37)

24 promosi, rekan kerja dan penyelia. Sementara itu Blau dalam Panggabean

(2004:38) mengemukakan bahwa selain terhadap hal – hal tersebut di atas,

kepuasan kerja juga relevan terhadap penilaian prestasi. Yang berarti bahwa :

1. Kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap setiap perlakuan yang mereka

terima di tempat kerja, termasuk kepuasan terhadap evaluasi pekerjaan,

seleksi, pemberian fasilitas dan tunjangan, insentif, atau pemberhentian,

dan

2. Kepuasan kerja bukan merupakan konsep yang berdimensi tunggal,

melainkan berdimensi jamak. Seseorang bisa saja merasa puas dengan

dimensi yang satu, namun tidak puas dengan dimensi yang lain.

2.3.3 Faktor – Faktor Penentu Kepuasan Kerja

Glison dan Durick dalam Panggabean (2004:40) mengemukakan bahwa

variabel – variabel penentu kepuasan kerja dapat dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok, yaitu

1. Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman keterampilan (skill

variety), identitas tugas (task identity), keberartian tugas (task

significance), otonomi (autonomy), dan umpan balik pekerjaan (feedback)

2. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi mencakup skala usaha, kompleksitas, formalisasi,

sentralisasi, jumlah anggota kelompok, anggaran anggota kelompok,

(38)

25 3. Karakteristik Individu

Karakteristik individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia,

masa kerja, status perkawinan, dan jumlah tanggungan.

Sementara menurut Robbins (2002:36) ada empat faktor yang menentukan

kepuasan kerja, yaitu

1. Pekerjaan yang Menantang

Pekerjaan yang menantang adalah pekerjaan-pekerjaan yang memberikan

kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan dan

menawarkan satu varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang

seberapa baiknya melakukan pekerjaan itu, yang secara mental menantang.

2. Ganjaran yang Pantas (Imbalan)

Imbalan yang pantas, dan atau imbalan yang layak adalah merupakan

keinginan karyawan akan system upah dan kebijakan promosi yang

mereka pandang adil, dan sesuai dengan pengharapan mereka.

3. Kondisi Kerja yang Mendukung

Kondisi kerja yang mendukung dikatakan bahwa keadaan tempat bekerja

yang menyangkut kenyamanan pribadi maupun kemudahan untuk dapat

melakukan pekerjaan dengan baik.

4. Rekan Kerja yang Mendukung

Memiliki rekan kerja yang supportif dan bersahabat dapat meningkatkan

kepuasan kerja. Perilaku dari pimpinan juga merupakan penentu utama

(39)

26 2.4 Teori Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau

daya penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya

kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya

mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan

memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan

perusahaan. (Hasibuan, 1996:72)

Menurut Kadarman & Udaya (2001:49) istilah motivasi mencakup 2

pengertian:

1. Suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh para manajer

2. Suatu dorongan psikis dalam diri seseorang yang menyebabkannya

berprilaku demikian, terutama dalam suatu lingkungan pekerjaan

Motivasi menjelaskan aktivitas manajemen atau sesuatu yang dilakukan

seorang manajer untuk membujuk / mempengaruhi bawahannya untuk bertindak

secara organisatoris dengan cara tertentu agar dapat menghasilkan kinerja yang

efektif. Motivasi juga berarti ketegangan psikis yang ada dalam diri seseorang

yang mendorongnya berprilaku demikian.

Motivasi adalah sekelompok faktor yang menyebabkan individu

berperilaku dalam cara – cara tertentu, seorang karyawan dapat memilih bekerja

sekeras mungkin, atau bekerja secukupnya untuk menghindari teguran, atau

bekerja seminimal mungkin. Tujuan manajer member motivasi adalah untuk

(40)

27 2.4.2 Teori – Teori Motivasi

Kadarman (2001:51) membedakan teori motivasi atas dasar content

theories, process theories, dan reinforcement theories. Content theories

merupakan teori motivasi yang memusatkan perhatian pada masalah “apa” (what)

motivasi itu. Process theories lebih berfokus pada masalah “bagaimana” (how)

dari motivasi. Reinforcement theories mempunyai penekanan pada cara – cara

perilaku itu dipelajari (learned).

Sedangkan menurut Nawawi (1997:351) telah dikembangkan enam teori

motivasi dari sudut psikologi, yang dapat diimplementasikan dalam manajemen

SDM di lingkungan suatu organisasi / perusahaan. Keenam itu adalah:

1. Teori Kebutuhan (Need) dari Abraham Maslow

Dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai kekuatan / tenaga (energy)

yang menghasilkan dorongan bagi individu untuk melakukan kegiatan,

agar dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut. Maslow dalam

teorinya mengetengahkan tingkatan kebutuhan, yang berbeda kekuatannya

dalam memotivasi seseorang melakukan suatu kegiatan. Urutan tersebut

dari yang terkuat sampai yang terlemah dalam memotivasi terdiri dari:

Kebutuhan Fisik, Kebutuhan Rasa Aman, Kebutuhan Sosial, Kebutuhan

Status/Kekuasaan dan Kebutuhan Aktualisasi Diri.

2. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Teori ini mengemukakan bahwa ada dua faktor yang dapat memberikan

(41)

28 1. Faktor sesuatu yang dapat memotivasi (motivator). Faktor ini

antara lain adalah faktor prestasi (achievement), faktor pengakuan /

penghargaan, faktor tanggung jawab, faktor memperoleh kemajuan

dan pengembangan dalam bekerja khususnya promosi, dan faktor

pekerjaan itu sendiri.

2. Kebutuhan Kesehatan Lingkungan Kerja (hygiene factors). Faktor

ini dapat berbentuk upah / gaji, hubungan antara pekerja, supervise

teknis, kondisi kerja, kebijaksanaan perusahaan, dan proses

administrasi di perusahaan.

3. Teori Prestasi (Achievement) dari McClelland

Teori ini mengklasifikasi motivasi berdasarkan akibat suatu kegiatan

berupa prestasi yang dicapai, termasuk juga dalam bekerja. Dengan kata

lain kebutuhan berprestasi merupakan motivasi dalam pelaksanaan

pekerjaan.

4. Teori Penguatan (Reinforcement)

Teori ini banyak dipergunakan dan fundamental sifatnya dalam proses

belajar, dengan mempergunakan prinsip yang disebut “Hukum Ganjaran”

(Law Of Effect). Hukum itu mengatakan bahwa suatu tingkah laku yang

mendapat ganjaran menyenangkan akan mengalami penguatan dan

cenderung untuk diulangi. Demikian pula sebaliknya suatu tingkah laku

yang tidak mendapat ganjaran, tidak akan mengalami penguatan, karena

(42)

29 5. Teori Harapan (Expectancy)

Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan: “terdapat hubungan

yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku,

dengan hasil yang ingin diperolehnya sebagai harapan.” Dengan demikian

berarti juga harapan merupakan energi penggerak untuk melakukan suatu

kegiatan, yang karena terarah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan

disebut “usaha.” Usaha di lingkungan para pekerja dilakukan berupa

kegiatan yang disebut bekerja, pada dasarnya didorong oleh harapan

tertentu.

6. Teori Tujuan Sebagai Motivasi

Dalam bekerja tujuan bukan harapan. Dalam kenyataannya harapan

bersifat subyektif dan berbeda – beda antara setiap individu, meskipun

bekerja pada unit kerja atau perusahaan yang sama. Setiap pekerja yang

memahami dan menerima tujuan organisasi / perusahaan atau unit

kerjanya, dan merasa sesuai dengan dirinya akan merasa ikut bertanggung

jawab dalam mewujudkannya.dalam keadaan seperti itu tujuan akan

berfungsi sebagai motivasi dalam bekerja, yang mendorong para pekerja

memilih alternative cara bekerja yang terbaik atau yang paling efektif dan

efisien.

2.4.3 Asas – Asas Motivasi

(43)

30

1. Asas Mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan

pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.

2. Asas Komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan

yang ingin dicapai, cara – cara mengerjakannya dan kendala – kendala

yang dihadapi.

3. Asas Pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan

yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang

dicapainya.

4. Asas Wewenang yang Didelegasikan, artinya memberikan kewenangan,

dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan

kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas – tugas itu dengan baik.

5. Asas Adil dan Layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus

berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.

6. Asas Perhatian Timbal Balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai

tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan

jenis motivasi. Tegasnya kerja sama yang saling menguntungkan kedua

belah pihak.

2.4.4 Tipe – Tipe Motivasi

Menurut Danim (2004:17) secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke

dalam empat jenis yang satu sama lain memberi warna terhadap aktivitas manusia.

(44)

31 organisasional. Motivasi yang mempengaruhi manusia organisasional dalam

bekerja atau mungkin menjauhi pekerjaan adalah seperti tersebut di bawah ini

1. Motivasi Positif

Motivasi positif didasari atas keinginan manusia untuk mencari

keuntungan – keuntungan tertentu. Manusia bekerja di dalam organisasi

jika dia merasakan bahwa setiap upaya yang dilakukannya akan

memberikan keuntungan tertentu, apakah besar atau kecil. Dengan

demikian, motivasi positif merupakan proses pemberian motivasi atau

usaha membangkitkan motif, di mana hal itu diarahkan pada usaha untuk

mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan

cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya. Jenis – jenis motivasi

positif antara lain imbalan yang menarik, informasi tentang pekerjaan,

kedudukan atau jabatan, perhatian atasan terhadap bawahan, kondisi kerja,

rasa partisipasi, dianggap penting, pemberian tugas berikut tanggung

jawabnya, dan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

2. Motivasi Negatif

Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari

rasa takut, misalnya, jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut

dikeluarkan, takut tidak diberi gaji, dan takut dijauhi oleh rekan sekerja.

Motivasi negatif berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu

mencapai tujuan.

3. Motivasi dari Dalam

(45)

32 – tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri.

Dengan demikian berarti juga bahwa kesenangan pekerja muncul pada

waktu dia bekerja dan dia sendiri menyenangi pekerjaannya itu. Motivasi

muncul dari dalam diri individu, karena memang individu itu mempunyai

kesadaran untuk berbuat.

4. Motivasi dari Luar

Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya

pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.

Motivasi dari luar biasanya dikaitkan dengan imbalan. Kesehatan,

kesempatan cuti, program rekreasi perusahaan dan lain lain. Manusia

bekerja, karena semata – mata didorong oleh adanya sesuatu yang ingin

dicapai dan dapat pula bersumber dari faktor – faktor di luar subjek.

2.4.5 Faktor-faktor Penentu Motivasi

Menurut Arep dan Tanjung (2003:151) ada beberapa faktor yang menjadi

penentu motivasi yakni:

1. Supervise teknis dan prestasi

2. Keterlibatan dalam saran dan ide

3. Tanggung jawab

4. Masa depan perusahaan

5. Kemampuan antarpersonal atasan

6. Upah, kebijakan perusahaan dan administrasi

7. Jaminan sosial dan status

(46)

33 9. Tunjangan hari raya keagamaan

10.Kondisi kerja

2.5 Penelitian Terdahulu

Soetopo (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stres Kerja

Dan Konflik Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Labuhan Ruku”. Dalam penelitian ini, terdapat pengaruh berarti antara

stress kerja dan konflik dengan kepuasan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIA Labuhan Ruku. Hasil uji Regresi Linier Berganda menunjukkan variabel

stress kerja dan konflik secara bersama – sama memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Labuhan

Ruku.

Feni Rusdiani Silvi (2014) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Burnout Dengan Kepuasan Kerja Pustakawan di Perpustakaan Universitas Negeri

Padang (UNP)”. Dalam penelitian ini, terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara burnout dengan kepuasan kerja pustakawan di Perpustakaan

UNP. Yang dibuktikan dengan hasil distribusi frekuensi beberapa indikator yang

menyatakan 38% atau hampir setengah dari total pustakawan yang berjumlah 50

orang masih kurang puas terhadap pekerjaannya sehingga terindikasi burnour.

Karen A. Jehn, Frank De Wit dan Manuela Barreto (2008) melakukan

penelitian dengan judul “Conflict Asymmetries: Effects on Motivation, Attitudes,

and Performance”. Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa konflik mengurangi

(47)

34 Ditemukannya efek yang signifikan dari konflik terhadap motivasi, menunjukkan

bahwa peserta mengharapkan untuk lebih di motivasi dalam pekerjaannya.

Ramon Diaz (2007) melakukan penelitian dengan judul ” Hubungan

Antara Burnout Dengan Motivasi Berprestasi Akademis Pada Mahasiswa Yang

Bekerja”. Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa semakin tinggi burnout yang

dialami individu maka semakin rendah motivasi berprestasi akademis, demikian

juga sebaliknya, semakin rendah burnout yang dialami individu maka motivasi

berprestasinya akan semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, adanya

hubungan negatif yang sangat signifikan antara skor burnout dengan skor motivasi

berprestasi.

Linda Sari (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan

Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Mawar Bakery & Cake

Shop Setia Budi Medan”. Berdasarkan hasil uji korelasi kepuasan kerja dengan

motivasi kerja, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

sangat kuat antara motivasi kerja terhadap kepuasan kerja Mawar Bakery & Cake

Shop Setia Budi Medan.

Tabel 2.1

(48)
(49)

36

2.6 Kerangka Konseptual

Menurut Susanto (2010) konflik kerja (x1), berhubungan dengan sejumlah

sikap kerja dan konsekuensi negatif, termasuk rendahnya kepuasan kerja secara

umum. Dan menurut Minarsih (2009) konflik kerja yang berakibat negatif akan

membuat individu mengalami stress kerja dan merasa tidak nyaman dengan

lingkungan kerjanya, dan apabila ini tidak dapat diatasi akan berakibat

menurunnya kepuasan kerja karyawan.

Sedangkan menurut Wiwik (2007) apapun penyebab dan bentuk dari

konflik itu harus segera diatasi/ditangani, karena akan tercipta suasana kerja yang

kurang kondusif. Meskipun typical orang itu berbeda-beda tetapi ketika ada

konflik dalam pekerjaannya/lembaga kerjanya tentunya akan mempengaruhi

motivasi kerja mereka.

Tsigilis & Koustelios (dalam Kanwar dkk, 2009) menyatakan bahwa

kejenuhan (burnout) dan kepuasan kerja merupakan respon kerja yang afektif dan

memiliki hubungan yang negatif artinya semakin rendah kejenuhan maka

(50)

37 (dalam Sharma, 2010) juga menemukan hal yang sama bahwa terdapat hubungan

yang negative antara kejenuhan (burnout) dan kepuasan kerja.

Sedangkan menurut Anoraga (2006) salah satu hal yang dapat

mempengaruhi terjadinya kecenderungan kejenuhan (burnout) adalah motivasi

kerja. Setiap manusia mempunyai alasan tertentu bersedia melakukan jenis

kegiatan atau pekerjaan tertentu, mengapa individu yang satu bekerja lebih giat,

sedangkan yang lainnya bekerja dengan biasa saja, hal ini sangat tergantung pada

motivasi yang mendasari individu tersebut.

Menurut Rosidah (2009) kepuasan atau ketidakpuasan secara individual

pegawai berasal dari kesimpulan yang berdasarkan pada perbandingan antara apa

yang diterima pegawai dibandingkan dengap apa yang diharapkan, diinginkan

atau dipikirkan oleh seorang. Kepuasan kerja tampaknya dapat memengaruhi

kehadiran seseorang dalam dunia kerja, dan ingin melakukan perubahan kerja,

yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap kemauan untuk bekerja. Keinginan

pegawai atau motivasi untuk bekerja biasanya ditunjukkan dengan dukungan

(51)

38 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Susanto (2010), Wiwik (2007), Kanwar dkk (2009), Sharma (2010), Anoraga (2006), Rosidah (2009)

2.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Konflik berpengaruh signifikan terhadap motivasi karyawan PT. Tolan

Tiga Medan.

2. Kejenuhan berpengaruh signifikan terhadap motivasi karyawan PT. Tolan

Tiga Medan.

3. Konflik berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepuasan kerja

karyawan PT. Tolan Tiga Medan.

4. Kejenuhan berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepuasan

kerja karyawan PT. Tolan Tiga Medan.

5. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT.

Tolan Tiga Medan.

6. Konflik berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap kepuasan

kerja melalui motivasi karyawan PT. Tolan Tiga Medan. KONFLIK KERJA

(X1)

MOTIVASI (Z)

KEPUASAN KERJA

(Y)

(52)

39 7. Kejenuhan berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap

(53)

40 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Menurut Sugiyono

(2004:8) penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek atau suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara

sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah konflik kerja

dan kejenuhan (burnout) sebagai variabel independen, kepuasan kerja sebagai

variabel dependen dan motivasi sebagai variabel intervening.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Tolan Tiga Indonesia (Sipef Group)

yang beralamat di Gedung Bank Sumut Lt. 7 Jl. Imam Bonjol no. 18 Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan

April 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Maka,

(54)

41 konflik kerja (x1) dan kejenuhan (burnout) (x2) , variabel terikat (dependent) yaitu

kepuasan kerja (y) dan variabel intervening yaitu motivasi (z).

3.4 Operasionalisasi Variabel

Pada penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah

semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk

memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka

perlu definisi variabel yang akan diteliti sebagai berikut :

1. “Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).”

(Sugiyono,2012:59)

Adapun yang menjadi variabel bebas adalah:

a. Variabel Konflik Kerja (x1)

“Perselisihan atau ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota

organisasi yang timbul karena adanya perbedaan status, tujuan dan

persepsi, masalah komunikasi, hubungan pribadi atau struktur

organisasi.”

b. Variabel Kejenuhan (burnout) (x2)

“Perasaan letih secara fisik, emosional dan mental yang mungkin

muncul saat seseorang mengalami stress yang terlalu parah dalam

jangka waktu yang lama.”

2. “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas.” (Sugiyono, 2012:59)

(55)

42 a. Variabel Kepuasan Kerja (y)

“Keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan bagi para karyawan terhadap pekerjaannnya

disebabkan pekerjaan, fasilitas dan lingkungan kerja.”

3. “Variabel intervening merupakan variabel yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen,

tetapi tidak dapat diamati dan diukur.” (Sugiyono, 2012:61)

Adapun yang menjadi variabel intervening adalah:

a. Variabel Motivasi (z)

“Dorongan kepada seseorang agar mau bekerja dengan

memberikan kemampuan dan keahliannya secara optimal guna

mencapai tujuan organisasi.”

Tabel 3.1

Definisi Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala Ukur antara dua atau lebih anggota 2. Hubungan baik 3. Perasaan mudah marah

2. Perselisihan ide 3. Perbedaan pandangan

4.Ketidaksepakatan keputusan

(56)

43

2. Kelelahan emosi 3. Kelelahan

3. Menjauhi rekan

3.Ketidak-1.Penghargaan 1. Gaji 2. Tunjangan 3. Peluang Promosi

Interval 2. Suasana bekerja

Motivasi

1. Intrinsik 1. Pekerjaan itu sendiri

2. Ekstrinsik 1. Supervisor/ pengawasan 2. Promosi 3. Kondisi kerja 4. Insentif

(57)

44 Penelitian ini menggunakan skala Interval dan menggunakan Semantic

differensial sebagai alat ukur. Semantik differensial digunakan untuk mengukur

sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda, tetapi tersusun dalam satu garis

kontinum yang jawaban “sangat positif” terletak di bagian kanan garis, dan

jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. (Sugiyono,

2012:138).

Tabel 3.2

Instrumen Skala Semantic Differensial Jawaban

Sangat negatif

� � � � � Sangat positif

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Populasi (Sugiyono,2012:115) adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia

Medan yang berjumlah 92 orang (Data Mei 2013).

Tabel 3.3

Data Karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia (Mei 2013) Departemen & Section Jumlah Karyawan

1. Human Resources & Admin Dept.

2. Company Doctor

3. Estate Dept.

4. Finance & Account Dept. 5. Engineering Dept.

6. Internal Audit Dept.

7. Information & Technology Dept. 8. Marketing Dept.

9. Purchasing Section 10. Corporate Affair

(58)

45 11. Environment & Conservation

Dept.

4

JUMLAH 92 orang

Sumber : PT. Tolan Tiga Indonesia Medan 3.6.2 Sampel

Sampel (Sugiyono,2012:116) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian

ini menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2008):

Dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (error term)

Populasi (N) sebanyak 92 orang karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia

Medan di Medan dengan asumsi tingkat kesalahan (e) sebesar 10%, maka

perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

Perhitungan sampel dilakukan dengan metode proportionate stratified

random sampling, teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsure

yang tidak homogeny dan berstrata secara proporsional (Sugiyono,2012:118).

Jumlah sampel pada masing-masing unit kerja ditentukan melalui rumus:

n =

1+ ��2

n = 92

1+92 (0,1)2 n = 48 orang

Sampel1 = ��������1

�������������1

(59)

46 Persentase pemilihan responden yang dijadikan sampel diperlihatkan pada tabel 3.4:

Tabel 3.4

Penentuan Sampel Penelitian

Departemen & Section Penentuan Sampel (Proporsional)

Jumlah Sampel 1. Human Resources & Admin Dept.

2. Company Doctor

3. Estate Dept.

4. Finance & Account Dept. 5. Engineering Dept.

6. Internal Audit Dept.

7. Information & Technology Dept. 8. Marketing Dept.

9. Purchasing Section 10. Corporate Affair

11. Environment & Conservation Dept.

3.7 Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian ini

untuk membantu memecahkan masalah, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung di

lokasi penelitian melalui kuesioner dan wawancara mengenai variabel

yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data diperoleh untuk melengkapi data primer dalam

(60)

47 Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, serta data

lain yang mendukung.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Kuesioner

Kuesioner yaitu suatu daftar yang berisi pernyataan-pernyataan untuk

ditanggapi oleh para responden.

2. Wawancara

Wawancara yaitu suatu cara pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti dengan tanya jawab secara lisan maupun tatap muka (face to face)

dengan responden.

3. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

responden.

4. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca dan

mempelajari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari internet yang

berhubungan dengan penelitian.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada 30 orang

responden yang diambil dari luar sampel penelitian yang dilakukan di PT. London

(61)

48 (Statistic Product and Service Solution) versi 16.0 for windows. Instrument yang

valid dan reliable. Valid artinya data-data yang diperoleh melalui kuesioner dapat

menjawab tujuan penelitian ini, sedangkan reliable artinya konsisten atau stabil

bila digunakan untuk penelitian lain.

3.9.1 Uji Validitas

Validitas (Azwar, 2003) berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai

korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan nilai r Tabel. Kriteria dalam

menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung≥ rtabel maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung≤ rtabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (Azwar, 2003) merupakan penerjemahan dari kata reliability

yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas

tinggi disebut sebagai pengukuran reliabel (reliable). Reliabilitas adalah

sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pertanyaan yang telah

dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Jika ralpha positif atau ≥ dari rtabel maka pertanyaan reliabel.

2. Jika ralpha negatif atau ≤ dari rtabel maka pertanyaan tidak reliabel.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Semantic Differensial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel Motivasi dan Kepuasan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan secara parsial, loyalitas karyawan berpengaruh positif

Motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pada World Brand Factory (WBF) Kuta-Bali. Nilai positif tersebut menunjukkan bahwa

Hasil Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kepuasan kerja terbukti berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan, motivasi kerja terbukti berpengaruh positif terhadap

Disiplin Kerja dan Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja karyawan, sedangkan pengembangan karir tidak berpengaruh

Faktor personal dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi ketika individu – individu dalam organisasi tidak dapat saling memahami satu sama lain, sehingga terjadi

Disiplin Kerja dan Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja karyawan, sedangkan pengembangan karir tidak berpengaruh