PENGARUH KARAKTERISTIK KADER TERHADAP PELAKSANAAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU KECAMATAN
KEMBANG TANJUNG KABUPATEN PIDIE NANGGROE ACEH DARUSSALAM
T E S I S
Oleh
SAIFULLAH 077012019/ IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Salah satu tujuan penyelenggaraan posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program penimbangan balita. Pelaksanaan penimbangan balita di Kembang Tanjung Kabupaten Pidie cakupannya masih rendah, hanya mencapai 54,6 % dari hasil yang ditarget sebesar 90,0%.
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward, lama menjadi kader), terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung. Jenis penelitian adalah survai explanatory yang dilaksanakan tanggal Maret 2010 sampai dengan Februari 2011. Sampel adalah seluruh kader posyandu yang aktif di Kecamatan Kembang Tanjung sebanyak 120 kader. Pengumpulan data melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner. Data dianalisis dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan penimbangan balita tidak terlaksana dengan baik (55%). Keseluruhan variabel karakteristik berpengaruh terhadap penimbangan balita. Variabel lama menjadi kader merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap penimbangan balita.
Disarankan dukungan dan motivasi yang intensif dari pemerintah daerah agar kinerja kader posyandu dapat meningkat melalui pelatihan-pelatihan secara berkala dan melaksanakan perlombaan-perlombaan antar posyandu seperti lomba bayi sehat, temu kader, dan cerdas cermat posyandu dengan harapan dapat mencapai posyandu mandiri sehingga cakupan penimbangan balita tercapai dengan baik.
ABSTRACT
One of the objectives in the implementation of Integrated Service Post is to reduce the mortality and morbidity rate for the babies and to optimize the potential of child growth through the Baby Weighing Program. The implementation on Baby Weighing in Kembang Tanjung sub-district, Pidie district is still categorized low and achieved only for 54.6% of the targeted result for 90.0%.
The objective of this research was to analyze the influence of the characteristics of the cadres of Integrated Service Post (age, marriage status, occupation, education, income, reward, length as the cadre) on the baby weighing in Kembang Tanjung subdistrict, Pidie district. This was explanatory survey research which was conducted from March up to February 2011. The sample were all cadres of Integrated Service Post which were still active in Kembang Tanjung sub-district for 120 cadres. Data were collected through direct interview referring to the questionnaire. The data were analyzed using
multiple logistic regression test.
The results of the research showed that baby weighing was not well-done (55%). All the variable of the characteristics had influence on the baby weighing. The variable of length as the cadre was the variable which had dominant influence on baby weighing.
It is suggested to the local government to give support and intensive motivation for the cadres of Integrated Service Post in order to add their performance through the periodical training, and also to do championship among those Integrated Service Post such as healthy baby championship, cadres meeting, and quick response answer with the expectation that it may reach the independent Integrated Service Post and to achieve the scope of baby weighing.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan anugerah yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan
menyelesaikan hasil penelitian tesis ini. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk
penyusunan tesis pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Pengaruh
Karakteristik Kader Posyandu terhadap Penimbangan Balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh”.
Selama melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini penulis banyak
mendapat bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.,
M.Sc (CTM)., Sp.A, (K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs.
Surya Utama, M.S, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu
Ketua Program Studi S2 IKM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si yang telah memberi saran-saran
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing Dr. Ir.
Zulhaida Lubis, M.Kes dan Asfriyati, S.K.M., M.Kes selaku anggota Komisi
Pembimbing yang penuh perhatian dan kesabaran membimbing dan mengarahkan
serta meluangkan waktu untuk membimbing mulai dari proposal sampai selesai
penulisan tesis.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Penguji dan
Anggota Komisi Penguji Dra. Syarifah, M.S dan Dra. Jumirah, Apt., M.Kes yang
telah banyak memberi masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
Kepala Dinas Kesehatan Pidie dr. Abdul Hamid, M.Si, yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus izin
penelitian.
Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Ibunda
Ainsyah dan Ayahanda Tengku Muhammad Yunus yang telah memberi dukungan
dan doa restu serta saudara Usman, S.Pd, Saifuddin, A.M.K., Asnidar, A.M.K., dan
Yulizar, di Kembang Tanjung Kabupaten Pidie yang telah membantu memberi
dorongan moril dan materil serta doa yang tak terbatas. Teristimewa kepada Istri
Nanda Fazilna dan Muhammad Nanda Adilna yang penuh perhatian dan kesabaran,
pengorbanan dan doa serta rasa cinta dalam menyelesaikan pendidikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian tesis masih memilki kekurangan,
mohon saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
Medan, Maret 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Saifullah lahir pada tanggal 15 Oktober 1975 di Sigli Propinsi Aceh, anak
kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Tengku Muhammad Yunus dan
Ibunda Ainsyah.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Kampung Asan selesai tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
Kembang Tanjung selesai tahun 1991, Sekolah Perawatan Kesehatan Banda Aceh
selesai tahun 1996, S1 Fakultas Teknologi Pangan dan Gizi Universitas Serambi
Mekkah Banda Aceh selesai tahun 2006.
Mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 1999 di Aceh Tengah
pada Puskesmas Isak sebagai staf puskesmas sampai 2002. Pada tahun 2003 sampai
sekarang ditunjuk menjabat sebagai Kepala Puskesmas Pambantu Ilebue Kecamatan
DAFTAR ISI
2.1.3 Penyelenggaraan Posyandu... 8
2.2 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu ... 12
2.2.1 Kegiatan Umum ... 12
2.2.2 Kegiatan Pengembangan/Tambahan... 22
2.3 Cakupan Program Posyandu ... 24
2.4 Telaah Kemandirian Posyandu ... 25
2.5 Kader Posyandu ... 28
2.5.1 Prinsip-prinsip Kader ... 29
2.5.2 Tugas Pokok Kader ... 30
2.5.3 Faktor-faktor Karakteristik Kader Posyandu ... 31
2.6. Landasan Teori... 36
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42
3.6 Metode Pengukuran ... 44
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
4.2 Analisa Univariat ... 49
4.2.1 Karakteristik Responden ... 49
4.2.2 Penimbangan Balita di Posyandu... 52
4.3 Analisa Bivariat... 53
4.3.1 Hubungan Umur Kader dengan Penimbangan Balita .. 53
4.3.2 Hubungan Status Perkawinan Kader dengan Penimbangan Balita ... 54
4.3.3 Hubungan Pendidikan Kader dengan Penimbangan Balita ... 55
4.3.4 Hubungan Pekerjaan Kader dengan Penimbangan Balita ... 56
4.3.5 Hubungan Penghasilan Kader dengan Penimbangan Balita ... 56
4.3.6 Hubungan Reward Kader dengan Penimbangan Balita 57
4.3.7 Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Penimbangan Balita ... 58
4.4 Analisa Multivariat... 59
BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Umur Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 61
5.2 Pengaruh Status Perkawinan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 62
5.3 Pengaruh Pekerjaan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 63
5.4 Pengaruh Pendidikan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 64
5.5 Pengaruh Penghasilan Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 66
5.6 Pengaruh Reward Kader terhadap Penimbangan Balita di Posyandu ... 66
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi yang Wajib di Indonesia
(Program Pengembangan Imunisasi) ... 19
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel X... 40
3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Y... 41
3.3 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 46
4.1 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Umur ... 49
4.2 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Status Perkawinan... 50
4.3 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Pekerjaan .... 50
4.4 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Pendidikan 51
4.5 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Penghasilan 51
4.6 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Reward... 51
4.7 Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Berdasarkan Lama Menjadi Kader... 52
4.8 Distribusi Penimbangan Balita di Posyandu ... 52
4.9 Hubungan Umur Kader dengan Penimbangan Balita ... 53
4.10 Hubungan Status Perkawinan Kader dengan Penimbangan Balita 54 4.11 Hubungan Pendidikan Kader dengan Penimbangan Balita ... 55
4.12 Hubungan Pekerjaan Kader dengan Penimbangan Balita... 56
4.14 Hubungan Reward Kader dengan Penimbangan Balita ... 57
4.15 Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Penimbangan Balita... 58
4.16 Hasil Uji Regresi Berganda Karakteristik Kader Posyandu terhadap Penimbangan Balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 75
2 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Pidie... 76
3 Kuesioner Penelitian ... 77
4. Hasil Pengolahan Data ... 80
ABSTRAK
Salah satu tujuan penyelenggaraan posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program penimbangan balita. Pelaksanaan penimbangan balita di Kembang Tanjung Kabupaten Pidie cakupannya masih rendah, hanya mencapai 54,6 % dari hasil yang ditarget sebesar 90,0%.
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward, lama menjadi kader), terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung. Jenis penelitian adalah survai explanatory yang dilaksanakan tanggal Maret 2010 sampai dengan Februari 2011. Sampel adalah seluruh kader posyandu yang aktif di Kecamatan Kembang Tanjung sebanyak 120 kader. Pengumpulan data melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner. Data dianalisis dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan penimbangan balita tidak terlaksana dengan baik (55%). Keseluruhan variabel karakteristik berpengaruh terhadap penimbangan balita. Variabel lama menjadi kader merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap penimbangan balita.
Disarankan dukungan dan motivasi yang intensif dari pemerintah daerah agar kinerja kader posyandu dapat meningkat melalui pelatihan-pelatihan secara berkala dan melaksanakan perlombaan-perlombaan antar posyandu seperti lomba bayi sehat, temu kader, dan cerdas cermat posyandu dengan harapan dapat mencapai posyandu mandiri sehingga cakupan penimbangan balita tercapai dengan baik.
ABSTRACT
One of the objectives in the implementation of Integrated Service Post is to reduce the mortality and morbidity rate for the babies and to optimize the potential of child growth through the Baby Weighing Program. The implementation on Baby Weighing in Kembang Tanjung sub-district, Pidie district is still categorized low and achieved only for 54.6% of the targeted result for 90.0%.
The objective of this research was to analyze the influence of the characteristics of the cadres of Integrated Service Post (age, marriage status, occupation, education, income, reward, length as the cadre) on the baby weighing in Kembang Tanjung subdistrict, Pidie district. This was explanatory survey research which was conducted from March up to February 2011. The sample were all cadres of Integrated Service Post which were still active in Kembang Tanjung sub-district for 120 cadres. Data were collected through direct interview referring to the questionnaire. The data were analyzed using
multiple logistic regression test.
The results of the research showed that baby weighing was not well-done (55%). All the variable of the characteristics had influence on the baby weighing. The variable of length as the cadre was the variable which had dominant influence on baby weighing.
It is suggested to the local government to give support and intensive motivation for the cadres of Integrated Service Post in order to add their performance through the periodical training, and also to do championship among those Integrated Service Post such as healthy baby championship, cadres meeting, and quick response answer with the expectation that it may reach the independent Integrated Service Post and to achieve the scope of baby weighing.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan
nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang tertuang
dalam arah kebijakan lebih mengutamakan pada upaya preventif dan promotif serta
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 yang memuat tujuan pembangunan kesehatan
dengan strategi paradigma sehat diharapkan masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri, salah satunya adalah dengan menjaga kesehatan (Depkes, 2006).
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah,
tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit kemajuan yang akan dicapai.
Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.
Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh
masyarakat dengan dukungan tekhnis petugas puskesmas. Kegiatan posyandu
meliputi 5 program pelayanan kesehatan dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Imunisasi, Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi dan penanggulangan diare
Keberadaan Posyandu beserta kader sebagai penggeraknya telah memberikan
dampak positif terhadap pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Salah satu
tujuan menyelenggarakan Posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan
kematian bayi dan balita serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Bentuk salah satu pelaksanaan
kegiatan posyandu dalam mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak melalui
kegiatan penimbangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring balita dengan
melihat naik atau tidak naik berat badan, yang dilakukan sebulan sekali dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Atas dasar penimbangan bulanan ini
dapat diketahui status gizi dan penentuan tindak lanjutnya manakala dibutuhkan
(Depkes RI, 2006).
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanaan kesehatan kepada
masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang ada di masyarakat. Untuk memantau perkembangannya, kemajuan
kegiatan Posyandu dapat diukur dari aspek outcome, salah satunya adalah
berkurangnya jumlah anak yang berat badannya diketahui melalui pelaksanaan
penimbangan balita (Depkes RI, 2000).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan,
karena setiap desa ditemukan sekitar 3–4 unit Posyandu. Pada saat Posyandu
dicanangkan tahun 1986 oleh pemerintah, jumlah Posyandu tercatat di Indonesia
sebanyak 25.000 unit, tahun 2004 meningkat menjadi 238.699 unit. Namun, ditinjau
dari kualitas ditemukan banyak masalah, antara lain keterampilan kader yang belum
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia (2008), pada tahun 2006 jumlah
posyandu sebanyak 269.202 unit dan mengalami penurunan dari tahun-tahun
sebelumnya. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah Sulawesi Barat
(15,84%), DKI Jakarta (14,55%) dan Jawa Barat 7,47%. Sedangkan rasio terkecil di
NAD (0,93%), Maluku (1,31%) dan Papua (1,34%).
Pelaksanaan penimbangan di posyandu berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dilaporkan dari 15 juta balita yang berusia 0 -59 bulan
di Indonesia, cakupan penimbangan balita 4 – 6 kali dalam 6 bulan hanya 46%,
dimana angka rata-rata terendah adalah di Propinsi Sumatera Utara yaitu sebesar
21,4% dan angka tertinggi di Propinsi Yogyakarta yaitu sebesar 78,3%. Sementara
masih terdapat 25,5% balita tidak pernah ditimbang. Dalam Riskesdas juga
dilaporkan posyandu masih merupakan sarana paling tinggi sebagai sarana kegiatan
penimbangan balita (Litbangkes, 2008).
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Pidie tahun 2006
diketahui jumlah Posyandu yang aktif masih rendah yaitu dari 148 Posyandu yang
berada di Kabupaten Aceh Pidie sekitar 64 Posyandu (43%) yang aktif, sementara
target pencapaian yang ditetapkan 90%. Jumlah kader Posyandu yang aktif juga
rendah, dari jumlah kader Posyandu yang ada 739 orang, kader yang ada sebanyak
397 orang (53,72%) yang tidak aktif, sementara target yang diharapkan sebanyak
90% kader Posyandu aktif.
Cakupan pelaksanaan penimbangan balita yang dilihat dari pelaksanaan
rendah dari 8.168 balita hanya sebesar 4.459 balita yang ditimbang (54,6%) dari yang
ditargetkan sebesar 90,0%. Data ini menunjukkan penimbangan balita di Kecamatan
Kembang Tanjung Kabupaten Pidie belum maksimal.
Berdasarkan profil Puskesmas Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten
Aceh Pidie Tahun 2009 terdapat 47 posyandu dari 45 desa yang terdiri dari 74,47%
Posyandu Madya dan 25,53% Posyandu Pratama. Walaupun keseluruhan posyandu
masih aktif, tetapi keberadaan kader di setiap posyandu seluruhnya memiliki 2-4
kader dengan jumlah kader sebanyak 120 orang.
Kader merupakan anggota masyarakat yang dipilih untuk membantu petugas
kesehatan yang bekerja sebagai tenaga sukarela, dididik dan dilatih untuk
berpartisipasi pada masyarakat dalam bidang penyelenggaraan program posyandu.
Pemberdayaan masyarakat sebagai kader berkewajiban untuk melaksanakan dan
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tanpa pamrih dan didasari
panggilan untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan karakteristik kader terhadap
penimbangan balita di posyandu antara lain oleh Suryati (2003) menyimpulkan faktor
karakteristik dan pelaksanaan posyandu yang dilakukan oleh tenaga puskesmas dan
Dinas Kesehatan Magelang Selatan berpengaruh terhadap partisipasi kader di
Posyandu. Demikian juga penelitian Widiastuti (2005) menyimpulkan partisipasi
masyarakat sangat menentukan dalam pemanfaatan posyandu di Kota Denpasar.
Sutoto dkk (2002) menambahkan berdasarkan fakta ditemukan bahwa permasalahan
yang sering terjadi dalam pelaksanaan penimbangan di Posyandu Kota Magelang
mengenai cara penimbangan yang benar (tidak dimulai dari 0), buku-buku laporan
posyandu tidak diisi dengan benar, Balok (SKDN), S : Jumlah balita di wilayah
posyandu, K : Jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat, D : Jumlah balita
yang datang dan ditimbang di posyandu, N : Jumlah balita yang ditimbang dan naik
berat badannya, di posyandu tidak dibuat dan Strata Posyandu masih ada yang
berstrata pratama dan madya.
Berdasarkan gambaran di atas, maka perlu diadakan penelitian antara
karakteristik kader posyandu terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang
Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh karakteristik kader posyandu (umur, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, lama menjadi kader)
terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie
Provinsi Aceh.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh karakteristik kader posyandu
(umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, lama
menjadi kader), terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung
1.4 Hipotesis
Karakteristik kader posyandu (umur, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, penghasilan, reward kader, dan lama menjadi kader) berpengaruh
terhadap penimbangan balita di Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie
Provinsi Aceh.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Pidie sebagai bahan masukan dalam
merumuskan kebijakan perencanaan program kesehatan, khususnya upaya
pemberdayaan masyarakat melalui penyelenggaraan posyandu.
b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, penelitian ini dapat memberikan
alternatif-alternatif pemikiran yang didasarkan pada analisis teori dan kajian
praktis dalam meningkatkan pengetahuan kader di posyandu.
c. Bagi ilmu pengetahua menjadi kontribusi dalam memberikan sumbangan
kajian tentang cakupan penimbangan balita dalam upaya mencapai target
penimbangan balita.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posyandu
2.1.1 Pengertian Posyandu
Posyandu dilihat dari segi proses maka pengertiannya adalah salah satu wujud
masyarakat bersama dengan kader dalam pembangunan kesehatan dengan
menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1996).
Pengertian lain dari Posyandu bila dipandang dari segi hirarki sistem upaya
pelayanan kesehatan adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola
untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Suyono, 1987).
Posyandu merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang
umumnya terjadi di pedesaan, misalnya (Anonim, 2001) :
(a) Kesenjangan geografis dalam memperoleh pelayanan Kesehatan Ibu Anak
(b) Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak serta pengetahuan hidup
bersih dan sehat;
(c) Kesenjangan sosio budaya antara petugas kesehatan dan masyarakat yang
dilayaninya;
(d) Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan tarif
yang murah dan bahkan gratis yang semulanya untuk menunjang kelangsungan
Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah :
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan yang lainnya yang menunjang, sesuai kebutuhan.
2.1.2 Pembentukan Posyandu
Dalam pembentukan Pos Pelayanan Terpadu sebaiknya melayani 100 orang
Balita atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Sedangkan
lokasi tempat penyelenggaraan Posyandu sebaiknya pada tempat yang mudah
didatangi oleh masyarakat itu sendiri. Posyandu juga dapat dibentuk bila pada suatu
wilayah terdapat 120 Kepala Keluarga atau dengan jumlah penduduk sebanyak 700
jiwa (Depkes, 1984).
Pada tahun 1983, berdasarkan Insrtuksi bersama Menteri Kesehatan dan
Kepala BKKBN No. 06/Menkes/Inst/1981-22/HK.010/1981 dan No. 264/Menkes/
Inst/VI/1983-26/HK.011/E.3/1983, kegiatan keterpaduan Keluarga Berencana –
Kesehatan mulai dioperasikan. Di tingkat desa, kegiatan keterpaduan KB – Kesehatan
diwujudkan dalam bentuk pos pelayanan terpadu atau lebih dikenal dengan Posyandu.
2.1.3 Penyelenggaraan Posyandu
Penyelenggaraan Posyandu dilaksanakan dalam 1 bulan 1 kali kegiatan. Hari
buka Posyandu disesuaikan dengan hasil kesepakatan. Tempat penyelenggaraan
Baik disalah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa / kelurahan, balai
RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat
khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan
nama ”Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes RI, 2000).
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh Kader Posyandu
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader
untuk setiap Posyandu adalah 5 (lima) orang (Depkes RI, 2000).
Penyelenggaraan Posyandu tingkat kecamatan adalah pelaksana program
terpadu yang terdiri dari :
1. Camat dan Staf
Sebagai Koordinator perencanaan, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian.
2. Petugas Puskesmas
Membantu Camat dalam mengkoordinir dan berperan sebagai pimpinan dalam
melakukan penggerakan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
3. Petugas KB
Membantu Camat dalam melakukan perencanaan, penggerakan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian.
4. Tim Pembina LKMD
Merumuskan dukungan sumber daya dan sektor yang terkait dalam hubungan
desa dan koordinator yang terkait dalam desa dan koordinator bimbingan terhadap
5. Tim Penggerak PKK
Berusaha untuk memberikan motivasi, penyuluhan dan menggerakkan
pengetahuan masyarakat.
Tim Penggerak Posyandu pada tingkat desa antara lain :
1. Kepala desa
Sebagai koordinator penyelenggaraan Posyandu di desa
2. Kader Kesehatan
Tenaga pelaksana Posyandu di desa
3. Pos KB desa
Wahana pelaksana Posyandu
4. LKMD
Wahana dan pusat pergerakan partisipasi masyarakat
5. Anggota PKK
Memberikan bantuan kepada pelaksana program Posyandu.
Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan dengan pola lima meja yaitu :
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak Balita
Meja 3 : Pencatatan (Pengisian KMS)
Meja 4 : Penyuluhan perorangan
a. Mengenai Balita berdasarkan hasil penimbangan, berat badannya
naik/tidak naik, dapat diikuti dengan pemberian makanan
b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti dengan pemberian
tablet tambah darah.
c. Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) agar menjadi peserta KB
lestari, dengan mengikuti pemberian kondom, pil ulang.
Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB,
imunisasi serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat.
Dengan sistem Pelayanan 5 meja di Posyandu, maka masing-masing
Posyandu harus mempunyai kader sebanyak 5 orang, sehingga semua kegiatan
Posyandu dapat berjalan dengan baik. Meja 5 sebagai meja pelayanan gizi kader pun
sangat besar pengaruhnya, karena dapat memberikan paket pertolongan gizi berapa
vitamin A, tablet Fe, oralit, kapsul iodium dan alat kontrasepsi seperti pil, kondom
pada akseptor KB. Kader yang masih dikatakan melaksanakan kegiatan Posyandu
dalam 3 bulan terakhir dapat dikatakan masih aktif, sedangkan kalau sudah 4 bulan
lebih tidak ikut dalam kegiataan Posyandu, maka tidak dikatakan aktif lagi.
Kegiatan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) di Posyandu bertujuan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak dan kebutaan karena kekurangan
vitamin A pada anak Balita, serta anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat
dicapai secara lebih efektif dan efisien dengan jalan memadukan kegiatan pelayanan
gizi, pelayanan kesehatan dasar dan KB di Posyandu. Dengan demikian sasaran
pelayanan gizi di Posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui
Adapun kegiatan pelayanan gizi yang dipadukan di Posyandu dengan
prosedur pelaksanaan mencakup (Depkes RI, 1991) :
a. Melakukan pendaftaran peserta
b. Menimbang balita
c. Mencatat hasil penimbangan dalam buku register dan memasukkan kedalam KMS
d. Menilai hasil penimbangan
e. Melakukan penyuluhan sesuai hasil penimbangan
f. Membagikan tablet tambah darah kepada ibu hamil
g. Membagikan kapsul vitamin A kepada anak balita umur 1-5 tahun setiap bulan
Februari dan Agustus.
h. Melakukan penyuluhan bagi ibu hamil
i. Mengkoordinir pemberian PMT (Program Makanan Tambahan)
j. Merujuk Balita ke Puskesmas bagi yang membutuhkan dan
k. Mengerjakan pencatatan kegiatan dan sarana UPGK
2.2 Pelaksanaan Posyandu 2.2.1 Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader
yaitu yang mendapat 30 tablet atau 1 bungkus dan Fe 3 mendapat 90 tablet atau 3
bungkus selama masa kehamilan. Cakupan Fe 1 pada tahun 1998 secara nasional
adalah 75,49% sedangkan cakupan Fe 3 nasional adalah 64,85%. Bila dilihat dari
tahun 1995 sampai dengan tahun 1998 terlihat adanya kenaikan cakupan baik
untuk Fe1 maupun Fe 3 (Depkes, 1999).
2. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan
pemberian imunisai Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah
dengan pemeriksaan tinggi fundus/ usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk kepuskesmas (Depkes RI, 2006).
3. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil , perlu diselenggarakan Kelompok
Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan
kesepakatan. Kegiatan Kelompok ibu hamil antara lain :
1. Penyuluhan : tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan
menyusui, KB dan gizi.
2. Perawatan payudara dan pemberian ASI
3. Peragaan pola makan ibu hamil
4. Peragaan perawatan bayi baru lahir
5. Senam ibu hamil.
b. Ibu nifas dan menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup :
1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi ibu nifas, perawatan kebersihan
2. Pemberian vitamin A dan Tablet besi
a. Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil
Pemberian tablet besi Fe tidak hanya diberikan pada ibu hamil tetapi juga
diberikan pada ibu nifas dan menyusui (Depkes, 1999).
b. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting bagi manusia, karena zat gizi
ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi. Ibu nifas dan
menyusui memerlukan vitamin A 1 tahun 2 kali, selain pada ibu nifas,
Departemen Kesehatan telah menjalankan usaha pencegahan dan
pengobatan khususnya untuk melindungi balita dengan cara memberikan
kapsul vitamin A dosis tinggi secara periodik yaitu masing-masing satu
kali bagi bayi berumur 6-11 bulan sebanyak 1 kapsul (berwarna biru)
berisi vitamin A 100000 SI dan sebanyak 1 kapsul (berwarna merah) yang
berisi vitamin A 200000 SI pada Balita usia 12-59 bulan setiap 6 bulan
sekali.
3. Perawatan payudara
4. Senam ibu nifas
5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan kesehatan
fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk
c. Bayi dan anak balita
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan
dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan
dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan
kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita
(Depkes, 2006).
Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk bayi dan balita
mencakup :
1) Penimbangan Berat Badan Balita
Penimbangan balita adalah salah satu kegiatan yang ada di Posyandu. Dengan
adanya kegiatan penimbangan kita dapat memantau tumbuh kembang balita yang
dapat dilihat berat badannya setiap bulan, yang dicatat dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Hasil dalam kegiatan penimbangan semua balita selama satu tahun dicatat di
dalam buku pelaksanaan masing-masing wilayah Posyandu dan diharapkan
kepada semua balita mempunyai (KMS), dan ditimbang sebagaimana yang
diharapkan agar timbangannya naik (Depkes, 1987).
Prosedur penimbangan bayi dan balita adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran Balita
Balita didaftar dalam pencatatan Balita. Bila anak sudah punya KMS, berarti
kertas, diselipkan di KMS. Kemudian, ibu balita diminta membawa anaknya menuju
ke tempat penimbangan.
Bila anak belum punya KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan.
Ambil KMS baru, isi kolomnya secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik
kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa
anaknya ke tempat penimbangan.
b. Penimbangan Balita
1) Dacin sudah siap, angka pada dacin harus dimulai dari nol, kemudian anak
ditimbang
2) Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas, selipkan kertas ini
kedalam KMS.
3) Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menuju ke kegiatan 3 untuk
dicatat.
c. Pencatatan
1) Buka KMS balita yang bersangkutan
2) Pindahkan hasil penimbangan dari secarik kertas ke KMS-nya dengan
ketentuan:
a. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS
b. Bila ada kartu kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut
c. Bila tidak ada kartu kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai
d. Bila ibu tidak ingat semua dan hanya tahu umur anaknya sekarang, perkirakan
bulan lahir anak dan catat.
e. Cantumkan bulan lahir anak pada kolom
f. Bulan lahir Agustus 2004, maka cantumkan bulan Agustus 2004 pada kolom.
g. Kemudian isilah semua kolom bulan secara berurutan
h. Setelah anak ditimbang, tulislah TITIK berat badannya pada TITIK TEMU
GARIS TEGAK (sesuai dengan bulan penimbangan) dengan GARIS DATAR
(sesuai hasil penimbangan dalam kilogram).
Contoh : Budi dalam penimbangan bulan Mei berat badannya 7.5 kg.Pada
penimbangan selanjutnya Budi pada bulan Juni beratnya menjadi 7.8 kg
sedangkan, bulan Mei sebelumnya berat Budi 7,5 kg maka kedua TITIK
dihubungkan dengan garis. Pada penimbangan selanjutnya, dalam bulan Juli,
Budi tidak hadir untuk ditimbang, kemudian pada bulan Agustus, Budi
ditimbang. Hasil timbangan berat badannya adalah 7,9 kg. Maka titik berat
badan bulan Juni dan Agustus JANGAN DIHUBUNGKAN.
3) Penentuan Status Pertumbuhan
i. Penyuluhan
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas
dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan
yang menunjang dilakukan pemasangan IUD (Depkes RI, 2006).
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik
terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil (Depkes RI, 2006).
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.Anak yang
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu, dalam
imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi
merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang dibentuk melalui vaksinasi.
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian Balita yang
disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit. Penyakit-penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi adalah tuberculosis, difteri, batuk rejan (pertusis), tetanus
campak, polio dan hepatitis B. Penyakit ini bisa dicegah bila anak diberi imunisasi
sejak umur 2 bulan (Depkes RI, 1990).
Menurut Program Departemen Kesehatan RI (1996), pemberian imunisasi
yang lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 4 kali, campak
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi yang Wajib di Indonesia (Program Pengembangan Imunisasi
Jenis Imunisasi Frekuensi Jadwal Pemberian Usia BCG
Sumber : Depkes RI, 1996
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi,
balita, ibu hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan
berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT,
pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas
ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat
tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada
kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.
Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat dibedakan menjadi Fe 1 yaitu
yang mendapat 30 tablet atau 1 bungkus dan Fe 3 mendapat 90 tablet atau 3 bungkus
selama masa kehamilan. Cakupan Fe 1 pada tahun 1998 secara nasional adalah
75,49% sedangkan cakupan Fe 3 nasional adalah 64,85%. Bila dilihat dari tahun 1995
sampai dengan tahun 1998 terlihat adanya kenaikan cakupan baik untuk Fe maupun
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting bagi manusia, karena zat gizi ini
tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dan luar tubuh.
Departemen Kesehatan telah menjalankan usaha pencegahan dan pengobatan
khususnya untuk melindungi balita dengan cara memberikan kapsul vitamin A dosis
tinggi secara periodik yaitu masing-masing satu kali bagi bayi berumur 6-11 bulan
sebanyak 1 kapsul (berwarna biru) berisi vitamin A 100000 SI dan sebanyak 1 kapsul
(berwarna merah) yang berisi vitamin A 200000 SI pada Balita usia 12-59 bulan
setiap 6 bulan sekali.
Makanan tambahan adalah makanan yang diberikan kepada seseorang untuk
membantu mencukupi kebutuhannya akan gizi agar dapat memenuhi fungsinya.
Makanan tambahan harus mengandung zat gizi yang perlu diberikan dan bermutu
baik (Depkes, 1998/1999).
Tujuan pemberian makanan tambahan ini adalah sebagai komplemen terhadap
ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi lain (vitamin dan
mineral) untuk tumbuh dan berkembang secara normal.
Ada dua jenis PMT, yaitu :
a. PMT Pemulihan
Ciri-cirinya :
1) Sebagai sarana pemulihan (kuratif dan rehabilitatif), merupakan suatu bentuk
kegiatan pemberian zat gizi berupa makanan dari luar keluarga.
2) Sebagai sarana pemulihan bertujuan memperbaiki keadaan gizi golongan rawan
3) Sebagai sarana pemulihan dilaksanakan bersamaan dengan motivasi ke arah
peningkatan keadaan gizi secara swadaya oleh masyarakat dan keluarga.
4) Sebagai sarana pemulihan hendaknya benar-benar sebagai penambahan dan tidak
mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah.
b. PMT Penyuluhan
Ciri-cirinya :
1) Sebagai sarana penyuluhan, salah satu cara penyuluhan gizi khususnya untuk
meningkatkan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
2) Sebagai sarana penyuluhan bertujuan memberikan penyuluhan dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat kearah perbaikan gizi.
c. Penyuluhan Gizi
Penyuluhan gizi adalah penyampaian pesan-pesan gizi pada masyarakat yang
dapat dilakukan di Posyandu. Penyuluhan gizi ini bertujuan :
1) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran keluarga akan pentingnya gizi bagi
kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
2) Meningkatkan kesehatan dan upaya keluarga dalam menanggulangi masalah gizi
di lingkungan masing-masing.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam penyuluhan gizi adalah :
a. Kegiatan penyuluhan gizi secara teratur dilaksanakan di Posyandu oleh kader
pada ibu-ibu balita, ibu hamil, ibu menyusui dan sasaran lainnya yang
b. Kegiatan penyuluhan gizi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
kelompok dalam setiap kesempatan pertemuan didesa, antara lain Bina Keluarga
Balita (BKB), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat
sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.
2.2.2 Kegiatan Pengembangan / Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu
dengan kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan
baru tersebut misalnya; perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu
yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Plus.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama
telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia
sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan
dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan
ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan
antara lain :
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),
misalnya : ISPA, DBD, gizi buruk, polio, campak, difteri, pertusis, tetanus
neonatorum.
4. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).
7. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui
Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Desa Siaga
9. Pos Malaria Desa (Posmaldes)
10.Kegiatan ekonomi produktif, seperti : Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K), usaha simpan pinjam.
2.3 Cakupan Program Posyandu
Upaya untuk menurunkan jumlah kekurangan gizi dan protein di Posyandu
yakni dengan adanya kegiatan pemantauan pertumbuhan anak melalui penimbangan
Berat Badan ”anak sehat bertambah umur bertambah berat badan”.
Untuk melihat keberhasilan kegiatan penimbangan di Posyandu ini dilakukan
dengan analisa semua balita yang ada di wilayah kerja Posyandu, semua balita yang
berkunjung ke Posyandu telah mempunyai KMS, semua balita yang berkunjung
ke Posyandu dan ditimbang di Posyandu dan timbangannya naik, menurut indikator
persentase masing-masing diberi target 80% (Depkes RI, 2000), indikator tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Hasil liputan
Dapat dihitung dari jumlah balita yang terdaftar di Posyandu dan mempunyai
KMS.
b. Tingkat partisipasi masyarakat
Diperoleh dengan cara membagi angka jumlah balita yang ditimbang pada waktu
itu dengan jumlah seluruh balita yang ada di Posyandu.
c. Tingkat kelangsungan penimbangan
Dihitung dari jumlah balita yang ditimbang pada bulan itu, dibagi dengan jumlah
balita yang terdaftar dan mempunyai KMS.
d. Hasil penimbangan
Diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang naik timbangannya, dengan
e. Hasil pencapaian program
Dihitung dari jumlah balita yang baik berat badannya, dibagi dengan jumlah
seluruh balita yang ada di Posyandu.
2.4 Telaah Kemandirian Posyandu
Untuk melakukan telaah kemandirian ini, dikembangkan seperangkat
indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat kemandirian
Posyandu berdasarkan strata Posyandu yaitu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri.
Adapun kriteria yang dilihat dalam tingkat kemandirian Posyandu yaitu :
(Depkes RI, 1998)
1. Frekuensi penimbangan per tahun
Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila teratur
akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya tidak semua
Posyandu dapat berfungsi setiap bulan, sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali
setahun. Untuk ini diambil batasan 8 kali. Posyandu yang frekuensinya sudah 8
kali atau lebih, dianggap sudah cukup mapan.
Frekuensi penimbangan yang dipadukan dengan cakupan hasil program gizi
di Posyandu adalah :
a. Cakupan program (K/S)
Jumlah balita yang memiliki KMS dibagi dengan jumlah balita yang ada
menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang memiliki KMS
dan berapa besar cakupan program didaerah tersebut telah tercapai.
b. Cakupan partisipasi masyarakat (D/S)
Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang
ada diwilayah Posyandu kemudian dikalikan 100%. Persentase D/S
menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat didaerah tersebut
yang telah dicapai.
c. Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K)
Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang
telah memiliki KMS dikalikan 100%.
d. Cakupan hasil penimbangan (N/D)
Rata-rata jumlah balita yang naik berat badan dibagi dengan jumlah balita
yang ditimbang di Posyandu. Persentase ini menggambarkan persentase berat
badan balita yang naik.
2. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu
Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan indikasi lancar
tidaknya Posyandu. Hari H merupakan puncak kegiatan Posyandu. Oleh karena
itu banyaknya kader yang bertugas pada hari itu amat menentukan kelancaran
Posyandu. Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kegiatan Posyandu
bisa tertangani dengan baik bila jumlah kader 5 orang atau lebih. Bila kurang dari
3. Cakupan
Cakupan dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan serta masyarakat dan tokoh
masyarakat dalam menggerakkan masyarakat setempat untuk memanfaatkan
Posyandu, dianggap baik bila dapat mencapai 50% atau lebih, sedangkan bila
kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa Posyandu ini belum mantap.
4. Cakupan imunisasi
Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Cakupan
kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% keatas, sedangkan bila kurang dari
50% dianggap Posyandu belum mantap.
5. Cakupan ibu hamil
Cakupan pemeriksaan ibu hamil juga dihitung secaraa kumulatif selama satu
tahun. Batas mantap tidaknya Posyandu digunakan angka yaitu 50%.
6. Cakupan KB
Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama satu tahun.
Pencapaian 50% keatas dikatakan mantap, sedangkan kurang dari 50% berarti
belum mantap.
7. Program tambahan
Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program utama yaitu KB, KIA, Gizi,
Strata Posyandu dibedakan atas 4 yaitu :
1. Posyandu Pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
2. Posyandu Madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu < 50%.
3. Posyandu Purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8
kali pertahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5
progam utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) > 50%. Sudah ada program,
taambahan dan dana sehat yang masih sederhana.
4. Posyandu Mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah
menjangkau > 50% KK.
2.5 Kader Posyandu
Kader Posyandu adalah pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang
bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu.
Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kriteria
a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat
b. Dapat membaca dan menulis huruf latin
c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.
d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.
Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan, karena kesibukan yang
dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara
sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader
Posyandu dapat digantikan oleh tenaga profesional terlatih yang bekerja secara
purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari
dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat.
Kriteria tenaga profesional antara lain sebagai berikut :
a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat
b. Berpendidikan sekurang-kurangnya SMP
c. Bersedia dan mau bekerja secara purna/paruh waktu untuk mengelola Posyandu
2.5.1 Prinsip-prinsip Kader
a. Kader yang bertugas di Posyandu harus mampu mempengaruhi masyarakat
terutama ibu-ibu yang mempunyai balita agar membawa balita di hari bukan
Posyandu.
b. Kader yang bertugas di Posyandu harus bisa mengajak ibu hamil dan yang
baru menikah atau Pasangan Usia Subur (PUS) agar bisa mendatangi
Posyandu untuk diberikan vitamin zat besi dan kontrasepsi KB bagi pasangan
c. Kader harus bisa meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat
bagi masyarakat yang belum mengerti tentang kesehatan.
Prinsip kader yang telah berumah tangga, mempunyai pekerjaan selain sebagai
kader Posyandu menyebabkan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan tugasnya
sebagai kader, permasalahan kader secara ekonomi misalnya penghasilan keluarga
yang tidak mencukupi serta tidak adanya insentif yang diterimanya sebagai kader.
Dari pihak Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan dan Puskesmas). Pelaksanaan
tingkat Posyandu tingkat Kabupaten maupun Kecamatan belum pernah dilakukan
evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan Posyandu oleh petugas kesehatan, serta belum
adanya umpan balik yang diberikan sebagai hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan
Posyandu. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan Posyandu
kemungkinan terkait dengan aspek hubungan karakteristik kader dengan pelaksanaan
Posyandu.
2.5.2 Tugas Pokok Kader
a. Menyiapkan alat dan bahan yaitu : alat penimbangan bayi dan balita, Kartu
Menuju Sehat (KMS) , obat-obatan yang dibutuhklan (Tablet besi, Vitamin A,
Oralit dan lain-lain sesuai kebutuhan), bahan/materi penyuluhan.
b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat yaitu : Memberitahu ibu-ibu
untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa
c. Menghubungi POKJA posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa/kelurahan dan meminta mereka untuk memastikan apakah
petugas sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.
d. Melaksanakan pembagian tugas yaitu : Menentukan pembagian tugas diantara
kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
2.5.3 Karakteristik Individu
Menurut Kurt Lewin (1951) dalam Brigham (1991), merumuskan
karakteristik seseorang dalam pelaksanaan posyandu antara lain :
1. Fungsi karakteristik individu
2. Lingkungan
3. Karakteristik individu meliputi :
a. Motif nilai
b. Sifat kepribadian
c. Pengetahuan yang saling berinteraksi satu sama lain
d. Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas
akhir masa hidupnya. Faktor umur menentukan kemampuan seseorang untuk
bekerja, termasuk bagaimana ia meresponden stimulus yang dilancarkan
individu/pihak lain (Sofiah, 2008).
e. Status Perkawinan
Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan
perempuan secara syah dipandang dari segi agama pernikahan yang
dibuktikan dengan adanya surat nikah atau terdaftar di kantor agama.
Karyawan yang sudah menikah dengan karyawan yang belum/tidak menikah
akan berbeda dalam memaknai suatu pekerjaan. Karyawan yang sudah
menikah menilai pekerjaan sangat penting karena dia sudah memiliki
tanggung jawab terhadap keluarga (Sofian, 2008). Studi Nurhayati (1997)
menyatakan bahwa kader yang telah menikah umumnya mempunyai motivasi
yang tinggi untuk menjadi kader, karena berkeinginan untuk menambah
penghasilan keluarga, namun status perkawinan juga dapat menjadi
penghambat dalam pekerjaan kader, misalnya kemungkinan adanya larangaan
dari suami membuat seorang kader mengabaikan pekerjaannya di Posyandu
Kader di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan.
f. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal yang ditempuh seseorang
sampai mendapatkan sertifikat kelulusan/ijazah, baik itu pendidikan dasar,
menengah maupun pendidikan tinggi.
Studi Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (2005) menyatakan tingkat pendidikan
seorang kader posyandu berpengaruh terhadap kemampuan dan
keterampilannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu, dimana kader yang
g. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan untuk membiayai keluarga
serta menunjang kebutuhan rumah tangga.
Studi Trawati (2000) menyimpulkan seorang kader posyandu di Propinsi Jawa
Barat tidak mempunyai pekerjaan tetap selain kader, karena kader Posyandu
yang mempunyaai pekerjaan tetap kemungkinan pekerjaan dan tanggung
jawabnya sebagai kader akan terabaikan karena kesibukan pekerjaannya.
h. Penghasilan
Penghasilan adalah jumlah uang yang diperoleh seseorang sebagai imbalan
dari pekerjaan atau tugas yang dilaksanakannya. Kader Posyandu yang
mempunyai penghasilan tetap dan cukup untuk menghidupi kebutuhan
keluarganyaa tentunya akan dapat melaksanakan pekerjaan sebagai kader
Posyandu tanpa terbebani dengan kondisi kehidupan ekonomi keluarganya.
Sesuai dengan pedoman penyelenggaraan Posyandu (Depkes RI dan Depdagri
RI, 2006) bahwa kader Posyandu adalah orang yang bersedia dan sanggup
melaksanakan kegiatan pelayanan di posyandu pada hari buka maaupun tidak
buka Posyandu secara sukarela, artinya seorang kader Posyandu tanpa pamrih
dalam melaksanakan tugasnya.
Studi Posdaya (2005) menyatakan gerakan pengembangan posyandu dengan
kader-kadernya di pedesaan bekerja tanpa upah, harus mengeluarkan dana
dilakukan dengan sistem gotong royong yaang sebagian kecil saja
anggarannya berasal dari pemerintah.
i. Reward Kader
Reward adalah semua hal yang disediakan organisasi untuk memenuhi satu
atau lebih kebutuhan individual. Ada 2 (dua) jenis reward yaitu : (a) Imbalan
Ekstrinsik (Extrinsic reward), yaitu imbalan yang berasal dari pekerjaan.
Imbalan tersebut mencakup : uang, status, promosi, dan rasa hormat. Imbalan
uang merupakan imbalan ekstrinsik yang utama dan secara umum diakui
bahwa uang adalah pendorong utama, namun jika karyawan tidak melihat
adanya hubungan antara prestasi dengan kenaikan yang pantas, uang tidak
akan menjadi motivator yang kuat. (b). Imbalan Intrinsik (Intrinsic reward),
yaitu imbalan yang merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri, imbalan
tersebut mencakup rasa penyelesaian, prestasi, otonomi dan pertumbuhan
(Suwarto, 1999).
Studi Yuriastianti dan Sihombing (2000) menyatakan banyak kader posyandu
mengeluh, perlu identifikasi khusus bagi kader yang aktif diantara sekian
banyak kader lainnya sebagai penghargaan atas partisipasi dan kerelaannya
ikut berpartisipasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.
Penghargaan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pelayanan dan pengobatan
cuma-cuma bagi para kader dan keluarga mereka.
Meskipun dalam pedoman penyelenggaraan posyandu (Depkes dan Depdagri
secara sukarela dan tanpa pamrih, namun pada wilayah tertentu yang
kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya sudah baik, biasanya kader
Posyandu diupayakan untuk mendapatkan penghargaan (reward) dari
kesediaannya membantu program peningkatan derajat kesehatan masyarakat
melalui pelayanan di Posyandu.
j. Lama Menjadi Kader
Kader yang sudah lama bertugas diharapkan semakin baik pengetahuannya
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi jika tidak didukung dengan
adanya pembinaan atau latihan kader akan terjadi sebaliknya yaitu kader
semakin menurun kinerjanya dalam penyelenggaraan Posyandu. Karena itu
agar diusahakan kader dapat bertahan dan tidak gonta-ganti dengan memberi
dukungan baik moril maupun materi dari semua pihak. Untuk membantu
kader dan pengalamannya masih kurang adalah dengan adanya pembinaan
dari petugas secara rutin setiap kali pelaksanaan Posyandu. Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Posyandu antara lain menurut
Anita Syarifa (2003), menyimpulkan bahwa kader Posyandu di Kecamatan
Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang aktif mempunyai lama bekerja
sebagai kader antara 5-10 tahun. Sedangkan penelitian Helen Sagala (2005),
menyimpulkan bahwa kader yang sudah bertugas selama 6-9 tahun dan lebih
semakin teliti dalam melakukan penimbangan. Unsur-unsur yang duduk
dalam pengorganisasian Pokjanal Posyandu/Pokja Posyandu tidak terbatas
pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat melibatkan
unsur-unsur lain seperti Lembaga Profesi, Perguruan Tinggi, LSM, swasta/dunia
usaha dan sebagainya (Depkes RI, 2006).
2.6 Landasan Teori
Adapun landasan teori dalam penelitian ini berdasarkan Kurt Lewin
dalam Brigham (1991) adalah karakteristik individu merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam pelaksanaan Posyandu berupa : umur, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, reward kader, lama menjadi kader.
Pelaksanaan penimbangan balita di Posyandu adalah kegiatan yang dilakukan
oleh kader dalam penyelenggaraan Posyandu dengan salah satu kegiatan utama
berupa penimbangan balita yang dilakukan berdasarkan Pedoman Umum Pengelolaan
Posyandu oleh kader dalam mencapai cakupan target kegiatan Posyandu (Depkes RI,
2006).
Kader posyandu sebagai penyelenggara kegiatan posyandu bertujuan
mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita melalui kegiatan
penimbangan balita. Menurut Gibson Kurt Lewin (1951) dalam Brigham (1991),
menyebutkan karakteristik kader berpengaruh terhadap penimbangan balita di
2.6 Kerangka Konsep
Individu dengan karakter tersendiri terhadap organisasi memiliki karakter
tertentu yang saling menyesuaikan. Karakteristik individu mencakup umur, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan keluarga, reward, dan masa kerja
dalam organisasi (Robbins, 2003).
Rendahnya cakupan pelaksanaan penimbangan balita di posyandu Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam, akibat faktor umur, rendahnya pendidikan, jenis pekerjaan yang ditekuni, lama menjadi kader, status perkawinan dan penghasilan keluarga sehingga dalam pelaksanaan tugas belum terlaksana secara optimal yang berdampak terhadap cakupan penimbangan balita belum tercapai. Selain itu rendahnya pemberian
reward kader ditandai dengan rendahnya keberadaan kader di posyandu.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Penimbangan Balita di Posyandu Karakteristik Kader
Posyandu Umur
Status Perkawinan Pekerjaan
Pendidikan
Penghasilan Keluarga
Reward Kader Lama menjadi Kader
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei explanatory yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel independent berupa
karakteristik kader dengan variabel dependent berupa pelaksanaan penimbangan
balita di Posyandu melalui uji hipotesa.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian Kecamatan Kembang Tanjong dalam wilayah Kabupaten
Aceh Pidie dengan alasan akses yang mudah dan seluruh kader yang aktif 120 kader
yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Februari 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang aktif di Kecamatan
Kembang Tanjong Kabupaten Aceh Pidie yang berjumlah 120 kader.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian.
Besarnya sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan total sampling. Seluruh
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari kader melalui wawancara langsung dan observasi yang berpedoman pada
kuesioner penelitian yang telah disusun dengan mengacu topik yang diteliti. Data
karakteristik kader (umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan,
reward, lama menjadi kader) dengan pelaksanaan penimbangan di posyandu.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen
resmi lainnya terutama data di Posyandu, Kantor Desa, Puskesmas dan Dinas
Kesehatan yang akan digunakan untuk membantu analisis terhadap data primer yang
diperoleh. Meliputi jumlah kader yang aktif 120 orang di 47 posyandu.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Notoatmodjo (2005) menyatakan sebelum
dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas
kuesioner kepada 30 responden. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah
instrumen penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga
mampu menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) juga menyatakan bahwa
mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur
harus mengukur apa yang akan diukur.
Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur
korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus
teknik korelasi Pearson Product Moment Corelation Coeficient (r), dengan
ketentuan: a) Bila r hitung > t tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r hitung < t
tabel maka dinyatakan tidak valid.
Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Sugiono
(2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini
teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s
Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan
ketentuan : a) Jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliable dan b) Jika nilai
r Alpha < r tabel maka dinyatakan tidak reliable.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel X
Variabel Butir r-hitung Status Alpa
Cronbach Status
1 0,737 Valid 0,829 Reliabel
2 0,635 Valid 0,854 Reliabel
3 0,697 Valid 0,839 Reliabel
4 0,647 Valid 0,851 Reliabel
Reward
Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation dari variabel
independent (X) yaitu reward untuk butir 1 sampai 5 mempunyai rhitung > dari nilai r
tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha dari
masing-masing instrumen lebih besar dari 0,8 sehingga dapat dikatakan instrumen
dari semua butir pernyataan reliabel.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Y
1 0,492 Valid 0,833 Reliabel
Berdasarkan tabel di atas nilai corrected item-total correlation dari variabel
dependent (Y) yaitu pelaksanaan penimbangan balita untuk butir 1 sampai 15
mempunyai rhitung > r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan
nilai cronbach alpha masing-masing instrumen lebihbesar dari 0,800 sehingga dapat
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen
A. Karakteristik Kader 1. Umur
Umur adalah usia responden yang dihitung pada saat penelitian yang
diketahui melalui Kartu Tanda Penduduk (KTP).
2. Status Perkawinan
Status perkawinan adalah suatu ikatan pernikahan sah yang pernah (berpisah)
atau belum dilaksanakan kader posyandu yaitu dengan kategori menikah, belum
menikah, dan janda.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah pekerjaan tetap yang dimiliki responden untuk dapat
memberikan penghasilan bagi keluarganya, yaitu dikategorikan bekerja dan tidak
bekerja.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh
responden sampai tamat, yaitu tamat SD/tamat SLTP, tamat SLTA dan tamat
Akademik Perguruan Tinggi.
5. Penghasilan
Penghasilan adalah tingkat pendapatan keluarga perbulan yang dihitung dalam
rupiah, yaitu dengan kategori penghasilan tinggi dan penghasilan rendah, berdasarkan
Upah Minimum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (UMP NAD, 2009) yaitu