• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKP : Pengukuran dan Pengecekan Jalur Kabel Fiber Optic pada PT.Telkom Area Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKP : Pengukuran dan Pengecekan Jalur Kabel Fiber Optic pada PT.Telkom Area Gresik."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGUKURAN DAN PENGECEKAN JALUR KABEL FIBER OPTIC PADA PT.TELKOM AREA GRESIK

Oleh :

Achmad Yusuf Zunaidi (08.41020.0084)

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

(2)

ABSTRAKSI

Serat optik (fiber optic) adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca

atau plastic yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu

tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada di dalam fiber optic sulit keluar karena indeks bias kaca lebih besar daripada indeks bias udara. Sumber cahaya yang

digunakan adalah laser karena mempunyai spektrum yang sangat sempit.

Kecepatan transmisi fiber optic sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan

sebagai saluran komunikasi. Pada fiber optic untuk media transmisi terdapat berbagai macam rugi-rugi (loss), diantaranya : rugi-rugi penyebaran Rayleigh,

rugi-rugi penggandengan, rugi-rugi penyambungan, rugi-rugi pembengkokan dan

rugi-rugi redaman pada konektor.

Pada kerja praktek ini dilakukan pengukuran dan pengecekan tentang

rugi-rugi fiber optic menggunakan alat Optical Time Domain Reflectometer (OTDR). Jenis kabel yang diukur adalah jenis fiber optic single mode dan sumber cahaya yang panjang gelombang tertentu. Hasil yang diperoleh dari OTDR berupa

tampilan grafis nilai rugi-rugi terhadap jarak.

Pada pengukuran fiber optic terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

rugi-rugi fiber optic seperti kondisi kabel yang tidak layak dipakai, perbedaan serat yang disambung, ketidakseimbangan diameter inti dan luas permukaan serat

pada pemancar. Analisis rugi-rugi fiber optic dapat memperkirakan kemungkinan

(3)

DAFTAR ISI

BAB II GAMBARAN UMUM PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk 2.1 Profil TELKOM Indonesia…...6

2.2 Sejarah dan Perkembangan PT.TELKOM Indonesia...7

2.3 Visi dan Misi PT.TELKOM………...12

2.3.1 Visi PT.TELKOM………...12

2.3.2 Misi PT.TELKOM………...12

2.4 Logo PT.TELKOM Indonesia………...13

2.5 Maskot PT.TELKOM Indonesia………...14

(4)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Serat Optik (Fiber Optic)...19

3.1.1 Sejarah Fiber Optic...19

3.1.2 Struktur Dasar Fiber Optic...23

3.1.3 Jenis Fiber Optic...24

3.1.4 Sistem Komunikasi Fiber Optic...27

3.1.5 Rugi-Rugi dan Dispersi Di Dalam Fiber Optic...28

3.1.5.1 Rugi-rugi di dalam fiber optic………...28

3.1.5.2 Dispersi di dalam fiber optic..………...33

3.1.6 Atenuasi Di Dalam Fiber Optic...33

3.1.7 Sumber Cahaya Fiber Optic………...35

3.2 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) ...36

3.2.1 Pengenalan OTDR...36

3.2.2 Prinsip Kerja OTDR...39

3.2.3 Parameter-Parameter Kunci OTDR...40

3.3 Alat Penyambung Fiber Optic (splicer)...41

3.4 Optical Power Meter...42

3.5 Optical Connector………...43

3.6 Small Form Plugable (SFP)...44

3.7 Optical Termination Box (OTB)...45

3.8 Add Drop Multiplexer (ADM)...46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kabel……...47

(5)

4.3 Prosedur Pengukuran...48

4.4 Hasil Display Tampilan OTDR...49

4.5 Perhitungan Rugi-Rugi Penghamburan Rayleigh...51

4.6 Perhitungan Rugi-Rugi Penggandengan Ragam...53

4.7 Perhitungan Rugi-Rugi Penyambungan……….54

4.8 Perhitungan Rugi-Rugi Pembengkokan………...55

4.9 Perhitungan Rugi-Rugi Pada Konektor………...56

4.10 Pemeriksaan Jalur Kabel Fiber Optic...58

4.10.1 Pemeriksaan Di Ruang Transmisi Gedung PT.TELKOM Gresik………..58

4.10.1 Pemeriksaan Di Ruang Transmisi Gedung PT.TELKOM Cabang Pongangan………..63

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...67

5.2 Saran...68

DAFTAR PUSTAKA………...69

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Logo PT. TELKOM Indonesia………...13

Gambar 2.2 Maskot PT. TELKOM Indonesia………...14

Gambar 2.3 Struktur Manager Area Consumer Service...16

Gambar 2.4 Struktur Manager Area Access………...17

Gambar 2.5 Struktur Manager Regional V………18

Gambar 3.1 Kabel Fiber Optic………...……23

Gambar 3.10 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)……….39

Gambar 3.11 Prinsip Kerja Pada OTDR………..………..40

Gambar 3.12 Splicer………...42

Gambar 3.13 Power Meter……….42

Gambar 3.14 Jenis-jenis Optical Connector…………..………43

Gambar 3.15 SPF……….………..45

(7)

Gambar 3.17 ADM………...………..46

Gambar 4.1 Jenis Fiber Optic……….………..47

Gambar 4.2 Struktur Kabel Fiber Optic Tipe Indoor………48

Gambar 4.3 Tampilan OTDR Pertama Kali Diaktifkan………48

Gambar 4.4 Hasil Display Tampilan OTDR……….…….49

Gambar 4.5 Tampilan OTDR Setelah Mesurement………..…….51

Gambar 4.6 Tampilan Fusion Splicer Tentang Loss……….54

Gambar 4.7. Tampilan OTDR untuk Wilayah Kalianak………..……..58

Gambar 4.8 Keterangan dari Grafik Kalianak………..…….59

Gambar 4.9 Tampilan OTDR untuk Wilayah Pongangan………….………60

Gambar 4.9 Tampilan OTDR Keterangan dari Grafik Pongangan………60

Gambar 4.10 Terjadi Masalah Pada Jalur Menuju Kedamean………...61

Gambar 4.11 Tampilan OTDR Untuk Jalur Menuju PT. TELKOM Divisi CS….62 Gambar 4.12 Tampilan OTDR Keterangan Dari Grafik TELKOM Divisi CS….63 Gambar 4.13 Terdeteksi Titik Yang Putus………..…..64

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nilai Perhitungan Rugi-rugi Penyebaran Rayleigh………...…….52

Tabel 4.2 Perbandingan Data Rerhitungan Dengan Data Pengukuran Menggunakan OTDR………52

Tabel 4.3 Nilai Rugi-rugi Penggandengan………53

Tabel 4.4 Nilai Rugi-rugi Penyambungan………..55

Tabel 4.5 Nilai Rugi-rugi Pembengkokan………..………56

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rugi-rugi Konektor………..57

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab satu penulis menjelaskan latar belakang mengapa penulis

melakukan pengukuran dan pengecekan pada jalur kabel fiber optic yang

terhubung dengan PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) di area Gresik,

menjelaskan perumusan dan batasan masalah yang ada pada kerja praktek dan

menjelaskan tujuan dari kerja praktek.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Surabaya

merupakan salah satu lembaga pendidikan yang melahirkan lulusan-lulusan muda

yang berpola pikir akademik bertindak professional serta berakhlak. Selain itu

juga berupaya melaksanakan program pendidikan yang bertujuan menghasilkan

lulusan-lulusan yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan dan teknologi,

akan tetapi mampu mempraktekkan serta mengembangkan ilmu yang di dapat

pada bangku kuliah baik di dunia pendidikan maupun di dunia industri. Dengan

mengikuti kerja praktek ini mahasiswa diharapkan bisa mendapat nilai tambahan

terhadap materi kuliah yang di berikan serta dapat menambah ilmu pengetahuan

dan keterampilan mahasiswa tentang dunia kerja sekaligus mendapatkan

pengalaman kerja di suatu perusahaan maupun instansi serta mampu bekerjasama

dengan orang lain dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda. Sekaligus mencoba

ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh dalam perkuliahan.

(10)

Kemajuan teknologi telah memberikan jawaban akan kebutuhan informasi,

komputer yang semakin canggih memungkinkan untuk memperoleh informasi

secara cepat, tepat dan akurat. Hasil informasi yang canggih tersebut sudah mulai

menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan serta pemanfaatan komputer

secara optimal dapat memacu laju perkembangan pembangunan. Kesadaran

tentang hal inilah yang menuntut pengadaan tenaga-tenaga ahli yang terampil

untuk dapat mengelola informasi, dan pendidikan merupakan salah satu cara yang

harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tenaga tersebut.

PT. TELKOM area Gresik merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang telekomunikasi yang telah banyak menggunakan teknologi

informasi dalam operasionalnya seperti implementasi jaringan komputer dalam

proses pengiriman informasi antara satu user ke user lainnya, manajemen

keamanan jaringan komputer serta sistem-sistem lainnya.

Akhir-akhir ini sering kali jaringan internet dan koneksi telepon yang ada

di PT. TELKOM area Gresik mengalami masalah yang mungkin disebabkan oleh

server yang bermasalah atau terjadinya kerusakan pada kabel transmisi (fiber

optic cable), sehingga lalu lintas jaringan internet dan koneksi telepon di PT. TELKOM area Gresik seringkali mendapatkan laporan / keluhan dari pelanggan

dan mengganggu aktifitas kinerja sistem di perusahaan tersebut. Maka melihat

dari permasalahan tersebut dilakukanlah pengukuran dan pengecekan secara

berkala agar dapat mengetahui apabila terjadi gangguan koneksi di PT. TELKOM

area Gresik.

(11)

1.2 Perumusan Masalah

Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktek yang dilakukan

oleh penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah

yang harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara memasang alat pendeteksi gangguan (OTDR atau power meter ) ke perangkat yang akan diperiksa

2. Bagaimana cara mengetahui terjadi tidaknya error yang ditampilkan pada

OTDR maupun power meter

3. Bagaimana cara penanganan apabila terjadi gangguan

1.3 Batasan Masalah

Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah dari

kerja praktek, yaitu:

a. Pengukuran menggunakan OTDR dan power meter.

b. Pengukuran dilakukan di kantor pusat maupun cabang di wilayah Gresik.

.

1.4 Tujuan

Adapun secara umum tujuan dari kerja praktek yang dilaksanakan

mahasiswa adalah agar mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan

keadaan real yang ada pada dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang

(12)

Tujuan khusus adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengukuran dan pengecekan jalur kabel fiber optic pada PT. TELKOM area Gresik.

2. Mempelajari secara detail mengenai kabel fiber optic, OTDR, power meter, perangkat-perangkat (devices) yang berada di ruang transmisi.

1.5 Kontribusi

Adapun kontribusi dari kerja praktek terhadap PT.TELKOM area Gresik

adalah membantu melakukan pengukuran dan pengecekan jalur yang rusak

sehingga dapat segera ditangani.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang uraian mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, kontribusi serta sistematika

penulisan dalam penyusunan laporan kerja praktek.

BAB II GAMBARAN UMUM PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Bab ini berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, jenis usaha, visi, misi,

struktur organisasi, departemen, dan komitmen PT.Telekomunikasi Indonesia area

(13)

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori penunjang yang digunakan sebagai acuan

dalam kerja praktek tersebut.

.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang proses pengukuran dan pengecekan dan

menampilkan foto-foto hasil output dari OTDR maupun power meter.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan kerja praktek yang

membahas tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil dari kerja praktek serta

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

2.1 Profil TELKOM Indonesia

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom Indonesia atau TELKOM)

adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan

telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. TELKOM mengklaim sebagai

perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan

telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 50 juta.

TELKOM merupakan salah satu perusahaan BUMN.

Profil singkat PT. TELKOM Indonesia atau profil perusahaan tempat kerja

praktek dilaksanakan dapat dilihat seperti berikut

1. Industri : Informasi dan Komunikasi

2. Didirikan: 23 Oktober 1856 (diluncurkan kembali tanggal 23 Oktober

2009).

3. Kantor : Jl.Jaksa Agung Suprapto No.78 Gresik, Jawa Timur

4. Produk : Telepon Tetap, Seluler, Aplikasi, Content dan Datacom,

Properti dan Konstruksi.

5. Pemilik : Pemerintah Indonesia.

6. Situs web: www.telkom.co.id

Penjelasan tentang sejarah, logo, visi, misi, struktur organisasi PT.

(15)

2.2 Sejarah dan Perkembangan PT. TELKOM Indonesia

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) adalah suatu Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi.

PT TELKOM menyediakan sarana dan jasa layanan telekomunikasi dan informasi

kepada masyarakat luas sampai ke pelosok daerah di seluruh Indonesia. Sejarah

PT. TELKOM di Indonesia pertama kali berawal dari sebuah badan usaha swasta

penyediaan layanan pos dan telegraf yang didirikan kolonial Belanda pada tahun

1882. Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan

telekomunikasi sebanyak tiga puluh delapan perusahaan. Kemudian pada tahun

1906 pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu jawatan Pos, Telegraf dan

Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst / PTT).

Pada tahun 1961 status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos

dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965 pemerintah

memisahkannya menjadi Perusahan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan

Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Pada tahun 1974

Perusahaan Negara Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum

Telekomunikasi (PERUMTEL) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi

nasional dan internasional.

Pada tahun 1980 Indonesia mendirikan suatu badan usaha untuk jasa

Telekomunikasi Internasional yang bernama PT. Indonesian Satelite Corporation

(INDOSAT) yang terpisah dari PERUMTEL. Pada tahun 1989 pemerintah

Indonesia mengeluarkan UU No.3/ 1989 mengenai Telekomunikasi, yang isinya

(16)

PERUMTEL berubah bentuk menjadi perusahaan perseroan (Persero)

Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No.25/ 1991 sampai sekarang.

Perubahan di lingkungan PT. TELKOM Indonesia, Tbk terus berlanjut

mulai dari perusahan jawatan sampai perusahaan publik. Perubahan-perubahan

besar terjadi pada tahun 1995 meliputi :

1. Restrukturisasi Internal

2. Kerjasama Internal

3. Intial Publik Offering (IPO)

Jenis usaha PT. TELKOM Indonesia, Tbk adalah penyelenggara jasa

Telekomunikasi dalam negeri dan bidang usaha terkait seperti jasa Sistem

Telepon Bergerak Sirkuit (STBS) pelanggan, teleks, penyewaan transpoder satelit,

Very Small Apenture Terminal (VSAT) dan jasa nilai tambah tertentu.

Pada tanggal 1 Juli 1995 organisasi PT. TELKOM Indonesia, Tbk

mengubah struktur jenis jasa telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional dan

satu divisi network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi regional

sebagai pengganti struktur WITEL yang memiliki daerah teritorial tertentu,

namun hanya menyelenggarakan jasa telepon lokal dan mendapat bagian dari jasa

SLJJ dan SLI. Divisi network menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh.

(17)

4. Divisi Fixed Wireless Network

5. Enterprise Service

6. Divisi Regional I – Sumatera

7. Divisi Regional II – Jakarta 8. Divisi Regional III – Jawa Barat

9. Divisi Regional IV – Jawa Tengah dan Yogyakarta

10.Divisi Regional VI - Kalimantan

11.Divisi Regional VII – Kawasan Timur Indonesia

12.Maintenance Service Centre

PT. TELKOM memiliki beberapa yayasan yaitu :

1. Dana Pensiun (Dapentel)

2. Yayasan Pendidikan PT. TELKOM Indonesia, Tbk.

3. Yayasan Kesehatan

(18)

PT. TELKOM memiliki anak perusahaan berdasarkan besar kepemilikan

yaitu:

A. Kepemilikan > 50%

1. PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) : Telekomunikasi (Seluler

GSM)

2. PT. Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra) : Telekomunikasi

(KSO-VI Kalimantan)

3. PT. Infomedia Nusantara (Infomedia) : Layanan Informasi

4. PT. AriWest International (AriaWest) : Telekomunikasi Telepon

Tetap (KSO-III Jawa Barat dan Banten)

5. PT. Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo) : Telekomunikasi

Telepon Tetap (KSO-I Sumatera)

6. PT. Multimedia Nusantara (Metra) : Multimedia, pay special TV

7. PT. Napsindo Primatel International (Napsindo) : Network Access Point

8. PT. Indonusa Telemedia (Indonusa) : TV Cable (baru)

9. PT. Graha Sarana Duta (GSD) : Properti, Konstruksi dan Jasa

(baru)

B. Kepemilikan 20% - 50%

1. PT. Patra Komunikasi Indonesia (Patrakom) : Layanan VSAT

2. PT. Cita Sari Makmur (CSM) : VSAT dan layanan Telekomunikasi

lainnya

3. PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) : Transponder Satelit dan

(19)

C. Kepemilikan < 20%

1. PT. Mandara Seluler Indonesia (MSI) : Layanan NMT – Seluler

dan CDMA

2. PT. Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel) Telepon Tetap di

Batam dan Pulau Bintan

3. PT. Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo) :

Pengelolaan Jaringan dan Peralatan Telekomunikasi

Divisi Multimedia dan Divisi Pembangunan ditetapkan 31 Desember 1996

berdasarkan keputusan direksi PT. TELKOM Indonesia, Tbk. Seiring dengan

diberlakukannya pasar bebas maka PT. TELKOM Indonesia, Tbk membentuk

kerja sama dengan para investor dan operator kelas dunia yang disebut dengan

pola Kerja Sama Operasi (KSO). Tujuan dibentuknya KSO adalah :

1. Mempercepat pembangunan Telekomunikasi untuk kurun waktu IV,

karena pendanaan disediakan oleh mitra KSO.

2. Memperoleh ahli teknologi kelas dunia yang bergabung dalam mitra

KSO.

3. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dalam era pasar bebas.

Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 1999 mengenai penghapusan monopoli penyelenggaraan

telekomunikasi. Memasuki abad ke-21, pemerintah melakukan penyesuaian

regulasi mengenai sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas.

Dengan demikian, PT. TELKOM tidak lagi memonopoli industri telekomunikasi

(20)

PT. Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa

telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan

bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus

2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada tanggal 23

Oktober 2009, PT. TELKOM merilis “ New Telkom“ atau “ Telkom Baru”. Peluncuran “New Telkom” diganti dengan pergantian identitas perusahaan.

2.3 Visi dan Misi PT. TELKOM 2.3.1 Visi PT. TELKOM

Adapun Visi PT. TELKOM yaitu:

To become a leading Telecommunication, Information, Media &

Edutainment (TIME) Player in the Region”. Yang memiliki arti untuk menjadi telekomunikasi terkemuka, informasi, media &

edutainment pengguna di daerah.

Yang memiliki arti untuk menyediakan layanan waktu dengan

cepat, kualitas dan harga kompetitif. Menjadi model peran sebagai

(21)

2.4 Logo PT. TELKOM Indonesia

Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu

perusahaan. Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan. PT. TELKOM

sekarang menggunakan logo terbarunya yang diluncurkan pada tahun 2009. Pada

Gambar 2.1 merupakan logo PT. TELKOM.

Gambar 2.1 Logo PT. TELKOM Indonesia

Keterangan logo PT. TELKOM Indonesia :

In Your Hand : Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu perusahaan. Sudah banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan transformasi

visi dan misi melalui logo contohnya Telkom. Logo juga bersifat persepsi kuat

terhadap perusahaan. Adapun arti dari simbol-simbol logo PT. TELKOM

Indonesia :

1. Lingkaran: sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam

portofolio bisnis baru TELKOM yaitu Telecommunication, Information, Media & Edutainment (TIME), Expertise.

2. Tangan yang meraih ke luar: Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan

(22)

3. Jemari tangan: Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta

kepercayaan dan hubungan yang erat, Assured.

4. Kombinasi tangan dan lingkaran: Simbol dari matahari terbit yang

maknanya adalah perubahan dan awal yang baru, Progressive.

5. Telapak tangan : mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan,

Heart.

Warna-warna yang digunakan pada logo adalah :

1. Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang tinggi.

2. Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan dinamis.

3. Infinite Sky Blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.

2.5 Maskot PT. TELKOM Indonesia

Adapun nama maskot PT. TELKOM Indonesia adalah maskot Be bee yang berasal dari filosofi yang dinilai dari sifat dan perilaku. Gambar 2.2

merupakan Maskot Be bee PT. TELKOM.

(23)

Filosofi Maskot Be bee yaitu : lebah tergolong makhluk sosial yang senang

bekerja sama, pekerja keras mempunyai kesisteman berupa pembagian peran

operasional dan fungsional menghasilkan yang terbaik berupa madu yang

bermanfaat bagi berbagai pihak. Di habitatnya lebih mempunyai dengung sebagai

tanda keberadaannya dan loyal terhadap kelompok berupa perlindungan bagi

koloninya, maka akan menyerang bersama bila diganggu. Lebah memiliki potensi

diri yang baik berupa tubuh yang sehat, ligat dan kuat sehingga bias bergerak

cepat, gesit dan efektif dalam menghadapi tantangan alam. Lebah berpandangan

jauh ke depan dengan merancang bangun sarang yang kuat dan efisien,

berproduksi, berkembang biak dan menyiapkan persediaan makanan bagi

kelangsungan hidup koloninya. Lebah berwarna biru merupakan penggambara

insane PT. TELKOM Indonesia, Tbk.

2.6 Struktur Organisasi PT. TELKOM

Struktur manajemen PT. TELKOM secara garis besar hanya meliputi

kantor perusahaan besar dan beberapa divisi kantor perusahaan yang mempunyai

struktur sederhana yang meliputi divisi Manager Area Consumer Service,

Manager Area Access, dan Manager Regional V, dan tiap-tiap divisi tersebut memiliki tugas serta wewenang masing-masing. Struktur organisasi pada kantor

PT. TELKOM Indonesia area Gresik atau tempat kerja praktek seperti pada

(24)

Gambar 2.3 Struktur Manager Area Consumer Service

Manager Area Consumer Service (MACS) bertugas untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas prapenjualan dan pasca

penjualan dalam sebuah organisasi. MACS melingkupi semua aspek yang

berhubungan dengan calon pelanggan dan pelanggan saat ini, termasuk di

dalamnya adalah pusat panggilan (call center), tenaga penjualan (sales

(25)

Gambar 2.4 Struktur Manager Area Access

Manager Area Access bertugas untuk monitoring anggaran operasional akses, monitoring kelancaran operasional di lapangan, dan memutuskan hal-hal

(26)

Gambar 2.5 Struktur Manager Regional V

Manager Regional V bertugas sesuai bagian-bagian yang ada di divisi tersebut diantaranya menangani operasional dan maintenance

perangkat-perangkat dalam jaringan (divisi infratel), monitoring koneksi client-server dan mengolah data informasi yang berhubungan dengan pelanggan (divisi sistem

informasi), memberikan pelayanan dan solusi total Information and

Communication Technology (ICT) bagi para pelanggan di level korporasi (divisi

(27)

BAB III

LANDASAN TEORI

Pada bab tiga penulis menjelaskan tentang teori penunjang kerja praktek yang

telah dikerjakan.

3.1. SERAT OPTIK (FIBER OPTIC) 3.1.1. SEJARAH FIBER OPTIC

Pada tahun 1917, dirinya menyampaikan sebuah teori tentang emisi

terangsang (Theory Stimulated Emission), yang menyatakan mengenai keberadaan

atom dalam tingkatan energi yang tinggi. Dimulai pada tahun 1950-an,

perkembangan di bidang ilmu fisika mengalami kemajuan yang cukup pesat. Bermula

dari Charles Hard Townes, lahir pada Tanggal 28 Juli 1915 di Greenville, Carolina

Selatan. Seorang ahli fisika yang mengabdikan diri pada bidangnya dan punya

kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan teknologi, khususnya pada era

Perang Dunia II. Pada tahun 1953, Townes menerapkan teori pendahulunya, dan

untuk pertama kalinya mendesain microwave amplification by stimulated emission of

radiation (maser). Maser, merupakan realisasi dari teori quantum bahwa, molekul

dari gas ammonia dapat memperkuat dan menghasilkan gelombang (frekuensi 1,25

cm). Pada tahun 1957, Townes bersama ahli fisika Arthur L. Schawlow bekerja bersama-sama untuk pengembangan “maser” dan pada tahun 1958 mempublikasikan

(28)

dapat dibuat untuk dioperasikan pada daerah infra merah dan optik (light

amplification by stimulated emission of radiation).

Pada tahun 1960-an dimulai dengan ditemukannya laser pertama oleh

Theodore Maiman, seorang fisikawan dan insinyur elektro di Hughes Research Laboratories, pada bulan Mei 1960, dengan menggunakan sebuah kristal batu rubi sintesis sebagai medium. Setelah rubi laser, banyak sekali ditemukan laser-laser

lainnya. Laser uranium pertama ditemukan oleh IBM Labs pada bulan November

1960, Helium-Neon Laser ditemukan oleh Laboratorium Riset Bell dan Ali Javan

serta koleganya William Bennett, Jr. pada tahun 1961, Semikonduktor laser pertama ditemukan oleh Robert Hall dari General Electric Labs pada tahun 1962, Nd:YAG

laser dan CO2 laser ditemukan pada tahun 1964 oleh Bell Laboratories, Chemical laser pada tahun 1965, Metal vapor laser di tahun 1966, dan masih banyak lagi ditemukannya laser-laser dari bahan lain.

Pada tahun 1966, Charles Kao dan George Hockham, peneliti dari Standard Telecommunication Laboratories Inggris, mempublikasikan paper yang mendemonstrasikan bahwa fiber optic dapat mentransmisikan sinar laser pertama dan

apabila menggunakan jenis gelas yang sangat murni, dapat memperkecil redaman

sinar. Dengan penemuan ini, kemudian para peneliti memfokuskan pada pembuatan

dan pemurnian bahan gelas. Hingga tahun 1970, ilmuwan Corning Glass Works, yaitu Donald Keck, Piter Schultz, dan Robert Maurer melaporkan penemuan mengenai fiber optic yang memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Kao dan

(29)

dan mampu mengurangi redaman cahaya kurang dari 20 dB/Km. Pada tahun 1972,

tim ini menemukan gelas dengan redaman cahaya hanya 4 dB/Km. Juga pada tahun

1970, Morton Panish dan Izuo Hayashi dari Bell Laboratories dengan tim Ioffe

Physical Institute di Leningrad, mendemontrasikan semikonduktor laser yang dapat dioperasikan pada temperatur ruang. Kedua penemuan tersebut merupakan terobosan

dalam komersialisasi penggunaan fiber optic. Pada tahun 1973 Proses Chemical

vapor deposition John MacChesney dan Paul O. Connor dari Bell Laboratories mengembangkan proses chemical vapor deposition process yang memanaskan uap

kimia dan oksigen ke bentuk ultra transparent glass yang dapat diproduksi massal ke

dalam fiber optic yang mempunyai redaman sangat kecil. Tahun 1975, Insinyur dari

Laser Diode Labs mengembangkan semikonduktor laser komersial pertama yang dapat dioperasikan pada suhu kamar. Tahun 1977, Perusahaan telepon memulai

penggunaan fiber optic untuk pertama kalinya yang membawa lalu lintas telepon.

GTE membuka jalur antara Long Beach dan Artesia, California, yang menggunakan

transmisi light-emitting diode. Bell Labs mendirikan sambungan yang sama pada

sistem telepon di Chicago dengan jarak 1,5 mil di bawah tanah yang menghubungkan

2 switching station.

Pada tahun 1980 Sambungan fiber optic telah ada di kota-kota besar di

Amerika, AT&T mengumumkan akan menginstal fiber optic yang menghubungkan kota kota antara Boston dan Washington D.C. Dua tahun kemudian, MCI

mengumumkan untuk melakukan hal yang sama. Pada tahun1987, “Dopedfiber

(30)

amplifiers yang dikotori oleh elemen erbium. Optical amplifiers baru ini mampu

menaikkan sinyal cahaya tanpa harus mengkonversikan terlebih dahulu ke dalam

energi listrik. Tahun 1988, Fiber-Optic Cable Translantic yang pertama ditemukan

dengan menggunakan fiber glass yang sangat transparan sehingga repeater hanya dibutuhkan ketika sudah mencapai 40 mil. Tahun 1991, Optical Amplifiers Emmanuel

Desurvire di Bell Laboratories serta David Payne dan P. J. Mears dari University of

Southampton mendemontrasikan optical amplifiers yang terintegrasi dengan kabel fiber optic tersebut. Keuntungannya adalah dapat membawa informasi 100 kali lebih

cepat dari pada kabel electronic amplifier. Tahun 1996, optic fiber cable yang menggunakan optical amplifiers ditaruh di samudera pasifik TPC-5, yang merupakan

fiber optic pertama yang menggunakan optical amplifiers. Kabel ini melewati samudera pasifik mulai dari San Luis Obispo, California, ke Guam, Hawaii, dan

Miyazaki, Japan, dan kembali ke Oregon Coast dan mampu untuk menangani

320,000 panggilan telepon. Tahun 1997, Kabel fiber optic telah menghubungkan seluruh dunia, Fiber Optic Link Around the Globe (FLAG) menjadi jaringan kabel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan infrastruktur untuk generasi internet

terbaru.

Sedangkan sejarah fiber optic di Indonesia diawali dan dimotori oleh BPPT

(IPTEK-NET), UI, LAPAN & ITB, kegiatan ini dimulai pada tahun 1992. Selang

beberapa tahun kemudian, berkembang jaringan yang lebih profesional dan komersial

(31)

3.1.2. STRUKTUR DASAR FIBER OPTIC

Fiber optic adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan mode transmisi yang digunakan fiber optic terdiri atas Multimode Step Index, Multimode Graded Index, dan Singlemode Step Index. Bentuk kabel fiber optic seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kabel Fiber Optic

Fiber optic pada umumnya memiliki struktur dasar yang terdiri dari inti serat (core), pelapis serat (cladding), dan lapisan pelindung (coating) yang terdiri atas inner jacket. Core terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas yang sangat tinggi

berdiameter sebesar 9,3 µm dengan indeks bias n=1,48, core berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung lainnya. Kabel fiber optic

memiliki urutan warna core cable yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan saat pemasangan. Urutan warna core cable-nya adalah biru, oranye, hijau,

coklat, abu-abu, putih, merah, hitam, kuning, ungu, pink, tosca (mirip biru muda).

(32)

indeks bias n=1,46, cladding berfungsi sebagai cermin, yakni memantulkan cahaya

agar dapat merambat ke ujung lainnya. Coating terbuat dari bahan plastik yang

berfungsi sebagai pelindung mekanis sebagai pengkodean warna.

Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi

perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis) sehingga indeks

bias (n) core harus selalu lebih besar daripada indek bias cladding (Nc > Nd). Bentuk

struktur dasar fiber optic dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Struktur Fiber Optic (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM hlm. 11)

3.1.3. JENIS FIBER OPTIC

A. Single-mode

Single-mode adalah sebuah sistem transmisi data berwujud cahaya yang

didalamnya hanya terdapat satu buah indeks sinar tanpa terpantul yang merambat

sepanjang media tersebut dibentang sehingga hanya mengalami sedikit gangguan.

Single-mode dilihat dari segi strukturalnya merupakan teknologi fiber optic yang

bekerja menggunakan inti (core) fiber yang berukuran sangat kecil yang diameternya

berkisar 8 sampai 10 µm. Dengan ukuran core fiber yang sangat kecil, sinar yang

mampu dilewatkan hanya satu mode sinar dengan panjang gelombang 1310 nm atau

(33)

dibandingkan dengan multi-mode fiber optic, tetapi teknologi ini membutuhkan

sumber cahaya dengan lebar spektral yang sangat kecil dan ini berarti sebuah sistem

yang mahal. Single-mode dapat membawa data lebih cepat dan 50 kali lebih jauh

dibandingkan dengan multi-mode. Core yang digunakan single-mode lebih kecil dari

multi-mode, dengan demikian gangguan-gangguan di dalamnya akibat distorsi dan

overlapping pulsa sinar menjadi berkurang. sehingga single-mode fiber optic menjadi

lebih reliabel, stabil, cepat, dan jauh jangkauannya. Untuk model pembiasan

single-mode dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Model Pembiasan Single-mode (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM

hlm. 16)

B. Multi-mode

Multi-mode fiber optic merupakan teknologi transmisi data melalui media

fiber optic dengan menggunakan beberapa buah indeks cahaya di dalamnya. Cahaya

yang dibawa akan mengalami pemantulan berkali-kali hingga sampai di tujuan.

Sinyal cahaya dalam teknologi multi-mode fiber optic dapat dihasilkan hingga 100

mode cahaya. Banyaknya mode yang dapat dihasilkan oleh teknologi ini bergantung

dari besar kecilnya ukuran core fiber dan sebuah parameter yang diberi nama

Numerical Aperture (NA). Dengan semakin besarnya ukuran core dan membesarnya

(34)

Dilihat dari faktor strukturalnya, teknologi multi-mode merupakan

teknologi fiber optic yang menggunakan ukuran core yang cukup besar dibandingkan

dengan single-mode. Ukuran core kabel multi-mode secara umum adalah berkisar

antara 50 µm sampai dengan 100 µm. Biasanya ukuran NA yang terdapat di dalam

kabel multi-mode pada umumnya adalah berkisar antara 0,20 hingga 0,29. Ukuran

core yang besar dan NA yang tinggi membawa beberapa keuntungan, yaitu sinar

informasi akan bergerak dengan lebih bebas di dalam kabel fiber optic tersebut.

Ukuran besar dan NA tinggi juga mempermudah dalam melakukan penyambungan

core tersebut jika perlu disambung. Di dalam penyambungan atau yang lebih dikenal

dengan istilah splicing, keakuratan dan ketepatan posisi antara kedua core yang ingin

disambung menjadi hal yang tidak begitu kritis terhadap lajunya cahaya data.

Keuntungan lainnya, teknologi ini memungkinkan penggunaan LED sebagai sumber

cahayanya, sedangkan single-mode harus menggunakan laser sebagai sumber

cahayanya. Namun, teknologi ini juga memiliki kekurangan yaitu ketika jumlah dari

mode tersebut bertambah, pengaruh dari efek modal dispersion juga meningkat.

Modal dispersion adalah sebuah efek yang disebabkan karena mode-mode cahaya

yang berjumlah banyak tersebut tiba di ujung penerimanya dengan waktu yang tidak

sinkron satu dengan yang lainnya. Perbedaan waktu ini akan menyebabkan

pulsa-pulsa cahaya menjadi tersebar penerimaannya. Pengaruh yang ditimbulkan dari efek

ini adalah bandwidth yang dicapai tidak dapat meningkat, sehingga komunikasi

tersebut menjadi terbatas bandwidth-nya. Maka dari itu perlu adanya modifikasi

(35)

oleh multi-mode fiber optic ini menjadi maksimal. Model pembiasan multi-mode

seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Model Pembiasan Multi-mode (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM

hlm. 15)

3.1.4. SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIC

Fiber optic memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan media

transmisi kawat konvensional. Keunggulan tersebut antara lain adalah:

- Rugi transmisi rendah

- Bandwidth lebar

- Ukuran kecil dan ringan

- Tahan gangguan elektromagnetik dan elektrik

Untuk itu biasanya fiber optic digunakan untuk media transmisi sinyal digital. Untuk

pemilihan fiber optic memiliki pilihan single-mode atau multi-mode dan pilihan

antara step index atau graded index. Pemilihan ini tergantung jenis sumber cahaya yang digunakan dan besarnya dispersi maksimum yang diijinkan. Untuk sumber

cahaya Light Emitting Diode (LED), biasanya digunakan serat multi-mode, meskipun

LED jenis edgeemitting bisa digunakan dengan serat single-mode dengan laju sampai

(36)

single-mode atau multi-mode. Serat single-mode mampu menyediakan produk laju data-jarak yang sangat bagus (mampu mencapai 30 Gbps/km).

3.1.5. RUGI-RUGI DAN DISPERSI DI DALAM FIBER OPTIC

3.1.5.1.Rugi-rugi di dalam fiber optic

A. Rugi-rugi Penyebaran Rayleigh

Penyebaran Rayleigh terjadi sebagai akibat tidak homogennya indeks bias

pada core fiber optic. Apabila pada core fiber optic terjadi perubahan indeks bias yang lebih pendek daripada panjang gelombang sinar yang dirambatkan,

maka akan terjadi hamburan seperti pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penyebaran Rayleigh (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM

hlm. 35)

Rumus yang digunakan untuk rugi-rugi penyebaran rayleigh, sebagai berikut:

S =

34,748 �

3(21)2

�.��.��

(37)

Keterangan:

S = Rugi-rugi Rayleigh (dB)

βT= Koefisien kemampatan isothermis bahan = 7.10-11 m2/N

n = Indeks bias inti = 1.46

kB = Konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23 Joule/0K

Tf = Suhu dimana fluktuasi kerapatan melebur dalam glass = 1400K

λ = Panjang gelombang (m).

B. Rugi-rugi Pembengkokan (Bending Losses)

Ada dua jenis pembengkokan yang menyebabkan rugi-rugi dalam fiber

optic yaitu pembengkokan-mikro (microbending) dan pembengkokan-makro

(macrobending). Keduanya timbul karena alasan yang berbeda, dan

menimbulkan rugi-rugi dengan dua macam mekanisme yang berbeda pula.

Pembengkokan mikro adalah suatu pembengkokan mikroskopis dari inti fiber

yang disebabkan oleh laju penyusutan (contraction) thermal yang sedikit

berbeda antara bahan inti dan bahan pelapis. Pembengkokan mikro dapat juga

timbul bila fiber berulang kali digulung menjadi suatu serat kabel majemuk

(multi-fiber cable), atau bila digulung pada kelos-kelos untuk memudahkan

pengangkutannya. Semakin tajam belokan itu dibuat, semakin banyak pula

ragam-ragam yang terlepas pada belokan. Pembengkokan makro adalah

(38)

Bentuk pembengkokan microbending dan pembengkokan macrobending

seperti pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.

Gambar 3.6 Pembengkokan Microbending (Sumber : File Presentasi PT.

TELKOM hlm. 35)

Gambar 3.7 Pembengkokan Macrobending (Sumber : File Presentasi PT.

TELKOM hlm. 37)

C. Rugi-rugi Penggandengan Ragam (Mode Coupling Losses)

Daya yang sudah dilepaskan dengan baik ke dalam suatu ragam yang

merambat mungkin kemudian digandengkan ke dalam suatu ragam bocor atau

ragam radiasi pada sebuah titik yang agak jauh pada fiber. Efek penggandengan ini dapat terjadi karena rugi-rugi ini timbul pada saat fiber

(39)

atau pembentukan permukaan tertentu (misalnya spherical-surface) pada

sumber cahaya atau ujung fiber. Bentuk rugi-rugi mode coupling seperti pada

Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Mode Coupling Losses (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM

hlm. 36)

Untuk persamaan rugi-rugi penggandengan ragam secara umum adalah

sebagai berikut:

L =

10 log

μ

Dimana µ didapat dari persamaan:

µ

= Pin

Pout

Apabila yang diketahui η , maka menggunakan persamaan:

L =

10 log

η

Dimana η didapat dari persamaan:

η =

2

cos

−1

2�

2�

1

2� 2

(40)

Keterangan:

L = Rugi-rugi (dB)

Pin = Daya yang dimasukkan ke dalam fiber optic (Watt)

Pout= Daya yang dipancarkan oleh sumber cahaya (Watt)

µ, η= Efisiensi penyambungan

d = Lebar antara sambungan (µm)

a = Lebar kabel fiber (cm)

D. Rugi-rugi Penyambungan

Rugi-rugi penyambungan dengan fusion splice. Rugi-rugi ini ditimbulkan sebagai akibat tidak sempurnanya kegiatan penyambungan (splice) sehingga

sinar dari fiber optic yang satu tidak dapat dirambatkan seluruhnya ke dalam serat yang lainnya. Beberapa kesalahan penyambungan yang menimbulkan

rugi-rugi:

- Sambungan kedua fiber optic membentuk sudut

- Sumbu kedua fiber optic tidak sejajar

- Sumbu kedua fiber optic berimpit namun masih ada celah diantaranya

- Ada perbedaan ukuran antara kedua fiber optic yang disambung

E. Rugi-rugi Penyerapan Bahan

Tiga mekanisme yang berbeda memberikan sumbangannya pada rugi-rugi

penyerapan (absorption losses) dalam fiber glass. Ini adalah berturut-turut penyerapan ultraviolet, penyerapan infra merah, dan penyerapan resonansi

(41)

3.1.5.2. Dispersi fiber optic

berbeda dari setiap sinar-sinar ragam yang lain.

2. Dispersi Bahan

Dispersi bahan terjadi bila pulsa cahaya yang dipancarkan mengandung

komponen-komponen dengan beberapa panjang gelombang yang berbeda

yang terpusat pada suatu panjang gelombang tengah.

3. Dispersi Waveguide

Jika fiber dapat dioperasikan sedemikian sehingga dispersi antar-ragam dan

bahan keduanya dihilangkan, maka mekanisme dispersi yang ketiga akan

menjadi penting, hal ini mencegah dicapainya keadaan tanpa dispersi total,

kecuali untuk kasus cahaya monokromatis yang ideal.

3.1.6. ATENUASI DI DALAM FIBER OPTIC

Atenuasi mengacu pada pelemahan sinyal selama perjalanan melalui kabel

fiber optic. Atenuasi biasanya disebut sebagai roll off. Selama sinyal mengalir melalui kawat, gelombang kotaknya berubah bentuk sejauh ia mengalir. Jadi, atenuasi

sebenarnya adalah fungsi dari panjang kabel. Jika sinyal mengalir terlalu jauh, maka

bisa menurunkan kualitasnya sehingga stasiun penerimanya tidak mampu lagi

(42)

melemahnya sinyal yang diakibatkan oleh adanya jarak yang semakin jauh yang

harus ditempuh oleh suatu sinyal dan juga makin tingginya frekuensi sinyal tersebut.

Dalam bentuk operasi matematik sebagai pendekatannya, peristiwa ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

y(t) = att x(t)

Dalam hal ini nilai att < 1, yang merupakan konstanta pelemahan yang terjadi.

Kejadian tersebut sering muncul pada sistem transmisi, dan munculnya konstanta

pelemahan dihasilkan oleh berbagai proses yang cukup komplek dalam suatu media

transmisi. Besarnya nilai konstanta sinyal amp >1, dan penguatan sinyal seringkali

dinyatakan dalam besaran deci Bell, yang didefinisikan sebagai:

amp_dB = 10 log (output / input)

Dalam domain waktu, bentuk sinyal asli dan setelah mengalami penguatan adalah

seperti Gambar 3.9.

(43)

Pada Gambar 3.9 dapat dilihat bahwa proses penguatan dan pelemahan sinyal

merupakan dua hal yang hampir sama. Dalam penguatan sinyal amplitude sinyal

output lebih tinggi dibanding sinyal input, sementara pada pelemahan sinyal

amplitudo sinyal output lebih rendah dibanding sinyal input. Tetapi pada kedua proses operasi tersebut bentuk dasar sinyal tidak mengalami perubahan.

3.1.7. SUMBER CAHAYA FIBER OPTIC

Sumber cahaya untuk fiber optic adalah laser atau LED. Laser atau LED merupakan alat yang memancarkan cahaya pada frekuensi-frekuensi tertentu, karena

dalam operasinya, elektron-elektron yang dipicu (excited) yang bebas untuk

menghantarkan berkombinasi kembali (recombine) dengan lubang-lubang (holes) dan

masing-masing melepaskan sebuah foton cahaya dalam proses tertentu. Foton cahaya

ini adalah hasil dari konversi energi potensial elektron, ketika elektron tersebut

terjebak oleh atom yang mengandung lubang. Spektrum cahaya dinyatakan dalam

panjang gelombang dan bukannya frekuensi, tetapi keduanya dihubungkan oleh

(44)

3.2. OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER (OTDR) 3.2.1. PENGENALAN OTDR

OTDR merupakan instrument opto-elektronik yang digunakan untuk

mengkarakterisasi sebuah fiber optic dengan menyuntikkan deretan pulsa-pulsa optik

ke dalam fiber optic yang dites dan juga mengambil (dari fiber optic yang sama) cahaya yang terhambur (Rayleigh Backscatter) atau dipantulkan kembali dari titik-titik

di sepanjang fiber optic. Kuatnya pulsa yang kembali kemudian diukur dan diintegrasikan sebagai fungsi waktu, lalu diplot sebagai fungsi dari panjang fiber

optic. OTDR dapat digunakan untuk memperkirakan panjang fiber optic dan atenuasi secara keseluruhan, termasuk splice dan rugi-rugi pada konektor. OTDR juga dapat

digunakan untuk mencari letak kerusakan seperti perpatahan dan juga mengukur return

loss optical. Untuk mengukur peredaman dari beberapa serat, maka diperlukan

memeriksa satu-satu kemudian merata-ratakan hasilnya.

Sebagai tambahan dari peralatan optik dan elektronik yang khusus, OTDR

juga mempunyai kemampuan menghitung yang cukup baik dan tampilan grafik,

sehingga dapat menghasilkan otomasi tes yang berarti. Bagaimanapun,

untuk mengoperasikan peralatan dengan tepat dan melakukan interpretasi dari

sebuah jejak OTDR, diperlukan pelatihan teknis secara khusus dan pengalaman.

OTDR umumnya digunakan untuk mengkarakterisasi rugi-rugi dan panjang

dari serat optik saat dikirim dari manufaktur awal, menuju pengkabelan,

(45)

selalu disimpan dengan seksama, untuk berjaga- jaga jika sewaktu-waktu terjadi

kegagalan serat optik ataupun untuk klaim garansi.

OTDR sering juga digunakan untuk mencari kegagalan dari sistem yang

sudah terpasang. Dalam hal ini, acuan berupa jejak OTDR saat instalasi sangat

berguna untuk menentukan dimana perubahan telah terjadi. Penggunaan OTDR untuk

mencari letak kegagalan memerlukan operator berpengalaman yang dapat

menentukan pengaturan instrumen yang tepat untuk mencari solusi masalah yang

benar. Hal ini terutama diperlukan untuk masalah-masalah yang berkaitan

dengan jarak yang jauh dan splice atau konektor yang jaraknya saling berdekatan.

OTDR tersedia dengan bermacam-macam jenis serat optik dan panjang

gelombang, untuk menyesuaikan dengan aplikasi yang umum. Biasanya, pengetesan

OTDR dengan panjang gelombang yang lebih panjang seperti 1550 nm atau 1625 nm

dapat digunakan untuk mengidentifikasi atenuasi serat optik yang disebabkan oleh

masalah serat optik.

Jarak dinamik optikal dari OTDR dibatasi dengan kombinasi dari daya

keluaran pulsa optikal, lebar pulsa optikal, sensitivitas input, dan waktu integrasi

sinyal. Semakin tinggi daya optis keluaran, semakin baik sensitivitas input, dan

berhubungan secara langsung dengan rentang pengukuran yang semakin jauh. Daya

keluaran pulsa optikal ini biasanya merupakan fitur yang tidak dapat diubah-ubah.

Tetapi, lebar pulsa optikal dan waktu integrasi sinyal dapat diatur oleh pengguna.

(46)

Pulsa laser yang lebih panjang memperbagus rentang dinamik dan resolusi

pengukuran atenuasi dengan mengorbankan resolusi jarak. Sebagai contoh, dengan

menggunakan pulsa yang panjang, dapat mengukur atenuasi pada jarak lebih dari 100

km. Tetapi, dalam kasus ini peristiwa optikal hanya dapat muncul pada jarak lebih

dari 1 km. Skenario ini berguna untuk karakterisasi link secara keseluruhan, tetapi

akan kurang berguna untuk mencari kerusakan. Pulsa yang pendek akan memperbaiki

resolusi jarak dari peristiwa optikal, tetapi juga mengurangi rentang pengukuran dan

resolusi pengukuran atenuasi.

Pada suatu hubungan serat optik, terutama pada jarak yang sangat

panjang,pasti terdapat berbagai macam cacat yang disebabkan karena banyak faktor.

Cacat-cacat yang dapat dideteksi OTDR yaitu:

1. Kontaminasi

2. Celah udara

3. Jenis serat yang berbeda

4. Pergeseran lateral

5. Microbending

6. Macrobending

(47)

Gambar 3.10 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

3.2.2. PRINSIP KERJA OTDR

OTDR memancarkan laser berdaya tinggi dengan menggunakan

clock tertentu, melalui coupler, menuju serat optik yang sedang dites. Kemudian di dalam serat optik terjadi fenomena backscatter, sehingga menyebabkan ada sebagian

cahaya yang terpencar dan kembali menuju coupler. Dari coupler, sinyal optik yang lemah tersebut menuju Avalanche Photodiode (APD) dan amplifier untuk dideteksi

sekaligus dikuatkan dalamwujud sinyal elektrik. Sinyal elektrik yang sudah lebih kuat

tersebut menuju sample and hold yang mampu mengambil sampel dari sinyal yang

secara terus menerus berubah dan menahan (mengunci) nilainya pada level yang

konstan selama periode waktu tertentu. Setelah didapatkan sinyal yang nilainya sudah

konstan, sinyal menuju Analog to Digital Converter (ADC) untuk mengubah sinyal

analog menjadi sinyal digital agar dapat diproses lebih lanjut. Sinyal digital tersebut

kemudian menuju Digital Signal Processor (DSP) untuk diproses. Hasil proses dari DSP

kemudian masuk ke prosesor dan memori untuk kemudian ditampilkan pada layar

(48)

Gambar 3.11 Prinsip Kerja Pada OTDR (Sumber :

www.scribd.com/doc/47073894/41/Prinsip-Kerja-OTDR)

3.2.3. PARAMETER-PARAMETER KUNCI OTDR

Untuk dapat menganalisis sistem komunikasi serat optik dengan

menggunakan OTDR, diperlukan parameter-parameter kunci pada OTDR yaitu :

1. Panjang gelombang, digunakan cahaya dengan panjang gelombang 850 nm, 1300

nm, 1310 nm, 1550 nm.

2. Rentang, untuk mendapatkan tampilan grafik yang baik, umumnya digunakan

pengaturan rentang pengukuran sepanjang 1,5 kali panjang link.

3. Lebar pulsa, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Pulsa sempit, digunakan untuk menemukan peristiwa-peristiwa yang jaraknya

saling berdekatan, mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi, tetapi terbatas

untuk jarak link yang pendek.

b. Pulsa lebar, tidak dapat membedakan peristiwa-peristiwa yang berdekatan,

(49)

4. Jumlah rata-rata, hasil jejak yang diperoleh OTDR merupakan hasil rata-rata dari

ratusan atau ribuan pulsa yang ditangkap OTDR. Terjadi trade off antara waktu yang diperlukan untuk pengukuran dengan kualitas jejak. Pada umumnya,

semakin lama banyak pulsa yang dirata-ratakan, semakin halus jejak yang

diperoleh. Tetapi jika sudah terlalu lama dilakukan rata-rata, maka jejak yang

diperoleh akan sama saja / tidak bertambah baik.

3.3. ALAT PENYAMBUNG FIBER OPTIC (SPLICER)

Penyambungan kabel optik dikenal dengan istilah splicing, Dalam

penyambungan fiber optic diperlukan alat khusus yaitu splicer . Terdapat 2 metode dalam penyambungan optik yaitu fusion splicing dan mechanical splicing. Fusion

splicing memiliki redaman lebih kecil yaitu sekitar 0.1 dBm dibandingkan Mechanical splicing yang mencapai 0.5 sampai 0.75 dbm di setiap sambungannya. Fusion splicing melakukan penyambungan dengan cara menyelaraskan / meluruskan

kedua ujung serat optik yang ingin disambung, memanaskan dan melebur nya hingga

menjadi 1 bagian yang tersambung. Fusion splicer menggunakan nichrome wire, laser CO2 atau gas api untuk melelehkan fiber optic yang ingin disambung.

Dengan semakin canggih teknologi terdapat fusion splicer yang mampu melakukan splicing sampai 24 core bersamaan. Bentuk splicer seperti pada Gambar

(50)

Gambar 3.12 Splicer (Sumber :

www.vembazax.com/wp-content/uploads/2011/03/fujikura-splicer.jpg )

3.4. OPTICAL POWER METER

Digunakan untuk mengukur panjang gelombang dan power dari sinyal optik.

Dari informasi power yang diterima, seorang engineer dapat mengetahui apakah kualitas power masih dalam spesifikasi perangkat yang digunakan atau tidak, dan

dapat digunakan untuk mensegmentasi permasalahan untuk men-trace apakah sumber

masalah dari SFP yang power-nya sudah lemah, Patch cord yang bermasalah dan

core yang berada pada ODF / OTB atau dari lintasan optik yang membentang di luar sana. Bentuk dari power meter seperti pada Gambar 3.13.

(51)

3.5. OPTICAL CONNECTOR

Optical connector digunakan untuk menyambungkan dua ujung fiber optik,

yang digunakan pada titik-titik fiber berakhir pada pemancar dan penerima. Karena

sebuah fiber harus selalu berakhir pada sebuah pemancar di salah satu ujungnya dan pada sebuah penerima di ujung yang lain sehingga terdapat rugi pada konektor.

Faktor yang mempengaruhi rugi dalam konektor pada suatu panjang kabel, yaitu:

1. Ketidaksesuaian ukuran inti

2. Kesalahan letak inti melintang

3. Pemisahan celah memanjang

4. Rugi-rugi celah optis

5. Kesalahan letak sudut

6. Persiapan ujung fiber yang tidak sempurna

7. Kotoran.

Beberapa jenis optical connector dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Jenis-jenis Optical Connector (Sumber :

(52)

Redaman dari optical connector fiber optic didefinisikan sebagai berikut

A = -10 log [P

out

/P

in

]

Keterangan :

A = Atenuasi (dB)

Pin = Daya optik sebelum titik koneksi (Watt)

Pout = Daya optik setelah titik koneksi (Watt).

3.6. SMALL FORM PLUGABLE (SFP)

merupakan hot-pluggable tranceiver yaitu device yang mengirim dan

menerima sinyal informasi dengan media fiber optic. SFP dipasang pada port pada modul sebuah perangkat komunikasi data / telco. Hot-plugable artinya device ini akan

auto-detect saat dipasang pada perangkat. Spesikasi dari SFP bergantung pada

panjang gelombang yang dibutuhkan yang berhubungan dengan jarak transmisi, besar

bandwidht yang sanggup diantarkan dalam satu waktu, jenis / tipe connector (LC /

SC ) dan bekerja pada single-mode atau multi-mode.

Spesifikasi ini harus dipatuhi dalam implementasinya, bila tidak dapat

menyebabkan kerusakan pada SFP atau sinyal transmisi tidak dapat diterima dengan

baik. Spesifikasinya seperti berikut :

1. 850 nm sampai 550m, multi-mode fiber (SX)

2. 1310 nm sampai 10 km, single-mode fiber (LX)

3. 1490 nm-10 km, single-mode fiber (BS-D)

4. 1550 nm sampai 40 km ( XD), 80 km (ZX), 120 km (EX or EZX)

(53)

Pada SFP terdapat Transmit (Tx) dan Receive (Rx). Transmit di perangkat A

harus bertemu dengan Receive di perangkat B, dan sebaliknya. Bentuk SFP dapat dilihat pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 SPF (Sumber :

www.vembazax.com/wp-content/uploads/2011/03/sfp1.jpg)

3.7. OPTICAL TERMINATION BOX (OTB)

Optical Terminal Box atau yang sering disebut OTB digunakan untuk

menghubungkan kabel fiber optic indoor maupun outdoor dan patchcord. OTB dapat

dipasang di dinding maupun tiang. Bentuk OTB seperti pada Gambar 3.16.

(54)

3.8. ADD DROP MULTIPLEXER (ADM)

Add Drop Multiplexer atau disebut juga dengan ADM merupakan elemen

penting dari sebuah jaringan fiber optic. Sebuah multiplexer mengkombinasikan atau

memultiplexikan beberapa aliran bandwidth rendah menjadi satu. Sebuah ADM juga

memiliki kemampuan untuk menambah satu atau lebih bandwidth yang lebih rendah menjadi aliran data bandwidth yang tinggi dan pada saat yang bersamaan

mengarahkannya ke beberapa jaringan yang lain. Keluaran dari ADM dapat berupa

aliran data sebesar STM-1 sebesar 155,52 Mbit/s, STM-4 sebesar 622.08 Mbit/s,

STM-16 sebesar 2.488,32 Mbit/s atau mendekati 2,5 Gbps , maupun STM-64 sebesar

9.953,28 Mbit/s atau mendekati 10Gbps. Bentuk ADM seperti pada Gambar 3.17.

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

area Gresik, divisi Infrastruktur Telekomunikasi (infratel) mendapatkan hasil yang

berupa data pengukuran dan perhitungan.

4.1. JENIS KABEL

Jenis fiber optic yang digunakan untuk saluran transmisi dalam kerja praktek adalah jenis optik step index single-mode. Mempunyai ukuran diameter

inti serat sebesar 9,3 µm dan diameter pelapis serat sebesar 125 µm, seperti pada

Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Jenis Fiber Optic

4.2. TIPE KABEL

Tipe kabel yang digunakan kabel fiber optic indoor merupakan kabel fiber

(56)

dengan ketahanan terhadap benturan dan tarikan sekaligus aman dari bahaya

kebakaran. Struktur tipe kabel indoor seperti pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Struktur Kabel Fiber Optic Tipe Indoor

4.3. PROSEDUR PENGUKURAN

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam proses pengambilan data

rugi-rugi fiber optic menggunakan OTDR adalah.

1. Menghubungkan OTDR dengan terminal / switch yang akan diukur

2. Mengaktifkan OTDR, ketika OTDR diaktifkan maka parameter OTDR

akan secara otomatis diatur sehingga muncul tampilan seperti pada

Gambar 4.3.

(57)

3. Menekan tombol Run/Stop pada OTDR untuk memulai scanning pada

jalur yang diukur / dicek.

4. Grafik yang didapatkan akan di simpan di memori internal OTDR

menggunakan tombol storage.

4.4. HASIL DISPLAY TAMPILAN OTDR

Pada OTDR yang harus diperhatikan dalam pembacaan grafis, yaitu

panjang gelombang, jarak dan waktu. Dalam hal ini, panjang gelombang yang

digunakan sebesar 1310 nm untuk komunikasi optik. Panjang kabel fiber optic

pda pengukuran yang dipakai adalah 6 Km dan di OTDR jaraknya diatur 10 Km

sehingga didapatkan hasil data yang lebih teliti dibandingkan jika jaraknya diatur

lebih dari 10 Km akan menghasilkan data yang kurang teliti. Waktu yang diset

pada OTDR selama 30 detik berfungsi untuk membaca hasil pantulan sinar dari

awal sampai akhir kabel fiber optic, dapat dilihat pada Gambar 4.4.

(58)

Pada Gambar 4.4 merupakan hasil display tampilan OTDR yang terdiri dari

penyebaran Rayleigh (simbol ), panjang kabel fiber optic (simbol ),

titik sambungan (simbol ) dan ujung kabel serat (simbol ).

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran Rayleigh yaitu panjang gelombang 1310 nm didapatkan hasil pantulan refleksi sebesar -44 dB. Semakin

besar panjang gelombang maka semakin kecil refleksinya karena terjadi

kebocoran di core. Pada panjang kabel fiber optic yang berjarak 5,037 Km terdapat rugi-rugi sebesar 1,726 dB sedangkan pada panjang kabel fiber optic

yang berjarak 1,033 Km terdapat rugi-rugi sebesar 0,366 dB maka dapat

disimpulkan bahwa semakin panjang kabel fiber optic semakin besar rugi-ruginya.

Pada kabel fiber optic yang berjarak 5,037 Km lebar pulsa terjadi penurunan daya

terhadap jarak disebabkan adanya atenusi sebesar 0,34 dB dan kabel fiber optic berjarak 1,033 Km lebar pulsa terjadi penurunan daya terhadap jarak disebabkan

adanya atenuasi sebesar 0,35 dB. Untuk titik sambungan berdasarkan data di PT.

TELKOM nilai ruginya sebesar 0,5 dB sedangkan di OTDR nilai

rugi-ruginya sebesar 0,496 dB, hal ini disebabkan karena sambungan yang dibentuk

dengan kurang sempurna, penurunan dayanya disebabkan adanya pantulan fresnel

yaitu daya masukan akan terpantul kembali menimbulkan lonjakan sesaat. Pada

ujung kabel fiber optic didapatkan nilai refleksi sebesar > -35,9 dB, karena cahaya

telah menjalani 2 kali panjang lintasan yang menyebabkan penurunan daya yang

lebih jauh dari seharusnya. Pantulan fresnel pada ujung fiber terbuka sehingga menyebabkan terjadinya grafis yang tidak beraturan seperti yang ditunjukan pada

Gambar 4.4. Setelah mendapatkan hasil rugi-rugi dan refleksi dilakukan

(59)

sebesar 2,587 dB dan konstanta atenuasi (Av Loss) sebesar 0,426 dB/Km dengan

jarak 6,070 Km, dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Tampilan OTDR Setelah Mesurement

4.5. PERHITUNGAN RUGI-RUGI PENGHAMBURAN RAYLEIGH Untuk perhitungan rugi-rugi penghamburan Rayleigh menggunakan rumus

yang terdapat pada teori sehingga dapat membandingkan hasil dari perhitungan

dan pengukuran rugi-rugi. Rumus yang digunakan adalah

S =

34,748 �

3(21)2

(60)

Dengan menggunakan persamaan perhitungan rugi-rugi penghamburan

Rayleigh dapat dilakukan berdasarkan data dari referensi PT. TELKOM, dapat lihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Nilai Perhitungan Rugi-rugi Penyebaran Rayleigh

π λ n kB Tf t S

3,14 1310 nm 1,4681 1,38x10-23 1400K 7x10-11 m2/N -31.99 dB

Dari hasil perhitungan rugi-rugi penyebaran Rayleigh diperoleh perbandingan

antara data perhitungan dengan data pengukuran rugi-rugi yang dapat dilihat pada

Tabel 4.2

Tabel 4.2 Perbandingan Data Rerhitungan Dengan Data Pengukuran

Menggunakan OTDR

hasil dari perhitungan hasil dari pengukuran Selisih

-31.99 dB -44 dB 12,01 dB

Pada analisis penyebaran Rayleigh didapatkan nilai rugi-rugi yang berbeda antara

perhitungan berdasarkan teori dengan hasil pengukuran rugi-rugi menggunakan

OTDR. Dengan sumber panjang gelombang sebesar 1310 nm nilai hasil

perhitungan rugi-rugi berdasarkan teori sebesar -31.99 dB sedangkan hasil

pengukuran menggunakan OTDR sebesar -44 dB sehingga didapatkan nilai selisih

sebesar 12,01 dB. Hal ini disebabkan karena pada waktu penyebaran, banyaknya

(61)

4.6. PERHITUNGAN RUGI-RUGI PENGGANDENGAN RAGAM

Dalam hal ini perhitungan rugi-rugi penggandengan berdasarkan teori

menggunakan nilai data yang diperoleh dari PT. TELKOM. Pada pengukuran

rugi-rugi penggandengan menggunakan konektor dan perhitungannya

menggunakan persamaan berikut.

Dari persamaan tersebut maka dapat dilihat nilai rugi-rugi pergandengan pada

Tabel 4.3

Tabel 4.3 Nilai Rugi-rugi Penggandengan

(62)

Pada Tabel 4.3 merupakan hasil rugi-rugi teknik penggandengan berlandaskan

teori sedangkan untuk pengukurannya ditetapkan sebesar 0.5 dB/buah. Sehingga

perbandingan selisih antara perhitungan dengan pengukuran rugi-rugi sangat jauh.

Hal ini disebabkan tidak optimalnya konektor yang dipakai, rugi-rugi intrinsik

yang timbul dari perbedaan serat yang disambung termasuk dari variasi dalam

core dan diameter sebelah luar, serta perbedaan profil yaitu kelonjongan.

4.7. PERHITUNGAN RUGI-RUGI PENYAMBUNGAN

Dalam penelitian di Telkom, nilai dari rugi-rugi penyambungan

berdasarkan pengukuran kabel fiber optic. Saat melakukan penyambungan

mendapatkan hasil pada fusion splicer seperti pada Gambar 4.6

(63)

Untuk hasil perbandingan nilai rugi-rugi saat di splicer dengan di OTDR dapat

Pada hasil teknik penyambungan dengan menggunakan fusion splicer dan OTDR

didapatkan hasil pengukuran rugi-rugi yang berbeda. Pada fusion splicer rugi-ruginya sebesar 0,03 dB dan pada OTDR sebesar 0.496 dB. Hal ini disebabkan

pada waktu proses pemasangan kabel kemungkinan terjadi adanya noise di dalam

core sehingga hasil penyambungan core tidak optimal.

4.8. PERHITUNGAN RUGI-RUGI PEMBENGKOKAN

Dalam hal ini nilai rugi-rugi pembengkokan berdasarkan teori

menggunakan nilai data yang diperoleh di PT. TELKOM, perhitungan rugi-rugi

difokuskan pada lekukan dengan menggunakan rumus

L = jumlah loss kabel tanpa lekukan -

γ

bend

Dengan

γ

bend

= 10 log

+2

Gambar

Gambar 3.1 Kabel Fiber Optic
Gambar 3.3 Model Pembiasan Single-mode (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM
Gambar 3.4 Model Pembiasan Multi-mode (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM
Gambar 3.5 Penyebaran Rayleigh (Sumber : File Presentasi PT. TELKOM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab pembahasan ini akan dibahas tentang hasil dari Kerja Praktek yang telah dibuat berdasarkan materi yang didapat dari berbagai buku sehingga terbentuk menjadi

4.1.3 Tidak terdapat perbedaan EVA dan MVA terhadap kinerja keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk, hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh baik metode EVA yang