• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KELAS BELAJAR TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KELAS BELAJAR TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PURING KABUPATEN KEBUMEN

TAHUN 2015

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Danang Sarjono

3201411075

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 3 September 2015

Menyetujui, Dosen Pembimbing I

Dr. Eva Banowati, M.Si. NIP. 196109291989012003

Dosen Pembimbing II

(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 29 September 2015

NIP: 19471103 1975011 001

Penguji I Penguji Utama

Drs. Moch Arifien, M.Si NIP.19550826 198303 1 003

Penguji II

Dr. Puji Hardati, M.Si NIP.19582004 198603 2 001

Penguji III

(4)

iv

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 10 - 9 - 2015

(5)

v

1. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita terjatuh.

2. Orang yang bahagia bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidupnya dan kemudian mengucap syukur (Warren Buffet).

PERSEMBAHAN:

1. Bapakku Muslimin dan Ibuku Sarobah yang tercinta, yang selalu

memberikan doa, dukungan dan segalanya.

2. Adikku tercinta Danil Edi Susilo dan seluruh saudara-saudaraku.

3. Para sahabat yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan seluruh

teman-temanku yang ada di Pendidikan Geografi 2011.

4. Teman-teman HIMA Geografi periode 2013/2014.

5. Teman-teman seperjuanganku, Angkatan 2011 Jurusan Geografi.

(6)

vi

sehingga skripsi dengan judul “Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun

2015”dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di

UNNES.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, yang telah

memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES, yang

telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.

4. Dr. Eva Banowati, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi.

5. Dr. Puji Hardati, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi.

6. Drs. Moch Arifien, M.Si., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan

masukan kritik dan saran selama proses sidang dan revisi skripsi.

7. Santoso S.E., sebagai Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Puring

(7)

vii penelitian.

9. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido

Subur Desa Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok

Tani Margo Mulyo Desa Tambak Mulyo Kecamatan Puring yang telah

membantu dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara

langsung maupun tidak langsung menbantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

mengingat segala keterbatasan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh

karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kebaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua yang memerlukan.

Semarang, 10 - 9 - 2015

(8)

viii

Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Eva Banowati, M.Si., Pembimbing II: Dr. Puji Hardati, M.Si. 155 halaman.

Kata kunci: Peranan kelas belajar, kondisi sosial dan ekonomi petani

Kelas belajar yang ada pada kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan baru di bidang pertanian. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring, (2) Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, (3) Mengetahui peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi sosial dan ekonomi di Kecamatan Puring.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Lokasi penelitian di Desa Krandegan pada Kelompok Tani Sido Dadi dan Sido Subur serta Desa Tambak Mulyo pada Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Margo Mulyo, dengan populasi yaitu anggota kelompok tani dan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sampel penelitian 50 petani yang diambil menggunakan teknik simple random sampling, dan 1 PPL yang diambil menggunakan teknik total sampling.

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis Deskriptif Persentase (DP) untuk mengetahui pelaksanaan kelas belajar, kondisi sosial ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar dan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui peranan kelas belajar terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring sudah dilaksanakan dengan baik pada setiap tahapan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, (2) Kondisi sosial petani yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan petani di bidang pertanian meningkat setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, kondisi ekonomi petani yang meliputi produksi dan pendapatan petani sangat meningkat setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, (3) Kelas belajar pada kelompok tani berperan meningkatkan kondisi sosial petani yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan petani di bidang pertanian serta meningkatkan kondisi ekonomi petani yang meliputi produksi dan pendapatan petani.

(9)

ix

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi ... 9

2.2 Kajian Geografi Pertanian ... 11

2.3 Kelompok Tani ... 14

2.4 Kelas Belajar ... 17

2.5 Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 21

2.6 Aspek-Aspek yang Dibutuhkan Petani dalam Usaha Tani ... 26

2.7 Peranan Kelas Belajar ... 28

2.8 Penelitian Terdahulu ... 29

2.9 Kerangka Berpikir ... 34

2.10 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 37

3.2. Lokasi Penelitian ... 37

3.3. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian ... 37

3.4. Populasi dan Sampel ... 38

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

3.5.1 Pelaksanaan Kelas Belajar ... 39

3.5.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 43

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 44

3.7. Uji Instrumen Penelitian... 45

(10)

x

4.1.3. Gambaran Umum Kelompok Tani Ngudi Mulyo …… 55

4.1.4. Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Mulyo ... 57

4.1.5. Kondisi Geografis ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 65

4.2.1 Pelaksanaan Kelas Belajar ... 65

4.2.2 Kondisi Sosial Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 68

4.2.3 Kondisi Ekonomi Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 72

4.2.4 Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 73

4.3 Pembahasan ... 76

4.3.1 Pelaksanaan Kelas Belajar ... 76

4.3.2 Kondisi Sosial Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 81

4.3.3 Kondisi Ekonomi Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 89

4.3.3 Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 96

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 100

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSAKA ... 101

(11)

xi

2.1 Penelitian terdahulu ... 31

3.1 Jumlah sampel penelitian ... 39

3.2 Kriteria peranan kelas belajar... 49

3.4 Kriteria peningkatan kondisi sosial dan ekonomi petani ... 49

4.1 Pelaksanaan kelas belajar ... 65

4.2 Kondisi sosial petani setelah mengikuti kelas belajar ... 68

4.3 Kondisi ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar ... 72

(12)

xii

2.1 Ragam alat bantu peraga penyuluhan ... 20

2.2 Skema kerangka berfikir ... 34

4.1 Lokasi penelitian ... 60

4.2 Penggunaan lahan Desa Krandegan ... 62

4.3 Penggunaan lahan Desa Tambak Mulyo ... 64

4.4 Pelaksanaan kelas belajar ... 67

4.5 Penggunaan traktor... 69

4.6 Penerapan sistem tanam jejar legowo ... 70

(13)

xiii

1. Instrumen penelitian ... 104

2. Basis data kondisi sosial dan ekonomi petani ... 124

3. Inventaris kelompok tani ... 130

4. Responden penelitian ... 132

5. Validitas dan reliabilitas instrumen ... 134

6. Hasil penelitian pelaksanaan kelas belajar ... 138

7. Hasil penelitian kondisi sosial petani ... 140

8. Hasil penelitian kondisi ekonomi petani ... 143

9. Analisis regresi linier sederhana ... 146

10. Surat ijin mencari data Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah ... 151

11. Surat ijin penelitian Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen ... 152

12. Surat ijin penelitian Desa Krandegan Kecamatan Puring ... 153

13. Surat ijin penelitian Desa Tambak Mulyo Kecamatan Puring ... 154

(14)

1

1.1. Latar Belakang

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan

fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam

konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya 1988 dalam Wardiyatmoko, 2013:7).

Geografi dibedakan menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia.

Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari segala fenomena alam

yang ada di bumi, seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer, pedosfer dan biosfer.

Geografi manusia yaitu cabang geografi yang fokus pada studi pola dan proses

pembentukan manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Cabang ilmu ini

mencakup geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi sosial, geografi

permukiman dan geografi sosial (Wardiyatmoko, 2013:8).

Geografi ekonomi merupakan salah satu cabang geografi manusia yang

bidang kajiannya merupakan struktur aktivitas keruangan ekonomi, sehingga titik

berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang

didalamnya terdapat bidang pertanian, industri, transportasi dan sebagainya.

Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri dan geografi

transportasi. Geografi pertanian yang merupakan salah satu cabang dari geografi

ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji kegiatan pertanian di bumi sebagai

(15)

Kegiatan pertanian dalam kajian geografi pertanian meliputi penggunaan

lahan pertanian, sistem pertanian, produksi pertanian, penggunaan teknologi

pertanian dan komoditas pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang

menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu komoditi

tanaman padi (Rukka dkk, 2008:78). Padi yang diolah menjadi beras merupakan

salah satu bahan makanan pokok bagi penduduk indonesia. Hasil SUSENAS-BPS

tahun 2002 sampai dengan 2013 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi beras per

kapita yaitu sebesar 1,98 kg/kapita/minggu atau setara dengan 103,18

kg/kapita/tahun (Pusdatin Pertanian, 2014:10). Melihat pentingnya komoditas

padi di Indonesia, maka pengembangan komoditas padi tetap menjadi prioritas

utama dalam pembangunan tanaman pangan pada sektor pertanian (Pradiana dkk,

2007:172).

Hal ini menjadikan petani dituntut kemampuannya dalam memanfaatkan

berbagai potensi yang dimilikinya agar dapat memproduksi padi lebih banyak

supaya mampu mencukupi kebutuhan konsumsi padi di Indonesia. Upaya untuk

menumbuhkan kemampuan petani selama ini dilakukan melalui lembaga atau

kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat, dalam hal ini yaitu

kelompok tani. Kelompok tani yang merupakan kelembagan sosial berfungsi

sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengetahuan, ketrampilan serta

kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya. Keberadaan kelompok tani

merupakan salah satu potensi yang mempunyai peranan penting dalam

membentuk wawasan, pemikiran dan kemampuan petani untuk menjadikan sistem

(16)

Kelompok tani merupakan kelembagaan sosial yang paling penting dan

diperlukan di setiap kegiatan usaha tani padi. Kelompok tani mempunyai peran

yang sangat vital dalam penerapan atau adopsi teknologi (Nuryati, 2011:125).

Pentingnya kelompok tani tersebut didukung oleh banyaknya jumlah kelompok

tani di Indonesia yaitu 318.453 (BPPSDM Pertanian, 2013:81). Provinsi Jawa

Tengah menduduki peringkat pertama dalam kepemilikan kelompok tani di

Indonesia yaitu 36.116. Jumlah ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah

telah siap menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi, karena dengan

adanya kelompok tani, petani dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan

mereka melalui kelas belajar yang ada pada kelompok tani (BPPSDM Pertanian,

2013: 81).

Kelas belajar dapat menciptakan petani yang mampu menghadapi

tantangan dan mengambil peluang untuk dapat berkembang di bidang pertanian

yang dijalaninya. Petani yang mampu memanfaatkan peluang tersebut tentunya

akan menikmati hasil kerja kerasnya dan dapat memperbaiki bahkan

meningkatkan kondisi sosial ekonominya. Kecamatan Puring berposisi di bagian

selatan Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini memiliki

jumlah kelompok tani sebanyak 118. Jumlah ini menjadikan kecamatan ini

sebagai kecamatan yang memiliki kelompok tani terbanyak dari total 1.923

kelompok tani yang tersebar di 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen

(Setbakorluh Jawa Tengah, 2015:94).

Kecamatan Puring memiliki 23 desa yang setiap desanya memiliki

(17)

pentingnya membentuk kelompok untuk mencapai satu tujuan bersama telah

terbangun. Tercatat sebanyak 15.174 orang sebagai anggota kelompok tani di

kecamatan ini dari total penduduk sebanyak 52.262 orang (BPS Kabupaten

Kebumen, 2014:89). Produksi padi kecamatan ini bisa dikatakan tinggi yaitu lebih

dari 25.000 ton setiap tahun, sedangkan pada tahun 2013 mencapai angka 26.076

ton (BPS Kabupaten Kebumen, 2014:173).

Pencapaian ini menjadikan Kecamatan Puring sebagai salah satu Lumbung

Padi di Kabupaten Kebumen, karena memiliki produksi padi lebih dari 25.000 ton

setiap tahunnya. Produksi padi yang tinggi ini tidak terlepas dari kerja keras para

petani yang terus mengembangkan dan meningkatkan usahataninya melalui

pengelolaan lahan pertanian yang tepat guna, penerapan teknologi pada bidang

pertanian serta ketrampilan-ketrampilan lain di bidang pertanian yang diperoleh

dari kelas belajar pada kelompok tani yang sesuai dengan kajian geografi

pertanian. Kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring yang

mempelajari mengenai konsep dan lingkungan geografi pertanian, klasifikasi

sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan karakteristik sistem pertanian

sudah dilaksanakan pada setiap desa, walaupun frekuensi kelas belajar di setiap

desa berbeda-beda.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Peranan Kelas Belajar Pada Kelompok Tani Terhadap

Kondisi Sosial Dan Ekonomi Petani Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok

permasalahan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan

pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring?

1.2.2 Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas

belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring?

1.2.3 Bagaimana peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi

sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mengetahui pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan

pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring.

1.3.2 Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas

belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring.

1.3.3 Mengetahui peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi

sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, adapun

(19)

1.4.1 Bagi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP), sebagai bahan masukan dalam

membuat program penyuluhan pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip

geografi pertanian untuk meningkatkan status sosial ekonomi petani.

1.4.2 Bagi masyarakat dan mahasiswa, sebagai tambahan informasi dan referensi

untuk penelitian lebih lanjut tentang peranan kelas belajar pada kelompok

tani.

1.5. Penegasan Istilah

Istilah-istilah yang ditegaskan dari judul penelitian ini yaitu meliputi

istilah peranan, kelas belajar, kelompok tani dan sosial ekonomi. Istilah-istilah

tersebut akan ditegaskan sebagai berikut.

1.5.1 Peranan

Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu

atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan

oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Perangkat

harapan-harapan yang dimaksud yaitu seperangkat keinginan berupa peningkatan

kesejahteraan yang dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan,

produksi petani dan pendapatan petani sebagai pemegang peran dalam kehidupan

bermasyarakat.

1.5.2 Kelas Belajar

Kelas belajar merupakan sistem pendidikan di luar sekolah yang bersifat

non formal untuk anggota masyarakat khususnya petani. Kelas belajar dilakukan

melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan, yang disampaikan dengan

(20)

dua unsur didalam kelas belajar yaitu petani sebagai pihak yang belajar dan

penyuluh pertanian sebagai pengajar. Kelas belajar pada kelompok tani ini yang

merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota kelompok tani. Jadi, kelas

belajar inilah yang menjadi sarana bagi petani untuk mencari informasi,

menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pertanian, dan yang paling

utama yaitu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani.

1.5.3 Kelompok Tani

Kelompok tani yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lembaga sosial

yang terdiri atas kumpulan petani yang terikat secara non formal dan terbentuk

atas dasar kesamaan kepentingan. Kelompok ini menghendaki terwujudnya

pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera

dalam perkembangan hidupnya. Kelompok tani yang merupakan kelembagan

sosial berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengetahuan,

ketrampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya. Kelompok

tani mempunyai peranan penting dalam membentuk wawasan, pemikiran dan

kemampuan petani untuk menjadikan sistem pertanian yang maju.

1.5.4 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan

serta pendapatan (Astrawan, 2014:3). Sosial ekonomi yang dimaksud oleh peneliti

adalah kondisi atau keadaan dari seorang petani yang berkaitan dengan

(21)

Istilah-istilah yang dimaksud dalam judul penelitian ini disimpulkan

menjadi peranan diartikan sebagai perangkat harapan yang dikenakan pada petani

untuk melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan yang diharapkan, kelas

belajar diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk anggota kelompok

tani yang di laksanakan dengan kegiatan pelatihan dan penyuluhan, kelompok tani

diartikan sebagai lembaga sosial atau kumpulan petani yang terikat secara non

formal dan terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan, sosial ekonomi yang

diartikan sebagai kondisi seorang petani yang berkaitan dengan pengetahuan,

(22)

9

Kajian pustaka yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pengertian dan

ruang lingkup geografi, kajian geografi pertanian, kelompok tani, kelas belajar,

kondisi sosial dan ekonomi petani, aspek-aspek yang dibutuhkan petani dalam

usaha tani serta peranan kelas belajar. Pustaka-pustaka tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut.

2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi

Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti tulisan. Secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi, akan tetapi yang dipelajari dalam geografi tidak hanya berfokus pada

berbagai hal yang ada di permukaan bumi, tetapi juga benda-benda di ruang

angkasa. Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atau

mengkaji segala fenomena yang ada di permukaan bumi, seperti penduduk, fauna,

flora, batuan, air, dan interaksi antara fenomena-fenomena tersebut

(Wardiyatmoko, 2013:6).

Beberapa definisi geografi menurut para ahli geograf adalah sebagai

berikut geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that sterted with observations of specific processes wherever they might be located. Pernyataan ini berarti bahwa geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang

(23)

menjadi penelitian proses-proses spesifik pada tempat terjadinya (Preston E.

James dalam Wardiyatmoko,2013:6).

Tokoh lain menyatakan geography is concerned to provide accurate, orderly, and rational description and interpretation of the variable character of the Earth surface. Arti dari pernyataan ini adalah geografi berkepentingan menyajikan deskripsi yang akurat, teratur, dan rasional serta interpretasi berbagai

karakter permukaan bumi (Richard Hartshorne dalam Wardiyatmoko, 2013:6).

Salah satu tokoh geografi di Indonesia menyatakan bahwa geografi mempelajari

hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta

permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk

kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto dalam

Saleh, 2014:1)

Suatu definisi yang lain yaitu geografi adalah ilmu yang mempelajari

persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan

dan kelingkungan dalam konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya 1988 dalam

Saleh, 2014:2). Definisi tersebut telah disepakati oleh para ahli geografi di

Indonesia sebagai definisi geografi. Definisi ini mengisyaratkan bahwa geografi

memusatkan perhatiannya pada gejala atau fenomena di muka bumi baik pada

lithosfer, hidrosfer, atmosfer, maupun biosfer dalam sudut pandang kelingkungan

dan kewilayahan, tetapi senantiasa dalam keterkaitan keruangan (Wahana

(24)

Ruang lingkup studi geografi sangat luas karena mencakup segala sesuatu

yang ada di permukaan bumi, oleh karena itu tidak mungkin dapat dikuasai hanya

dalam satu bidang ilmu saja. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai bidang

disiplin ilmu yang merupakan cabang-cabang dari geografi. Secara garis besar

seluruh objek kajian geografi dapat dibedakan atas dua aspek utama yaitu aspek

fisik dan aspek sosial. Aspek fisik dalam hal ini meliputi aspek kimiawi, biologis,

astronomis dan sebagainya, sedangkan aspek sosial meliputi aspek antropologis,

politis, ekonomis dan sebagainya (Wardiyatmoko, 2013:7).

Geografi merupakan bidang ilmu yang memadukan berbagai disiplin ilmu

sehingga menjadi suatu kajian yang bersifat menyeluruh. Kajian geografi meliputi

dua cabang utama yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik

merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi

yang meliputi lapisan atmosfer, batuan atau lithosfer, tanah atau pedosfer, perairan

atau hidrosfer, flora dan fauna atau biosfer. Geografi manusia merupakan cabang

geografi yang bidang studinya aspek keruangan gejala di permukaan bumi dengan

mengembil manusia sebagai obyek pokoknya (Nursid, 1988:52).

2.2. Kajian Geografi Pertanian

Pengertian geografi pertanian menurut Singh dan Dhilon (1984) yaitu

deskripsi tentang seni mengolah tanah dalam skala luas dengan memperhatikan

kondisi lingkungan alam dan manusia. Ibery (1985) mengungkapkan bahwa

geografi pertanian merupakan usaha untuk menjelaskan mengenai variasi aktivitas

pertanian secara spasial pada suatu wilayah di permukaan bumi (Saleh, 2014:3).

(25)

fenomena geosfer di dalam ruang pada saat tertentu. Pola tersebut terbentuk

berdasarkan struktur spasial dan proses spasial, sedangkan ruang adalah luasan

atau daerah di permukaan bumi (April, 2010:36).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka geografi pertanian

merupakan ilmu yang mempelajari atau mengkaji kegiatan pertanian di berbagai

belahan bumi sebagai hasil dari interaksi antara manusia dengan lingkungan

(Saleh, 2014:3). Geografi pertanian merupakan cabang dari geografi ekonomi

dimana bidang pertanian yang dikaji dalam geografi pertanian merupakan struktur

keruangan aktivitas ekonomi (Mucien, 2011:2). Geografi ekonomi sendiri

merupakan cabang ilmu dari geografi manusia dimana kajian geografi ekonomi

berupa aktivitas ekonomi manusia yang dalam hal ini berhubungan dengan

eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi,

kemudian usaha transportasi, distribusi dan konsumsi (Wahana Komunitas

Geografi, 2011:1).

Geografi pertanian tidak hanya melakukan kegiatan atau aktivitas ekonomi

saja, namun terdapat juga aktivitas sosial didalamnya. Aktivitas sosial yang ada

dalam geografi pertanian yaitu interaksi antara manusia dengan manusia, seperti

keberadaan lembaga sosial kelompok tani yang merupakan suatu kumpulan

masyarakat yang membentuk kelompok atas dasar tradisi dan kepentingan yang

sama. Jadi geografi pertanian merupakan gabungan dari kegiatan ekonomi, sosial

(26)

Kajian geografi pertanian juga dapat dilihat dari sudut pandang pendekatan

ekologis atau kelingkungan yang menekankan antara manusia sebagai makhluk

berbudaya beserta aktivitasnya dengan lingkungan tempat keberadaannya yang

berupa interaksi aktivitas manusia dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan

karena manusia dianggap sebagai variabel bebas atau variabel yang dapat

mempengaruhi keberadaan lingkungan, sehingga apabila manusia tesebut berada

pada kawasan lahan pertanian maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap

keberadaan lahan pertanian tersebut (Nugroho, 2015:5).

Perkembangan kegiatan pertanian yang dilakukan dalam geografi

pertanian yaitu pertama lahan pertanian, geografi pertanian membahas bagaimana

lahan pertanian agar tetap produktif dan tersedia. Kedua yaitu produksi tanaman,

geografi pertanian mencakup dari mulai benih tanaman disebar sampai menjadi

hasil yang siap dijual. Ketiga yaitu konservasi sumber daya alam, dalam

penerapan geografi pertanian mencakup dalam menunjang proses konservasi

sumber daya alam, menjaga kelestarian sumber plasmanutfah yang penting dan

berguna bagi manusia.

Keempat yaitu penggunaan teknologi pertanian, dalam geografi pertanian

penggunaan teknologi pertanian sangatlah penting. Peningkatan jumlah produksi

dapat ditingkatkan dengan adanya kemajuan teknologi pertanian. Terakhir yaitu

dampak lingkungan, kerusakan lingkungan dapat disebabkan dari eksploitasi

berlebihan penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang. Geografi pertanian

membahas kerusakan lingkungan dengan menggunakan Analisis Mengenai

(27)

2.3. Kelompok Tani

Kelompok tani menurut Mardikanto (1993) dalam Sihombing (2010:15)

diartikan sebagai kumpulan orang-orang atau petani yang terdiri atas petani

dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara

non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar kesamaan kepentingan dan

kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang

kontak tani. Jadi kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di

pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani supaya

mencapai tujuan dan kepentingan bersama.

Kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu saling mengenal di antara sesama anggota, mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani, memiliki kesamaan dalam tradisi, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi (Permentan No.82, 2013:6). Unsur pengikat kelompok tani yaitu adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama di antara para anggotanya, adanya kader

tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan

kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya, adanya kegiatan yang

manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya, adanya dorongan

atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang

telah ditetapkan, adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota

berdasarkan kesepakatan bersama (Permentan No.82, 2013:6).

Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok-kelompok atau

(28)

kelompok arisan, kelompok remaja desa, kelompok adat dan lain-lain) dengan

jumlah anggota berkisar antara 20 sampai 25 orang atau disesuaikan dengan

kondisi lingkungan masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan

pertanian diarahkan untuk menumbuhkan poktan, yang terikat oleh kepentingan

dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan produktivitas serta

pendapatan dari usahataninya (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:6).

Kegiatan-kegiatan kelompok tani yang dikelola oleh kelompok tani

tergantung kepada kesepakatan anggota kelompok tani, dapat berdasarkan jenis

usaha pertanian, unsur-unsur subsistem agribisnis (pengadaan sarana produksi

pertanian, pemasaran hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian dan lain-lain).

Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan dalam penumbuhan kelompok tani yaitu

kesamaan kepentingan antar petani, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban,

saling mempercayai, dan keserasian hubungan antar petani (BPTP Kalimantan

Selatan, 2012:6).

Prinsip-prinsip penumbuhan kelompok tani didasarkan kepada kebebasan

yang artinya menghargai individu/petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan

kepentingannya. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan serta

memilih kelompok tani yang mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya.

Setiap individu dapat menjadi anggota satu atau lebih dari kelompok tani. Prinsip

selanjutnya yaitu keterbukaan yang artinya penyelenggaraan penyuluhan

dilakukan secara terbuka antara pelaku utama dan pelaku usaha (BPTP

(29)

Proses penumbuhan atau pembentukan kelompok tani diawali dengan para

petani yang memiliki tujuan serta keinginan yang sama untuk dapat melakukan

usaha tani yang lebih baik kemudian para petani membentuk kelompok yang di

beri nama sesuai dengan kesepakatan bersama atau musyawarah mufakat,

kemudian dituangkan dalam surat pernyataan yang diketahui oleh petugas

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat. Pemilihan pengurus kelompok tani

dilakukan secara musyawarah dan mufakat oleh seluruh anggota. Perangkat

kepengurusan kelompok tani sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,

Bendahara, dan seksi-seksi sesuai kebutuhan, yang dituangkan dalam berita acara

yang disahkan oleh kepala desa atau lurah dan diketahui oleh petugas Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) (Permentan No.82, 2013:9).

Perkembangan kelompok tani menjadi kelembagaan petani yang kuat dan

mandiri memerlukan syarat sebagai berikut: melaksanakan pertemuan/rapat

anggota, rapat pengurus kelompok tani yang diselenggarakan berkala dan

berkesinambungan, menyusun rencana kerja kelompok dalam bentuk Rencana

Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

(RDKK), memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama, memiliki

pengadministrasian organisasi yang rapih, memfasilitasi usaha tani secara

komersial, sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha tani

pada umumnya dan anggota kelompok tani khususnya, melakukan penilaian

klasifikasi kemampuan kelompok tani yang terdiri dari Kelas Pemula, Kelas

(30)

2.4. Kelas Belajar

Kelas belajar merupakan bagian dari penyuluhan pertanian yang

didalamnya terdapat dua jenis kegiatan yaitu pelatihan dan penyuluhan. Kelas

belajar dilakukan oleh penyuluh pertanian pada kelompok tani untuk mengubah

perilaku sasaran (petani) agar mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu

yang dikehendaki sehingga permasalahan tentang aspek fisik meliputi lahan,

iklim, air, dan udara serta aspek sosial meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan

ekonomi masyarakat yang dihadapi oleh petani dapat diatasi. Melalui kelas

belajar, setiap petani dididik agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi

walaupun harus melalui tahapan-tahapan tertentu (Setiana, 2005:32).

Kelas belajar pada kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggota kelompok tani. Kegiatan kelas belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu

penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi,

dan praktek/penerapan di lapangan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2).

Penyuluhan dalam kelas belajar diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan

informasi dan penjelasan yang diberikan oleh petugas Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) kepada peserta didik agar dapat merangsang terjadinya proses

perubahan perilaku peserta didik, sedangkan pelatihan dalam kelas belajar dapat

diartikan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan

kemampuan dan pengetahuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan

ketrampilan. Penyuluhan pada kelas belajar dilaksanakan dengan menggunakan

metode ceramah dan diskusi, sedangkan pelatihan dilaksanakan menggunakan

(31)

Pelaksanaan kelas belajar dibagi menjadi tiga tahapan yaitu perencanaan

kelas belajar, pelaksanaan kelas belajar dan evaluasi pelaksanaan kelas belajar

(Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2). Tahap perencanaan kelas belajar meliputi

perencanaan materi kelas belajar. Materi kelas belajar harus disusun atas dasar

kebutuhan serta permasalahan yang dialami petani. Materi yang baik dalam kelas

belajar adalah yang sesuai dengan kajian geografi pertanian, tidak bertentangan

atau sesuai dengan adat atau kepercayaan yang berkembang di daerah setempat,

menarik karena dapat memperbaiki produksi pertanian, dapat meningkatkan

pendapatan, yang lebih penting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang

dihadapi oleh sasaran penyuluhan pertanian (Setiana, 2005:53).

Perencanaan yang kedua yaitu perencanaan tempat kelas belajar. Tempat

dilaksanakannya kelas belajar harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan

pada kelas belajar atau disesuaikan dengan jenis pelaksanaan kelas belajar yang

sudah direncanakan. Perencanaan yang ketiga yaitu perencanaan frekuensi

pelaksanaan kelas belajar. Kelas belajar yang baik adalah kelas belajar yang

dilaksanakan dua kali dalam satu bulan, apabila pelaksanaan tersebut sulit untuk

dilakukan maka bisa satu kali dalam satu bulan dan apabila pelaksanaan tersebut

masih sulit dilakukan maka sekurang-kurangnya kelas belajar bisa dilaksanakan

satu kali lebih dari satu bulan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:4).

Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan kelas belajar, pada tahap ini terdapat

beberapa komponen yang menyangkut kegiatan kelas belajar yaitu peserta,

fasilitator, materi, metode, media, pendekatan dan kendala pada saat pelaksanaan

(32)

pelaksanaan kelas belajar dan melakukan presensi. Peserta kelas belajar

dikategorikan tinggi apabila dihadiri lebih dari 75% dari total anggota kelompok

tani, kategori sedang apabila dihadiri sekitar 50% sampai dengan 75% dari total

anggota, kategori rendah apabila dihadiri kurang dari 50% dari total anggota

kelompok tani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:4).

Fasilitator kelas belajar adalah orang yang memfasilitasi pelaksanaan kelas

belajar yang dalam hal ini orang tersebut yaitu petugas Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL). Materi dalam kelas belajar adalah segala sesuatu yang

disampaikan dalam kegiatan pembelajaran, baik yang menyangkut ilmu atau

teknologi. Materi kelas belajar yang didasarkan pada kajian geografi adalah materi

mengenai kawasan pertanian, komoditas pertanian, sistem pertanian, sistem

produksi pertanian, klasifikasi penggunaan lahan untuk pertanian, faktor fisik dan

non fisik dalam pertanian, dampak pertanian, karakteristik dan klasifikasi usaha

tani, dan strategi pengembangan pertanian (April, 2000:36).

Metode penyampaian materi dalam kelas belajar yang digunakan pada

penyuluhan ataupun pelatihan yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek,

sedangkan metode pendekatan yang digunakan pada kelas belajar ada tiga yaitu:

metode berdasarkan pendekatan perorangan (personal approach), metode berdasarkan pendekatan kelompok (group approach), metode berdasarkan pendekatan massal (mass approach). Penggunaan metode penyampaian materi dan metode pendekatan kepada anggota kelompok tani diserahkan sepenuhnya

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

(33)

Media dalam kelas belajar adalah alat bantu yang digunakan oleh Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) untuk menyampaikan materi kepada peserta kelas

belajar. Media yang digunakan dalam kelas belajar sangat beragam, seperti

digambarkan dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan (Setiana, 2005:54)

Media-media seperti pada Gambar 2.1 merupakan media yang digunakan

dalam penyuluhan pertanian secara umum, namun dalam kelas belajar yang

didasarkan pada kajian geografi pertanian media yang digunakan yaitu gambar

dan alat peraga. Pelaksanaan kelas belajar memiliki kendala atau permasalahan

yang dihadapi oleh peserta kelas belajar, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL),

(34)

kelas belajar dibedakan menjadi dua yaitu kendala yang diakibatkan oleh faktor

internal dan kendala yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Kendala yang

diakibatkan oleh faktor internal yaitu kendala-kendala yang disebabkan oleh

permasalahan diri sendiri atau permasalahan dari kelompok tani, sedangkan

kendala yang diakibatkan oleh faktor eksternal yaitu kendala yang disebabkan

oleh permasalahan yang timbul dari luar kelompok tani (Setiana, 2005: 35).

Tahap yang terakhir yaitu evaluasi pelaksanaan kelas belajar, yang

berfungsi untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar di kelompok tani.

Evaluasi ini dilakukan dengan mengamati beberapa anggota kelompoktani yang

menerapkan dan berhasil. Dilakukan pencatatan penyebab keberhasilan dan

penyebab ketidakberhasilan, serta penyebab anggota kelompoktani yang tidak

menerapkan hasil belajar mengajar. Catatan yang diperoleh digunakan sebagai

dasar merencanakan kegiatan kelas belajar berikutnya (Pusat Penyuluhan

Pertanian, 2012:7).

2.5. Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani

Kondisi dalam arti umum diartikan sebagai pernyataan, keadaan atau

sesuatu kenyataan yang dapat dilihat atau dirasakan dan diukur oleh indera

manusia (Poerwadarminta, 2002:519). Sosial artinya adalah segala sesuatu yang

berkenaan dengan masyarakat (Soekanto, 2007:76), sedangkan arti kata ekonomi

adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian

barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Dapat

dikatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan proses pemenuhan kebutuhan

(35)

Berdasarkan pengertian diatas kondisi sosial petani adalah kondisi atau

keadaan dari soeorang petani yang berkaitan langsung dengan kehidupan

bermasyarakat. Kondisi sosial petani dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

yaitu pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pertanian, sedangkan kondisi

ekonomi petani adalah kondisi atau keadaan dari seorang petani yang berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi petani, yang dalam penelitian ini kondisi

ekonomi petani dibagi menjadi dua yaitu produksi dan pendapatan petani. Kondisi

sosial petani yang berupa pengetahuan dan ketrampilan terhadap pertanian serta

kondisi ekonomi petani yang berupa produksi dan pendapatan petani akan

dijelaskan sebagai berikut.

Pengetahuan pertanian merupakan kemampuan kognitif seorang petani

dalam bidang pertanian yang di peroleh baik dari pendidikan formal ataupun

pendidikan non formal. Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan

pemahaman dan penerapan. Pengetahuan pertanian terbagi menjadi beberapa

bagian yaitu pengetahuan jenis basis ekologi pertanian yang berupa ekologi sawah

basah dan sawah kering, teknik produksi pertanian yang meliputi: mengatur

pengairan, penggunaan bibit, pemupukan, pencegahan serta pemberantasan hama

dan penyakit, pengolahan tanah dan cara-cara bercocok tanam (Atmadja, 1981:26)

Pengetahuan lainnya yaitu pengetahuan peralatan pertanian meliputi: alat

pengolah tanah, alat pemberantasan hama dan penyakit, peralatan panen dan

pengolahan hasil, pengetahuan teknologi hasil pertanian meliputi: teknik atau cara

panen, cara penjemuran hasil, cara penyimpanan hasil, cara pengolahan hasil, cara

(36)

Pengetahuan pertanian dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan

tentang pengetahuan pertanian. Pertanyaan tersebut harus singkat dan jelas

sehingga mudah dipahami oleh petani (Azhar,2013:4).

Pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan petani ditunjukkan oleh kata

kerja antara lain menyebutkan, mendefinisikan, mengidentifikasi, menjelaskan,

memberikan contoh. Cara menganalisis pengetahuan pertanian yaitu dengan cara

menganalisis hasil jawaban dari petani, contoh dengan pertanyaan menyebutkan

jenis alat pengolah tanah, semakin banyak petani mampu menyebutkan jenis alat

pengolah tanah maka pengetahuannya terhadap pertanian semakin tinggi. Begitu

juga dengan pertanyaan memberikan contoh, semakin banyak petani memberikan

contoh dan contoh-contoh tersebut benar atau sesuai dengan materi yang dipelajri

maka pengetahuan petani tinggi (Azhar, 2013:4).

Ketrampilan pertanian adalah kemampuan psikomotorik seorang petani

dalam bidang pertanian yang di peroleh baik dari pendidikan formal, pendidikan

nonformal maupun diperoleh secara autodidak. Kemampuan psikomotorik yang

dimaksud adalah kemampuan mengolah, menjalankan, dan mempraktekkan secara

langsung pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh. Ketrampilan pertanian

dibagi menjadi beberapa bagian yaitu ketrampilan menggunakan berbagai alat

pertanian meliputi: alat penggarapan tanah, alat pemberantas hama dan penyakit,

peralatan panen, peralatan pengolahan dan pengawetan hasil pertanian (Atmadja,

1981:27).

Ketrampilan lainnya yaitu ketrampilan melaksanakan panca usahatani

(37)

menggunakan bibit, membuat kompos dan menggunakan pupuk, melakukan

pencegahan dan pemberantasan hama serta penyakit, menggarap/mengolah tanah,

ketrampilan melaksanakan kegiatan usahatani meliputi: melaksanakan kegiatan

usaha tani di sawah, melaksanakan kegiatan usahatani di tanah darat, dan

melaksanakan kegiatan usahatani di pekarangan, ketrampilan melaksanakan

pemungutan (panen) dan pengelolaan hasil pertanian serta ketrampilan

mengolah/mengawetkan hasil pertanian (Atmadja, 1981:27).

Ketrampilan pertanian dapat diukur dengan menggunakan tes kegiatan, tes

ini merupakan alat ukur yang paling baik untuk mengukur ketrampilan petani

dimana petani melakukan/mempraktekkan secara langsung ketrampilan yang

mereka didapat, kemudian dinilai berdasarkan indikator ketrampilan yaitu:

kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan, dan kecermatan. Cara

menganalisis hasil pengukurannya yaitu dengan cara mengolah hasil praktek

petani, semakin kuat, semakin cepat, semakin tepat, semakin seimbang, dan

semakin cermat maka petani tersebut memiliki ketrampilan yang tinggi (Azhar,

2013:5). Cara lain untuk mengukur ketrampilan petani yaitu dengan cara

menggunakan instrumen berupa matriks yang menyatakan perincian aspek yang

akan diukur, dan di beri skor untuk dapat dianalisis hasilnya (Arikunto,

2007:182).

Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau

menambah nilai/guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung

pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

(38)

2001:30). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka produksi petani adalah

kemampuan petani dalam menghasilkan barang yang dalam hal ini adalah hasil

panen atau hasil usahataninya. Produksi petani dibagi menjadi dua yaitu produksi

dalam satu kali tanam, dan produksi dalam satu tahun. Produksi dalam satu kali

tanam adalah produksi hasil pertanian yang diperoleh pada satu kali tanam,

sedangkan produksi dalam satu tahun adalah produksi yang dihasilkan petani

selama beberapa kali panen namun dalam satu tahun (Gustiyana, 2004:110).

Pendapatan petani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan petani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan

pendapatan bersih. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh

petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil

penjualan hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan

berat pada saat pemungutan hasil, sedangkan pendapatan bersih yaitu seluruh

pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya

produksi selama proses produksi (Gustiyana, 2004:116).

Pendapatan kotor petani diperoleh dari mengalikan antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual atau menggunakan rumus TR = Y. Py dimana, TR

merupakan total penerimaan, Y merupakan produksi yang diperoleh, dan Py

merupakan nilai harga. Pendapatan bersih diperoleh petani dari selisih antara

pendapatan kotor dengan biaya produksi atau menggunakan rumus Pd = TR – TC

dimana, Pd merupakan pendapatan bersih, TR merupakan pendapatan kotor, dan

(39)

2.6. Aspek-Aspek Yang Dibutuhkan Petani Dalam Usaha Tani

Usaha tani merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan petani mulai dari

menentukan komoditas pertanian, menyiapkan biaya produksi, menentukan waktu

tanam, sampai dengan melakukan pengelolaan hasil pertanian (Pusat Penyuluhan

Pertanian, 2012:2). Kegiatan usaha tani memerlukan beberapa aspek yang harus

dialkukan oleh petani sebagai pelaku usaha tani. Aspek-aspek tersebut meliputi

penentuan varietas tanaman padi, waktu tanam pada setiap musim, menentukan

pola tanam, penggunaan bibit, pupuk dan alat serta sarana pertanian yang akan

digunakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015:6).

Aspek-aspek dalam melakukan usaha tani sangat penting diketahui oleh

petani sebagai pelaku usaha tani. Kesiapan petani untuk melakukan usaha tani

dapat terlihat dari persiapan mengenai aspek-aspek tersebut, seperti penentuan

varietas tanaman padi. Tanaman padi sendiri memiliki banyak varietas yang

membuat petani harus mampu menentukan varietas apa yang harus digunakan,

varietas tanaman padi memiliki banyak jenis dan tiap jenis memiliki keunggulan

yang berbeda-beda. Aspek selanjutnya yaitu penentuan waktu tanam, penentuan

waktu tanam ini berkaitan dengan iklim daerah setempat sehingga dibutuhkan

kemampuan petani untuk dapat menentukan waktu tanam (Krisna, 2015:6).

Menentukan pola tanam juga merupakan hal penting yang perlu diketahui

petani, kareana pola tanam merupakan suatu sistem tanam pada sebidang lahan

dalam satu musim tanam termasuk di dalamnya masa pengolahan lahan tanah.

Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara

(40)

Kemampuan petani dalam menentukan awal waktu tanam dipengaruhi

oleh faktor iklim yang mana pada saat ini kondisi iklim berubah-ubah, sehingga

berdampak pada perubahan penentuan awal waktu tanam pada setiap musim.

Dahulu petani dapat menentukan awal musim tanam dengan cara melihat

tanda-tanda alam untuk menentukan masuk musim kemarau dan mulai masuk musim

penghujan, namun perubahan iklim sekarang ini menjadi penghalang petani untuk

dapat menentukan awal waktu tanam. Akibat perubahan iklim hampir setiap tahun

petani berhadapan dengan pergeseran musim terkait dengan pola curah hujan,

kondisi tersebut memicu ancaman banjir, kekeringan dan serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT) yang berakibat pada penurunan produksi tanaman,

bahkan gagal panen (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015:6).

Menyikapi dampak perubahan iklim tersebut maka diperlukan suatu

panduan yang dapat membantu petani dalam mempersiapkan aspek-aspek yang

dibutuhkan dalam melakukan usaha tani. Panduan tersebut yaitu kalender tanam

terpadu bagi petani. Kalender tanam terpadu ini bermanfaat untuk menentukan

waktu tanam setiap musim (MH dan MK) dimana MH adalah musim hujan yang

terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret dan MK adalah musim kemarau

yang terjadi antara bulan April sampai bulan September, menentukan pola tanam,

rekomendasi benih, varietas, pupuk dan alat serta sarana pertanian, menduga

potensi banjir dan kekeringan, potensi luas lahan tanam dan potensi organisme

pengganggu tanaman (OPT). Keberadaan kalender tanam ini digunakan agar

dapat membantu petani dalam melaksanakan kegiatan usaha tani (Badan

(41)

2.7. Peranan Kelas Belajar

Kelas belajar pada kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggota kelompok tani guna meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta

tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga

produktivitasnya meningkat dan pendapatannya bertambah serta memiliki

kehidupan yang lebih sejahtera (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:5). Kelas belajar

memiliki peranan sebagai wadah belajar mengajar bagi anggota kelompok tani.

Peranan-peranan tersebut yaitu: kelas belajar dapat menambah pengetahuan

petani, kelas belajar dapat menambah ketrampilan petani, kelas belajar dapat

meningkatkan hasil produksi petani, kelas belajar dapat meningkatkan pendapatan

petani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2).

Kelas belajar dapat menambah pengetahuan petani di bidang pertanian.

Pengetahuan yang dimaksud yaitu pengetahuan teknik produksi pertanian,

pengetahuan peralatan pertanian, pengetahuan teknologi hasil pertanian, dan

pengetahuan pemasaran hasil pertanian. Kelas belajar dapat menambah

ketrampilan petani dibidang pertanian. Ketrampilan yang dimaksud adalah

ketrampilan menggunakan alat pertanian, ketrampilan melakukan panca usahatani,

ketrampilan melaksanakan kegiatan usahatani, ketrampilan pemungutan (panen)

dan pengelolaan hasil pertanian serta ketrampilan mengolah/mengawetkan hasil

pertanian (Atmadja, 1981:27).

Kelas belajar dapat meningkatkan hasil produksi petani. Peran kelas

belajar ini akan dirasakan anggota kelompok tani setelah petani memiliki

(42)

dari kelas belajar, sehingga petani tersebut mampu melaksanakan kegiatan

usahataninya menjadi lebih baik dan akan menghasilkan produksi yang lebih

banyak pula. Produksi petani yang dimaksud yaitu produksi padi yang dihasilkan

petani dalam satu kali tanam dan produksi petani dalam satu tahun (Gustiyana,

2004:110).

Kelas belajar dapat meningkatkan pendapatan petani. Setelah petani

memiliki kemampuan dan ketrampilan yang lebih dalam bidang pertanian, dan

hasil produksinya bertambah maka hal tersebut juga akan terjadi pada pendapatan

petani. Hasil produksi petani yang bertambah akan mempengaruhi pendapatan

petani, dimana hasil produksi petani tersebut apabila dijual akan menjadi

penerimaan petani yang dalam hal ini disebut sebagai pendapatan petani

(Surtiyah, 2009:61).

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pertanian telah banyak dilakukan dan diteliti oleh pakar, tenaga pendidik, maupun mahasiswa di bidang pertanian, pendidikan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian dari Anantanyu (2008:34-48) yang berjudul “Tipe Petani Dan Strategi

Pengembangan Kelembagaan Kelompok Petani”, yang bertujuan untuk mengetahui

pola-pola kelembagan kelompok petani yang ada dan mengetahui strategi

(43)

tanam legowo 2;1 dan mengetahui adanya hubungan antara peranan penyuluhan

pertanian ter-hadap peningkatan pendapatan petani.

Penelitian Romadoan, dkk. (2013:199-210) yang berjudul “Peran PKSM Dalam Meningkatkan Fungsi Kelompok Tani Dan Partisipasi Masyarakat Di

Kabupaten Bima, NTB”, yang bertujuan untuk mengetahui peran PKSM dalam meningkatkan fungsi kelompok tani dan partisipasi masyarakat, penelitian Erwinata, dkk. (2013:245-252) yang berjudul “Upaya Peningkatan Pendapatan Petani

Dengan Menerapkan Program SRI”, yang bertujuan untuk menganalisis sejauh mana program usahatani padi SRI dapat meningkatkan pendapatan petani padi, dan penelitian dari Nugroho (2014:506-518) yang berjudul “Peran kelompok Tani Sido Makmur Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani Sido Makmur

Desa Ngaringan Kabupaten Grobogan”, yang bertujuan untuk engetahui peran kelompok tani Sido Makmur terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di

Dusun Pangkalan. Penelitian-penelitian ini akan dijelaskan pada Tabel 2.1.

Terdapat perbedaan antara kelima penelitian yang terdapat pada Tabel 2.1

dengan penelitian ini. Penelitian ini lebih difokuskan pada peranan kelas belajar

yang ada pada kelompok tani dalam meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi

petani, sedangkan yang ada pada tabel fokus penelitiannya adalah pada kelompok

tani dan penyuluhan pertanian. Kelas belajar berbeda dengan penyuluhan

pertanian, kelas belajar lebih umum dan lebih luas dari pada penyuluhan pertanian

(44)

31 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Penulis dan Tahun

Judul Tujuan Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Sapja dengan teknik stratified random sampling. tipe yaitu (1) petani

dengan kelembagaan tinggi dan partisipasi anggota tinggi, (2) petani dengan kelembagaan tinggi dan kapasitas petani tinggi, (3) petani dengan partisipasi tinggi dan kapasitas petani tinggi.

2 Saadah,

(45)

32 sistem tanam jajar legowo 2:1. peran penting dan strategis dalam mendukung dengan teknik Cluster Sampling. Teknik

(46)

33

kelompok tani, hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya pendapatan petani, struktur

pengeluaran, ketahanan pangan dan daya beli petani.

Sumber: (Anantanyu, 2008:34-48), (Saadah, 2011:91-94), (Romadoan, 2013:199-210), (Erwinata, 2013:245-252), (Nugroho, 2014:506-518).

(47)

2.9. Kerangka Berpikir

Peranan kelas belajar terhadap kondisi sosial ekonomi kelompok tani di

Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen merupakan obyek yang akan diteliti.

Upaya untuk mempermudah jalannya penelitian yaitu perlu disusun kerangka

berfikir yang berupa konsep-konsep relevan dan terintegrasi dalam satu sistem

penjelasan untuk pedoman penelitian. Secara skematis kerangka berfikir dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Skema Kerangka Berpikir

Keterangan : = Menyatakan Hubungan

= Menyatakan Pengaruh

Kelas Belajar Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL)

Kosmopolitan

Kelompok Tani

Kegiatan Kelompok

Kondisi sosial ekonomi :

1. Pegetahuan 2. Ketrampilan 3. Produksi 4. Pendapatan

(48)

Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terikat secara non formal

dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama

dibawah bimbingan Penyuluh Pertanian. Kelompok tani mempunyai 3 peranan

yaitu: sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama, dan sebagai unit produksi.

Melalui peranan kelompok tani diharapkan adanya peningkatan status sosial

ekonomi petani dari anggotanya.

Kegiatan kelompok tani di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi

dan faktor sosial. Faktor ekonomi berupa pendapatan petani dan produktivitas

petani, sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah pengetahuan dan

ketrampilan petani. Upaya peningkatan pengetahuan, pendapatan, produktivitas

dan ketrampilan petani ini harus memanfaatkan kelompok tani sebagai sarana

belajar untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengetahuan dan teknologi

baru dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Penyuluh pertanian adalah pegawai departemen pertanian yang bertugas

sebagai penyebar informasi bagi petani, terutama untuk mengajarkan ketrampilan

kepada petani memberi saran dan rekomendasi melalui kelas belajar. Kelas belajar

dilaksanakan berdasarkan kepentingan petani. Penyampaian program dalam kelas

belajar pastilah berpengaruh terhadap sikap anggota kelompok tani. Salah satu

unsur yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan kelas belajar adalah

tingkat kosmopolitan atau sikap keterbukaan petani terhadap pengaruh dari luar

(49)

2.10. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut.

Ha : Kelas Belajar Pada kelompok Tani Berperan Terhadap Kondisi Sosial

Dan Ekonomi Petani Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun

2015.

H0 : Kelas Belajar Pada Kelompok Tani Tidak Berperan Terhadap Kondisi

Sosial Dan Ekonomi Kelompok Tani Di Kecamatan Puring Kabupaten

(50)

37

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, karena data yang dikumpulkan berupa data angka-angka

dan dianalisis menggunakan rumus statistik.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Krandegan pada Kelompok Tani Sido

Dadi dan Kelompok Tani Sido Subur serta Desa Tambak Mulyo pada Kelompok

Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani Margo Mulyo yang ada di Kecamatan

Puring, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah pada bulan April 2015

sampai dengan bulan Mei 2015.

3.3. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan Desa Krandegan merupakan

satu-satunya Desa Mandiri Pangan di Kecamatan Puring, artinya sejumlah 22 desa di

Kecamatan Puring merupakan Desa Tidak Mandiri Pangan. Desa Tambak Mulyo

merupakan salah satu dari 22 Desa Tidak Mandiri Pangan yang ada di Kecamatan

Puring. Alasan dipilihnya Desa Tambak Mulyo ini selain karena termasuk salah

satu Desa Tidak Mandiri Pangan yaitu juga dikarenakan perbedaan morfologi atau

bentuk lahan dimana Desa Tambak Mulyo merupakan daerah pantai sedangkan

kebanyakan desa lain merupakan dataran rendah termasuk juga Desa Krandegan

(51)

Alasan pemilihan Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido

Subur di Desa Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani

Margo Mulyo di Desa Tambak Mulyo karena berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti, kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang

memiliki keinginan belajar atau memiliki keinginan untuk melaksanakan kegiatan

kelas belajar secara rutin dan terencana, meskipun dengan kondisi petugas

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang sangat sibuk karena mendapat tugas

untuk menyuluh lebih dari 5 desa di Kecamatan Puring.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang terdaftar menjadi

anggota Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido Subur di Desa

Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani Margo Mulyo

di Desa Tambak Mulyo beserta dengan petugas Penyuluh Pertanian Lapangannya.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk menentukan responden dari

petani yaitu menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling yang diambil sebesar 5% dari total populasi.

Alasan sampel yang diambil hanya 5% dari total populasi yaitu disebabkan

karena banyak anggota yang hanya tercantum namanya sebagai anggota namun

tidak aktif di kegiatan kelompok tani, sedangkan untuk menentukan responden

(52)

Berikut adalah proporsi dan sebaran sampel pada masing-masing

kelompok tani.

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian

No Kelompok Tani Desa Anggota PPL Jumlah Sampel

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu Pelaksanaan kelas belajar dan

kondisi sosial dan ekonomi petani. Variabel-variabel tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut.

3.5.1 Pelaksanaan Kelas Belajar

Variabel ini merupakan variabel yang tentang bagaimana pelaksanaan

kelas belajar yang ada pada masing-masing kelompok tani. Variabel ini memiliki

sub-variabel sebagai berikut.

3.5.1.1 Perencanaan Kelas Belajar

Perencanaan kelas belajar dibuat atas kesepakatan bersama anggota dan

pengurus kelompok tani. Kelas belajar diharapkan dapat terlaksana dengan baik

apabila semua hal berkaitan dengan pelaksanaan kelas belajar sudah

direncanakan. Ada tiga hal yang perlu direncanakan yaitu sebagai berikut.

3.5.1.1.1 Materi Belajar

Materi yang direncanakan harus disusun berdasarkan kebutuhan petani

(53)

yang baik yaitu disusun atas dasar kebutuhan petani kemudian dikonsultasikan

dengan fasilitator, perencanaan materi cukup baik apabila petani tidak menyusun

materi melainkan fasilitator yang merencanakan, perencanaan materi tidak baik

apabila petani dan fasilitator tidak melakukan perencanaan.

3.5.1.1.2 Tempat Pelaksanaan

Tempat yang dimaksud dalam variabel ini adalah tempat atau lokasi yang

digunakan oleh anggota kelompok tani dan fasilitator untuk dilaksanakan kegiatan

kelas belajar. Indikator perencanaan tempat yang baik yaitu direncanakan dan

disesuaikan dengan materi yang sudah disusun, perencanaan tempat yang cukup

baik yaitu tempat direncanakan namun tidak disesuaikan dengan materi yang

sudah disusun, perencanaan tempat yang tidak baik yaitu tempat tidak

direncanakan.

3.5.1.1.3 Frekuensi Pelaksanaan

Frekuensi atau intensitas merupakan perencanaan waktu pelaksanaan kelas

belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan petani. Indikator

perencanaan frekuensi yang baik yaitu kelas belajar dilaksanakan dua kali dalam

satu bulan/selapan, perencanaan yang cukup baik yaitu kelas belajar dilaksanakan

satu kali dalam satu bulan/selapan, perencanaan yang tidak baik yaitu kelas

belajar dilaksanakan satu kali lebih dari satu bulan/selapan.

3.5.1.2 Pelaksanaan Kelas Belajar

Pelaksanaan kelas belajar dilakukan berdasarkan rencana belajar yang

telah disusun dan telah disepakati. Ada beberapa hal yang harus ada pada saat

(54)

3.5.1.2.1 Peserta Kelas Belajar

Peserta yang dimaksud dalam variabel ini adalah anggota kelompok tani

yang menghadiri kegiatan kelas belajar, dan telah melakukan presensi. Indikator

dalam jumlah peserta yaitu tinggi apabila kelas belajar dihadiri lebih dari 75%

dari total anggota, sedang apabila kelas belajar dihadiri antara 50% sampai dengan

75% dari total anggota, rendah apabila kelas belajar dihadiri kurang dari 50% dari

total anggota.

3.5.1.2.2 Fasilitator Kelas Belajar

Fasilitator dalam kelas belajar adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

yang hadir pada saat kelas belajar. Indikator fasilitator yang baik yaitu hadir dan

menyampaikan materi sesuai dengan perencanaan materi belajar yang sudah

disusun, fasilitator yang cukup baik yaitu hadir namun tidak menyampaikan

materi sesuai dengan yang sudah direncanakan, fasilitator yang tidak baik yaitu

tidak hadir pada saat kelas belajar.

3.5.1.2.3 Materi Kelas belajar

Gambar

Diproyeksikan Gambar 
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Skema Kerangka BerpikirGambar 2.2
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

a) Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, meliputi: verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan

Sulaiman, salain dari latar belakang pendidikannya dan kemauan yang keras dalam mempelajari agama Islam baik itu di Palembang maupun di Makkah Al-Mukarromah Arab Saudi,

Pada SMKN 4 Banda Aceh, Metode yang ditentukan dalam proses pembelajaran adalah metode koperatif dengan model Jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah.. Evaluasi

Data nilai ujian nasional mata pelajaran matematika dan hasil tes mata kuliah kalkulus 1 yang terkumpul sebanyak 20 mahasiswa.. Ringakasan data disajikan dalam

This formation is well developed in the mountains of western and central Kendeng, began Purwodadi to Pandan Mount, even to the east is still exposed (to the north Kertosono),

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

U ovom radu je prikazana analiza položaja žena na tržištu rada. Žene su važan element i pokretač gospodarstva jer upravo one na svijet donose novi život koji s vremenom ulazi na

Pada penyandang tunarungu bukan bawaan lebih mengalami kesulitan dalam membentuk konsep diri karena ketika konsep diri mulai terbentuk pada saat individu masih normal,