• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Nilai Moral Terhadap Wu Wei Dalam Karya Laozi Says

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendekatan Nilai Moral Terhadap Wu Wei Dalam Karya Laozi Says"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN NILAI MORAL TERHADAP WU WEI DALAM KARYA LAOZI

SAYS

老子“无为”思想对人和社会的影响研究

(L

ǎozi “wúwéi” sīxiǎng duì rén hé shèhuì de yǐngxiǎng yánjiū

)

SKRIPSI Oleh:

YAN SISCA 080710024

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA MEDAN

(2)

PENDEKATAN NILAI MORAL TERHADAP WU WEI DALAM KARYA LAOZI

SAYS

老子“无为”思想对人和社会的影响研究

(L

ǎozi “wúwéi” sīxiǎng duì rén hé shèhuì de yǐngxiǎng yánjiū

)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina

Oleh :

YAN SISCA

NIM: 080710024

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Johnson Pardosi, Msi Chen Shu Shu,MTCSOL

NIP. 1966 0402 1992 031003

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

2012

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi Sastra Cina

Ketua,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP: 19630109 198803 2 001

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya dalam Bidang Ilmu Sastra Cina pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada

Tanggal : 26 Juli 2012

Hari : Kamis

Pukul : 13.30 – 15.30 WIB

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A ( ) 2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M. Si. ( )

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang pernah saya peroleh.

Medan, 26 Juli 2012

Penulis,

Yan Sisca

(6)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Pendekatan Nilai Moral Terhadap Wu Wei dalam Karya Lao Zi Says”. This research is based thinking that the value of Wu Wei in the Lao Zi Says is began to degenerate now. The aim of this writing is to find out the the three moral value of Wu Wei in the Lao Zi Says and to know the most dominant moral value that used in human life. The theory used to know the moral value of Wu wei in the Lao zi Says is ethical theory. The methodology used in this thesis is descriptive. The result shows that there are the three moral value of Wu Wei in the Lao Zi Says that most dominant used in our life.

(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan

berkatNya dalam hidup saya hingga saat ini selalu menyertai dan mengiringi langkah saya.

KasihNya yang mengajarkan saya kesabaran dalam menulis skripsi, dan berkatnya yang tidak

berkesudahan selalu melimpah dalam hidup saya. Hingga saya dapat menyelesaikan skripsi

yang diberi judul “Pendekatan Nilai Moral Terhadap Wu Wei dalam Karya Lao Zi Says”.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Budaya,

Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Sepanjang

Menyusunan skripsi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan

dukungan, semangat, materi, waktu, bimbingan dan doa kepada penulis. Oleh karena itu saya

ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra Cina, Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina,

Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen spiritual saya.

4. Bapak Drs. Jhonson Pardosi, M.Si selaku pembimbing I dan sekaligus bapak angkat.

Bapak telah banyak membantu saya memberikan masukan, kritik dan meluangkan

(8)

5. Chen Shushu, MTCSOL selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu, memberikan banyak masukan, kritikan, dan semangat kepada saya selama

menulis skripsi Mandarin.

6. Seluruh dosen Jinan University yang mengajar di Program Studi Sastra China dari saya

semester satu sampai semester akhir semester delapan ini, dan staf pengajar Fakultas

Ilmu budaya yang telah memberikan ilmunya kepada saya dan mendidik saya selama

masa perkuliahan..

7. Kedua orang tua yang saya sayangi Ayahanda Jhony Ling dan Ibunda tercinta Santy

yang telah membesarkan saya, mendidik, memberikan doa, nasehat, semangat, kasih

sayang dan pengorbanan baik moril dan materil. Kepada kakak Yanti dan dua adik saya

tercinta Yan Jefri dan Yan vinna yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat

kepada saya.

8. Teman-teman seperjuangan saya yang selalu ada disaat suka maupun duka, yang telah

banyak membantu dalam memberikan semangat, saran, kritik, dan canda tawa yang

menghibur dikala hati gunda. Mereka adalah pejuang dalam skripsi saya: Natalinda Br

Nainggolan, Miyanty Huang, Dameria Elizabeth, Budiman Pusuk, dan juga

teman-teman angkatan 2008 yang sama-sama berjuang dalam menulis skripsi ini.

9. Teman terkasih saya Jenis Khan yang selau memberikan semangat, doa, dan waktunya

(9)

10. Teman-teman spesial saya Liana, Rina, Sujanty, Gunawan, Hendrik Lynx, Fadli Longji,

Lidya, Jennie, Rudy, Bety Sarlim, Jhony kiejunghee, Julita, Yanti, Suffana dan semua

pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas doa dan dukungannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang disajikan ini

sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan, oleh

sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun skripsi ini.

Akhir kata, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha

Esa selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua.

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II Tinjauan Pustaka, Konsep, dan Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2 Konsep ...….. 9

2.2.1 Nilai Moral... 10

2.2.2 Lao Zi ...10

2.2.3 Daodejing ... ... 11

2.2.5 Wu Wei ...... 11

2.3 Landasan Teori ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 15

3.2 Data dan Sumber Data ... 15

(11)

3.4 Teknik Analisis Data ... 17

BAB IV PENDEKATAN NILAI MORAL WU WEI DALAM KARYA LAO ZI SAYS 4.1 Nilai Moral Wu Wei dalam Karya Lao Zi Says ... 18

4.1.1 Nilai Wu Wei berdasarkan Etika Normatif Individu ... 18

4.1.1.1 Nilai Wu Wei yang Bersifat Rendah Hati ... 18

4.1.1.2 Nilai Wu Wei yang Bersifat Lemah Lembut ... 27

4.1.1.3 Nilai Wu Wei yang Bersifat Penyangkalan Diri... 36

4.1.2 Nilai Wu Wei Berdasarkan Etika Normatif Sosial... 54

4.1.2.1Etika Normatif Sosial dalam Masyarakat... 54

4.1.2.2 Etika Normatif Sosial dalam 4.2 Nilai Moral Wu Wei yang Paling Dominan dalam Karya Lao Zi Says... 94

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 97

(12)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Pendekatan Nilai Moral Terhadap Wu Wei dalam Karya Lao Zi Says”. This research is based thinking that the value of Wu Wei in the Lao Zi Says is began to degenerate now. The aim of this writing is to find out the the three moral value of Wu Wei in the Lao Zi Says and to know the most dominant moral value that used in human life. The theory used to know the moral value of Wu wei in the Lao zi Says is ethical theory. The methodology used in this thesis is descriptive. The result shows that there are the three moral value of Wu Wei in the Lao Zi Says that most dominant used in our life.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Lao Zi adalah salah satu filsuf yang berpengaruh di Cina. Lao Zi (dibaca Lao Zi) atau

lebih dikenal di Indonesia dengan nama Lao Tzu memiliki nama asli Li Er, hidup pada abad

ke-4 (570- 470 SM) di provinsi Ku, Negara Chu, sekarang dikenal dengan Provinsi Henan.

Pada saat zaman periode perang saudara (775-221 SM), Lao Zi memunculkan hasil

pemikirannya yang disebut Wu Wei atau tidak ada tindakan. Inti pemikiran tersebut

dimunculkan setelah Lao Zi mengamati dan merenungkan fenomena alam (Dao) serta realitas

hidup masyarakat feodal yang menderita akibat peperangan yang terjadi pada saat itu,

sekaligus untuk menentang inti pemikiran yang lain yang muncul, yaitu You Wei yang secara

harafiah diartikan sebagai mempunyai tindakan. Menurut Lao Zi lebih baik berdiam diri,

bersikap tenang dan sederhana dalam menyelesaikan segala sesuatu tanpa harus

mengorbankan banyak nyawa yang tak berdosa, karena pada akhirnya hanya akan

menimbulkan kerisauan pada hati.

Selama ini paradigma orang berpendapat bahwa Dao (dibaca Tao) merupakan inti

ajaran Lao Zi dan pengikutnya disebut dengan Dao Jia. Namun, sebenarnya Lao Zi hanya

mengembangkan ajaran Dao tersebut. Lao Zi menggabungkan inti pemikirannya yaitu Wu

(14)

Gambar 1: Skema Daodejing

Kitab Daode terbagi atas dua judul yaitu kitab De yang disebut “Dejing” dan kitab

Dao yang disebut “Daojing. Kitab Daode terdiri dari 5000 aksara Cina, dalam 81 bab. Kitab

Dao terdiri dari 37 bab (bab 1- bab37), kitab De terdiri dari 43 bab (bab38- bab 81).

Di dalam kitab Daode terdapat nilai etika seperti nilai etika Yin dan Yang, nilai etika

Dao dan nilai etika Wu Wei. Nilai Wu Wei merupakan nilai etika dalam buku Daodejing

(kitab Daode) yang jarang dipelajari, karena pada zaman sekarang orang-orang cenderung

lebih mengenal nilai etika You Wei. Secara harafiah You Wei berarti mempunyai tindakan,

namun makna sebenarnya dari You Wei adalah sifat yang bertujuan untuk mendapatkan

apresiasi, balas jasa, bahkan pahala di akhirat nanti atas segala perbuatan yang dilakukan

sedangkan Wu Wei sebaliknya.

Nilai Wu Wei diterjemahkan secara harafiah “tidak mempunyai kegiatan” atau “tidak

berbuat”, dalam arti berada dalam posisi yang wajar, tidak melebih-lebihkan, serta tidak

melawan hakekat yang sudah ditetapkan. Melihat Wu Wei dengan kacamata filsafat memiliki

Dao

Inti pemikiran Lao

(15)

makna yang lebih dalam, bahkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Nilai Wu Wei

sudah lama diterapkan oleh masyarakat Cina, seperti yang terdapat pada buku Ceng Shi Qiang

yang berjudul Zhong Guo ShiGuan Li (2003: 127) menyatakan: “…Wu Wei sebagai standart

dalam kehidupan masyarakat pada masa itu, di mana diaplikasikan dalam dunia bisnis, hukum,

bahkan pemerintahan”.

Agar nilai Wu Wei dapat dijalankan, maka harus memiliki tiga nilai dasar moral.

Pertama, rendah hati yang mempunyai arti bersatu dengan inti kehidupan, selalu dekat

dengan keaslian diri yang sederhana dan tulus. Kedua, lemah lembut yang mempunyai arti

menjauhi kekerasan, karena hakikat kekerasan adalah merebut sesuatu untuk diri sendiri.

Ketiga, penyangkalan diri yang mempunyai arti manusia tidak merasa memiliki dirinya

sendiri dan hanya orang yang menyangkal diri dengan mengatakan bahwa dia bukan pemilik

dirinya, akan dapat masuk dalam ketenangan sempurna.

Tiga nilai dasar moral Wu Wei yang diajarkan oleh Lao Zi merupakan nilai yang

tertinggi dalam nilai moral manusia, karena ketika manusia dapat melaksanakan ketiga nilai

moraltersebut maka manusia dapat mencapai keadaan Dao (kebahagiaan tertinggi).

Nilai Wu Wei jika dilihat dari sistem perekonomian sekarang, eksistensinya sudah

mengalami kemerosotan dan mungkin sudah jarang bisa ditemukan. Hal ini disebabkan

masyarakat yang hidup pada zaman sekarang lebih memprioritaskan hal yang bersifat You

Wei seperti yang dijelaskan di atas.

Meskipun nilai Wu Wei telah mengalami kemerosotan, namun tak dapat dipungkiri

(16)

sebagian kalangan masyarakat, salah satunya adalah Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah

dibentuk oleh seorang Bhiksuni yang dikenal hangat masyarakat dengan sebutan Sheng Yan.

Eksistensi Wu Wei dapat dilihat dalam tiga renungan yang dikutip dari buku Sheng

Yan yang berjudul 108 adages of wisdom. Renungan pertama tentang kerendahan hati. Nilai

moral tersebut diibaratkan alam semesta dalam konsep Dao, yang menyatakan bahwa alam

semesta bisa berlangsung lama karena alam melakukan segala sesuatu dengan tidak

mementingkan diri sendiri, oleh karena itu alam bisa bertahan. Kerendahan hati juga membuat

kita dicintai dan dihormati. Sheng Yan (2008: 127) menyatakan bahwa: ”…Hidup yang positif

berlandaskan kerendahan hati, semakin rendah ego kita, maka semakin besar rasa aman yang

akan kita rasakan”.,

Renungan kedua tentang kelemah-lembutan. Nilai moral tersebut sangat menentang

kekerasan, karena dalam konsep Dao dikatakan bahwa mengalah berarti memelihara, bersikap

lentur berarti melangkah maju. Sheng Yan (2008: 46) menyatakan bahwa: “…Bersikap bijak

dalam meluruskan prasangka dan menyelesaikan masalah, memberikan kemudahn kepada

orang lain dengan cinta kasih dan kelemah-lembutan, maka akan mengurani kerisauan dalam

hati.”

Renungan ketiga tentang penyangkalan diri. Nilai moral tersebut apabila dilihat dalam

konsep Dao, maka dikatakan bahwa tidak ada motif keakuan dalam hal penciptaan. Oleh

karena itu segala hal yang dapat memacu tingkatnya rasa ketidakpuasan dan keserakahan

manusia hanya akan menghasilkan akhir yang tidak baik, seperti halnya dengan harta yang

melimpah dan kepopularitas hanya akan menuntun seseorang menjalani hidup yang

(17)

bahwa: “…Orang bijak hidup selaras dengan kebenaran, orang dungu hidup demi mengejar

kemashyuran dan kekayaan”.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti nilai Wu Wei

berlandaskan tiga nilai dasar moral melalui pendekatan nilai moral. Penulis mencoba untuk

mengkaji lebih jelas lagi tiga dasar moral dari nilai Wu Wei.

1.2 Batasan Masalah

Sebuah penelitian perlu dibatasi agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan menjadi

tidak terfokus. Maka, penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada tiga nilai dasar

moral Wu Wei dalam pendekatan nilai moral individu dan nilai moral sosial.

1.2Rumusan Masalah

Nilai moral yang terkandung dalam nilai Wu Wei tentu akan memberikan

dampak positif serta mampu memberikan pengaruh besar dalam pola berpikir dan berperilaku

yang lebih baik didalam masyarakat. Melalui buku yang berjudul Lao Zi Says, peneliti akan

mengkaji beberapa hal yaitu:

1 . Bagaimana tiga moral Wu Wei dalam karya Lao Zi Says?

2. Nilai moral Wu Wei manakah yang paling dominan dalam aplikasi

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tiga nilai moral Wu Wei dalam karya Lao Zi Says

2. Mengetahui nilai moral Wu Wei yang paling dominan dalam aplikasi kehidupan dalam

karya Lao Zi Says

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan mampu

mempengaruhi cara berpikir dan bertindak serta dapat memberikan pengaruh yang positif bagi

masyarakat, sehingga kajian tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengaplikasian

nilai Wu Wei secara tepat dan akurat dalam kehidupan kemasyarakatan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini, dengan mengetahui nilai Wu Wei dari tiga nilai dasar moral

yang terkandung di dalamnya diharapkan dapat menambah pengetahuan setiap orang yang

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Andri Wang penulis buku Dao De Jing-Lao Zi yang merupakan buku pertama yang

diterjemahkan secara utuh dan komplit dari manuskrip asli yang ditemukan dalam kuburan

kuno Dinasti Han yang disebut dengan Ma Wang Dui pada tahun 1973. Di tengah

ketidakpastian dan kegalauan manusia saat ini, buku ini mampu memberikan arah, pegangan,

dan makna bagi kehidupan setiap manusia,sebagaimana yang diakui oleh Tolstoy, ”Dao

merupakan kekuatan pikiran untuk melenyapkan ketamakan manusia, nafsu birahi, dajn

mampu meningkatkan kematangan spiritual.”

R.L.Wing, pengarang dari buku popular I Ching Workbook dalam buku Tao Kekuatan

(Dao De Jing) menggabungkan prinsip-prinsip manajemen, fisika, dan evolusi dengan

pemahaman budaya serta filsafat dari pendekatan Timur, serta menganggap Dao kekuatan

sebagai alat untuk meningkatkan hubungan antarpribadi yang dapat diterapkan pada

kehidupan, yang diberikan Lao Zi kepada dunia.

Leman, dalam bukunya The Best Chinese Life of Philosophies telah mengungkit Wu

Wei dan telah menyatakan bahwa kita harus menggunakan cara-cara yang cerdik daripada

sekedar bekerja keras atau mengandalkan otot. Don’t just work hard, but work smart.

Artikel yang ditulis oleh 黄烂章 (Huang Lan Zhang) berjudul 老子向往的社会 Lao

(20)

yang membahas tentang pandangan laozi terhadap masyarakat ke depannya yang

diplubikasikan secara online pada 16 Mei 2006.

Artikel yang ditulis oleh 李因全(Li Yin Quan) yang berjudul “全球化”与老子思想当

今价值 “quan qiu hua” yu Lao Zi si xiang xiang dang jia zhi (Perubahan zaman” dengan

nilai atas pemikiran Lao Zi pada zaman sekarang) yang diplubikasikan secara online pada 11

april 2006, yang merupakan penelitian tentang perubahan zaman yang didasari dengan nilai

pemikiran Lao Zi pada masa sekarang.

2.2 Konsep

Berdasarkan KBBI (1995: 456) konsep diartikan sebagai rencana atau pengertian yang

diabstrakkan dari pengertian konkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di

luar bahasan yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Peneliti akan

menggambarkan objek yang diteliti secara abstrak, yaitu gambaran berupa

pengertian-pengertian yang berkaitan dengan penelitian nilai moral dalam Wu Wei yang terdiri dari: nilai

moral, Lao Zi, Daodejing dan Wu Wei.

2.2.1 Nilai Moral

Kata moral berasal dari bahasa latin Mores. Mores berasal dari kata Mos yang berarti

kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan ajaran kesusilaan.

Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.

Dalam buku Etika Individual, Pola Dasar Filsafat Moral oleh Burhanuddin (2000: 22)

(21)

manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dari

akal budi manusia.”

Menurut Aristoteles (Burhanuddin, 2000: 31) nilai moral adalah manusia itu dalam

semua perbuatannya, bagaimanapun juga mengejar sesuatu yang baik.

2.2.2 Lao Zi

Lao zi mempunyai nama asli Li Er. Lao Zi yang berarti “guru tua” atau “sesepuh”

dinamakan kepada Li Er sebagai tanda penghormatan kepadanya. Lao Zi yang hidup pada

abad ke-4 (570- 470 SM) tersebut mempunyai keyakinan yang berbeda dengan keyakinan

umum yang sudah sejak lama yang mana mengatakan bahwa manusia harus tunjukkan bahwa

ia kuat dan tak lemah, cerdas dan tak bodoh. Berbeda dengan Lao Zi yang berprinsip bahwa

manusia harus jujur dan tak licik, tanpa motif dan kehendak, tanpa pamrih dan rendah hati,

berpikir jernih dan alami.

2.2.3 Daodejing

Daodejing merupakan sebuah kitab klasik yang ditulis oleh Lao Zi. Daodejing juga

diartikan oleh sebagian penganut ajaran Dao sebagai “Klasik tentang Jalan Kuasa”, dan ada

juga yang mengartikannya sebagai “Kitab mengenai Hukum Dunia dan kekuatannya”.

2.2.4 Wu Wei

Wu artinya tidak, tidak punya, tidak ada, kosong, atau hampa. Wei artinya berbuat,

melakukan, mengerjakan. Secara harafiah Wu Wei diartikan sebagai tidak melakukan apa-apa

(22)

mencapai hasil yang maksimal kita harus selaras dengan alam, tidak berjuang dengan arus

melainkan mengalir bersamanya.

Terdapat tiga nilai dasar moral yang menjadi kunci untuk menjalankan nilai Wu Wei

yaitu rendah hati, lemah lembut, dan penyangkalan diri. Masing-masing dari ketiga nilai dasar

moral tersebut dapat dijabarkan dan disesuaikan dengan beberapa filsafat Lao Zi, dan

uraiannya sebagai berikut:

1. Rendah hati, nilai moral tersebut tercermin dari salah satu filsafat Lao Zi yang

mengatakan “不自见 , 故明;不自是, 故彰;不自伐,故有功;不自矝,故

长.”(Bù zì jiàn, gù míng; bù zì shì, gù zhāng; bù zì fá, gù yǒugōng; bù zì jīn, gù

zhǎng). Artinya tidak mementingkan diri sendiri, maka akan diingat sepanjang masa; tidak menganggap dirinya yang benar, dengan demikian ia baru bisa

membedakan mana benar dan salah; tidak membanggakan diri, maka ilmu yang ia

dapat akan lebih banyak ; tidak sombong , maka ia baru bisa menjadi pemimpin.

2. Lemah lembut, nilai moral tersebut tercermin dari salah satu filsafat Lao Zi yang

mengatakan“兵强则灭,木强则折。强大处下,柔弱处上.” ( Bīng qiáng zé miè,

mù qiáng zé zhé. Qiángdà chǔ xià, róuruò chù shàng). Artinya tentara yang kuat sebaliknya akan musnah, pohon yang besar dan tinggi akan patah. Keadaan yang

kuat pada awalnya akan berubah menjadi lemah, sehingga ia akan berada di bawah.

Dari keadaan lemah pada awalnya dan menuju keadaan kuat, maka ia yang akan

berada di atas.

3. Penyangkalan diri, nilai moral trsebut tercermin dari salah satu filsafat Lao Zi yang

(23)

guān qí miào; cháng yǒu yù, yǐ guān qí jiǎo)。Artinya oleh karena itu bila mampu

mempertahankan keadaan yang bersih dari nafsu, maka akan dapat mengamati

antara perbedaan langit dan bumi; kalau keinginan terlalu banyak, maka hanya

akan dapat melihat fenomena langit dan bumi dari permukaannya saja. Leman

(2007: 35) telah mengatakan :

“Orang yang bekerja keras tanpa merasa capek atau terbebani, dan bisa menikmati apa yang dikerjakannya, menandakan bahwa orang tersebut sebenarnya telah menerapkan konsep Wu Wei (sesuai bakat) dalam hidupnya. Sebaliknya, apabila apa yang Anda kerjakan seakan-akan terasa sebagai beban, berarti anda telah mengerjakan pekerjaan yang salah.”

2.3 Landasan Teori

Penulisan skripsi yang berjudul “ Pendekatan Nilai Moral Terhadap Wu Wei dalam

Karya Lao Zi Says” menggunakan landasan teori etika untuk membahas lebih dalam lagi nilai

Wu Wei.

Etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas nilai moral manusia

berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Etika normatif dalam buku Abdullah (2006: 594)

menyatakan: “…Etika normatif atau yang sering disebut sebagai etika filsafat (philosophical

ethics) merupakan sebuah aturan yang mengarahkan secara konkret bagaimana seharusnya

bertingkah laku sehingga terhindar dari pelanggaran norma yang berlaku dalam masyarakat.”

Abdullah (2006: 596,597) membagi etika normatif ke dalam dua bagian yaitu etika

normatif umum dan etika normatif khusus. Etika normatif umum merupakan suatu ilmu yang

(24)

normatif ini terbagi atas tiga bagian yaitu etika normatif dalam sopan santun, etika normatif

dalam bidang hukum, dan etika normatif dalam bidang tingkah laku.

Etika normatif khusus merupakan prinsip-prinsip norma yang secara umum

diterapkan menjadi wilayah perilaku manusia yang khusus. Etika normatif ini dibagi menjadi

dua yaitu etika individu dan etika sosial. Etika individu berkaitan dengan kewajiban manusia

terhadap diri sendiri sedangkan etika sosial membahas tentang tanggung jawab manusia

sebagai manusia terhadap sesama, baik itu didalam keluarga, masyarakat maupun bernegara.

Abdullah dalam bukunya Pengantar Studi Etika menyatakan:

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian desktiptif. Metode

penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan

menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

3.1 Data dan Sumber Data

Data adalah keterangan yang disimpan atau dicari untuk mendapat kebenaran. Jika

dilihat dari KBBI, data adalah keterangan yang benar dan nyata yang dapat dijadikan dasar

kajian.

Data yang diperoleh melalui buku-buku, majalah, internet, jurnal-jurnal,

artikel-artikel di surat kabar dan lain-lain. Kemudian akan dipilah-pilah untuk dibagikan. Data utama

yang diambil oleh peneliti adalah

Judul buku : Lao Zi Says, Wise Men Talking Series

Penulis : Cai Xi Qin

Tahun terbit : 2006, cetakan pertama

Penerbit : Sinolingua

Jumlah halaman : 201 halaman

Warna sampul : Warna abu-abu

Data pendukung yang diambil oleh peneliti adalah Buku The Best Chinese Life of

(26)

Hubungan antar Pribadi, Tao Te Ching : 81 Filsafat Hidup Tao, Dao De Jing, 108 Adages of

Wisdom,dan 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa dan jurnal-jurnal elektronik

akademik China.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan secara studi kepustakaan atau library research.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan

kajian penelitian melalui media elektronik, gramedia, dan perpustakaan.

2. Mengidentifikasi dari beberapa buku, jurnal, dan artikel yang dikumpulkan, kemudian

diambil data-data yang sesuai dengan objek kajian.

3. Buku yang kurang berhubungan dengan objek kajian dijadikan sebagai substansi atau

pelengkaps untuk mendukung penyempurnaan objek kajian.

1.7.3 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dari karya Lao Zi Says, selanjutnya diterjemahkan dan

dikelompokkan berdasarkan nilai Wu Wei, yaitu rendah hati, lemah lembut, dan penyangkalan

diri. Berdasarkan pengelompokkan itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Nilai rendah hati dalam karya Laozi Says mempunyai 30 butir.

2. Nilai lemah lembut dalam karya Lao Zi Says mempunyai 25 butir.

3. Nilai Penyangkalan diri dalam karya Lao Zi Says mempunyai 45 butir.

(27)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab-bab sebelumnya peneliti sudah menjelaskan tinjauan pustaka, konsep,

landasan teori dan metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini peneliti meneliti tentang

pendekatan nilai moral terhadap Wu Wei dalam karya Lao Zi Says.

4.1 Nilai Moral Wu Wei dalam karya Lao Zi Says

Analisis yang dilakukan terhadap 100 butir renungan yang terdapat di dalam buku Lao

Zi Says, ditemukan 30 butir yang berhubungan dengan rendah hati, 25 butir yang

berhubungan dengan lemah lembut, dan 45 butir yang berhubungan dengan penyangkalan diri.

Selanjutnya peneliti akan menganalis ketiga nilai moral Wu Wei tersebut berdasarkan etika

normatif individu dan etika normatif sosial yang mencakup masyarakat dan negara.

4.1.1 Nilai Moral Wu Wei Berdasarkan Etika Normatif Individu

Pembahasan nilai Wu Wei mengenai etika normatif individu akan difokuskan pada

perilaku atau tindakan yang seharusnya dilakukan atau diterapkan kepada diri sendiri.

4.1.1.1 Nilai Moral Wu Wei yang Bersifat rendah hati

Rendah hati mempunyai arti tidak sombong dan tetap pada keaslian diri, Setelah

dilakukan analisis terhadap 30 butir nilai moral Wu Wei yang berhubungan dengan rendah hati,

ditemukan 13 butir yang berhubungan dengan etika normatif individu. Berikut renungan di

(28)

1. Butir ke- 45

大巧若拙,大辩若讷。

Dà qiǎo ruò zhuō, dà biàn ruò nè.

老子说:“真正灵巧的人表面上倒像很笨拙的样子,有口才善于辩论的人表

面上好像语言迟钝,不善于讲话的样子。”

Lǎozi shuō: “Zhēnzhèng língqiǎo de rén biǎomiàn shàng dào xiàng hěn bènzhuō de yàngzi, yǒu kǒucái shànyú biànlùn de rén biǎom iàn shàng hǎoxiàng yǔyán chídùn, bù shànyú jiǎnghuà de yàngzi.”

Lao Zi (2006: 22) mengatakan: “…Yang paling pintar-lincah sepertinya masih bodoh, orang yang pandai berdebat sepertinya takut berbicara.”

Arti dari renungan di atas, bermakna orang yang paling pintar dan lincah sepertinya

masih bodoh karena selalu merendah dan tidak menonjolkan kepintarannya. Orang yang

pandai berdebat terkesan tidak berani bicara karena dia selalu merendah dan mau menjadi

pendengar yang baik daripada banyak komentar. Dengan demikian, pikirannya akan selalu

terkontrol dan tidak ada hal yang perlu dirisaukan. Renungan ini mengajarkan pikiran yang

tenang mampu menguasai ketidaksabaran dan dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan

maksimal.

2. Butir ke-64

合抱之木,生于毫末;九层之台,起于累土;千里之行,始于足下。

Hébào zhī mù, shēng yú háomò; jiǔ céng zhī tái, qǐ yú lèi tǔ; qiānlǐ zhī xíng, shǐ yú zúxià.

老子说:“合抱的大树,是由细 小的萌芽长成 的;九层高,是从第一筐土

筑起来的;千里长行,是从第一部开始的。”

Lǎozi shuō:Hébào de dà shù, shì yóu xìxiǎo de méngyá zhǎng chéng de; jiǔ

céng gāo, shì cóng dì yī kuāng tǔ zhù qǐlái de; qiānlǐ cháng xíng, shì cóng dì yī bù

(29)

Lao Zi (2006: 46) mengatakan: “…Pohon yang tinggi besar bermula dari sebutir bibit kecil; Pagoda sembilan tingkat dibangun mulai dari setumpukan tanah; Perjalanan ribuan mil dimulai dari langkah pertama.”

Renungan ini mengingatkan bahwa tidak ada keberhasilan yang didapat tanpa usaha

yang maksimal. Keberhasilan dapat dicapai dengan pengorbanan dan kesabaran yang tinggi.

Pada saat memulai jalan setapak demi setapak, akan banyak rintangan yang menghampiri.

Hanya orang yang selalu rendah hati dan berjiwa besarlah yang bisa melewati semua

rintangan dan menyelesaikan perjalanan yang panjang itu.

3. Butir ke-19

见素抱朴,少私寡欲。 Jiàn sù bào pǔ, shǎo sī guǎ yù.

老子说:“行为单纯,内心淳朴;减少私心,降低欲望。”

Lǎozi shuō: “Xíngwéi dānchún, nèixīn chúnpú; jiǎnshǎo sīxīn, jiàngdī yùwàng.”

Lao Zi (2006: 58) mengatakan: “…Penampilan polos, lugu, dan pikiran sederhana; kurangi ego dan sedikit keinginan.”

Renungan ini mengajarkan untuk tidak egois dan tidak terlalu melekat pada nafsu

keinginan, karena orang yang berjiwa Dao selalu tampil apa adanya dan berpikiran sederhana.

Orang inilah yang akan terlepas dari penderitaan dan menuju ke alam bahagia.

4.Butir ke-68

善为士者不武,善战者不怒,善胜敌者不与,善用人者为之下。

Shàn wéi shì zhě bù wǔ, shànzhàn zhě bù nù, shàn shèng dí zhě bù yǔ, shàn yòngrén zhě wéi zhī xià.

老子说:“善于带兵的人不尚勇武,善于作战的人不容易被敌人激怒,善

于致胜的人不会依靠攻伐,善于用人的人先对人表示谦下。”

(30)

Lao Zi (2006: 90) mengatakan: “…Jenderal yang tangguh tidak suka menunjukkan kekuatannya, orang yang pandai perang tidak mudah terpancing emosinya, orang yang pandai menyerang tidak menyerang terlebih dahulu, orang yang pandai memakai orang mau merendah di depannya.”

Arti dari renungan di atas, bermakna orang selalu berpikir jernih dan rendah hati

dalam menghadapi segala sesuatu. Meskipun berkemampuan untuk menyelesaikannya

tetaplah harus berpegang pada prinsip Dao, yaitu tidak sombong dan tetap pada keaslian diri.

5. Butir ke-27

善行,无辙迹 ; 善言,无暇谪。

Shànxíng, wú zhé jī; shàn yán, wúxiá zhé.

老子说:“善于行走,不会留下车迹;善于言谈者,不会留下破 绽。”

Lǎozi shuō: “Shànyú xíngzǒu, bù huì liú xià chē jī; shànyú yántán zhě, bù huì liú xià pòzhàn.”

Lao Zi (2006: 92) mengatakan: “…Berbuat baik tidak ingin meninggalkan bekas; Kata-kata yang baik tidak ada cacatnya.”

Renungan ini mengajarkan orang yang bijak bertindak tanpa pamrih dan tidak

mengharapkan pahala di akhirat kelak. Orang yang berbuat tanpa mengharapkan imbalan

tidak ingin orang lain tahu bahwa dirinya telah berbuat baik, karena dia berpegang pada

prinsip Dao yang telah mengajarkan memberi tanpa pamrih. 6. Butir ke-56

知者不言,言者不知。 Zhì zhě bù yán, yán zhě bùzhī.

老子说:“懂得道的人不夸夸其谈,夸夸其谈不是得到之人。”

Lǎozi shuō:Dǒng dédào de rén bù kuākuāqítán, kuākuāqítán bùshì dé dào zhī rén.

Lao Zi (2006:56) mengatakan: “…Orang yang tahu banyak tidak banyak bicara, orang yang banyak bicara tidak tahu banyak.”

Renungan ini mengatakan apabila ada yang mengatakan dirinya adalah orang yang

(31)

yang berisi selalu merendah dan tidak suka banyak bicara. Dengan demikian, orang yang

menganut ajaran Dao adalah orang yang tidak banyak bicara, tidak tergoda dengan nafsu

kenikmatan duniawi dan selalu merendah.

7. Butir ke-81

信言不美,美言不信

Xìn yán bù měi, měi yán bùxìn

老子说:“真是的话不好听,好听的话不真实。”

Lǎozi shuō:“Zhēnshi dehuà bù hǎotīng, hǎotīng dehuà bù zhēnshí.”

Lao Zi (2006: 150) mengatakan: “…Kata-kata yang bisa dipercaya tidak perlu dihias, kata-kata yang dihias jangan dipercaya.”

Renungan ini mengingatkan agar tidak percaya pada kata-kata yang dihias, karena

kata-kata yang dimaksudkan hanya untuk mempengaruhi orang lain agar percaya dengan

pengucapnya. Sebaliknya, kata-kata yang mengandung kebenaran tidak perlu dihias, karena

pengucapnya yakin bahwa benar adalah benar dan tidak perlu mempengaruhi orang agar

percaya dengan ucapannya.

8. Butir ke- 81

知者不博,博者不知。 Zhì zhě bù bó, bó zhě bùzhī.

老子说:“明智的人不广求知识,广求知识的人不明智。”

Lǎozi shuō:“Míngzhì de rén bù guǎng qiú zhīshì, guǎng qiú zhīshì de rén bù míngzhì.”

Lao Zi (2006: 184) mengatakan: “…Orang yang arif tidak perlu banyak ilmunya,

orang yang banyak ilmunya belum tentu arif.”

Renungan ini mengatakan bahwa orang yang arif tidak perlu banyak ilmunya. Sebab,

(32)

dengan terlalu banyak ilmu belum tentu arif dan objektif. Orang yang sudah mendapatkan

pendidikan tinggi formal belum tentu lebih arif daripada orang yang mengenyam pendidikan

formal. Inti renungan menyatakan seseorang yang rendah hati tidak perlu terlalu banyak

ilmunya untuk menjadi arif, karena kearifan akan berkembang sendirinya melalui proses

pembelajaran diri tentang kehidupan.

9. Butir ke-69

祸莫大于轻敌,轻敌几丧吾宝。

Huò mòdà yú qīngdí, qīngdí jǐ sàng wúbǎo.

老子说:“灾祸莫大于轻易树敌,轻易树敌就违背了道的原则。

Lǎozi shuō:“Zāihuò mòdà yú qīngyì shùdí, qīngyì shùdí jiù wéibèile dào de yuánzé.”

Lao Zi (2006: 52) mengatakan: “…Tak ada bencana yang lebih besar daripada meremehkan musuh, meremehkan musuh akan kehilangan pusaka kemenangan.”

Renungan ini mengingatkan agar tidak meremehkan musuh, karena bisa saja musuh

mempunyai kekuatan yang lebih besar dan akhirnya hanya mendatangkan kekalahan. Begitu

juga dalam kehidupan seseorang, janganlah pernah meremehkan orang, karena ada kalanya

dibalik kekurangannya tersimpan kelebihan yang mungkin menjadi kekurangan kita. Oleh

karena itu, janganlah sombong dan bersikaplah rendah hati, karena hidup yang kita jalani

masih sangat panjang, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok kecuali Tuhan.

10.Butir ke-64

为之于未有,治之于未乱。

Wéi zhī yú wèi yǒu, zhìzhī yú wèi luàn.

老子说:“在事情还没 有发生的时候就做好准备,在国家还没有发生祸乱

(33)

Lǎozi shuō: Zài shìqíng hái méiyǒu fāshēng de shíhou jiù zuò hǎo zhǔnbèi, zài

guójiā hái méiyǒu fāshēng huòluàn de shíhou jiù zhùyì zhìlǐ.

Lao Zi (2006: 138) mengatakan:“…Atasi segera sebelum berkembang menjadi masalah besar, atasi segera sebelum terjadi kekacauan sosial.”

Renungan ini mengajarkan agar tidak menganggap remeh atas persoalan yang kecil,

karena persoalan besar itu bersumber dari persoalan yang kecil. Oleh karena itu, sebelum

sebuah persoalan menjadi besar, tidak ada salahnya mengatasinya terlebih dahulu, sehingga

pada akhirnya tidak berdampak pada kita sendiri.

11.Butir ke-23

希言自然。故飘风不终朝,骤雨不终日。孰为此者?天地。天地尚不能久, 而况于人乎。

Xī yán zìrán. Gù piāo fēng bù zhōng cháo, zhòu yǔ bù zhōngrì. Shú wèi cǐ zhě?

Tiāndì. Tiāndì shàng bùnéng jiǔ, érkuàng yú rén hu.

老子说:“清静无为才合乎自然法则。所以说旋风不能刮一早上,暴雨不能

下一整天。谁产生的狂风暴雨?是天地。天地尚且不能长时间维持狂风暴

雨的状态,何况于人呢?”

Lǎozishuō: “Qīngjìng wúwéi cái héhū zìrán fǎzé. Suǒyǐ shuō xuànfēng bùnéng

guā yī zǎoshang, bàoyǔ bùnéng xià yī zhěng tiān. Shuí chǎnshēng de kuángfēng

bàoyǔ? Shì tiāndì. Tiāndì shàngqiě bùnéng cháng shíjiān wéichí kuángfēng bàoyǔ de zhuàngtài, hékuàng yú rén ne ? ”

Lao Zi (2006: 146) mengatakan: “…Sedikit berbicara sesuai dengan karakter alam. Oleh karena itu angin topan tidak menderu sepanjang hari, hujan lebat tidak berlanjut sepanjang hari. Siapa gerangan yang melakukan semua itu? Itu adalah Langit. Kalau saja fenomena Langit tidak bisa berlanjut lama, apalagi manusia?”

Renungan ini mengajarkan agar sedikit berbicara, karena hal itu sesuai dengan

karakter Dao yang memberi banyak untuk alam, tetapi bisu seribu bahasa. Karena apabila

seseorang yang banyak berbicara pasti akan menimbulkan kesalahpahaman dan melukai

perasaan orang lain. Oleh karena itu, tirulah orang bijak yang selalu rendah hati dengan

(34)

12.Butir ke-81

善者不辩,辩者不善。

Shàn zhě bù biàn, biàn zhě bùshàn.

老子说:“得道之人不巧辩,善于巧辩的人不是得道者。”

Lǎozi shuō: “Dé dào zhī rén bù qiǎo biàn, shànyú qiǎo biàn de rén bùshì dé dào zhě.”

Lao Zi (2006: 96) mengatakan: “…Orang yang baik hatinya tidak suka berdebat, orang yang suka berdebat tidak baik hatinya.”

Renungan ini mengatakan orang yang tulus dan baik hati tidak suka berdebat untuk

membuat orang lain percaya kepadanya. Sebaliknya, orang yang suka berdebat dan bersilat

lidah karena ingin memaksa orang lain untuk percaya kepadanya adalah orang yang tidak baik

hatinya. Inti renungan ini adalah mengajarkan seseorang untuk tetap rendah hati dalam hidup,

tidak perlulah berdebat untuk sesuatu yang memang belum terbukti kebenarannya dan

memaksa orang lain untuk percaya.

13.Butir ke-8

上善 若水。水善利万物而不争,处众人之所恶,故几乎道。

Shàngshànruòshuǐ. Shuǐ shànlì wànwù ér bùzhēng, chù zhòngrén zhī suǒ è, gù

jīhū dào.

老子说:“道德高尚的人的言行就像水一样。水滋润万物而不与万物争利,

它总是处在众人所厌恶的低洼之地,所以说它的行为基本上符合道的原

则。”

Lǎozi shuō: “Dàodé gāoshàng de rén de yán háng jiù xiàng shuǐ yīyàng. Shuǐ zīrùn wànwù ér bù yǔ wànwù zhēng lì, tā zǒng shì chù zài zhòngrén suǒ yànwù de

dīwā zhī dì, suǒyǐ shuō tā de xíngwéi jīběn shàng fúhé dào de yuánzé.”

(35)

Renungan ini mengajarkan kepada setiap orang agar mempunyai hati yang seperti air.

Sifat air yang selalu mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah,

mempunyai makna seseorang haruslah selalu rendah hati tanpa mempedulikan ejekan orang

lain dan juga selalu melakukan hal yang benar tanpa harus bersaing dengan orang lain

4.1.1.2 Nilai Wu Wei yang Bersifat Lemah Lembut

Lemah lembut yang berarti selalu menjauhi kekerasan dan selalu menggunakan

kelemah-lembutan untuk mengatasi masalah. Setelah dilakukan analisis terhadap 25 butir nilai

Wu Wei yang bersifat lemah lembut dalam karya Lao Zi Says, ditemukan 13 butir yang

berhubungan dengan etika normatif individu. Berikut renungan di bawah ini.

1. Butir ke-42

道生一,一生二,二生三,三生万物。万物负阴而抱阳,冲气以为和。

Dàoshēng yī, yīshēng èr, èr shēng sān, sān shēng wànwù. Wànwù fù yīn ér bào yáng, chōng qì yǐwéi hé.

老子说:“道”产生一,一产生二,二产生三,三产生万物。万物皆包含着 阴阳两个相反的方面,阴阳二气互相激荡得到统一。

Lǎozi shuō:Dào” chǎnshēng yī, yī chǎnshēng èr, èr chǎnshēng s ān, sān chǎnshēng wànwù. Wànwù jiē bāohánzhe yīnyáng liǎng gè xiāngfǎn de fāngmiàn,

yīnyáng èr qì hùxiāng jīdàng dédào tǒngyī.

Lao Zi (2006: 28) mengatakan: “…Dao melahirkan satu, satu melahirkan dua, tiga melahirkan segala yang lebih banyak lagi. Semua makhluk mengandung yin dan memeluk yang, bila yin dan yang menyatu maka keadaan akan harmoni.”

Angka “satu“ di sini merupakan representasi dari Maha Dao, yang menyatakan bahwa

Dao melahirkan “satu”, itu berarti Dao menciptakan alam semesta sebelum ada yang

diciptakan sama sekali. Angka “satu” melahirkan angka “dua”, ini berarti alam semesta

(36)

melahirkan angka “tiga”, yaitu: langit, bumi, dan manusia. Kemudian angka “tiga”

melahirkan lebih banyak lagi.

Renungan di atas mengatakan bahwa dalam hidup ini kadang kala ada orang yang

merasa dirinya dirugikan padahal justru sedang diuntungkan. Ada juga yang merasa

diuntungkan, padahal tanpa sadar sedang dirugikan. Misalnya, orang yang dikritik secara

kritis. Kritik itu dirasakan sangat merugikan dirinya karena dia merasa dipermalukan di depan

umum. Namun, andaikata dia mau introspeksi dan memperbaiki kesalahannya, kritik itu justru

menguntungkan baginya. Sebaliknya, ada pemimpin yang dipuji dan disanjung setinggi langit

oleh penjilat. Dia merasa dirinya sudah sempurna dan pantas menjadi pemimpin sehingga

lalai memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Pada titik inilah,

puji-pujian yang tidak berguna itu justru merugikannya. Oleh karena itu, jangan pernah bersikap

arogan dan keras kepala, karena akan dikalahkan oleh kelemah-lembutan dan akan mengalami

kesulitan.

2. Butir ke-6

谷神不死,是谓玄牝。玄牝之门,是谓天地之根。

Gǔ shén bùsǐ, shì wèi xuán pìn. Xuán pìn zhī mén, shì wèi tiāndì zhī gēn.

老子说:“道的神妙作用永不会消失,它好像一个玄妙的母体。玄 妙母性之

门,是产生天地万物的根源。”

Lǎozi shuō:“Dào de shénmiào zuòyòng yǒng bù huì xiāoshī, tā hǎoxiàng yīgè xuánmiào de mǔtǐ. Xuánmiào mǔ xìng zhī mén, shì chǎnshēng tiāndì wànwù de

gēnyuán. “

(37)

Renungan ini mengajarkan bahwa sikap kelemah-lembutan dapat menenangkan

keadaan yang sedang panas. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sikap kelemah-lembutan

dalam diri guna melatih diri mencapai kesempurnaan.

3. Butir ke-69

抗兵相加,衰者胜矣。

Kàng bīng xiàng jiā, shuāi zhě shèng yǐ.

老子说:“两军对阵兵力相当,受压抑而奋起反抗的一方必定胜利。” Lǎozi shuō:“Liǎng jūn duìzhèn bīnglì xiāngdāng, shòu yāyì ér fènqǐ fǎnkàng de

yīfāng bìdìng shènglì.”

Lao Zi (2006: 68) mengatakan: “…Maka bila ada dua kelompok tentara saling berhadapan pihak yang memiliki rasa welas asih akan meraih kemenangan.”

Renungan in bahwa kelemah-lembutanlah yang akan mengalahkan kekerasan. Begitu

juga dengan dua orang yang saling berhadapan, dan yang memiliki rasa welas asihlah yang

akan menang, bukan karena memenangkan pertandingan dengan beradu kekuatan, namun

menang dalam mengontrol emosinya.

4. Butir ke-22

曲则金,枉则直;洼则盈,敝则新。

Qū zé jīn, wang zé zhí; wā zé yíng, bì zé xīn.

老子说:“委曲可以保全,弯曲可以伸直;低洼之处可以盈满,破败陈旧可 以更新。”

Lǎozi shuō:“Wěiqū kěyǐ bǎoquán, wānqū kěyǐ shēn zhí; dīwā zhī chù kěyǐ yíng mǎn, pòbài chénjiù kěyǐ gēngxīn.“

Lao Zi (2006: 80) mengatakan: “…Orang yang mau mengalah bisa selamat, ada yang bengkok baru ada yang mau diluruskan, ada wadah yang kosong baru ada yang bisa diisi.”

Renungan di atas mengajarkan agar tidak selalu membesar-besarkan masalah, karena

(38)

masalah kecil menjadi tidak ada masalah, dan jika tidak ada masalah janganlah kita mencari

masalah. Dengan demikian kita akan terbebas dari kesulitan.

5. Butir ke-78

弱之胜强,柔之升刚,天下莫不知,莫能行。

Ruò zhī shèng qiáng, róu zhī shēng gāng, tiānxià mò bùzhī, mò néng xíng.

老子说:“弱胜强,柔克刚,天下没有人不知道这个道理,但就是没有人实行

它。”

Lǎozi shuō:“Ruò shèng qiáng, róu kè gāng, tiānxià méiyǒu rén bù zhīdào zhège dàolǐ, dàn jiùshì méiyǒu rén shíxíng tā.

Lao Zi (2006: 86) mengatakan: “…Yang lemah mampu mengalahkan yang kuat, yang lembut mampu menaklukkan yang keras. Di dunia ini tidak yang tahu kebenaran itu, namun tidak ada yang mampu mempraktekkan “

Renungan ini mengajarkan bahwa batu yang keras dan kuat juga bisa terkikis oleh air

yang lemah lembut, begitulah seharusnya sifat manusia yang harus dikembangkan. Sifat

kelemah lembutan yang dimiliki akan mampu menyelesaikan segala sesuatu tanpa

menggunakan kekerasan. Dengan demikian, tidak ada lagi masalah yang tak dapat

diselesaikan di muka bumi ini.

6. Butir ke-28

知其白,守其黑,为天下式。

Zhī qí bái, shǒu qí hēi, wéi tiānxià shì.

老子说:“心里非常明白,却安于暗昧状态,以做天下人的榜样。”

Lǎozi shuō:Xīnlǐ fēicháng míngbái, què ān yú ànmèi zhuàngtài, yǐ zuò tiānxià rén de bǎngyàng.

Lao Zi (2006: 174) mengatakan: “…Sudah tahu apa artinya putih itu, simpanlah yang hitam di dalam hati, baru bisa menjadi contoh teladan di dunia ini.”

Renungan ini mengingatkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti

(39)

sedikit kekerasan hati di benaknya. Namun, pada saat seseorang sudah mampu mengontrol

diri sendiri, maka kekerasan hati tersebut akan terkikis secara perlahan-lahan seiiring

pengolahan diri yang dilakukan. Orang yang sudah mampu mengontrol diri dengan mengubah

kekerasan menjadi kelemah-lembutanlah yang pantas dijadikan sebagai contoh yang teladan

bagi semua orang.

7. Butir ke-28

知其雄,守其雌,为天下溪。

Zhī qí xióng, shǒu qí cí, wéi tiānxià xī.

老子说:“知道什么是雄强 ,却安守雌柔的地位,其胸怀像沟溪一样宽

广。”

Lǎozi shuō:“Zhīdào shénme shì xióng qiáng, què ān shǒu cí róu dì dìwèi, qí

xiōnghuái xiàng gōu xī yīyàng kuānguǎng.”

Lao Zi (2006: 178) mengatakan: “…Sudah tahu sifat maskulin yang keras itu, simpanlah sifat feminim yang lemah lembut ini.”

Renungan ini mengajarkan bahwa seseorang yang mempunyai watak yang keras

kepala, seharusnya belajar untuk memupuk sifat lemah lembut agar menjadi sosok yang lebih

baik. Orang yang sudah memupuk kelemah-lembutan dalam dirinya akan lebih mudah

menerapkan ajaran Dao dalam kehidupannya.

8. Butir ke-30

物壮则老,是谓不道,不道早已。

Wù zhuàng zé lǎo, shì wèi bù dào, bù dào zǎoyǐ.

老子说:“事物强盛到极点就会走向衰败,一味强行使事物强盛起来,这样 不遵循“道”的原则,反而会使它过早地走向衰亡。”

Lǎozi shuō:Shìwù qiángshèng dào jídiǎn jiù huì zǒuxiàng shuāibài, yīwèi qiáng xíngshǐ shìwù qiángshèng qǐlái, zhèyàng bù zūnxún dào de yuánzé, fǎn'ér huì shǐ

tāguò zǎo de zǒuxiàng shuāiwáng.

(40)

yang tidak sesuai dengan prinsip Dao. Jika melanggar prinsip Dao akan mati sebelum waktunya.”

Renungan di atas mengatakan bahwa seberapa kaya atau kuatnya seseorang akan

lemah sendiriya jika sudah mencapai masanya. Hal ini diibaratkan pohon yang tumbuh besar

dan kuat akan rubuh jika sudah mencapai masanya. Inti renungan tersebut mengajarkan

bahwa seseorang yang terlalu menonjolkan diri dan melakukan hal yang tidak sesuai ajaran

Dao akan kehilangan segalanya sebelum sempat menikmatinya.

9. Butir ke-43

天下之至柔, 驰骋天下之至坚 。

Tiānxià zhī zhì róu, chíchěng tiānxià zhī zhì jiān.

老子说:“天下最柔弱的东西,能够穿行于最坚硬的东西里面。”

Tiānxià Lǎozi shuō:“Tiānxià zuì róuruò de dōngxi, nénggòu chuānxíng yú zuì

jiānyìng de dōng xī lǐmiàn.”

Lao Zi (2006: 132) mengatakan: “…Sesuatu yang paling lunak di dunia ini mampu menaklukkan yang paling keras di dunia ini.”

Renungan ini mengajarkan bahwa pohon yang besar dan kuat akan tumbang bila

diterpa angin topan, sedangkan rumput yang lunak mampu menahan hembusan angin yang

kuat. Begitu juga dalam kehidupan ini, orang yang lemah lembut pasti bisa mengalahkan

orang yang keras dan kuat. Hal ini dikarenakan orang yang lemah lembut mempunyai hati

yang tenang dan pikiran yang jernih dalam menyelesaikan masalah, sehingga membuahkan

hasil yang menguntungkan. Sebaliiknya, orang yang selalu menggunakan kekerasan dalam

menyelesaikan masalah tidak akan mampu menggunakan hati yang tenang dan pikiran yang

(41)

baginya. Oleh karena itu, kembangkanlah sifat kelemah-lembutan dalam diri kita, agar bisa

menempuh hari yang lebih cerah.

10.Butir ke-69

用兵有言 :吾不敢为主而为客,不敢选寸而退尺。

Yòngbīng yǒu yán: Wú bù gǎn wéi zhǔ ér wéi kè, bù gǎn xuǎn cùn ér tuì chǐ

古时善于用兵的人说过 :“我不敢取攻势而宁愿取守势,你不敢轻易冒进

一寸却宁愿后退一尺。”

Gǔ shí shànyú yòngbīng de rén shuōguò:Wǒ bù gǎn qǔ gōngshì ér nìngyuàn qǔ shǒushì, nǐ bù gǎn qīngyì màojìn yīcùn què nìngyuàn hòutuì yī chǐ.

Ada pepatah dalam ilmu perang (2006: 158) yang mengatakan: “…Aku lebih baik bertahan daripada menyerang terlebih dahulu, aku lebih baik mundur dua langkah daripada maju selangkah.”

Renungan ini menjelaskan seorang yang dipenuhi kebijaksanaan dan kelemah

lembutan tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Orang tersebut akan memilih

untuk bertahan sampai menemukan cara yang bijaksana dan cara yang dapat dilakukan tanpa

menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, daripada terburu-buru dan

pada akhirnya tidak akan mendapatkan apapun.

11.Butir ke-73

天网恢恢,疏而不失。

Tiānwǎnghuīhuī, shū ér bù shī.

老子说:“天网广大无边,网孔虽稀疏却不会有所漏失。”

Lǎozi shuō:“Tiān wǎng guǎngdà wúbiān, wǎng kǒng suī xīshū què bù huì yǒu suǒ lòushī.”

Lao Zi (2006: 124) mengatakan: “…Gawang langit amat luas dan tanpa batas, meskipun jaringannya ada celah, tak ada yang bisa lolos.”

Gawang langit yang dimaksud di atas adalah perangkat lunak hukum karma.

(42)

lolos dari jaringan-Nya (hukum karma). Inti ajaran ini mengajarkan kita untuk selalu bebuat

baik dan bersikaplah lembut, serta mengingatkan bahwa hukum karma akan selalu mengitari

setiap perbuatan yang kita lakukan.

12.Butir ke-78

天下莫柔弱于水,而攻坚强者莫之能胜,其无以易之。

Tiānxià mò róuruò yú shuǐ, ér gōngjiān qiáng zhě mò zhī néng shēng, qí wú yǐ yì

zhī.

老子说:“天下最柔弱的东西莫过于水,但攻破坚强的东西却没有能胜过 水的,也没有一种东西可以替代它的。”

Lǎozi shuō:“Tiānxià zuì róuruò de dōngxi mò guòyú shuǐ, dàn gōngpò jiānqiáng

de dōngxi què m éiyǒu néng shēng guò shuǐ de, yě méiyǒu yī zhǒng dōngxi kěyǐ tìdài tā de.”

Lao Zi (2006: 128) mengatakan: “…Di dunia ini tidak ada yang lebih lembut daripada air, namun dalam hal kemampuan menerjang benda yang kuat dan kokoh, tidak ada yang mampu mengalahkannya, dan tidak ada yang bisa menggantikannya.”

Renungan ini mengajarkan agar belajar seperti air yang memiliki sifat lembut. Tidak

ada hal yang mampu menang dari sifat kelemah lembutan, karena sifat lemah lembut mampu

beradaptasi dengan segala hal dan situasi. Ibarat sifat air yang selalu berubah bentuk sesuai

dengan wadahnya. Lao zi sering mengatakan bahwa yang lemah mampu mengalahkan yang

kuat dan yang lembut mampu menaklukkan yang keras.

13.Butir ke-36

将欲歙之,必固张之;将欲弱之,必固强之;将欲废之,必固形之;将欲 夺之,必固与之恶。

Jiāng yù shè zhī, bì gù zhāng zhī; jiāng yù ruò zhī, bì gù qiáng zhī; jiāng yù fèi zhī, bì gùxíng zhī; jiāng yù duó zhī, bì gù yǔ zhī.

(43)

Lǎozi shuō:“Yào xiǎng shǐ qí shōusuō, bì xiān shǐ zhī kuòzhāng; yào xiǎng

xuēruò tā, bì xiān yàoqiáng tā; yào xiǎng fèichú tā, bì xiān zhènxīng tā; yào xiǎng duóqǔ tā, bì xiān jǐyǔ tā.”

Lao Zi (2006: 60) mengatakan: ”…Bila ingin membuatnya menciut, biarkanlah dia membesarkan dirinya terlebih dahulu; Bila ingin membuatnya lemah biarkanlah dia menjadi kuat terlebih dahulu; Bila ingin jatuh biarkanlah dia mengangkat dirinya setinggi mungkin; Bila ingin merebut sesuatu darinya, berilah sedikit keuntungan kepadanya terlebih dahulu.”

Renungan ini mengajarkan bagaimana dapat mengalahkan lawan tanpa perlu

mengeluarkan banyak energi dan tanpa pengerasan. Apa yang diinginkan akan diperoleh jika

selalu mengikuti alur Dao yang sangat menjunjung tinggi perilaku lemah lembut daripada

perilaku kekerasan.

4.1.1.3 Nilai Wu Wei yang Bersifat Penyangkalan Diri

Penyangkalan diri yang berarti manusia tidak merasa memiliki dirinya dan menyadari

semua hal yang ada di dunia ini tidaklah kekal. Setelah dilakukan analisis terhadap 45 butir

nilai Wu Wei yang bersifat penyangkalan diri, ditemukan 25 butir yang berhubungan dengan

etika normatif individu. Berikut renungan di bawah ini.

1. Butir ke-47

不出户,知天下;不窥牖,知天道。

Bù chū hù, zhī tiānxià; bù kuī yǒu, zhī tiāndào.

老子说:“足不出户,便知道天下大事;不向窗外看,就知道天的运行规

律。”

Lǎozi shuō:“Zú bù chū hù, biàn zhīdào tiānxià dàshì; bù xiàng chuāngwài kàn, jiù

zhīdào tiān de yùn háng guīlǜ.”

(44)

Menurut Lao Zi, orang yang memahami prinsip Dao tidak perlu keluar dari rumah

untuk mengerti masalah dunia dan tidak perlu pergi jauh untuk mencari ilmu. Dia juga sudah

memahami hukum alam tanpa perlu mengintip dari jendela. Lao Zi juga mengatakan bahwa

kalau orang pergi makin jauh menuntut ilmu, yang dia dapat makin sedikit. Ilmu di sini

adalah ilmu spiritual yang hanya akan diperoleh dengan banyak melakukan introspeksi diri

dan dengan menjadi diri sendiri. Menurut Lao Zi, seorang yang bijak sudah tahu banyak

tentang masalah dunia tanpa harus pergi jauh karena dia sudah punya indera keenam.

Zhuang Zi yang merupakan penerus ajaran Dao dalam buku Wang yang berjudul The

Wisdom of Lao Zi (2010: 163) mengatakan: “…Terbang dengan sayap itu mudah. Namun,

terbang tanpa sayap itu sulit. Menjadi pintar dari ilmu pengetahuan itu gampang. Namun,

menjadi pintar tanpa ilmu pengetahuan itu sulit.” Kebanyakan orang pintar hanya pandai

menghafal teori yang pernah dipelajari dan bangga memperlihatkan kehafalannya itu. Namun,

dia tidak mampu memperbaiki diri dan mempraktikkan ilmunya agar berguna untuk

masyarakat banyak.

Renungan tersebut mengingatkan bahwa orang bijak lebih mementingkan

penyangkalan diri, yaitu dengan cara menggali ilmu dari dalam diri sendiri daripada dari

orang lain, sehingga mampu menemukan jati diri dan mengetahui siapa “aku” ini sebenarnya.

Maka dikatakan bahwa orang yang bijak sudah tahu tentang masalah dunia tanpa harus harus

pergi jauh, sudah terkenal tanpa perlu menonjolkan diri, dan bisa berhasil tanpa melakukan

apa-apa. Hal ini perlu diterapkan dalam diri sendiri sehingga dapat memanfaatkan segala

sesuatu dengan kebijaksanaan.

2. Butir ke-51

(45)

Dàoshēng zhī, dé chù zhī, wù xíng zhī, shì chéng zhī. Shì yǐ wànwù mòbù zūn dào ér guì dé.

老子说:“道产生万物,德养育万物并使万物成形,环境使万物完成。因此 天下万物没有不尊崇道而重视德的。”

Lǎozi shuō:“Dào chǎnshēng wànwù, dé yǎngyù wànwù bìng shǐ wànwù chéngxíng, huánjìng shǐ wànwù wánchéng. Yīncǐ tiānxià wànwù méiyǒu bù zūnchóng dào ér zhòngshì dé de.”

Lao Zi (2006: 30) mengatakan: ”…Dao yang menciptakan segala sesuatu, De yang memelihara segala sesuatu, lingkungan sekitar membuat segala sesuatu tercipta dengan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada makhluk satupun yang tidak memuliakan Dao dan menghargai De.”

Renungan ini menyarankan agar setiap orang mesti mencontoh kebesaran Dao dan De

yang telah menciptakan dan menjaga segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tanpa pamrih.

Meskipun telah menciptakan, membesarkan, dan memelihara namun tidak ada niat untuk

memiliki dan menguasai ciptaan-Nya. Hal ini dikarenakan tidak ada ke-Aku-an dalam diri.

Inilah kebajikan yang mempunyai makna yang sangat dalam. Hal ini dapat diterapkan pada

diri sendri yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Butir ke-1

故常无欲,以观其妙 ; 常有欲,以观其徼.”

Gùcháng wú yù, yǐ guān qí miào; cháng yǒu yù, yǐ guān qí jiǎo

老子说:“所以如果能保持清静无欲,就可以观察天地万物的微妙之处;如 果贪欲太多,就只可以看到天地万物的表面现象。”

Lǎozi shuō:“Suǒyǐ rúguǒ néng bǎochí qīngjìng wú yù, jiù kěyǐ guānchá tiāndì wànwù de wéimiào zhī chù; rúguǒ tān yù tài duō, jiù zhǐ kěyǐ kàn dào tiāndì wànwù de biǎomiàn xiànxiàng.”

Lao Zi (2006:42) mengatakan: ”…Orang yang bebas dari segala nafsu keinginan, pandangannya baru mampu menerobos jauh ke depan; Jika pikirannya dipenuhi dengan nafsu keinginan, penglihatannya hanya terbatas pada kulitnya.”

Renungan ini mengajarkan bahwa orang yang bebas dari segala nafsu keinginan,

(46)

memahami misteri di dunia ini. Sebaliknya, kalau pikiran sudah dipenuhi dan dikotori oleh

nafsu keinginan, hidup akan dipenuhi dengan ketegangan dan pikiran menjadi dangkal, tidak

jernih, serta tidak tenang lagi. Jika melihat suatu persoalan, pandangannya hanya terbatas

pada kulitnya saja. Dia menjadi orang yang subjektif, tidak bijak, dan sempit pandangannya.

Hal ini perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita, agar dapat memandang segala

sesuatu secara bijak.

4. Butir ke-21

惚兮恍兮,其中有象。恍兮惚兮,其中有物。

Hū xī huǎng xī, qízhōng yǒu xiàng. Huǎng xī hū xī, qízhōng yǒu wù.

老子说:“在恍惚迷离之中,却有形象。在迷离恍惚之中,却有实体。 Lǎozi shuō:“Zài huǎnghū mílí zhī zhōng, què yǒu xíngxiàng. Zài mílí huǎnghū zhī

zhōng, què yǒu shítǐ.”

Lao Zi (2006: 48) mengatakan: “…Meskipun samar-samar tidak jelas, namun dalmnya seperti ada bentuknya. Walaupun samar-samar tidak kelihatan, namun dalmnya seperti ada bentuknya.”

Renungan ini mengatakan bahwa hidup orang yang tinggi kebajikannya selalu

mengikuti jejak Dao dan mau beradaptasi dengan hukum alam. Lao Zi mencoba

menggambarkan seperti apa “wajah” Sang Pencipta dalam renungan ini. Menurut Lao Zi,

Sang Pencipta memang sulit digambarkan atau dijelaskan dengan kata-kata. Dao itu

samar-samar tanpa bentuk dan berada di tempat yang amat jauh, tetapi di dalam Dao terkandung

intisari yang nyata, murni, dan bisa dipercaya keberadaanya. Oleh karena itu, meskipun

keberadaan Dao masih samar-samar dan tak jelas, namun tak ada salahnya kita yakin dan

mengikuti ajarannya yang sangat nyata dan diaplikasikan dalam kehidupan demi menempuh

hidup yang lebih baik.

5. Butir ke-46

(47)

Huò mòdà yú bùzhī zú, jiù mòdà yú yù de. Gù zhīzú zhī zú, cháng zú yǐ.

老子说:“最大的灾祸是不知道满足,最大的危险是贪得无厌。所以知道满 足的这种满足,才能永远感到满足。”

Lǎozi shuō:“Zuìdà de zāihuò shì bù zhīdào mǎnzú, zuìdà de wéixiǎn shì

tāndéwúyàn. Suǒyǐ zhīdào mǎnzú de zhè zhǒng mǎnzú, cáinéng yǒngyuǎn gǎndào mǎnzú.”

Lao Zi (2006: 50) mengatakan: ”…Tidak ada bencana yang lebih besar daripada merasa diri belum cukup, tidak ada bahaya yang lebih besar daripada keserakahan. Maka, orang yang merasa sudah cukup baru bisa merasakan kecukupan yang sesungguhnya.”

Renungan ini mengajarkan agar jangan selalu merasa belum cukup, karena

keserakahan hanya akan merugikan diri sendiri. Sebaliknya, orang yang merasa cukup

merupakan orang yang paling bahagia di dunia. Terapkanlah prinsip Dao yang selalu

menganjurkan untuk hidup sederhana dan terlepas dari nafsu keinginan, maka hidup yang

dijalani akan lebih bahagia.

6. Butir ke-58

祸兮,福之所倚;福兮,祸之所伏。 Huò xī, fú zhī suǒ yǐ; fú xī, huò zhī suǒ fú.

老子说:“灾祸里藏隐着幸福;幸福里隐伏着灾祸。”

Lǎozi shuō:“Zāihuò lǐ cáng yǐnzhe xìngfú; xìngfú lǐ yǐnfúzhe zāihuò.”

Lao Zi (2006: 54) mengatakan: ”…Nasib buruk menopang nasib baik di belakangnya; Nasib baik tersembunyi nasib buruk di bawahnya.”

Renungan ini mengajarkan agar jangan bersedih dan kecewa bila sedang bernasib

buruk, karena kadang kala bisa kedatangan “tamu nasib baik” yang tidak diundang. Ada

pepatah kuno yang mengatakan bahwa kemalangan besar berlalu, pasti akan datang

keberuntungan berikutnya. Sebaliknya, janganlah pula kita terlalu berlebihan menikmati

“nasib baik” yang kita dapat, karena “nasib baik” bisa saja tersembunyi di bawahnya “nasib

(48)

menjadi arogan dan takabur dengan berfoya-foya. Hal ini mendatangkan kehancuran bagi

dirinya sendiri. Bukankah “nasib baik” yang mendatangkan “nasib buruk”? Oleh karena itu,

berusahalah mengontrol diri sendiri agar selalu berada di atas garis Dao, karena akan sangat

membantu kita dalam menghadapi segala rintangan.

7. Butir ke-9

金玉满堂,莫之能守。富贵而骄,自遗其咎。功成身退,天之道。

Jīnyù mǎntáng, mò zhī néng shǒu. Fùguì ér jiāo, zì yí qí jiù. Gōng chéng shēn tuì,

tiān zhī dào

老子说:“黄金美玉堆满屋宇,没有人能守得住传给子孙后代。富贵而傲慢, 是自取灾祸。事业成就后引 身告退这是合乎天道的。”

Lǎozi shuō:“Huángjīn měiyù duī mǎn wūyǔ, méiyǒu rén néng shǒu de zhù chuán

gěi zǐsūn hòudài. Fùguì ér àomàn, shì zì qǔ zāihuò. Shìyè chéngjiù hòu yǐn shēn

gàotuì zhè shì héhū tiāndào de.”

Lao Zi (2006: 62) mengatakan: ”…Menimbun kekayaan emas dan giok tak akan bertahan lama. Membanggakan kekayaan dan kedudukan akan mengundang bahaya bagi diri sendiri. Rela mundur setelah berjasa dan terkenal merupakan jalan Dao dari langit.”

Renungan ini mengajarkan untuk tidak terlalu menjunjung tinggi harta kekayaan,

karena kekayaan sebanyak apapun tidak bisa dipertahankan selamanya. Semua yang ada di

dunia ini akan ditinggalkan setelah meninggal nanti. Orang yang suka membanggakan harta

kekayaan atau kedudukannya hanya akan menyimpan bahaya bagi dirinya sendiri. Kita harus

menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini hanya bersifat sementara, tidak kekal. Begitu

juga dengan kedudukan yang kita peroleh, setinggi apapun juga tidak akan bertahan lama

selama kita masih terpedaya oleh kata ke”Aku”-an. Hal ini sangatlah penting diterapkan

dalam kehidupan agar tidak terlalu melekat pada nafsu duniawi yang hanya akan membawa

penderitaan pada kehidupan.

(49)

民之从事,常于几成 而败之。慎终如始,则无败事。

Mín zhī cóngshì, cháng yú jǐ chéng ér bài zhī. Shèn zhōng rú shǐ, zé wú bài shì.

老子说:“人们做事,常常快要成功的时候失败了。如果谨慎小心,始终如

一,就不会把事情办坏。”

Lǎozi shuō:“Rénmen zuòshì, chángcháng kuàiyào chénggōng de shíhou shībàile. Rúguǒ jǐnshèn xiǎoxīn, shǐzhōng rúyī, jiù bù huì bǎ shìqíng bàn huài.”

Lao Zi (2006: 74) mengatakan: ”…Saat melakukan sesuatu, seringkali pada saat mau mencapai kesuksesan maka kegagalan akan menghampiri. Oleh karena itu, jika tidak hati hati, maka hanya akan menghancurkan segala hal yang kita bangun dan harus mulai dari awal.”

Renungan ini mengajarkan saat melakukan segala sesuatu, janganlah mudah merasa

puas atas apa yang baru kita bangun, janganlah mudah puas atas hasil yang tak seberapa itu,

karena di saat mulai merasa puas, maka tanpa disadari itu merupakan awal dari kehancuran.

Hal ini mengakibatkan segala hal

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata konsumsi gas sektor industri seperti diperlihatkan pada Gambar 7, memperlihatkan bahwa Kota Yogyakarta merupakan daerah yang sektor industrinya memiliki

Pemberian punishment bagi pegawai di kantor Kelurahan Marga Mulya Bekasi Timur adalah sesuatu yang tidak diharapkan, hal tersebut sebagai bentuk penghukuman atau

Model dikatakan baik bilamana nilainya besar (mendekati 1). Dalam penelitian ini nilai yang diperoleh adalah 57,12%, ini menunjukkan bahwa model jalur dapat dikatakan baik. Nilai

Model pengembangan kompetensi guru abad 21 adalah sebuah model yang membimbing guru untuk meningkatkan kompetensi profesional sehingga mampu menghadapi generasi

Lalu dielusi dengan eluen n-heksan : etil asetat (7:3) untuk arah pertama, dan n- heksan : etil asetat (8:2) untuk proses elusi yang kedua, selain itu juga

Dengan adanya masalah ini pengaplikasian media promosi pada desa Wisata Tulungrejo bertujuan untuk memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai objek wisata yang

Produk akhir yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah Bahan Ajar Multimedia Interaktif (BAMI) yang dapat digunakan di sekolah dasar kelas V.. Produk akhir