PURING KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Danang Sarjono
3201411075
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 3 September 2015
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dr. Eva Banowati, M.Si. NIP. 196109291989012003
Dosen Pembimbing II
iii
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 29 September 2015
NIP: 19471103 1975011 001
Penguji I Penguji Utama
Drs. Moch Arifien, M.Si NIP.19550826 198303 1 003
Penguji II
Dr. Puji Hardati, M.Si NIP.19582004 198603 2 001
Penguji III
iv
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 10 - 9 - 2015
v
1. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita terjatuh.
2. Orang yang bahagia bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidupnya dan kemudian mengucap syukur (Warren Buffet).
PERSEMBAHAN:
1. Bapakku Muslimin dan Ibuku Sarobah yang tercinta, yang selalu
memberikan doa, dukungan dan segalanya.
2. Adikku tercinta Danil Edi Susilo dan seluruh saudara-saudaraku.
3. Para sahabat yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan seluruh
teman-temanku yang ada di Pendidikan Geografi 2011.
4. Teman-teman HIMA Geografi periode 2013/2014.
5. Teman-teman seperjuanganku, Angkatan 2011 Jurusan Geografi.
vi
sehingga skripsi dengan judul “Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun
2015”dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di
UNNES.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, yang telah
memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES, yang
telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Eva Banowati, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi.
5. Dr. Puji Hardati, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi.
6. Drs. Moch Arifien, M.Si., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan
masukan kritik dan saran selama proses sidang dan revisi skripsi.
7. Santoso S.E., sebagai Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Puring
vii penelitian.
9. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido
Subur Desa Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok
Tani Margo Mulyo Desa Tambak Mulyo Kecamatan Puring yang telah
membantu dalam penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara
langsung maupun tidak langsung menbantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
mengingat segala keterbatasan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kebaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua yang memerlukan.
Semarang, 10 - 9 - 2015
viii
Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Eva Banowati, M.Si., Pembimbing II: Dr. Puji Hardati, M.Si. 155 halaman.
Kata kunci: Peranan kelas belajar, kondisi sosial dan ekonomi petani
Kelas belajar yang ada pada kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan baru di bidang pertanian. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring, (2) Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, (3) Mengetahui peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi sosial dan ekonomi di Kecamatan Puring.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Lokasi penelitian di Desa Krandegan pada Kelompok Tani Sido Dadi dan Sido Subur serta Desa Tambak Mulyo pada Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Margo Mulyo, dengan populasi yaitu anggota kelompok tani dan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sampel penelitian 50 petani yang diambil menggunakan teknik simple random sampling, dan 1 PPL yang diambil menggunakan teknik total sampling.
Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis Deskriptif Persentase (DP) untuk mengetahui pelaksanaan kelas belajar, kondisi sosial ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar dan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui peranan kelas belajar terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring sudah dilaksanakan dengan baik pada setiap tahapan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, (2) Kondisi sosial petani yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan petani di bidang pertanian meningkat setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, kondisi ekonomi petani yang meliputi produksi dan pendapatan petani sangat meningkat setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, (3) Kelas belajar pada kelompok tani berperan meningkatkan kondisi sosial petani yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan petani di bidang pertanian serta meningkatkan kondisi ekonomi petani yang meliputi produksi dan pendapatan petani.
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi ... 9
2.2 Kajian Geografi Pertanian ... 11
2.3 Kelompok Tani ... 14
2.4 Kelas Belajar ... 17
2.5 Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 21
2.6 Aspek-Aspek yang Dibutuhkan Petani dalam Usaha Tani ... 26
2.7 Peranan Kelas Belajar ... 28
2.8 Penelitian Terdahulu ... 29
2.9 Kerangka Berpikir ... 34
2.10 Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 37
3.2. Lokasi Penelitian ... 37
3.3. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian ... 37
3.4. Populasi dan Sampel ... 38
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39
3.5.1 Pelaksanaan Kelas Belajar ... 39
3.5.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 43
3.6. Metode Pengumpulan Data ... 44
3.7. Uji Instrumen Penelitian... 45
x
4.1.3. Gambaran Umum Kelompok Tani Ngudi Mulyo …… 55
4.1.4. Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Mulyo ... 57
4.1.5. Kondisi Geografis ... 59
4.2 Hasil Penelitian ... 65
4.2.1 Pelaksanaan Kelas Belajar ... 65
4.2.2 Kondisi Sosial Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 68
4.2.3 Kondisi Ekonomi Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 72
4.2.4 Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 73
4.3 Pembahasan ... 76
4.3.1 Pelaksanaan Kelas Belajar ... 76
4.3.2 Kondisi Sosial Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 81
4.3.3 Kondisi Ekonomi Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar ... 89
4.3.3 Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani ... 96
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 100
5.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSAKA ... 101
xi
2.1 Penelitian terdahulu ... 31
3.1 Jumlah sampel penelitian ... 39
3.2 Kriteria peranan kelas belajar... 49
3.4 Kriteria peningkatan kondisi sosial dan ekonomi petani ... 49
4.1 Pelaksanaan kelas belajar ... 65
4.2 Kondisi sosial petani setelah mengikuti kelas belajar ... 68
4.3 Kondisi ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar ... 72
xii
2.1 Ragam alat bantu peraga penyuluhan ... 20
2.2 Skema kerangka berfikir ... 34
4.1 Lokasi penelitian ... 60
4.2 Penggunaan lahan Desa Krandegan ... 62
4.3 Penggunaan lahan Desa Tambak Mulyo ... 64
4.4 Pelaksanaan kelas belajar ... 67
4.5 Penggunaan traktor... 69
4.6 Penerapan sistem tanam jejar legowo ... 70
xiii
1. Instrumen penelitian ... 104
2. Basis data kondisi sosial dan ekonomi petani ... 124
3. Inventaris kelompok tani ... 130
4. Responden penelitian ... 132
5. Validitas dan reliabilitas instrumen ... 134
6. Hasil penelitian pelaksanaan kelas belajar ... 138
7. Hasil penelitian kondisi sosial petani ... 140
8. Hasil penelitian kondisi ekonomi petani ... 143
9. Analisis regresi linier sederhana ... 146
10. Surat ijin mencari data Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah ... 151
11. Surat ijin penelitian Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen ... 152
12. Surat ijin penelitian Desa Krandegan Kecamatan Puring ... 153
13. Surat ijin penelitian Desa Tambak Mulyo Kecamatan Puring ... 154
1
1.1. Latar Belakang
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam
konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya 1988 dalam Wardiyatmoko, 2013:7).
Geografi dibedakan menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia.
Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari segala fenomena alam
yang ada di bumi, seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer, pedosfer dan biosfer.
Geografi manusia yaitu cabang geografi yang fokus pada studi pola dan proses
pembentukan manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Cabang ilmu ini
mencakup geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi sosial, geografi
permukiman dan geografi sosial (Wardiyatmoko, 2013:8).
Geografi ekonomi merupakan salah satu cabang geografi manusia yang
bidang kajiannya merupakan struktur aktivitas keruangan ekonomi, sehingga titik
berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang
didalamnya terdapat bidang pertanian, industri, transportasi dan sebagainya.
Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri dan geografi
transportasi. Geografi pertanian yang merupakan salah satu cabang dari geografi
ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji kegiatan pertanian di bumi sebagai
Kegiatan pertanian dalam kajian geografi pertanian meliputi penggunaan
lahan pertanian, sistem pertanian, produksi pertanian, penggunaan teknologi
pertanian dan komoditas pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang
menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu komoditi
tanaman padi (Rukka dkk, 2008:78). Padi yang diolah menjadi beras merupakan
salah satu bahan makanan pokok bagi penduduk indonesia. Hasil SUSENAS-BPS
tahun 2002 sampai dengan 2013 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi beras per
kapita yaitu sebesar 1,98 kg/kapita/minggu atau setara dengan 103,18
kg/kapita/tahun (Pusdatin Pertanian, 2014:10). Melihat pentingnya komoditas
padi di Indonesia, maka pengembangan komoditas padi tetap menjadi prioritas
utama dalam pembangunan tanaman pangan pada sektor pertanian (Pradiana dkk,
2007:172).
Hal ini menjadikan petani dituntut kemampuannya dalam memanfaatkan
berbagai potensi yang dimilikinya agar dapat memproduksi padi lebih banyak
supaya mampu mencukupi kebutuhan konsumsi padi di Indonesia. Upaya untuk
menumbuhkan kemampuan petani selama ini dilakukan melalui lembaga atau
kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat, dalam hal ini yaitu
kelompok tani. Kelompok tani yang merupakan kelembagan sosial berfungsi
sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengetahuan, ketrampilan serta
kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya. Keberadaan kelompok tani
merupakan salah satu potensi yang mempunyai peranan penting dalam
membentuk wawasan, pemikiran dan kemampuan petani untuk menjadikan sistem
Kelompok tani merupakan kelembagaan sosial yang paling penting dan
diperlukan di setiap kegiatan usaha tani padi. Kelompok tani mempunyai peran
yang sangat vital dalam penerapan atau adopsi teknologi (Nuryati, 2011:125).
Pentingnya kelompok tani tersebut didukung oleh banyaknya jumlah kelompok
tani di Indonesia yaitu 318.453 (BPPSDM Pertanian, 2013:81). Provinsi Jawa
Tengah menduduki peringkat pertama dalam kepemilikan kelompok tani di
Indonesia yaitu 36.116. Jumlah ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah
telah siap menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi, karena dengan
adanya kelompok tani, petani dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
mereka melalui kelas belajar yang ada pada kelompok tani (BPPSDM Pertanian,
2013: 81).
Kelas belajar dapat menciptakan petani yang mampu menghadapi
tantangan dan mengambil peluang untuk dapat berkembang di bidang pertanian
yang dijalaninya. Petani yang mampu memanfaatkan peluang tersebut tentunya
akan menikmati hasil kerja kerasnya dan dapat memperbaiki bahkan
meningkatkan kondisi sosial ekonominya. Kecamatan Puring berposisi di bagian
selatan Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini memiliki
jumlah kelompok tani sebanyak 118. Jumlah ini menjadikan kecamatan ini
sebagai kecamatan yang memiliki kelompok tani terbanyak dari total 1.923
kelompok tani yang tersebar di 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen
(Setbakorluh Jawa Tengah, 2015:94).
Kecamatan Puring memiliki 23 desa yang setiap desanya memiliki
pentingnya membentuk kelompok untuk mencapai satu tujuan bersama telah
terbangun. Tercatat sebanyak 15.174 orang sebagai anggota kelompok tani di
kecamatan ini dari total penduduk sebanyak 52.262 orang (BPS Kabupaten
Kebumen, 2014:89). Produksi padi kecamatan ini bisa dikatakan tinggi yaitu lebih
dari 25.000 ton setiap tahun, sedangkan pada tahun 2013 mencapai angka 26.076
ton (BPS Kabupaten Kebumen, 2014:173).
Pencapaian ini menjadikan Kecamatan Puring sebagai salah satu Lumbung
Padi di Kabupaten Kebumen, karena memiliki produksi padi lebih dari 25.000 ton
setiap tahunnya. Produksi padi yang tinggi ini tidak terlepas dari kerja keras para
petani yang terus mengembangkan dan meningkatkan usahataninya melalui
pengelolaan lahan pertanian yang tepat guna, penerapan teknologi pada bidang
pertanian serta ketrampilan-ketrampilan lain di bidang pertanian yang diperoleh
dari kelas belajar pada kelompok tani yang sesuai dengan kajian geografi
pertanian. Kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring yang
mempelajari mengenai konsep dan lingkungan geografi pertanian, klasifikasi
sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan karakteristik sistem pertanian
sudah dilaksanakan pada setiap desa, walaupun frekuensi kelas belajar di setiap
desa berbeda-beda.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Peranan Kelas Belajar Pada Kelompok Tani Terhadap
Kondisi Sosial Dan Ekonomi Petani Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan
pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring?
1.2.2 Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas
belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring?
1.2.3 Bagaimana peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi
sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan
pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring.
1.3.2 Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas
belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring.
1.3.3 Mengetahui peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi
sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, adapun
1.4.1 Bagi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP), sebagai bahan masukan dalam
membuat program penyuluhan pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip
geografi pertanian untuk meningkatkan status sosial ekonomi petani.
1.4.2 Bagi masyarakat dan mahasiswa, sebagai tambahan informasi dan referensi
untuk penelitian lebih lanjut tentang peranan kelas belajar pada kelompok
tani.
1.5. Penegasan Istilah
Istilah-istilah yang ditegaskan dari judul penelitian ini yaitu meliputi
istilah peranan, kelas belajar, kelompok tani dan sosial ekonomi. Istilah-istilah
tersebut akan ditegaskan sebagai berikut.
1.5.1 Peranan
Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu
atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Perangkat
harapan-harapan yang dimaksud yaitu seperangkat keinginan berupa peningkatan
kesejahteraan yang dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan,
produksi petani dan pendapatan petani sebagai pemegang peran dalam kehidupan
bermasyarakat.
1.5.2 Kelas Belajar
Kelas belajar merupakan sistem pendidikan di luar sekolah yang bersifat
non formal untuk anggota masyarakat khususnya petani. Kelas belajar dilakukan
melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan, yang disampaikan dengan
dua unsur didalam kelas belajar yaitu petani sebagai pihak yang belajar dan
penyuluh pertanian sebagai pengajar. Kelas belajar pada kelompok tani ini yang
merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota kelompok tani. Jadi, kelas
belajar inilah yang menjadi sarana bagi petani untuk mencari informasi,
menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pertanian, dan yang paling
utama yaitu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani.
1.5.3 Kelompok Tani
Kelompok tani yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lembaga sosial
yang terdiri atas kumpulan petani yang terikat secara non formal dan terbentuk
atas dasar kesamaan kepentingan. Kelompok ini menghendaki terwujudnya
pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera
dalam perkembangan hidupnya. Kelompok tani yang merupakan kelembagan
sosial berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengetahuan,
ketrampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya. Kelompok
tani mempunyai peranan penting dalam membentuk wawasan, pemikiran dan
kemampuan petani untuk menjadikan sistem pertanian yang maju.
1.5.4 Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan
serta pendapatan (Astrawan, 2014:3). Sosial ekonomi yang dimaksud oleh peneliti
adalah kondisi atau keadaan dari seorang petani yang berkaitan dengan
Istilah-istilah yang dimaksud dalam judul penelitian ini disimpulkan
menjadi peranan diartikan sebagai perangkat harapan yang dikenakan pada petani
untuk melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan yang diharapkan, kelas
belajar diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk anggota kelompok
tani yang di laksanakan dengan kegiatan pelatihan dan penyuluhan, kelompok tani
diartikan sebagai lembaga sosial atau kumpulan petani yang terikat secara non
formal dan terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan, sosial ekonomi yang
diartikan sebagai kondisi seorang petani yang berkaitan dengan pengetahuan,
9
Kajian pustaka yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pengertian dan
ruang lingkup geografi, kajian geografi pertanian, kelompok tani, kelas belajar,
kondisi sosial dan ekonomi petani, aspek-aspek yang dibutuhkan petani dalam
usaha tani serta peranan kelas belajar. Pustaka-pustaka tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi
Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti tulisan. Secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi, akan tetapi yang dipelajari dalam geografi tidak hanya berfokus pada
berbagai hal yang ada di permukaan bumi, tetapi juga benda-benda di ruang
angkasa. Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atau
mengkaji segala fenomena yang ada di permukaan bumi, seperti penduduk, fauna,
flora, batuan, air, dan interaksi antara fenomena-fenomena tersebut
(Wardiyatmoko, 2013:6).
Beberapa definisi geografi menurut para ahli geograf adalah sebagai
berikut geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that sterted with observations of specific processes wherever they might be located. Pernyataan ini berarti bahwa geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang
menjadi penelitian proses-proses spesifik pada tempat terjadinya (Preston E.
James dalam Wardiyatmoko,2013:6).
Tokoh lain menyatakan geography is concerned to provide accurate, orderly, and rational description and interpretation of the variable character of the Earth surface. Arti dari pernyataan ini adalah geografi berkepentingan menyajikan deskripsi yang akurat, teratur, dan rasional serta interpretasi berbagai
karakter permukaan bumi (Richard Hartshorne dalam Wardiyatmoko, 2013:6).
Salah satu tokoh geografi di Indonesia menyatakan bahwa geografi mempelajari
hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta
permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk
kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto dalam
Saleh, 2014:1)
Suatu definisi yang lain yaitu geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan
dan kelingkungan dalam konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya 1988 dalam
Saleh, 2014:2). Definisi tersebut telah disepakati oleh para ahli geografi di
Indonesia sebagai definisi geografi. Definisi ini mengisyaratkan bahwa geografi
memusatkan perhatiannya pada gejala atau fenomena di muka bumi baik pada
lithosfer, hidrosfer, atmosfer, maupun biosfer dalam sudut pandang kelingkungan
dan kewilayahan, tetapi senantiasa dalam keterkaitan keruangan (Wahana
Ruang lingkup studi geografi sangat luas karena mencakup segala sesuatu
yang ada di permukaan bumi, oleh karena itu tidak mungkin dapat dikuasai hanya
dalam satu bidang ilmu saja. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai bidang
disiplin ilmu yang merupakan cabang-cabang dari geografi. Secara garis besar
seluruh objek kajian geografi dapat dibedakan atas dua aspek utama yaitu aspek
fisik dan aspek sosial. Aspek fisik dalam hal ini meliputi aspek kimiawi, biologis,
astronomis dan sebagainya, sedangkan aspek sosial meliputi aspek antropologis,
politis, ekonomis dan sebagainya (Wardiyatmoko, 2013:7).
Geografi merupakan bidang ilmu yang memadukan berbagai disiplin ilmu
sehingga menjadi suatu kajian yang bersifat menyeluruh. Kajian geografi meliputi
dua cabang utama yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik
merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi
yang meliputi lapisan atmosfer, batuan atau lithosfer, tanah atau pedosfer, perairan
atau hidrosfer, flora dan fauna atau biosfer. Geografi manusia merupakan cabang
geografi yang bidang studinya aspek keruangan gejala di permukaan bumi dengan
mengembil manusia sebagai obyek pokoknya (Nursid, 1988:52).
2.2. Kajian Geografi Pertanian
Pengertian geografi pertanian menurut Singh dan Dhilon (1984) yaitu
deskripsi tentang seni mengolah tanah dalam skala luas dengan memperhatikan
kondisi lingkungan alam dan manusia. Ibery (1985) mengungkapkan bahwa
geografi pertanian merupakan usaha untuk menjelaskan mengenai variasi aktivitas
pertanian secara spasial pada suatu wilayah di permukaan bumi (Saleh, 2014:3).
fenomena geosfer di dalam ruang pada saat tertentu. Pola tersebut terbentuk
berdasarkan struktur spasial dan proses spasial, sedangkan ruang adalah luasan
atau daerah di permukaan bumi (April, 2010:36).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka geografi pertanian
merupakan ilmu yang mempelajari atau mengkaji kegiatan pertanian di berbagai
belahan bumi sebagai hasil dari interaksi antara manusia dengan lingkungan
(Saleh, 2014:3). Geografi pertanian merupakan cabang dari geografi ekonomi
dimana bidang pertanian yang dikaji dalam geografi pertanian merupakan struktur
keruangan aktivitas ekonomi (Mucien, 2011:2). Geografi ekonomi sendiri
merupakan cabang ilmu dari geografi manusia dimana kajian geografi ekonomi
berupa aktivitas ekonomi manusia yang dalam hal ini berhubungan dengan
eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi,
kemudian usaha transportasi, distribusi dan konsumsi (Wahana Komunitas
Geografi, 2011:1).
Geografi pertanian tidak hanya melakukan kegiatan atau aktivitas ekonomi
saja, namun terdapat juga aktivitas sosial didalamnya. Aktivitas sosial yang ada
dalam geografi pertanian yaitu interaksi antara manusia dengan manusia, seperti
keberadaan lembaga sosial kelompok tani yang merupakan suatu kumpulan
masyarakat yang membentuk kelompok atas dasar tradisi dan kepentingan yang
sama. Jadi geografi pertanian merupakan gabungan dari kegiatan ekonomi, sosial
Kajian geografi pertanian juga dapat dilihat dari sudut pandang pendekatan
ekologis atau kelingkungan yang menekankan antara manusia sebagai makhluk
berbudaya beserta aktivitasnya dengan lingkungan tempat keberadaannya yang
berupa interaksi aktivitas manusia dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan
karena manusia dianggap sebagai variabel bebas atau variabel yang dapat
mempengaruhi keberadaan lingkungan, sehingga apabila manusia tesebut berada
pada kawasan lahan pertanian maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap
keberadaan lahan pertanian tersebut (Nugroho, 2015:5).
Perkembangan kegiatan pertanian yang dilakukan dalam geografi
pertanian yaitu pertama lahan pertanian, geografi pertanian membahas bagaimana
lahan pertanian agar tetap produktif dan tersedia. Kedua yaitu produksi tanaman,
geografi pertanian mencakup dari mulai benih tanaman disebar sampai menjadi
hasil yang siap dijual. Ketiga yaitu konservasi sumber daya alam, dalam
penerapan geografi pertanian mencakup dalam menunjang proses konservasi
sumber daya alam, menjaga kelestarian sumber plasmanutfah yang penting dan
berguna bagi manusia.
Keempat yaitu penggunaan teknologi pertanian, dalam geografi pertanian
penggunaan teknologi pertanian sangatlah penting. Peningkatan jumlah produksi
dapat ditingkatkan dengan adanya kemajuan teknologi pertanian. Terakhir yaitu
dampak lingkungan, kerusakan lingkungan dapat disebabkan dari eksploitasi
berlebihan penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang. Geografi pertanian
membahas kerusakan lingkungan dengan menggunakan Analisis Mengenai
2.3. Kelompok Tani
Kelompok tani menurut Mardikanto (1993) dalam Sihombing (2010:15)
diartikan sebagai kumpulan orang-orang atau petani yang terdiri atas petani
dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara
non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar kesamaan kepentingan dan
kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang
kontak tani. Jadi kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di
pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani supaya
mencapai tujuan dan kepentingan bersama.
Kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu saling mengenal di antara sesama anggota, mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani, memiliki kesamaan dalam tradisi, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi (Permentan No.82, 2013:6). Unsur pengikat kelompok tani yaitu adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama di antara para anggotanya, adanya kader
tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan
kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya, adanya kegiatan yang
manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya, adanya dorongan
atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang
telah ditetapkan, adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama (Permentan No.82, 2013:6).
Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok-kelompok atau
kelompok arisan, kelompok remaja desa, kelompok adat dan lain-lain) dengan
jumlah anggota berkisar antara 20 sampai 25 orang atau disesuaikan dengan
kondisi lingkungan masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan
pertanian diarahkan untuk menumbuhkan poktan, yang terikat oleh kepentingan
dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan produktivitas serta
pendapatan dari usahataninya (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:6).
Kegiatan-kegiatan kelompok tani yang dikelola oleh kelompok tani
tergantung kepada kesepakatan anggota kelompok tani, dapat berdasarkan jenis
usaha pertanian, unsur-unsur subsistem agribisnis (pengadaan sarana produksi
pertanian, pemasaran hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian dan lain-lain).
Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan dalam penumbuhan kelompok tani yaitu
kesamaan kepentingan antar petani, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban,
saling mempercayai, dan keserasian hubungan antar petani (BPTP Kalimantan
Selatan, 2012:6).
Prinsip-prinsip penumbuhan kelompok tani didasarkan kepada kebebasan
yang artinya menghargai individu/petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan
kepentingannya. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan serta
memilih kelompok tani yang mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya.
Setiap individu dapat menjadi anggota satu atau lebih dari kelompok tani. Prinsip
selanjutnya yaitu keterbukaan yang artinya penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan secara terbuka antara pelaku utama dan pelaku usaha (BPTP
Proses penumbuhan atau pembentukan kelompok tani diawali dengan para
petani yang memiliki tujuan serta keinginan yang sama untuk dapat melakukan
usaha tani yang lebih baik kemudian para petani membentuk kelompok yang di
beri nama sesuai dengan kesepakatan bersama atau musyawarah mufakat,
kemudian dituangkan dalam surat pernyataan yang diketahui oleh petugas
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat. Pemilihan pengurus kelompok tani
dilakukan secara musyawarah dan mufakat oleh seluruh anggota. Perangkat
kepengurusan kelompok tani sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara, dan seksi-seksi sesuai kebutuhan, yang dituangkan dalam berita acara
yang disahkan oleh kepala desa atau lurah dan diketahui oleh petugas Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) (Permentan No.82, 2013:9).
Perkembangan kelompok tani menjadi kelembagaan petani yang kuat dan
mandiri memerlukan syarat sebagai berikut: melaksanakan pertemuan/rapat
anggota, rapat pengurus kelompok tani yang diselenggarakan berkala dan
berkesinambungan, menyusun rencana kerja kelompok dalam bentuk Rencana
Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok
(RDKK), memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama, memiliki
pengadministrasian organisasi yang rapih, memfasilitasi usaha tani secara
komersial, sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha tani
pada umumnya dan anggota kelompok tani khususnya, melakukan penilaian
klasifikasi kemampuan kelompok tani yang terdiri dari Kelas Pemula, Kelas
2.4. Kelas Belajar
Kelas belajar merupakan bagian dari penyuluhan pertanian yang
didalamnya terdapat dua jenis kegiatan yaitu pelatihan dan penyuluhan. Kelas
belajar dilakukan oleh penyuluh pertanian pada kelompok tani untuk mengubah
perilaku sasaran (petani) agar mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu
yang dikehendaki sehingga permasalahan tentang aspek fisik meliputi lahan,
iklim, air, dan udara serta aspek sosial meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan
ekonomi masyarakat yang dihadapi oleh petani dapat diatasi. Melalui kelas
belajar, setiap petani dididik agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi
walaupun harus melalui tahapan-tahapan tertentu (Setiana, 2005:32).
Kelas belajar pada kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggota kelompok tani. Kegiatan kelas belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu
penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi,
dan praktek/penerapan di lapangan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2).
Penyuluhan dalam kelas belajar diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan
informasi dan penjelasan yang diberikan oleh petugas Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) kepada peserta didik agar dapat merangsang terjadinya proses
perubahan perilaku peserta didik, sedangkan pelatihan dalam kelas belajar dapat
diartikan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan dan pengetahuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
ketrampilan. Penyuluhan pada kelas belajar dilaksanakan dengan menggunakan
metode ceramah dan diskusi, sedangkan pelatihan dilaksanakan menggunakan
Pelaksanaan kelas belajar dibagi menjadi tiga tahapan yaitu perencanaan
kelas belajar, pelaksanaan kelas belajar dan evaluasi pelaksanaan kelas belajar
(Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2). Tahap perencanaan kelas belajar meliputi
perencanaan materi kelas belajar. Materi kelas belajar harus disusun atas dasar
kebutuhan serta permasalahan yang dialami petani. Materi yang baik dalam kelas
belajar adalah yang sesuai dengan kajian geografi pertanian, tidak bertentangan
atau sesuai dengan adat atau kepercayaan yang berkembang di daerah setempat,
menarik karena dapat memperbaiki produksi pertanian, dapat meningkatkan
pendapatan, yang lebih penting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang
dihadapi oleh sasaran penyuluhan pertanian (Setiana, 2005:53).
Perencanaan yang kedua yaitu perencanaan tempat kelas belajar. Tempat
dilaksanakannya kelas belajar harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan
pada kelas belajar atau disesuaikan dengan jenis pelaksanaan kelas belajar yang
sudah direncanakan. Perencanaan yang ketiga yaitu perencanaan frekuensi
pelaksanaan kelas belajar. Kelas belajar yang baik adalah kelas belajar yang
dilaksanakan dua kali dalam satu bulan, apabila pelaksanaan tersebut sulit untuk
dilakukan maka bisa satu kali dalam satu bulan dan apabila pelaksanaan tersebut
masih sulit dilakukan maka sekurang-kurangnya kelas belajar bisa dilaksanakan
satu kali lebih dari satu bulan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:4).
Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan kelas belajar, pada tahap ini terdapat
beberapa komponen yang menyangkut kegiatan kelas belajar yaitu peserta,
fasilitator, materi, metode, media, pendekatan dan kendala pada saat pelaksanaan
pelaksanaan kelas belajar dan melakukan presensi. Peserta kelas belajar
dikategorikan tinggi apabila dihadiri lebih dari 75% dari total anggota kelompok
tani, kategori sedang apabila dihadiri sekitar 50% sampai dengan 75% dari total
anggota, kategori rendah apabila dihadiri kurang dari 50% dari total anggota
kelompok tani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:4).
Fasilitator kelas belajar adalah orang yang memfasilitasi pelaksanaan kelas
belajar yang dalam hal ini orang tersebut yaitu petugas Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL). Materi dalam kelas belajar adalah segala sesuatu yang
disampaikan dalam kegiatan pembelajaran, baik yang menyangkut ilmu atau
teknologi. Materi kelas belajar yang didasarkan pada kajian geografi adalah materi
mengenai kawasan pertanian, komoditas pertanian, sistem pertanian, sistem
produksi pertanian, klasifikasi penggunaan lahan untuk pertanian, faktor fisik dan
non fisik dalam pertanian, dampak pertanian, karakteristik dan klasifikasi usaha
tani, dan strategi pengembangan pertanian (April, 2000:36).
Metode penyampaian materi dalam kelas belajar yang digunakan pada
penyuluhan ataupun pelatihan yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek,
sedangkan metode pendekatan yang digunakan pada kelas belajar ada tiga yaitu:
metode berdasarkan pendekatan perorangan (personal approach), metode berdasarkan pendekatan kelompok (group approach), metode berdasarkan pendekatan massal (mass approach). Penggunaan metode penyampaian materi dan metode pendekatan kepada anggota kelompok tani diserahkan sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
Media dalam kelas belajar adalah alat bantu yang digunakan oleh Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) untuk menyampaikan materi kepada peserta kelas
belajar. Media yang digunakan dalam kelas belajar sangat beragam, seperti
digambarkan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1.
Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan (Setiana, 2005:54)
Media-media seperti pada Gambar 2.1 merupakan media yang digunakan
dalam penyuluhan pertanian secara umum, namun dalam kelas belajar yang
didasarkan pada kajian geografi pertanian media yang digunakan yaitu gambar
dan alat peraga. Pelaksanaan kelas belajar memiliki kendala atau permasalahan
yang dihadapi oleh peserta kelas belajar, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL),
kelas belajar dibedakan menjadi dua yaitu kendala yang diakibatkan oleh faktor
internal dan kendala yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Kendala yang
diakibatkan oleh faktor internal yaitu kendala-kendala yang disebabkan oleh
permasalahan diri sendiri atau permasalahan dari kelompok tani, sedangkan
kendala yang diakibatkan oleh faktor eksternal yaitu kendala yang disebabkan
oleh permasalahan yang timbul dari luar kelompok tani (Setiana, 2005: 35).
Tahap yang terakhir yaitu evaluasi pelaksanaan kelas belajar, yang
berfungsi untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar di kelompok tani.
Evaluasi ini dilakukan dengan mengamati beberapa anggota kelompoktani yang
menerapkan dan berhasil. Dilakukan pencatatan penyebab keberhasilan dan
penyebab ketidakberhasilan, serta penyebab anggota kelompoktani yang tidak
menerapkan hasil belajar mengajar. Catatan yang diperoleh digunakan sebagai
dasar merencanakan kegiatan kelas belajar berikutnya (Pusat Penyuluhan
Pertanian, 2012:7).
2.5. Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani
Kondisi dalam arti umum diartikan sebagai pernyataan, keadaan atau
sesuatu kenyataan yang dapat dilihat atau dirasakan dan diukur oleh indera
manusia (Poerwadarminta, 2002:519). Sosial artinya adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat (Soekanto, 2007:76), sedangkan arti kata ekonomi
adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian
barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Dapat
dikatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan proses pemenuhan kebutuhan
Berdasarkan pengertian diatas kondisi sosial petani adalah kondisi atau
keadaan dari soeorang petani yang berkaitan langsung dengan kehidupan
bermasyarakat. Kondisi sosial petani dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
yaitu pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pertanian, sedangkan kondisi
ekonomi petani adalah kondisi atau keadaan dari seorang petani yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi petani, yang dalam penelitian ini kondisi
ekonomi petani dibagi menjadi dua yaitu produksi dan pendapatan petani. Kondisi
sosial petani yang berupa pengetahuan dan ketrampilan terhadap pertanian serta
kondisi ekonomi petani yang berupa produksi dan pendapatan petani akan
dijelaskan sebagai berikut.
Pengetahuan pertanian merupakan kemampuan kognitif seorang petani
dalam bidang pertanian yang di peroleh baik dari pendidikan formal ataupun
pendidikan non formal. Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan
pemahaman dan penerapan. Pengetahuan pertanian terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu pengetahuan jenis basis ekologi pertanian yang berupa ekologi sawah
basah dan sawah kering, teknik produksi pertanian yang meliputi: mengatur
pengairan, penggunaan bibit, pemupukan, pencegahan serta pemberantasan hama
dan penyakit, pengolahan tanah dan cara-cara bercocok tanam (Atmadja, 1981:26)
Pengetahuan lainnya yaitu pengetahuan peralatan pertanian meliputi: alat
pengolah tanah, alat pemberantasan hama dan penyakit, peralatan panen dan
pengolahan hasil, pengetahuan teknologi hasil pertanian meliputi: teknik atau cara
panen, cara penjemuran hasil, cara penyimpanan hasil, cara pengolahan hasil, cara
Pengetahuan pertanian dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
tentang pengetahuan pertanian. Pertanyaan tersebut harus singkat dan jelas
sehingga mudah dipahami oleh petani (Azhar,2013:4).
Pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan petani ditunjukkan oleh kata
kerja antara lain menyebutkan, mendefinisikan, mengidentifikasi, menjelaskan,
memberikan contoh. Cara menganalisis pengetahuan pertanian yaitu dengan cara
menganalisis hasil jawaban dari petani, contoh dengan pertanyaan menyebutkan
jenis alat pengolah tanah, semakin banyak petani mampu menyebutkan jenis alat
pengolah tanah maka pengetahuannya terhadap pertanian semakin tinggi. Begitu
juga dengan pertanyaan memberikan contoh, semakin banyak petani memberikan
contoh dan contoh-contoh tersebut benar atau sesuai dengan materi yang dipelajri
maka pengetahuan petani tinggi (Azhar, 2013:4).
Ketrampilan pertanian adalah kemampuan psikomotorik seorang petani
dalam bidang pertanian yang di peroleh baik dari pendidikan formal, pendidikan
nonformal maupun diperoleh secara autodidak. Kemampuan psikomotorik yang
dimaksud adalah kemampuan mengolah, menjalankan, dan mempraktekkan secara
langsung pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh. Ketrampilan pertanian
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu ketrampilan menggunakan berbagai alat
pertanian meliputi: alat penggarapan tanah, alat pemberantas hama dan penyakit,
peralatan panen, peralatan pengolahan dan pengawetan hasil pertanian (Atmadja,
1981:27).
Ketrampilan lainnya yaitu ketrampilan melaksanakan panca usahatani
menggunakan bibit, membuat kompos dan menggunakan pupuk, melakukan
pencegahan dan pemberantasan hama serta penyakit, menggarap/mengolah tanah,
ketrampilan melaksanakan kegiatan usahatani meliputi: melaksanakan kegiatan
usaha tani di sawah, melaksanakan kegiatan usahatani di tanah darat, dan
melaksanakan kegiatan usahatani di pekarangan, ketrampilan melaksanakan
pemungutan (panen) dan pengelolaan hasil pertanian serta ketrampilan
mengolah/mengawetkan hasil pertanian (Atmadja, 1981:27).
Ketrampilan pertanian dapat diukur dengan menggunakan tes kegiatan, tes
ini merupakan alat ukur yang paling baik untuk mengukur ketrampilan petani
dimana petani melakukan/mempraktekkan secara langsung ketrampilan yang
mereka didapat, kemudian dinilai berdasarkan indikator ketrampilan yaitu:
kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan, dan kecermatan. Cara
menganalisis hasil pengukurannya yaitu dengan cara mengolah hasil praktek
petani, semakin kuat, semakin cepat, semakin tepat, semakin seimbang, dan
semakin cermat maka petani tersebut memiliki ketrampilan yang tinggi (Azhar,
2013:5). Cara lain untuk mengukur ketrampilan petani yaitu dengan cara
menggunakan instrumen berupa matriks yang menyatakan perincian aspek yang
akan diukur, dan di beri skor untuk dapat dianalisis hasilnya (Arikunto,
2007:182).
Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau
menambah nilai/guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung
pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2001:30). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka produksi petani adalah
kemampuan petani dalam menghasilkan barang yang dalam hal ini adalah hasil
panen atau hasil usahataninya. Produksi petani dibagi menjadi dua yaitu produksi
dalam satu kali tanam, dan produksi dalam satu tahun. Produksi dalam satu kali
tanam adalah produksi hasil pertanian yang diperoleh pada satu kali tanam,
sedangkan produksi dalam satu tahun adalah produksi yang dihasilkan petani
selama beberapa kali panen namun dalam satu tahun (Gustiyana, 2004:110).
Pendapatan petani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan petani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan
pendapatan bersih. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan
berat pada saat pemungutan hasil, sedangkan pendapatan bersih yaitu seluruh
pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya
produksi selama proses produksi (Gustiyana, 2004:116).
Pendapatan kotor petani diperoleh dari mengalikan antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual atau menggunakan rumus TR = Y. Py dimana, TR
merupakan total penerimaan, Y merupakan produksi yang diperoleh, dan Py
merupakan nilai harga. Pendapatan bersih diperoleh petani dari selisih antara
pendapatan kotor dengan biaya produksi atau menggunakan rumus Pd = TR – TC
dimana, Pd merupakan pendapatan bersih, TR merupakan pendapatan kotor, dan
2.6. Aspek-Aspek Yang Dibutuhkan Petani Dalam Usaha Tani
Usaha tani merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan petani mulai dari
menentukan komoditas pertanian, menyiapkan biaya produksi, menentukan waktu
tanam, sampai dengan melakukan pengelolaan hasil pertanian (Pusat Penyuluhan
Pertanian, 2012:2). Kegiatan usaha tani memerlukan beberapa aspek yang harus
dialkukan oleh petani sebagai pelaku usaha tani. Aspek-aspek tersebut meliputi
penentuan varietas tanaman padi, waktu tanam pada setiap musim, menentukan
pola tanam, penggunaan bibit, pupuk dan alat serta sarana pertanian yang akan
digunakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015:6).
Aspek-aspek dalam melakukan usaha tani sangat penting diketahui oleh
petani sebagai pelaku usaha tani. Kesiapan petani untuk melakukan usaha tani
dapat terlihat dari persiapan mengenai aspek-aspek tersebut, seperti penentuan
varietas tanaman padi. Tanaman padi sendiri memiliki banyak varietas yang
membuat petani harus mampu menentukan varietas apa yang harus digunakan,
varietas tanaman padi memiliki banyak jenis dan tiap jenis memiliki keunggulan
yang berbeda-beda. Aspek selanjutnya yaitu penentuan waktu tanam, penentuan
waktu tanam ini berkaitan dengan iklim daerah setempat sehingga dibutuhkan
kemampuan petani untuk dapat menentukan waktu tanam (Krisna, 2015:6).
Menentukan pola tanam juga merupakan hal penting yang perlu diketahui
petani, kareana pola tanam merupakan suatu sistem tanam pada sebidang lahan
dalam satu musim tanam termasuk di dalamnya masa pengolahan lahan tanah.
Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara
Kemampuan petani dalam menentukan awal waktu tanam dipengaruhi
oleh faktor iklim yang mana pada saat ini kondisi iklim berubah-ubah, sehingga
berdampak pada perubahan penentuan awal waktu tanam pada setiap musim.
Dahulu petani dapat menentukan awal musim tanam dengan cara melihat
tanda-tanda alam untuk menentukan masuk musim kemarau dan mulai masuk musim
penghujan, namun perubahan iklim sekarang ini menjadi penghalang petani untuk
dapat menentukan awal waktu tanam. Akibat perubahan iklim hampir setiap tahun
petani berhadapan dengan pergeseran musim terkait dengan pola curah hujan,
kondisi tersebut memicu ancaman banjir, kekeringan dan serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT) yang berakibat pada penurunan produksi tanaman,
bahkan gagal panen (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015:6).
Menyikapi dampak perubahan iklim tersebut maka diperlukan suatu
panduan yang dapat membantu petani dalam mempersiapkan aspek-aspek yang
dibutuhkan dalam melakukan usaha tani. Panduan tersebut yaitu kalender tanam
terpadu bagi petani. Kalender tanam terpadu ini bermanfaat untuk menentukan
waktu tanam setiap musim (MH dan MK) dimana MH adalah musim hujan yang
terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret dan MK adalah musim kemarau
yang terjadi antara bulan April sampai bulan September, menentukan pola tanam,
rekomendasi benih, varietas, pupuk dan alat serta sarana pertanian, menduga
potensi banjir dan kekeringan, potensi luas lahan tanam dan potensi organisme
pengganggu tanaman (OPT). Keberadaan kalender tanam ini digunakan agar
dapat membantu petani dalam melaksanakan kegiatan usaha tani (Badan
2.7. Peranan Kelas Belajar
Kelas belajar pada kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggota kelompok tani guna meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat dan pendapatannya bertambah serta memiliki
kehidupan yang lebih sejahtera (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:5). Kelas belajar
memiliki peranan sebagai wadah belajar mengajar bagi anggota kelompok tani.
Peranan-peranan tersebut yaitu: kelas belajar dapat menambah pengetahuan
petani, kelas belajar dapat menambah ketrampilan petani, kelas belajar dapat
meningkatkan hasil produksi petani, kelas belajar dapat meningkatkan pendapatan
petani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2).
Kelas belajar dapat menambah pengetahuan petani di bidang pertanian.
Pengetahuan yang dimaksud yaitu pengetahuan teknik produksi pertanian,
pengetahuan peralatan pertanian, pengetahuan teknologi hasil pertanian, dan
pengetahuan pemasaran hasil pertanian. Kelas belajar dapat menambah
ketrampilan petani dibidang pertanian. Ketrampilan yang dimaksud adalah
ketrampilan menggunakan alat pertanian, ketrampilan melakukan panca usahatani,
ketrampilan melaksanakan kegiatan usahatani, ketrampilan pemungutan (panen)
dan pengelolaan hasil pertanian serta ketrampilan mengolah/mengawetkan hasil
pertanian (Atmadja, 1981:27).
Kelas belajar dapat meningkatkan hasil produksi petani. Peran kelas
belajar ini akan dirasakan anggota kelompok tani setelah petani memiliki
dari kelas belajar, sehingga petani tersebut mampu melaksanakan kegiatan
usahataninya menjadi lebih baik dan akan menghasilkan produksi yang lebih
banyak pula. Produksi petani yang dimaksud yaitu produksi padi yang dihasilkan
petani dalam satu kali tanam dan produksi petani dalam satu tahun (Gustiyana,
2004:110).
Kelas belajar dapat meningkatkan pendapatan petani. Setelah petani
memiliki kemampuan dan ketrampilan yang lebih dalam bidang pertanian, dan
hasil produksinya bertambah maka hal tersebut juga akan terjadi pada pendapatan
petani. Hasil produksi petani yang bertambah akan mempengaruhi pendapatan
petani, dimana hasil produksi petani tersebut apabila dijual akan menjadi
penerimaan petani yang dalam hal ini disebut sebagai pendapatan petani
(Surtiyah, 2009:61).
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pertanian telah banyak dilakukan dan diteliti oleh pakar, tenaga pendidik, maupun mahasiswa di bidang pertanian, pendidikan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian dari Anantanyu (2008:34-48) yang berjudul “Tipe Petani Dan Strategi
Pengembangan Kelembagaan Kelompok Petani”, yang bertujuan untuk mengetahui
pola-pola kelembagan kelompok petani yang ada dan mengetahui strategi
tanam legowo 2;1 dan mengetahui adanya hubungan antara peranan penyuluhan
pertanian ter-hadap peningkatan pendapatan petani.
Penelitian Romadoan, dkk. (2013:199-210) yang berjudul “Peran PKSM Dalam Meningkatkan Fungsi Kelompok Tani Dan Partisipasi Masyarakat Di
Kabupaten Bima, NTB”, yang bertujuan untuk mengetahui peran PKSM dalam meningkatkan fungsi kelompok tani dan partisipasi masyarakat, penelitian Erwinata, dkk. (2013:245-252) yang berjudul “Upaya Peningkatan Pendapatan Petani
Dengan Menerapkan Program SRI”, yang bertujuan untuk menganalisis sejauh mana program usahatani padi SRI dapat meningkatkan pendapatan petani padi, dan penelitian dari Nugroho (2014:506-518) yang berjudul “Peran kelompok Tani Sido Makmur Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani Sido Makmur
Desa Ngaringan Kabupaten Grobogan”, yang bertujuan untuk engetahui peran kelompok tani Sido Makmur terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Dusun Pangkalan. Penelitian-penelitian ini akan dijelaskan pada Tabel 2.1.
Terdapat perbedaan antara kelima penelitian yang terdapat pada Tabel 2.1
dengan penelitian ini. Penelitian ini lebih difokuskan pada peranan kelas belajar
yang ada pada kelompok tani dalam meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi
petani, sedangkan yang ada pada tabel fokus penelitiannya adalah pada kelompok
tani dan penyuluhan pertanian. Kelas belajar berbeda dengan penyuluhan
pertanian, kelas belajar lebih umum dan lebih luas dari pada penyuluhan pertanian
31 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Penulis dan Tahun
Judul Tujuan Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Sapja dengan teknik stratified random sampling. tipe yaitu (1) petani
dengan kelembagaan tinggi dan partisipasi anggota tinggi, (2) petani dengan kelembagaan tinggi dan kapasitas petani tinggi, (3) petani dengan partisipasi tinggi dan kapasitas petani tinggi.
2 Saadah,
32 sistem tanam jajar legowo 2:1. peran penting dan strategis dalam mendukung dengan teknik Cluster Sampling. Teknik
33
kelompok tani, hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya pendapatan petani, struktur
pengeluaran, ketahanan pangan dan daya beli petani.
Sumber: (Anantanyu, 2008:34-48), (Saadah, 2011:91-94), (Romadoan, 2013:199-210), (Erwinata, 2013:245-252), (Nugroho, 2014:506-518).
2.9. Kerangka Berpikir
Peranan kelas belajar terhadap kondisi sosial ekonomi kelompok tani di
Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen merupakan obyek yang akan diteliti.
Upaya untuk mempermudah jalannya penelitian yaitu perlu disusun kerangka
berfikir yang berupa konsep-konsep relevan dan terintegrasi dalam satu sistem
penjelasan untuk pedoman penelitian. Secara skematis kerangka berfikir dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Skema Kerangka Berpikir
Keterangan : = Menyatakan Hubungan
= Menyatakan Pengaruh
Kelas Belajar Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL)
Kosmopolitan
Kelompok Tani
Kegiatan Kelompok
Kondisi sosial ekonomi :
1. Pegetahuan 2. Ketrampilan 3. Produksi 4. Pendapatan
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terikat secara non formal
dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama
dibawah bimbingan Penyuluh Pertanian. Kelompok tani mempunyai 3 peranan
yaitu: sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama, dan sebagai unit produksi.
Melalui peranan kelompok tani diharapkan adanya peningkatan status sosial
ekonomi petani dari anggotanya.
Kegiatan kelompok tani di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi
dan faktor sosial. Faktor ekonomi berupa pendapatan petani dan produktivitas
petani, sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah pengetahuan dan
ketrampilan petani. Upaya peningkatan pengetahuan, pendapatan, produktivitas
dan ketrampilan petani ini harus memanfaatkan kelompok tani sebagai sarana
belajar untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengetahuan dan teknologi
baru dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Penyuluh pertanian adalah pegawai departemen pertanian yang bertugas
sebagai penyebar informasi bagi petani, terutama untuk mengajarkan ketrampilan
kepada petani memberi saran dan rekomendasi melalui kelas belajar. Kelas belajar
dilaksanakan berdasarkan kepentingan petani. Penyampaian program dalam kelas
belajar pastilah berpengaruh terhadap sikap anggota kelompok tani. Salah satu
unsur yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan kelas belajar adalah
tingkat kosmopolitan atau sikap keterbukaan petani terhadap pengaruh dari luar
2.10. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut.
Ha : Kelas Belajar Pada kelompok Tani Berperan Terhadap Kondisi Sosial
Dan Ekonomi Petani Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun
2015.
H0 : Kelas Belajar Pada Kelompok Tani Tidak Berperan Terhadap Kondisi
Sosial Dan Ekonomi Kelompok Tani Di Kecamatan Puring Kabupaten
37
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, karena data yang dikumpulkan berupa data angka-angka
dan dianalisis menggunakan rumus statistik.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Krandegan pada Kelompok Tani Sido
Dadi dan Kelompok Tani Sido Subur serta Desa Tambak Mulyo pada Kelompok
Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani Margo Mulyo yang ada di Kecamatan
Puring, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah pada bulan April 2015
sampai dengan bulan Mei 2015.
3.3. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian
Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan Desa Krandegan merupakan
satu-satunya Desa Mandiri Pangan di Kecamatan Puring, artinya sejumlah 22 desa di
Kecamatan Puring merupakan Desa Tidak Mandiri Pangan. Desa Tambak Mulyo
merupakan salah satu dari 22 Desa Tidak Mandiri Pangan yang ada di Kecamatan
Puring. Alasan dipilihnya Desa Tambak Mulyo ini selain karena termasuk salah
satu Desa Tidak Mandiri Pangan yaitu juga dikarenakan perbedaan morfologi atau
bentuk lahan dimana Desa Tambak Mulyo merupakan daerah pantai sedangkan
kebanyakan desa lain merupakan dataran rendah termasuk juga Desa Krandegan
Alasan pemilihan Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido
Subur di Desa Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani
Margo Mulyo di Desa Tambak Mulyo karena berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang
memiliki keinginan belajar atau memiliki keinginan untuk melaksanakan kegiatan
kelas belajar secara rutin dan terencana, meskipun dengan kondisi petugas
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang sangat sibuk karena mendapat tugas
untuk menyuluh lebih dari 5 desa di Kecamatan Puring.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang terdaftar menjadi
anggota Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido Subur di Desa
Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani Margo Mulyo
di Desa Tambak Mulyo beserta dengan petugas Penyuluh Pertanian Lapangannya.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk menentukan responden dari
petani yaitu menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling yang diambil sebesar 5% dari total populasi.
Alasan sampel yang diambil hanya 5% dari total populasi yaitu disebabkan
karena banyak anggota yang hanya tercantum namanya sebagai anggota namun
tidak aktif di kegiatan kelompok tani, sedangkan untuk menentukan responden
Berikut adalah proporsi dan sebaran sampel pada masing-masing
kelompok tani.
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian
No Kelompok Tani Desa Anggota PPL Jumlah Sampel
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu Pelaksanaan kelas belajar dan
kondisi sosial dan ekonomi petani. Variabel-variabel tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
3.5.1 Pelaksanaan Kelas Belajar
Variabel ini merupakan variabel yang tentang bagaimana pelaksanaan
kelas belajar yang ada pada masing-masing kelompok tani. Variabel ini memiliki
sub-variabel sebagai berikut.
3.5.1.1 Perencanaan Kelas Belajar
Perencanaan kelas belajar dibuat atas kesepakatan bersama anggota dan
pengurus kelompok tani. Kelas belajar diharapkan dapat terlaksana dengan baik
apabila semua hal berkaitan dengan pelaksanaan kelas belajar sudah
direncanakan. Ada tiga hal yang perlu direncanakan yaitu sebagai berikut.
3.5.1.1.1 Materi Belajar
Materi yang direncanakan harus disusun berdasarkan kebutuhan petani
yang baik yaitu disusun atas dasar kebutuhan petani kemudian dikonsultasikan
dengan fasilitator, perencanaan materi cukup baik apabila petani tidak menyusun
materi melainkan fasilitator yang merencanakan, perencanaan materi tidak baik
apabila petani dan fasilitator tidak melakukan perencanaan.
3.5.1.1.2 Tempat Pelaksanaan
Tempat yang dimaksud dalam variabel ini adalah tempat atau lokasi yang
digunakan oleh anggota kelompok tani dan fasilitator untuk dilaksanakan kegiatan
kelas belajar. Indikator perencanaan tempat yang baik yaitu direncanakan dan
disesuaikan dengan materi yang sudah disusun, perencanaan tempat yang cukup
baik yaitu tempat direncanakan namun tidak disesuaikan dengan materi yang
sudah disusun, perencanaan tempat yang tidak baik yaitu tempat tidak
direncanakan.
3.5.1.1.3 Frekuensi Pelaksanaan
Frekuensi atau intensitas merupakan perencanaan waktu pelaksanaan kelas
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan petani. Indikator
perencanaan frekuensi yang baik yaitu kelas belajar dilaksanakan dua kali dalam
satu bulan/selapan, perencanaan yang cukup baik yaitu kelas belajar dilaksanakan
satu kali dalam satu bulan/selapan, perencanaan yang tidak baik yaitu kelas
belajar dilaksanakan satu kali lebih dari satu bulan/selapan.
3.5.1.2 Pelaksanaan Kelas Belajar
Pelaksanaan kelas belajar dilakukan berdasarkan rencana belajar yang
telah disusun dan telah disepakati. Ada beberapa hal yang harus ada pada saat
3.5.1.2.1 Peserta Kelas Belajar
Peserta yang dimaksud dalam variabel ini adalah anggota kelompok tani
yang menghadiri kegiatan kelas belajar, dan telah melakukan presensi. Indikator
dalam jumlah peserta yaitu tinggi apabila kelas belajar dihadiri lebih dari 75%
dari total anggota, sedang apabila kelas belajar dihadiri antara 50% sampai dengan
75% dari total anggota, rendah apabila kelas belajar dihadiri kurang dari 50% dari
total anggota.
3.5.1.2.2 Fasilitator Kelas Belajar
Fasilitator dalam kelas belajar adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
yang hadir pada saat kelas belajar. Indikator fasilitator yang baik yaitu hadir dan
menyampaikan materi sesuai dengan perencanaan materi belajar yang sudah
disusun, fasilitator yang cukup baik yaitu hadir namun tidak menyampaikan
materi sesuai dengan yang sudah direncanakan, fasilitator yang tidak baik yaitu
tidak hadir pada saat kelas belajar.
3.5.1.2.3 Materi Kelas belajar