• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Regresi Komponen Utama Untuk Mengatasi Masalah Multikolinieritas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Regresi Komponen Utama Untuk Mengatasi Masalah Multikolinieritas"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

LEONARDO SILALAHI

070803049

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

LEONARDO SILALAHI 070803049

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

UNTUK MENGATASI MASALAH

MULTIKOLINIERITAS

Kategori : SKRIPSI

Nama : LEONARDO SILALAHI

Nomor Induk Mahasiswa : 070803049

Program Studi : SARJANA (SI) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Djakaria Sebayang, M.Si. Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si. NIP. 195112271985031002 NIP. 195303031983031002

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI

MASALAH MULTIKOLINIERITAS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah yang dilimpahkanNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dan diselesaikan oleh seluruh mahasiswa Fakultas FMIPA Departemen Matematika. Pada skripsi ini penulis mengambil judul skripsi tentang Analisis Regresi Komponen Utama Untuk

Mengatasi Masalah Multikolinieritas.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang membantu, sehingga dengan segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA USU.

2. Bapak Prof. Dr. Tulus M.Si dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.

3. Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si. selaku dosen dan pembimbing I yang berkenan dan rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Drs. Djakaria Sebayang, M.Si. selaku dosen dan pembimbing II yang juga berkenan dan rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof . Dr. Tulus, M.Si dan Drs. Ujian Sinulingga selaku komisi penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan demi perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Staf pengajar departemen matematika dan pegawai FMIPA USU

7. Alm Bapak U. Silalahi, Ibunda tercinta R.S. br Manurung yang penulis sayangi. Terima kasih atas segala pengertian, kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan serta dukungan selama penulis masih dibangku perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan tugas ini.

8. Saudara-Saudara ku, K’Lenni Silalahi, Amd, K’Lestarina Silalahi, Spd, B’Lamhot

Silalahi, Sth, K’Lusiana Silalahi, Spsi serta adik ku Lorencius Silalahi. Terima kasih buat kasih saying motivasi serta semangat yang selalu diberikan kepada

penulis “you are my spirit”.

9. Terima kasih buat Opung ku Biv. R. br Gultom, buat doa serta kasih sayang yang setiap saat diberikan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang banyak membantu penulis dalam perkuliahan hingga pada penyelesaian skripsi ini. Buat Enrico, Erbin, Magdalena, Rolina, Dewi, Imelda, Desri, Riris, Jojor, Siska serta semua teman-teman satu satmbuk 2007, buat kawan-kawan pengurus HMM juga buat junior

2008, 2009, hingga “adik kandung” 2010 yang telah memberi semangat, penulis

(6)

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis meminta saran dari pembaca guna menyempurnakan tulisan ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas perhatian serta kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Juni 2011 Penulis

(7)

ABSTRAK

(8)

THE PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION ANALYSIS FOR SOLVING MULTICOLLINEARITY

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

2.2Nilai Eigen dan Vektor Eigen 13

2.3Matriks Korelasi 15

2.4Analisis Regresi Linier Berganda 18

2.4.1 Asumsi Regresi Linier Berganda 18

2.4.2 Metode Kuadrat Terkecil 19

2.4.3 Sifat Penduga Kuadrat Terkecil 21

2.5Uji Regresi Linier 22

2.6Koefisien Determinasi 23

2.7Multikolinieritas 24

2.7.1 Pendeteksian Multikolinieritas 25

2.7.2 Pengaruh Multikolinieritas 26

2.8Analisis Komponen Utama 27

2.8.1 Menentukan Komponen Utama 28

2.8.1.1Komponen Utama Berdasarkan Matriks Kovariansi 28 2.8.1.2Komponen Utama Berdasarkan Matriks Korelasi 32 2.8.2 Kriteria Pemilihan Komponen Utama 33

2.8.3 Kontribusi Komponen Utama 34

Bab 3 Pembahasan 35

2.1Regresi Komponen Utama 35

(10)

2.3Ilustrasi Regresi Komponen Utama Mengatasi Multikolinieritas 38 3.3.1 Analisis Dengan Regresi Linier Berganda 39

3.3.2 Pendeteksian Multikolinieritas 40

3.3.3 Analisis Dengan Regresi Komponen Utama 42 3.3.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Variabel Baku 46

Bab 4 Kesimpulan dan Saran

4.1Kesimpulan 47

4.2Saran 48

Daftar Pustaka 49

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Gas Mileage pada 30 Mobil 38

Tabel 3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linier Berganda 40

Tabel 3.3 Nilai Korelasi Data Gas Mileage 41

Tabel 3.4 Nilai Faktor Variansi Inflasi 41

Tabel 3.5 Nilai Eigen, Proporsi Total Variansi dan Proporsi Variansi Kumulatif 43 Tabel 3.6 Koefisien Komponen Utama (Vektor Eigen) 43

Tabel 3.7 Skor Faktor Komponen Utama 44

(12)

ABSTRAK

(13)

THE PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION ANALYSIS FOR SOLVING MULTICOLLINEARITY

ABSTRACT

(14)

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Regresi merupakan suatu teknik statistika yang dapat digunakan untuk

menggambarkan hubungan fungsional antara suatu variabel tak bebas (respon) dengan

satu atau beberapa variabel bebas (deterministik). Menurut Drapper and Smith (1992)

analisis regresi merupakan metode analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis

data dan mengambil kesimpulan yang bermakna tentang hubungan ketergantungan

variabel terhadap variabel lainnya.

Analisis regresi yang sering digunakan dalam pemecahan suatu permasalahan

adalah regresi linier. Dalam perkembangannya terdapat dua jenis regresi yang sangat

terkenal, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi linier

sederhana digunakan untuk menggambarkan hubungan antara satu variabel bebas (X)

dengan satu variabel tak bebas (Y). Sedangkan jika variabel bebas (X) yang digunakan

lebih dari satu, maka persamaan regresinya adalah persamaan regresi linier berganda.

Secara umum persamaan regresi linier dengan k variabel bebas dinyatakan

dengan :

+ + + … + +

dengan :

Y = variable tak bebas (respon)

= variable bebas (deterministik) , …, = parameter regresi

(15)

Parameter regresi pada persamaan diatas dicari penduganya dengan

menggunakan metode kuadrat terkecil (MKT). Penduga yang dihasilkan oleh MKT

bersifat BLUE (best linear unbiased estimation) apabila asumsi–asumsi pada analisis

regresi dipenuhi, yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi linier

tersebut adalah nilai variabel bebas (X) tetap pada sampel berulang dan bebas terhadap

kesalahan pengganggu, nilai rata-rata kesalahan pengganggu adalah nol,

homoskedastisitas sama untuk setiap observasi, tidak ada otokorelasi antar kesalahan

pengganggu dan tidak ada multikolinieritas diantara variabel bebas.

Salah satu dari asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan pengujian

hipotesis terhadap parameter pada analisis regresi linier berganda adalah tidak terjadi

multikolinieritas diantara variabel bebas. Jika terdapat multikolinieritas di dalam

regresi linier berganda maka akan mengakibatkan penggunaan MKT dalam menduga

parameter terganggu. Meskipun MKT dapat digunakan tetapi galat yang dihasilkan

akan menjadi besar, variansi dan kovariansi parameter tidak terhingga. Sehingga

parameter yang dihasilkan tidak bersifat BLUE lagi.

Menurut Montgomery dan Peck (dalam naftali, 2007) adanya multikolinieritas

dalam analisis regresi linier berganda disebabkan oleh berbagai hal antara lain metode

pengumpulan data yang digunakan, kendala model pada populasi yang diamati,

spesifikasi model, dan penentuan jumlah variabel bebas yang lebih banyak dari jumlah

observasi. Oleh karena itu, dalam suatu penelitian harus benar-benar diperhatikan

metode, model, spesifikasi model dan jumlah variabel bebas yang digunakan.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

multikolinieritas, diantaranya ialah :

1. Penambahan data baru yang bertujuan untuk memperkecil standar error.

Namun penambahan data baru seringkali hannya memberikan efek

penanggulangan yang kecil pada masalah multikolinieritas.

2. Mengeluarkan suatu variabel atau beberapa variabel bebas yang terlibat

hubungan kolinier, namun prosedur ini akan mengurangi obyek penelitian

(16)

spesifikasi terjadi karena salah dalam menentukan variabel yang tepat/benar

dalam suatu model regresi.

3. Analisis regresi komponen utama, pada analisis regresi komponen utama

semua peubah bebas masuk ke dalam model, tetapi sudah tidak terjadi

multikolinieritas karena sudah dihilangkan pada tahap analisis komponen

utama.

Dari beberapa cara mengatasi masalah multikolinieritas, analisis regresi komponen

utama merupakan cara yang sangat ampuh (Drapper and Smith, 1981). Berdasarkan

hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap suatu kasus

yang mengalami masalah multikolinieritas dan metode untuk mengatasi masalah

multikolinieritas ini, yaitu dengan menggunakan analisis regresi komponen utama.

Penelitian ini dibuat berupa tulisan yang diberi judul “Analisis Regresi Komponen

Utama Untuk Mengatasi Masalah Multikolinieritas”.

1.2Perumusan Masalah

Multikolinieritas merupakan masalah yang serius dalam menduga parameter pada

analisis regresi linier berganda. Multikolinieritas menyebabkan ketidakstabilan pada

parameter dugaan, pengujian hipotesis menjadi kurang kuat (less powerfull), artinya

yang seharusnya ditolak menjadi diterima atau sebaliknya. Oleh karena itu pada

penelitian ini akan dibahas bagaimana cara mengatasi masalah multikolinieritas

menggunakan analisis regresi komponen utama.

1.3Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan yang akan membahas mengenai masalah

multikolinieritas yang terjadi pada analisis regresi linier berganda dan menganggap

(17)

1.4Tinjauan Pustaka

Montgomery (1976) mengatakan pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil adalah dengan meminimumkan jumlah kuadrat

galat (JKG) dimana JKG dirumuskan sebagai berikut :

Supranto, J (1992) dalam bukunya mengatakan istilah multikolinieritas merupakan

hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara variabel–variabel bebas dalam

model regresi linier berganda. Istilah kolinieritas sendiri berarti hubungan linier

tunggal, sedangkan multikolinieritas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan

linier yang sempurna.

Gasperz (1991) dalam bukunya mengatakan permasalahan terjadinya multikolinieritas diantara penjelas yang banyak maka teknik pendugaan berdasarkan

metode kuadrat terkecil (MKT) menjadi tidak tepat karena akan menimbulkan

konsekuensi yang serius. Maka analisis yang tepat adalah model regresi komponen

utama.

Drapper and Smith (1981) dalam bukunya mengatakan cara lain yang digunakan

untuk mengatasi masalah multikolinieritas dan merupakan cara yang sangat ampuh

adalah dengan regresi komponen utama.

Haris (2008) dalam penelitiannya mengenai multikolinieritas pada data produk

domestik regional bruto (PDRB) seluruh wilayah propinsi di Indonesia, mengatakan

analisis dengan regresi komponen utama cukup efektif dalam mengatasi

(18)

1.5Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi komponen utama

untuk mengatasi masalah multikolinieritas pada analisis regresi linier berganda,

sehingga diperoleh model persamaan regresi yang lebih baik.

1.6Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk lebih

mengetahui mengenai masalah mutikolinieritas dan cara mengatasinya.

Serta memberikan suatu solusi untuk mengatasi masalah multikolinieritas bagi peneliti

yang menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menganalisis penelitian pada

berbagai bidang ilmu, seperti penelitian-penelitian di bidang sosial, ekonomi,

pertanian dll.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini dibuat berdasarkan studi literatur dan kepustakaan dan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Terlebih dahulu menjelaskan konsep dasar matriks, analisis regresi linier

berganda, multikolinieritas, serta analisis komponen utama.

2. Mendeteksi keberadaan multikolinieritas.

3. Menguraikan penyelesaian masalah multikolinieritas menggunakan analisis

regresi komponen utama. Dengan langkah sebagai berikut :

a. Melakukan tahap analisis komponen utama untuk menghilangkan gejala

multikolinieritas.

b. Menentukan komponen utama yang masuk dalam model

c. Menduga parameter analisis regresi komponen utama

d. Melakukan transformasi menjadi model regresi linier berganda.

4. Menyelesaikan contoh kasus yang mengandung multikolinieritas. Dalam hal

(19)

Bab 2

LANDASAN TEORI

2.1Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi

Matriks

Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen

yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga berbentuk persegi

panjang, dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya kolom dan baris

serta dibatasi tanda “[ ]” atau “( )”.

Sebuah matriks dinotasikan dengan simbol huruf besar seperti A, X, atau Z dan

sebagainya. Sebuah matriks A yang berukuran m baris dan n kolom dapat ditulis

sebagai berikut :

[

]

Atau juga dapat ditulis :

A = [ ] i= 1, 2,…, m ; j= 1, 2,…, n

Contoh :

Disebut matriks A dengan 2 baris dan 3 kolom. Jika A sebuah matriks, maka

digunakan untuk menyatakan elemen yang terdapat di dalam baris i dan kolom j

(20)

[ ] i = 1, 2 j = 1, 2, 3

Skalar

Suatu skalar adalah besaran yang hannya memiliki nilai, tetapi tidak memiliki arah.

Vektor Baris

Suatu matriks yang hannya terdiri dari satu baris dan n kolom disebut vektor baris.

[ ] disebut vektor baris

Vektor Kolom

Suatu matriks yang hannya terdiri dari m baris dan satu kolom disebut vektor kolom.

[ ] disebut vektor kolom

Kombinasi Linier

Vektor w merupakan kombinasi linier dari vektor – vektor jika terdapat

skalar sehingga berlaku :

, (2.1)

Jika vektor maka disebut persamaan homogen dan disebut

vektor yang bebas linier, yang mengakibatkan tetapi jika

ada bilangan yang tidak semuanya sama dengan nol, maka

disebut vektor yang bergantung linier.

2.1.2 Jenis-jenis Matriks

(21)

Matriks kuadrat adalah matriks yang memiliki baris dan kolom yang sama banyak.

dibawah diagonal utama merupakan cermin dari elemen diatas diagonal utama.

Matriks simetris jika artinya .

Matriks A disebut matriks identitas dan biasa diberi simbol I.

(22)

Matriks Nol

Matriks nol adalah suatu matriks dengan semua elemennya mempunyai nilai nol.

Biasanya diberi simbol , dibaca matriks nol.

Matriks Elementer

sama dengan nol. Untuk melihat kesingularan suatu matriks adalah dengan

menghitung determinan matriks tersebut. Apabila determinannya sama dengan nol

maka matriks tersebut singular.

Matriks Ortogonal

Matriks kuadrat [ ] dikatakan dapat didiagonalisasi secara orthogonal jika

(23)

didefinisikan sebagai matriks kuadrat yang inversnya sama dengan transposenya,

sehingga :

Maka P adalah matriks orthogonal

2.1.3 Operasi Matriks

Perkalian Matriks dengan Skalar

Jika [ ] adalah matriks mxn dan k adalah suatu skalar, maka hasil kali A dengan

k adalah [ ] matriks mxn dengan (1 )

Perkalian Matriks dengan Matriks

Jika adalah matriks mxp dan adalah matriks pxn maka hasil kali

dari matriks A dan matriks B yang ditulis dengan AB adalah C matriks mxn. Secara

matematik dapat ditulis sebagai berikut :

(1 ) (2.2)

Penjumlahan Matriks

Jika adalah matriks mxn dan adalah matriks mxn maka

penjumlahan matriks dari matriks A dan matriks B yang ditulis dengan

dengan :

(i= 1, 2, …, m; j= 1, 2, …, n).

Pengurangan Matriks

Jika adalah matriks mxn dan adalah matriks mxn maka

pengurangan matriks dari matriks A dan matriks B yang ditulis dengan

dengan : (i= 1, 2, …, m; j= 1, 2, …, n).

Transpose Suatu Matriks

Jika adalah matriks mxn maka matriks nxm dengan dan

(24)

Matriks mxn yang umum dapat ditulis :

(A) atau |A|. Secara matematiknya ditulis :

(25)

Jika A adalah sebarang matriks kuadrat, maka det(A) = det(AT). Anton (2004, hal: 97)

Teorema

Jika A dan B adalah matriks kuadrat yang ordonya sama, maka det(AB) = det(A)(B).

Anton (2004, hal: 108)

Secara umum invers matriks A adalah :

Adjoint matriks A adalah suatu matriks yang elemen-elemennya terdiri dari

semua elemen-elemen kofaktor matriks A, dengan adalah kofaktor elemen-elemen

(26)

c. Jika A adalah matriks non singular maka

2.2Nilai Eigen dan Vektor Eigen

Jika A adalah matriks nxn, maka vektor tak nol X di dalam Rn dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari A jika AX adalah kelipatan skalar dari X yakni :

AX = (2.3)

Untuk suatu skalar . Skalar dinamakan nilai eigen (eigen value) dari A dan X

dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan .

Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran nxn, dari persamaan (2.3)

dapat ditulis kembali sebagai suatu persamaan homogen :

(2.4)

Dengan I adalah matriks identitas yang berordo sama dengan matriks A, dalam catatan

(27)

n buah akar

Jika nilai eigen disubstitusi pada persamaan maka solusi dari

vektor eigen adalah (2.6)

Jadi apabila matriks mempunyai akar karakteristik dan ada

kemungkinan bahwa diantaranya mempunyai nilai yang sama, bersesuaian dengan

akar-akar karakteristik ini adalah himpunan vektor–vektor karakteristik yang

orthogonal (artinya masing-masing nilai akar karakteristik akan memberikan vektor

karakteristik) sedemikian sehingga :

Tanpa menghilangkan sifat umum, vektor-vektor tersebut bisa dibuat normal

(standar) sedemikian rupa sehingga untuk semua i, suatu himpunan

vektor-vektor orthogonal yang telah dibuat normal (standar) disebut orthogonal set.

Apabila X merupakan matriks nxn, dimana kolom – kolomnya terdiri dari

vektor-vektor dan kemudian bisa ditulis dengan dua syarat sebagai berikut :

1. jika

jika

2. sehingga

Matriks yang mempunyai sifat demikian dinamakan matriks orthogonal.

Definisi :

Misalkan matriks nxn.

Determinan [

]

Dikatakan karakteristik polinom dari A.

(28)

Dikatakan persamaan karakteristik dari A.

2.3Matriks korelasi

Matriks korelasi adalah matriks yang didalamnya terdapat korelasi-korelasi. Andaikan

X adalah matriks data, ̅ adalah matriks rata-rata dan ∑ adalah matriks ragam

̅ dihitung dari matriks data yang dikalikan dengan vektor 1 dan konstanta

Selanjutnya, persamaan (2.7) dikalikan dengan vektor , sehingga dihasilkan

matriks ̅

Kurangkan matriks X dengan persamaan matriks (2.8) yang menghasilkan matriks

(29)

Persamaan (2.10) menunjukan dengan jelas hubungan operasi perkalian

matriks data X dengan ( ) dan transpose matriks data. Jika S telah diketahui

dari persamaan (2.10), maka S dapat dihubungkan ke matriks korelasi dengan cara :

(30)
(31)

̅

Dalam perkembangannya terdapat dua jenis regresi yang sangat terkenal, yaitu regresi

linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi linier sederhana digunakan untuk

menggambarkan hubungan antara suatu variabel bebas (X) dengan satu variabel tak

bebas (Y) dalam bentuk persamaan linier sederhana.

(2.12)

Regresi linier berganda merupakan perluasan dari regresi linier sederhana.

Perluasannya terlihat dari banyaknya variabel bebas pada model regresi tersebut.

Bentuk umum regresi linier berganda dapat dinyatakan secara statistik sebagai berikut:

(32)

Dalam model regresi linier berganda ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi,

asumsi tersebut adalah :

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol, yaitu untuk I = 1, 2, …, n

2. Varian sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi

homokedastisitas)

3. Tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian

4. Variabel bebas , konstan dalam sampling yang terulang dan bebas

terhadap kesalahan pengganggu .

5. Tidak ada multikolinieritas diantara variabel bebas X.

6. artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal

dengan rata-rata 0 dan varian

2.4.2 Metode Kuadrat Terkecil (MKT)

Metode kuadrat terkecil merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan

untuk menduga parameter-parameter regresi. Pada model regresi linier berganda juga

digunakan metode kuadrat terkecil untuk menduga parameter. Biasanya penduga

kuadrat terkecil ini diperoleh dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat. Misalkan

model yang akan diestimasi adalah parameter dari persamaan dengan n pengamatan,

maka diperoleh :

= + + + … + +

= + + + … + +

= + + + … + +

Persaman-persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks :

Y = X + (2.14)

(33)

[ ] [

Untuk mendapatkan penaksir-penaksir MKT bagi , maka dengan asumsi

klasik ditentukan dua vektor ̂ ̂ sebagai :

Persamaan hasil estimasi dari persamaan (2.14) dapat ditulis sebagai :

Y = X ̂ +

atau

̂ (2.15)

Karena tujuan MKT adalah meminimumkan jumlah kuadrat dari kesalahan,

yaitu ∑ minimum

Oleh karena ̂ adalah skalar, maka matriks transposenya adalah :

( ̂ ) ̂

jadi,

(34)

Untuk menaksir parameter ̂ maka harus diminimumkan terhadap ̂ maka :

Menurut Sembiring (2003) metode kuadrat terkecil memiliki beberapa sifat yang baik.

Untuk menyelidiki sifatnya, pandang kembali model umum regresi linier pada

persamaan (2.14). disini dianggap bahwa bebas satu sama lain dan

Dengan demikian maka dan .

Jadi sifat penduga kuadrat terkecil adalah :

(35)

2. Varian Minimum

Jika maka matriks kovarian untuk ̂ diberikan oleh

Jika dan maka penduga kuadrat terkecil ̂

mempunyai varian minimum diantara semua penduga tak bias linier.

Bukti :

( ̂) [( ̂ ( ̂) ̂ ( ̂) )]

=

(2.20)

2.5 Uji Regresi Linier

Pengujian nyata regresi adalah sebuah pengujian untuk menentukan apakah ada

hubungan linier antara variabel tidak bebas Y dan variabel bebas

Uji yang digunakan adalah uji menggunakan statistik F berbentuk :

(2.21)

dengan :

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKS = Jumlah Kuadrat Sisa

= derajat kebebasan JKR

= Derajat kebebasan JKS

Dalam uji hipotesis, digunakan daerah kritis :

ditolak jika

dengan :

(36)

Selanjutnya, jika model regresi layak digunakan akan dilakukan lagi uji

terhadap koefisien-koefisien regresi secara terpisah untuk mengetahui apakah

koefisien tersebut layak dipakai dalam persamaan atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk menguji parameter regresi secara parsial adalah

sebagai berikut :

artinya koefisien regresi ke–j tidak signifikan atau variabel bebas ke-j

tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

artinya koefisien regresi ke-j signifikan atau variabel bebas ke-j

berpengaruh nyata terhadap Y.

Statistik uji yang digunakan untuk menguji parameter regresi secara parsial

adalah:

( ̂) ̂

√ ̂ (2.23)

Jika | ( ̂ )| > maka ditolak yang artinya variabel bebas ke- j

berpengaruh nyata terhadap Y.

2.6 Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar nilai variabel Y

dijelaskan oleh variable X. Koefisien determinasi merupakan salah satu patokan yang

biasa digunakan untuk melihat apakah suatu model regresi yang dicocokkan belum

atau sudah memadai, yang dinotasikan dengan R2. Koefisien determinasi ini hannya menunjukkan ukuran proporsi variansi total dalam respon Y yang diterangkan oleh

model yang dicocokkan (Walpole dan Myers, 1995)

Nilai koefisien determinasi ( ) dapat diperoleh dengan rumus :

(37)

Nilai R2 yang mendekati 0 (nol) menunjukkan bahwa data sangat tidak cocok dengan model regresi yang ada. Sebaliknya, jika nilai R2 mendekati 1 (satu) menunjukkan bahwa data cocok terhadap model regresi. Dapat disimpulkan bahwa

nilai R2 yang diperoleh sesuai dengan yang dijelaskan masing-masing faktor yang tinggal di dalam regresi. Hal ini mengakibatkan bahwa yang dijelaskan hannyalah

disebabkan faktor yang mempengaruhinya saja. Besarnya variansi yang dijelaskan

penduga sering dinyatakan dalam persen. Persentase variansi penduga tersebut adalah

2.7 Multikolinieritas

Istilah multikolinieritas pertama kali diperkenalkan oleh Ragnar Frisch pada tahun

1934, yang menyatakan bahwa multikolinieritas terjadi jika adanya hubungan linier

yang sempurna (perfect) atau pasti (exact) diantara beberapa atau semua variabel

bebas dari model regresi berganda (Rahardiantoro 2008).

Maksud dari adanya hubungan linier antar sesama variable adalah :

Misalkan terdapat k variable bebas . Hubungan linier yang

sempurna/pasti terjadi jika berlaku hubungan berikut :

(2.25)

Dimana merupakan bilangan konstan dan tidak seluruhnya nol atau

paling tidak ada satu yang tidak sama dengan nol, yaitu

Jika terdapat korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, sehingga nilai

koefisien korelasi diantara sesama variabel ini sama dengan satu, maka

konsekuensinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nilai

standar eror setiap koefisien regresi menjadi tak hingga.

Pada analisis regresi, multikolinieritas dikatakan ada apabila beberapa kondisi

berikut dipenuhi :

1. Dua variable berkorelasi sempurna (oleh karena itu vektor–vektor yang

(38)

2. Dua variabel bebas hampir berkorelasi sempurna yaitu koefisien korelasinya

mendekati .

3. Kombinasi linier dari beberapa variabel bebas berkorelasi sempurna atau

mendekati sempurna dengan variable bebas yang lain.

4. Kombinasi linier dari satu sub-himpunan variabel bebas berkorelasi sempurna

dengan suatu kombinasi linier dari sub-himpunan variabel bebas yang lain.

2.7.1 Pendeteksian Multikolinieritas

Ada beberapa cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas, yaitu :

1. Nilai korelasi (korelasi antar peubah bebas).

Prosedur ini merupakan pendeteksian yang paling sederhana dan paling

mudah. Jika nilai korelasi antar peubah ( ) melebihi 0,75 diduga terdapat

2. Faktor Variansi Inflasi (Variance Inflation Factor, VIF).

VIF adalah elemen-elemen diagonal utama dari invers matriks korelasi. VIF

digunakan sebagai kriteria untuk mendeksi multikolinieritas pada regresi linier

berganda yang melibatkan lebih dari dua variabel bebas. Nilai VIF lebih besar

dari 10 mengindikasikan adanya masalah multikolinieritas yang serius.

VIF untuk koefisien regresi –j didefinisikan sebagai berikut :

(2.27)

dengan :

= Koefisien determinasi antar dengan variabel bebas lainnya

(39)

2.7.2 Pengaruh Multikolinieritas

Koefisien regresi penduga ̂ yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil

mempunyai banyak kelemahan apabila terjadi multikolinieritas diantara variabel

bebas, yaitu :

1. Variansi ̂ Besar

Apabila determinan dari matriks , akibatnya variansi akan semakin

besar sehingga penduga kuadrat terkecil tidak efisien karena memiliki ragam

dan peragam yang besar. Dalam kasus multikolinieritas penduga kuadrat

tekecil tetap tak bias karena sifat ketakbiasan tidak ditentukan oleh asumsi

tidak adanya multikolinieritas, hannya akibat multikolinieritas penduga

memiliki ragam yang besar dan tidak dapat lagi disebut sebagai penduga yang

memiliki sifat linier, tak bias, dan mempunyai varian minimum atau yang

disebut BLUE (best linier unbiased estimator).

2. Selang Kepercayaan Penduga Lebih Lebar

Dalam situasi multikolinieritas antara variabel-variabel bebas dalam model

regresi linier mengakibatkan variansi penduga kuadrat terkecil menjadi besar

sehingga menghasilkan galat baku yang lebih besar, akibatnya selang

kepercayaan bagi parameter model regresi menjadi lebih besar.

3. Nilai Statistik-t yang Tidak Nyata

Multikolinieritas yang mengakibatkan galat baku penduga kuadrat terkecil

menjadi lebih besar, maka statistik t yang didefinisikan sebagai rasio antara

koefisien penduga dan galat baku koefisien penduga menjadi lebih kecil.

Akibatnya meningkatkan besarnya peluang menerima hipotesis yang salah

(kesalahan akan meningkat), karena suatu hipotesis yang seharusnya ditolak

tetapi berdasarkan pengujian hipotesis diputuskan untuk diterima, sebagai

(40)

4. Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang Tinggi Tetapi Beberapa Nilai Statistik-t

Tidak Nyata

Dalam kasus adanya multikolinieritas, maka akan ditemukan beberapa

koefisien regresi yang secara individual tidak nyata berdasarkan uji statistik

t-student. Namun, koefisien determinasi (R2) dalam situasi yang demikian mungkin tinggi sekali serta berdasarkan uji koefisien regresi keseluruhan

berdasarkan uji F akan ditolak hipotesis nol, bahwa

2.8 Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk

mereduksi sejumlah variabel asal menjadi beberapa variabel baru yang bersifat

orthogonal dan tetap mempertahankan total keragaman dari variabel asalnya.

Analisis komponen utama bertujuan untuk mengubah dari sebagian besar

variabel asli yang digunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya,

menjadi satu set variabel baru yang lebih kecil dan saling bebas (tidak berkorelasi

lagi), dan merupakan kombinasi linier dari variabel asal. Selanjutnya variabel baru ini

dinamakan komponen utama (principal component). secara umum tujuan dari analisis

komponen utama adalah mereduksi dimensi data sehingga lebih mudah untuk

menginterpretasikan data-data tersebut.

Analisis komponen utama bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang

diamati dengan cara menyusutkan dimensinya. Hal ini dilakukan dengan

menghilangkan korelasi variabel melalui transformasi variabel asal ke variabel baru

yang tidak berkorelasi.

Variabel baru ( ) disebut sebagai komponen utama yang merupakan hasil

transformasi dari variable asal yang modelnya dalam bentuk catatan matriks adalah:

(41)

dengan :

A adalah matriks yang melakukan transformasi terhadap variabel asal

sehingga diperoleh vektor komponen .

Penjabarannya adalah sebagai berikut :

komponen utama apabila semua variabel yang diamati mempunyai satuan pengukuran

yang sama. Sedangkan, matriks Korelasi digunakan apabila variabel yang diamati

tidak mempunyai satuan pengukuran yang sama. Variabel tersebut perlu dibakukan,

sehingga komponen utama berdasarkan matriks korelasi ditentukan dari variabel baku.

2.8.1.1Komponen Utama Berdasarkan Matriks Kovarian ()

Dipunyai matriks kovarian ∑ dari p buah variable Total varian dari

variabel–variabel tersebut didefinisikan sebagai ∑ ∑ yaitu penjumlahan

dari unsur diagonal matriks ∑. Melalui matriks kovarian ∑ bisa diturunkan akar

ciri-akar cirinya yaitu dan vektor ciri–vektor cirinya

Komponen utama pertama dari vektor berukuran px1,

(42)

Komponen utama pertama dapat dituliskan sebagai :

(2.29)

dengan :

dan

Varian dari komponen utama pertama adalah :

∑ ∑

terhadap sama dengan nol.

Komponen utama kedua adalah kombinasi linier terbobot variabel asal yang

tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama, serta memaksimumkan sisa

kovarian data setelah diterangkan oleh komponen utama pertama. Komponen utama

kedua dapat dituliskan sebagai :

(43)

dengan :

dan

Vektor pembobot adalah vektor normal yang dipilih sehingga keragaman

komponen utama kedua maksimum, serta orthogonal terhadap vektor pembobot

dari komponen utama pertama. Agar varian dari komponen utama kedua maksimum,

serta antara komponen utama kedua tidak berkorelasi dengan komponen utama

pertama, maka vektor pembobot dipilih sedemikian sehingga tidak

berkorelasi dengan varian komponen utama kedua ( ) adalah :

∑ (2.33)

Varian tersebut akan dimaksimumkan dengan kendala dan cov

∑ Karena adalah vektor ciri dari ∑ dan ∑ adalah matriks simetrik, maka :

∑ ∑ ∑

Kendala ∑ dapat dituliskan sebagai Jadi fungsi

Lagrange yang dimaksimumkan adalah :

∑ (2.34)

Fungsi ini mencapai maksimum jika turunan parsial pertama

terhadap sama dengan nol, diperoleh

∑ ∑ (2.35)

Jika persamaan (2.35) dikalikan dengan maka diperoleh

∑ ∑ ∑

Oleh karena ∑ maka Dengan demikian persamaan (2.35) setelah

(44)

∑ (2.36)

Jadi dan merupakan pasangan akar ciri dan vektor ciri dari matriks

varian kovarian ∑ Seperti halnya penurunan pada pencarian , akan diperoleh bahwa

adalah vektor ciri yang bersesuaian dengan akar ciri terbesar kedua dari matriks ∑

Secara umum komponen utama ke-j dapat dituliskan sebagai :

(2.37)

dengan :

dan

vektor pembobot diperoleh dengan memaksimumkan keragaman komponen utama

ke-j, yaitu :

∑ (2.38)

dengan kendala :

serta untuk .

Dengan kendala ini, maka akar ciri dapat diinterpretasikan sebagai ragam

komponen utama ke- j serta sesama komponen utama tidak berkorelasi.

Vektor pembobot yang merupakan koefisien pembobot variabel asal bagi

komponen utama ke-j diperoleh dari matriks peragam ∑ yang diduga dengan matriks

S berikut :

(45)

2.8.1.2Komponen Utama Berdasarkan Matriks Korelasi ( )

Jika variabel yang diamati tidak mempunyai satuan pengukuran yang sama, maka

variabel tersebut perlu dibakukan sehingga komponen utama ditentukan dari variabel

baku (Vincent gasperz, 1991). Variabel asal perlu ditransformasi ke dalam variabel

baku Z, dalam catatan matriks adalah :

(2.40)

dengan :

Z = variabel baku

= matriks simpangan baku dengan unsur diagonal utama

= variabel pengamatan

= nilai rata-rata pengamatan

Dengan, Nilai harapan , dan ragamnya ∑

Dengan demikian, komponen–komponen utama dari Z dapat ditentukan dari

vektor ciri yang diperoleh melalui matriks korelasi yang diduga dengan matriks ,

dimana vektor pembobot diperoleh dengan memaksimumkan keragaman

komponen utama ke-j dengan kendala :

serta untuk .

Semua formula yang telah diturunkan berdasarkan variabel-variabel

dengan matriks ∑ akan berlaku untuk peubah-peubah dengan matriks

Sehingga diperoleh komponen utama ke-j dengan menggunakan variable baku

(46)

Ragam komponen utama ke-j adalah sama dengan akar ciri ke-j, serta antara

komponen utama ke-i dan komponen utama ke- j tidak berkorelasi untuk .

Untuk meregresikan komponen utama dengan variabel bebas, maka perlu

dihitung skor komponen dari setiap pengamatan. Untuk komponen utama yang

diturunkan dari matriks korelasi , maka skor komponen utama dari unit pengamatan

ke-i ditentukan sebagai berikut :

(2.42)

dengan :

= vektor pembobot komponen utama ke-r

= vektor skor baku dari variabel yang diamati pada pengamatan ke-i

2.8.2 Kriteria Pemilihan Komponen Utama

Salah satu tujuan dari analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data asal

yang semula, terdapat p variable bebas menjadi k komponen utama .

Kriteria pemilihan k yaitu :

1. Didasarkan pada akar ciri yang lebih besar dari satu, dengan kata lain

hannya komponen utama yang memiliki akar ciri lebih besar dari satu yang

dilibatkan dalam analisis regresi komponen utama.

2. Proporsi kumulatif keragaman data asal yang dijelaskan oleh k komponen

utama minimal 80%, dan proporsi total variansi populasi bernilai cukup

(47)

2.8.3 Kontribusi Komponen Utama

Kontribusi komponen utama yang diturunkan dari matriks kovarian dan matriks

korelasi adalah sebagai berikut:

Proporsi total variansi populasi yang dijelaskan oleh komponen utama ke-j

berdasarkan matriks kovarian adalah :

∑ dengan (2.43)

Jadi kontribusi (dalam persentase) masing–masing komponen utama ke-j

terhadap total varian x adalah :

∑ x 100% (2.44)

Sedangkan, proporsi total variansi populasi yang dijelaskan oleh komponen

utama ke-j berdasarkan matriks korelasi, yaitu komponen yang dihasilkan berdasarkan

variable-variabel yang telah dibakukan (Z) adalah :

(2.45)

dengan :

= Akar ciri terbesar ke-j dari matriks korelasi R

= Trace matriks R yang merupakan jumlah diagonal utama matriks R, yang tidak lain sama dengan banyaknya variabel yang diamati, atau

sama dengan jumlah semua akar ciri yang diperoleh dari matriks R.

Jadi kontribusi (dalam persentase) masing–masing komponen utama ke-j

terhadap total varian x adalah :

(48)

Bab 3

PEMBAHASAN

3.1Regresi Komponen Utama

Regresi komponen utama adalah teknik yang digunakan untuk meregresikan

komponen utama dengan variabel tak bebas melalui metode kuadrat terkecil. Tahap

pertama pada prosedur regresi komponen utama yaitu menentukan komponen utama

yang merupakan kombinasi linier dari beberapa variabel X, dan tahap kedua adalah

variabel tak bebas diregresikan pada komponen utama dalam sebuah model regresi

linier.

Persamaan regresi komponen utama berdasarkan matriks kovarian pada

dasarnya hampir sama dengan persamaan regresi komponen utama berdasarkan

matriks korelasi yaitu variabel diganti dengan variabel baku

. Kedua persamaan tersebut digunakan sesuai dengan pengukuran variabel-variabel yang diamati.

Apabila diberikan notasi sebagai banyaknya komponen utama

yang dilibatkan dalam analisis regresi komponen utama, di mana k lebih kecil

daripada banyaknya variabel penjelas asli X, yaitu sejumlah p ( )

Maka Bentuk umum persamaan regresi komponen utama adalah :

(3.1)

dengan :

= variabel tak bebas

= variabel komponen utama

(49)

Komponen utama merupakan kombinasi linier dari variabel Z ;

(3.2)

dengan :

= komponen utama

= koefisien komponen utama = variabel baku

Komponen utama dalam persamaan (3.2) disubstitusikan ke

dalam persamaan regresi komponen utama (3.1), maka diperoleh :

̂ (3.3)

dengan :

= ̅

= (3.4)

3.2Uji Koefisien Regresi Komponen Utama

Pengujian koefisien regresi adalah sebuah pengujian untuk menentukan apakah

variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian Akan dilakukan

terhadap koefisien-koefisien regresi secara terpisah untuk mengetahui apakah

koefisien tersebut layak dipakai dalam persamaan atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk menguji parameter regresi secara parsial adalah

sebagai berikut :

artinya koefisien regresi ke–j tidak signifikan atau variabel bebas ke-j

(50)

artinya koefisien regresi ke-j signifikan atau variabel bebas ke-j

berpengaruh nyata terhadap Y.

Untuk menguji signifikansi koefisien regresi dilakukan dengan

menggunakan uji t-student dengan statistik uji :

(3.5)

= ragam galat regresi komponen utama

= koefisien komponen utama

= nilai eigen ke-i

Jika | ( ̂)| > maka ditolak yang artinya variabel bebas ke- j

berpengaruh nyata terhadap Y.

Setelah koefisien diuji keberartiannya, persamaan regresi linier berganda (3.3)

yang terdapat variable baku Z ditransformasi menjadi variabel X sebagai variabel

bebasnya, maka model regresinya adalah :

̂ (3.8)

dengan :

̂ = variabel bebas

(51)

3.3Ilustrasi Regresi Komponen Utama Mengatasi Multikolinieritas

Sebagai teladan penggunaan analisis regresi komponen utama untuk mengatasi

masalah multikolinieritas, berikut ini akan dibahas suatu contoh kasus yang memiliki

multikolinieritas diantara variabel–variabel bebasnya. Data yang akan dibahas adalah

data yang tertera dalam tabel berikut :

(52)

23 34.1 4 86 65 1.975 15.2 0

24 35.1 4 98 80 1.915 14.4 0

25 27.4 4 121 80 2.670 15.0 0

26 31.5 4 89 71 1.990 14.9 0

27 29.5 4 98 68 2.135 16.6 0

28 28.4 4 151 90 2.670 16.0 0

29 28.8 6 173 115 2.595 11.3 1

30 26.8 6 173 115 2.700 12.9 1

Sumber : Bovas Abraham dan Johannes Ledolter 1983

Keterangan :

Y = Gas Mileage mil per galon

= Jumlah silinder

= pertukaran mesin dalam inch3

= Daya kuda

= Berat dalam 1000 pon

= Percepatan dalam detik

= Tipe/jenis mesin (straight [1]; V [0])

3.3.1 Analisis Dengan Regresi Linier Berganda

Analisa regresi dengan metode kuadrat terkecil persamaan (2.18) menghasilkan

persaman regresi sebagai berikut : (perhitungan pada lampiran A)

(53)

Tabel 3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien

Regresi

SE. Koefisien T- Hitung VIF

Konstanta 60.530 5.051 11.984

-1.874 0.810 -2.315 17.398

0.041 0.016 2.514 21.631

-0.074 0.043 -1.717 12.482

-7.950 2.881 -2.760 41.175

-0.265 0.358 -0.741 2.601

3.601 1.559 2.309 5.739

Dengan taraf nyata maka

( pada lampiran E)

Berdasarkan uji signifikansi koefisien regresi secara parsial dimana terdapat

variabel yang | ( ̂ )| < yaitu variabel bebas dan . Hal ini

menyebabkan bahwa diterima yang berarti terdapat variabel bebas ( dan )

yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

3.3.2 Pendeteksian Multikolinieritas

Untuk pendeteksian adanya multikolinieritas ada beberapa cara yang dapat digunakan

antara lain :

1. Nilai Korelasi

Dengan menggunakan persamaan (2.26) maka didapatkan nilai korelasi

(54)

Tabel 3.3 Nilai Korelasi Data Gas Mileage Antar Variabel Bebas

Variabel

1.000 0.944 0.872 0.914 -0.243 0.826

0.944 1.000 0.862 0.945 -0.219 0.750

0.872 0.862 1.000 0.905 -0.321 0.710

0.914 0.945 0.905 1.000 -0.60 0.632

-0.243 -0.219 -0.321 -0.60 1.000 -0.460

0.826 0.750 0.710 0.632 -0.460 1.000

(perhitungan pada lampiran B)

Berdasarkan nilai korelasi diatas terdapat korelasi antar variabel yang melebihi

0.75. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat multikolinieritas.

2. Faktor Variansi Inflasi (VIF)

Dengan menggunakan persamaan (2.27) maka didapatkan nilai VIF masing-masing

variabel bebas yang dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Nilai Faktor Variansi Inflasi (VIF)

Variabel VIF

17.398

21.631

12.482

41.175

2.601

5.739

(perhitungan pada lampiran B)

(55)

3.3.3 Analisis Dengan Regresi Komponen Utama

Setelah dideteksi bahwa data gas mileage pada tabel (3.1) mengalami masalah

multikolinieritas pada variabel bebasnya maka data tersebut akan dianalisis

menggunakan analisis regresi komponen utama.

Karena skala pengukuran dari setiap variabel yang diamati tidak sama, maka

variabel tersebut ditransformasikan ke dalam variabel baku Z (persamaan 2.40).

Kemudian akan dianalisis dengan analisis Komponen utama yang ditentukan

berdasarkan pada matriks korelasi.

Correlation Matrix

Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6

Correlation Z1 1.000

Z2 .944 1.000

Z3 .872 .862 1.000

Z4 .914 .945 .905 1.000

Z5 -.243 -.219 -.321 -.060 1.000

Z6 .826 .750 .710 .632 -.460 1.000

(lampiran B)

Untuk menegetahui variabel komponen utama berdasarkan matriks korelasi,

terlebih dahulu dihitung nilai eigen dan vektor eigen yang bersesuaian, dengan

menggunakan persamaan (2.5) dan (2.46) maka diperoleh nilai eigen, serta proporsi

(56)

Tabel 3.5 Nilai Eigen, Proporsi Total Variansi dan Proporsi Variansi Kumulatif

Komponen Nilai eigen Proporsi total

variansi (%)

Berdasarkan kriteria pemilihan komponen utama maka komponen yang

terpilih adalah komponen utama pertama dan kedua karena memiliki nilai eigen lebih

besar dari 1 serta proporsi keragaman oleh kedua komponen utama tersebut telah

mampu menjelaskan 91.683 % keragaman dari variabel asal.

Setelah nilai eigen diketahui maka dengan menggunakan persamaan (2.6)

dapat dihitung nilai vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen, dimana vektor

eigen merupakan koefisien komponen utama. Hasil perhitungan diperoleh seperti pada

tabel berikut.

Tabel 3.6 Koefisien Komponen Utama (Vektor Eigen)

(57)

Berdasarkan persamaan (3.2) maka persamaan komponen utama adalah :

(3.9)

Untuk meregresikan komponen utama dengan variabel bebas, maka dihitung

skor komponen dari setiap pengamatan. Untuk komponen utama yang diturunkan dari

matriks korelasi , berdasarkan persamaan (2.42) maka didapatkan skor komponen

utama dari unit pengamatan ke-i seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.7 Skor Faktor Komponen Utama

No Skor Faktor_ Skor Faktor_ Y

(58)

21 -0.74830 -0.52154 26.5

Skor komponen utama tersebut kemudian diregresikan dengan variabel bebas

Y dengan metode kuadrat terkecil. Adapun model regresi komponen utama dengan

dua komponen adalah : (perhitungan pada lampiran E)

̂ (3.10)

dengan :

̅

Tabel 3.8 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Komponen Utama

Komponen

Koefisien Komponen utama dan sudah signifikan serta nilai VIF adalah 1, ini

menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi masalah multikolinieritas.

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.9) ke persamaan (3.10) maka didapat

Model regresi linier berganda yang melibatkan variabel Z yang merupakan hasil

transformasi dari variabel W sebagai variabel bebas. Hasil transformasi ditunjukkan

(59)

̂ 3.3.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Komponen Utama Variabel Baku

Koefisien regresi pada persamaan (3.11) akan diuji secara parsial. Berdasarkan

persamaan (3.6) dan (3.7) maka didapatkan nilai varian dan T-Hitung masing–masing

variabel bebas Z seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.9 Nilai Varian dan T-Hitung Variable Bebas Z

Variabel Koefisien Regresi Varian T-Hitung

-1.270 0.011 -115.455

-1.381 0.014 -98.643

-1.089 0.009 -121.000

-1.758 0.026 -67.615

-1.769 0.071 -24.915

-0.272 0.023 -11.826

Dengan taraf nyata maka ( lampiran E)

Berdasarkan uji signifikansi koefisien regresi secara parsial, didapatkan bahwa

semua | ( ̂ )| > Hal ini menyebabkan ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua variabel bebas Z berpengaruh secara nyata terhadap

variabel terikat (Y).

Maka dengan menggunakan persamaan (2.40), persamaan (3.11) akan diubah

kebentuk semula. Persamaan yang terdapat variable Z ditransformasi menjadi variabel

X sebagai variabel bebasnya dengan

.

Sehingga diperoleh model regresi dengan variabel bebas X yaitu :

(60)

Bab 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Analisis regresi komponen utama merupakan suatu metode yang dapat

mengatasi masalah multikolinieritas pada analisis regresi berganda. Pada

analisis regresi komponen utama semua variabel bebas masuk kedalam model,

tetapi sudah tidak terjadi multikolinieritas karena sudah dihilangkan pada tahap

analisis komponen utama.

2. Pada tahap analisis komponen utama berdasarkan matriks korelasi dihasilkan

dua buah komponen utama yang saling bebas (tidak ada korelasi) yang

menjelaskan 91.683% keragaman dari total keragaman variabel asal dengan

nilai akar ciri masing-masing 4.452 dan 1.049.

3. Nilai T-hitung masing-masing variable baku Z lebih besar dari T-tabel,

sehingga berdasarkan uji signifikan koefisien secara parsial semua variabel

pada regresi komponen utama berpengaruh nyata terhadap variable terikat (Y),

hal ini menjadi ukuran bahwa model regresi komponen utama merupakan

model yang tepat untuk analisis data.

4. Melalui analisis regresi komponen utama diperoleh persamaan regresi yang

sudah tepat untuk analisis data yaitu :

̂

(61)

4.2 Saran

Multikolinieritas merupakan masalah yang dapat menimbulkan model yang diperoleh

kurang baik untuk analisis, untuk itu multikolinieritas harus terlebih dulu diatasi.

Salah satu cara adalah dengan menggunakan analisis komponen utama. Agar masalah

multikolinieritas ini dapat teratasi dengan lebih tepat maka perlu dilakukan kajian

terhadap metode–metode lain yang juga dapat mengatasi masalah multikolinieritas.

Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode

yang lain untuk mengatasi masalah multikolinieritas serta membandingkannya dengan

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Bovas and Ledolter Johannes. 1983. Statistical Methods for Forecasting.

New York : John Wiley and Son Inc.

Anton, Howard. 1987. Aljabar Linier Elementer. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Bakti, Haris.2008. Analisis Regresi Komponen Utama Untuk Mengatasi Masalah Multikolinieritas Dalam Analisis Regresi Linier Berganda. Diakses tanggal 8 april 2011

Chatterjee, Samprit and Price, Bertram. 1977. Regression Analysis by Example.

Second Edition. New York : University New York.

Drapper. N.R. and Smith. 1981. Applied Regression Analysis. Second Edition. New York : John Wiley and Son Inc.

Gasperz, Vincent. 1991. Ekonometrika Terapan. Jilid 2. Bandung : Tarsito.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno. Jakarta : Erlangga

(63)

Naftali, Y. 2007. Regresi dan Multikolinieritas Dalam Regresi.

http://yohanli.wordpress.com/category/science/ Diakses tanggal 15 Februari, 2011.

Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Bandung : ITB Bandung

Sigit, Nugroho. Regresi Ridge Untuk Mengatasi Multikolinieritas. e-Jurnal Statistika. Diakses tanggal 15 Februari, 2011

Supranto, J. 1984. Ekonometrik. Jilid 2. Jakarta : LPFE Universitas Indonesia.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat. Jakarta : Rineka Cipta.

Gambar

Tabel  3.1 Data Gas Mileage Pada 30 Mobil dan Faktor–faktor yang
Tabel  3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linier Berganda
Tabel  3.4 Nilai Faktor Variansi Inflasi (VIF)
Tabel 3.5 Nilai Eigen, Proporsi Total Variansi dan Proporsi Variansi
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menjelaskan struktur variansi-kovariansi dari sekumpulan variabel melalui beberapa variabel

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi komponen utama untuk

Apabila terdapat sejumlah pengamatan dan variabel bebas maka untuk setiap pengamatan atau responden mempunyai persamaannya seperti berikut:.. Akibat

= average yearly earnings of other family members (dollars) = average yearly nonearned income (dollars). = average family asset holdings (bank account, etc) (dollars) =

Lampiran 3 Menentukan parameter regresi linier berganda (Contoh Ilustrasi Kasus

Data angka kematian bayi yang memiliki lima variabel bebas telah direduksi menjadi satu komponen utama dengan nilai eigen lebih besar dari satu yaitu 3,778 dengan total

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kedua metode untuk mengatasi multikolinear yaitu metode Partial Least Square (PLS) dan metode regresi komponen utama